• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mengganti handuk seminggu sekali dengan handuk yang habis dicuci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mengganti handuk seminggu sekali dengan handuk yang habis dicuci"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit seperti skabies. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan mengganti handuk seminggu sekali dengan handuk yang habis dicuci bersih dengan sabun/detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di setrika. Suatu penelitian menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan pinjam-meminjam handuk dengan kejadian scabies (Kusnul, 2014). Kebersihan diri (personal hygiene) sangat berkaitan dengan pakaian, tempat tidur yang digunakan sehari-hari. Hasil penelitian ini diperkuat oleh (Setyowati, 2011) menyatakan bahwa kebersihan diri tersebut dikaitkan dengan yang pernah menderita penyakit kulit 51,9% karena kurangnya menjaga kebersihan diri. Penyakit kulit yang terjadi disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak dilakukan secara rutin. Penyakit kulit yang diderita khususnya gatal-gatal. Kebersihan diri perlu dijaga, untuk terhindar dari penyakit kulit terutama scabies. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan santri masih meminjamkan handuk kepada teman-temannya, sehingga pada handuk yang dipakai oleh penderita scabies, terdapat tungau Sarcoptes scabiei yang akan ikut terbawa. Jika handuk penderita scabies tersebut dipakai bergantian dengan temannya maka tungau tersebut akan berpindah di kulit yang meminjam handuk tersebut. Tungau Sarcoptes scabiei akan menginfeksi secara tidak langsung pada orang yang meminjam handuk tersebut.

Personal Hygiene adalah cara arti perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan

(2)

yang sangat penting dan harus di perhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Hidayat,2008). Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genetalia (Badri, 2008).

Penyakit skabies merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan yang buruk (Ratnasari, 2014) Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian. Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan perpindahan tungau skabies. Oleh.karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren (Ratnasari, 2014). Penyakit ini banyak ditemukan pada tempat-tempat dengan penghuni padat asrama tentara, penjara, dan pondok pesantren. Tempat yang berpenghuni padat ditambah lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya akan memudahkan transmisi dan penularan tungau scabies.

(Muafida dan santoso, 2017) Penyakit scabies terjadi karena personal hygiene yang kurang baik karena perilaku kebiasaan seperti pinjam-meminjam alat dan bahan perlengkapan mandi (sabun, sarung atau handuk), jarang membersikan tempat tidur (menjemur, kasur mengganti sarung bantal dan sprei). Untuk melakukan personal hygiene seperti mandi, cuci dan kakus (MCK) sumber air berasal dari sumur bor kemudian dialirkan pada bak mandi besar. Hal ini terjadi

(3)

terutama pada santri pondok pesantren karena pada aktifitas yang di lakukan oleh mereka sehingga kebersihan sering di anggap sepele.

Definisi Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit signifikan bagi kesehatan masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi morbiditas dan mortalitas global. Prevalensi scabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus pertahunya (Nugraheni, 2016). Kejadian Skabies pada Tahun 2015 juga berprevalensi tinggi di beberapa Negara di antaranya Mesir diperoleh (4,4%), Nigeria (10,5%), Mali (4%), Malawi (0,7%), dan Kenya (8,3%). insiden tertinggi terdapat pada anak-anak dan Remaja

Di Indonesia, sebagai Negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, terdapat 14, 798 pondok pesantren dengan prevalensi scabies cukup tinggi. Hal ini didukung dari hasil penelitian survei epidemiologi penyakit scabies pada santri di Malang Raya yang meliputi wilayah kota Malang, Kabupaten Mgalang, dan kota Batu. Hasil dari penelitian didapatkkan data 59% penderita scabies adalah santri baru yang tinggal di pondok pesantren, 10% santri terkena scabies selama tinggal di pondok pesantren, 11% santri terkena skabies sebelum tinggal di pondok pesantren, dan hanya 20% saja santri yang belum pernah mengalami penyakit skabies ( Yahmi, 2016 )

Di Jawa Timur Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013 prevalensi Nasional penyakit Kulit (Scabies) sebanyak 6,8%. Prevalensi Scabies di Ponpes Malang Raya adalah 61% paling tinggi terjadi di Kabupaten Malang yaitu sebesar 48,6% sedangkan paling rendah di Kota Batu sebesar 12,4% (Setyaningrum, 2016).

Berdasarkan rekam medik di poliklinik Lapas Klas 1 Surabaya, ditemukan data penyakit skabies pada tahun 2016 yaitu jumlah total kunjungan pasien skabies sebanyak 261 orang. Selama tahun 2016, skabies merupakan penyakit terbanyak kedua yang diderita WBP setelah penyakit saluran pencernaan. Pada tahun 2017 penyakit skabies di Lapas Klas 1 Surabaya masih

(4)

tinggi, bahkan semakin meningkat, terhitung pada bulan September 2017 ada sejumlah 192 WBP yang melakukan kujungan ke Lapas karena penyakit skabies.

Berdasarkan hasil survey yang di lakukan pada tanggal 30 Januari 2019 didapatkan dari 52 penghuni Asrama Serui ditemukan 20 orang terkena penyakit scabies dengan tanda-tanda kemerahan, lesi-lesi pada sela-sela jari, dan bengkak pada kulit, dan terdapat luka pada daerah jari jari-jari tangan kemungkinan semua itu disebabkan kareana beberapa hal. penghuni, masih menggunakan handuk yang bersamaan, penghuni, tidak mengganti pakaian setelah mandi, terdapat penghuni Asrama tidak menggunakan peralatan mandi seperti sabun. Saling bertukar pakaian, kebiasaan keramas tidak menggunakan shampo, saling bertukar handuk dan kebiasaan tidak memotong kuku, hal ini dapat menimbulkan dampak resiko terkana beberapa penyakit kulit seperti scabies. Skabies disebabkan oleh kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan tidak bermata. Kelainan kulit yang ditimbulkannya tidak hanya disebabkan oleh investasi tungau skabies, akan tetapi juga akibat garukan oleh penderita sendiri. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi.Pada saat itu, terjadilah kelainan kulit menyerupai dermatitis, dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, kusta dan infeksi sekunder. Sarcoptes scabies termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo acarina, super famili sarcoptes. Penyakit skabies sering berjangkit pada daerah yang padat penduduknya, dengan kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku hygiene perorangan yang tidak baik. Penularan penyakit ini dapat terjadi karena hubungan erat/ tatacara ekspresi kekerabatan dalam tatanan masyarakat atau keluarga, misalnya melalui kebiasaan berjabat tangan, hubungan antara suami dan istri, ibu dan anak, serta anggota keluarga lainnya (Rini, et al.,2015).

(5)

Di Asrama Serui diduga adanya penyakit kulit scabies ini karena alasan kebersihan diri (Personal Hygiene) yang kurang dan ditunjang juga dengan keadaan pemukiman yang padat hunian sehingga mempengaruhi timbulnya penyakit kulit scabies. Kejadian scabies ditemukan di Asrama serui karena penghuni Asrama gemar sekali bertukar baju, pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung bahkan bantal dan guling serta kasurnya kepada teman sesamanya. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya penularan scabies kepada orang lain apabila para penghuni Asrama tidak sadar akan pentingnya perilaku hidup bersih sehat.

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan kebersihan diri Dengan kejadian Penyakit Kulit Scabies”. Di Asrama Serui Aji Klampi II No 26 Kota Surabaya

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kebersihan diri (personal hygiene) dengan kejadian penyakit kulit

scabies Di Asrama Serui Klampis Aji II No 26 Kota Surabaya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan kebersihan diri dengan kejadian penyakit kulit scabies Di Asrama Serui Klampis Aji II No 26 kota Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Kebersihan diri di Asrama Serui Klampis Aji II No 26 Kota Surabaya

(6)

2. Mengidentifikasi Kejadian Pennyakit Kulit Scabies di Asrama Serui Klampis Aji II No 26 Kota Surabaya

3. Menganalisis Hubungan Kebersihan diri dengan Kejadian Penyakit Kulit Scabies di Asrama Serui Klampis Aji II No 26 Kota Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penyakit kulit lebih banyak disebabkan oleh karena kebersihan diri yang kurang yang ditunjang dengan faktor lingkungan yang padat hunian serta ketersediaan air bersih adalah salah satu penyebab timbulnya penyakit ini, karena itu dengan adanya hasil penelitian ini mahasiswa pada umumnya khusus Asrama serui klampis Aji II No 26 mendapat informasi kesehatan tentang pentingnya kebersihan diri guna meminimalisir atau bahkan menghilangkan jenis penyakit kulit ini.

1.4.2 Manfaat praktis 1. Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui dampak daripada kebiasaan-kebiasaan keliru dalam perawatan diri/kebersihan diri dan memperoleh manfaat praktisnya.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan serta penyuluhan kesehatan yang handal dan bermanfaat bagi masyarakat tentang sangat pentingnya perilaku hidup bersihdemi terwujudnya sehat sejahtera individu, keluarga, kelompok, komunitas untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi

(7)

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pedoman untuk melakukanpenelitian selanjutnya guna peningkatan dan pengembangan riset keperawatan di Indonesia pada masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai kajian teoritis, filsafat Pancasila bisa dipahami dengan lebih mudah dengan cara melihat nilai-nilai yang terkandung dalam kata filsafat dan ideologi Pancasila

Melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap dalam

Dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 tentang “ Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

(7) Bentuk dan isi slip setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja dengan komitmen organisasi, sehingga penulis

kepala rekam medis dan perekam medis yang bekerja di ruang Unit Rekam Medis saat ini sudah merasa tidak nyaman dengan ruang kerja saat ini dikarenakan ruang kerja dan