• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kinerja Dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak Dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT Rolas Nusantara Mandiri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengukuran Kinerja Dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak Dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT Rolas Nusantara Mandiri)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)PENGUKURAN KINERJA DAN PERBAIKAN RANTAI PASOK KOPI LUWAK DENGAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS (Studi Kasus di PT Rolas Nusantara Mandiri). Oleh: RIDA NESBI ABRINA VIOLITA NIM 115100300111026. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 i.

(2) ii.

(3) LEMBAR PERSETUJUAN. Judul TA. Nama Mahasiswa NIM Jurusan Fakultas. : Pengukuran Kinerja dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT Rolas Nusantara Mandiri) : Rida Nesbi Abrina Violita : 115100300111026 : Teknologi Industri Pertanian : Teknologi Pertanian. Pembimbing Pertama,. Pembimbing Kedua,. Mas’ud Effendi, STP. MP. NIP. 19800823 200501 1 003. Dr. Retno Astuti, STP, MT NIP. 19700521 200212 2 001. Tanggal Persetujuan: ........................................... Tanggal Persetujuan: ........................................... iii.

(4) iv.

(5) LEMBAR PENGESAHAN. Judul TA. : Pengukuran Kinerja dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT Rolas Nusantara Mandiri) Nama Mahasiswa : Rida Nesbi Abrina Violita NIM : 115100300111026 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian. Dosen Penguji I,. Ir. Usman Effendi, MS. NIP. 19610727 198701 1 001 Dosen Penguji II,. Dosen Penguji III,. Mas’ud Effendi, STP, MP NIP. 19800823200501 1 003. Dr. Retno Astuti, STP, MT NIP. 19700521 200212 2 001. Ketua Jurusan,. Dr. Sucipto, STP, MP. NIP. 19730602 199903 1 001 Tanggal Lulus TA : ............................... v.

(6) vi.

(7) RIWAYAT HIDUP. Penulis dilahirkan di Blitar pada tanggal 05 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan dari Bapak Riduwan dan Ibu Pujiasih. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Binangun pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama di SMPN 1 Binangun dengan tahun kelulusan 2008, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Blitar pada tahun 2011 Penulis melanjutkan studi S1 Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2011. Pada masa pendidikannya, penulis aktif sebagai Asisten Pengetahuan Bahan Agroindustri, Asisten Perancangan Kerja dan Ergonomi dan Asisten Plan Product and Inventory Control (PPIC). Selain itu penulis juga pernah menjadi staf di Forum Kajian Islam Teknologi Pertanian (FORKITA).. vii.

(8) viii.

(9) Alhamdulillah... Terima kasih Ya Allah Karya kecil ini saya persembahkan kepada orang-orang yang selalu ada untukku di saat susah, senang, sedih dan bahagia,.. Terima kasih Papa, Ibu, Adik serta Sahabat-sahabatku tercinta… ix.

(10) x.

(11) PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa NIM Jurusan Fakultas Judul TA. : Rida Nesbi Abrina Violita : 115100300111026 : Teknologi Industri Pertanian : Teknologi Pertanian : Pengukuran Kinerja dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT Rolas Nusantara Mandiri). Menyatakan bahwa, TA dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.. Malang, 23 November 2017 Pembuat Pernyataan,. Rida Nesbi Abrina Violita NIM 115100300111026. xi.

(12) xii.

(13) Rida Nesbi Abrina Violita. 115100300111026. Pengukuran Kinerja dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT. Rolas Nusantara Mandiri). TA. Dosen Pembimbing: Mas’ud Effendi, STP, MP. dan Dr. Retno Astuti, STP, MT. RINGKASAN Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Pada saat ini tuntutan pelanggan terhadap produk kopi semakin tinggi. Pelanggan mulai menuntut aspek variasi, aspek kecepatan respon, inovasi dan fleksibilitas (Pujawan, 2005). Oleh karena itu, dalam memenuhi permintaan dan kebutuhan pelanggan diperlukan pengintregasian yang efisien dari sistem rantai pasok. PT Rolas Nusantara Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri yang berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur dengan produk utama salah satunya kopi luwak. Penelitian ini bertujuan adalah untuk menentukan kinerja manajemen rantai pasok kopi luwak PT Rolas Nusantara Mandiri dan menentukan usulan skenario alternatif dalam model perbaikan rantai pasok kopi luwak. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan integrasi model Performance of Activity (POA) dan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) berbasis Pairwise Comparison dan Objective Matrix (OMAX). Tiap-tiap atrinut yang digunakan dalam pengukuran rantai pasok diberikan bobot dengan menggunakan metode Pairwise Comparison. Setelah mengetahui bobot dan target pencapaian dari masing-masing indikator kinerja, selanjutnya dilakukan perhitungan scoring system dengan Objective Matrix (OMAX). Kinerja rantai pasok yang memiliki nilai rendah akan dilakukan perbaikan dengan melakukan simulasi menggunakan metode System Dynamics. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok kopi luwak PT Rolas Nusantara Mandiri bernilai cukup (0,58 untuk produk Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr dan 0,69 untuk xiii.

(14) produk Roasted Luwak Arabica 150 gr). Skenario alternatif terbaik dalam model perbaikan sistem manajemen rantai pasok kopi luwak adalah model kebijakan inventory turn over 4 kali per tahun dan inventory days of supply 90 hari. Hasil perbaikan kinerja rantai pasok kopi luwak PT Rolas Nusantara Mandiri sebesar 0,813 (Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr) dan 0,818 (Roasted Luwak Arabica 150 gr). Saran terhadap pengembangan penelitian ini adalah agar dilakukan pemodelan dan simulasi rantai pasok secara keseluruhan, tidak hanya model dan simulasi untuk kinerja yang akan diperbaiki saja, agar karakteristik dari rantai pasok yang akan diukur lebih jelas dan terperinci. Kata Kunci : Kinerja Rantai Pasok, Kopi Luwak, System Dynamics.. xiv.

(15) Rida Nesbi Abrina Violita. 115100300111026. Performance Measure and Improvement of Civet Coffee’s Supply Chain using System Dynamics (Case Study at PT. Rolas Nusantara Mandiri). Minor Thesis. Supervisor: Mas’ud Effendi, STP, MP. and Dr. Retno Astuti, STP, MT. SUMMARY Coffee is an important export commodity for Indonesia that can contribute large exchange. Current needs of coffee was higher. Costumer begin strive for aspect of variations, responsibility, innovations and flexibility (Pujawan, 2005). Therefore, within fulfill a demand and costumer requirement needful efficient integration from supply chain’s system. PT Rolas Nusantara Mandiri is an agroindustry in Surabaya, Jawa Timur with civet coffee as it’s main product. This study aimed to determine the performance of Civet Coffee’s supply chain in PT Rolas Nusantara Mandiri and determine alternative scenario recommendation in improving of civet coffee’s supply chain. Performance Measure of supply chain was done by integration of Performance of Activity (POA) model and Supply Chain Operations Reference (SCOR) based Pairwise Comparison and Objective Matrix (OMAX). Attribute that use to measure of supply chain given weight using Pairwise Comparison method. After that, was done by scoring system measure using Objective Matrix (OMAX). The low’s value of performance supply chain were improved using System Dynamics simulation. The result of study showed that the performance of civet coffee’s supply chain in PT Rolas Nusantara Mandiri have medium value (0,58 for 12 gr civet coffee Arabica’s powder and 0,69 for 150 gr civet coffee Arabica’s roasted). The best of alternative improvement scenario model of civet coffee’s supply chain was policy model of inventory turn over which was 4 time per year and inventory days of supply of 90 days. The result of civet coffee’s supply chain improvement in PT Rolas Nusantara xv.

(16) Mandiri became 0,813 (12 gr civet coffee Arabica’s powder) and 0,818 (150 gr civet coffee Arabica’s roasted). Recommendations for the development of this research are to construct the supply chain’s modelling and simulation to be more complex and detailed not only modelling and simulation that improve, in order that the characteristic of supply chain can be measure more clear and detailed. It was suggested for further research to construct more complex and detail supply chain modeling and simulation, in order to measure characteristics of supply chain clearly and specifically. Keywords : Civet Coffee, Supply Chain Performance, System Dynamic.. xvi.

(17) KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pengukuran Kinerja dan Perbaikan Rantai Pasok Kopi Luwak dengan Pendekatan System Dynamics (Studi Kasus di PT. Rolas Nusantara Mandiri)”. Laporan Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan Tugas Akhir sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik, terutama kepada: 1. Bapak Mas’ud Effendi STP, MP., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan arahan atas terselesainya laporan Tugas Akhir ini. 2. Ibu Dr. Retno Astuti, STP, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan arahan atas terselesainya laporan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Ir. Usman Effendi, MS., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat. 4. Bapak Dr. Sucipto, STP, MP., selaku ketua jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 5. Orang tua penulis Bapak Riduwan dan Ibu Pujiasih, serta saudara penulis Juwita Bintari Rusmala Sari yang selalu memberikan doa serta motivasinya. 6. Sahabat-sahabat penulis Riza, Murphi, Dinda, Ika, Tisna, Novi, Firda, Desi, Faya, dan Mifta atas segala dukungan dan bantuannya. 7. Sahabat system dynamics penulis Karina Meidayanti dan Ulfa Nursiam atas segala dukungan dan bantuannya. 8. Sahabat-sahabat taat penulis Muthi, Nabila, Azizah, Fika, Rani, Nurus, Mbak Dina, Mbak Lola, Mbak Najma, Kholis, xvii.

(18) Balgis, Mbak Mila, Cita, Yatik, Salma, Virgin, Nurmah atas segala doa, bantuan dan motivasinya. Semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan. Malang, 23 November 2017. Penulis. xviii.

(19) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ v RIWAYAT HIDUP ................................................................... vii HALAMAN PERUNTUKAN ..................................................... ix PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................... xi RINGKASAN ............................................................................. xiii SUMMARY ................................................................................. xv KATA PENGANTAR ............................................................ xvii DAFTAR ISI ........................................................................... xix DAFTAR TABEL ................................................................ xxiii DAFTAR GAMBAR ............................................................. xxv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... xxvii I PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3 1.3 Tujuan .............................................................................. 3 1.4 Manfaat ............................................................................ 3 II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5 2.1 Kopi ................................................................................... 5 2.2 Manajemen Rantai Pasok ................................................. 7 2.2.1 Elemen-Elemen Dalam SCM ................................. 10 2.2.2 Prinsip-Prinsip SCM .............................................. 11 2.3. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok ................................. 12 2.3.1 Pengukuran Kinerja ............................................... 12 2.3.2 Kinerja Rantai Pasok ............................................. 13 2.4 Integrasi Manjemen Rantai Pasok .................................. 16 2.5 Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) ....... 18 2.5.1 Skala Perbandingan pada Pairwise Comparison) .. 18 xix.

(20) 2.5.2 Perhitungan Consistency Index (CI) dan Consitency Ratio (CR) ............................................................ 20 2.6 Objective Matrix (OMAX) ................................................. 21 2.7. System Dynamics .......................................................... 21 2.7.1 Causal Loop Diagram (CLD) ................................ 24 2.7.2 Stock and Flow Diagram (SFD) ............................. 27 2.8 Penelitian Terdahulu........................................................ 28 III METODE PENELITIAN ....................................................... 31 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 31 3.2 Batasan Masalah ............................................................. 31 3.3 Prosedur Penelitian ........................................................ 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 47 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................ 47 4.2 Rantai pasok Kopi Luwak PT Rolas Nusantara Mandiri .. 48 4.2.1 Struktur Rantai Pasok Kopi Luwak PT Rolas Nusantara Mandiri ................................................. 48 4.2.2 Aliran Rantai Pasok Kopi Luwak PT Rolas Nusantara Mandiri .................................................................. 51 4.3 Pembobotan Kriteria Rantai Pasok Kopi Luwak PT Rolas Nusantara Mandiri ......................................................... 54 4.4 Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Kopi Luwak PT Rolas Nusantara Mandiri ......................................................... 55 4.5 Analisis Hasil Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Kopi Luwak PT RNM ............................................................. 64 4.6 Simulasi dari Kebijakan Perbaikan Kinerja ...................... 68 4.6.1 Causal Loop Diagram Supply and Demand Kopi Luwak PT. RNM ................................................... 71 4.6.2 Skenario Stock and Flow Diagram ........................ 72 4.7 Skenario dan Hasil Simulasi System Dynamics Kebijakan Inventori ........................................................................ 77 4.7.1 Model Kebijakan Inventory Turn Over 4 kali per tahun dan Inventory Days of Supply 90 hari ......... 77 4.7.2 Model Kebijakan Inventory Turn Over 4 kali per tahun dan Inventory Days of Supply 120 hari ........ 83 xx.

(21) 4.8 Verifikasi dan Validasi Model .......................................... 88 4.8.1 Verifikasi Mode ..................................................... 88 4.8.2 Validasi Model ....................................................... 90 4.9 Hasil Perbaikan ............................................................... 92 4.10 Implikasi Manjerial ........................................................ 94 V KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 97 5.1 Kesimpulan ...................................................................... 97 5.2 Saran ............................................................................... 97 DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 99 LAMPIRAN ............................................................................ 107. xxi.

(22) xxii.

(23) DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12. Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15. Tabel 4.16. Atribut Kinerja .......................................................... 15 Skala Perbandingan dalam Metoda Pairwise Comparison ............................................................. 18 Nilai Indeks Acak (RI).............................................. 19 Pengukuran dengan Objective Matrix ..................... 21 Metrics Performance/Kinerja Matriks yang diukur .. 37 Jumlah Tenaga Kerja PT Rolas Nusantara Mandiri .................................................................... 47 Hasil Pembobotan Kriteria Rantai Pasok Kopi Luwak PT. RNM ...................................................... 54 Hasil Pengukuran dari Kinerja Rantai Pasok Perusahaan ............................................................. 64 Metriks Dengan Skor Yang Tinggi .......................... 65 Metriks Dengan Skor Rendah ................................. 66 Metriks Dengan Skor Yang Tinggi .......................... 67 Metriks Dengan Skor Rendah ................................. 67 Kinerja Rantai Pasok Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr PT RNM ......................................................... 69 Kinerja Rantai Pasok Roasted Luwak Arabica 150 gr PT RNM ....................................................... 70 Formulasi Stock Flow Diagram Kebijakan Inventori .................................................................. 76 Kondisi Inisial Variabel-variabel Sistem pada saat Awal Simulasi Model ....................................... 77 Perkiraan Inventori Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr setelah diperbaiki Periode JanuariDesember ................................................................ 79 Perkiraan Inventori Roasted Luwak Arabica 150 gr setelah diperbaiki Periode Januari-Desember .... 82 Kondisi Inisial Variabel-variabel Sistem pada saat Awal Simulasi Model ....................................... 83 Perkiraan Inventori Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr setelah diperbaiki Periode JanuariDesember ................................................................ 85 Perkiraan Inventori Roasted Luwak Arabica 150 gr setelah diperbaiki Periode Januari-Desember .... 87. xxiii.

(24) Tabel 4.17 Perbaikan Kinerja Rantai Pasok Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr PT RNM................................. 94 Tabel 4.18 Perbaikan Kinerja Rantai Pasok Roasted Luwak Arabica 150 gr PT RNM .......................................... 95. xxiv.

(25) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola ............................................. 8 Causal Loop Diagram .......................................... 24 Stock and Flow Diagram ...................................... 26 Diagram Prosedur Penelitian ............................... 31 Tahap Analisis Data Penelitian ............................ 36 Aliran Rantai Pasok Kopi Luwak PT Rolas Nusantara Mandiri ............................................... 53 Causal Loop Diagram (CLD) dari Pemenuhan Permintaan........................................................... 71 Model SFD Perbaikan Kinerja Inventori Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr ................................. 73 Grafik Perbandingan Inventory dan Desired Inventory .............................................................. 79 Perbandingan Jumlah Produksi dan Jumlah Permintaan........................................................... 78 Grafik Perbandingan Inventory dan Desired Inventory .............................................................. 79 Perbandingan Jumlah Produksi dan Jumlah Permintaan........................................................... 81 Grafik Perbandingan Inventory dan Desired Inventory .............................................................. 84 Perbandingan Jumlah Produksi dan Jumlah Permintaan........................................................... 84 Grafik Perbandingan Inventory dan Desired Inventory .............................................................. 86 Perbandingan Jumlah Produksi dan Jumlah Permintaan........................................................... 86 Hasil Simulasi Verifikasi ....................................... 88 Cause Strip Diagram Variabel Inventory, Procurement dan Shipment ................................. 90. xxv.

(26) xxvi.

(27) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22. Tabel Kinerja Supply Chain Management ........... 107 Kuesioner Penenuan Weight (Pembobotan) ....... 111 Jenis-jenis Produk Kopi di PT RNM..................... 115 Gambar Produk Kopi di PT RNM......................... 117 Perhitungan Matriks Pairwise Comparison .......... 119 Hasil Pengolahan Pembobotan Kuesioner dengan Software Criterium DecisionPlus 3.0 ...... 121 Permintaan Kopi Luwak PT RNM Tahun 2014 .... 123 Data Peramalan Kopi Luwak PT RNM Tahun 2014 ..................................................................... 127 Jumlah Inventori Kopi Luwak PT RNM Tahun 2014 ..................................................................... 129 Perhitungan Inventory Accuracy .......................... 133 Perhitungan Forecast Accuracy........................... 135 Perhitungan Order Manufacturing Cost ............... 137 Perhitungan Equipment Related to Production as a % of Revenue .............................................. 139 Perhitungan Inventory Carrying Cost .................. 141 Perhitungan Inventory Investment as % of Sales .................................................................... 143 Perhitungan Freight Cost per Unit Shipped ......... 145 Perhitungan Inbound Freight Cost ....................... 147 Perhitungan Measure of Excess/Obsolete Inventory .............................................................. 149 Perhitungan Inventory Days of Supply ................ 151 Perhitungan Cash-to Cash Cycle Time ............... 153 Perhitungan Inventory Turn Over ........................ 155 Perhitungan Nilai Matriks Maksimum dan Minimum pada Objective Matrix .......................... 157. xxvii.

(28)

(29)

(30) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Menurut data Kementerian Perdagangan, ekspor kopi Indonesia senilai US$1,5 miliar atau Rp 15 triliun (Hidayat dan Arie, 2014). Pada saat ini tuntutan pelanggan terhadap produk kopi semakin tinggi. Pelanggan mulai menuntut aspek variasi, aspek kecepatan respon, inovasi dan fleksibilitas. (Pujawan, 2005). Oleh karena itu, dalam memenuhi permintaan dan kebutuhan pelanggan diperlukan pengintregasian yang efisien dari sistem rantai pasok. Barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat, dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai biaya dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan. PT Rolas Nusantara Mandiri merupakan salah satu anak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XII yang berkantor pusat di Jalan Indrapura No.33A Surabaya, bergerak di bidang agribisnis dan agroindustri yang memiliki unit pengolahan kopi, teh dan air minum dalam kemasan. Pada unit pengolahan kopi terdapat kopi luwak yang menjadi salah satu produk andalan dari PT Rolas Nusantara Mandiri. PT Rolas Nusantara Mandiri mengalami kendala dalam penjualan produk kopi yang tidak mengalami perkembangan yang baik, padahal potensi penjualan produk kopi cukup menjanjikan. Oleh karena itu PT Rolas Nusantara Mandiri ingin meningkatkan kinerja perusahaan dan meningkatkan kualitas produksi agar mampu bersaing dengan produk-produk yang ada dipasaran. Salah satu kinerja yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan adalah kinerja rantai pasok. Untuk menciptakan manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik. Dengan mengukur kinerja rantai pasok maka berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan permintaan konsumen seperti kecepatan merespon dan ketepatan waktu dalam 1.

(31) memenuhi permintaan akan dapat diketahui berapa waktu yang diperlukan untuk setiap prosesnya serta diharapkan dapat memudahkan perusahaan dalam menentukan strategi yang akan dilakukan untuk menghadapi kelemahan perusahaan serta prioritas yang akan datang. PT Rolas Nusantara Mandiri belum pernah melakukan pengukuran kinerja secara sistematik. Pengukuran kinerja yang dilakukan selama ini hanya melihat apakah terjadi kerugian secara material atau tidak secara keseluruhan, tidak spesifik kepada rantai pasoknya. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan integrasi model Performance of Activity (POA) dan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) berbasis Pairwise Comparison dan Objective Matrix (OMAX). Dalam model POA yang diukur adalah cost, time, capacity, productivity, utility, dan outcome, sedangkan dalam model SCOR akan mengukur reliability, responsiveness, flexibility, costs dan asset (Sidarto, 2008). Tiap-tiap kriteria yang digunakan dalam pengukuran rantai pasok diberikan bobot dengan menggunakan metode Pairwise Comparison. Setelah mengetahui bobot dan target pencapaian dari masing-masing indikator kinerja, selanjutnya dilakukan perhitungan scoring system dengan Objective Matrix (OMAX). Hasilnya kemudian dilakukan simulasi dengan metode system dynamics untuk melihat apakah kebijakan yang dihasilkan untuk tiap kinerja rantai pasok yang telah diukur dapat digunakan. System dynamics digunakan untuk mensimulasikan sistem yang bersifat dinamis dan menyelesaikan suatu masalah tidak dilihat pada satu pokok bagian saja, tetapi dilihat semua pengaruhnya terhadap semua yang berhubungan dengan masalah tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan selanjutnya agar kinerja perusahaan dapat lebih ditingkatkan yaitu dengan mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi permintaan dan juga aktivitas lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan permintaan dari konsumen.. 2.

(32) 1.2. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian di PT Rolas Nusantara Mandiri, maka permasalahan yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja rantai pasok kopi luwak PT Rolas Nusantara Mandiri? 2. Bagaimana usulan skenario alternatif terbaik dalam model perbaikan sistem rantai pasok kopi luwak pada PT Rolas Nusantara Mandiri? 1.3. Tujuan. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Menentukan kinerja rantai pasok kopi luwak PT Rolas Nusantara Mandiri. 2. Menentukan usulan skenario alternatif dalam model perbaikan sistem rantai pasok kopi luwak. 1.4. Manfaat. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan sebagai bahan informasi dan pertimbangan positif dalam mengatasi masalah rantai pasok serta memudahkan perusahaan dalam menentukan strategi yang akan dilakukan. 2. Bagi pihak lain menambah pengetahuan maupun wawasan berpikir dan menambahnya kesadaran pentingnya manajemen rantai pasok dalam mencapai tujuan perusahaan serta sebagai bagan acuan untuk penyusunan penelitian yang serupa dan lebih mendalam. .. 3.

(33) 4.

(34) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Kopi adalah jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman kopi (Sairdama, 2013). Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012). Walaupun jenis kopi itu banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis besarnya ada tiga jenis besar, yaitu 1. Kopi Arabika, yang mempunyai ciri berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm dengan panjang buah 1,5 cm, 2. Kopi Canephora, dengan cirinya yaitu berdaun besar, dan panjang daun lebih dari 20 cm x 10 cm, bergelombang, dengan panjang buah ± 1,2 cm, 3. Kopi Liberika, yang mempunyai ciri berdaun lebat, besar, mengkilat, buah besar sampai 2/3 cm, tetapi biji kecil. Kopi Arabika tumbuh maksimal pada ketinggian 1.000 meter sampai 1.500 meter di atas permukaan laut. Kopi Arabika memiliki jenis 9 jenis yang berbeda pula, antara lain Brazilian Arabica yang tumbuh maksimal pada ketinggian 2.000 meter sampai 2.500 meter di atas permukaan laut, dan Colombian Mild Arabica tumbuh maksimal pada ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut. Kopi Robusta akan tumbuh maksimal pada ketinggian 400 meter sampai 700 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi sangat sensitif terhadap kelembaban udara. Kelembaban udara yang ideal yaitu antara 70 persen sampai 89 persen. Selain itu tanaman kopi juga sensitif terhadap curah hujan. Ada saat dimana tanaman kopi membutuhkan hujan yang cukup banyak yaitu pada saat perkembangan biji, dan ada pula saat dimana curah hujan tidak terlalu banyak dibutuhkan yaitu 5.

(35) pada saat berbunga dan perkembangan buah, karena hujan yang deras akan menyebabkan bunga rontok dari tanaman (AEKI, 2006). Beberapa sifat penting kopi Arabika: 1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 mdpl dengan suhu sekitar 16-20 derajat Celsius. 2. Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, tetapi sesekali mendapat hujan. 3. Terutama peka terhadap penyakit karat daun terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 mdpl. 4. Rata-rata produksi sedang (4,5-5 kuintal kopi beras/ha/tahun) tetapi mempunyai cita rasa, kualitas, dan harga relatif tinggi dibandingkan kopi Robusta. Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan Liberika dan Ekselsia masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal daripada Robusta (AEKI, 2006). Selain kedua jenis kopi tersebut, di Indonesia juga terdapat jenis kopi lain yaitu kopi luwak. Kopi luwak tidak berasal dari spesies kopi khusus, namun berasal dari buah kopi robusta atau kopi arabika yang dimakan oleh hewan luwak, buah kopi tersebut diproses melalui sistem pencernaan dan kemudian biji kopi tersebut dikeluarkan dalam bentuk kotoran hewan luwak. Kotoran tersebut diambil biji kopinya, dibersihkan, dikeringkan dengan sinar matahari sehingga menjadi biji kopi luwak (Fuferti, Syakbaniah dan Ratnawulan, 2013). Kopi luwak (Civet coffee) adalah jenis kopi dari biji kopi yang telah dimakan oleh binatang sejenis musang bernama luwak (Paradoxurus Hermaphrodirus), buah kopi tersebut kemudian mengalami proses fermentasi secara alami di dalam sistem pencernaan luwak (Krishnakumar, Balasubramanian dan Balakrishnan, 2002). Kopi luwak memiliki cita rasa yang unik dan kadar keasaman yang rendah, lembut seperti sirup (Chan dan Garcia, 6.

(36) 2011). Proses fermentasi alami yang terjadi dalam perut luwak mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain berada pada suhu fermentasi optimal juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya sekitar 0.5–1 persen. Rendahnya kadar kafein kopi luwak ini disebabkan oleh proses fermentasi dalam sistem pencernaan luwak yang mampu mengurangi kadar kafein kopi sehingga dapat menciptakan kenikmatan pada kopi luwak dan aroma yang sangat harum (Marcone, 2004) Menurut Oktadina, Bambang dan Muhammad (2013), ada dua cara pengolahan kopi yaitu dilakukan dengan pengolahan basah dan pengolahan kering. Pengolahan basah dilakukan dengan cara memfermentasikan kopi dengan kurun waktu 24-36 jam. Dimana tujuan fermentasi dilakukan untuk melepaskan lendir yang berasal dari kulit tanduk kopi. Sedangkan pengolahan kering dilakukan dengan cara mengeringkan buah kopi secara berkala untuk menghilangkan lendir. 1.2. Manajemen Rantai Pasok. Supply chain management (manajemen rantai pasokan) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render, 2010). Simichi-Levi et al (2008) menyatakan manajemen rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga produk dapat dihasilkan dan distribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Definisi tersebut didasarkan atas beberapa hal : 1. Manajemen rantai pasokan perlu mempertimbangkan bahwa semua kegiatan mulai dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, sampai ke pengecer 7.

(37) berdampak pada biaya produk yang diproduksi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 2. Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah agar total biaya dari semua bagian, mulai dari transportasi dan distribusi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga mengurangi biaya. 3. Manajemen rantai pasokan berputar pada integrasi yang efisien dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, dan pengecer yang mencakup semua aktivitas perusahaan, mulai dari tingkat strategis sampai tingkat taktik operasional Menurut Chopra and Meindl (2007), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang. Disamping itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan. Sementara itu, Ling Li (2007) memaparkan bahwa rantai pasok lebih menekankan pada semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang. Rantai pasokan menimbulkan gambaran atas pergerakan produk atau pasokan dari supplier kepada pembuat produk, distributor, pengecer, pelanggan sepanjang rantai. Rantai pasok biasanya melibatkan variasi dari tingkat-tingkat (Chopra and Meindl, 2007). Tingkat-tingkat ini meliputi: pelanggan, pengecer, distributor, pembuat produk dan komponen atau supplier bahan baku. Rantai pasok tidak hanya terdiri dari perusahaan maupun pemasok, namun juga transportasi, gudang, pengecer, dan konsumen dari perusahaan tersebut (Widodo dan Dewi, 2010). Strategi rantai pasokan adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasokan yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada rantai pasokan tersebut (Muhammad, Amri dan Cut, 2012). Menurut 8.

(38) Gambar 2.1 Simplifikasi Model Rantai Pasok dan 3 Macam Aliran yang Dikelola (Sumber : Camerinelli, 2008). Prasetya (2009), strategi yang paling mendasar dari sebuah SCM berkaitan dengan perancangan konfigurasi fisik maupun manajemennya. Konfigurasi-konfigurasi tersebut ternyata tidak bisa dilepaskan dari karakteristik produk maupun jasa yang dihasilkan oleh sebuah rantai pasok. Karakteristik produk dalam konteks ini dicirikan oleh berbagai aspek antara lain siklus hidupnya, jumlah variasinya, stabilitas permintaannya dan sebagainya. 1. Produk-produk fungsional dicirikan oleh siklus hidupnya yang panjang, variasinya sedikit dan permintaannya yang relatif stabil serta bisa diprediksi dengan cukup baik. Produk-produk fungsional biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti garam, gula pasir, deterjen, sabun, ballpoin, buku tulis, minyak goreng dan lain sebagainya. 2. Produk-produk inovatif, permintaan yang tidak stabil dan sulit diramalkan, siklus hidupnya pendek. Produk inovatif biasanya muncul sebagai akibat dari kemampuan teknologi dan inovasi yang bagus. Contohnya: Televisi, Komputer dan lain sebagainya.. 9.

(39) 2.2.1 Elemen-Elemen Dalam Manajemen Rantai Pasok Dalam rantai pasok ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama yaitu (Indrajit dan Djokopranoto, 2006): 1. Chain 1: Suppliers Merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. 2. Chain 1-2: Suppliers - Manufacturer Manufacturer atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, mengasembling, merakit, dan mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Penghematan dapat diperoleh dari inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. 3. Chain 1-2-3: Supplier – Manufacturer - Distribution Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Penyaluran barang dilakukan melalui distributor. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. 4. Chain 1-2-3-4: Supplier – Manufacturer – Distribution Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri yang digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.. 10.

(40) 5.. Chain 1-2-3-4-5: Supplier – Manufacturer – Distribution – Retailer Outlets – Customers Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam rantai pasok. Para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelangan atau pembeli atau pengguna barang tersebut.. 2.2.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Rantai Pasok Prinsip utama yang harus dipegang dalam melakukan sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah rantai pasok adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar, bukan hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi juga bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi prinsip ini biasanya membutuhkan perubahanperubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya, kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen rantai pasok yang komplek ke arah yang sama (Prasetya, 2009). Anderson, Britt dan Favre dalam Prasetya (2009), memberikan 7 prinsip dalam SCM yang diperuntukkan bagi manajer dalam merumuskan keputusan strategis, yaitu : 1. Mensegmentasikan pelanggan berdasarkan kebutuhannya. 2. Menyesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda. 3. Mendengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan, sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan alokasi sumberdaya yang optimal. 4. Mendeferensiasikan produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat konversinya disepanjang rantai pasok. 5. Mengelola sumber-sumber suplai secara strategis untuk mengurangi biaya kepemilikan dari material maupun jasa. 6. Mengembangkan strategi teknologiuntuk keseluruhan rantai pasok yang mendukung pengambilan keputusan 11.

(41) 7.. 2.3. berhirarki serta berikan gambaran yang jelas dari aliran produk, jasa maupun informasi. Mengadopsi pengukuran kinerja untuk sebuah rantai pasok secara keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok. 2.3.1 Pengukuran Kinerja Menurut Irfan dalam Indriartiningtias dan Titim (2011), pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi satuan organisasi/kerja. Barnett (2006) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses kuantifikasi efisiensi dan keefektifan dari suatu tindakan. Ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai suatu matriks yang digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan/atau keefektifan dari suatu tindakan. Sistem pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai kumpulan matriks yang digunakan untuk mengkuantifikasi baik efisiensi dan keefektifan tindakan. Menurut Kumar (2007), definisi dari pengukuran kinerja dimana organisasi bertujuan untuk memuaskan pelanggan, adalah mengukur efisiensi dan efektifitas. Efisiensi mengukur seberapa sukses input yang telah ditransformasikan menjadi output. Efektifitas mengukur bagaimana system berhasil mencapai output yang diinginkan. Menurut Aramyam et al. dalam Setiawan dkk (2010), pengembangan sistem pengukuran kinerja rantai pasok perlu mempertimbangkan karakter-karakter khusus dari rantai pasok yang akan diukur. Secara umum terdapat dua jenis rantai pasok produk pertanian, yaitu rantai pasok produk pertanian segar dan rantai pasok produk olahan pertanian. Produk pertanian secara umum mempunyai karakteristik antara lain: (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitas dari produk. Empat 12.

(42) faktor ini perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis manajemen rantai pasok produk pertanian (Yandra dkk, 2007). 2.3.2 Kinerja Rantai Pasok Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), pendekatan proses dalam merancang sistem pengukuran kinerja rantai pasok memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan masalah pada suatu proses sehingga bisa mengambil tindakan koreksi sebelum masalah tersebut meluas. Dengan mengamati kinerja proses rantai pasok dari waktu ke waktu kita dapat melakukan pencegahan dini apabila ada tanda-tanda proses berjalan di luar batas kendali. Pengukuran kinerja rantai pasok digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yang pada akhirnya diharapkan memberi peningkatan profit sebagai hasil yang. Model pengukuran kinerja rantai pasok yang dilakukan adalah mengacu pada kegiatan-kegiatan rantai pasok pada perusahaan, meliputi kegiatan pengadaan, perencanaan produksi, pemenuhan pesanan konsumen, dan pengembalian produk (Kusuma, Kuncoro dan Didik, 2010). Menurut Setiawan dkk (2011), Sistem pengukuran kinerja (performance measurement system) sangat diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka optimalisasi jaringan rantai pasok. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Van der Vorst, 2006). Menurut Chan & Li dalam Sidarto (2008), metrik untuk mengukur kinerja rantai pasok dapat menggunakan model POA (Performance of Activity). Pada prinsipnya POA adalah model yang digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam rantai pasok. Kinerja aktivitas diukur dalam berbagai dimensi, yaitu : 1. Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Ongkos muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Ongkos ini bisa 13.

(43) 2.. 3.. 4.. 5.. berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Ongkos bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap suatu nilai acuan. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat penting dalam konteks manajemen rantai pasok terutama untuk rantai pasok yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masingmasing aktivitas maupun proses dalam rantai pasok. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam menciptakan kecepatan respon pada rantai pasok. Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari rantai pasok pada suatu periode tertentu. Besar kecilnya kapasitas perlu diketahui sebagai dasar untuk perencanaan produksi atau pengiriman dan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke pelanggan. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap ratarata permintaan memberikan informasi fleksibilitas pada rantai pasok. Pada era dimana jaringan rantai pasok sangat dinamis, dimana kegiatan outsourcing dan subcontracting sangat lumrah dilakukan, kapasitas suatu rantai pasok bisa jadi juga dinamis dan tidak ditentukan hanya oleh sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. Kapabilitas. Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu rantai pasok untuk melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa sub-dimensi yang membentuk kapabilitas rantai pasok. Beberapa sub-dimensi kapabilitas yang sering digunakan dalam mengukur kinerja rantai pasok adalah: kehandalan, ketersediaan dan fleksibilitas. Produktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada rantai pasok digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output. Secara mekanis produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif 14.

(44) terhadap keseluruhan input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, baha baku, dan energi. 6. Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan rantai pasok. Misalnya, utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya beroperasi ratarata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 jam dikatakan memiliki utilitas sebesar 75 %. Pada rantai pasok yang siklus hidup produknya relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, utilitas menjadi salah satu ukuran yang penting untuk dimonitor. 7. Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Pada proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan. Outcome tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak berwujud. Selain model POA, terdapat juga model SCOR (Supply Chain Operation Reference). Metode SCOR ini dikemukakan oleh Supply Chain Council pada tahun 1996. Supply Chain Council merupakan sebuah not-for-profit corporation yang didirikan oleh enam puluh sembilan pendiri baik perusahaan maupun perseorangan (Bolstorff dan Rosenbaum, 2007). Menurut Pujawan (2005), Supply Chain Operation Reference (SCOR) adalah satu model acuan dari operasi rantai pasokan. Model SCOR mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen, yaitu business process reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi rantai pasok. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut (Luthfiana dan Yandra, 2013): 1. Business process reengineering pada hakekatnya menerapkan proses kompleks yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan. 2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. 3. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses rantai pasok.. 15.

(45) Tabel 2.1 Atribut kinerja Atribut kinerja Reliabilitas rantai pasok. Responsibilitas rantai pasok Fleksibilitas rantai pasok Biaya rantai pasok Manajemen aktiva rantai pasok. Definisi Performa rantai pasok dalam mengirimkan produk dengan tepat, pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, dan terdokumentasi dengan baik. Kecepatan rantai pasok dalam menyediakan produk ke konsumen. Kemampuan rantai pasok dalam merespon perubahan pasar dalam upaya memenangkan persaingan pasar Biaya-biaya yang berhubungan dengan pengoperasian rantai pasok. Nilai keefektifan dari suatu organisasi untuk mengatur asetnya, untuk mendukung kepuasan permintaan. Ini termasuk fixed capital dan working capital.. Sumber : Supply Chain Council (2006).. Dalam model SCOR terdapat atribut kinerja yang diukur, yaitu reliabilitas rantai pasok, kemampuan reaksi rantai pasok, biaya rantai pasok dan manajemen aktiva rantai pasok (Mutakin dan Hubeis, 2011). Atribut kinerja merupakan satu sel atribut yang digunakan untuk menilai proses rantai pasok dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat lima atribut yang digunakan dalam penilaian performa dari rantai pasok dengan meggunakan metode SCOR. Dalam satu atribut, terdapat beberapa metrik yang dapat dipakai sebagai metrik pengukuran kinerja (Supply Chain Council, 2006). Atribut kinerja pada model SCOR dapat dilihat pada Tabel 2.1. Jenis-jenis kinerja yang diukur pada pengukuran kinerja dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.4. Integrasi Manajemen Rantai Pasok. Menurut Stock dan Lambert dalam Supriyadi (2014), pengelolaan rantai pasok yang sukses membutuhkan sistem yang terintegrasi. Masing-masing unit dalam rantai pasok menjadi satu kesatuan, tidak berdiri sendiri-sendiri sebagaimana 16.

(46) halnya dengan rantai pasok tradisional. Kegiatan operasi pada rantai pasok membutuhkan aliran informasi yang berkesinambungan untuk menghasilkan produk yang baik pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam hal ini konsumen menjadi fokus dalam setiap operasi yang dilakukan. Li, S., Ragu-Nathan,B., Ragu-Nathan, T.S. & Subba Rao, S. (2006) menyatakan bahwa dalam rantai pasok yang terintegrasi terdapat proses-proses berikut ini: 1. Strategic Supplier Partnership Strategic supplier partnership didefinisikan sebagai hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan suppliernya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan strategi dan kemampuan operasional perusahaan pemasok dalam berpartisipasi terhadap perusahaan yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi ini lebih berfokus untuk melakukan perencanaan bersama (mutual planning) dan melakukan upaya pemecahan masalah bersama antara perusahaan dan supplier. Dengan melakukan strategi yang bermitra dengan supplier, maka memungkinkan perusahaan dapat bekerja secara efektif dengan beberapa supplier yang mau berbagi tanggung jawab untuk menciptakan dan mengsukseskan suatu produk. 2. Customer Relationship Customer relationship merupakan beberapa kumpulan praktek yang bertujuan untuk mengelolah keluhan pelanggan, membangun hubungan jangka panjang yang baik dengan pelanggan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Noble dan Tan et al mengutarakan bahwa hubungan dengan pelanggan (customer relationship) merupakan komponen yang penting dalam menerapkan manajemen rantai pasok. Dan dengan perusahaan memiliki pelanggan yang mau berkomitmen dalam membangun hubungan, maka hal ini merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan tersebut. Dengan adanya hubungan dengan pelanggan yang baik maka hal ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk melakukan defirensiasi produknya terhadap kompetitor, dapat meningkatkan loyalitas 17.

(47) 3.. 2.5. pelanggan, dan dapat menciptakan value kepada pelanggan. Information Sharing Information sharing mengacu pada sejauh mana informasi penting dikomunikasikan terhadap mitra usaha perusahaan. Berbagi informasi antar mitra usaha dapat berupa taktik strategi, kondisi pasar secara umum, dan informasi mengenai pelangaan. Dengan saling melakukan pertukaran informasi antar anggota dalam rantai pasok maka informasi tersebut dapat digunakan sebagai sumber keunggulan bersaing. Menurut Stein dan Swet mitra usaha yang terdapat didalam rangkaian manajemen rantai pasok yang bertukar informasi secara teratur dapat bekerja sebagai satu kesatuan dan bersama-sama mereka dapat memahami kebutuhan pelanggan akhir yang lebih baik dan perusahaan mampu merespon perubahan pasar lebih cepat (Suharto dan Devie, 2013). Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison). 2.5.1 Skala Perbandingan pada Pairwise Comparison Pairwise Comparison merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tinjauan dengan mengevaluasi faktor manakah yang memiliki pengaruh secara signifikan (Abdi,H.,and Lynne J.William, 2010). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal dengan membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel kolom (vertikal) untuk menentukan bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Pendekatan berdasarkan perbandingan berpasangan digunakan untuk menentukan kepentingan relatif dari setiap alternatif dalam hal setiap kriteria. Dalam pendekatan ini pengambil keputusan harus mengungkapkan pendapatnya tentai nilai satu perbandingan berpasangan pada satu waktu (Chang, 2008). Tahap terpenting dalam metode perbandingan berpasangan ini adalah penilaian dengan membandingkan sejumlah kombinasi elemen yang ada pada setiap tingkatan sehingga kita dapat melakukan penilaian untuk mengetahui 18.

(48) besarnya bobot dari setiap elemen ataupun faktor (Bachtiar dkk, 2012). Skala perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 2.2.. Tabel. 2.2. Skala Perbandingan Comparison. Intensitas Kepentingan 1. 3. 5. 7. dalam. Metoda. Pairwise. Keterangan. Penjelasan. Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat. Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Elemen yang satu sangat penting daripada elemen lainnya Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya. 9. Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. 2, 4, 6, 8. Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang mengandung elemen terhadap elemen lain, memiliki tingkat penegasan tertinggi Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua pilihan. Sumber: Coyle (2004). Untuk memperoleh peringkat prioritas dapat dilakukan dengan cara pembobotan dan penjumlahan untuk menghasilkan satu bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas tiap elemen. Jika bobot telah ditentukan maka selanjutnya mengukur konsistensi logis untuk menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten 19.

(49) sesuai dengan kriteria yang logis (Herjanto, 2009). Penilaian kriteria dan alternatif dapat ditentukan dengan perbandingan berpasangan menggunakan skala sampai 9, skala 9 merupakan skala terbaik dalam menegekspresikan pendapat. Sekala perbandingan ini disebut skala fundamental yang ditentukan berdasarkan kemampuan individu dalam membuat suatu perbandingan secara berpasangan terhadap elemen yang akan dibandingkan (Saaty, 2008). 2.5.2 Perhitungan Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) Perhitungan Consistency Index (CI) dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari suatu matriks yang didapatkan dari hasil kuesioner responden. Rumus CI adalah sebagai berikut (Marimin, 2004): λ maks−n CI= (1) n−1 Keterangan: Λ maks : nilai maksimum dari nilai eigen matriks yang bersangkutan n : jumlah elemen yang dibandingkan Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik. Rumus CR adalah (Herjanto, 2009): CI CR= (2) RI CR diterima bila ≤ 0,10 dan Random Index (RI) atau random acak adalah nilai konsistensi acak yang nilainya dapat ditentukan berdasarkan Tabel 2.3. Tabel 2.3 Nilai Indeks Acak (RI) N R I. 1. 2. 0. 0. 3 0.5 8. 4 0.9 0. 5 1.1 2. 6 1.2 4. 7 1.3 2. 8 1.4 1. Sumber: Garminia dkk (2010).. 20. 9 1.4 5. 10` 1.4 9. 11 1.5 1.

(50) 2.6. Objective Matrix (OMAX). Menurut (Nasution, 2006), Diagram Objective Matrix adalah suatu model pengukuran yang mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta dapat digunakan untuk mengukur seluruh aspek kinerja yang dipertimbangkan dalam suatu unit kerja dimana indikator kinerja untuk setiap input dan output didefinisikan dengan jelas, memasukan pertimbangan pihak manajemen dalam menentukan bobot sehingga bersifat fleksibel. Metode ini dikembangkan oleh James L Riggs, seorang profesor produktivitas pada tahun 1980 an. Model pengukuran ini mempunyai ciri yang unik, yaitu kriteria performansi kelompok kerja digabungkan ke dalam suatu matriks. Setiap kriteria performansi memiliki sasaran berupa jalur khusus menu perbaikan serta memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingan terhadap tujuan produktivitas. Hasil akhir dari pengukuran ini adalah nilai tunggal untuk kelompok kerja (Avianda, 2004). Model pengukuran OMAX yang dikembangkan untuk memantau produkstivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Kegunaan OMAX adalah (Kusmindari dan Aprianto, 2009): 1. Sebagai sarana pengukuran produktivits. 2. Sebagai alat memecahkan masalah produktivitas. 3. Alat pemantau pertumbuhan produktivitas. Dalam perkembangannya, diagram OMAX selain bisa digunakan untuk mengukur produktivitas juga digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang tersusun atas berbagai kriteria pengukuran. Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matriks objektif. Bentuk matriks tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4. 2.7. System Dynamics. Menurut Kelton, dkk (2003) simulasi merupakan eksperimen terhadap model yang dibuat untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku sistem atau sebagai alat bantu pengambilan keputusan (dalam Arvitrida, 2007). Keuntungan 21.

(51) Tabel 2.4 Pengukuran dengan Objective Matrix. Sumber : Frazelle (2001).. simulasi terletak pada kemampuannya mensimulasikan perubahan informasi, organisasi, dan lingkungan di luar sistem dan mengamati pengaruhnya terhadap perilaku sistem, sehingga memungkinkan pelaksanaan pengamatan dan pengujian analitis terhadap sistem nyata yang kompleks dan berelemen stokastik (Febriana, Sugiono dan Rahmi, 2013). Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi dan analisis kebutuhan 22.

(52) serta diakhiri dengan sistem operasi yang efektif. Pendekatan sistem ini memiliki beberapa unsur antara lain adanya metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan, bersifat multidisiplin dan terorganisir, mampu berfikir secara non-kuantitatif, menggunakan model matematika, teknik simulasi dan optimasi, serta dapat diaplikasikan dengan komputer (Purnomo, 2003). Simulasi sistem memberikan pendekatan baru dalam memandang persoalan manajemen rantai pasok (supply chain) sebagai suatu masalah yang utuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu penyelesaian secara menyeluruh. Model yang dibangun akan disimulasikan sehingga memberikan gambaran yang nyata dan menggantikan metode trial and error dalam menentukan kebijakan pengambilan keputusan. Salah satu metode tersebut adalah metodologi sistem dinamik. Sistem dinamik dalam perkembangannya telah menjadi sebuah pendekatan yang bersifat computer-aided untuk menganalisa dan menyelesaikan permasalahan kompleks dengan menitik beratkan pada analisa perancangan kebijakan (Widodo, Yun dan Sigit, 2010). Analisis sistem adalah proses yang menekankan pada pendekatan holistik terhadap pemecahan masalah dan menggunakan model untuk mengidentifikasi dan meniru karakteristik dari sistem-sistem yang kompleks serta membuat alternatif skenario pemecahan masalah. Tentu saja pendekatan sistem bukanlah satu-satunya cara membuat skenario-skenario tersebut. Tetapi dinamika sistem sangat berguna untuk menggambarkan pemahaman kita tentang sistem yang ada di alam nyata (Purnomo, 2003). Dinamika sistem merupakan metode pemodelan yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang dinamika waktu. Dinamika waktu yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan perubahan waktu. Asumsi utama dalam paradigma dinamika sistem adalah bahwa dinamika waktu yang persistent pada setiap sistem yang kompleks bersumber dari struktur kausal yang membentuk sistem (Ivan, 2012). Sistem dinamik merupakan suatu metodologi untuk memahami berbagai masalah kompleks. Metode ini 23.

(53) dikembangkan oleh Jay W. Forrester dari MIT dengan nama Industrial Dynamics pada tahun 1959, dengan menempatkan masalah-masalah dalam sistem usaha sebagai topic utama. Pada perkembangan selanjutnya, topik bahasannya meluas meliputi berbagai masalah sistem sosial, dan namanya disesuaikan menjadi sistem dinamik. Metode Sistem Dinamik mempelajari masalah dengan sudut pandang sistem, dimana elemen-elemen sistem tersebut saling berinteraksi dalam suatu hubungan umpan balik sehingga menghasilkan suatu perilaku tetentu. Interaksi dalam struktur ini diterjemahkan ke dalam model-model matematik yang selanjutnya dengan bantuan komputer digital disimulaiskan untuk memperoleh perilaku historisnya. Untuk mengunakan metode ini, sebelum dimulai langkah-langkah pemecahan masalah, ada dua hal yang perlu diperhatikan (Badan Pembinaan Konstruksi, 2012), yaitu: 1. Masalah yang dihadapi menunjukkan adanya tanda-tanda dinamik, yang berarti bahwa permasalahan tersebut berkenan dengan suatu besaran yang berubah terhadap waktu yang dapat dituangkan ke dalam bentu grafik dengan variabelnya yang berupa deret waktu. 2. Masalah yang dihadapi bisa digambarkan dalam bentuk hubungan umpan balik. 2.7.1 Causal Loop Diagram (CLD) Hal penting dalam struktur dinamis adalah menemukan mekanisme solusi yaitu bagaimana strategi, aksi dan kebijakan agar sistem berfungsi sesuai tujuan. Struktur sistem dinamis adalah sistem tertutup. Pengaruh lingkungan dimungkinkan dan perubahan eksternal dianggap sebagai variabel eksogen. Untuk memudahkan berpikir sistem, struktur disederhanakan dalam causal loop diagram yang menggambarkan ciri dari sistem tertutup. Ciri sistem tertutup di tunjukkan loop feedback (Muhammadi et al., 2001). Hubungan kausal (causal loop) atau hubungan sebab akibat merupakan titik fokus dari paradigma pendekatan sistem dinamis. Hubungan sebab akibat tersebut sebagian besar diperoleh dari : korelasi, analisis regresi, cluster 24.

(54) analysis dan berbagai analisis klasifikasi dari komponen sistem (Roy et al., 2000). Causal loop diagram adalah ekspresi hubungan kausal ke dalam gambar tertentu. Unsur sebab dan akibat salah satu diantaranya merujuk keadaan terukur kualitatif (dirasakan) atau kuantitatif (aktual). Proses (rate) atau informasi tentang keadaan sebagai sebab yang menghasilkan keadaan (level) atau pengaruh pada proses sebagai akibat atau sebaiknya. Ini adalah aturan logis sistem dinamis dalam memetakan causal loop diagram seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2 (Muhammadi et al., 2001).. Gambar 2.2. Causal Loop Diagram (Roy et al, 2000). Causal loop diagram merupakan alat bantu untuk mempermudah strukturisasi sistem. Strukturisasi rinci untuk simplikasi kompleksitas sesuai dengan maksud berpikir sistem. Simplikasi berkembang menjadi pola-pola struktur dinamis. Setiap sistem memiliki perbedaan pola perilaku dinamis. Polapola dapat dipakai sebagai pedoman awal dalam membangun struktur dinamis yang lebih rinci atau untuk analisis (Roy et al., 2000; Muhammadi et al., 2001). Setelah unsur sebab dan akibat 25.

(55) telah duduk maka selanjutnya (yang dihubungkan dengan panah sebab akibat) dapat diketahui jenis akibat yang ditimbulkan oleh sebab, yaitu searah-akibat, serta dapat diketahui jenis akibat yang ditimbulkan oleh sebab, yaitu searah atau berlawanan arah. Jika hubungan itu searah maka tanda panahnya positif (+); jika berlawanan arah maka tanda panahnya negatif (Borshchev et al., 2004; Ford et al., 2005 ). Proses penstrukturan selanjutnya adalah merangkai hubungan kausal itu menjadi sistem tertutup sehingga menghasilkan loops. Sifat positif atau negatif loops diketahui dengan melihat hasil seluruh proses interaksi tanda panah dalam suatu loop; searah (disebut loop positif) atau berlawanan arah (disebut loop negatif). Loop positif berprilaku percepatan atau perlambatan. Loop negatif berperilaku menuju sasaran atas limit. Ada dua jenis sasaran, yaitu sasaran menuju eksplisit: lebih besar dari 0 dan sasaran menuju implisit: mendekati 0 (Borshchev et al., 2004; Ford et al., 2005). Hubungan kausal yang terjadi pada suatu sistem akan dipengaruhi oleh peubah dan paramater (Sitompul, 2002). Peubah keadaan (state variables) adalah kuantitas yang menggambarkan kondisi komponen dalam sistem yang dapat nyata seperti berat atau abstrak seperti fase perkembangan dan dapat berubah dengan waktu sebagaimana system berinteraksi dengan lingkungan. Peubah keadaan bersifat masukan pada model sistem seperti faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkah-laku sistem, dan juga dikenal sebagai peubah penggerak (driving variables). Jika suatu sistem tidak mempunyai masukan, itu berarti tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan diacu sebagai sistem tertutup (closed sistem). Sistem terbuka (open system) mempunyai satu atau lebih masukan yang dapat berubah dengan waktu. Parameter adalah karakteristik dari unsur sistem atau peubah laju (rate variables) dari persamaan yang digunakan dalam model sistem dan biasanya bersifat tetap (konstan) selama masa simulasi. Parameter dapat dibuat sebagai masukan, sehingga kadang-kadang perbedaan antara masukan dan parameter tidak selalu jelas. Umumnya masukan tergantung langsung pada waktu, sementara parameter adalah relatif 26.

(56) konstan tergantung pada keadaan sistem. Penggunaan diagram komponen dianjurkan untuk menghubungkan komponen, masukan, keluaran, dan batas sistem dalam sistem (Sitompul, 2002). 2.7.2 Stock and Flow Diagram (SFD) Tujuan utama diagram alir adalah untuk mempresentasikan struktur aliran secara rinci dari sistem dalam bentuk struktur kebijakan yang baik sehingga dapat digunakan untuk menyusun model matematik. Diagram ini memiliki tingkat ketelitian yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis diagram yang lain (Sterman, 2000). Struktur umum diagram alir dapat dilihat pada Gambar 2.3.. Gambar 2.3. Stock and Flow Diagram (Sterman, 2000). Diagram alir memiliki kelebihan antara lain (Sterman, 2000): 1. Telah membedakan antara subsistem fisik dan sub sistem informasi 2. Telah membedakan setiap jenis variabel yang digunakan yaitu level atau stock, rate dan auxiliary dengan simbol yang berbeda 3. Memiliki hubungan satu-satu dengan persamaan matematik 4. Mengindikasikan adanya delay dalam sistem 5. Menunjukkan adanya smoothing terhadap beberapa variabel 6. Menunjukkan dengan jelas jenis fungsi-fungsi khusus yang digunakan dalam persamaan matematik 27.

(57) 2.8. Penelitian Terdahulu. Behrooz Asgari dan Md Aynul Hoque (2013), meneliti tentang pendekatan system dinamics untuk menganalisis kinerja rantai pasok industri garmen siap pakai di Bangladesh. Konsumen akhir pada pasar mode pakaian menjadikan peningkatan time-sensitive, pengurangan lead time, kriteria kualitas dan biaya dibutuhkan untuk memenangkan pesanan dari pembeli. Menguji peluang bahwa hal tersebut berada pada integrasi rantai pasok yang memeberikan keunggulan kompetitif sektor garmen siap pakai. Pendekatan system dinamics digunakan untuk mengidentifikasi pada variabel-variabel yang paling dominan pada kinerja rantai pasok (seperti penggerak, kinerja atau hasil dan penghambat) pada sektor garmen siap pakai. Survey dan wawancara dilakukan dengan anggota manajemen senior, pakar rantai pasok dan persediaan pada industri garmen siap pakai. Berdasarkan penelitian, causal loop diagram mengusulkan membantu memahami perilaku dinamis diantara variabel-variabel yang dijelaskan sehingga manajemen puncak dapat memutuskan secara efektif pada pemesanan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok pada jangka panjang. Nikita Hanugrani, Nasir Widha Setyanto dan Remba Yanuar Efranto (2013) meneliti pengukuran performansi supply chain di PT. Indonesian Tobacco yang telah menerapkan konsep Supply Chain Management untuk mengatur proses aliran material. Metode yang digunakan untuk mengukur performansi supply chain adalah Supply Chain Operation Reference (SCOR). SCOR merupakan suatu model acuan proses untuk operasi supply chain yang terbagi ke dalam lima proses manajemen dasar supply chain yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Pengukuran performansi dalam penelitian ini juga didukung oleh metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Objective Matrix (OMAX). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai pencapaian performansi supply chain perusahaan secara keseluruhan adalah sebesar 7,85. Dengan melakukan pembobotan menggunakan AHP dan perhitungan scoring system menggunakan OMAX, dapat diketahui 4 indikator kinerja supply chain yang perlu segera mendapatkan tindakan 28.

(58) perbaikan, yaitu penyimpangan peramalan permintaan, jumlah pemasokan bahan baku, ketidaksesuaian bahan baku dengan spesifikasi, dan jumlah komplain dari konsumen. Dengan melakukan perbaikan pada indikator-indikator tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan performansi supply chain pada perusahaan. Eko Muh Widodo, Yun Arifatul Fatimah dan Sigit Indarto (2010) meneliti tentang simulasi sistem dinamik untuk meningkatkan kinerja rantai pasok di industri kulit PT Lembah Tidar Jaya Magelang. Penelitian dilakukan terhadap indikator kinerja rantai pasok, yaitu tingkat persediaan produk dan keterlambatan pesanan. Ada tiga proses utama di PT Lembah Tidar Jaya Magelang, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam industri kulit. Proses-proses tersebut adalah Beam House Procese, Retaining Process dan Finishing Process. Indikator pengukuran untuk ketiga langkah menggunakan aplikasi simulasi sistem dinamik dengan menggunakan Based Model Order Information Sharing dan Demand Sharing untuk memahami struktur yang mendasari yang menghasilkan fluktuasi persediaan dan ukuran keterlambatan pesanan. Berdasarkan evaluasi sistem, model demand sharing terbukti lebih stabil dibandingkan dengan based model. Atika Dwi Febriana, Sugiono dan Rahmi Yuniarti (2013) meneliti tentang evaluasi struktur supply chain pendistribusian benih dan budidaya ikan terhadap profit supply chain dengan pendekatan simulasi sistem dinamik pada hatchery ikan kerapu di Situbondo. Pada penenilitan ini dilakukan proses brainstorming dengan para pelaku bisnis pada objek penelitian, yang bertujuan untuk memodelkan dan mengetahui variabel yang berpengaruh sehingga dapat mengevaluasi kondisi bisnis di Situbondo. Sistem supply chain ikan kerapu merupakan fungsi dari waktu ke waktu, dimana kondisi sistem dapat berubah setiap saat dalam menghadapi banyaknya permintaan serta produksi yang bersifat stokastik dan uncertain condition. Oleh karena itu, simulasi yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi sistem dinamik. Berdasarkan hasil simulasi menggunakan software Vensim Pro 5.0 yang telah tervalidasi secara kualitatif dan kuantitatif, diketahui bahwa laba bersih seluruh pelaku 29.

(59) bisnis mengalami kenaikan yang cukup stabil. Untuk variabelvariabel yang berpengaruh terhadap peningkatan laba bersih para pelaku bisnis antara lain, faktor biologis dan faktor ekonomis.. 30.

(60) III METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di PT Rolas Nusantara Mandiri, yang berlokasi di Jalan Indrapura No.33A Surabaya. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan bulan April 2015. Analisis data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. 1.2. Batasan Masalah. Agar pembahasan masalah tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai, maka terdapat batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Data yang digunakan pada penelitian adalah data yang terkait produksi Kopi Luwak di PT Rolas Nusantara Mandiri yaitu pada dua jenis produk dengan permintaan tertinggi: Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr dan Roasted Luwak Arabica 150 gr. 2. Data yang digunakan adalah data rantai pasok kopi luwak dari supplier sampai pemasaran komoditas kopi arabika oleh PT Rolas Nusantara Mandiri. 3. Data dan model yang dibangun diasumsikan dapat mempresentasikan kondisi sistem nyata. 4. Model perbaikan yang disimulasikan adalah kinerja yang memiliki nilai kinerja yang kurang dari rata-rata. 5. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan penerapan dilakukan dengan menggunakan simulasi dan dilakukan trial & error untuk mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan. 3.3. Prosedur Penelitian. Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang ditempuh untuk mengungkapkan data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian. Prosedur penelitian terdiri dari survei pendahuluan, studi literatur, perumusan masalah, 31.

(61) penentuan tujuan penelitian, penentuan batasan masalah, pengumpulan data, pengolahan dan analisa data, hasil dan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Langkah-langkah dalam penelitian ini secara singkat disajikan pada Gambar 3.1.. Studi Pustaka. Studi Lapangan. Perumusan Masalah. Penentuan Tujuan Penelitian. Penentuan Variabel. Pengumpulan Data. Penyusunan Kuesioner untuk Pembobotan. Tidak Valid Ya Penyebaran Kuesioner. Perhitungan Consistency Ratio (CR). Tidak CR≤ 0,1 Ya Analisis Data Penelitian. Kesimpulan dan Saran. Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian 32.

(62) Secara lebih terperinci, langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Lapangan Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa penelitian ini diawal dengan studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan dan masalah yang sedang terjadi di lapangan, untuk penelitian tugas akhir ini yang menjadi objek penelitian adalah PT Rolas Nusantara Mandiri pada jenis produk Kopi Bubuk Luwak Arabica 12 gr dan Roasted Luwak Arabica 150 gr. Kegiatan ini dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi dengan pihak terkait untuk mengetahui kondisi umum perusahaan tentang rantai pasok komoditas Kopi Arabika. 2. Studi Pustaka Setelah diketahui permasalahan yang ada, selanjutnya dilakukan studi pustaka dari jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang mendukung dalam mencari solusi dari permasalahan. Studi pustaka dilakukan untuk menentukan teori yang menjadi dasar dari solusi permasalahan yang telah ditetapkan. Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca buku-buku, artikel dan jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan. Untuk memecahkan masalah metode yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem dinamis dan menggunakan software Vensim. 3. Perumusan Masalah Sebelum melakukan penelitian, harus dilakukan perumusan terhadap masalah yang akan diteliti terlebih dahulu. Perumusan masalah dilakukan untuk memudahkan identifikasi dan pemecahan masalah. Berdasarkan kondisi di PT Rolas Nusantara Mandiri, maka permasalahan yang timbul dapat dirumuskan antara lain bagaimana kinerja manajemen rantai pasok kopi luwak saat ini dari PT Rolas Nusantara Mandiri dan bagaimana usulan skenario alternatif terbaik dalam model perbaikan sistem manajemen rantai pasok kopi luwak pada PT Rolas Nusantara Mandiri. 33.

Gambar

Tabel 2.1   Atribut Kinerja .........................................................
Tabel 4.17   Perbaikan  Kinerja  Rantai  Pasok  Kopi  Bubuk  Luwak Arabica 12 gr PT RNM................................
Gambar 2.1   Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam  Aliran yang Dikelola ............................................
Gambar 2.1 Simplifikasi Model Rantai Pasok dan 3 Macam  Aliran yang Dikelola
+7

Referensi

Dokumen terkait