• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Potyvirus Pada Nilam (Pogostemon Cablin (Blanco) Benth) Dengan Teknik Elisa Di Sulawesi Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deteksi Potyvirus Pada Nilam (Pogostemon Cablin (Blanco) Benth) Dengan Teknik Elisa Di Sulawesi Tenggara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 1. Hal 53-57 ISSN: 2087-7706

DETEKSI

POTYVIRUS

PADA NILAM (

Pogostemon Cablin

(BLANCO)

BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA

Detection of Potyvirus on Patchouli Plant (

Pogostemon cablin

(Blanco)

Benth.) in Southeast Sulawesi using ELISA Technique

MUHAMMAD TAUFIK*), ASMAR HASAN, ANDI KHAERUNI, GUSNAWATY HS DAN SARAWA MAMMA Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo Kendari.

ABSTRACT

Mosaic symptoms were observed on Patchouli (Pogostemon cablin) around North Kolaka and Kolaka, Southeast Sulawesi during surveys in early 2012.Indirect-ELISA based detection was conducted using symptomatic leaf samples. The objective of the research was to determine disease incidence ofPotyvirusin several farms of Patchouli plant in Southeast Sulawesi. The results showed that Patchouli plant (Pogostemon cablin) was found to be infected with Potyvirus disease showing mosaic symptoms and malformation on the leaf samples i.e. in Amotowo and Boro-Boro Villages of subdistrict Boro-Boro, and Landabaro Village, Mowila subdistrict of South Konawe regency; Asinua Village of subdistrict Unaaha, Lambuya district of subdistrict Lambuya, and Bungguosu district, Konawe subdistrict of Konawe regency; and Anduonohu district, Poasia subdistrict of Kendari regency. This is the first report on Potyvirus infection on patchouli in Southeast Sulawesi.

Keyw or ds: Inder ect-ELISA, mosaic,Potyvirus,Pogostemon cablin

1

PENDAHULUAN

Nilam (Pogostemon cablin(Blanco)) adalah tanaman penghasil minyak atsir i yang dikenal dengan minyak nilam (patchouli oil) yang sangat ber manfaat sebagai bahan fiksatif pada industr i par fum, kosmetik, bahan obat -obatan dan pestisida. Sebagai penghasil minyak atsir i, nilam menjadi komoditas ekspor nonmigas yang menghasilkan devisa bagi negar a. Hanya sebagian kecil minyak nilam yang digunakan di dalam neger i, sebagian besar justr u diekspor ke mancanegar a (Rukmana, 2004). Peluang ekspor minyak nilam yang cukup besar menjadi pendor ong bagi petani di Indonesia ter masuk di Sulaw esi Tenggar a untuk membudidayakan nilam. Beber apa tahun ter akhir tanaman nilam ter lihat cukup intensif dibudidayakan oleh petani di Sulaw esi Tenggar a, w alaupun har ga hasil pr oduksi baik dalam bentuk bahan ker ing tanaman maupun minyak atsir i kasar mengalami fluktuasi.

*)Alamat korespondensi:

Email : taufik24@yahoo.com

Seper ti halnya tanaman lain, nilam juga diper hadapkan pada masalah infeksi vir us. Natsuaki et al. (1994) melapor kan bahwa

Potyvirus pada tanaman nilam telah dideteksi di beber apa kebun penelitian per tanian di Jepang dengan gejala dar i hampir tidak ada atau hanya sedikit belang sampai mosaik. Nover iza et al. (2011) juga melapor kan adanya Potyvirus pada tanaman nilam yang ber gejala mosaik pada beber apa sampel yang diper oleh dar i Bogor . Sementar a itu belum per nah ada lapor an mengenai keber adaan penyakit vir us pada per tanaman nilam di Sulawesi Tenggar a, sehingga pada per tengahan bulan Apr il 2012 dilakukanlah studi pendahuluan ter batas yang ber lokasi di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utar a untuk mendeteksi keber adaan vir us nilam ter sebut. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa beber apa sampel tanaman nilam ditemukan ber gejala mosaik yang mer upakan gejala khas tanaman ter infeksi vir us dan ter lihat sejak di pembibitan sampai di lapang. Selain itu juga ditemukan tanaman nilam yang mengalami keker dilan atau malfor masi daun, dan

(2)

dideter minasi gejala ter sebut mer upakan gejala lanjut tanaman ter infeksi oleh vir us. Setelah dilakukan uji ser ologi di labor ator ium, tanaman yang ber gejala ter sebut ter nyata positif ter infeksi vir us dar i kelompok

Potyvirus dan Fabavirus (Taufik et al., 2012). Keber adaan vir us pada tanaman nilam ini per lu dideteksi agar dapat dilakukan pengendalian sedini mungkin kar ena infeksi vir us khususnya kelompok Potyvirus dapat menyebabkan tanaman nilam mengalami penur unan pr oduksi dan kadar minyak (Nover izaet al., 2012).

Salah satu teknik ser ologi untuk mendeteksi keber adaan vir us pada tanaman adalah dengan teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dengan ber dasar kan pada mekanisme antigen dan antiser um. Inter aksi antar a keduanya dalam sumur an ELISA akan member ikan petunjuk positif keber adaan vir us dalam jar ingan daun tanaman nilam yang diuji. Beber apa hasil penelitian melapor kan penggunaan teknik ELISA untuk mendeteksi keber adaan vir us dalam tanaman diantar anya yaitu mendeteksi keber adaan Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus(Taufiket al., 2005a, 2005b, 2007, 2010) dan Tobacco mosaic virus(Taufik

et al., 2011) pada tanaman cabai ser ta mendeteksi Patchouli mottle virus pada tanaman nilam (Har tono dan Subandiyah, 2006). Penelitian ini dilakukan ber tujuan untuk mendeteksi keber adaan dan sebar an

Potyvirus pada tanaman nilam dengan teknik ELISA di Sulawesi Tenggar a.

BAHAN DAN METODE

Pengambilan Sampel di Lapangan.

Pengambilan sampel tanaman nilam dilakukan pada lokasi-lokasi yang menjadi sentr a budidaya tanaman nilam di daer ah Sulaw esi Tenggar a. Tanaman nilam yang dikoleksi dar i lapang adalah tanaman yang menunjukkan gejala khas vir us seper ti gejala mosaik atau malfor masi daun (Gambar 1). Daun tanaman yang telah diambil dimasukkan ke plastik sampel dan selanjutnya dimasukan ke kotak pendingin kemudian dibaw a ke labor ator ium untuk diuji secar a ser ologi.

Penyiapan Sampel. Tahapan ini menggunakan beber apa sampel daun tanaman yang diambil pada tanaman nilam asal

lapangan maupun tanaman uji kisar an inang. Sampel daun tanaman dikompositkan kemudian dicacah dan ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian dimasukkan ke kantong plastik, setelah itu ditambahkan dengan lar utan buffer

Indirect Sample Extractionsebanyak 5 mL lalu diger us dengan menggunakan alat pengger us, sap tanaman yang diper oleh dar i hasil ger usan daun tanaman uji digunakan sebagai antigen

Potyvirus.

Pengujian pada Plat Mikrotiter. Plat mikr otiter sebelum digunakan ter lebih dahulu diinkubasi dalam kotak plastik yang lembap selama 1 jam pada suhu r uang. Selanjutnya dimasukkan sap tanaman sebagai antigen ke dalam lubang sumur an plat mikr otiter sebanyak 100 µL per lubang. Diser takan juga kontr ol positif Potyvirus siap pakai dan kontr ol negatif ber upa lar utan buffer ekstr aksi, masing-masing sebanyak 100 µL per sumur an kemudian plat mikr otiter diinkubasikan kembali dalam kotak plastik yang lembap selama 1 jam pada suhu r uang. Setelah itu plat mikr otiter dicuci menggunakan lar utan PBST sebanyak 8 kali. Penyiapan antibodi dilakukan 10 menit sebelum digunakan, dengan melar utkan 100 µL antibodi ke dalam 10 mL buffer ECI (1:100). Setelah itu, antibodi ter sebut dimasukkan ke sumur an plat mikr otiter sebanyak 100 µL per lubang. Plat mikr otiter kemudian diinkubasi dalam kotak plastik lembap selama 2 jam pada suhu r uang. Setelah pr oses inkubasi selesai, plat mikr otiter dicuci dengan lar utan PBST sebanyak 8 kali. Penyiapan antibodi kedua yaitu enzim konjugat (Alkaline Phosphatase Enzyme Conjugate) diper siapkan 10 menit sebelum digunakan, dengan melar utkan 100 µL antibodi ke dalam 10 mL buffer ECI (1:100). Setelah itu, antibodi ter sebut dimasukkan ke sumur an plat mikr otiter sebanyak 100 µL per lubang. Plat mikr otiter kemudian diinkubasi dalam kotak plastik lembap selama 1 jam pada suhu r uang. Setelah itu, plat mikr otiter dicuci lagi dengan PBST sebanyak 8 kali. Selanjutnya memasukkan tablet PNP (P-Nitrophenyl Phosphatase) ke dalam lar utan buffer PNP (1 tablet/ 5 mL) dan dicampur secar a mer ata. Sebanyak 100 µl lar utan PNP dimasukkan ke lubang plat mikr otiter dan diinkubasi dalam kotak plastik lembap selama 60 menit pada suhu r uang. Pengamatan per ubahan w ar na

(3)

dilakukan pada setiap lubang sumur an plat mikr otiter setelah pember ian substr at PNP. Jika ter jadi per ubahan war na menjadi kuning (dibandingkan dengan kontr ol negatif), ber ar ti sampel ter sebut positif ter infeksi dengan vir us. Data hasil pengamatan ditabulasi dan dinar asikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ber dasar kan hasil deteksi ser ologi menggunakan uji I-ELISA diketahui bahwa tanaman nilam yang ter dapat di beber apa w ilayah pengambilan sampel, telah positif ter infeksi oleh Potyvirus (Tabel 1), dengan visualisasi war na hasil pengujian I-ELISA adalah kuning agak ter ang (+), kuning (++), hingga kuning ter ang (+++) (Gambar 1). Tabel 1. Visualisasi hasil pengujian I-ELISA sampel tanaman nilam

Lokasi Pengambilan Sampel Visualisasi War na

Kabupaten Konaw e Selatan Desa Alebo, Kecamatan Konda

Sampel 1

-Sampel 2

-Sampel 3

-Sampel 4

-Sampel 5

-Desa Amotow o, Kecamatan Bor o-Bor o

Sampel 1 +

Sampel 2 +++

Sampel 3 +++

Sampel 4 +++

Sampel 5 +++

Desa Bor o-Bor o, Kecamatan Bor o-Bor o

Sampel 1 +++

Sampel 2 +++

Sampel 3 +++

Sampel 4 +++

Sampel 5 +++

Desa Landabar o, Kecamatan Mow ila

Sampel 1

-Sampel 2 +++

Sampel 3 +++

Sampel 4 +++

Sampel 5 +++

Kabupaten Kolaka Timur (Kelur ahan Lalolae)

-Kota Kendar i (Kelur ahan Anduonohu)

Sampel 1 +++

Sampel 2 ++

Sampel 3 +++

Kabupaten Konaw e

Kelur ahan Lambuya Kecamatan Lambuya +++

Desa Asinua Kecamatan Unaaha ++

Kelur ahan Bungguosu Kecamatan Konawe ++

Keter angan: - = tidak ada per ubahan w ar na, + = per ubahan w ar na kuning agak ter ang, ++ = per ubahan w ar na kuning, +++ = per ubahan w ar na kuning ter ang

(4)

Deteksi ser ologi Potyvir us sebagai penyebab penyakit mosaik pada tanaman nilam dilakukan guna mendeteksi keber adaan dan penyebar an Potyvir us di beber apa sentr a penanaman nilam di Sulaw esi Tenggar a seper ti Kabupaten Kolaka, Kolaka Utar a, Konaw e, dan Konaw e Selatan. Metode ser ologi yang digunakan adalah metode ELISA yaitu Indir ect ELISA atau ELISA tidak langsung

.

Gambar 1. Visualisasi hasil uji I-ELISA sampel nilam. A1 = Kontr ol positif; B1 = Kontr ol negatif; A2, B2, C2, D2, E2 = sampel asal Desa Amotow o; F2, G2, H2, A3, B3 = sampel asal Desa Bor o-Bor o; D3, E3, F3, G3, C4 = sampel asal Desa Landabar o; C3, H3, A4, B4, D4 = sampel asal Desa Alebo; E4 = sampel asal Bogor ; F4, E5, C6 = sampel asal Kelur ahan Anduonohu; G4 = sampel asal Kelur ahan Bungguosu; C5 = sampel asal Kelur ahan Lalolae; D5 = sampel asal Desa Asinua; D6= sampel asal Kelur ahan Lambuya

Gambar 2. Gejala infeksi Potyvir us pada tanaman nilam di lapangan. A, B, C, dan D (Mosaik lemah), E, F, G, dan H (Mosaik

ber at), I (Malfor masi daun/Leaf cupping/ ber bentuk seper ti mangkok. Ber dasar kan hasil uji ser ologi diketahui bahw a tanaman nilam yang diper oleh dar i lapangan dan ber gejala mosaik, baik mosaik lemah (mild mosaic) maupun ber at (severe mosaic) ser ta gejala malfor masi daun (leaf cupping atau daun ber bentuk seper ti mangkok) seper ti yang ditunjukkan pada Gambar 2, menunjukkan positif ter infeksi

Potyvirus. Hal ini ditandai dengan adanya per ubahan w ar na menjadi kuning pada sampel yang diuji. Wilayah-wilayah pengambilan sampel tanaman nilam yang dimaksud meliputi wilayah Desa Amotowo dan Bor o-bor o Kecamatan Bor o-Bor o, Desa Landabar o Kecamatan Mow ila Kabupaten Konaw e Selatan; Desa Asinua Kecamatan Unaaha, Kelur ahan Lambuya Kecamatan Lambuya, dan Kelur ahan Bungguosu Kecamatan Konawe Kabupaten Konawe; ser ta Kelur ahan Anduonohu Kecamatan Poasia Kota Kendar i, dengan tingkat kekuningan w ar na hasil pengujian adalah kuning agak ter ang (+), kuning (++), hingga kuning ter ang (+++), sedangkan w ilayah Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konaw e Selatan dan Kelur ahan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur belum ter deteksi ada Potyvirus yang menginfeksi sampel tanaman nilam.

Menur ut Wahyuni (2005) bahwa per bedaan intensitas per ubahan w ar na pada hasil uji ELISA dapat mencer minkan konsentr asi par tikel vir us yang ter kandung dalam sap, sehingga intensitas w ar na kuning yang lebih ter ang mengindikasikan bahwa pada sap ter sebut ter kandung par tikel vir us yang lebih banyak dibanding dengan intensitas w ar na kuning yang lebih r endah, namun pada dasar nya semua sampel yang menunjukkan per ubahan w ar na menjadi kuning adalah positif mengandungPotyvirus.

SIMPULAN

Teknik I-ELISA yang digunakan ber hasil membuktikan keber adaan Potyvirus pada tanaman nilam ber gejala mosaik dan malfor masi daun yang ter dapat di Sulaw esi Tenggar a yaitu Kabupaten Konaw e Selatan dan Kota Kendar i.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim peneliti mengucapkan ter ima kasi h kepada pihak Univer sitas Halu Oleo melalui pr ogr am Dana BOPTN UNHALU/ IX/ 2012, 12 September 2012 atas pendanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Har tono S, Subandiyah S. 2006. Pemur nian dan deteksi ser ologi Patchouli mottle virus pada tanaman nilam. Jur nal Per lindungan Tanaman 12 (2): 74-82.

Natsuaki KT, Tomar u K, Ushiku S, Ichikaw a Y, Sugimur a Y, Natsuaki T, Okuda S, Ter anaka M. 1994. Char acter ization of tw o vir uses isolated fr om patchouli in Japan. Plant Disease 78: 1094-1097.

Nover iza R, Suastika G, Hidayat SH, Kar tosuw ondo U.. 2011. Identification of aPotyvirusassociated w ith mosaic disease on patchouli plants in Indonesia. J. ISSAAS. 17(1): 227-273.

Nover iza R, Suastika G, Hidayat SH, Kar tosuw ondo U. 2012. Potyvirus associated w ith mosaic disease on patchouli (Pogostemon cablin (Blanco) Benth.) plants in Indonesia. J. ISSAAS. 18(1):131-146

Rukmana R. 2004. Nilam: Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Kanisius. Yogyakar ta.

Taufik M, Astuti AP, Hidayat SH. 2005a. Sur vei infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada tanaman cabai dan seleksi ketahanan beber apa kultivar cabai. Jur nal Agr ikultur a 16(3): 146-152.

Taufik M, Hidayat SH, Suastika G, Sumar aw SM, Sujipr ihati S. 2005b. Kajian beber apa isolat plant growth promoting rhizobacteria sebagai agens pr oteksiCucumber mosaic virusdan Chilli veinal mottle virus pada tanaman cabai. Jur nal Hayati 12(4): 139-144.

Taufik M,. Hidayat SH, Sujipr ihati S, Suastika G, Mandang SM. 2007. Ketahanan Beber apa Var ietas Cabai Ter hadap Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus. Jur nal Hama dan Penyakit Tr opika 7 (2): 130 - 139.

Taufik M, Rahman A, Wahab A, Hidayat SH. 2010. Mekanisme ketahanan t er induksi oleh PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) pada tanaman cabai ter infeksi CMV (Cucumber mosaic virus). Jur nal Hor tikultur a 20(3): 273-283

Taufik M, Khaer uni A, Rombe WS. 2011. Penggunaan ELISA untuk mendeteksiCucumber mosaic virus dan Tobacco mosaic virus pada tanaman cabai. Jur nal Fitomedika 7(3): 195-200 Taufik M, Hasan A, Nover iza R. 2012. Infor masi Bar u: Keber adaan Penyakit Vir us pada Tanaman Nilam di Sulaw esi Tenggar a. Seminar Nasional Per himpunan Fitopatologi Komda Sultr a, Tema “Optimalisasi Pengelolaan Or ganisme Pengganggu Tumbuhan dalam Meningkatkan Pr oduksi Per tanian untuk Menjaga Ketahanan dan Keamanan Pangan Nasional” Hotel Attaya, Kendar i 22-23 Mei 2012. Penyelenggar a Komda PFI Sultr a.

Wahyuni WS. 2005. Dasar-Dasar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada Univer sity Pr ess. Yogyakar ta

Gambar

Tabel 1. Visualisasi hasil pengujian I-ELISA sampel tanaman nilam
Gambar  2. Gejala  infeksi  Potyvir us  pada  tanaman nilam  di  lapangan.  A,  B,  C,  dan  D (Mosaik lemah), E, F, G, dan H (Mosaik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berupaya memotret sebuah fenomena peran divisi kepatuhan dalam pembiayaan mudharabah Bank Syariah “X” dan mengungkap adanya sikap-sikap konvensional yang

Sel elektrolit Low Temperature Solid Oxide Fuel Cell (LT SOFC) yang digunakan pada rentang suhu 500 o C hingga 650 o C telah berhasil dihasilkan dengan menggunakan metode

Pelaksanaan awal perlu dilakukan untuk membangun dukungan masyarakat bagi konsep dan pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berbasi- Masyarakat,

Saran penelitian ini, dengan pengetahuan dan sikap yang sudah baik diharapkan perawat untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan mutu dalam pengetahuan dan sikap

Finaly dan Wilkinson (1963) suatu genotipe yang memiliki koefisien regresi sama dengan 1 dan rata-rata hasil lebih tinggi dari rata-rata total dapat dinyatakan

Dengan digunakannya kurikulum 2006 (KTSP), perubahan kurikulum 2004 (KBK) ke 2006 (KTSP) merupakan upaya pembaharuan atau penyesuaian kurikulum yang didasarkan pada kompetensi

T he main advantage of this novel method is that high degree of basis functions can be easily constructed without additional finite element nodes (such as mid-side and

atau yel-yel lainnya yang telah disepakati ”. Metode pembelajaran Course Review Horay mempunyai kelebihan : pembelajaran lebih menarik, meriah, tidak monoton dan