• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Simbolik Zikir Pada Jemaah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (Studi Kasus Pada Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Sirnarasa Ciamis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makna Simbolik Zikir Pada Jemaah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (Studi Kasus Pada Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Sirnarasa Ciamis)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DOI:10.23971/jsam.v15i2.1331 W : http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam

Makna Simbolik Zikir Pada Jemaah Tarekat Qadiriyah

Naqsabandiyah

(Studi Kasus Pada Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Pondok

Pesantren Sirnarasa Ciamis)

Izzah Faizah Siti Rusydati Khaerania,1,*, Yuyun Nurlaenb,2, aUniversitas Islam Negeri Sunan Gunung djati, Bandung, 40111, Indonesia bUniversitas Islam Negeri Sunan Gunung djati, Bandung, 40111, Indonesia

1izzahfaizahsiti@uinsgd.ac.id*; 2 yuyunnurlaen@uinsgd.ac.id*

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history:

Received : 2019-05-25 Revised : 2019-12-19 Accepted : 2019-12-21

This paper discusses symbolic meaning of the ritual of zikir in the Qadiriyah Naqsabandiyah followers (TQN) in Sirnarasa Ciamis “. This research uses a case study method assisted with a symbolic interactional approach. The focus of his study is the followers of the Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) who have been practicing zikir for more than 3 years. The results of the study found the symbolic meaning of zikir as follows (1) There is no space for immersion in worldly affairs because the essence of each work is part of zikir to Allah 2). Zikir is a blessing of God, for ordinary people enjoying zikir is sought, in order to feel the temporary in his life. 3). This pleasure creates a peace of mind, because people who always do zikir are believed to be always remembered by God, forgiven of sin, always have hope that every prayer is accpeted, the most important part of zikr is to feel knowing Allah. This is reflected by always loving kindness (jȃr al-khair), softening hearts, and miftah al ghaib (be opened things that we do not know yet).

ABSTRAK

Tulisan ini membahas ‘Makna simbolik ritual zikir pada jemaah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) di Sirnarasa Ciamis“.Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dibantu dengan pendekatan interaksionalis simbolik. Fokus kajiannya adalah para jemaah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) yang sudah lebih dari 3 tahun mengamalkan zikir yang diajarkan TQN. Hasil penelitian menemukan makna simbolis dari berzikir diantaranya (1) Tidak ada ruang untuk tenggelam dalam urusan duniawi karena hakekat setiap pekerjaan adalah bagian dari mengingat Allah 2).Zikir tersebut adalah nikmat yang dianugerahkan Tuhan, bagi orang awam menikmati zikir adalah diusahakan, agar merasakan ke-fanaan dalam kehidupannya. 3). Kenikmatan tersebut melahirkan ketenangan jiwa, sebab orang yang selalu berzikir diyakini senantiasa diingat oleh Allah, diampuni dosa, selalu memiliki harapan setiap doanya di ijabah, bagian terpenting dalam berdzikr adalah merasakan ma’rifatullah. Hal ini direfleksikan dengan selalu mencintai kebaikan (jȃr al-khair), melembutkan hati, dan miftah al ghaib (dibukakan hal yangbelum kita ketahui).

Keywords: Symbolic Meaning the Qadiriyah Naqsbandiyah Zikir Kata Kunci: Makna Simbolik Qadiriyah Naqsabandiyah Zikir I. Pendahuluan

Zikir merupakan bagian dari ekspersi keagamaan kaum Muslim melalui lantunan kalimat-kalimat keberkatan.(4) Bahkan hamba yang ‘khusu’ mengingat Allah SWT diberi penghargaan oleh-Nya, sebagai orang yang patut dijadikan rujukan. Namun demikian, masih banyak yang belum memahami makna dan manfaat zikir.

Kebanyakan dari kita baru sebatas meritualkan atau melafalkannya. Padahal penting memahami makna-makna dibalik lafadz yang diucapkan seperti zikir.

Subjek yang diteliti adalah Para jemaah tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah PP Sirnarasa Ciamis. Pertimbangan historis menjadi alasan kuat pemilihan tarekat ini

(2)

sebagai objek penelitian, selain jumlah pengikutnya yang banyak tersebar di seluruh Indonesia. Ketika dilaksanakan manaqiban hamparan manusia memenuhi area pesantren dan pegunungan di sekitar Pesantren Sirnarasa Ciamis. Fenomena mengagumkan ini memberikan simbol, betapa bernilainya manaqiban dan zikir bagi para jamaah.

Para penikmat zikir memvisualisasikan cintanya melalui berzikir. Untuk memaknai peristiwa simbolik dari zikir ini, diperlukan penelitian mendalam terhadap pribadi-pribadi yang menjadikan zikir sebagai believe system(9) dan alat untuk berinteraksi dengan Sang Khalik.

II. Tinjauan Pustaka

a. Makna Interaksionalis Simbolik Dalam teori interaksionalis simbolik, manusia hidup secara alami di lingkungan yang penuh dengan simbol. Selanjutnya setiap individu bertindak berdasarkan simbol-simbol yang diyakini sesuai dengan situasi.(2)

Makna dihasilkan dari proses timbal balik interaksi antar orang. Objek tidak

memiliki arti sendiri, akan tetapi

mendapatkan arti dari aktor sosial. Simbol sendiri merupakan representasi dari sebuah peristiwa, yang pemaknaannya sudah disepakati agar mendapatkan makna yang sama.(6) Sebagai individu yang berpikir dan memiliki perasaan, manusia selalu saja memaknai setiap keadaan. Menurut Blumer interaksi simbolik didasarkan pada 4 prinsip: 1. Individu bertindak berdasarkan makna

yang dimiliki objek untuknya;

2. Interaksi terjadi di dalam konteks sosial dan budaya tertentu di mana objek fisik dan sosial (orang), serta situasi harus

didefinisikan atau dikategorikan

berdasarkan individu makna;

3. Makna muncul dari interaksi dengan individu lain dan dengan masyarakat;

4. Makna terus menerus dibuat dan

diciptakan kembali melalui proses

menafsirkan selama interaksi dengan orang lain.(5)

Dengan demikian simbol melahirkan interpretasi sekaligus reaksi terhadap peristiwa yang dihadapinya. Peristiwa ini memuat simbol-simbol yang direfleksikan dalam bahasa, rasa bahagia, sedih, simpati, empati, dan tingkah laku lainnya sebagai respon terhadap peristiwa yang menstimulasi dirinya.(2)

b. Makna Zikir Dalam Kehidupan Manusia

Zikir secara literal adalah mengingat. Dalam teks al-Qur’ân zikir dimaknai dengan mengingat Allah yang harus dibuktikan melalui ucapan (lisan), anggota tubuh dan pikiran.(24) Secara bahasa kata zikir berasal dari kata dzakara berarti ingat. Kata dzikr dengan harkat kasrah bermakna “mengingat sesuatu”.(7)

Pada tataran praktik zikir sangat bermakna, zikir dapat dijadikan media untuk meningkatkan kualitas manusia, termasuk kualitas kedisiplinan para pelajar setelah para pelajar membiasakan zikir ‘Lā ilāha illa Allah’ perlahan tetapi masih terdengar. Pembiasaan ini mampu mengubah perilaku siswa.(1)

Penelitian lain dilakukan pada pasien pasca operasi, penelitian ini menginvestigasi pengaruh zikir yang mengulang-ngulang lafadz Allāh hingga 100 kali. Dengan diiringi konsentrasi yang tinggi, zikir seperti ini mampu mengurangi rasa sakit pasca operasi.(15) Penelitian lain berkaitan dengan zikir dan pemulihan pasca operasi diantaranya mempraktekkan zikir dikombinasikan dengan meditasi dan relaksasi. Zikir yang dibacakan ‘subhānallāh’ 33 kali, ‘alhamdulillāh’ 33 kali, ‘Allāh akbar’ 33 kali dan ‘lā ilāha illa Allāh’ 33 kali. Pasien yang melakukan zikir ini merasakan berkurangnya rasa sakit dan rasa takut, meskipun secara fisiologis tidak ditemukan pengaruh signifikan.(17)

Fitri menjelaskan bahwa zikir dengan frekuensi yang telah ditentukan dan dilakukan secara rileks, mampu mengurangi trauma masa lalu.(8)

c.

Fungsi Zikir pada Jamaah TQN

Di atas telah dijelaskan beberapa makna zikir bagi keberlangsungan hidup komunitas tertentu. Bagi Jemaah TQN, makna zikir dapat pula mempengaruhi kecerdasan sosial. Penelitian Tamami, tentang Pengaruh Zikir Tarekat TQN terhadap Kesalehan Sosial

(3)

Santri Anwarul Huda Karangbesuki Malang, menemukan bahwa zikir TQN berpengaruh signifikan terhadap kesalehan santri, meliputi solidaritas sosial, kerja sama, toleransi, adil dan menjaga ketertiban. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Datanya dianalisis oleh SPSS versi 21.0.(21)

Zikir yang dilakukan jemaah TQN ditengarai mampu menata jiwa para pengamalnya menjadi lebih tenang, mampu menghindari sifat negatif seperti iri dengki dan menjadi pandai mengontrol diri.(16) Sedangkan menurut Soleha, para jemaah TQN yang berada di Desa Sungai Kabupaten Sukamara dalam menata kehidupannya semata-mata untuk mencari ridha Allah.(18) III. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Kinerja metode ini berusaha menganalisis data yang terhimpun berkaitan dengan kasus tertentu.(19) Kasus tersebut bisa dalam bentuk gejala ataupun fenomena yang akan diteliti dengan harapan bisa ditarik kesimpulan pada populasi yang lebih banyak.(3) Metode ini berusaha mempelajari, mendeskripsikan, menerangkan kemudian menginterpretasi objek sesuai konteksnya secara natural tanpa diiringi intervensi.

Subjek penelitian adalah Para jemaah TQN yang aktif mengikuti Manaqiban termasuk pimpinan maupun wakil talkin, subjek penelitian ini dianggap mampu memberikan informasi yang tepat berkaitan dengan kasus yang sedang diteliti.(14)

Metode ini dibantu dengan pendekatan interaksionalis simbolik. Teori ini pada mulanya dikenalkan oleh Mead dan Blummer. Teori ini meyakini bahwa ketika melihat isyarat non verbal sesungguhnya hal itu memiliki makna, sama persis dengan ucapan (pesan verbal) yang secara subjektif sosial memiliki makna yang disepakati. Melalui aktifitas simbolik, perilaku seseorang dapat mengungkapkan perasaan, pikiran, dan maksud seseorang. Perilaku simbolis ini menampilkan apa yang diyakini dan dirasakan oleh seseorang. Dalam terminologi pendidikan makna simbolis ini adalah visualisasi dari belief system seseorang.

Teori interaksionalis simbolik menjelaskan bahwa tindakan dan perilaku manusia dimulai dari mengetahui sesuatu, kemudian menilai dan memaknai, selanjutnya memutuskan untuk bertindak merujuk makna tersebut. Teori interaksi simbolik meyakini interaksi melahirkan simbol-simbol yang komunikatif, baik melalui bahasa ataupun isyarat yang mampu mengkonstruk masyarakatnya.

IV. Hasil dan Diskusi

a. TQN di Pondok Pesantren Sirnarasa Kabupaten Ciamis

Pesantren Sirnarasa berdiri pada tanggal 4 Agustus 1968. Nama Sirnarasa diberikan oleh Pangersa Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) untuk dijadikan nama pesantren. Sebelumnya pesantren ini bernama Pesantren Al-Ikhlas. Pesantren Sirnarasa didirikan oleh KH. Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul pada tahun 70-an. Abah Anom kemudian memberikan nama baru “Baitus-Sirri” untuk mesjid utama Pesantren Sirnarasa, dan nama Cisiri karena sudah tidak ada lagi orang di kampung tersebut yang ditalqin setelah dikubur.

Di pesantren ini diterapkan sistem pengajian yang berkelas mulai dari kelas 1 hingga kelas 4 dengan berbagai kitab kuning yang dipelajarinya. Pengajian dan amaliyah yang dilakukan di Sirnarasa telah berlangsung puluhan tahun. Begitu banyak yang datang dari berbagai kalangan dan usia untuk belajar zikir melalui talkin. Dari kalangan pejabat sampai kalangan menengah dan bawah. Mereka sudah rutin mengikuti metode amaliyah yang dilakukan oleh KH. Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul yang dicontoh dari gurunya Abah Anom Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin. Begitu juga apabila menjelang pengajian rutin bulanan Manakiban, akan hadir berbondong-bondong ribuan orang untuk menghadirinya untuk meraih keberkahan dan karomah para wali Allah.

Pesantren Sirnarasa di dusun Ciceuri desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis merupakan pesantren bagi para santri yang mempelajari aliran Sufi dalam Islam. Tidak banyak dijumpai pesantren Sufi yang khusus seperti di Sirnarasa.

(4)

Sirnarasa sendiri lahir dari pesantren Sufi terbesar di Jawa Barat, yakni Suryalaya, Pagerageung Tasikmalaya.

Pesantren Sirnarasa adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah yang didirikan oleh Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul r.a. Tujuan utama Pesantren Sirnarasa adalah untuk mengamalkan, mengamankan dan melestarikan tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, yang diyakini oleh Sesepuh Pesantren Sirnarasa ini sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, terwujudnya keadilan sosial yang adil dan beradab. Untuk mencapai tujuan tersebut, Sesepuh Pesantren Sirnarasa mendirikan Yayasan Pesantren Sirnarasa (YPS) sebagai lembaga pelaksana kegiatan yang mendukung pewujudan cita-citanya. YPS didirikan pada tanggal 21 Nopember 2001 di Ciamis. YPS berkomitmen untuk menggerakkan segala sektor kehidupan masyarakat menuju peradaban dunia. Gerakan-gerakan yang ditempuh yaitu mengubah pola pikir masyarakat dari pemikiran konvensional menjadi pemikiran yang penuh inisiatif dan gerakan nyata. Secara garis besar YPS ada untuk:

1. Mensiarkan ilmu dan amaliah TQN PPS. 2. Membangun dan mempublikasikan metode-metode yang berhubungan dengan isu-isu kunci yang relevan dengan kehidupan dunia modern.

3. Mempelajari, menciptakan dan menerapkan tren Islam sebagai solusi otentik untuk masalah dan konflik yang timbul di mana-mana.

4. Memantau dan mengadakan koordinasi dengan lembaga lain.

5. Membangun sumber daya informasi, perpustakaan, penerbitan.

6.

Menjadi Dewan Penasehat Internasional yang menentukan prioritas dan proyek-proyek SDM

.

b. Tarikat Qadiriyah Naqsabandiyah Secara historis Tarikat Qadiriyah Naqsabandiyah berkembang di Indonesia, jauh sebelum kemerdekaan(22) hingga

sekarang terus berkembang dan memiliki jumlah pengikut yang banyak, berasal dari berbagai penjuru dunia. Tarikat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) perpaduan dari dua tarekat besar, yaitu tarikat Qadiriyah dan tarikat Naqsabandiyah. Pendiri tarekat ini adalah Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-Jawi, beliau seorang Syekh Sufi yang saat itu menjadi Imam Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah, sekaligus ulama besar nusantara yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Tarekat Qadiriyah. Salah satu ajaran tarekat ini adalah membiasakan berzikir dengan metode dan lafadz tertentu, membiasakan membaca Al-Qur’an, khatmul Qur’ān dan mendawamkan salawat nāriyah dalam waktu-waktu tertentu.(22) Tradisi ini tentu saja dibentuk oleh belief system yang kemudian divisualisasikan dalam menata kehidupannya sehari-hari (life style) seseorang.

c. Makna Simbolik Zikir

1. Makna Simbolik Mursyid, Wakil

Talkin dan Jemaah

Pada pembahasan di atas, interaksi simbolik memiliki 4 unsur penting dalam proses berinteraksi.(5) Pertama, subjek bertindak berdasarkan makna yang dimiliki objek. Para jemaah memaknai pentingnya zikir untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan meningkatkan kualitas diri. Kedua, interaksi terjadi di dalam konteks sosial dan budaya tertentu, di mana objek fisik ataupun person harus didefinisikan. Agar makna zikir ini mempribadi dalam diri para jemaah maka interaksi dilakukan secara terstruktur melalui beberapa kegiatan diantaranya adalah manaqiban dan pembinaan para jemaah di pusat-pusat kota untuk pengajian rutin. Ketiga, makna muncul dari interaksi individu lain dengan masyarakat; bagi masyarakat yang bergaul dengan para jemaah TQN terjadi perubahan perilaku, mulai dari kemampuan mengendalikan diri dan sikap tenang dalam menghadapi masalah. Keempat, makna terus diproduksi dan kembali melahirkan makna selama berinteraksi.

Dalam kasus ini subjek pertama adalah mursyid dan wakil talkin. Sedangkan Objek

(5)

adalah makna zikir yang terlebih dahulu dimaknai oleh mursyid dan wakil talkin. Pemberian makna ini merupakan proses pengajaran agar memiliki kesamaan makna terhadap makna dan fungsi zikir. Sedangkan penerima pesan adalah para jemaah atau calon jemaah TQN. Makna dan fungsi zikir, selanjutnya terus berkembang selama proses pengamalan zikir oleh para Jemaah TQN. Fase perkembangan ini sangat berharga bagi pengalaman spiritualnya.

Tindakan sosial yang dilakukan para subjek kemudian menjadi makna lain ketika para subjek berinteraksi dengan subjek yang lain (masyarakat atau keluarga), mereka menemukan perubahan perilaku yang dilakukan oleh para jemaah, menjadi lebih lembut perangainya, lebih mampu mengendalikan diri ketika marah dan tenang ketika menghadapi masalah, ini merupakan contoh yang diungkap individu yang berinteraksi dengan para jemaah TQN.

Interaksi Mursyid dan Wakil Talkin dengan Jemaah TQN diibaratkan sungai yang mengantarkan ke samudra yang luas, samudra ini diibaratkan Tuhan, sedangkan para jemaah diibaratkan dengan setitik air yang terkoneksi dengan sungai. Demikianlah posisi dan fungsi mursyid, wakil talkin dan jemaah. Mursyid mengantarkan para jemaah sampai menuju Tuhan yang diibaratkan sebagai samudra.(10)

Secara khusus makna mursyid bagi para jemaah ibarat orang tua, mursyid menjadi tempat bertanya baik berkaitan dengan masalah pribadi atau berkaitan dengan masalah spiritual. Untuk sebagian lagi mursyid benar-benar sebagai waratsatul anbiya (pengganti Nabi), sebagai penunjuk jalan menemukan hakekat ma’rifatullah

.

2. Makna dan Kedudukan Zikir dalam

Pandangan Mursyid dan Wakil Talkin TQN

Memahami makna zikir melalui Guru baik mursyid atau wakil talkin sangatlah penting, karena individu akan bertindak berdasarkan makna yang terkandung dalam objek.(5) Zikir tidak akan bermakna jika tidak dimaknai oleh aktor sosial.(2)

Zikir adalah ajaran utama dalam Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN). Ada dua macam zikir yang diajarkan kepada jemaah TQN. Zikir jahr dan Zikir khafi. Zikir Jahr diamalkan jemaah melalui prosesi talqin.

Zikir jahr membacakan Lā ilāha illa Allāh minimal 165 kali setiap selesai salat wajib. Namun jika seseorang sangat sibuk, diperbolehkan hanya membaca 3 kali, akan tetapi harus diganti pada waktu yang lain. Sedangkan zikir khafi adalah ritual zikir yang dikerjakan oleh hati, hati mengucapkan Allahu secara berulang tanpa ada batasan jumlah. Zikir khafi ini dilakukan setelah terpenuhinya jumlah minimal zikir jahr. Lidah bahkan dianjurkan dilipat ke atas langit-langit, agar tidak bergerak, biarkan hati hidup dengan mengucap lafadz Allahu sambil menundukan kepala ke dada sebelah kiri, simbol ini menunjukkan agar hati selalu ingat, mendawamkan zikir ini agar lembut hatinya, tidak beringas dan tidak keras.

Menurut Abah Gaos Pimpinan Pesantren Sirnarasa. tidak ada batasan dalam berzikir, 165 kali adalah jumlah minimal, karena Al-Qur’an memerintahkan berzikir sebanyak-banyaknya every time and every moment. Beliau merujuk hadis riwayat Thabrani dari Abi Hurairah “Barangsiapa memperbanyak zikir kepada Allah (zikrullah), maka akan terbebas dari sifat munafik”.(13)

Di dalam kitab Miftahus Shudur, karya Abah Anom bahwa “tarekat itu pada hakekatnya adalah zikir”. tarekat dapat mengkoneksikan manusia dengan Tuhan.

Kedudukan zikir terdapat dalam Miftah al Shudur karya Abah Anom.

(12)

Dalam kitab tersebut ada sub judul fi Bayan zikir Allah wa atharihi fi al-tarbiyat al-rohaniyah, yang menjelaskan membiasakan zikir melahirkan manfaat yang banyak. Abah Anom, pada bagian permulaan bab ini menjelaskan:

“Ketahuilah bahwa tarekat guru kita adalah tarekat zikir dan bukan tarekat lainnya. Tarekat zikir itu terdiri dari zikir dengan lidah dan zikir dengan hati. Dengan zikir akan tercapai kemenangan, tercapai

(6)

permohonan dan tercapai segala apa yang dikehendaki. Zikir itu dari Allah dan kembali ke Allah dan bersama dengan segala sesuatu. Jika seseorang ada urusan ke sesuatu yang lain, tinggalkan dan cepat kembali berzikir, karena disitu terdapat asma yang menjulang sampai kelangit. Ketika seseorang melaksanakan zikir, hati seseorang akan bersama Tuhan dan Tuhan akan bersamanya. Dia tidak pernah jauh. Orang akan mengenal-Nya dan Tuhan akan mengenal-mengenal-Nya. Siapa pun yang mengenal Allah, akan mengetahui kebijaksanaan. Syaikh percaya bahwa zikrullah mencapai hasil terbaiknya manakala award dan ahzab terbuka bagi para pemiliknya (ashabiha), melalui pengaruh (atsar) dari zikrullah adalah penting bahwa semua murid yang melakukan suluk kepada Tuhan agar melalui pintu zikir yang khusus ini, sebab akarnya kukuh (ashlun tsabit) di bumi dan cabangnya menjulang kelangit.

Dalam pandangan mursyid TQN (Abah Anom) tujuan zikrullah adalah mencegah kaum Muslim dari kelalaian, karena kelalaian dapat melahirkan maksiat. Jadi zikir dapat membantu orang untuk meninggalkan maksiat. Abah Anom mengingatkan agar tidak melupakan zikir baik di lidah maupun di hati, bahwa orang yang mempunyai hati (ulul al-albab), adalah yang hatinya bisa mengingat-Nya baik sembari berdiri, duduk, dan berbaring.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa ajaran TQN melalui karya Abah Anom di dalam Miftah al-Shudur mendorong orang bekerja keras untuk kepentingan keduanya; hidup di dunia dan alam selanjutnya. Dua jenis rezeki itu dapat dicapai dengan melakukan usaha fisik dan usaha rohani.

Zikir dan salat menjadi ajaran utama dalam Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah sebagaimana mengacu pemikiran Abah Anom dalam Kitab Miftahus Shudur (Kunci Pembuka Hati) sebagai berikut:

Karena yang dimaksud zikir adalah hati selalu hadir bersama Allah. Menunaikan shalat adalah zikir, menunaikan zakat adalah zikir, melaksanakan puasa adalah zikir, melaksanakan ibadah haji adalah zikir,

bertafaqquh (mendalami) ilmu pada takaran dharuriy (wajib minimal) atau lebih adalah zikir, memberikan fatwa berkenaan hukum-hukum Allah adalah zikir, membaca Al-Qur’an adalah zikir, membaca shalawat Nabi termasuk zikir, memerintah beramar ma’ruf nahyi munkar adalah zikir.(20)

Jika dianalogikan, zikir ibarat makanan, zikir adalah makanan hati, persis ketika kita lapar atau haus kita membutuhkan makanan dan minuman. Dan ketika sedang gelisah, sesungguhnya hati kita sedang lapar, makanan hati adalah zikir.(11)

Zikir akan mewarnai perilaku. Di dalam kitab Miftah al-Shudur, Abah Anom) menjelaskan:

“Tasawuf mengajarkan takhliyah, yakni membuang sifat-sifat tercela dalam hati, karena tasawuf akan mewarnai hati dengan keutamaan-keutamaan. Ketika itu anwar qudsiyyah (cahaya suci) menguasai dirinya yang menjadi bergantung hanya kepada Allah, tidak dikendalikan oleh hawa nafsu. Karena hanya Allah yang dicari, diinginkan dan dicintai. Menjadikan Allah awal tempat bertolak, dan kepada Allah pula akhir perjalanan hidup. Allah telah menjadikan dunia tempat memberi kewajiban (kepada hamba-hambanya), dan menjadikan akhirat sebagai tempat memuliakan mereka. Dalam kehidupan dunia, Allah tidak membebani kita dengan sesuatu yang mustahil, Allah hanya membebani kita dengan kewajiban yang dapat kita jangkau yang diperlukan untuk bermujahadah (berjuang gigih) baik lahir maupun batin, agar mujahadah dapat dibedakan mana yang buruk dan mana yang baik. Jika engkau ingat kepada Allah, maka akan ditolong Allah, jika bersyukur, maka akan disyukuri (ditambah nikmat oleh Allah).”(20)

3. Makna Zikir dalam Pandangan

Jamaah TQN

Mursyid atau wakil Talkin mengajarkan zikir jahr dan makna zikir, kemudian diajarkan zikir khafi. Mereka diberi penjelasan tentang zikir khafi. Sebelum mengajarkan zikir khafi Wali

(7)

Talkin, Mursyid memberitahukan agar para jemaah mulai fokus seraya berkata:

“Harus diperhatikan bahwa arah kalbu (hati), posisinya berada tepat di bawah dada sebelah kiri, silahkan tunjuk, kemudian para jemaah disuruh menunjuk kalbu dengan menggunakan telunjuk, silahkan letaknya kira-kira dua jari di bawah dada sebelah kiri. Guru berkata: Kata Rasulalluh Saw disanalah hati kita, disanalah letaknya iman, dan pula letaknya tauhid dan disana letaknya taqwa, disana pula letaknya din dan disanalah Nabi kita Muhammad Saw meletakan Dien al-islam. Lalu sang Guru (Wakil talkin) berkata: Sekarang silahkan tundukan kepala ke arah kalbu tersebut (kira-kira 2 jari dibawah dada kiri)” Lalu semuanya menunduk kearah kalbu tadi, sang Guru berkata: “lepaskan tangannya jangan ditunjuk lagi, sekarang tutup bibirnya, lalu tutup matanya, karena selama tidak ditutup, mata akan melihat orang lain bukan diri sendiri, bahkan diri sendiri tidak terlihat hanya orang lain, tekuk lidah keatas langit-langit, lalu tahan nafasnya lalu keluarkan dari hidung pelan-pelan, sekarang gigitkan gusinya, lalu ingatkan ke dalam hati yang diingat di dalam hati itu adalah lafad

Allahu..(13)

Momen pada saat proses talkin tersebut terasa hening, hanya hati yang melantunkan zikir, beberapa yang mengikuti sang Guru merasakan kelezatan iman, bergetarnya hati disebabkan berzikir. Ada yang termenung dan terharu, ada yang menangis ada yang menunduk tak berkata-kata dan ada juga yang sumringah, berbagai ekspresi ini divisualisasikan ketika mereka selesai ditalkin. Bagi yang sudah membiasakan bertahun-tahun bahkan merasakan energi hangat di area tubuh bagian belakang mengikuti tulang punggung.(11) Persis seperti ulasan Fragger yang menjelaskan bahwa beberapa praktek zikir akan mengalirkan energi dari pusat menuju area kepala (dahi) turun ke dalam hati. Tindakan ini menurut Frager sama dengan aliran kundalini di dalam Yoga atau peredaran cahaya di dalam Tao.(10)

Itulah zikir khafi; lafadz zikir yang diperuntukkan hati agar bekerja, selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun, baik dalam keadan duduk, ataupun berbaring, dalam keadaan bekerja ataupun sedang berjalan. Pelafalan zikir khafi seiring berbarengan dengan detak jantung. Mengulang-ngulang kalimat ‘Alluhu Allah’ di dalam hati, ini secara khusus mengajarkan kepada para murid agar hati diperintahkan bekerja. Kerjanya adalah mengulang-ngulang kata ‘Allahu Allah’, dengan tujuan agar sang hati selalu berkoneksi dan konsentrasi secara penuh kepada Allah. Sehingga hati tidak pernah ‘malaweung’ sebuah istilah sunda yang menunjukan perilaku hati yang lalai, yang tidak konsentrasi, tidak fokus dan menyimpang atau mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat (mubazir) atau bahkan merusak. Zikir khafi zikir yang dilakukan didalam hati, zikir ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu maka zikir ini digunakan oleh jamaah untuk setiap keadaan seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

ٱ

ۡۡبَهۡذ

ۡ

بِ‍َٔاَۡكوُخ

َ

أَوۡ َتن

َ

أ

ۡتَٰ َي

اَيتنَتۡاَلَوۡي

ۡ

يتف

ۡ

ۡيتر

كتذ

ۡ

٢٤

ۡ

ۡ

Artinya: Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. (Q.S. Thaha [20]:42)

Berzikir dengan menyaringkan Lā ilāha Illa Allāh sesunggguhnya diperuntukan pemula (mubtadi), agar hati yang sebelumnya ibarat batu menjadi lembut karena ditempa lafad Lā ilha Illa Allāh, dan untuk hamba yang hatinya terbiasa berzikir dipersilahkan berzikir khafi.

Makna simbolis dari kalimat nafyi ilāha menurut Syekh Muzaffer membantu rumah suci ‘hati’ kita yang abai, sedangkan pengecualian pada kalimat Illa Allāh, menyucikan rumah tersebut (hati) untuk menempatkan Allah di atas altar sang hati sebagai satu-satunya yang layak disembah.(10) Jika dimaknai melalui interaksi simbolik kalimat zikir diatas menandakan loyalitas dan kesetiaan yang

(8)

tinggi terhadap Tuhan dan secara teologis selalu memupuk keimanan yang murni.

Pada tataran praksis dalam kehidupan sehari-hari, zikir yang dilantunkan para jemaah tersebut, menuntun hambanya untuk mendapatkan rida Allah semata, kemudian dijewantahkan dengan kalimat cinta dan kerinduan “illāhi anta maqsūdi waridhȃka matlūbi a'tini mahabbataka wama'rifataka” (Tuhanku, engkaulah yang aku tuju, keridhaan-Mu lah yang aku cari, anugerahkanlah kemampuan untuk mencintaimu dan mengenal-Mu). Kalimat penuh makna yang mendorong setiap hamba ingin menemui-Nya.

Ungkapan “illāhi anta maqsūdi waridhȃka matlūbi a'tini mahabbataka wama'rifataka” mengandung 4 makna yaitu: Pertama, keinginan mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah) melalui riyadhah (ibadah). Kedua, meraih keridhaan Allah (mardatillah). Ketiga, mencintai Allah (mahabbah). Keempat, menuju ma’rifatullah. V. Kesimpulan

Hasil penelitian menemukan bahwa Mursyid diyakini sebagai pembimbing menuju makrifatullah, menuju kebenaran dan menuju kebahagiaan, Mursyid dianggap pengganti Rasululullah yang membimbing umatnya. Zikir adalah simbol kecintaan hamba kepada Tuhannya. Zikir dapat dimaknai bahwa tidak ada ruang untuk tenggelam dalam urusan duniawi karena hakekat setiap pekerjaan bagian dari mengingat (Zikir) kepada Allah. Zikir yang diritualkan adalah nikmat yang dianugerahkan Tuhan, bagi orang awam selalu menikmati zikir adalah diusahakan, agar merasakan ke-fanaan dalam kehidupannya. Kenikmatan tersebut melahirkan ketenangan jiwa, sebab orang yang selalu berzikir diyakini senantiasa diingat oleh Allah, diampuni dosa, selau memiliki harapan setiap doanya diijabah, bagian terpenting dalam berzikir adalah merasakan ma’rifatullah. Hal ini direfleksikan dalam kepribadian seseorang yang selalu mencintai kebaikan (jȃr al-khair), melembutkan hati, dan miftah al-ghaib, akan dibukakan hal yang belum kita ketahui.

Daftar Pustaka

1.

Abdul Rahman A, Abdul Wahab MN. A Study Of The Effect Of Dzikr On The Psychology Of Students With Disciplinary Problems Using Heart Rate Variability (HRV) [Online]. TIJ’s Research Journal of Social Science & Management - RJSSM 5, 2015.

2. Aksan N, Kısac B, Aydın M, Demirbuken S. Symbolic interaction theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences 1: 902–904, 2009.

3. Alwasilah AC. Pokoknya kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya, 2002.

4. Audah A. Bahasa Agama dalam Wacana Sosiologi Agama. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 11: 67–79, 2015. 5. Carter M, Fuller C. Symbolic

Interactionism. Sociopedia.isa ( January 1, 2015). doi: 10.1177/205684601561. 6. Effendy OU. Kamus Komunikasi.

Bandung: Mandar Maju, 1989.

7. Fīrūzābādī M ibn Y. Al-Qamus al-Muhith. Beirut: Dar al-Fikr, 1983. 8. Fitri R, Masitah E. The Effect of Zikr

to Reduce Unwanted Sexual Fantasies in Sexual Abuse Victim. 2: 4, 2014.

9. Fraenkel JR. Helping students think and value: strategies for teaching the social studies. Prentice-Hall, 1972.

10. Frager R. Heart, Self, & Soul: The Sufi Psychology of Growth, Balance, and Harmony. Quest Books, 2013.

11. HM. Wawancara. 2016.

12. M.A DHSM. Peran Edukasi Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah Dengan Referensi Utama Suryalaya. Jakarta: Prenada Media, 2010.

13. Maslul MAGS. Saefulloh Maslul Menjawab 165 Masalah: Pemahaman Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah

(9)

Pondok Pesantren Suryalaya. Bandung: Wahana Gaya Grafika, 2004.

14. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya, 1989.

15. Nasiri M, Fayazi S, Ghaderi M, Naseri M, Adarvishi S. The Effect of Reciting the Word “Allah” on Pain Severity After Coronary Artery Bypass Graft Surgery: A Randomized Clinical Trial Study in Iran. Anesth Pain Med 4, 2014.

16. Salahudin M, Arkumi B. Aplikasi Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dan Hasilnya sebagai Nilai Pendidikan Jiwa. 2, 2016.

17. Solaiman H, El sayed S. Effects of Zikr Meditation and Jaw Relaxation on Postoperative Pain, Anxiety and Physiologic Response of Patients Undergoing Abdominal Surgery. journal of biology, Agriculture and Healthcare 3, 2013.

18. Soleha S. Makna Hidup Bagi Pengikut Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah (TQN) di Sukamara Kalimantan Tengah. Jurnal THEOLOGIA 26, 2015.

19. Sukmadinata NS. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2005.

20. Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin. Buku Kunci Pembuka Hati (Terjemahan Kitab Miftahus Shudur). Jakarta: PT. Laksana Utama Jakarta, [date unknown].

21. Tamami K. Pengaruh Zikir Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyyah terhadap kesalehan Sosial Santri Pondok Pesantren Anwarul Huda Karangbesuki Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: 2017.

22. Warasto H. Tarekat Qadariyah Naqsyabandiyah di Kali Pasir Cikini

Jakarta [Online].

https://www.academia.edu/9631818/Tare kat_Qadariyah_Naqsyabandiyah_di_Kali _Pasir_Cikini_Jakarta [13 Dec. 2019]. 23. WHD. Wawancara. 2019.

24. Zein A. Makna Zikir Perspektif Mufassir Modern di Indonesia. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 9: 503–527, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Malang merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab melaksanakan reformasi birokrasi melalui sistem pemasyarakatan dibawah naungan

Setelah game Sejarah Terbentuknya Kota Samarinda dibangun, maka dilakukanlah pengujian untuk mengetahui apakah game berjalan dengan baik sehingga game ini dapat dijadikan

R!#<;*9#!CHBIJB[7I!JIIS9.. Tiba-tiba saya dapat menyebut roh yang telah tinggal dalam hidup saya. Saya tahu Roh Kudus memimpin saya untuk membaca buku ini

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan beberapa tahapan seperti: (a) Studi pustaka yaitu mencari literatur yang mendukung

1 Kepala BRI Custody Service Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan penyusunan dan penyempurnaan ketentuan/kebijakan, strategi dan mekanisme pengembangan fitur dan

Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih

Penentuan Jenis Kelamin Burung Kepodang (Oriolus chinensis maculatus L.) dengan Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) Menggunakan Primer Sexing.. Columba livia

maka diperlukan suatu lembaga atau badan untuk pasar modal tersebut. Hal tersebut sebagaimana diamanatkan oleh UU Pasar Modal. Berdasarkan dan pengawasan