• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 1

Bab 5 RPI2-JM Bidang Cipta Karya berisikan keterpaduan strategi pengembangan kabupaten/kota berdasarkan arahan kebijakan Daerah yang ada, antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) Kabupaten/Kota, serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK).

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN

KABUPATEN/KOTA

BAB

5

(2)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 2 5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN BUTON

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buton yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Buton (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

(3)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 3

Tabel 5.1

Arahan RTRW Kabupaten Buton Untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

(1) (2) Kawasan Permukiman

Perkotaan : Rencana sistem Pusat Pelayanan Perkotaan :

- Diarahkan untuk mengisi kawasan belum terbangun di ibukota

Kecamatan terutama pada pusat-pusat wilayah pengembangan;

- Suatu rangkaian interkoneksi antar pusat-pusat kegiatan perkotaan dengan hierarki sesuai jenis dan skup pelayanannya berupa Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang skup pelayanannya Provinsi, serta Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang skup pelayanannya dikabupaten serta pusat-pusat kegiatan pada hierarki dibawahnya seperti PPK dan PPL;

- Pengarahan pemanfaatan ruang

perkotaan ditinjau agar struktur ruang linier disetiap ibukota kecamatan diubah menjadi struktur ruang konsentris yang lebih terpadu dan kompak;

Rencana sistem Perdesaan :

- Secara bertahap agar dilakukan

penyusunan Rencana Detail Tata Ruang kawasan ibukota Kabupaten, sedangkan untuk ibukota kecamatan hanya untuk yang berfungsi bagian dari kawasan strategis Kabupaten (KSK), yang mempunyai

perkembangan perkotaan yang pesat.

- Rencana pengembangan sistem pusat

permukiman perdesaan di 21 (Dua Puluh Satu) kecamatan dan 207 Desa meliputi :

- Peningkatan sarana dan prasarana

permukiman, terutama sarana sosial, air bersih, drainase, limbah,

persampahan, listrik dan

telekomunikasi.

- Pengembangan kawasan permukiman

(4)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 4 Kawasan Permukiman Perdesaan :

Pengembangan sistem transportasi perdesaan;

- Lebih mengkonsentrasikan

pemukiman pedesaan pada kelompok pemukiman perkampungan yang sudah ada, agar tidak terjadi penyebaran permukiman secara sporadik yang mengakibatkan penggunaan lahan dan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efisien;

- Pengembangan sarana dan prasarana

permukiman perdesaan.

- Pengembangan desa pusat

pertumbuhan;

- Pengelolaan kawasan perdesaan di Kabupaten

Buton diprioritaskan pada peningkatan aksebilitas kewilayah-wilayah belakang melalui pengembangan jaringan jalan, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan serta penetapan pusat-pusat pengumpul/akumulasi bagi hasil-hasil pertanian, dan peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.

- Peningkatan aksebilitas antara

kawasan permukiman dan kawasan pertanian;

- Peningkatan sarana dan prasarana

permukiman;

- Untuk mengantisipasi perkembangan

kawasan terbangun/permukiman sebagai implikasi dari pembangunan jalan pantai barat, yang tentu akan merangsang perkembangan disekitarnya karena kasebilitasnya yang tinggi , maka kawasan terbangun permukiman perlu diarahkan agar perkembangannya tidak sporadik.

(5)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 5

Tabel 5.2

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) Berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGI

KABUPATEN / KOTA SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN

(1) (2) (3) 5 KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan Ekonomi : Pertumbuhan Ekonomi : - KSK Cepat Tumbuh (Ibukota) Pasarwajo

Sektor Industri, pertanian (agroindustri) dan sektor lain yang terkait.

Kec. Pasarwajo/ berbatasan langsung dengan laut Flores dan Laut Banda

- KSK Wamengkoli dan

sekitarnya; Sektor perhubungan dan jasa melalui peningkatan infrastruktur

pelabuhan

Kec. Lakudo/berbatasan dengan Pulau Buton, Kab. Muna dan Kota Bau-Bau.

- KSK Batauga dan sekitarnya;

Perikanan tangkap, perkebunan (jambu mete dan jati), dan pertambangan (aspal, biji besi, fosfat dan golongan C)

Mencakup Wilayah Selatan Pulau Buton (Kec. Batauga, Lapandewa, Batu atas, Sampolawa, siompu dan Kadatua).

- KSK Kamaru dan sekitarnya;

Sektor unggulan pertanian dalam arti luas (pertanian & perikanan), pusat

penyeberangan Kab. Buton-Wakatobi, serta bagian KSK Provinsi sebagai pusat kawasan Industri Pertambangan (PKIP) Kapontori-Lasalimu (POKOLIMU).

Meliputi wilayah Kec. Kapontori-Kec. Lasalimu/berbatasan dengan Kab. Wakatobi.

- KSK Mawasangka dan sekitarnya.

Pusat pengembangan sektor pertanian dalam arti luas (perkebunan unggulan & perikanan) dan sebagai kawasan penghubung jalur barat (Kab. Bombana-Teluk Bone).

Kec. Mawasangka/berbatasan dengan kec. Talaga, Kab. Bombana dan Selat Muna.

(6)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 6

2 KSK dari sudut Kepentingan Daya Dukung Lingkungan :

Daya dukung lingkungan :

- KSK Suaka Margasatwa

Lambusango; Sektor pariwisata

Kec. Kapontori – Lasalimu

- KSK Cagar Alam

Kakinauwe. Sektor pariwisata Kec. Lasalimu.

Tabel 5.3

Identifikasi Indikasi RTRW Kabupaten Buton terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No. USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI MERUPAKAN KSK (YA/TIDAK) SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pembangunan Perumahan dan Kawasan permukiman

Kabupaten Buton Tidak APBD

Kabupaten dan APBN

Dinas PU , Tata Ruang & Kemen PU

2 Pengembangan

Jaringan Air Minum

Pasarwajo Tidak APBD Kab.,

APBD Provinsi & BUMD Dinas PU, Pemprov dan PDAM 3 Pengembangan dan Penataan Permukiman Lakudo, Laompo, Mambulu, Lombe, Biwinapada, Kamaru, Mawasangka dan Mataumpana Tidak APBD Kabupaten & APBN

Dinas PU & Tata Ruang 4 Pengembangan jaringan perpipaan Air Minum Lakudo, Laompo, Mambulu, Lombe, Mawasangka. Tidak APBD Kabupaten & /BUMD Dinas PU dan PDAM

(7)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 7 5 Perencanaan Pengembangan TPA Kaumbu Kec. Wolowa Tidak APBD Kabupaten & APBN Dinas Kebersihan 6. Perencanaan Pengembangan TPS dan Prasarana Persampahan lainnya. Setiap Kecamatan yang ada di

Kabupaten Buton Tidak

APBD Kabupaten

Buton Dinas Kebersihan

7 Peningkatan dan pengembangan drainase Perkotaan Setiap Kecamatan yang ada di

Kabupaten Buton Tidak

APBD Kabupaten Buton Dinas PU 8 Pengembangan Prasarana Air Limbah Domestik Setiap Kecamatan yang ada di

Kabupaten Buton Tidak

APBD Kabupaten Buton dan APBD Provinsi Dinas PU & BPLH 9 Perencanaan Prasarana Pengolahan Air Limbah dirumah Sakit dan Kawasan Pertambangan Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten & APBN Dinas PU, BPLH 10 Penyusunan Rencana Induk Air Bersih, Rencana Induk Drainase dan Rencana Induk Air Limbah Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten Dinas PU 11 Pementapan Sempadan Pantai Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten

Dinas PU, Dishut dan DKP 12 Pementapan Sempadan Sungai Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten Dinas PU & BPLH 13 Pementapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHP) Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten & APBN Dinas PU & BPLH

(8)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 8 No . USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI MERUPAK AN KSK (YA/TIDAK ) SUMBER PENDANAA N INSTANSI PELAKSANAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Penyediaan sarana,

prasarana dan utilitas umum Perumahan dan kawasan Permukiman Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten dan APBN Dinas PU , Tata Ruang 2 Pengembangan

sarana dan prasarana penunjang pariwisata

Kabupaten Buton

Tidak APBD Kab.,

APBN

Dinas PU, Dinas Pariwisata & Kemen. PU 3 Penyediaan prasarana penunjang kegiatan industri (jaringan jalan, energi, telekomunikasi, air baku dan utilitas)

Kabupaten Buton Tidak APBD Kabupaten, APBN, BUMN & Swasta Dinas PU, Distamben, Dishub, PLN, Kemen PU, Pertamina, & Telkom 4 Pengembangan

sarana dan prasarana penunjang (Pertanian & Perikanan) Laompo dan sekitarnya Ya APBD Kabupaten Dinas PU 5 Pengembangan

sarana dan prasarana penunjang Kawasan Industri Pertambangan Kamaru dan Sekitarnya Ya APBD Kabupaten Dinas PU 6. Pengembangan

sarana dan prasarana penunjang Perkebunan & Perikanan Mawasangka & sekitarnya Ya APBD Kabupaten Dinas PU 7 Pengembangan

sarana dan prasarana penunjang (Kawasan Strategis Perkotaan) Pasarwajo Ya APBD Kabupaten Dinas PU

(9)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 9 5.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

5.3. ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa :

pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan

memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta

penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman,

petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan

(10)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 10

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten Buton.

5.4. ARAHAN RISPAM KABUPATEN BUTON 5.4.1 Rencana Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan yang akan dilakukan untuk pengembangan adalah tetap menggunakan sistem pelayanan IKK dengan daerah-daerah pelayanannya. Masing-masing sumber air baku melayani beberapa daerah pelayanan dalam satu unit IKK. Contohnya pada unit IKK Pasarwajo yang dilayani oleh dua sumber air baku yaitu mata air Impoli dan mata air Lambeang Pangulu.

a. Mata air Limpoli, debit 100 lt/det melayani : Kel. Saragi = 153 SR, Kel. Pasarwajo = 434 SR, dan Kel. Kambula bulana = 482 SR

b. Mata air Lambeang Pangulu, debit 24 lt/det melayani : Desa Banabungi 158 SR, Desa Laburunci 244 SR, Kel. Awainulu 165 SR, Kel. Kombeli 344 SR, Kel. Takimpo 113 SR, Kel. Wagola 55 SR.

Untuk meningkatkan sistem pelayanan air minum yang telah ada maka direncanakan untuk membuat Instalasi Pengolahan Air (IPA).

Sesuai dengan RAPERDA 2012, untuk sistem jaringan perpipaan akan dibangun IPA yaitu :

1. Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Pasarwajo, bersumber dari mata air Labeapangulu di Desa Banabungi Kecamatan Pasarwajo;

2. IPA Wakoko di Kecamatan Pasarwajo, bersumber dari Sungai Wakoko; 3. IPA Matawine di Desa Matawine Kecamatan Lakudo, bersumber dari

(11)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 11

4. IPA Watulea di Kecamatan Gu, bersumber dari Mata Air Watulea;

5. IPA Tolandona di Kecamatan Sangia Wambulu, bersumber dari mata air Bungi di Kota Baubau;

6. IPA Mawasangka di Kecamatan Mawasangka, bersumber dari Goa Kaoo di Kecamatan Mawasangka; dan

7. IPA Batauga di Kecamatan Batauga, bersumber dari Sungai Kabura Buranga.

Sedangkan untuk jaringan non perpipaan, yaitu pemanfaatan sumber air baku untuk air minum secara langsung melalui :

1. Sungai Malaoge di Kecamatan Lasalimu Selatan; 2. Sungai Winto di Kecamatan Siontapina;

3. mata air di Kecamatan Pasarwajo, meliputi mata air Larumusu di Kelurahan Kombeli, mata air Laburunci di Desa Laburunci, mata air Wandingi di Kelurahan Pasarwajo, mata air Lakua di Desa Banabungi, mata air Pocuncui di Kelurahan Awainulu, mata air Sangia Waode di Kelurahan Takimpo, mata air Eentoowa di Kelurahan Takimpo, dan mata air Kasosona di Kelurahan Wagola;

4. mata air di Kecamatan Wabula, yaitu mata air Topa;

5. mata air di Kecamatan Sampolawa, yaitu mata air Tira di Desa Tira;

6. mata air di Kecamatan Lapandewa, yaitu mata air Lakaliba di Desa Lakaliba;

7. mata air di Kecamatan Siompu, meliputi mata air Biwinapada di Desa Biwinapada dan mata air Wakinamboro di Desa Lalole;

8. mata air di Kecamatan Siompu Barat, yaitu mata air Mbanua di Desa Mbanua;

9. mata air di Kecamatan Kadatua, yaitu mata air Uwemasi di Desa Kaofe; 10. mata air Kecamatan Lakudo, yaitu mata air di Desa Matawine;

11. mata air di Kecamatan Gu, meliputi mata air Rahia di Desa Rahia;

12. mata air di Kecamatan Lasalimu, meliputi mata air Malaoge di Desa Malaoge dan mata air Madongka di Desa Madongka;

13. mata air di Kecamatan Mawasangka Tengah, meliputi mata air Langkomu di Desa Langkomu dan mata air di Desa Katukotobari;

14. mata air di Kecamatan Mawasangka Timur, meliputi mata air Bungi di Desa Batubanawa, mata air Wambuloli di Desa Wambuloli, mata air Mbela-bela, dan mata air Watorombe di Desa Waturombe;

(12)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 12

16. sumur dangkal tersebar di seluruh wilayah Daerah, kecuali Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa; dan

17. penampungan air hujan swakelola masyarakat tersebar pada tiap desa di Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa (Desa Lapandewa dan Desa Gaya Baru).Jaringan non perpipaan melalui bak penampungan air hujan untuk melayani daerah yang tidak mempunyai sumber mata air di Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa.

5.4.2 Rencana Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan jangka pendek yaitu untuk pengembangan 2013 – 2015 adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Lasalimu Selatan belum mendapat pelayanan air minum sehingga direncanakan untuk menggunakan sumber air baku dari Sungai Malaoge di Kecamatan Lasalimu Selatan, dengan rencana debit pengambilan sebesar 20 lt/det. Proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Lasalimu ditunjukkan pada Tabel berikut,

Tabel 5.4.

Proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Lasalimu Selatan

Proyeksi 2010 2013 2015 2020 2025 2030

Laju Pertumbuhan Penduduk

-1.63% -1.63% -1.63% -1.63% -1.63% -1.63%

Jumlah Penduduk 12,815 12,199 11,236 9,533 7,451 5,363

Total Kebutuhan Air - 4.85 6.09 7.25 6.49 4.68

Sumber: Perhitungan proyeksi berdasarkan data BPS 2011

Dari table proyeksi kebutuhan air di atas terlihat bahwa debit Sungai Malaoge 20 lt/det masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air minum penduduk Lasalimu Selatan sampai tahun 2030.

b. Kecamatan Siontapina belum mendapat pelayanan air minum sehingga direncanakan untuk menggunakan sumber air baku dari Sungai Winto. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk besarnya debit Sungai Winto. Proyeksi kebutuhan air penduduk Siontapina ditunjukkan pada tabel berikut.

(13)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 13

Tabel 5.5.

Proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Siontapina

Proyeksi 2010 2013 2015 2020 2025 2030

Laju Pertumbuhan Penduduk

-1.89% -1.89% -1.89% -1.89% -1.89% -1.89%

Jumlah Penduduk 12,167 11,490 10,455 8,630 6,482 4,426

Total Kebutuhan Air - 4.15 5.66 6.56 5.65 3.87

Sumber: Perhitungan proyeksi berdasarkan data BPS 2011

Berdasarkan tabel proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Siontapina, menunjukkan bahwa debit sumber air baku harus berkisar 10 lt/det atau lebih (perlu penyelidikan lebih lanjut).

c. Untuk melayani kebutuhan air di Kecamatan Batu Atas dan Lapandewa yang belum mendapat pelayanan air minum dan tidak mempunyai sumber air, maka direncanakan untuk membuat penampungan air hujan dan menggunakan sumur dangkal.

d. Untuk memenuhi kebutuhan air di Kecamatan Mawasangka Tengah direncanakan menggunakan sumber air baku dari mata air Langkomu di Desa Langkomu dan mata air di Desa Katukotobari; dan untuk Kecamatan Mawasangka Timur, direncanakan menggunakan mata air Bungi di Desa Batubanawa, mata air Wambuloli di Desa Wambuloli, mata air Mbela-bela, dan mata air Watorombe di Desa Waturombe;

Selain itu direncankan juga penekanan penurunan kehilangan air pada sistem perpipaan sesuai standar pelayanan bidang air minum dan perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan.

Rencana jangka panjang (2016-2030) pengembangan SPAM di Kabupaten Buton adalah pembangunan IPA disetiap unit IKK yaitu:

1. IPA Pasarwajo di Kecamatan Pasarwajo untuk melayani Kecamatan Pasarwajo;

2. IPA Wakoko di Kecamatan Pasarwajo untuk melayani Kecamatan Pasarwajo; 3. IPA Matawine di Desa Matawine Kecamatan Lakudo untuk melayani

Kecamatan Lakudo;

4. IPA Watulea di Kecamatan Gu untuk melayani Desa Watulea dan Bombonawulu;

(14)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 14

5. IPA Tolandona di Kecamatan Sangia Wambulu untuk melayani Desa Baruta dan Tolandano;

6. IPA Mawasangka untuk melayani Kecamatan Mawasangka; dan 7. IPA Batauga untuk melayani Kecamatan Batauga.

Selain itu juga membangun bendung Daerah dalam rangka penyediaan air baku, yaitu terdiri atas:

a. rencana Bendung Lasalimu di Kecamatan Lasalimu; dan b. rencana Bendung Wakalambe di Kecamatan Kapontori.

Untuk lebih jelasnya rencana jaringan 1 dan 2 sesuai pentahapan pelayanannya dapat dilihat pada gambar berikut

(15)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 15 Sungai Malaoge, 20

lt/det Sungai Winto min

10 lt/det

Penampungan air hujan

1. mata air Langkomu 2. mata air

Katukotobari

1. mata air Bungi 2. mata air Wambuloli 3. mata air Mbela-bela 4. mata air Wambuloli

(16)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 16

Gambar 5.2.

Rencana Pengembangan SPAM Kabupaten Buton Rencana Jangka Pendek Tahun 2013 – 2015

1. IPA Pasarwajo 2. IPA Wakoko

(17)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 17 5.4.3 Penurunan Tingkat Kebocoran

5.4.3.1 Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

 Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang

 Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik

 Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan

 Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan

 SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan

 SOP untuk O&M perpipaan

5.4.3.2 Penurunan Kebocoran Non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

 Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya

 Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan

 Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

5.4.4. Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM dalam pemenuhan kebutuhan air minum.

(18)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 18

Dalam penentuan tingkat pelayanan air minum di masing-masing kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah pelayanan, diproyeksikan berdasarkan persentase tingkat pelayanan eksisting.

Proyeksi tingkat pelayanan PDAM pada akhir periode (2032) mengacu pada target MDG’s, yakni sebesar 80% tingkat pelayanan Kabupaten Buton, dengan tingkat pelayanan per-5 tahun secara bertahap seperti di tabel berikut :

Tabel 5.6

Rencana tingkat pelayanan

Tahun Tingkat pelayanan

2010 (eksiting) 8% 2015 50% 2020 70% 2025 80% 2030 80% Kehilangan Air

Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Besarannya dinyatakan dalam presentase antara air yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung dengna formula sebagai berikut :

𝐾𝐴 = (𝐴𝑑 − 𝐴𝑡)/𝐴𝑑

Dimana : KA = Kehilangan Air

Ad = Air Terdistribusi

At = Air Terjual (memberikan revenue)

Sesuai dengan definisi bahwa kehilangan air adalah air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Maka pada dasarnya terdapat kebocoran air yang sebenarnya tidak hilang secara fisik. Air tersebut tetap dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Oleh karena itu, sifat kehilangan air dalam suatu SPAM dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu kehilangan air secara berupa air yang benar-benar hilang tidak

(19)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 19

Sambungan Air Bersih secara tidak sah / gelap

Pemakaian Air Bersih oleh Publik yang tidak melalui meteran

Kebocoran

Pemakaian Air Bersih yang tidak tercatat dalam meteran

Air Bersih yang tidak tertagih atau tidak terbayar

Tercatat dalam Meteran, Tertagih dan terbayar Air Bersih yang diproduksi Air Bersih yang dikonsumsi

Air Bersih yg tercatat dalam Meteran

Pendapatan dari air Bersih Kehilahan Air secara

Fisik

Kehilahan Air secara Komersial

Air Bersih yg Melalui Meteran

termanfaatkan, serta kehilangan air secara non fisik berupa kehilangan pendapatan PDAM akibat adanya pemakaian air yang tidak tertagih. Kehilangan jenis kedua ini biasa juga disebut kehilangan air komersial.

Ilustrasi kehilangan air dalam suatu SPAM disajikan pada Gambar berikut.

(20)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 20

5.5 ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) DI KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN/KOTA (RTBL KSK)

Sesuai dengan table 3.7 Kawasan Strategis Kabupaten pada Bab III, maka arahan RTBL KSK adalah di Kota Pasarwajo sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Buton.

5.6.1. Tema Pengembangan Kawasan Perencanaan

Dari kondisi eksisting dan rencana pengembangan kawasan, maka secara umum tema kegiatan yang dapat dikembangkan dalam kawasan perencanaan antara lain :

Perdagangan dan jasa (formal dan informal - tradisional)

Tema kegiatan perdagangan dikembangkan dengan mempertimbangkan arahan fungsi kawasan perencanaan secara umum sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Buton. Pengembangan kegiatan ini dilakukan melalui penyediaan ruang ruang untuk kegiatan perdagangan baik yang formal maupun informal, baik yang modern maupun yang tradisional.

Rekreasi /wisata

Dengan mengintroduksi kegiatan perdagangan yang ada maka orientasi kegiatan perdagangan tidak hanya pada upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun juga untuk pengembangan kegiatan rekreasi (rekreasi belanja serta kegiatan rekreasi luar ruang dengan memanfaatkan publik open space yang akan dikembangkan, gedung pertunjukan seperti karouke, dll). Selain itu tema wisata ini juga dipadukan dengan pengembangan ruang terbuka disepanjang tepi pantai kawasan perencanaan.

Sosial - budaya

Pengembangan kegiatan sosial budaya diimplementasikan pada pengembangan kegiatan permukiman dan fasilitasnya di dalam kawasan perencanaan. Selain itu juga kegiatan budaya dengan mengembangkan ruang pertunjukan seni budaya

Industri

Pengembangan kegiatan industri dilakukan sehubungan arahan RTRW kabupaten Buton untuk mengalokasikan kawasan perencanaan sebagai

(21)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 21

ruang untukpengembanan industry kecil dan menengah, yang menggunakan hasil pertanian dan produk wisata/handcraft.

5.6.2. Konsep Disain

Konsep disain kawasan dikembangkan sebagai berikut:

 Mengembangkan bangunan bangunan perdagangan dan jasa dan

komersial lainnya, di sepanjang jalan arteri sekunder dengan pola blok, namun apabila penguasaan lahan dalam satu blok tidak dapat dilaksanakan maka minimal pada blok blok yang sama pengembangan tipologi bangunan perdagangan dirancangan untuk memiliki elemen-elemen disain yang hampir sama.

 Menata ruas jalan koletor sekunder yang ada sehingga terdapat

kesinambungan visual maupun fungsional.

 Pengembangan kawasan merupakan implementasi dari visi Kabupaten Buton. Dengan demikian maka konsep pengembangan kawasan adalah mengintegrasikan bangunan dan ruang terbuka yang yang didukung oleh tata hijau.

 Penataan kawasan dikembangkan untuk menciptakan ruang kota yang

tertib, indah dan nyaman.

 Memperkuat water front sebagai sarana rekreasi edukatif yang melengkapi

wisata budaya- jasa wisata.

 Eksisting bangunan dan lingkungan yang kurang dapat mendukung pengembangan kawasan dipertimbangkan keberadaaanya dan bangunan yang potensial untuk dikembangkan diupayakan agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal

 Elemen elemen bangunan / kegiatan ada dan menjadikan kawasan

perencanaan tidak tertata adalah bangunan illegal yang mulai tumbuh disepanjang kawasan pesisir.

 Mengembangkan elemen elemen perancangan kota yang baru dan dapat

mendukung pengembangan kawasan perencanaan.

 Ide pasar tradisional sebagai pasar festival adalah merupakan suatu kawasan berjual beli yang menampung berbagai aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga pasar ini merupakan festival market place. Orang datang ke kawasan tidak hanya untuk berbelanja kebutuhan sehari hari, namun juga untuk berekreasi dan bersosialisasi serta berkreasi. Dengan

(22)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 22

demikian untuk meningkatkan kenyamanan pengguna / pengunjung pasar tersebut maka perlu disediakan akses khusus dari ruas jalan kolektor sekunder dan dari lingkungan sekitarnya. Selain untuk kenyamanan juga dilakukan pemisahan dengan terminal yang ada.

 Selain lahan untuk berdagang secara permanen, juga disediakan ruang

ruang khusus yang akan menampung temporary activities seperti sektor informal.

 Menata bangunan baru disepanjang jalan kolektor sekunder.

 Penataan rumah sehat di Dongkala dan Kondowa.

5.6.3. Rencana Peningkatan Kualitas Fungsional Kawasan

Arahan penggunaan lahan sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Buton , bahwa didalam kawasan perencanaan akan dikembangkan kawasan industri, perdagangan dan jasa serta perumahan . Secara umum prioritas penataan penggunaan lahan adalah terciptanya publik domain yang berkualitas bagi masyarakat. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka konsep pengembangan tata kegiatan dalam kawasan perencanaan diarahkan untuk menunjang fungsi utama kawasan sebagai kawasan industri perdagangan dan jasa dan perumahan. Untuk lebih mengoptimalkan penggunaan ruang dalam kawasan perencanaan maka dilakukan langkah langkah sebagai berikut :

 Membentuk dan menumbuhkan tata kegiatan baru sebagai dampak terhadap perkembangan kawasan serta berfungsi menunjang kegiatan perdagangan dan jasa komersial.

 Mengembangkan fasilitas fasilitas baru yang mendukung pengembangan fungsi perdagangan dan jasa komersial.

 Melakukan pengelompokan kegiatan yang sejenis, atau kegiatan yang saling menunjang sehingga dapat dihindari kerugian akibat jenis aktivitas berbeda, serta memisahkan kegiatan yang tidak saling mendukung

 Memberikan ruang untuk pedagang kaki lima (sektor informal) sehingga dapat dibina untuk dijadikan sebagai suatu potensi kawasan serta pelayanan kebutuhan strata masyarakat yang bervariasi. Dengan demikian diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

 Mengembangkan kegiatan pelayanan sosial di lingkungan permukiman. Pengembangan kegiatan pelayanan sosial ini diarahkan untuk pelayanan skala lingkungan sebab kegiatan pelayanan sosial dengan sekala

(23)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 23

pelayanan yang lebih makro telah disediakan diluar kawasan perencanaan.

5.6.3.1. Peruntukan Lahan Perumahan

Peruntukan lahan perumahan adalah peruntukan lahan yang yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang mewadahi perikehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.

Tujuan penetapan peruntukan lahan perumahan adalah :

 Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;

 Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat;

 Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.

Penjabaran peruntukan lahan perumahanmeliputi rumah renggang, rumah deret, rumah susun.

Rumah renggang

Peruntukan lahan rumah renggang ditujukan untuk pemanfaatan ruang unit-unit perumahan tunggal dengan mengakomodasi berbagai ukuran perpetakan serta mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter, dan suasana kehidupannya hanya boleh ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga tunggal dengan peletakan bangunan renggang, dan juga tidak ditata secara rapat dengan jumlah lantai maks 2lantai.

Rumah deret

Peruntukan lahan rumah deret bertujuan menyediakan pembangunan perumahan unit deret dalam perpetakan sedang dan kecil dengan akses jalan lingkungan. hanya boleh ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga tunggal dengan peletakan bangunan rapat/deret dengan jumlah lantai maksimum 2 (dua) lapis.

Rumah susun

Dalamkurun 5 (lima) tahun mendatang rumah susun dalam kawasan perencanaan dan Kota Pasarwajo belum menjadi kebutuhan masyarakat, karena intensitasi penduduk yang masih rendah serta perekonomian kota

(24)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 24

yang belum berkembang pesat. Namun peruntukan lahan wisma susun dimungkinkan bertujuan menyediakan pembangunan unit multi-hunian dengan kepadatan yang bervariasi. Dalam pembangunan perumahan susun berlaku kepemilikan berdasarkan strata title, di mana setiap pemilik unit hunian memiliki hak menggunakan bagian bersama, benda bersama dan lahan bersama dan kewajiban yang sama dalam menyediakan fasilitas lingkungan di dalam satuan perpetakannya. Rumah susun dapat dikembangkan pada kawasan baru, bersamaan dengan pusat komersial, untuk menopang lahan yang bernilai tinggi. Rumah susun juga dapat dikembangkan dalam rangka revitalisasi kawasan kumuh, atau untuk menampung kebutuhan perumahan penduduk berpenghasilan rendah, dengan jumlah lantai maksimum 5 (lima) lantai.

5.6.3.2. Peruntukan Lahan Perdagangan dan Jasa

Peruntukan lahan yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan, fasilitas umum, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi, dan usaha pelayanan sosial ekonomi lainnya.

Tujuan Peruntukan Lahan Perdagangan dan Jasa

 Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja, dalam wadah berupa perkantoran, pertokoan, jasa, rekreasi dan pelayanan masyarakat;

 Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya;

 Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Penjabaran peruntukan lahan dasar perdagangan dan jasa meliputi perkantoran, perdagangan dan jasa tunggal / renggang, perdagangan dan jasa deret.

 Perkantoran

kelompok kegiatan perkantoran pemerintahan, lembaga nasional dan internasional dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk tunggal.Sedangkan kelompok kegiatan perkantoran swasta dan badan

(25)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 25

usaha dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk tunggaldan deret, dengan jumlah lantai maksimum 5 (lima) lantai.

 Perdagangan dan jasa tunggal

kelompok kegiatan perdagangan / perniagaan, jasa, hotel, tempat hiburan dan rekreasi, tempat pertemuan (konvensi) dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk tunggal/renggang, dengan jumlah lantai maksimum 8 (delapan) lantai.

 Perdagangan dan jasa deret

kelompok kegiatan perkantoran, perdagangan / perniagaan , jasa, hotel, tempat hiburan dan rekreasi, tempat pertemuan (konvensi) dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan dalam bentuk deret.

5.6.3.3. Peruntukan Lahan Dasar Prasarana Umum

Peruntukan lahan dasar sarana umum adalah kelompok kegiatan yang berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, Fasilitas Bina Sosial, Fasilitas olahraga dan rekreasi, Fasilitas pelayanan pemerintah/pelayanan umum, fasilitas perbelanjaan / niaga dan fasilitas transportasi dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk tunggal/renggang, deret/rapat dengan sekala pelayanan yang ditetapkan dalam rencana kota.

Penjabaran peruntukan lahan sarana umum meliputi sarana umum pendidikan, sarana umum kesehatan, peribadatan, prasarana transportasi:

 Sarana umum pendidikan

Semua sarana pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat menengah dan tinggi, baik umum maupun kejuruan;jumlah lantai maksimum 4 (empat) lantai.

 Sarana Umum kesehatan

Semua sarana kesehatan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan lingkup pelayanannya, puskesmas pembantu, puskesmas,poliklinik, apotik, dan rumah sakit; danjumlah lantai maksimum 4 (empat) lantai.

 Sarana umum Peribadatan

Segala macam sarana ibadah, sesuai dengan agama, jamaah pemeluknya dan tingkat pelayanannya

 Prasarana umum transportasi

(26)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 26

5.6.3.4. Peruntukan Lahan Industri Kecil

Peruntukan Lahan Industri adalah peruntukan lahan yang difungsikan untuk pengembangan kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi dan tempat penyimpanan bahan mentah dan barang hasil produksi.

Tujuan penetapan peruntukan lahan industri ialah :

 Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu barang yang mempunyai nilai lebih untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan yang berkaitan dengan lapangan kerja perekonomian lainnya;

 Memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan mengendalikan pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga keserasian lingkungan sehingga mobilitas antar ruang tetap terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan

Penjabaran peruntukan lahan industri meliputi industri kecil/mikro dan wisata:

 Industri Kecil

Industri yang dimaksud merupakan kegiatan skala industri kecil, untuk industri ringan/rumahan dalam bangunan /perpetakan deret atau tunggal dengan fasilitaspenunjangnya; tanpa bahan baku dan bahan cair yang dikerjakan di rumah tangga tidak menimbulkan polusi (bau, suara, dsb) yang mengganggu lingkungan.

 Industri Wisata

Industri yang dimaksud merupakan kegiatan hasil kerajinan, kuliner/makanan dan minuman untuk industri ringan/rumahan dalam bangunan /perpetakan deret atau tunggal dengan fasilitas penunjangnya; tanpa bahan baku dan bahan cair yang dikerjakan di rumah tangga tidak menimbulkan polusi (bau, suara, dsb) yang mengganggu lingkungan. 5.6.3.5. Peruntukan Lahan Dasar Ruang Terbuka Hijau

Pengembangan ruang terbuka hijau dalam petunjuk operasional ini berdasarkan pada kriteria instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14/1998. Pengembangan ruang terbuka yang mempunyai makna historis, estetika, median ruang, keseimbangan ekologis, sebagai fungsi penghubung aktivitas-aktivitas kota yang berbeda dan tempat bersosialisasi potensial dikembangkan. Salah satu

(27)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 27

pengembangan ruang terbuka yang sangat penting di perkotaan adalah pengembangan ruang terbuka hijau (RTH). Tujuan untuk mengembangkan RTH ini untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, sarana pengaman lingkungan perkotaan, menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan. Keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan ini difungsikan sebagai perlindungan ekosistem, menciptakan K3, rekreasi, pengaman lingkungan hidup, penelitian dan pendidikan, perlindungan plasma nutfah, memperbaiki iklim mikro dan pengatur tata air.

Kriteria umum untuk menciptakan ruang terbuka hijau harus mengaitkan peruntukan fungsi dengan kriteria vegetasi. Untuk kawasan hijau rekreasi kota dan kawasan hijau kegiatan olah raga 40 % - 60 % dari luas areal harus dihijaukan.

Prinsip-prinsip pengembangan ruang terbuka hijau yang berkaitan dengan pembentukan struktur kota adalah sebagai berikut;

 Memelihara keseimbangan ekosistem yang ada dengan presentase ruang terbangun dan tidak terbangun serta menjaga tetap hijaunya ruang-ruang terbuka yang ada.

 Pemeliharaan fungsi sosial dan rekreasi.

 Pemeliharaan kualitas lingkungan secara estetis dimana ruang terbuka

yang ada dimanfaatkan secara fungsional dan secara estetis dapat dinikmati sebagai elemen perancangan kota.

 Pedoman ini perlu dilengkapi dengan aturan yang jelas, memberlakukan

ketentuan KDB dan KLB yang mendukung pengembangan ruang terbuka hijau serta memanfaatkannya untuk fungsi khusus seperti pemakaman untuk mempertahankan keberadaannya.

 Menjaga keberadaan ruang terbuka dengan fungsi konservasi bagi

kawasan cagar budaya dan kawasan lindung lainnya (sepanjang aliran sungai ).

 Memperbaiki kualitas ruang terbuka baik dari segi estetis maupun fungsi

lainnya sepanjang aliran Sungai.

Tujuan penetapan peruntukan lahan dasar ruang terbuka, ialah :

 Penyediaan fasilitas fasilitas lingkungan yang berkaitan dengan ruang terbuka

(28)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 28

 Melestarikan/melindungi lahan-lahan sarana kota/lingkungan yang

digunakan rekreasi di luar bangunan, sebagai sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya;

 Preservasi dan perlindungan lahan-lahan yang rawan lingkungan hidup;  Pengamanan jaringan prasarana dan penyekatan-penyekatan (buffer)

antara fungsi-fungsi pemanfaatan lahan yang saling mengganggu;

 Pemanfaatan nilai ekonominya sebagai sarana budidaya pertanian.

5.6.4. Peruntukan Lantai Bangunan

5.6.4.1. Lantai Dasar

Mendistribusikan fungsi-fungsi pemanfaatan lahan yang memungkinkan adanya pengalihan fungsi lahan, baik secara horisontal maupun vertikal, yang disesuaikan dengan daya tampung lahan serta kebutuhan untuk menunjang penguatan karakter blok dalam kawasan perencanaan Pengalihan fungsi lahan yang dapat dilakukan antara lain berupa perubahan lantai dasar menjadi public

area / retail, yang perlu diikuti dengan peningkatan jalur pedestrian yang ada

misalnya dalam bentuk arkade disepanjang ruas jalan. Sedangkan untuk sub kawasan hunian, dimungkinkan mengembangkan fungsi campuran (mixed use) hunian dan perdagangan skala lingkungan.

Berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut diatas maka pengembangan lantai dasar dilakukan dengan prinsip prinsip sebagai berikut :

1. Peruntukan lantai dasar mendukung peruntukan lahan umum dalam hal keterkaitan dan transisi antar blok dalam kawasan perencanaan pada lantai dasar;

2. Menciptakan suatu lingkungan pejalan kaki yang menarik dan menyenangkan, baik berupa fungsi komersial maupun fasilitas umum

(public space), sehingga tercapai sasaran peruntukan lahan dengan

sirkulasinya;

3. Peruntukan lantai dasar tidak harus sama dengan peruntukan lantai diatasnya

4. Unsur ‘hijau/taman’ merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memberi kesan visual menarik dalam rangka mewujudkan uang kota yang indah dan nyaman;

(29)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 29

6. Peruntukan lantai dasar dapat membantu terciptanya hubungan antar kawasan, dan berfungsi pula sebagai daerah peralihan (transisi) antara kawasan yang berbeda dominasi peruntukan lahannya;

7. Pada peruntukan lahan untuk perdagangan dan jasa komersial, dianjurkan menggunakan retail sebagai fungsi lantai dasarnya, terutama yang dilalui jalur-jalur pejalan kaki dengan intensitas tinggi.

Rencana pengembangan peruntukan lantai dasar adalah sebagai berikut :

 Lantai dasar gedung/bangunan fungsi perkantoran atau fungsi komersial lainnya, diperbolehkan untuk fungsi retail, terutama pada blok yang dilalui oleh jalur utama pejalan kaki, seperti pada: Segmen A, Segmen B dan Segmen C.

 Fungsi lantai dasar sebagai retail, penempatannya harus juga

memperhatikan akses pejalan kaki, secara visual menarik dan dapat memberi kenyamanan, seperti dalam bentuk arkade yang terlindungi dari terik matahari atau di bawah pepohonan/tata hijau;

 Lantai dasar yang menggunakan arkade sebagai jalur pedestrian adalah sepanjang Segmen A, Segmen B dan Segmen C.

 Cafe, restoran dan etalase penjual cinderamata, pelayanan perbankan,

asuransi, merupakan usaha yang cocok mengisi lantai dasar pada Segmen A, Segmen B dan Segmen C.

5.6.4.2. Lantai Atas

Peruntukan lantai atas merupakan bentuk pengembangan bertingkat dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan ruang dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Dengan demikian maka peruntukan lantai atas diarahkan untuk :

1. Penggunaan yang sama dengan lantai dasar yaitu perdagangan dan jasa komersial maupun fungsi fungsi lain yang bersifat publik;

2. Penggunaan yang berbeda dan saling mendukung namun memiliki sifat lebih privat dibandingkan dengan latai dasar seperti untuk perumahan susun;

3. Pada sekala yang lebih kecil sampai dengan lantai 2 dapat dimanfaatkan dalam bentuk campuran rumah toko maupun rumah kantor. Pengembangan dalam bentuk campuran ini dapat dikembangkan di Segmen A, Segmen B dan Segmen C. Sedangkan pada Segmen A, Segmen B dan Segmen C. dikembangkan untuk fungsi yang sama

(30)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 30

seperti lantai dasar untuk perdagangan dan jasa. Apabila akan dikembangkan untuk fungsi hunian maka diarahkan pada pengembangan bangunan dengan ketinggian lebih dari 2 lantai;

4. Penggunaan lantai atas untuk parkir hanya di perkenankan pada bangunan bangunan dengan fungsi parkir seperti pusat niaga (Mall) di Segmen A.

5.6.4.3. Peruntukan Besmen

Peruntukan lantai besmen didalam kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Secara umum peruntukan lantai besmen merupakan pengunaan untuk fungsi pendukung lantai diatasnya. Disamping itu memungkinkan dimanfaatkan untuk fungsi lain;

2. Berkaitan dengan permasalahan penyediaan parkir didalam kawasan perencanaan maka pengembangan ruang yang memiliki keterbatasan lahan untuk penyediaan parkir diwajibkan untuk membangun besmen untuk menampung parkir kendaraan. Lantai bawah (basement) digunakan untuk fasilitas parkir, bongkar muat, gudang, serta fungsi penunjang lainnya;

3. Fungsi lain yang memungkinkan, ruang tunggu/istirahat para sopir dan toko souvenir/kafe/food court yang berhubungan langsung dengan jalur pejalan kaki;

4. Dalam pembuatan lantai ‘basement’ (baik dalam pembangunan individual/infill maupun sekaligus) harus memperhatikan bangunan yang ada di atas atau disekitarnya terutama teknis pembuatannya. Batasan ini diberikan agar tidak merusak/ mengganggu keberadaan bangunan-bangunan yang telah ada (eksisting). Bangunan yang mempunyai basement diarahkan pada Segmen A.

5.6.4.4. Peruntukan Dalam Satu Sub Blok

Peruntukan dalam satu sub blok dapat dikembangkan lebih dari satu jenis dengan mempertimbangkan kebutuhan akan aksesibilitas dan kebutuhan akan privacy ruang. Dengan demikian maka pengembangan peruntukan yang berbeda dalam satu sub blok dilakuan sebagai berikut :

(31)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 31

1. Peruntukan yang sifatnya komesial dan membutuhkan aksesibilitas tinggi di tempatkan di depan;

2. Peruntukan yang tidak bersifat komersial dan lebih bersifat privat serta membutuhkan privacy lebih tinggi maka dikembangkan di belakang bangunan komersial baik yang sifatnya horisontal maupun vertikal.

5.6.5. Rencana Sub Blok dan Perpetakan

Pembentukan pola tata ruang berdasrkan figur ground plan yaitu melakukan interelasi antar masa bangunan dan ruang terbuka, atau hubungan antar bentuk bangunan dan ruang terbuka. Figure Ground Plan akan memperhatikan dengan jenis komposisi masa bangunan dengan ruang terbuka dalam suatu peta dua dimensi.

Unsur solid atau masa bangunan sangat berkaitan erat sebagai fungi atau wadah suatu kegiatan. volid merupakan ruang terbuka, jalan, plaza yang terbentuk dari konfigurasi masa bangunan, dengan penataan sebagai berikut : a. Rencana sub blok dan perpetakan untuk zona perdagangan dan jasa

dengan sisi memanjang sejajar jalan dengan ukuran panjang maksimal 50 (lima puluh) meter, dan antar sub blok dipisahkan dengan jalan dengan lebar minimal 4 (empat) meter;

b. Rencana sub blok dan perpetakan untuk zona perumahan dengan sisi memanjang sejajar jalan atau laut, dengan ukuran panjang maksimal 80 (delapan puluh) meter, dan antar sub blok dipisahkan dengan jalan dengan lebar minimal 3 (tiga) meter; dan

c. Rencana sub blok dan perpetakan untuk sarana pelayanan umum dengan sisi memanjang sejajar jalan atau laut, dengan ukuran kavling minimal 200 (dua ratus) meter2, dan dapat dilengkapi jalur hijau atau bukan hijau.

5.6.6. Rencana Tapak

Perencanaan tapak didasarkan pada :

 Bahwa manusia lebih penting dari pada kendaraan

(32)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 32

Unsur yang berpengaruh terhadap rencana tapak ialah :

 Struktur Ruang  Pencapaian  Orientasi Tapak  Koneksi Visual

Penataan bangunan dan lingkungan figure ground plan dalam kawasan perencanaan ini terbagi atas kawasan kawasan yang ditetapkan yaitu :

 Kawasan pantai sepanjang desa Wagola-Dongkala-Wagola berupa plaza

dan area untuk berolah raga dengan sentuhan ruang terbuka hijau dan non hijau. Masa bangunan membentuk koridor baru di sepanjang pantai.

 Kawasan permukiman pantai, sebagai pembentukan ruang terbuka yang

merupakan respon masa bangunan baru yang berorientasi ke laut teluk Buton.

 Penataan dinding bukit yang dimanfaatkan sebagai sarana pembentukan

identitas kota Pasarwajo yang berfungsi sebagai landmark dengan desain figura yang bertuliskan Buton.

 Kawasan perkampungan merupakan permukiman penduduk yang terbentuk

secara organis pada kawasan perencanaan dan direncanakan sebagai pemukiman dengan meningkatkan penataan kualitas lingkungan serta sarana dan prasarana pendukungnya.

 Pada jaringan jalan yang ada disediakan fasilitas sirkulasi bagi pejalan kaki

dan sepeda motor.

 Pedestrian dan plaza juga difungsikan sebagai ruang publik, yang memberi

kesempatan bagi warga untuk menikmati kota, interaksi antar warga, wisata kuliner dan juga mengadakan aktivitas sosial,seni dan budaya.

 Ruang terbuka hijau diperbanyak, seperti sabuk hijau yang di arahkan

pemisah dengan perbukitan, jalur hijau, taman, dan hutan kota;

 Garis sempadan bangunan ditetapkan agar tercipta ruang kota yang menegaskan karakter kawasan.

 Ketinggian bangunan di atur agar tercapai sky line/garis langit bangunan

yang serasi sesuai dengan karakter kawasaannya. Untuk kawasan komersial juga diatur ketinggian fasada bangunan, agar tercapai ketinggian arkade yang seragam, penempatan papan iklan di toko-toko atau bangunan komersial yang teratur.

(33)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 33

(34)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 34 URAIAN GAMBAR 5.4.

Segmen A:

Segmen ini perkembangannya akan dipengaruhi oleh jalan arteri sekunder yang

menghubungkan kota lama dengan pusat pemerintahan baru , jalan kolektor sekuder dengan kegiatan PPI, dan dipengaruhi oleh Sub BWP V Pendidikan dan Olah Raga, serta bangunan peninggalan sejarah (Benteng Takimpo).Fungsi fungsi ruang diarahkan lebih banyak

berorientasi pada pelayanan perdagangan dan jasa untuk masyarakat perkotaan. Demikian juga komoditas yang di perdagangkan. Program pengembangan kawasan diarahkan pada penataan kawasan pesisir dan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala kota dan kawasan, jasa wisata dan ruang pertunjukan, perkantoran swasta dan badan usaha baik berbentuk tunggal maupun deret.

Segmen B:

Segmen ini perkembangannya akan dipengaruhi oleh jalan arteri sekunder yang menghubungkan kota lama dengan pusat pemerintahan baru, dan jalan kolektor sekuder dengan kegiatan perumahan dan potensi wisata pantai (pasir putih). Fungsi fungsi ruang diarahkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan dan jasa serta wisata pantai. Program pengembangan kawasan diarahkan pada penataan dan revitaliasasi kawasan pesisir, pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala kawasan berbentuk ruko dan pertokoan, jasa wisata, perumahan deret dengan kepadatan sedang sampai rendah dan pengembangan industri handcraft dan kuliner.

Segmen C:

Segmen ini perkembangannya akan dipengaruhi oleh jalan arteri sekunder yang menghubungkan kota lama dengan pusat pemerintahan baru, dan jalan kolektor sekuder dengan kegiatan perumahan, PPI, potensi wisata pantai (pasir putih), dan pusat pendidikan. Fungsi fungsi ruang diarahkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, wisata pantai, serta pusat pendidikan skala kawasan. Program pengembangan kawasan diarahkan pada penataan dan revitalisasi kawasan pesisirp, pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala kawasan, berbentuk ruko dan pertokoan, perumahan deret dengan kepadatan sedang sampai rendah, pusat pendidikan menengah dan kejuruan, perkantoran swasta dan badan usaha

Segmen D:

Segmen ini perkembangannya akan dipengaruhi oleh pusat pemerintahan baru, dan jalan kolektor sekuder dengan kegiatan perumahan, pendidikan, kesehatan. Fungsi fungsi ruang diarahkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan dan jasa skala lingkungan, pendidikan dan kesehatan skala lingkungan, industri kecil dan mikro. Program pengembangan kawasan diarahkan pada penataan dan revitalisasi kawasan pesisir, pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lingkungan, berbentuk ruko, minimarket, perumahan deret dengan kepadatan sedang sampai rendah, dan pengembangan industri handcraft dan kuliner.

(35)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 35 5.7. INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN

KABUPATEN BUTON DAN SEKTOR STRATEGIS

Terdapat beberapa pertimbangan mendasar dalam menyusun strategi pengembangan tata ruang pesisir Kabupaten Buton yaitu:

 Strategi pengintegrasian antara RTRW untuk wilayah darat dan Rencana Zonasi Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Buton.

 Strategi pengembangan tata ruang wilayah yang akan diimplementasikan disusun berdasarkan asumsi bahwa dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang (2011-2031) fokus kebijakan pembangunan Kabupaten Buton ditekankan pada upaya-upaya meningkatkan nilai rate of return wilayah di sektor agromarine sehingga secara bertahap daya saing produk-produk yang dihasilkan oleh Kabupaten Buton dapat berkompetisi pada pasar regional, nasional dan internasional.

 Proses transisi struktur ekonomi akan dilakukan secara bertahap menuju struktur ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal yang renewable, kompetitif, dan berdampak luas terhadap ekonomi lokal (local multiplier). Proses transisi struktur ekonomi ini akan menuntut proses penguatan kelembagaan ekonomi dan sosial masyarakat serta pemerintah.

 Proses transisi kelembagaan pemerintah dan kelembagaan setingkat propinsi menuju pada kelembagaan kabupaten yang otonom. Sebagai daerah otonom, Kabupaten Buton dituntut untuk meningkatkan kelembagaan agar mampu mengelola pembangunan secara lebih mandiri.

 Strategi partisipasi masyarakat tidak kalah pentingnya dalam penyusunan rencana tata ruang, karena hakikat masyarakatlah yang menjadi obyek utama yang memanfaatkan penataan, sehingga diharapkan munculnya kesadaran untuk mengikuti arahan tata ruang yang hendak dikembangkan. Berdasarkan lima pertimbangan tersebut maka strategi pengembangan tata ruang untuk kegiatan pesisir dan pulau-pulau wilayah Kabupaten Buton dibagi dalam dua bagian : strategi eksternal dan strategi internal.

Strategi eksternal dimaksudkan untuk meningkatkan integrasi ekonomi (khususnya sektor agromarine) Kabupaten Buton dengan wilayah lain, terutama

(36)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 36

dengan Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna, Kabupaten Bombana dan wilayah lain di Sulawesi Tenggara maupun wilayah lainnya di Indonesia Bagian Timur sebagai outlet utama untuk masuk ke dalam pasar regional, nasional dan internasional.

Strategi internal ditujukan untuk meningkatkan integrasi spasial dan integrasi sektoral di dalam wilayah Kabupaten Buton.

Dalam konteks strategi eksternal terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dilakukan yaitu:

 Mengembangkan akses eksternal yang menghubungkan pusat-pusat produksi di Kabupaten Buton dengan pusat-pusat regional dan nasional, serta internasional. Pusat-pusat produksi di Propinsi Sulawesi Tenggara sebagai outlet memasuki pasar regional dan internasional.

 Standarisasi komoditi ekspor dan mencari peluang pasar (utamanya jambu mente dan rumput laut).

 Mengembangkan informasi dan promosi tentang peluang investasi di daerah. Dalam kaitannya dengan strategi internal terdapat beberapa langkah penting yang perlu dilakukan yaitu:

 Meningkatkan aksesibilitas antara ibu kota propinsi dan antar pusat-pusat produksi dalam Kabupaten Buton dengan pusat-pusat pemasaran lokal. Peningkatan aksesibilitas ini dimaksudkan untuk tercapainya integrasi spasial di dalam Kabupaten Buton yang ditunjukan dengan adanya keterkaitan ekonomi antar wilayah. Secara ekonomis keterkaitan spasial akan meningkatkan nilai rate of return dan daya saing wilayah, karena akan mengurangi beban biaya transportasi untuk setiap komoditi yang diproduksi oleh Kebupaten Buton.

 Mengembangkan pola keterkaitan antar berbagai sektor ekonomi sehigga dapat tercapai integrasi sektoral yang dicirikan dengan adanya backward

dan forward linkage diantara sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Buton.

Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi secara bertahap ketergantungan terhadap sektor ekonomi yang cenderung endave, seperti pertambangan yang dianggap masih kurang memberikan local multiplier

dan kesejahteraan masyarakat lokal.

 Pengendalian dan pengembalian fungsi kawasan lindung (khususnya KSM Lambusango dan Kawasan Mangrove) untuk menjaga berfungsinya kawasan lindung sesuai dengan yang telah ditetapkan.

(37)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 37  Mengembangkan kapasitas masyarakat lokal, terutama jiwa wirausaha,

untuk terlibat secara lebih luas dalam kegiatan ekonomi. Dalam konteks pengembangan ekonomi wilayah, peningkatan kapasitas masyarakat ini dapat berperan secara signifikan terhadap proses maksimalisasi local

multiplier yang selanjutnya dapat memacu pertumbuhan ekonomi wilayah

secara lebih cepat. Pengembangan kapasitas masyarakat terutama diarahkan pada pengembangan usaha kecil dan menengah yang dikelola secara langsung oleh masyarakat di kawasan-kawasan strategis. Dalam kaitan ini pengembangan lembaga-lembaga pelatihan perlu diintesifkan dan dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa lembaga terkait seperti Departemen Kelautan dan Perikanan, asosiasi pengusaha, universitas dan lain-lain.

 Meningkatkan kemampuan lembaga swadaya masyarakat yang biasa menangani pengembangan usaha dan pelatihan yang kaitannya dengan peningkatan keterampilan berwirausaha.

 Pengembangan kemampuan masyarakat dalam kegiatan produksi dan pemasaran untuk menunjang pengembangan ekonomi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.

 Meningkatkan akses masyarakat pada sumberdaya pendukung kegiatan produksi untuk mendukung perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat dan yang bersifat tradisional ke kegiatan ekonomi yang berorientasi pasar.

 Meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif.

 Mengembangkan sistem unit pelayanan terpadu (one stop service)

sehingga proses pelayanan publik dan perijinan usaha dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Strategi ini merupakan salah satu bentuk insentif kepada para investor yang dapat dipromosikan, untuk mendorong iklim yang cukup kondusif bagi dunia investasi maka perlu dilakukan beberapa penyederhanaan birokrasi, transparansi proses pembuatan perijinan dari sisi waktu penyelesaian dan biaya yang dibutuhkan, dan jenis serta jumlah perijinan.

 Menciptakan kepranataan yang mendukung penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan kemampuan kelembagaan daerah untuk pelayanan masyarakat.

(38)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 38

Strategi Perlindungan Ekologi

Di daerah pesisir terdapat berbagai jenis aktivitas yang satu dengan lainnya bisa memiliki kepentingan berbeda sehingga sering menimbulkan konflik kepentingan, seperti pelabuhan dan pelayaran, industri, pertambangan, perikanan, pariwisata dan jasa iingkungan lainnya yang satu dengan lainnya sering memiliki kepentingan berbeda, bahkan bisa saling merugikan, sehingga sering muncul konflik kepentingan dan dampak negatif lainnya terhadap sumberdaya hayati perairan. Selain itu di wilayah pesisir juga terdapat lebih dari satu jenis ekosistem yang secara fisik sangat berbeda, namun secara fungsional saling terkait dan saling tergantung satu sama lainnya.

Demi menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir dan laut, maka konsep pembangunan tersebut didasarkan pada prinsip konservasi habitat. Konsep ini menekankan pada pentingnya menjaga keberlanjutan proses pengaliran energi dan pendauran materi/nutrien yang diperankan oleh organisme hidup dalam suatu habitat atau satuan pengelolaan lainnya. Pengaliran energi dan siklus materi/nutrien akan melibatkan suatu hubungan fungsional di antara organisme hidup yang beragam sesuai tingkat perkembangan/kematangan ekosistem.

Upaya pengelolaan yang dilakukan dalam hal ini harus mengoptimalkan aliran energi dan siklus materi melalui organisme target atau komersil tanpa terlalu mengganggu keseimbangan ekosistem dan tidak mengurangi biodiversitas, karena pemutusan suatu mata rantai aliran energi akibat pola pengelolaan yang salah, akan berdampak negatif pada mata rantai berikutnya. Oleh karena itu sistem pengelolaan pesisir harus didasarkan upaya akomodasi kepentingan hingga pada batas-batas yang tidak menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan habitat di wilayah pesisir dan laut. Atas dasar hal tersebut maka pengelolaan wilayah pesisir sepatutnya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Keterpaduan menyangkut; (1) keterpaduan ekologis atau wilayah, (2) keterpaduan sektor, (3) keterpaduan disiplin ilmu, dan (4) keterpaduan

stakeholders.

Pengelolaan sumber daya pesisir dan laut harus berorientasi pada upaya yang dapat memperpadukan antara kepentingan pelestarian ekologis dan sumberdaya alam lainnya dan kepentingan pembangunan ekonomi. Keduanya

(39)

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton 2014 Bab V - 39

penting karena pembangunan ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian ekologi dan sumberdaya alam lainnya secara tidak langsung juga dapat terkait dengan kesejahteraan msyarakat di wilayah pesisir dan laut. Sehingga pengelolaan sumberdaya laut harus (1) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial; (2) harus menghindari bentuk kegiatan pembangunan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi lainnya seperti terganggunya aliran energi dan siklus materi, terbentuknya keseimbangan ekologi baru yang kurang menguntungkan dari segi ekonomi dan lingkungan, turunnya biodiversitas dan sistem kekebalan (daya saing) suatu ekosistem dan sumberdaya lingkungan lainnya.

Sistem pengelolaan harus mengadopsi syarat-syarat ekologis dan sosial budaya. Persyaratan ekologis adalah:

 Perbandingan kawasan untuk zona preservasi : konservasi : pemanfaatan intensif = 20 : 30 : 50.

 Laju pemanfaatan sumberdaya alam terbaharui lebih kecil dari laju pulih (potensi lestarinya).

 Pemanfaatan sumberdaya alam tak terbaharui harus meminimalkan dampak negatif.

 Jumlah limbah harus lebih kecil daripada kapasitas asimilasi perairan. Sedangkan persyaratan sosial budaya adalah:

 Pengendalian laju pemanfaatan (komsumsi) sumberdaya alam dan jasa lingkungan.

 Penerapan IPTEK yang dapat meningkatkan daya dukung kawasan untuk menghasilkan sumberdaya alam dan jasa lingkungan.

 Melibatkan pihak berkepentingan utama dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan.

 Pemerataan hasil pembangunan.

 Perbaikan manajemen.

Strategi yang harus diterapkan dalam aspek ekologi adalah:

A. Perencanaan dan aksi pemanfaatan kawasan pesisir harus menerapkan kaidah optimal lestari.

Gambar

Ilustrasi kehilangan air dalam suatu SPAM disajikan pada Gambar berikut.

Referensi

Dokumen terkait

pemecahan masalah termasuk salah satu keterampilan yang harus dikuasai di abad 21 (PISA 2012). Dengan demikian sudah seharusnya pembelajaran fisika di kelas diharapkan tidak

Setelah didapat persamaan numerik dengan menggunakan metode beda hingga, maka dapat diberikan simulasi numerik dari persamaan (4.5.6) untuk menggambarkan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Sistem otomasi penyalaan lampu ruang kuliah berbasis Atmega8535 dengan

Setelah dilakukannya penelitian, penulis memberikan saran kepada perusahaan agar melakukan pengembangan dokumen dan catatan akuntansi yang digunakan berupa dokumen daftar

DS18B20, sensor ini menghasilkan pulsa digital sebagai indikator, jadi output dari sensor ini sudah berbentuk digital, maka dari itu perlunya program khusus untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi bersaing usaha baglog Alas Jamur dibandingkan pesaing-pesaing utamanya, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal

tinggi yang membutuhkan modulasi dan kontrol keterampilan yang lebih rutin atau mendasar. Pemecahan masalah dalam bagian metode belajar adalah cara mengajar yang

Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini