• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Dan Penghitungan Kerapatan Inokulum Phytophthora Capsici Dalam Tanah Dengan Menggunakan Umpan Daun Lada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deteksi Dan Penghitungan Kerapatan Inokulum Phytophthora Capsici Dalam Tanah Dengan Menggunakan Umpan Daun Lada"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 3. Hal 160-166 ISSN: 2087-7706

DETEKSI DAN PENGHITUNGAN KERAPATAN INOKULUM

Phytophthora capsici

DALAM TANAH DENGAN MENGGUNAKAN

UMPAN DAUN LADA

Detection and Quantification of

Phytophthoracapsici

inSoil Using

Black Pepper Leaf Baiting

LA ODE SANTIAJI BANDE1*), BAMBANG HADISUTRISNO2), SUSAMTO SOMOWIYARJO2), DAN BAMBANG HENDRO SUNARMINTO2)

1)Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari 2)Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACK

Phytophthora capsiciis a causal agent for footrot disease in pepper and classified as a soil-borne pathogen. The inoculums ofP. capsiciin the soilis difficultto detect. The dynamics ofP. capsici population in the soil is frequently and rapidly fluctuates and hard to detect, causing the pathogen to produce disease rapidly. The aimsof this research were todetect the pathogen P.capsici using black pepper leaf baiting and to quantify the inoculum of the pathogenP.capsiciin the soil belonging to several disease intensities of the black pepper foot rot in the field. The first experiment: detecting the pathogen P. capsici using black pepper leaf baiting in the soil artificially infested using several sporangia, anda second experiment: quantification of propagul of theP.capsiciin various categories of intensity on the black pepper foot rot disease in the field. The research results showed that the black pepper leaf baiting could be used to detect the existence of the propagul ofP.capsiciin the soil artificially infested in various densities of sporangia. The increase in disease intensity occurred in parallel with the greater density of P. capsiciinocula in soil. The density of P. capsiciinocula in the soil tended to decline when the disease intensity reached the highest level.

Key w or ds: black pepper leaf detection, quantification inocula,Phytophthoracapsici.

1

PENDAHULUAN

Phytophthora capsicimer upakan patogen ter baw a tanah (soil borne pathogen) yangjumlah populasinya dalam tanah sulit untuk diketahui. Keber adaan patogen P.

capsici pada lahan per tanaman pada

umumnya bar u diketahui setelah munculnya gejala penyakit. Patogen ini menyebabkan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada (Wahyunoet al., 2007; Bandeet al., 2011; Bande et al., 2014). Pengendalian penyakitbusuk pangkal batang yang efektif dan efisien sampai saat ini belum ada sehingga penyakit ini masih menjadi kendala ut ama dalam pr oduksi lada (Manohar aet al., 2004). Penyakit ini r elatif sukar dikendalikan kar ena

*)Alamat kor espondensi:

Email : [email protected]

gejala aw al sulit diketahui dan populasi patogen saat aw al penular an dalam tanah sulit ter deteksi (Wahyunoet al., 2007).

Patogen untuk dapat menginfeksi tanaman har us mempunyai pr opagul yang cukup ter sedia. Tidak semua inokulum yang ada dalam tanah menimbulkan penyakit pada tanaman kar ena kemampuannya membentuk str uktur tahan dan agr esivitas pr opagul yang ber beda (Chaer ani dan Manohar a, 2012) ser ta daya tahan hidup yang ber beda dar i inokulum

P. capsici(Fr ench-Monaret al., 2007). Menur ut Manohar a et al. (2005) P. capsici mampu membentuk str uktur istir ahat yang mampu ber tahan lama dalam tanah. Besar nya potensi inokulum dalam tanah secar a tepat sangat susah dipastikan. Metode kuantitatif untuk mengetahui besar nya inokulum dar i spesies

Phytophthora yang diisolasi dar i tanah ter us dikembangkan yang didasar kan pada asumsi

(2)

bahw a kepar ahan penyakit ber hubungan dengan tingginya jumlah inokulum.

Lada mer upakan tanaman tahunan sehingga inter aksi antar a P. capsici dan lada akan ter jadi dalam w aktu yang lama.Per ubahan lingkungan yang dinamis memungkinkan patogen mengalami peningkatan populasi dalam tanah dan peningkatan agr esivitas sehingga mampu menginfeksi lada dan dapat menimbulkan ter jadinya penyakit dengan cepat. P. capsici

pada lada memiliki ker agaman agr esivitas yang luas dalam menimbulkan gejala penyakit (Chaer ani et al., 2013). Kemunculan gejala penyakit busuk pangkal batang lada setelah sebagian besar akar dan pangkal batang membusuk sehingga tanaman layu dan mati dalam waktu singkat dan pada keadaan ter sebut tanaman tidak dapat diselamatkan lagi. Kar ena itu, per lu dikembangkan per angkat deteksi yang spesifik dan sensitif yang dapat digunakan untuk menetapkan atau mengukur kuantitas populasi patogen dalam tanah.

Metode deteksi yang akur at saat ini untuk mengetahui gejala penyakit secar a dini dan mampu mengkuantifikasi patogen yaitu secar a ser ologi dan molekuler . Metode deteksi dan kuantifikasi patogen secar a molekuler dan ser ologi sangat menjanjikan keakur atannya, namun membutuhkan biaya besar sehingga metode ini sulit untuk diter apkan oleh petani lada. Petani lada pada umumnya memiliki keter batasan modal, sar ana/ pr asar ana, pengetahuan dan keter ampilan untuk mengembangkan usahanya (Balitr i, 2009), sehingga diper lukan teknik deteksi yang seder hana dan mur ah tetapi tetap akur at .

Teknik umpan telah ber hasil digunakan untuk mengetahui jumlah inokulumP. cinnamomi dalam tanah (Eden et al., 2000) dan metode umpan lebih akur at dibandingkan dengan ser ologi dalam mendeteksi

Phtophthora spp. (Pettitt et al., 2002). Teknik umpan ini sangat mungkin diter apkan untuk mendeteksi patogen penyakit busuk pangkal batang lada.P. capsicidalam tanah juga dapat dideteksi dengan menggunakan umpan daun jer uk (Citrus jambhiri) (Fr ench-Monar et al., 2007) atau daun sengon laut (Albizia falcataria) (Bhai et al., 2009). Umpan daun juga telah digunakan dalam analisis penyakit lanas untuk mengetahui adanya P. nicotianae

dalam tanah, pupuk or ganik, atau air pada

tanaman tembakau (Semangun, 2000). Pengembangan teknik deteksi dengan umpan daun dihar apkan mampu diaplikasikan sehingga petani lada lebih awal mengetahui sumber ter jadinya infeksi penyakit.

Penelitian ini ber tujuan untuk mendeteksi patogen P. capsici dengan menggunakan umpan daun lada dan menentukan ker apatan inokulumP. capsicidalam tanah pada ber bagai intensitas penyakit busuk pangkal batang lada di lapangan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini ber langsung sejak Desember 2011 sampai Mar et 2012. Penelitian ini dilaksanakan di Labor ator ium Mikologi Jur usan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Per tanian Univer sitas Gadjah Mada.

Bahan-bahan Penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu isolat P. capsici, daun lada, jus V8, agar , dextr osa, alkohol, antibiotik (Pimar icin 10 ppm, Ampicilin 250 ppm, Rifampicin 10 ppm, Pentachlor onitr obenzen 100 ppm, dan hymexazol 25 ppm). Alat yang digunakan yaitu gelas ukur , caw an petr i, gelas piala, tabung r eaksi, mikr oskop (Optilab Digital Micr oscope),laminer air flow,autoclave.

Penelitian ini ber langsung dalam dua tahap per cobaan. Per cobaan per tama yaitu hubungan antar a ker apatan spor angium P. capsici dengan intensitas penyakit (potongan daun lada yang ter infeksi). Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktor ial yang ter dir i atas 2 faktor . Faktor per tama yaitu ker apatan spor angium P. capsici per gr am tanah (I) ter dir i atas 5 tar af yaitu 0 spor angium (kontr ol) (I0), 1 spor angium (I1), 1 x 101 spor angium (I2), 1 x 102 spor angium (I

3), dan 1 x 103 spor angium (I4). Faktor kedua adalah kelengasan tanah (K) ter dir i atas 2 tar af yaitu kapasitas lapangan (K1) dan ter genang (K2). Dengan demikian diper oleh 10 kombinasi per lakuan. Tiap per lakuan diulang 3 kali sehingga diper oleh 30 unit per cobaan dan tiap petr i diisi dengan 10 potongan daun.

Uji umpan daun mengikuti pr osedur Lar kin

et al. (1995a) yang telah dimodifikasi. Pemilihan daun lada dilakukan dengan mengambil daun lada yang sehat dan segar

(3)

yaitu daun ke-3 dar i pucuk tanaman lada. Daun lada segar selanjutnya diber sihkan dengan akuades dan diker inganginkan dalam suhu r uang. Daun lada digunting dengan sudut 450 dar i tulang daun dengan ukur an 1 cm x 1 cm, lalu dister ilkan dengan car a dir endam dalam lar utan NaOCl2 10%. Selanjutnya potongan daun ditir iskan lalu dicelup selama 5 detik dalam alkohol 70% dan dibilas dengan akuades ster il. Potongan daun lada siap digunakan untuk deteksi inokulum P. capsici. Tanah dar i lapangan diayak dengan menggunakan ayakan 500 mesh. Tanah yang telah dister ilkan dengan autoklaf selanjutnya ditimbang masing-masing sebanyak 50 g. Kelengasan tanah diatur sesuai per lakuan (kapasitas lapangan dan ter genang). Untuk menghindar i kontaminasi dar i patogen lain, tanah ter sebut ditambahkan antibiotik (pimar isin 10 ppm, ampisilin 250 ppm, r ifampisin 10 ppm, pentaklor onitr obenzen 100 ppm, dan himeksazol 25 ppm). Potongan daun yang telah disiapkan sebelumnya diletakkan di dalam cawan petr i diameter 9 cm yang telah diisi tanah dan spor angium diinfestasikan sesuai dengan per lakuan. Potongan daun lada agak ditekan dalam tanah sehingga per mukaan atas menjadi agak masuk dalam tanah dan selanjutnya diinkubasikan pada suhu r uang. Potongan daun yang ter infeksi ditandai dengan adanya gejala cokelatkehitaman pada potongan daun lada. Untuk membuktikan bahw a yang menginfeksi adalahP. capsicidilakukan isolasi ulang.

Variabel Pengamatan. Var iabel-var iabel yang diamati dalam uji ini adalah:

1. Masa inkubasi yang diamati setiap har i dengan mencatat w aktu munculnya gejala ber cak hitam per tama pada potongan daun.

2. Per sentase daun ter infeksi diamati setiap har i dengan menghitung jumlah potongan daun yang ter infeksi pada setiap per lakuan dengan menggunakan r umus ber ikut: = x 100%

Keter angan: PI: per sentase daun ter infeksi (%), n: jumlah potongan daun ter infeksi,v: jumlah potongan daun yang diamati.

Hubungan antar a per sentase daun ter infeksi dengan jumlah spor angium P.

capsici dibuat dalam per samaan r egr esi linier sebagai dasar dalam penentuan ker apatan inokulum P. capsicidalam tanah yang ber asal dar i lapangan.

Per cobaan tahap kedua yaitu mendeteksi ker apatan inokulum P. capsicidar i tanah yang langsung dar i lapangan pada ber bagai kategor i intensitas penyakit busuk pangkal batang lada. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktor ial yang ter dir i atas 2 faktor . Faktor per tama yaitu tanah dar i lokasi dengan intensitas penyakit ber beda (I) ter dir i atas 4 tar af yaitu tanah yang intensitas penyakit r ingan (I1), sedang (I2), ber at (I3), dan sangat ber at (I4). Faktor kedua yaitu kelengasan tanah (W) ter dir i atas 3 tar af yaitu tanah yang diker inganginkan (W1), tanah dibasahi sesuai kapasitas lapangan (W2), dan tanah ter genang (W3). Dengan demikian diper oleh 12 kombinasi per lakuan. Tiap per lakuan diulang 3 kali sehingga diper oleh 36 unit per cobaan. Penyiapan, penempatan daun umpan, dan var iabel yang diamati mengikuti pr osedur penelitian tahap per tama, kecuali tanahnya tidak dister ilisasi.

Data yang diper oleh dianalisis dengan sidik r agam pada tingkat keper cayaan 95%. Hasil analisis yang menunjukkan pengar uh nyata, dilanjutkan dengan uji Jar ak Ganda Duncan pada tar af nyata 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deteksi Inokulum Phytophthora capsici.

Hasil penelitian menunjukkan bahw a daun lada yang dijadikan umpan mempunyai gejala cokelat kehitaman (Gambar 1), yang setelah diisolasi pada medium jus V8 agar diper olehP. capsici. Hal ini menunjukkan bahw a daun lada telah ter infeksi patogen sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi keber adaan inokulum P. capsici dalam tanah. Potongan daun lada mulai menunjukkan gejala pada har i ke-3 setelah diinkubasi pada caw an petr i yang ber isi tanah yang telah diinfestasi dengan spor angium P. capsici. Lapor an lain menyebutkan bahw a daun r ough lemon dan daun cabai dapat digunakan untuk deteksi P. capsici dalam tanah (Lar kin et al., 1995b; Fr ench-Monaret al., 2007).

Semakin tinggi ker apatan spor angium yang diinfestasikan ke tanah menyebabkan per sentase potongan daun yang ter infeksi

(4)

semakin tinggi (Tabel 1). Ber dasar kan Tabel 1 diketahui bahw a per sentase potongan daun ter infeksi yang ter tinggi ter dapat pada ker apatan spor angium 1 x 103g-1 tanah yang ber beda nyata dengan ker apatan 1 dan 1 x 101 spor angium g-1tanah.

Per lakuan lengas tanah w alaupun secar a statistik tidak ber beda nyata, tetapi tanah ter genang mempunyai kecender ungan meningkatkan per sentase potongan daun yang ter infeksi oleh P. capsici. Hal ini disebabkan zoospor a yang ter dapat dalam spor angium P. capsici cepat keluar sehingga lebih cepat untuk mengkolonisasi dan menginfeksi potongan daun lada. Menur ut Hausbeck & Lamour (2004), pada kondisi tanah ter genang air memungkinkan P. capsici mengeluar kan 20–40 zoospor a yang masing-masing mempunyai kapabilitas untuk menginfeksi.

Ker apatan 1 spor angium per gr am tanah w alaupun member ikan per sentase infeksi potongan daun yang r endah, namun tidak ber beda nyata dengan ker apatan 10 spor angium per gr am tanah, dan ini menjadi ukur an tingkat sensitivitas dar i teknik umpan daun. Sensitivitas dar i teknik umpan daun ini cukup baik kar ena mampu mendeteksi sampai 1 spor angium per gr am tanah. Menur ut Eden

et al. (2000), metode umpan mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk mengetahui jumlah inokulum P. cinnamomi dalam tanah

dibandingkan dengan teknik pengencer an tanah. Hal yang sama juga dilapor kan oleh Lar kin et al., (1995b) bahw a metode umpan daun dapat mendeteksi patogen yang dengan metode pengencer an tidak ter deteksi.

Gambar 1. Potongan daun yang ter infeksi P. capsici pada ber bagai ker apatan spor angium per gr am tanah ster il. A: kontr ol, B: 1 spor angium, C: 1 x 101

spor angium, D: 1 x 102 spor angium

(gejalacokelat kehitaman pada

potongan daun menunjukkan adanya infeksi dar i patogen)

Tabel 1. Per sentase potongan daun yang ter infeksi pada ber bagai ker apatan spor angium P. capsicidan kelengasan tanah

Ker apatan spor angium g-1tanah Kelengasan tanah Rer ata potongan daunter infeksi (%) 0 spor angium (I0) Tanah pada kapasitas lapangan (K1) 0,0 c

Ter genang (K2) 0,0 c

1 spor angium ( I1) Tanah pada kapasitas lapangan (K1) 10,0 b

Tanah ter genang (K2) 16,7 b

1 x 101spor angium(I2) Tanah pada kapasitas lapangan (K1) 26,7 b

Tanah ter genang (K2) 30,0 b

1 x 102spor angium(I3) Tanah pada kapasitas lapangan (K1) 46,7 a

Tanah ter genang (K2) 56,7 a

1 x 103spor angium(I4) Tanah pada kapasitas lapangan (K1) 46,7 a

Tanah ter genang (K2) 56,7 a

Keter angan: Angka yang diikuti oleh hur uf yang sama dalam satu kolom yang sama menunjukkan tidak ber beda nyata menur ut uji Duncan 0,05

Metode umpan daun mer upakan metode seder hana yang mempunyai kelebihan yakni bahannya mudah diper oleh, tidak membutuhkan per alatan yang sulit dan banyak, dan tidak membutuhkan biaya tinggi.

Kekur angan dar i metode umpan daun lada yaitu w aktu untuk mendapatkan hasil yang agak panjang (+ 3 har i), tidak dapat diter apkan untuk deteksi dalam jumlah sampel yang besar sehingga teknik moder en

(5)

tetap dibutuhkan, dan ada peluang ter infeksi patogen lain seper ti Pythium sp. Menur ut O’Br ien et al. (2009) dalam er a globalisasi sekar ang ini telah meningkatkan volume pengir iman bibit tanaman dalam jar ak jauhdan telah meningkatkanpenyebar an spesies Phytophthora, sehingga diper lukan metode deteksi yang mampu menanganibahan dalam jumlah besar untuk sekali uji, dan metode paling cepat ser ta spesifik adalah teknik ber basis ser ologi dan DNA. Metode

polymerase chain reaction (PCR) telah digunakan untuk mendeteksi patogen (Schena

et al., 2004). Metode deteksi dan kuantifikasi patogen secar a molekuler dan ser ologi sangat menjanjikan keakur atannya, namun metode ini sulit untuk diter apkan oleh petani lada kar ena kemampuan, dana, dan pengetahuannya ter batas.

Ber dasar kan ker apatan spor angium yang dihubungkan dengan per sentase potongan daun ter infeksi, dapat dibuat per samaan r egr esi sebagai dasar pendugaan besar nya ker apatan inokulum P. capsici dalam tanah dengan menggunakan teknik umpan daun lada. Hubungan antar a per sentase potongan daun ter infeksi dengan ker apatan spor angium disajikan dalam Gambar 2 dengan per samaan r egr esi seder hana: Y = 18,02 + 14,67X (R2 = 0,90), dengan Y: per sentase potongan daun lada ter infeksi, X = log 10 (ker apatan spor angium). Dar i per samaan r egr esi ini dapat diketahui bahwa kenaikan ker apatan 1 spor angium akan menaikkan per sentase potongan daun ter infeksi sebesar 14.67 dar i simpangan bakunya. Penelitian lebih maju telah dilakukan Pavon et al. (2008), yang membuat per samaan r egr esi hubungan antar a banyak DNA dengan jumlah oospor aP. capsici

untuk mengetahui jumlah oospor a dalam tanah.

Pengukuran kerapatan inoculum P.

capsicidalam tanah. Teknik umpan daun

mampu mendeteksi inokulum P. capsicidalam tanah dar i lahan per tanaman lada yang ber beda intensitas penyakitnya. Metode yang umum digunakan untuk mengetahui ker apatan inokulum patogen dalam tanah yaitu teknik pengencer an, namun teknik ini tidak selalu ber hasil kar ena banyaknya mikr oor ganisme kontaminan yang ber asosiasi dengan P. capsici. Mikr oor ganisme kontaminan dapat dieliminir dengan menggunakan antibiotik atau medium selektif

yang membutuhkan biaya yang besar , sehingga diper lukan metode yang seder hana tetapi akur at. Hasil pengamatan menunjukkan bahw a gejala cokelat kehitamanpada potongan daun lada mulai tampak pada har i ke-5, lebih lambat bila dibandingkan dengan tanah yang diinfestasi P. capsicisecar a buatan yang gejalanya mulai tampak jelas pada har i ke-3. Reisolasi dar i potongan daun lada dengan menggunakan medium jus V8 agar menunjukkan bahw a pada medium ditumbuhi oleh P. capsici, selain itu juga ditemukan

Pythiumsp. sebagai kontaminan.

Gambar 2. Kur va hubungan antar a per sentase potongan daun ter infeksi dengan ker apatan spor angium dalam tanah

Hasil penelitian menunjukkan bahw a semua sampel tanah dar i lapangan mengandung inokulumP. capsici yang dapat diketahui dar i adanya infeksi pada potongan daun baik pada lengas kapasitas lapangan maupun tanah yang ter genang (Tabel 2). Per lakuan kelengasan tanah mempengar uhi per sentase potongan daun lada yang ter infeksi

P. capsici.Tanah yang ber asal dar i per tanaman lada yang mempunyai intensitas penyakit kategor i r ingan, per lakuan lengas tanah yang ter genang member ikan per sentase potongan daun ter infeksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lengas tanah sesuai kapasitas lapangan, sedangkan pada tanah ker ing tidak ter jadi infeksi pada potongan daun. Tidak ter infeksinya daun pada tanah ker ing menunjukkan bahwa infeksi P. capsici

membutuhkan kelengasan tanah yang tinggi untuk ber kecambah. Tanah yang ber asal dar i per tanaman lada dengan intensitas penyakit kategor i sedang, ber at, dan sangat ber at, per sentase potongan daun ter infeksinya

y = 14.67x + 18.02 R² = 0.90 0 10 20 30 40 50 60 70 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 In te n s it a s p e n y a k it ( % )

(6)

secar a statistik tidak ber beda nyata ant ar a lengas tanah dengan penggenangan dan kapasitas lapangan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akur at dalam penghitungan besar nya ker apatan P. capsici dalam tanah dengan menggunakan umpan daun lada diper lukan kelengasan tanah yang tinggi. Di lapangan, intensitas penyakit P. capsici

meningkat pada kelengasan tanah yang tinggi (tanah ter genang) akibat hujan atau pengair an (Ristaino dan Johnston, 1999; Hausbeck dan Lamour , 2004) dan penyebar annya dibantu oleh alir an air per mukaan yang inokulumnya ber asal dar i tanaman yang telah ter infeksi kemudian menyebar ketanaman sehat di sekitar nya (Lar kinet al., 1995a).

Tabel 2. Ker apatan inokulumP. capsici dalam tanah pada ber bagai kategor i intensitas penyakit dan lengas tanah

Tanah dar i ber bagai kategor i

intensitas penyakit Lengas tanah

Per sentase potongandaun ter infeksi (%) Ker apatan inokulumP. capsicig-1tanah Tanah dar i lahan IP r endah (I1) Ker ing (W1) 0,0 d 0

Kapasitas lapangan (W2) 16,7 c 1

Ter genang (W3) 46,7 b 27

Tanah dar i lahan IP sedang (I2) Ker ing (W1) 0,0 d 0 Kapasitas lapangan (W2) 70,0 a 397

Ter genang (W3) 66,7 a 272

Tanah dar i lahan IP ber at (I3) Ker ing (W1) 0,0 d 0 Kapasitas lapangan (W2) 66,7 a 272

Ter genang (W3) 70,0 a 397

Tanah dar i lahan IP sangat ber at(I4)

Ker ing (W1) 0,0 d 0

Kapasitas lapangan (W2) 66,7 a 272

Ter genang (W3) 63,3 a 184

Keter angan: Angka yang diikuti oleh hur uf yang sama dalam satu kolom yang sama menunjukkan tidak ber beda nyata menur ut uji Duncan 0,05

Per sentase potongan daun yang ter infeksi pada tanah yang diambil dar i ber bagai kategor i intensitas penyakit (sedang, ber at, dan sangat ber at), secar a statistik tidak ber beda nyata, dan hanya ber beda nyata dengan kategor i r ingan (Tabel 2). Inokulum patogen penyakit busuk pangkal batang lada pada per tanaman lada yang mempunyai kategor i r ingan lebih r endah dibandingkan dengan kategor i lainnya. Pentingnya data ini dalam str ategi pengelolaan penyakit busuk pangkal batang lada adalah tindakan pengur angan inokulum untuk menghindar i ter jadinya epidemi paling baik pada intensitas penyakit yang masih kategor i r ingan.

Ber dasar kan per samaan r egr esi Y = 18,02 + 14,67X (X = log 10), diketahui bahw a ker apatan inokulum P. capsici dar i per tanaman lada yang intensitas penyakitnya dalam kategor i sedang, ber at, dan sangat ber at hampir sama dan ker apatan inokulumnya tinggi, sebaliknya ker apatannya ber beda

dengan yang intensitas penyakitnya r ingan yang juga ker apatan inokulumnya r endah (Tabel 2). Hal ini menggambar kan bahw a inokulumP. capsici di per tanaman lada lokasi penelitian telah ter distr ibusi secar a mer ata.

Pemantauan dan penghitungan jumlah inokulum P. capsici dalam tanah dapat dilakukan dengan teknik umpan daun lada. Sensitivitas teknik umpan daun ini dapat diandalkan untuk pemantauan inokulum di lapangan. Menur ut Fr ench-Monar et al. (2007), sensitivitas umpan daun cabai dalam deteksi inokulum P. capsicitidak jauh ber beda dengan teknik pengencer an menggunakan medium selektif dan bahkan inokulum yang tidak dapat ter deteksi dengan pengencer an, dapat dideteksi dengan umpan daun. Kemampuan deteksi inokulum ini sangat ber manfaat pada uji kesehatan bibit lada, kesehatan tanah per tanaman lada, dan pengambilan kebijakan pengelolaan penyakit busuk pangkal batang lada.

(7)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan. Ber dasar kan hasil dan

pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik umpan daun lada dapat digunakan untuk deteksi keber adaan pr opagul P. capsici

dalam tanah yang diinfestasi secar a buatan pada ber bagai ker apatan spor angium. Semakin tinggi ker apatan spor angium yang diinfestasikan ke tanah, maka jumlah potongan daun yang ter infeksi semakin tinggi. Hubungan ker apatan pr opagul P. capsici

dalam tanah (X) dar i dengan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada (Y) dapat didekati dengan per samaan r egr esi: Y = 18,02 + 14,67X, (R2 = 0,90, X: log10). Ker apatan inokulum P. capsici di per tanaman lada semakin menur un setelah intensitas penyakit mencapai kategor i puso.

Saran. Penggunaan umpan daun untuk deteksi dan kuantifikasi P. capsicidalam tanah masih memer lukan penelitian dan penyempur naan lebih lanjut ter utama mengatasi keter gatungan bahan kimia untuk mengeleminir patogen lain yang ada dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Balittr i (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industr i). 2009. Pr ospek dan

Ar ah Pengembangan Agr ibisnis Lada.

http:/ / ballitr i.litbang.

deptan.go.id/ database/ unggulan/ pr opeklada.p df.(4/ 8/ 2009).

Bande LOS, Hadisutr isno B, Somow iyar jo S,

Sunar minto BH. 2011. Kar akter istik

Phytophthora capsici isolat Sulaw esi Tenggar a. Agr iplus 21(01): 75-82.

Bande LOS, Hadisutr isno B, Somow iyar jo

S,Sunar minto BH. 2014. Pola agihan dan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada di Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. Agr oteknos. 4(1): 58-65.

Bhai RS, Anandr ajad M, Sr inivasan V. 2009. Validation of far mer ’s pr actice of using sodium chlor ide for contr olling foot r ot disease of black pepper (Piper nigrum). Indian Jour nal of Agr icultur al Science 79(9):722–726.

Chaer ani, Manohar a D. 2012. Kor elasi antar a agr esivitas inokulum spor angia dengan toksisitas filtr at Phytophthora capsici asal tanaman lada (Piper nigrum L.). Jur nal Littr i. 18(4): 173-182.

Chaer ani, Koer niati S, Manohar a D. 2013. Analisis ker agaman genetik Phytophthora capsici asal

tanaman lada (Piper nigrum L.) menggunakan penanda molekuler . Jur nal Littr i. 19(1): 23-32. Eden MA, Hill RA, Galpoththage M. 2000. An

efficient baiting assay for quantification of

Phytophthora cinnamomi in soil. Plant Pathology 49: 515–522.

Fr ench-Monar RD, Jones JB, Hampton MO, Rober ts PD. 2007. Sur vival of inoculum ofPhytophthora capsici in soil thr ough time under differ ent soil tr eatments. Plant Disease 91(5): 593–599. Hausbeck MK, Lamour KH. 2004. Phytophthora

capsici on vegetable cr ops: r esear ch pr ogr ess and management challenges. Plant Disease 88(12):1292–1303.

Lar kin RP, Gumper tz ML., Ristaino JB. 1995a.

Geostatistical analysis of Phytophthora

epidemic development in commer cial bell pepper fields. Phytopathology 85(2):191–203. Lar kin RP, Ristaino JB,Campbell CL. 1995b.

Detection and quantification of Phytophthora capsici in soil. Phytopathology 85(10): 1057– 1063.

Manohar a D, Mulya K, Pur w antar a A, Wahyuno D. 2004. Phytophthoracapsici on black pepper in Indonesia. In: Dr enth A and Guest D.I (Ed..

Diversity and Managements of Phytophthora in Southeast Asia. Austr alian Centr e for Inter nastional Agr icultur al Resear ch. p. 132-142.

Manohar a D, Wahyuno D, Noveriza R, 2005.

Penyakit busuk pangkal batang tanaman lada dan str ategi pengendaliannya. Per kembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat.XVII(2): 41–50.

O’Br ion PA, Williams N, Har dy GES. 2009. Detecting

Phytophthora. Cr itical Review s in Micr obiology. 35(3): 169–181.

Pettitt TT, Wakeham AJ, Wainw r ight MF, White JG. 2002. Compar ation of ser ological, cultur e, and bait methods for detection of Pythyum and

Phytophthora zoospor es in w ater . Plant Pathology. 51:720-727.

Ristaino JB, Johnston SA. 1999. Ecologically based appr oaches to management of phytophthor a

blight on bell pepper . Plant Disease

83(12):1080–1089.

Schena L, Nigr o F, Ippolito A, Gallitelli D. 2004. Real-time quantitative PCR: a new technology to detec and study phytopathogenic and antagonostic fungi. Eur opean Jour nal of Plant Pathology. 110:893-908.

Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman

Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada Univer sity Pr ess. Yogyakar ta.

Wahyuno D, Manohar a D, Susilow ati DN. 2007. Var iasi mor fologi dan vir ulensi Phytophthora capsiciasal lada. Plasma Nutfah. 13(2): 70–81.

Gambar

Gambar  1. Potongan  daun  yang  ter infeksi P.
Gambar  2. Kur va  hubungan  antar a per sentase potongan  daun  ter infeksi  dengan ker apatan spor angium dalam tanah
Tabel 2. Ker apatan inokulum P.  capsici dalam  tanah  pada  ber bagai  kategor i  intensitas  penyakit  dan lengas tanah

Referensi

Dokumen terkait

Sidik ragam menunjukkan bahwa perendaman dengan ekstrak taoge (T) memberikan pengaruh nyata dan pemberian suplemen organik boom flower (S) berpengaruh sangat nyata,

Waktu penelitian yaitu antara bulan November-Desember 2016. Lokasi penelitian adalah di beberapa ruas jalan di Kota Semarang dan 4 koridor BRT serta 2 shelter

- Meningkatkan kegiatan deteksi dini dan menyebarluaskan informasi dari hasil deteksi dini berupa hotspot (titik panas) ke Kabupaten agar dapat di ambil tindakan yang cepat

Dari hasil perhitungan uji korelasi dengan menggunakan rumus product moment didapatkan hasil p < 0,04 maka ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara Mutu

Penelitian dan pengembangan tentang pengembangan media pembelajaran berbasis flash tema tempat tinggalku subtema keunikkan daerah tempat tinggalku pembelajaran 5. Tujuan

Merancang sebuah film animasi yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan tata cara atau adab makan dan minum yang benar dalam Islam kepada anak-anak, sehingga

Pada periode pertama telah membuat : Pembukaan jalan dan Pengaspalan jalan Kepenghuluan, memasukkan Listrik Desa dari Program Pemerintah Provinsi, pelaksanaan pelayanan

Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, tugas Hakim untuk mengadili perkara berdimensi menegakkan keadilan dan menegakkan hukum.. melaksanakan