• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PEMBERIAN FORMULA 100 DENGAN FORMULA KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK PRASEKOLAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Yohanes Tri Nugroho

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PEMBERIAN FORMULA 100 DENGAN FORMULA KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK PRASEKOLAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Yohanes Tri Nugroho"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PEMBERIAN FORMULA 100 DENGAN

FORMULA KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN

ANAK PRASEKOLAH

Yohanes Tri Nugroho

Tesis

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

PERBANDINGAN PEMBERIAN FORMULA 100 DENGAN

FORMULA KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK

PRASEKOLAH

Disusun oleh

Yohanes Tri Nugroho

G4A001028

telah dipertahankan di depan tim penguji

pada tanggal 5 September 2005

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama

Pembimbing Kedua

dr. JC. Susanto SpA(K)

dr. M.Mexitalia,SpA(K)

NIP. 140 091 575

NIP 140 322 839

(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis ini

adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil

penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam

tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 5 September 2005

(4)

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

A. Identitas

Nama : dr. Yohanes Tri Nugroho

Tempat / Tgl. Lahir : Solo / 19 Februari 1969

Agama : Katholik

Jenis Kelamin : Laki-laki

B. Riwayat Pendidikan:

1. SD Kanisius Ngapeman Solo : Lulus tahun 1981

2. SMP Negeri 10 Solo : Lulus tahun 1984

3. SMA Negeri 1 Solo : Lulus tahun 1987

4. FK. Universitas Diponegoro : Lulus tahun 1996

5. Spesialisasi Ilmu Kesehatan Anak UNDIP : (2001 – Sekarang)

6. Magister Ilmu Biomedik UNDIP : (2001 – Sekarang)

C. Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 1997-1998 : dokter Puskesmas Bangsri 1 Jepara

2. Tahun 1998 – 2000 : Kepala Puskesmas Bangsri 3 Jepara

D. Riwayat Keluarga

1. Nama Orang Tua.

Ayah : A.Lasito

Ibu : Th. Suyatmi

2. Nama Istri : Valentina Winarni Y, SSos

3. Nama Anak : - Eleonora Darryl Siwi Nugrahanti

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan atas karunia, rahmat dan berkat

yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena

ketidakmampuan kami, namun karena dorongan keluarga, teman dan bimbingan

guru-guru kami maka tulisan ini dapat terwujud.

Banyak pihak yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan penulisan

ini, jadi kiranya tidaklah berlebihan apabila pada kesempatan ini perkenankanlah

kami menghaturkan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Rektor Universitas Diponegoro yang memberi kesempatan kepada siapa

saja yang berkeinginan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang telah

memberi kesempatan kepada kami untuk mengikuti pendidikan spesialis.

3. Direktur Utama RS dr. Kariadi Semarang beserta staf yang telah memberi

kesempatan dan kerjasama yang baik selama mengikuti pendidikan

spesialis.

4. dr. Budi Santosa, SpAK selaku Ketua Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang telah

(6)

5. dr. Hendriani Selina, SpAK, MARS selaku Ketua Program Studi Bagian

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing, memberi pengarahan, referensi dan dukungan moril selama

pendidikan.

6. Prof. dr. H. Soebowo, SpPA(K) selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi

pengarahan dan dukungan moril selama pendidikan.

7. dr. JC. Susanto, SpAK selaku pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan,

dorongan, motivasi dan arahan yang tidak putus-putusnya untuk dapat

menyelesaikan studi dan penyusunan laporan penelitian ini.

8. dr. M. Mexitalia, SpAK selaku pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan,

dorongan, dan arahan yang tidak putus-putusnya untuk dapat

menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini.

9. Prof. Dr. dr. I. Riwanto, SpB, SpBD, Prof. Dr. dr. Tjahjono,SpPA(K),

FIAC, Dr. dr. Hertanto WS, MS, dr. M. Sidhartani, SpAK, MSc, dr. Edi

Dharmana, Phd, SpPar(K), dr. Kusmiyati, MKes selaku penguji yang telah

(7)

10.dr. Agus Priyatno, SpAK selaku dosen wali yang telah berkenan

memberikan dorongan, motivasi dan arahan yang tidak putus-putusnya

untuk dapat menyelesaikan studi dan penyusunan laporan penelitian ini.

11.dr. Alex beserta PT Otsuka yang berkenan untuk membantu memberikan

dukungan moril dan material untuk dapat menyelesaikan penyusunan

laporan penelitian ini.

12.Ibu Tatik Mulyati DCN Mkes dan rekan dari bagian gizi RS dr. Kariadi

Semarang yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan arahan

untuk dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini.

13.dr. Niken Puruhita MmedSc. SpGK yang dengan sabar, teliti dan senang

hati membantu peneliti dalam pengolahan data, membimbing dan

memberi arahan dalam penyusunan laporan penelitian kami.

14.Guru-guru kami di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro Semarang yang sangat kami hormati, kami cintai

dan kami banggakan : Prof. Dr. Moeljono S Trastotenojo, SpAK; Prof.

DR.dr. Ag. Soemantri, SpAK,Ssi; Prof.DR.dr.I.Sudigbia,SpAK;

Prof.DR.dr.Lydia Koesnadi, SpAK, Prof.DR.dr. Harsoyo N,DTM&H,

SpAK; dr. Anggoro DB Sachro, DTM&H,SpAK; DR.dr.Tatty Ermin,

SpAK; dr. Kamilah Budi Raharjani, SpAK; dr. M. Sidhartani Zain, MSc,

SpAK; dr. R. Rochmanadji, SpAK, MARS; dr. Tjipta Bahtera, SpAK; dr.

(8)

SpA, MPd; dr. Bambang Sudarmanto, SpAK; dr. Elly Deliana, SpAK; dr.

MMDEAH. Hapsari, SpA; dr. Alifiani Hikmah P, SpA; dr. HM.Heru

Muryawan, SpA; dr. Gatot Irawan, SpA; dr. Anindita Soetaji, SpA; dr.

Wistiani, SpA. Atas segala bimbingan yang diberikan selama penulis

menjalani pendidikan.

15.Rekan Residen PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro Semarang, sahabat-sahabatku seperjuangan

( dr. Baiq, dr. Hotber, dr. Anzar, dr. Noviati, dr. Wisnu Wardhana,

dr. Winda ) atas bantuan, kekompakan, setia kawan dan kerjasama yang

selalu ada dalam suka dan duka selama menempuh pendidikan.

16.Bapak A. Lasito dan ibu Th. Suyatmi orang tuaku tercinta yang dengan

penuh kasih sayang dan pengorbanan telah mengasuh, membesarkan,

mendidik dan menanamkan rasa disiplin dan tanggung jawab serta

memberikan dorongan semangat, bantuan moril maupun material, sujud

dan bakti kami haturkan dengan tulus hati.

17.Bapak I.Y. Soekarmin dan ibu C. Sri Karsumi, mertuaku tercinta yang

dengan penuh kasih sayang dan perhatian memberikan dorongan

semangat, bantuan moril maupun material, sujud dan bakti kami haturkan

dengan tulus hati.

18.Isteriku tercinta Valentina Winarni Yuliastuti, SSos serta kedua buah hati

(9)

dan duka, memberikan dorongan, semangat, pengorbanan dan senyuman

selama menjalani pendidikan.

19.Mbak Yati sekeluarga, Mbak Sri sekeluarga, Agus sekeluarga, Wiwik

sekeluarga dan Tina saudaraku tersayang terima kasih atas semua

perhatian, cinta kasih dan kekompakannya selama ini.

20.Ninik sekeluarga, Yudha sekeluarga dan Pipik saudara iparku terima

kasih atas semua perhatian dan cinta kasihnya selama ini.

21.Mbak Roh yang selalu menata bukuku terima kasih atas bantuannya.

Semoga Tuhan selalu berkenan memberikan berkat dan rahmatNya kepada

kita semua. AMIN.

Semarang, September 2005

(10)

PERBANDINGAN PEMBERIAN FORMULA 100 DENGAN FORMULA KEDELAI

TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK PRASEKOLAH

Abstrak

Latar belakang : Anak prasekolah merupakan kelompok anak yang rawan mengalami gangguan pertumbuhan. Formula 100 dan formula kedelai adalah makanan tambahan padat gizi dengan harga terjangkau namun jarang digunakan sebagai tambahan gizi pada anak.

Tujuan Penelitian : mengetahui pengaruh formula 100 dan formula kedelai terhadap pertumbuhan anak prasekolah.

Metode : Penelitian ini merupakan uji klinis Quasi experimental dengan desain menyilang, dilakukan di Kecamatan Semarang Utara dan Tembalang Kota Semarang yang merupakan daerah dengan tingkat sosial ekonomi menengah kebawah. Subyek sebanyak 96 anak prasekolah berusia 4-7 tahun. Kelompok A kecamatan Tembalang (47 anak) mendapatkan 200 ml formula 100 selama 1 bulan kemudian dilakukan wash out selama 6 minggu kemudian mendapatkan 200 ml formula kedelai selama 1 bulan. Kelompok B kecamatan Semarang Utara (49 anak) mendapatkan sebaliknya. Berat badan diukur tiap minggu dengan timbangan digital. Tinggi badan diukur pada awal dan akhir penelitian dengan mikrotoise. Data dianalisis dengan uji t untuk data dengan distribusi normal dan uji Mann Whitney U untuk data dengan distribusi tidak normal.

Hasil : Sesi pertama ( sebelum wash out ) Kelompok formula 100 rerata penambahan WAZ : 0,03 SD, HAZ : 0,03 SD dan WHZ: 0,03 SD, pada kelompok kedelai rerata penambahan WAZ : 0,03 SD, HAZ : 0,01 dan WHZ : 0,05 SD. Dari hasil analisis kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Akseptabilitas formula 100 kriteria baik 94%, kurang 6%; sedang formula kedelai kriteria baik 58%, kurang 42%. Dari analisis terdapat perbedaan bermakna.

Sesi kedua ( sesudah wash out ) Kelompok formula 100 rerata penambahan WAZ : 0,14 SD, HAZ : 0,02 SD dan WHZ: 0,2 SD, pada kelompok kedelai rerata penambahan WAZ : 0,10 SD, HAZ : 0,03 dan WHZ : 0,16 SD. Dari hasil analisis kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Akseptabilitas formula 100 kriteria baik adalah 88%, sedangkan kriteria kurang adalah 12%; sedang formula kedelai kriteria baik adalah 77%, sedang kurang adalah 23%. Dari analisis tidak terdapat perbedaan bermakna.

(11)

COMPARATION OF FORMULA 100 AND SOYBEAN FORMULA SUPPLEMENTATION ON THE GROWTH OF PRESCHOOL CHILDREN

Abstract

Background : Preschool children is a group who has risk to be affected by growth faltering. Formula 100 (F100) and soybean formula are supplementary foods which have high energy content and having reasonable price, however, these are not widely used for preschool children.

Objective : This study is aimed to investigate the effect of F100 compared to soybean formula on the growth of preschool children.

Methods : A cross-over trial was conducted on 96 preschool children aged 4-7 years, in the North Semarang district and Tembalang Semarang city, two places having the mid and low socio-economi levels. Subjects were randomly allocated into 2 groups to receive either 200 ml F100 (Group A the Tembalang district,47 children) or soybean formula (Group B the North Semarang district,49 children) for 1 month and crossed-over after 6 week wash-out period. Body weight was measured weekly, height and food analysis by 3-days food recall were measured at the beginning and the end of the study. The t-test was used to analyze the data with normal distribution and the Mann Whitney U-test was used to analyze the data that showed a not normal distribution.

Result : At the first phase supplementation with F100 for one month showed increase of ∆WAZ 0.03, ∆HAZ 0.03, and ∆WHZ 0.03 and supplementation with soybean formula showed increase of ∆WAZ 0.03, ∆HAZ 0.01, and ∆WHZ 0.05. Statistical analyses showed there were no significant difference on increment of WHZ, WAZ and HAZ (p>0.05). The F100 group showed the criteria for acceptability : good 94% and poor 6%; while the soybean group showed : good 58% and poor 42%. Statistical analyses showed there were significant difference on the acceptability measurement.

At the second phase, after the wash-out the increment were better. Supplementation of F100 gained ∆WAZ was 0.14, ∆HAZ 0.02, and ∆WHZ 0.2, and supplementation with soybean formula gained ∆WAZ was 0.10, ∆HAZ 0.03, and ∆WHZ 0.16. Statistical analyses showed there were no significant difference on increment of WHZ, WAZ and HAZ (p>0.05). The F100 group showed the criteria for acceptability : good 88% and poor 12%; while the soybean group showed : good 77% and poor 23%. Statistical analyses showed there were no significant difference on the acceptability measurement.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……….. i

Halaman Pengesahan ………... ii

Pernyataan ……… iii

Daftar Riwayat Hidup... iv

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Perbandingan mutu protein antara formula susu sapi dan

kedelai

25

2 Identifikasi variabel 32

3 Gambaran umum sampel penelitian 39

4 Gambaran antropometri sampel penelitian sebelum

wash out

40

5 Gambaran kelompok suplementasi sebelum wash out 41

6 Hasil analisis kai kuadrat tingkat akseptabilitas sebelum

wash out pada kedua kelompok

43

7 Gambaran antropometri sample penelitian sesudah

wash out

44

8 Gambaran kelompok suplementasi sesudah wash out 45

9 Hasil analisis kai kuadrat tingkat akseptabilitas sesudah

wash out pada kedua kelompok

46

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Metabolisme asam amino dan protein 15

2 Kerangka pikir tentang kurang gizi (UNICEF 1990) 17

3 Mekanisme interaksi antara infeksi, defisiensi gizi dan

penekanan imunitas

18

4 Kerangka teori 26

5 Kerangka konsep 28

6 Alur penelitian 37

7 Perbandingan akseptabilitas formula 100 dan formula

kedelai sebelum wash out

43

8 Perbandingan akseptabilitas formula 100 dan formula

kedelai sesudah wash out

47

9 Grafik pertumbuhan WAZ 47

10 Grafik pertumbuhan HAZ 48

11 Grafik pertumbuhan WHZ 49

12 Grafik asupan energi 50

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Anak prasekolah merupakan kelompok anak yang rawan untuk mengalami

gangguan pertumbuhan, pada usia ini sering terjadi ketidakseimbangan antara asupan

makanan dan kebutuhan kalori. Kurva pola umum anak bawah lima tahun (balita) di

Indonesia menunjukkan adanya deselerasi pertumbuhan terutama pada masa

penyapihan, hal ini menyebabkan peningkatan penderita kurang gizi di Indonesia.1

Prevalensi berat badan menurut tinggi badan yang rendah (WHZ < -2 SD)

pada balita tahun 1995 di Asia Tenggara sebanyak 10,4% dari 84% anak yang

diteliti, sedangkan di Cina tahun 1991 dan 1997 berkisar antara 13,1%-14,5%.2,3

Prevalensi anak pendek (HAZ < -2 SD) balita tahun 2000 di Asia Tenggara sebanyak

32,8%, di Asia Tengah sebesar 43,7%, sedang dari seluruh negara berkembang

sebesar 32,5 %.4

Hambatan pertumbuhan pada usia prasekolah berkaitan dengan faktor

makanan, imunitas terhadap infeksi dan ketergantungan psikologis. Pada periode ini

aktivitas fisik anak sangat tinggi, dan risiko kontak terhadap penularan penyakit

mulai meningkat juga konsumsi makanan yang kurang terutama kalori protein

(16)

Pemeriksaan / penimbangan pada usia prasekolah secara rutin jarang

dilakukan, hal tersebut mengakibatkan pemantauan pertumbuhan pada usia ini

terabaikan. 5

Dampak krisis ekonomi yang berlangsung sejak bulan Juli 1997 menyebabkan

daya beli masyarakat berkurang dalam berbagai bidang, termasuk dalam penyediaan

makanan.6 Pada penelitian yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS), International

Labour Organization (ILO) dan United Nations Development Project (UNDP), angka

kemiskinan di Indonesia yaitu 79,4 juta orang atau 39,1% jumlah penduduk. Hasil

survei terhadap 7200 rumah tangga di Jakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2000

menunjukkan bahwa sesudah krisis ekonomi, kemampuan keluarga mengkonsumsi

makanan bergizi menurun.7

Penelitian pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan

anak balita sudah sering dilakukan, antara lain di Jamaica tahun 1991 pada anak

umur 24 bulan, menggunakan susu formula dengan kandungan kalori sebesar 750

kkal dan protein sebesar 20 gram perhari mampu meningkatkan berat badan 380 gram

dan tinggi badan 1,0 centimeter (cm) setiap bulan lebih banyak dibanding kontrol.

Penelitian di Thailand tahun 1988 pada anak umur 36 bulan dengan menggunakan

biskuit tinggi energi, vitamin dan mineral dengan kandungan kalori 300 kkal dan 6

gram protein perhari mampu meningkatkan berat badan 100 gram dan tinggi badan

0,1 cm per bulan dibanding kontrol. Penelitian di Jawa barat Indonesia pada tahun

(17)

badan menurut umur secara skor Z (WAZ) 0,3 SD dan tinggi badan menurut umur

secara skor Z (HAZ) dibanding kontrol dalam kurun waktu 3 bulan.8 Makanan /

minuman berkalori tinggi juga telah dikembangkan di bagian Ilmu Kesehatan Anak

FK UNAIR / RS dr Sutomo Surabaya dengan nama MODISCO (Modified Disco)

yang merupakan modifikasi dari DISCO 150 dari Uganda, penggunaannya pada

balita di pedesaan Kediri memberikan peningkatan berat badan berkisar 150 – 600

gram selama 10 hari pemberian.9

Penelitian di Italia dengan memakai Rinforza (Pediasure@) suatu susu formula

dengan kandungan gizi kalori 103 dan protein 3,1 per 100 mililiter (ml) serta

ditambah minyak dan mineral untuk anak kurang gizi umur antara 1 hingga 10 tahun

mampu menurunkan anak yang kurus (WHZ < persentil 25) dari 56% menjadi 45%

dalam waktu 2 bulan.10

Formula 100 merupakan minuman tinggi kalori yang terbuat dari susu full

cream, gula, minyak dan mineral mix, formula ini sering digunakan di Rumah Sakit

maupun pusat pemulihan gizi di Puskesmas untuk penderita gizi buruk pada tahap

lanjut maupun untuk anak lain yang memerlukan asupan makanan dengan kalori dan

protein tinggi. Formula 100 sebanyak 100 ml mengandung kalori sebesar 100 kkal

dan 2,9 gram protein. Formula 100 per 100 ml harganya kurang lebih Rp 1.200,-

dibandingkan susu formula di pasaran yang memiliki kandungan gizi yang setara

misalnya Pediasure@dengan kalori 103 dan protein 3,1 per 100 ml, harga kurang

(18)

Formula kedelai adalah makanan yang murah, harga per 100 ml berkisar Rp

900,- tetapi belum banyak digunakan untuk memberikan tambahan gizi kepada

anak-anak, karena rasa dan bau yang kurang disukai anak-anak. Pemakaian formula kedelai

mulai diperkenalkan tahun 1909. Tahun 1929 Hill dan Stuart menganjurkan

pemakaian formula kedelai pada bayi dengan intoleransi susu sapi.13

Penelitian di Bogor tahun 1993 pada 40 anak gizi buruk dengan pemberian

formula tempe selama 6 bulan mampu meningkatkan pertambahan berat badan

sebesar 997,5 gram dan peningkatan tinggi badan sebesar 4,6 cm sedang kontrol

hanya 672,5 gram dan 3,3 cm.14 Formula kedelai yang ada di pasaran, mengandung

kalori 106 kkal dan protein 5 gram per 100 ml, difortifikasi besi, dan mengandung

vitamin, mineral, serta elektrolit sesuai dengan kebutuhan. 13

Nilai gizi antara kedua formula adalah sebagai berikut : Protein Efficiency

Ratio (PER) formula kedelai adalah 2,3 sedang formula susu sapi 2,5; Net Protein

Utilization (NPU) formula kedelai 63 sedang formula susu sapi 80.15,16The Food and

Agriculture Organization of the United Nations memberikan nilai kualitas dari

protein yang disebut skor asam amino, dari rekomendasi ini protein susu kedelai

mempunyai nilai 90 sedangkan protein dari susu sapi 100.17 Rasio protein energi

(P/E) formula kedelai adalah baik yaitu 19,1 sama seperti formula susu sapi P/E nya

20,3. 18 Total nitrogen loss formula kedelai sedikit lebih tinggi dibanding formula

susu sapi. 19 Pada koefisien digestibility total nitrogen formula kedelai 0,90 sedang

(19)

Berdasar hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa makanan tambahan

mampu meningkatkan pertumbuhan balita, namun belum ada penelitian yang

membandingkan antara susu sapi dan kedelai.

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara pertumbuhan anak

prasekolah yang diberikan formula 100 dengan formula kedelai.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemikiran latar belakang masalah tersebut di atas, maka

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1.2.1. Apakah pemberian formula 100 akan memberikan pertumbuhan yang

sebanding dengan formula kedelai pada anak prasekolah ?

1.2.2. Apakah formula 100 lebih disukai dibandingkan formula kedelai pada

anak prasekolah ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum :

Membandingkan pertumbuhan anak prasekolah yang diberi formula

100 dengan yang diberi formula kedelai.

1.3.2. Tujuan Khusus :

a. Membandingkan standard deviasi (SD) Berat Badan menurut Umur

secara skor Z (WAZ) anak yang mendapatkan Formula 100 dengan

yang mendapatkan Formula Kedelai.

(20)

c. Membandingkan standard deviasi (SD) Berat Badan menurut Tinggi

Badan secara skor Z (WHZ) anak yang mendapatkan Formula 100

dengan yang mendapatkan Formula Kedelai.

d. Membandingkan akseptabilitas antara formula 100 dengan Formula

Kedelai.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Manfaat Pendidikan/Keilmuan

Menambah wawasan dan memberikan landasan ilmiah bahwa pemberian

makanan tambahan ( formula 100 dan formula kedelai ) sebagai faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan anak.

1.4.2. Manfaat Pelayanan Kesehatan

1.4.2.1 Sumbangan pengetahuan bagi masyarakat bahwa pemberian

makanan tambahan dapat meningkatkan pertumbuhan anak.

1.4.2.1 Memberikan alternatif pemberian makanan tambahan yang bergizi

tinggi namun murah dan mudah untuk mendapatkannya

1.4.3. Manfaat Penelitian

(21)

Laporan Penelitian………

21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PERTUMBUHAN

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan satuan berat (gram,

pound, kilogram), satuan panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).21

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, sebagai

berikut:22

2.1.1. Genetik / Kromosom

Gen merupakan blueprint pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Kelainan genetik dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain:

Akondroplasia, sindrom down , sindrom marfan dan lain-lain.23

2.1.2. Ras

Seseorang yang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak

mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya.

Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya orang kulit putih

(22)

Laporan Penelitian………

22

2.1.3. Umur

Kecepatan pertumbuhan tidak teratur, ada masa dimana pertumbuhan

sangat cepat yaitu pranatal, tahun pertama dan remaja, sedang diluar masa itu

pertumbuhan lambat.22

2.1.4. Jenis kelamin

Masyarakat tradisional umumnya menganggap wanita mempunyai

status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga angka kematian

bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita. Demikian pula dengan

pendidikan, masih banyak ditemukan wanita yang buta huruf. 22

2.1.5. Hormonal

Hormon sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Hormon

pertumbuhan merupakan hormon yang penting bagi pertumbuhan dan

metabolisme. Hormon ini disintesis dalam somatotrop dalam kelenjar

hipofise. Efek yang berhubungan dengan pertumbuhan terjadi dengan

perantara Insulin like growth factor I (IGF-I) , berfungsi meningkatkan

penyatuan sulfat ke dalam tulang rawan. Selain itu juga diperantarai IGF-II

yang berperan merangsang aktivitas multiplikasi. IGF-I dan IGF-II dapat

dibedakan dengan pemeriksaan radioimmunoasi yang spesifik.24

Defisiensi Insulin yang mengakibatkan penyakit diabetes melitus juga

(23)

Laporan Penelitian………

23 berkurangnya pengambilan glukosa, peningkatan katabolisme protein dan

peningkatan lipolisis.25

Kalsitriol adalah hormon yang terikat pada protein dalam sitoplasma

sel usus. Hormon ini kemudian menuju ke nukleus dan membentuk RNA

yang berfungsi meningkatkan kecepatan absorbsi kalsium. Defisiensi hormon

ini akan mengakibatkan pembentukan tulang tergangggu. 26

2.1.6. Lingkungan pengasuhan

2.1.6.1 Sosial Ekonomi

Kemiskinan berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yang jelek dan kurangnya pengetahuan, sehingga dapat

menghambat pertumbuhan.22 Kemiskinan merupakan salah satu

penyebab kurangnya asupan gizi. Kemiskinan menurut bank dunia

adalah pendapatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dasar

yaitu kurang dari 2.250 kalori per orang, jika pendapatan rendah

konsumsi kalori juga akan rendah.27 Pendapatan keluarga yang memadai

akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang

sekunder.21

2.1.6.2 Pengetahuan orangtua

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh

(24)

Laporan Penelitian………

24 informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak, menjaga kesehatan,

pendidikannya, dan sebagainya. 21

2.1.6.3 Adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu

Adat istiadat, norma-norma dan tabu-tabu yang berlaku di tiap

daerah/masyarakat tertentu akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

Kebiasaan masyarakat yang kurang baik antara lain memberikan telur mentah

atau setengah matang, memberi tajin dan tidak minum susu. 28

2.1.6.4 Perawatan Kesehatan

Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi

pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan

menunjang pada tumbuh kembang anak. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif, yang mencakup aspek-aspek

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.21

2.1.7. Lingkungan fisis dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari ,

paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri) mempunyai dampak

yang tidak baik terhadap pertumbuhan.22

(25)

Laporan Penelitian………

25 Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, menurunkan resorbsi kalsium, serta menurunkan daya tahan

tubuh akibat berkurangnya eosinofil dan limfosit. 29

2.1.9. Infeksi

Infeksi menyebabkan peningkatan kebutuhan energi, peningkatan

katabolisme, penurunan nafsu makan serta penurunan absorbsi gizi oleh

usus.16 Respon katabolik pada infeksi ditandai dengan demam,

hipermetabolisme serta gangguan metabolisme glukosa, protein dan lemak. 16

Infeksi gastrointestinal mengakibatkan gangguan absorbsi karena adanya

kerusakan mukosa usus, hal ini menimbulkan gangguan transpor natrium dan

menurunnya aktivitas ATP-ase, yang berpengaruh terjadinya gangguan

absorbsi,30 Hal tersebut juga dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan

penyerapan zat gizi, pada tahap yang lebih lanjut akan terjadi perubahan

ekologi usus serta kberkurangnya ketahanan baik mekanik ( tight junction,

villi mikro dan peristaltik ), kimiawi ( glycocalyks, sIgA, Lysozim dan

lactoferin ) dan seluler ( sel bulat dan makrofag ). Perbaikan mukosa usus

normal secara histologi sesuai dengan perbaikan villi intestinalis berlangsung

antara 6 minggu sampai 9 minggu setelah diare.31,32

(26)

Laporan Penelitian………

26 Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan.21

2.1.10.1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama. 18

2.1.10.1.1. Digesti

Karbohidrat dipecah di mulut oleh enzim amilase menjadi

dextrin dan maltose, setelah bercampur asam lambung

tugas amilase dilanjutkan oleh amilase pankreas. Usus

halus merupakan tempat proses digesti karbohidrat paling

utama. Disini karbohidrat dipecah menjadi maltose,

dextrin dan maltotriose. Tahap akhir digesti terjadi di

brush border. Enzim brush border memecah menjadi

glukose, galaktose dan fruktose yang dapat menembus sel

masuk ke aliran darah. 18,33

Absorbsi . Glukose dan galaktose diserap masuk sel usus

bersama-sama dengan natrium dengan suatu carrier.

Fruktose diserap melalui mekanisme yang berbeda, yaitu

dengan mekanisme pasif yang berlangsung lebih lambat,

ketiganya masuk aliran vena porta menuju hati. 18,33

2.1.10.1.2. Metabolisme

Karbohidrat digunakan oleh sel dalam bentuk glukose.

Glukose dan oksigen di dalam sel dengan bantuan enzim

menghasilkan energi . 18,33

(27)

Laporan Penelitian………

27 Pada umumnya glukose dioksidasi melalui siklus asam

sitrat, diubah menjadi ribose, fruktose, deoksiribose,

glukosamin dan galaktosamin. 18,33

Metabolisme glukose dapat berupa glikolisis ( proses

pemecahan glukose ), glikogenolisis ( proses pemecahan

glikogen dengan hasil akhir glukose, asam piruvat atau

asam laktat ), glikogenesis ( proses perubahan kelebihan

glukose 6-fosfat menjadi glikogen sebagai cadangan

energi) dan glukoneogenesis ( pembentukan glukose atau

glikogen dari sumber bukan karbohidrat ). 18,33

2.1.10.2. Protein

Protein merupakan zat gizi yang terpenting untuk

pembentukan jaringan tubuh ataupun mengganti jaringan tubuh

yang rusak, terutama pada masa pertumbuhan dan kehamilan. 18,33

2.1.10.2.1. Digesti

Tubuh memperoleh protein untuk keperluan metabolisme

berasal dari 2 sumber yaitu eksogen ( diit ) dan endogen (

dari tubuh berupa enzim pencernaan, mukosa usus yang

terlepas ). 18,33 Setelah masuk ke dalam tubuh protein akan

didenaturasi oleh asam lambung dan dipecah menjadi

peptida yang lebih kecil oleh pepsin yang diaktifasi oleh

(28)

Laporan Penelitian………

28 halus dimana ikatan peptida akan di hidrolisa oleh

berbagai macam enzim seperti tripsin, chymotripsin,

elastase dan karboksipeptidase. Protein hewani lebih

mudah dicerna dibanding protein nabati, karena protein

nabati terbungkus serat dan zat penghambat pemecah

protein yaitu antitripsin. Namun dengan memasak atau

memanaskan zat penghambat tersebaut dapat dihilangkan

pengaruhnya. 18,33

Absorbsi. Campuran asam amino dan peptida kecil akan

ditransport menuju mukosa sel. Di dalam sel tersebut

peptida dipecah lagi oleh enzim menjadi asam amino.

Setelah hidrolisis intraseluler peptida yang diabsorbsi,

asam amino bebas akan disekresikan menuju vena porta

atau akan dimetabolisme lebih jauh didalam usus. Asam

amino yang diabsorbsi akan menuju hati untuk di uptake

dan digunakan, sisanya akan menuju sirkulasi sistemik dan

digunakan oleh jaringan perifer. 18,33

2.1.10.2.2. Metabolisme

Asam amino diserap kemudian digunakan untuk

membentuk protein tubuh, diit yang mengandung banyak

protein, akan diurai menjadi asam amino dan diubah

menjadi senyawa lain, digunakan untuk sumber energi atau

(29)

Laporan Penelitian………

29 Protein tubuh dan komponen nitrogen lain secara terus

menerus akan mengalami degradasi dan resintesis, proses

ini disebut protein turn over. Laju turn over dapat bersifat

cepat seperti di mukosa dan sumsum tulang atau lambat di

otot dan kolagen. 18,19,33

Proses metabolisme asam amino dan protein dapat dilihat pada gambar berikut : 19

Protein diit

Protein endogen

Asam amino non esensial Asam amino esensial

Asam amino bebas

Protein tubuh

Produk lain

Produk degradasi

Produk lain energi

Rangka karbon Nitrogen

Urea

Ekskresi dari urin

(30)

Laporan Penelitian………

30 Kebutuhan protein dari diit yang digunakan untuk pemeliharaan dan

pertumbuhan, yaitu protein diit akan diubah menjadi protein tubuh sekitar 70%,

protein hewan akan dicerna sebesar 90% sedang protein nabati sebesar 70-80%. 18,19

Keseimbangan nitrogen adalah perbedaan masukan protein dan keluaran

nitrogen. Masukan nitrogen berasal dari diit dan endogen, sedang keluaran nitrogen

melalui urin, tinja,kulit, keringat dan cairan tubuh lain. Pada anak karena ada

pertumbuhan keseimbangan nitrogen seharusnya positif. 18,33

2.2. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DAN PENYAKIT

Kerangka pikir tentang kurang gizi UNICEF, asupan makanan yang tidak

mencukupi dan atau penyakit merupakan penyebab langsung kurang gizi. Asupan

makanan dan kejadian penyakit dipengaruhi oleh ketersediaan pangan keluarga,

perawatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan.

Perawatan anak ditentukan oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh sumber

ekonomi, sumber daya manusia dan organisasi yang menyediakan makanan

pendamping dan pengasuhan. 8 Kerangka tersebut seperti digambarkan seperti

(31)

Laporan Penelitian………

31 Gambar 2. Kerangka pikir tentang kurang gizi (UNICEF 1998)8

Kerangka pikir tersebut menggambarkan bahwa gangguan pertumbuhan

disebabkan oleh 2 hal yakni penyakit / infeksi berulang dan asupan makanan yang

kurang. 8,16

Infeksi ,imunitas dan gangguan pertumbuhan merupakan bagian yang saling

berhubungan. Dimana infeksi terjadi peningkatan kebutuhan energi, peningkatan

katabolisme, nafsu makan menurun serta penurunan absorbsi gizi oleh usus .16

Infeksi dapat mengakibatkan penurunan masukan gizi dan peningkatan

metabolisme melalui peranan sitokin. Sedangkan Sitokin merupakan mediator yang

(32)

Laporan Penelitian………

32 Kurang gizi menyebabkan gangguan integritas epitel, sekresi asam lambung

dan lisosim, penurunan fungsi imunitas seperti penurunan fungsi sel T, penurunan

aktivitas komplemen, penurunan aktivitas mikrosidal. Sedangkan daya tahan tubuh

mempengaruhi infeksi dengan menghasilkan komplemen, imunosupresi sel T dan

netropenia.35

Interaksi antara Kurang Energi Protein (KEP) dan infeksi dapat bersifat

sinergis. KEP selain memberi peluang terhadap mudahnya terkena infeksi juga

memperberat penyakit, frekuensi komplikasi, tingkat beratnya dan mortalitas

penyakit infeksi. Mekanisme interaksi antara infeksi, KEP dan penekanan imunitas

digambarkan sebagai berikut:5 ( gambar. 3)

Gambar 3. Mekanisme interaksi antara infeksi, defisiensi gizi dan penekanan imunitas.5

2.3. PENGUKURAN PERTUMBUHAN

Pengukuran pertumbuhan pada anak akan lebih bermanfaat jika dilakukan

secara serial. Hal ini menjadi dasar dikembangkannya suatu kegiatan gizi dan

kesehatan masyarakat yang dikenal sebagai pemantauan pertumbuhan (growth

Anoreksia Muntah

Malabsorbsi Penglepasan protein dalam

usus Defisiensi

Gizi

Penekanan Imunitas

(33)

Laporan Penelitian………

33 monitoring). Alasan pelaksanaan kegiatan tersebut karena pertumbuhan merupakan

indikator keadaan gizi, pengukuran pertumbuhan merupakan kegiatan yang praktis

dan berdaya guna dalam mengevaluasi kesehatan anak.36

Pemantauan pertumbuhan dimulai segera sesudah lahir dan diteruskan sampai

anak tidak lagi berisiko terjadi kurang gizi, umumnya terjadi pada umur 3-4 tahun.16

Pemantauan pertumbuhan secara berkala dan teratur menjamin pertumbuhan yang

optimal sekaligus untuk mendeteksi secara dini gangguan pertumbuhan, mencari

sebab gangguan tersebut dan melakukan intervensi segera, sehingga dampak

gangguan tersebut dapat ditekan sekecil mungkin bahkan dapat dicegah. 37

Ukuran pertumbuhan anak, secara nasional dan internasional telah lama

digunakan untuk menilai keadaan gizi dan kesehatan pada situasi yang beragam dan

tujuan yang berbeda-beda. Dasar utama penggunaan ukuran pertumbuhan anak

sebagai indikator keadaan gizi dan kesehatan adalah bahwa pertumbuhan yang jelek

atau gangguan pertumbuhan merupakan refleksi dari keadaan lingkungan yang tidak

mendukung anak tumbuh dengan optimal. 38

Pemantauan pertumbuhan anak untuk menilai status gizi dengan cara

pengukuran antropometri antara lain dengan pengukuran lingkar kepala, berat badan,

tinggi badan, tinggi lutut, elbow breadth. 39

Indikator yang digunakan adalah berat badan menurut umur secara skor Z

(WAZ), tinggi badan menurut umur secara skor Z (HAZ) dan berat badan menurut

(34)

Laporan Penelitian………

34 Penilaian WAZ lebih cepat daripada HAZ dan lebih peka terhadap setiap

gangguan atau perbaikan kesehatan anak. Salah satu kekurangannnya berat badan

dipengaruhi oleh kelainan cairan tubuh misalnya edem atau asites. Tinggi badan

merupakan ukuran yang stabil yang mencerminkan riwayat kesehatan anak secara

menyeluruh, tetapi perubahannya sangat lambat sehingga sulit menemukan

perbedaan dalam jangka pengukuran yang pendek. Menghubungkan berat badan

dengan tinggi badan merupakan pengukuran yang obyektif derajat kekurusan anak.40

Tahun 1978 WHO menganjurkan pengukuran dengan WHZ.41 Pelatihan

antropometri tahun 1991 di Ciloto sepakat memakai cara ini dalam penilaian status

gizi.38 Cara menghitung skor Z adalah sebagai berikut:

Skor Z ( dalam SD ) = X terukur – ( Median rujukan )

SD ref

Pertumbuhan disebut normal bila berat badan dan tinggi badan terletak pada

persentil yang sama.41

2.4. MAKANAN TAMBAHAN

Di negara berkembang, rendahnya kandungan gizi dari makanan merupakan

penyumbang terbesar terjadinya hambatan pertumbuhan ( growth faltering ) dan

kejadian kurang gizi. 42

Di Indonesia karbohidrat adalah komponen utama makanan baik berasal dari

serealia, ubi-ubian ataupun buah. 43 Padahal pada penelitian pemberian makanan

(35)

Laporan Penelitian………

35 rendahnya masukan protein hewani, maka anak tersebut akan mengalami hambatan

pertumbuhan.44 Pemberian makanan tambahan dimaksudkan untuk meningkatkan

asupan gizi sehingga dapat mengurangi kejadian hambatan pertumbuhan. Banyak

penelitian yang telah dilakukan dengan pemberian tambahan makanan untuk

meningkatkan pertumbuhan anak balita, antara lain penelitian di Jamaica tahun 1991

pada anak umur 24 bulan dengan menggunakan susu formula dengan kandungan

kalori 750 kkal dan 20 gram protein perhari mampu meningkatkan berat badan 380

gram dan tinggi badan 1,0 cm setiap bulan lebih banyak dibanding kontrol.

Penelitian di Thailand tahun 1988 pada anak umur 36 bulan dengan menggunakan

biskuit tinggi energi, vitamin dan mineral dengan kandungan kalori 300 kkal dan 6

gram protein perhari mampu meningkatkan berat badan 100 gram dan tinggi badan

0,1 cm per bulan dibanding kontrol. Penelitian di Jawa barat Indonesia pada tahun

1991 untuk anak umur 6-20 bulan dengan menggunakan snak tinggi kalori dengan

kecukupan kalori 400 kkal dan 5 gram protein perhari mampu meningkatkan WAZ

0,3 SD selama 3 bulan.8 Makanan/minuman berkalori tinggi juga telah

dikembangkan di bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR / RS dr Sutomo Surabaya

dengan nama MODISCO (Modified Disco) yang merupakan modifikasi dari DISCO

150 dari Uganda, penggunaannya pada balita di pedesaan Kediri memberikan

peningkatan berat badan berkisar 150 – 600 gram selama 10 hari pemberian.9

Penelitian di Italia dengan memakai Rinforza (Pediasure@) suatu susu

formula dengan kandungan gizi kalori 103 dan protein 3,1 per 100 ml serta ditambah

(36)

Laporan Penelitian………

36 menurunkan anak kurus , WHZ < persentil 25 dari 56% menjadi 45% dalam waktu 2

bulan.10

Formula 100 merupakan minuman tinggi kalori yang terbuat dari susu full

cream, gula, minyak dan mineral mix, formula ini sering digunakan di Rumah Sakit

maupun pusat pemulihan gizi di Puskesmas untuk penderita gizi buruk pada tahap

lanjut maupun untuk anak lain yang memerlukan asupan makanan dengan kalori dan

protein tinggi. Formula 100 sebanyak 100 ml mengandung kalori sebesar 100 kkal

dan 2,9 gram protein. Formula 100 dibandingkan susu formula di pasaran yang

memiliki kandungan gizi yang setara misalnya Pediasure@ dengan kalori 103 dan

protein 3,1 per 100 ml, harganya jauh lebih murah dan bahannya mudah didapatkan

masyarakat.11,12

Resep formula 100 : 11

¾ susu full cream 80 gram,

¾ gula pasir 50 gram,

¾ minyak kelapa 60 gram

¾ mineral mix 20 ml

¾ ditambah air matang sampai 1000 ml.

Salah satu kerugian penggunaan minyak sawit ( palm oil ) dapat dilihat pada

penelitian di Amerika Serikat dan Kanada dikatakan bahwa penggunaan minyak

sawit pada susu formula dapat menurunkan absorbsi kalsium.45

Formula kedelai adalah jenis makanan yang murah, tetapi belum banyak

digunakan untuk memberikan tambahan gizi kepada anak-anak, karena rasa dan bau

(37)

Laporan Penelitian………

37 tahun 190913. Tahun 1929, Hill dan Stuart menganjurkan pemakaian formula kedelai

pada bayi dengan intoleransi susu sapi13.

Penelitian di Bogor tahun 1993 pada 40 anak gizi buruk dengan pemberian

formula tempe mampu meningkatkan pertambahan berat badan sebesar 997,5 gram

dan peningkatan tinggi badan sebesar 4,6 cm, sedang kontrol hanya 672,5 gram dan

3,3 cm selama 6 bulan.14

Formula kedelai yang ada di pasaran mengandung kalori 106 kkal dan protein

5 gram per 100 ml, difortifikasi besi, dan mengandung vitamin, mineral, serta

elektrolit sesuai dengan kebutuhan. 13

Karnitin, yang diperlukan untuk oksidasi optimal mitokondria dari asam

lemak rantai panjang, jumlahnya kurang pada makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan sehingga ditambahkan pada formula kedelai. Taurin sebagai antioksidan,

dan bersama dengan glisin, sebagai konjugat utama asam empedu pada bayi. 13

Kandungan lemak formula kedelai berasal dari minyak sayur. Jumlah

kandungan lemak bervariasi tergantung mereknya dan biasanya hampir sama dengan

kandungan lemak yang terdapat pada formula susu sapi. Kandungan lemak antara 5,3

sampai 5,5 g/100 kkal atau 3,6 sampai 3,8 g/dL. 13

Karbohidratnya bebas laktosa, sebagai tepung jagung, hidrolisat tepung

jagung, tepung tapioka, atau sukrosa, dengan kandungan antara 10,0 sampai 10,2

g/100 kkal atau 6,7 sampai 6,9 g/dL. Polisakarida sebagai serat (fiber) juga

ditambahkan pada formula kedelai. Keuntungan formula kedelai adalah akibat

digantinya laktosa yang biasanya terdapat dalam susu sapi dengan sukrosa atau

(38)

Laporan Penelitian………

38 pasien dengan defisiensi laktase primer, intoleransi laktosa sekunder, dan

hipersensitivitas protein susu sapi. 13

Formula kedelai mengandung 1,5% fitat dan lebih dari 30% fosfor total

terikat-fitat, sehingga kandungan fosfor dan kalsium totalnya 20% lebih tinggi bila

dibandingkan formula susu sapi, dengan rasio kalsium : fosfor yang masih sesuai

(1,2 sampai 2,0 berbanding 1). Fitat dan oligosakarida kedelai juga mengikat besi

dan seng, sehingga seperti halnya formula susu sapi, formula kedelai juga

difortifikasi besi dan seng. 13

Keuntungan lain dari formula kedelai adalah secara bermakna menurunkan

kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah serta meningkatkan

kolesterol HDL. Protein kedelai mengandung isoflavon daidzein dan genistein, baik

dalam bentuk terkonjugasi maupun sebagai konjugat glikosida. Isoflavon secara

struktur homolog dengan estrogen sehingga disebut fitoestrogen, tapi aktivitas

biologisnya belum banyak diketahui. Genistein merupakan inhibitor tirosin kinase

yang poten melalui jalur transduksi. berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol

tapi mempunyai aktivitas estrogen yang rendah.46

2.5. MUTU PROTEIN

Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang

dikandungnya. Protein dengan nilai biologi tinggi atau bermutu tinggi adalah protein

yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai

(39)

Laporan Penelitian………

39 Dipandang dari nilai gizi formula kedelai mempunyai Protein Efficiency

Ratio (PER) 2,3 sedang formula susu sapi 2,5; Net Protein Utilization (NPU)

formula kedelai 63 sedang formula susu sapi 80.15 The Food and Agriculture

Organization of the United Nations memberikan nilai kualitas dari protein yang

disebut skor asam amino, dari rekomendasi ini protein susu kedelai mempunyai nilai

90 sedangkan protein dari susu sapi 100.17 Dari rasio protein energi formula kedelai

merupakan bahan makanan yang mengandung P/E baik yaitu 19,1 sama seperti

formula susu sapi P/E nya 20,3. 18 Total nitrogen loss formula kedelai sedikit lebih

tinggi dibanding formula susu sapi. 19 Pada koefisien digestibility total nitrogen

formula kedelai 0,90 sedang formula susu sapi 0,95. 20

Tabel 1. Perbandingan mutu protein antara formula susu sapi dan

kedelai115,17,18,20

Formula susu sapi Formula kedelai

PER ( protein efficiency ratio ) 2,5 2,3

NPU ( Net Protein Utilization ) 80 63

Skor asam amino 100 90

P / E ratio ( rasio protein dan energi ) 20,3% 19,1%

Koefisien digestibility 0,95 0,90

Keterangan :

PER : protein efficiency ratio.

NPU : bagian protein yang dapat dipakai untuk matabolisme.

Skor asam amino : membandingkan kandungan asam amino essensial dengan protein telur.

(40)
(41)

Laporan Penelitian………

41

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. KERANGKA TEORI

Berdasar uraian dalam tinjauan pustaka, disusun kerangka teori sebagai berikut

(42)

Laporan Penelitian………

42 Sesuai dengan tujuan penelitian, variabel terpengaruh pada penelitian ini

adalah pertumbuhan anak yang ditetapkan berdasar perubahan WAZ, HAZ dan WHZ

sebelum dan setelah masing-masing perlakuan.

Pemberian makanan tambahan adalah variabel pengaruh, pemberian makanan

tambahan tersebut sebagai paparan yang mempengaruhi pertumbuhan anak.

Asupan kalori dan protein diperlakukan sebagai variabel perancu, dilakukan

pengumpulan data dengan cara food recall 3 hari. Sedang variabel perancu lain

adalah status akseptabilitas diukur dengan mempergunakan prosentasi minuman

yang dihabiskan.

Kelainan genetik dan kromosom serta hormonal dikendalikan dengan sampel

tidak menderita suatu sindrom atau kelainan genetik tertentu dengan cara anamnesis

dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan analisa kromosom serta hormonal tidak

dilakukan. Hal ini merupakan keterbatasan dari penelitian ini. Variabel ras dianggap

terkendali dengan sampel semua orang Indonesia. Variabel usia dikendalikan

dengan pemilihan sampel antara 4-7 tahun. Jenis kelamin bukan merupakan variabel

lagi karena dipergunakan skor Z yang berdasar kelompok umur dan jenis kelamin.

Keadaan infeksi akut maupun kronik disingkirkan dengan memilih sampel yang

tidak mengalami infeksi dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik. Demikian

pula dengan kelainan gastrointestinal seperti adanya keluhan diare atau gangguan

digesti serta gangguan absorbsi disingkirkan dengan anamnesis dan pemeriksaan

fisik, namun pemeriksaan mukosa usus serta enzim tidak dilakukan akibat

keterbatasan dana. Variabel daya tahan tubuh dikendalikan dengan memilih sampel

(43)

Laporan Penelitian………

43 secara imunologi tidak dilakukan karena keterbatasan dana penelitian ini.

Penggunaan obat-obatan jangka lama dikendalikan dengan pemilihan sampel yang

tidak mengkonsumsi obat jangka lama dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Lingkungan fisis dan kimia serta pola budaya tidak dilakukan pengukuran akibat

kesulitan pengamatan dan pengukuran. Berdasar uraian tersebut dan sesudah

menyingkirkan variabel-variabel perancu yang dapat dikontrol, maka disusun

kerangka konsep seperti yang terlukis dalam gambar 4.

3.2. KERANGKA KONSEP ( gambar 5)

Keterangan :

1. ∆ WAZ : penambahan Berat Badan menurut Umur secara skor Z. 2. ∆ HAZ : penambahan Tinggi Badan menurut Umur secara skor Z. 3. ∆ WHZ : penambahan Berat Badan menurut Tinggi Badan secara skor Z.

Akseptabilitas Pemberian makanan

tambahan :

Formula 100

Formula kedelai

Pertumbuhan :

¾ ∆ WAZ

¾ ∆ HAZ

¾ ∆ WHZ

(44)

Laporan Penelitian………

44

BAB 4

HIPOTESIS

Dari uraian dalam tinjauan pustaka, anak prasekolah merupakan kelompok

anak yang rawan terjadi gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan paling

sering disebabkan infeksi dan asupan makanan yang kurang. Dari penelitian

didapatkan bahwa pemberian makanan tambahan dapat meningkatkan pertumbuhan

anak balita. Formula 100 adalah minuman dengan protein yang berasal dari susu sapi

(hewani). Formula kedelai adalah minuman dengan protein yang berasal dari susu

kedelai (nabati). Formula 100 dan formula kedelai dipergunakan sebagai makanan

tambahan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Ditinjau dari nilai gizi terlihat

bahwa protein susu sapi sebanding dengan susu kedelai.

Berdasarkan hal tersebut diatas diambil hipotesis sebagai berikut :

4.1. Anak yang mendapatkan Formula 100 mempunyai pertumbuhan yang

sama baik dibanding anak yang mendapatkan Formula Kedelai dalam

hal Berat Badan menurut Umur secara skor Z (WAZ).

4.2. Anak yang mendapatkan Formula 100 mempunyai pertumbuhan yang

sama baik dibanding anak yang mendapatkan Formula Kedelai dalam

hal Tinggi Badan menurut Umur secara skor Z (HAZ).

4.3. Anak yang mendapatkan Formula 100 mempunyai pertumbuhan yang

sama baik dibanding anak yang mendapatkan Formula Kedelai dalam

(45)

Laporan Penelitian………

45

BAB 5

METODE

5.1.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis Quasi experimental dengan desain

menyilang (cross over desain) untuk mengetahui pengaruh pemberian

Formula 100 dan Formula kedelai terhadap pertumbuhan anak prasekolah

di Kecamatan Semarang Utara dan Tembalang Kota Semarang.

5.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Kecamatan Semarang Utara dan Tembalang Kota

Semarang Propinsi Jawa Tengah. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah di

2 kecamatan tersebut merupakan daerah dengan tingkat sosial ekonomi

menengah kebawah, sehingga kemungkinan banyak terjadi gangguan

pertumbuhan pada anak. Waktu penelitian 5 bulan.

5.3. Populasi dan Sampel

Populasi target dalam penelitian ini adalah anak prasekolah berusia 4 – 7

tahun. Populasi terjangkau adalah anak taman kanak-kanak berusia 4 - 7

tahun yang bersekolah di Kecamatan Semarang Utara dan Tembalang Kota

Semarang. Randomisasi TK dilakukan secara sederhana dengan memakai

tabel angka random, didapatkan hasil TK PGRI 44 Rogojembangan

(46)

Laporan Penelitian………

46

5.4. Besar Sampel

Besar sampel diambil dari rumus 47

N= (zα+zβ)xSd 2

d

Untuk HAZ dengan tingkat kepercayaan 95% dan power 80%,

standard deviasi 1 serta selisih rerata kedua kelompok 0,25 dan asumsi

drop out 10% maka jumlah sampel adalah 92 sampel.

Untuk WAZ dengan tingkat kepercayaan 95% dan power 80%,

standard deviasi 1 serta selisih rerata kedua kelompok 0,3 dan asumsi drop

out 10% maka jumlah sampel adalah 88 sampel.

Untuk WHZ dengan tingkat kepercayaan 95% dan power 80%,

standard deviasi 1 serta selisih rerata kedua kelompok 0,4 dan asumsi drop

out 10% maka jumlah sampel adalah 80 sampel.

5.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi:

- Anak prasekolah berusia 4 – 7 tahun.

- Status gizi baik, kurang energi ringan, kurang energi sedang.

- Tidak menderita infeksi akut maupun kronik ( TBC, diare kronik, sering

muntah-muntah, Sindroma nefrotik, diabetes melitus ).

- Tidak sakit infeksi gastrointestinal minimal 1 bulan sebelum penelitian.

- Bersedia menjadi peserta penelitian dengan persetujuan orang tua

(47)

Laporan Penelitian………

47 Kriteria Eksklusi:

- Alergi / intoleransi terhadap bahan penelitian

- Diet makanan tertentu.

- Mengkonsumsi obat-obatan jangka lama.

- Anak menjadi cacat selama penelitian berlangsung.

- Anak tidak mendapat pemberian bahan penelitian > 5 kali.

5.6. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel

Tabel 2. Identifikasi variabel

no Variabel Definisi operasional Unit skala

A.

Minuman terbuat dari susu full cream, gula pasir, minyak, mineral mix dan sirop vanilla disajikan hangat sebanyak 200 cc dengan gelas ukur yang sudah ditera, lima hari dalam seminggu selama satu bulan dengan kandungan kalori 200 kkal dan protein 5,8 gram sekali minum.

Minuman terbuat dari produk “PROTEN

rasa vanilla” tidak mengandung protein sapi

disajikan hangat sebanyak 200 cc dengan

gelas ukur yang sudah ditera, lima hari

dalam seminggu selama satu bulan dengan

kandungan kalori 212 kkal dan protein 10

gram sekali minum.

ml

ml

Nominal

(48)

Laporan Penelitian………

48

Pengukuran berat badan diukur setiap hari senin jam 09.00 pada awal dan akhir sesi penelitian dengan pakaian semua saku kosong, tanpa ikat pinggang, tanpa sepatu dan kaos kaki, posisi anak berdiri tegak menghadap kedepan memakai alat timbangan badan elektronik digital merek CEBA model EB 8271 dengan ketelitian 100 gram, dilakukan 3x penimbangan diambil reratanya.

Pengukuran tinggi badan diukur setiap hari

senin jam 09.00 pada awal dan akhir sesi

penelitian, tanpa sepatu dan kaos kaki,

posisi anak berdiri tegak menghadap

kedepan dengan pandangan mata sejajar

telinga, kepala, punggung, pantat dan tumit

menempel pada satu bidang tegak memakai

alat mikrotoise dengan ketelitian 1 milimeter,

dilakukan 3 x pengukuran diambil reratanya.

Skor Z berat badan menurut umur

berdasarkan simpang baku rujukan National

Centre of Health Statistic ( NCHS ).

Selisih WAZ akhir sesi penelitian dikurangi

awal sesi penelitian selama 1 bulan

Skor Z tinggi badan menurut umur

berdasarkan simpang baku rujukan NCHS.

Selisih HAZ akhir sesi penelitian dikurangi

awal sesi penelitian selama 1 bulan.

Skor Z berat badan menurut tinggi badan

berdasarkan simpang baku rujukan NCHS.

Selisih WHZ akhir sesi penelitian dikurangi

awal sesi penelitian selama 1 bulan.

(49)

Laporan Penelitian………

49

Asupan protein dari diit perhari, yang

didapat dari survei diit dengan

menggunakan Food Recall 3 hari yang

dilakkan petugas gizi memakai alat bantu

food model. Berdasarkan Kecukupan Gizi

Anjuran (KGA)

Asupan kalori dari diit perhari, yang didapat

dari survei diit dengan menggunakan Food

Recall 3 hari yang dilakukan petugas gizi

memakai alat bantu food model.

Berdasarkan Kecukupan Gizi Anjuran

(KGA).

Prosentasi formula yang dapat dihabiskan

setiap hari. Jumlah yang diminum dalam ml

dibagi 200 ml x 100%. Dikategorikan dalam

kelompok

5.7. Cara pengumpulan data :

1. Dilakukan pemilihan kecamatan, diambil 1 kecamatan di daerah pantai

( Kecamatan Semarang Utara ) dan 1 kecamatan di daerah pegunungan

( Kecamatan Tembalang ). Dilakukan randomisasi TK memakai tabel

angka random, didapatkan hasil TK PGRI 44 Rogojembangan Tandang,

TK Pertiwi Purwosari dan TK Pertiwi Kuningan Kota Semarang. Salah

satu Kecamatan menjadi kelompok Perlakuan dan lainnya menjadi

(50)

Laporan Penelitian………

50 semula menjadi kelompok Perlakuan menjadi kelompok kontrol dan

sebaliknya.

2. Setiap orang tua anak diminta mengisi kuesioner berisi data dasar dan

dilatih untuk mengisi lembar food recall oleh petugas gizi yang terlatih,

dengan memakai alat bantu food model. Food recall dilakukan 4 kali,

pada setiap awal dan akhir perlakuan. Setiap food recall memuat catatan 3

hari makan

3. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara lengkap oleh peneliti

pada awal dan akhir periode perlakuan.

4. Dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan pada awal dan

akhir setiap periode perlakuan oleh petugas gizi yang terlatih untuk

mendapatkan data antropometri awal dan akhir setiap periode perlakuan,

maupun awal dan akhir periode wash out.

5. Pengukuran tinggi badan, alat yang dipakai adalah Mikrotoise yang sudah

ditera, dapat mengukur tinggi badan dengan kapasitas maksimum 200 cm,

dengan ketelitian 0,1 cm. Anak diukur dengan melepas sepatunya dengan

tumit menempel pada dinding. Angka dibaca sampai millimeter.

6. Pengukuran berat badan, alat yang dipakai timbangan badan elektronik

merk “CEBA” yang sudah ditera, dapat menimbang maksimal 150 kg

dengan ketelitian 0,1 kg. Penimbangan dilakukan dengan melepas sepatu.

Pembacaan dilakukan dalam kilogram.

7. Antropometri dipakai dengan rumus skor Z menggunakan standar NCHS

(51)

Laporan Penelitian………

51 8. Kriteria eksklusi untuk :

- gizi buruk : WHZ < - 3 SD

- obesitas : > persentil 95 dari kurva BMI (Body Mass Index) dari

kurva Centre for Disease Control - National Centre of Health

Statistic ( CDC-NCHS ) 2000.

9. Formula 100 maupun Formula Kedelai diberikan setiap hari, selama 5

hari dalam seminggu.

10.Formula 100 maupun Formula Kedelai dipersiapkan oleh petugas gizi,

dan diberikan oleh guru kelas.

11.Reaksi samping seperti batuk, pilek, gatal, muntah, diare, alergi dicatat

dalam lembar pemantauan, dan dilaporkan kepada peneliti untuk

diperiksa dan ditentukan apakah terjadi reaksi alergi / intoleransi terhadap

(52)

Laporan Penelitian………

52

5.8. Alur Kerja ( gambar. 6 )

F 100 200ml/hr (1 bl)

F kedelai 200ml/hr (1 bl)

F 100 200ml/hr (1 bl)

S R

Periode wash out (6 mg)

A B C D

Keterangan :

A. Pemeriksaan kesehatan, food recall, pengukuran antropometri ( Berat badan, Tinggi badan, WAZ, HAZ, WHZ )

awal penelitian sesi pertama.

B. Pemeriksaan kesehatan, food recall, pengukuran antropometri ( Berat badan, Tinggi badan, WAZ, HAZ, WHZ )

akhir penelitian sesi pertama.

C. Pemeriksaan kesehatan, food recall, pengukuran antropometri ( Berat badan, Tinggi badan, WAZ, HAZ, WHZ )

awal penelitian sesi kedua.

D. Pemeriksaan kesehatan, food recall, pengukuran antropometri ( Berat badan, Tinggi badan, WAZ, HAZ, WHZ )

akhir penelitian sesi kedua.

S. Subyek

R. Random

(53)

Laporan Penelitian………

53

5.9. Jadwal Penelitian :

Kegiatan Penelitian Bulan ke

1 2 3 4 5

1. Persiapan xxx

2. Perlakuan xxx

3. Food recall x x x x

4. Wash out xxx

5. Perlakuan xxx

6. Pengolahan dan analisis data xxx

7. Pelaporan x

5.10. Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan komputer. Perangkat

lunak yang dipakai adalah Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi

10,0. Setelah data disunting, ditabulasi dan cleaning, dilakukan analisis pada data.

Analisis data diuji dengan uji t berpasangan dan tidak berpasangan untuk data

dengan distribusi normal dan uji Mann Whitney U untuk data dengan distribusi tidak

normal. Variabel perancu akseptabilitas dipakai uji kai- kuadrat untuk 2 kelompok

independent, asupan kalori dan protein dipakai uji t tidak berpasangan.

5.11. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anak Prasekolah di kota Semarang. Ethical

Clearance dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Undip/RS. Dr. Kariadi

Semarang no: 22/EC/FK/RSDK/2004, Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kota Semarang no: 070/40/I/2003 . Setiap efek

(54)

BAB 6

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada 113 anak berusia 4 – 7 tahun di TK PGRI 44

Rogojembangan Tandang kecamatan Tembalang, TK Pertiwi Purwosari dan TK

Pertiwi Kuningan Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Pada sesi pertama

penelitian ( sebelum wash out ), 17 anak (15%) tidak dapat melanjutkan penelitian

karena 4 anak pindah sekolah, 3 anak tidak mau melanjutkan penelitian dan 10 anak

tidak masuk sekolah lebih dari 5 hari pada setiap sesi penelitian.

Dari 96 anak sebanyak 49 anak berasal dari TK Pertiwi Purwosari dan TK

Pertiwi Kuningan Kecamatan Semarang Utara dan 47 anak berasal dari TK PGRI 44

Rogojembangan Tandang kecamatan Tembalang. Sedang pada sesi kedua penelitian

( sesudah wash out ) semua anak mengikuti sampai akhir penelitian.

Tabel 3. Gambaran umum sampel penelitian

Variabel Keterangan

Umur (mean dalam bulan) 67 Jenis kelamin

Laki-laki 49 (51%)

Perempuan 47 (49%)

Status sosial ekonomi ( Skor bistok Saing )

Rendah 41 (42,7%)

(55)

Sesi Penelitian Pertama ( sebelum wash out )

Pada sesi ini 47 anak berasal dari TK PGRI 44 Rogojembangan Tandang

kecamatan Tembalang mendapat formula 100, sedang 49 anak berasal dari TK

Pertiwi Purwosari dan TK Pertiwi Kuningan Kecamatan Semarang Utara mendapat

formula kedelai selama 1 bulan , didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Gambaran antropometri sampel penelitian sebelum wash out

Awal (%) Akhir (%)

WAZ ( > - 2SD ) 72,9 76

( < - 2SD ) 27,1 24

HAZ ( > - 2SD ) 70,8 72,9

( < - 2SD ) 29,2 27,1

WHZ ( > - 2SD ) 88,5 90,6

( < -2 SD ) 11,5 9,4

Keterangan :

WAZ : Berat badan menurut umur secara skor z

HAZ : Tinggi badan menurut umur secara skor z

WHZ : Berat badan menurut Tinggi badan secara skor z

Dari tabel 4 tampak penurunan angka WAZ, HAZ dan WHZ < - 2SD, dengan

(56)
(57)

HAZ : Tinggi badan menurut umur secara skor z

WHZ : Berat badan menurut Tinggi badan secara skor z

AKG : Angka Kecukupan Gizi

* : signifikan/ bermakna

(1) : distribusi data tidak normal, uji statistik dengan Mann Whitney U

Pada sesi penelitian ini pada kedua kelompok didapatkan peningkatan

pertumbuhan. Rerata penambahan tinggi badan pada kelompok suplementasi

Formula 100 adalah 0,5 cm, sedangkan rerata kelompok suplementasi Formula

kedelai adalah 0,4 cm. Pada analisis dengan uji Mann-Whitney U kedua rerata

tersebut berbeda bermakna p < 0,05 ( tabel 5 ). Dengan demikian suplementasi

Formula 100 lebih baik dibanding suplementasi Formula kedelai dalam hal

penambahan tinggi badan.

Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada rerata penambahan berat badan,

WAZ, HAZ serta WHZ pada kedua kelompok suplementasi. Pada analisis dengan uji

t independen kedua rerata WHZ tersebut tidak berbeda bermakna p > 0,05, sedang

analisis Mann-Whitney U digunakan pada rerata penambahan berat badan, WAZ dan

HAZ, ketiganya juga tidak berbeda bermakna p > 0,05 ( tabel 5 ). Dengan demikian

pada rerata penambahan berat badan, WAZ, HAZ serta WHZ pada kedua kelompok

suplementasi tidak menunjukkan perbedaan.

Rerata penambahan asupan protein pada kelompok suplementasi Formula

kedelai adalah 7,2 g/hari, sedangkan rerata kelompok suplementasi Formula 100

adalah 3,1 g/hari. Analisis dengan uji t independen kedua rerata tersebut berbeda

(58)

Peningkatan juga terjadi pada rerata peningkatan asupan energi, % energi dari

AKG serta % protein dari AKG pada kedua kelompok suplementasi. Pada analisis

dengan uji t independen rerata peningkatan asupan energi, % energi dari AKG serta

% protein dari AKG pada kedua kelompok suplementasi tersebut tidak berbeda

bermakna p > 0,05 ( tabel 5 ). Dengan demikian pada rerata peningkatan asupan

energi, % energi dari AKG serta % protein dari AKG pada kedua kelompok

suplementasi tidak menunjukkan perbedaan.

-1.57

-1.54 -1.41

-1.38

-1.6 -1.55 -1.5 -1.45 -1.4 -1.35 -1.3

Awal Akhir

WA

Z

Formula 100

formula kedelai

Gambar 7. Perubahan rerata WAZ awal dan akhir sebelum wash out pada kedua kelompok P = 0,00

(59)

-1.68 -1.65

Gambar 8. Perubahan rerata HAZ awal dan akhir sebelum wash out pada kedua kelompok

-0.72 -0.69

Gambar 9. Perubahan rerata WHZ awal dan akhir sebelum wash out pada kedua kelompok

Kedua kelompok suplementasi terjadi peningkatan rerata WAZ, HAZ dan P = 0,17

P = 0,48

(60)

masing-masing kelompok suplementasi menunjukkan perbedaan bermakna p < 0,05.

( gambar 7 dan 9 ), sedang rerata HAZ awal dan akhir masing-masing kelompok

suplementasi tidak menunjukkan perbedaan bermakna p > 0,05. ( gambar 8 ).

Tabel 6. Hasil analisis kai kuadrat tingkat akseptabilitas sebelum wash out

Kurang : akseptabilitas < 50 %

Baik : akseptabilitas > 50 %

Gambar 10. Perbandingan aksetabilitas formula 100 dan formula kedelai sebelum wash out.

Akseptabilitas formula 100 lebih baik dibanding formula kedelai. Pada

(61)

Pada sesi ini 47 anak berasal dari TK PGRI 44 Rogojembangan Tandang

kecamatan Tembalang mendapat formula kedelai, sedang 49 anak berasal dari TK

Pertiwi Purwosari dan TK Pertiwi Kuningan Kecamatan Semarang Utara mendapat

formula 100 selama 1 bulan , didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Gambaran antropometri sampel penelitian sesudah wash out

awal (%) akhir (%)

Tabel 8. Gambaran kelompok suplementasi sesudah wash out

(62)

HAZ awal (SD) -1,11 ± 1 -1,64 ± 0,9

Pada sesi penelitian ini pada kedua kelompok didapatkan peningkatan

pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan terjadi pada rerata penambahan tinggi

badan, berat badan, WAZ, HAZ serta WHZ pada kedua kelompok suplementasi. Pada

analisis dengan uji t independen kedua rerata HAZ tersebut tidak berbeda bermakna p

> 0,05 sedang analisis Mann-Whitney U digunakan pada rerata penambahan tinggi

Gambar

Tabel
Grafik pertumbuhan WAZ
Gambar 1 . Metabolisme asam amino dan protein.19
Tabel 1. Perbandingan mutu protein antara formula susu sapi dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Matematika adalah salah satu bentuk budaya, yang sesungguhnya telah terintegrasi pada setiap unsur kehidupan masyarakat. Budaya yang pada hakekatnya merupakan hasil

Yohanes (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan fee audit oleh kantor akuntan publik di Malang Variabel Dependen: Audit fee Variabel Independen : -Ukuran

Data yang digunakan dalam analisis wacana ini adalah dengan cara berfokus kepada pengkontruksian secara kewacanaan yang meliputi teks tulis pada teks

Saya harus bergantian menggunakan komputer atau alat kerja yang lain untuk bekerja karena fasilitas yang kurang dari perusahaan.. Saya akan melamar kerja di

Lampiran 4.SuratIzinPenelitian Dari RSUP Haji Adam Malik

mengatasnamakan agama, namun jihad memiliki ruang lingkup yang luas, seperti menafkahi keluarga, menuntut ilmu, dan lain sebagainya. Pluralisme

Coupled with the possibilities of multiple trips that are occurred in 1 day and a time-dependent on time, then the final model of garbage collection in Surabaya is the

Pejabat Pengadaan Baran/Jasa Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor