• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Manajemen Rantai Pasok

Supply chain management (manajemen rantai pasokan) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render, 2010). Simichi-Levi et al (2008) menyatakan manajemen rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga produk dapat dihasilkan dan distribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Definisi tersebut didasarkan atas beberapa hal :

1. Manajemen rantai pasokan perlu mempertimbangkan bahwa semua kegiatan mulai dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, sampai ke pengecer

8

berdampak pada biaya produk yang diproduksi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

2. Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah agar total biaya dari semua bagian, mulai dari transportasi dan distribusi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga mengurangi biaya.

3. Manajemen rantai pasokan berputar pada integrasi yang efisien dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, dan pengecer yang mencakup semua aktivitas perusahaan, mulai dari tingkat strategis sampai tingkat taktik operasional

Menurut Chopra and Meindl (2007), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang. Disamping itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan. Sementara itu, Ling Li (2007) memaparkan bahwa rantai pasok lebih menekankan pada semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang.

Rantai pasokan menimbulkan gambaran atas pergerakan produk atau pasokan dari supplier kepada pembuat produk, distributor, pengecer, pelanggan sepanjang rantai. Rantai pasok biasanya melibatkan variasi dari tingkat-tingkat (Chopra and Meindl, 2007). Tingkat-tingkat ini meliputi: pelanggan, pengecer, distributor, pembuat produk dan komponen atau supplier bahan baku. Rantai pasok tidak hanya terdiri dari perusahaan maupun pemasok, namun juga transportasi, gudang, pengecer, dan konsumen dari perusahaan tersebut (Widodo dan Dewi, 2010).

Strategi rantai pasokan adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasokan yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada rantai pasokan tersebut (Muhammad, Amri dan Cut, 2012). Menurut

9

Gambar 2.1 Simplifikasi Model Rantai Pasok dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

(Sumber : Camerinelli, 2008)

Prasetya (2009), strategi yang paling mendasar dari sebuah SCM berkaitan dengan perancangan konfigurasi fisik maupun manajemennya. Konfigurasi-konfigurasi tersebut ternyata tidak bisa dilepaskan dari karakteristik produk maupun jasa yang dihasilkan oleh sebuah rantai pasok. Karakteristik produk dalam konteks ini dicirikan oleh berbagai aspek antara lain siklus hidupnya, jumlah variasinya, stabilitas permintaannya dan sebagainya.

1. Produk-produk fungsional dicirikan oleh siklus hidupnya yang panjang, variasinya sedikit dan permintaannya yang relatif stabil serta bisa diprediksi dengan cukup baik. Produk-produk fungsional biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti garam, gula pasir, deterjen, sabun, ballpoin, buku tulis, minyak goreng dan lain sebagainya.

2. Produk-produk inovatif, permintaan yang tidak stabil dan sulit diramalkan, siklus hidupnya pendek. Produk inovatif biasanya muncul sebagai akibat dari kemampuan teknologi dan inovasi yang bagus. Contohnya: Televisi, Komputer dan lain sebagainya.

10

2.2.1 Elemen-Elemen Dalam Manajemen Rantai Pasok

Dalam rantai pasok ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama yaitu (Indrajit dan Djokopranoto, 2006):

1. Chain 1: Suppliers

Merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub-assemblies, suku cadang, dan sebagainya.

2. Chain 1-2: Suppliers - Manufacturer

Manufacturer atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, mengasembling, merakit, dan mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Penghematan dapat diperoleh dari inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini.

3. Chain 1-2-3: Supplier – Manufacturer - Distribution

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Penyaluran barang dilakukan melalui distributor. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. 4. Chain 1-2-3-4: Supplier – Manufacturer – Distribution -

Retail Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri yang digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.

11

5. Chain 1-2-3-4-5: Supplier – Manufacturer – Distribution – Retailer Outlets – Customers

Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam rantai pasok. Para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelangan atau pembeli atau pengguna barang tersebut.

2.2.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Rantai Pasok

Prinsip utama yang harus dipegang dalam melakukan sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah rantai pasok adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar, bukan hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi juga bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi prinsip ini biasanya membutuhkan perubahan-perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya, kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen rantai pasok yang komplek ke arah yang sama (Prasetya, 2009).

Anderson, Britt dan Favre dalam Prasetya (2009), memberikan 7 prinsip dalam SCM yang diperuntukkan bagi manajer dalam merumuskan keputusan strategis, yaitu :

1. Mensegmentasikan pelanggan berdasarkan kebutuhannya.

2. Menyesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda.

3. Mendengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan, sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan alokasi sumberdaya yang optimal.

4. Mendeferensiasikan produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat konversinya disepanjang rantai pasok.

5. Mengelola sumber-sumber suplai secara strategis untuk mengurangi biaya kepemilikan dari material maupun jasa. 6. Mengembangkan strategi teknologiuntuk keseluruhan

12

berhirarki serta berikan gambaran yang jelas dari aliran produk, jasa maupun informasi.

7. Mengadopsi pengukuran kinerja untuk sebuah rantai pasok secara keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.

2.3 Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Dokumen terkait