• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kes 2015 data 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Kes 2015 data 2014"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gunungkidul, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan, dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan merupakan beberapa dokumen yang memuat indikator pembangunan khususnya pembangunan dibidang kesehatan yang akan dicapai dalam suatu kurun waktu tertentu.

Profil Kesehatan disusun sebagai potret kondisi kesehatan masyarakat di wilayah Kabupaten Gunungkidul yang datanya berbasis fasilitas kesehatan (facility base data) serta data hasil survey di masyarakat (community base data) yang diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi indikator pembangunan dibidang kesehatan. Sumber data yang menjadi dasar pembuatan profil ini berasal dari laporan hasil program yang dilaksanakan oleh masing-masing bidang di Dinas Kesehatan dan laporan bulanan Puskesmas serta berbagai sumber dari Lintas Sektor terkait.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya Profil ini adalah tersajinya data dan informasi kesehatan beserta pendukungnya yang dideskripsikan dengan analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah tersajinya dan tersebarnya informasi kesehatan yang merupakan pencapaian hasil Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 dan tahun sebelumnnya.

1.3. Sistematika Penyusunan

Sistematika Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Gunungkidul ini disusun sebagai berikut:

Bab-I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang maksud dan tujuan serta sistematika penyajian profil kesehatan.

Bab-II : Gambaran Umum

(2)

ekonomi, musim dan pola penyakit serta perkembangan nilai baru (lingkungan internal dan eksternal).

Bab-III : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi tentang angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

Bab-IV : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini berisi tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.

Bab-V : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini berisi tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab-VI : Kesimpulan

(3)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Geografi

Kabupaten Gunungkidul, merupakan salah satu bagian wilayah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang secara geografis berada di bagian Tenggara dari Pemerintah Daerah DIY dan berada kurang lebih 40 km dari pusat ibukota Propinsi.

Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau 46,63% dari luas Pemerintah Daerah DIY, yang terbagi menjadi tiga wilayah menurut kondisi tanahnya yaitu :

- Zone Batu Agung di bagian utara, jenis tanah kapur dan liat/ tanah merah, ketinggian 200-700 dpl.

- Zone Ledok Wonosari di bagian tengah, jenis tanah kapur dan liat/tanah merah, ketinggian 150-200 dpl dan

- Zone Pegunungan Seribu di bagian selatan, jenis tanah kapur/batu muda, ketinggian 100-300 dpl.

Batas-batas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah : - Barat dengan Kabupaten Sleman dan Bantul, DIY. - Utara dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo, Jateng. - Timur dengan Kabupaten Wonogiri, Jateng.

- Selatan dengan Samudera Hindia.

Tipologi wilayah Kabupaten Gunungkidul berbukit-bukit, yang banyak dikenal dengan istilah Pegunungan Seribu. Pegunungan Seribu merupakan kawasan perbukitan batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah merupakan Cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini memiliki luas kurang lebih 1.485,4 km2 dengan ketinggian 150-700 m.

(4)

Gambar 2.1 : Peta Wilayah Kab. Gunungkidul

Secara administratif wilayah di Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 18 kecamatan, 144 desa. Wilayah terluas ada di Kecamatan Semanu yaitu 108,39km2 (7,3% luas Gunungkidul). Jarak Puskesmas ke ibukota Kabupaten rata-rata 15 Km, sedangkan jarak rata-rata ke ibukota Propinsi 55 Km. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1

Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi No Puskesmas Kecamatan Luas Wilayah(Km2) Ke KabJarak Jarak KeProp

1 Nglipar I Nglipar 32,68 11 50

2 Nglipar II 40,30 24 46

3 Gedangsasi Gedangsari 68,14 25 50

4 Patuk I Patuk 47,79 20 26

5 Patuk II 24,25 28 46

6 Rongkop Rongkop 95,47 35 70

7 Girisubo Girisubo 82,72 48 85

8 Ponjong I Ponjong 59,69 15 50

9 Ponjong II 44,78 23 58

10 Wonosari I Wonosari 44,44 3 40

11 Wonosari II 33,09 5 40

12 Karangmojo I Karangmojo 44,53 9 45

13 Karangmojo II 35,59 13 50

14 Panggang I Panggang 35,00 40 40

15 Panggang II 48,00 30 30

16 Purwosari Purwosari 59,34 48 40

17 Tepus I Tepus 57,84 22 58

18 Tepus II 49,85 32 65

19 Tanjungsari Tanjungsari 68,84 18 55

20 Paliyan Paliyan 66,94 16 40

21 Saptosari Saptosari 87,02 23 42

22 Ngawen I Ngawen 26,81 34 70

23 Ngawen II 13,78 59 40

24 Semanu I Semanu 55,61 7 45

25 Semanu II 52,78 10 50

26 Semin I Semin 24,32 24 60

27 Semin II 38,90 41 75

28 Playen I Playen 41,42 11 37

29 Playen II 63,84 16 37

(5)

2.2 Demografi

Berdasar data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

, jumlah penduduk Gunungkidul pada tahun 2014 sebanyak 749.447 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 375.168 jiwa dan perempuan sebanyak 374.292 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Gunungkidul sebesar 0,15 %.

Jumlah rumah tangga terdaftar sebanyak 198.601 RT dengan rata-rata jiwa per rumah tangga (family size) sebesar 3,77 jiwa yang berarti setiap rumah tangga dihuni antara 3-4 orang. Adapun rata-rata kepadatan penduduk (Man Land Ratio) di wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah sebesar 505 jiwa/km² dengan angka kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Wonosari (1.130jiwa/km²) dan terendah di wilayah Kecamatan Girisubo (272 jiwa/ km²).

Dependency Ratio penduduk Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 sebesar 53%. Dependency Ratio merupakan Perbandingan antara penduduk non produktif (belum dan tidak produktif) dengan penduduk produktif (usia 15 – 64 tahun). Berarti setiap 53 orang penduduk usia produktif (umur 14–64 tahun ) menanggung 100 penduduk usia tidak produktif. Data indikator kependudukan di Kabupaten Gunungkidul bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2.

Indikator Kependudukan Kabupaten Gunungkidul

Variabel Kependudukan 2014

Jumlah Penduduk 749.447

 Laki-laki 375.168

 Perempuan 374.292

Sex Ratio 99,99 %

Dependency Ratio 53%

Man Land Ratio/ km2 505 jiwa/km² Jumlah jiwa setiap rumah tangga 3,77 jiwa / rumah tangga Laju Pertumbuhan Penduduk 0,15 %

Sumber : BPS kabupaten Gunungkidul Tahun 2013

(6)

2.3 Sosial Ekonomi, Pendidikan dan Agama Ekonomi Penduduk

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah petani. Jenis lapangan usaha pertanian menduduki 49,22% dan selebihnya adalah industri pengolahan (8,42%), perdagangan (18,24%) serta bidang jasa (13,04%).

Laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan perekonomian suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun. Berdasar data dari BPS Kabupaten Gunungkidul, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gunungkidul cenderung naik dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan PDRB tahun 2011 sebesar 4,33% sedangkan PDRB konstan sebesar Rp 3.474.288,00. PDRB Kabupaten Gunungkidul banyak ditopang dari lapangan usaha sektor pertanian (33,84%) diikuti oleh sektor jasa yang memberikan andil 17,30% dan sektor perdagangan yang memberikan andil sebesar 14,60%.

(7)

Tabel 2.3

Konsumsi Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Lalu di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

Sumber Data : Gunungkidul Dalam Angka 2014

Konsumsi tembakau dan sirih masih cukup tinggi yang dipengaruhi oleh jumlah perokok. Konsumsi ikan masih rendah meskipun Kabupaten Gunungkidul berbatasan langsung dengan laut yang notabene merupakan penghasil ikan laut. Alokasi biaya kesehatan tergolong sangat minim dibandingkan dengan jenis konsumsi lain. Hal ini dimungkinkan karena adanya jaminan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin.

Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga (Rp.) 1. Konsumsi pangan

Padi-padian 192.145

Umbi-umbian 8.659

Ikan 32.366

Daging 45.014

Telur dan susu 51.337

Sayur-sayuran 109.469

Kacang-kacangan 50.297

Buah-buahan 36.228

Minyak dan lemak 43.656

Bahan minuman 55.588

Bumbu-bumbuan 15.316

Konsumsi lainnya 22.890

Makanan dan minuman jadi 260.081

Minuman yang mengandung alkohol

Tembakau dan sirih 90.922

1.013.968 2. Konsumsi bukan pangan

Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 224.647

Aneka barang dan jasa 143.844

Biaya Pendidikan 44.364

Biaya Kesehatan 47.439

Pakaian dan Sandang Lainnya 33.947

Barang tahan lama 67.856

Pajak, Iuran, dan Asuransi 17.454

(8)

Pendidikan dan Agama

Masyarakat yang maju sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk. Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2013/2014 memiliki jumlah sekolah dasar sebanyak 485, Madrasah Ibtidaiyah 77 dengan peserta didik yang tercatat sebanyak 51.851 murid, sedangkan jumlah siswa tercatat untuk sekolah lanjutan pertama (SLTP) sebanyak 25.203 murid.

(9)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

3.1 Umur Harapan Hidup (UHH)

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah umur harapan hidup. Demikian pula untuk mengukur indikator Indek Pembangunan Manusia (IPM) salah satu indikator yang mewakili bidang kesehatan adalah Umur Harapan Hidup (UHH). UHH di Kabupaten Gunungkidul cukup baik jika dibandingkan dengan Umur Harapan Hidup rata-rata di Indonesia.

UHH penduduk Gunungkidul pada tahun 2013 sebesar 71,36 tahun sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata UHH penduduk Gunungkidul selama tiga tahun terakhir dipaparkan pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Sumber : BPS

Rata-rata Umur Harapan Hidup Penduduk Gunungkidul menunjukkan angka dibawah rata-rata propinsi DIY tetapi masih tergolong tinggi bila dibanding dengan angka rata-rata UHH nasional.

3.2 Mortalitas

Jumlah kematian bayi di Kabupaten Gunungkidul pada Tahun 2014 sebanyak 93 kasus, menurun dibanding tahun 2013 (109 kematian) sedangkan kematian neonatus sebanyak 82 kasus. Angka Kematian Bayi masih tergolong tinggi bila dibanding dengan Kabupaten lain di DIY, walaupun telah melampaui target Nasional/MDG’s 2015 (17/1.000KH). Penyebab utama kematian bayi adalah BBLR, premature, dan asfiksia. Jumlah kematian selengkapnya bisa dilihat pada tabel 5 lampiran.

(10)

ibu 85,98/100.000 KH) menurun dibanding tahun 2013 (8 kasus). Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan dan lokasi kasus banyak terjadi di rumah sakit. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Angka Kematian Bayi dan Kematian Ibu di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 – 2014

Mortalitas Tahun

Target

2012 2013 2014

Jumlah Kematian bayi 65 109 82 Menurun

AK Bayi/1000 KH 7,7 13,53 10 Menurun

Jumlah Kematian Ibu 9 8 7 Menurun

AK Ibu/100.000 KH 107 99,28 85.98 150/100.000 KH

Sumber : Dinkes Gunungkidul

AK = Angka Kematian; KH = Kelahiran Hidup;

Gambar. 3.2

Angka Kematian Ibu (per 100.000 Kelahiran Hidup) di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005 – 2014

Sumber : Dinkes Propinsi dan Dinkes Gunungkidul

Gambar. 3.3

Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran Hidup) di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006 – 2014

(11)

Berikut ini urutan 10 besar penyakit di Kabupaten Gunungkidul yang tercatat di sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas.

Tabel 3.2

Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

No Nama Penyakit Jumlah %

1 J00 Common Cold / Nasopharingitis Akut 45.045 17,03

2 I10 Hipertensi Esensial Primer 35.040 13,24

3 J06 Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bag.Atas 27.351 10,34

4 K29 Gastritis and duodenitis 17.992 6,80

5 M25 gangguan sendi, Athralgia 14.382 5,44

6 L23 Dermatitis Kontak Alergi 13.443 5,08

7 J45 Asma 11.555 4,37

8 M79 Gangguna jaringan lunak lainnya 8.008 3,03

9 K30 Dyspepsia 7.494 2,83

10 R50 Demam yang tidak diketahui sebabnya 5.699 2,15

Sumber : Rekap LB 1 Puskesmas

Tabel 3.3 menunjukan bahwa pola penyakit degeneratif seperti Hipertensi dan Rheumatoid Arthritis ternyata semakin menggeser urutan penyakit-penyakit infeksi. Penyakit degeneratif banyak terjangkit pada golongan umur Lansia. Umur harapan hidup yang panjang dan perilaku yang tidak sehat bisa dimungkinkan ikut andil dalam meningkatnya kasus penyakti degeneratif.

Bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2010 angka Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul tercatat 12,21% (DIY sebesar 8,53%) dan penyakit sendi sebesar 39,68% (DIY sebesar 27,03%). Hal ini berarti banyak kasus penyakit sendi yang tidak berkunjung ke Puskesmas dibanding dengan Hipertensi.

3.4 Status Gizi

Ada empat masalah gizi masyarakat yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Cakupan Program Perbaikan Gizi di Kab. Gunungkidul selama 3 tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 3.3

Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG), KEP, Anemia dan BBLR di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012-2014

INDIKATOR Target(%) 2012 2013 2014

(12)

 Buruk < 1 % 0,69 0,52 0,48

 Kurang < 20 % 9,27 8,01 6,76

 Baik > 80 % 88,28 88,95 90,51

 Lebih < 3 % 1,77 2,1 2,26

2. Kurang Energi Protein (KEP)

 KEP Nyata (BGM) < 1 % 0,69 0,52 0,48  KEP Total (kurang +buruk) < 15 % 9,96 8,58 7,24 3. Anemia

 Ibu Hamil < 30 % 15,05 14,51 14,97

4. Bumil KEK < 20 % 15,33 17,43 16,38

Sumber data : Seksi Gizi, Dinkes Gunungkidul

Berdasar tabel di atas terlihat bahwa Balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 mengalami penurunan, termasuk juga gizi kurang menunjukkan angka yang lebih baik. Trend masalah gizi di Kabupaten Gunungkidul memang menunjukkan penurunan angka, namun masih perlu diwaspadai untuk gizi lebih dan masalah gizi lain diantaranya masalah gizi mikro.

(13)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.Upaya Kesehatan Ibu dan Anak 1. Upaya Kesehatan Ibu

Upaya kesehatan ibu dilaksanakan dengan sasaran utama adalah ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui. Selain itu juga pelayanan terhadap Wanita Usia Subur (WUS) terutama pelayanan kontrasepsi (KB).

Kunjungan pertama ibu hamil (K1) merupakan kontak pertama ibu hamil ke pelayanan kesehatan sedangkan K4 merupakan kunjungan minimal 4 kali ke sarana pelayanan kesehatan yaitu pada trimister satu sebanyak 1 kali, trimister dua sebanyak 1 kali dan pada kehamilan trimister ketiga sebanyak 2 kali. Cakupan program kesehatan ibu di Kabupaten Gunungkidul ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012-2014

Cakupan KIA Target 2012(%) 2013(%) 2014(%) Kunjungan ibu hamil (K1) 95% 100 100 100 Kunjungan ibu hamil (K4) 94% 92 87,9 90,3 Pertolongan persalinan oleh Nakes 90% 99,7 99,8 99,9

Pelayanan ibu nifas 84% 89,6 90,5 92.0

Ibu hamil resiko tinggi ditangani 74% 99,2 82,0 74,9 Peserta KB aktif (PUS) 81% 79,2 78,1 79,0

Sumber data : Dinkes Gunungkidul

Cakupan kunjungan ibu hamil ke sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan selama tiga tahun terakhir hampir mendekati angka 100% yang artinya, sudah sangat jarang pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun.

Peserta KB aktif Tahun 2014 mengalami sedikit penurunan dibanding tahun sebelumnya. Pasangan usia subur menjadi sasaran dalam kepesertaan KB aktif. Dalam pelaksanaan program KB, fungsi Puskesmas adalah sebagai pelayanan pemasangan alat kontrasepsi sedangkan ketersediaan alkon menjadi tanggung jawab Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP-KB).

(14)

a. Pelayanan Kesehatan Neonatus, Bayi dan Balita

Sasaran pelayanan kesehatan anak diantaranya adalah neonatus (umur 0 - 28 hari), bayi (0-12 bulan), Balita dan anak pra-sekolah. Pelayanan dilaksanakan melalui kegiatan preventif, promotif dan kuratif.

Pelayanan kesehatan Balita dan anak pra-sekolah biasa dilakukan dengan kegiatan Deteksi Tumbuh Kembang Balita (DTKB) yang dilaksanakan pada anak Balita dan anak pra-sekolah (PAUD). Hasil DTKB yang mengalami kelainan/gangguan kesehatan bisa dirujuk ke Puskesmas maupun Rumah Sakit.

Hasil kegiatan upaya pelayanan kesehatan anak ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2

Cakupan Program Kesehatan Anak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012-2014

Cakupan KIA 2012 (%)

2013 (%)

2014 (%)

Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 99,9 99 99,5

Kunjungan Neonatus 3 kali (KN

lengkap) 91,7 92,4 94,5

Kunjungan Bayi 95,2 94 91,75

Bayi diberi ASI ekslusif 44,8 56,5 59,5

Pelayanan anak Balita 81,0 91,4 90,0

Sumber data : Dinkes Gunungkidul

Kunjungan neonatus menunjukkan angka yang cukup bagus pada Tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan dibanding Tahun 2013.

Hasil pelayanan kesehatan anak diantaranya, kunjungan bayi minimal 4 kali pada tahun 2014 mengalami penurunan dibanding dua tahun sebelumnya.

b. Pelayanan Anak Usia Sekolah (SD/MI)

(15)

Sasaran program imunisasi meliputi bayi, anak sekolah dan ibu hamil serta calon pengantin. Sebagai sasaran utama adalah bayi dengan indikator Desa dengan UCI (Universal ChildImunization) merupakan target yang akan dicapai dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Desa UCI adalah desa dengan cakupan imunisasi dasar >97%. Imunisasi dasar terdiri dari imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatisis B dengan sasaran utama adalah bayi. Cakupan Desa dengan UCI di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 telah mencapai 100%.

Cakupan imunisasi dasar pada tahun 2014 yang dilaksanakan di Puskesmas dan jaringannya untuk DPT1 + HB1 (98,9%), DPT3 + HB3 (98,9%) dan Campak (98,2%) dengan drop out rate (0,70%). Sedangkan untuk BCG (99%). Cakupan imunisasi pada tahun 2014 mengalami peningkatan. Hal ini dimungkinkan karena kelengkapan dan ketepatan laporan dari sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang semakin baik. berdasar data dari Puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Gunungkidul

Jenis Imunisasi yang dilakukan pada ibu hamil adalah tetanus toksoid (TT). Cakupan TT2+ pada ibu hamil pada tahun 2014 di Kabupaten Gunungkidul sebesar 91.5%.

.

PEMBERANTASAN PENYAKIT 1. Pemberantasan Penyakit Menular a. Demam Berdarah (DB)

(16)

Kasus yang ditemukan sebagian berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas. CFR 4,2%.

Jumlah kasus penyakit Demam Berdarah di Kabupaten Gunungkidul mengalami fluktuasi pada tiap tahun. Berdasar data dari hasil pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul selama sepuluh tahun terakhir, fluktuasi kasus tertinggi terjadi di tahun 2010 (974 kasus) sedangkan gambar grafik menunjukkan pola peningkatan kasus pada setiap 3 tahun. Data selengkapnya tersaji dalam gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2

Jumlah Kasus dan Kematian Demam Berdarah Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004-2014

Sumber : Dinkes Kabupaten Gunungkidul

Berdasar gambar 4.2 terlihat bahwa, terjadinya kenaikan jumlah kasus DB di Kabupaten Gunungkidul yang sangat mencolok pada tahun 2010 dan turun drastis pada Tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014. Peningkatan kasus maupun penurunan kasus mengindikasikan adanya peran dari terdapatnya vector (nyamuk aedes aegypti), dan virus penyebab penyakit DBD (virus Dengue) serta perilaku masyarakat yang tidak sehat atau mungkin juga pemberantasan sarang nyamuk yang kurang berhasil. Pola penyakit yang tidak menentu ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

(17)

Melihat gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, pola kasus menurut waktu (bulan) untuk penderita DBD di Kabupaten Gunungkidul ternyata kenaikan

bermakna terjadi pada Bulan Desember dan Januari.. Dengan demikian, pada bulan-bulan tersebut perlu diwaspadai terjadinya KLB.

Kasus DBD sangat erat kaitannya dengan curah hujan. Selain itu, masalah lingkungan, mobilisasi penduduk yang tinggi, serta kepadatan penduduk juga sangat berperan dalam proses penularan penyakit Demam Berdarah.

b. Malaria

Pada Tahun 2014 dan selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Gunungkidul tidak ditemukan kasus baru penyakit Malaria. Berbeda dengan tahun 2010 yang ditemukan sebanyak 4 kasus yang tersebar di Kecamatan Karangmojo, Panggang dan Tepus. Kasus Malaria yang ada di Kabupaten Gunungkidul hampir semua adalah import dari daerah lain.

Walaupun tidak ditemukan kasus Malaria, namun kegiatan surveilans penyakit menular tetap dilaksanakan, karena mobilitas penduduk yang berasal dari daerah kasus Malaria maupun tempat perindukan nyamuk Malaria masih memungkinkan timbulnya kasus baru di Gunungkidul.

e. Kusta

(18)

Pada tahun 2014 tercatat ada 16 penderita Kusta yang meliputi jenis Kusta Multi Basiler (MB) atau Kusta basah sebanyak 16 kasus dan Pousi Basiler (PB) atau Kusta kering sebanyak 0 kasus. Angka prevalensi per 10.000 penduduk sebesar 0,2. Berdasar jenis kelamin, ternyata kasus Kusta lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki.

Jumlah penemuan Kusta baru untuk jenis MB tahun 2014 berdasar jenis kelamin, ternyata didominasi oleh jenis kelamin laki (14 kasus laki-laki dan 2 kasus perempuan).

Pencarian penderita diantaranya melalui kegiatan kontak survey di keluarga penderita dan case survey yang dilaksanakan di masyarakat umum melalui kegiatan mini LEC dengan mengumpulkan masyarakat serta penjaringan penderita yang datang ke Puskesmas. Gambaran kasus baru ditemukan di Kabupaten Gunungkidul selama lima tahun terakhir sebagai berikut:

f. TBC-Paru

Penanggulangan TBC-Paru merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam target Mellenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Penanggulangan penyakit TBC di Kabupaten Gunungkidul dilaksanakan dengan berbagai program yang melibatkan sarana pelayanan kesehatan pemerintah, sarana kesehatan swasta dan masyarakat umum. Prioritas program TBC-paru adalah pada golongan umur >15 tahun dengan hasil pemeriksaan laboratorium dahak dengan BTA (+). Namun demikian, bila ditemukan kasus TB pada anak tetap harus ditangani.

(19)

sebanyak 98 kasus, atau Case Detection Rate untuk BTA (+) tahun 2014 sebesar 4,90% naik dibanding tahun sebelumnya. Angka penemuan ini masih jauh dibawah target nasional.

Dari 299 penderita TBC yang diobati pada tahun 2014, 249 penderita dinyatakan sembuh (83,28%) dengan Angka kesuksesan pengobatan (success rate) sebesar 89,97%

Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB dengan BTA (+) yang sembuh setelah selesai masa pengobatan. Atau hasil pengobatan pada akhir fase pengobatan lanjutan (2 bulan pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan) diperiksa dahaknya bila negatif dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa diperiksa dahaknya maka dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka kesembuhan yang baik adalah bila >85 %. Diperoleh angka kesembuhan pengobatan penderita sebesar 86% dari target >85%. Angka kesembuhan yang kurang dari target mengindikasikan suatu kegagalan dalam pengobatan sehingga berpotensi menimbulkan drop out ataupun resisten terhadap obat TB.

Error rate yaitu dengan menghitung tingkat kesalahan baca pemeriksaan laboratorium sebagai pemantauan mutu pemeriksaan dahak. Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide secara mikroskopis langsung laboratorium pemeriksa pertama. Standart error rate adalah < 5 %. Error rate tahun 2014 sebesar 4 %.

Cakupan indikator program TBC Paru di Kabupaten Gunungkidul selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 4.3

Pencapaian Indikator Program TBC-Paru di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 – 2014

No. Indikator Pencapaian 2012( %) 2013( %) 2014(%)

1 Case Detection Rate (CDR) Target 70 70 70

Realisasi 35,27 42,45 44

2 Conversion Rate Target 80 80 84

Realisasi 80,70 86 86

3 Cure rate Target 85 85 85

Realisasi 69,13 77,04 77

4 Error Rate Target < 5 < 5 < 5

Realisasi 4,72 2,79 4

5 Sukses Rate Target > 85 > 85 > 85

(20)

Hasil capaian indikator program TB tahun 2014 rata-rata terjadi kenaikan kearah yang lebih baik dari pada tahun sebelumnya.

Pengobatan terhadap penderita TBC-Paru diberikan secara cuma-cuma melalui obat program TB dari Pusat. Keteraturan minum obat pada penderita TB sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan penyakit TBC.

g. Penyakit HIV-AIDS

Penyakit HIV-AIDS muncul pertama di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2005 (1 orang) dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Jumlah kasus HIV-AIDS di Gunungkidul yang tercatat pada tahun 2014 sebanyak 34 orang dengan kasus AIDS (15 orang) lebih kecil dibanding kasus HIV (19 orang) dan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 0 kasus. Data ini menunjukkan bahwa pasien HIV-AIDS datang ke sarana pelayanan kesehatan sebagian besar sudah dalam keadaan terlambat.

Sebagian besar penderita telah mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit sedangkan pemantauan tetap dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan beserta petugas Puskesmas di lokasi penderita.

Dari analisa data kelompok resiko tinggi penularan HIV-AIDS diketahui bahwa, penyebaran HIV-AIDS banyak diakibatkan oleh perilaku yang tidak sehat yang cenderung dilakukan oleh : PSK, homosek, pencandu narkoba. Pada perkembangannya, saat ini penyakit HIV-AIDS ternyata juga banyak ditemukan pada ibu rumah tangga. Hal ini juga dimungkinkan akibat tertular dari suami pengidap HIV-AIDS.

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit HIV-AIDS ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul beserta masyarakat dan swasta melakukan beberapa langkah, antara lain:

- Melakukan KIE kepada masyarakat terutama kepada kelompok RISTI. - Penyululan melalui kegiatan ABAT (Aku Bangga Aku tahu)

- Survielans HIV dengan kegiatan serro survey, untuk memantau perkembangan kasus termasuk penyebarannya.

- VCT di RSUD Wonosari

- Pendampingan bagi pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), termasuk rujukan.

(21)

i. PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi)

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas antara lain : Diptheri, Portusis, Tetanus Neonatorum, Campak, Hepatitis B dan Polio.

Pada Tahun 2014 diKabupaten Gunungkidul ditemukan kasus AFP (acut flacid parallisys) sebanyak 3 kasus, dan tidak ditemukan kasus campak, diptheri maupun tetanus neonatorum.

2. Penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular banyak diderita oleh penduduk golongan umur Lansia. Penyakit tidak menular pada tahun 2014 di Kabupaten Gunungkidul diantaranya adalah: Hipertensi Primer, Gastritis, Asma, Rheumatoid Arthritis, Gangguan sendi/Athralgia, Gastritis, dan Gangguan lain pada jaringan otot. Penyakit tidak menular lain yang harus diwaspadai dan jumlah penderita semakin terlihat mencolok adalah gangguan jiwa.

4.3.PENYEHATAN LINGKUNGAN

1. Jamban Keluarga.

Sanitasi dasar berkaitan dengan kepemilikan jamban keluarga, kepemilikan saluran pembuangan air limbah, tempat sampah maupun penggunaan air bersih. Jenis kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari sarana jamban komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung. Jenis leher angsa dan cemplung menduduki urutan tinggi dibanding jenis jamban yang lainnya.

(22)

Gambar 4.5

Jumlah Jamban menurut Jenis Jamban yang Digunakan Keluarga di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

berdasar gambar di atas menunjukkan bahwa semakin banyak rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar berupa WC (Water Closed) berjenis leher angsa mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menggunakan fasilitas tempat buang air besar yang lebih sehat semakin meningkat.

Berdasar hasil survey BPS (2010) disebutkan bahwa rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul yang menggunakan kloset berjenis leher angsa mencapai 65,23%. Angka ini merupakan persentase terendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota se DIY.

3. Sarana Air Bersih dan Sumber Air yang Digunakan

Sumber air bersih dan air minum penduduk di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan (PAH), mata air dan air dalam kemasan. Berdasar hasil kegiatan kesehatan lingkungan pada tahun 2014 diperoleh angka sebagai berikut :

Tabel 4.4

Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Keluarga di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

No Jenis Sumber Air Jumlah Sarana

1 Sumur Gali 47.246

2 Sumur Bur dengan pompa 462

3 Terminal air 1.720

4 Mata Air 4.272

5 Penampungan Air Hujan (PAH) 39.542

6 Perpipaan 64.697

Sumber : Seksi penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Gunungkidul

(23)

Berdasar data dari BPS (2010) yang menyebutkan bahwa sumur merupakan sumber air minum yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga adalah sumur (43,36%) sedangkan yang lain rata-rata menggunakan sumber air dari air hujan (17,50%), ledeng (14,09)% dan mata air (13,76%).

2. Rumah Sehat dan Tempat Umum Sehat

Rumah sehat dan tempat-tempat umum sehat merupakan salah satu indikator dasar dari program kesehatan lingkungan. Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan di Gunungkidul berdasar data yang peroleh dari Puskesmas disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Rumah Sehat, TTU dan TPM Sehat di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

No Jenis Sarana (target 60%) 2014

1 Rumah Sehat 67,08%

2 Tempat-tempat Umum sehat

(sarana pendidikan, kesehatan, hotel) 88,7%

3 Tempat Pengelolaan Makanan

(Restoran/Warung Makan/makanan jajanan)

49,49%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Gunungkidul

Cakupan rumah sehat di Kabupaten Gunungkidul pada Tahun 2014 meningkat dibanding tahun sebelumnya, tetapi masih menunjukan angka kurang dari target yang diharapkan. Perumahan penduduk pada umumnya berkelompok. Jenis bangunan rumah penduduk umumnya berupa bangunan perumahan yang permanen/tembok, dan sebagian semi permanen.

Tempat-tempat umum yang terdiri dari sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel yang memenuhi syarat kesehatan menunjukkan angka yang lebih baik dibanding rumah sehat. Sedangkan untuk tempat pengelolaan makanan yang sehat masih jauh dari yang diharapkan.

4.5 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Bayi, Balita dan ibu hamil/nifas merupakan kelompok sasaran yang sangat rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan, sehingga program perbaikan gizi masyarakat banyak diarahkan pada kelompok tersebut.

(24)

untuk anak umur 6 – 24 bulan, pemberian PMT untuk ibu hamil Kurang Energi kronis (KEK) pemberitan Vit A, Fe dan Kapsul Iodium.

Pemberian Vitamin A pada Balita diberikan pada dua tahap, yaitu pada Bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi Vitamin A banyak dilakukan melalui Posyandu. Cakupan pemberian Fe kepada ibu hamil sangat berkaitan dengan banyaknya kasus anemia yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Bentuk pemberian Fe untuk ibu hamil/nifas berupa TTD (tablet tambah darah).

Pemberian ‘ASI Thok’ selama 6 bulan pertama pada bayi berkaitan dengan perilaku ibu dan keluarga. Intervensi yang dilakukan di bidang kesehatan lebih mengarah ke KIE (komunikasi, edukasi dan informasi). Data selengkapnya sebagai berikut:

Tabel 4.6

Cakupan Pemberian Vit. A, Fe3 dan ASI Eksklusif di Kabupaten Gunungkidul tahun 2012-2014

Intervensi Gizi 2012 (%)

2013 (%)

2014 (%)

Cakupan Pemberian Vit. A pada :

 anak Balita (1-4 tahun) 100 100 100

Cakupan Bumil mendapat tablet Fe

 Fe 3 92,89 86,82 90,22

Cakupan ASI Eksklusif

44,8 56,5 59,5

Sumber : Seksi Gizi, Dinkes Gunungkidul

Cakupan pemberian Vitamin A pada Balita dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang bagus. Cakupan pemberian Fe3 menunjukkan angka yang semakin meningkat tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari hasil Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang dilakukan oleh petugas/Bidan Puskesmas. Cakupan pemberian Fe yang masih rendah perlu diwaspadai adanya peningkatan angka anemia pada ibu hamil apabila kecukupan gizi ibu hamil kurang diperhatikan.

Cakupan ASI eksklusif yaitu ‘ibu hanya memberikan ASI saja sampai dengan umur 6 bulan (E6)’ atau ‘ASI Thok’, selama tiga terakhir menunjukkan angka ke arah lebih baik.

4.6 PELAYANAN FARMASI

(25)

penyimpanan, pemakaian dan distribusi obat, serta pemusnahan obat kadaluwarsa.

Dalam hal kecukupan obat di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) menurut jenisnya prioritas utama adalah memenuhi obat esensial, termasuk didalamnya obat program, dan obat generik. Capaian pemenuhan obat di Puskesmas secara rata-rata pada tahun 2014 telah mencapai >90%, namun menunjukkan angka yang sangat bervariasi antar jenis obat.

4.7. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN a. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan

1. Akses Pelayanan Kesehatan Bagi Gakin

Pelayanan kesehatan di Kabupaten Gunungkidul bisa diakses oleh masyarakat miskin maupun non miskin yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Gunungkidul maupun di berbagai wilayah sekitar Gunungkidul/daerah perbatasan.

Masyarakat miskin yang bisa mengakses pelayanan kesehatan di instansi pemerintah adalah mereka yang terdaftar dalam Jamkesmas sebanyak 442.720 jiwa. Bagi masyarakat miskin yang tidak tercakup dalam Jamkesmas, maka melalui APBD Pemerintah Daerah DIY telah disediakan dana Jamkesos (86.612 jiwa) dan sejak akhir tahun 2011 di Kabupaten Gunungkidul telah dikembangkan Jaminan Pelayanan Kesehatan Semesta (Jamkesta) yang disediakan melalui dana APBD kabupaten. Sarana pelayanan yang kerjasama dengan Jamkesta adalah Puskesmas dan beberapa rumah sakit di wilayah DIY. Jumlah kepesertaan jaminan kesehatan masyarakat Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dapat disajikan pada gambar berikut:

Gambar 4.6

2. Kunjungan Puskesmas

(26)

Kunjungan rawat jalan Puskesmas meliputi kunjungan aktif dan pasif. Kunjungan aktif dilakukan Puskesmas melalui kegiatan Puskesmas Keliling yang biasanya dipadukan dengan kunjungan ke Posyandu Balita, Posyandu Usila, atau di Pos-pos tertentu yang telah ditentukan misalnya pos pelayanan kesehatan di Pasar, Rumah tahanan, sekolah dan sebagainya. Kunjungan pasien rawat jalan Puskesmas pada tahun 2014 sebanyak 890.174 kunjungan, naik dibanding tahun 2013 (602.176 kunjungan), dan tahun tahun 2012 (724.798 kunjungan).

Kunjungan Rawat Inap

Jumlah pasien rawat inap di Puskesmas pada tahun 2013 sebanyak 4.422 pasien, naik dibanding tahun 2012 (3.449 pasien). Pasien rawat inap Puskesmas di Kabupaten Gunungkidul diperoleh data BOR yang sangat kecil. Hal ini bukan berarti semua puskesmas jumlah pasiennya kecil, melainkan ada sebagian Puskesmas dengan rawat inap kurang optimal penggunaanya dan juga ada 2 Puskesmas rawat inap yang dalam kondisi sedang diadakan rehab berat.

Jumlah pasien yang dirawat di rawat inap di tiga Rumah Sakit Di Gunungkidul (RSUD Wonosari, RSU Pelita Husada, RSU Nurrohmah) pada tahun 2013 dan keluar baik hidup maupun mati sebanyak 17.144 atau turun dari tahun 2012 (24.960 pasien) dan hampir sama dibanding tahun 2011 (17.390 pasien) dengan kunjungan terbesar terdapat pada RSUD Wonosari dengan Bed Occupancy Rate (BOR) di RSUD Wonosari sebesar 86,11% yang mendekati angka batas maksimal yang ditargetkan (85%), sedangkan BOR di RS Nur Rohmah sebesar 54,88% dan RS Pelita Husada sebesar 37,40%.

b. Mutu Pelayanan

(27)

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 5.1 SARANA KESEHATAN

Sarana Kesehatan merupakan input bagi berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan meliputi : sarana kesehatan yang dimiliki pemerintah, sarana kesehatan bersumberdaya masyarakat dan sarana kesehatan swasta.

Sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Gunungkidul telah tersebar di seluruh kecamatan. Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang ada di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 30 Puskesmas dan 110 Puskesmas Pembantu. Dari 30 Puskesmas tersebut, 14 diantaranya merupakan Puskesmas dengan pelayanan rawat inap dan 16 Puskesmas non perawatan dengan pelayanan persalinan normal. Sarana Kesehatan pemerintah yang dimiliki pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dan BUMN tidak ada di Gunungkidul.

Selain sarana pelayanan kesehatan pemerintah, di wilayah Kabupaten Gunungkidul juga telah banyak berdiri sarana pelayanan kesehatan swasta yang meliputi: Rumah Sakit swasta, Balai Pengobatan (BP), Bidan Praktek swasta (BPS), Rumah Bersalin (RB) dan dokter praktek. Juga sarana kesehatan penunjang seperti : apotik, laboratorium klinik, dan optical.

Sarana kesehatan yang bersumberdaya masyarakat meliputi Polindes dan Posyandu (1.465 Posyandu).

5.2 TENAGA KESEHATAN

(28)

Kecukupan tenaga dokter spesialis perbandingannya adalah 4,7 dokter spesialis/100.000 penduduk. Rasio dokter yaitu 14,40 dokter/100.000 penduduk. Rasio dokter gigi yaitu 5,29 dokter gigi/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter yang terhitung merupakan dokter yang bekerja di RSUD Wonosari dan yang bekerja di Puskesmas. Rasio dokter dan dokter gigi menurun dibanding tahun sebelumnya karena adanya beberapa dokter yang pindah dari Gunungkidul sementara belum ada penggantinya.

Paramedis terdiri dari paramedis perawatan dan non perawatan. Paramedis perawatan meliputi bidan dan perawat, sedangkan paramedis non perawawatan meliputi tenaga gizi/nutrisionis, sanitarian, farmasi. Rasio tenaga perawat pada tahun 2014 di Kabupaten Gunungkidul yaitu 58,49 perawat/100.000 penduduk. Rasio Bidan yaitu 48,36 bidan/100.000 penduduk. Rasio tenaga perawat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. hal ini karena banyaknya perawat yang pensiun, tetapi sudah beberapa tahun terakhir tidak ada recrutment pegawai. Data Rasio tenaga paramedis selengkapnya terdapat pada lampiran tabel 74-76.

Tenaga kefarmasian di Puskesmas belum mencukupi (baru 26 Puskesmas) dan belum ada yang berlatar pendidikan tenaga Apoteker. Rasio tenaga kefarmasian terhadap 100.000 penduduk di Kabupaten Gunungkidul sebesar 6,91 orang/100.000 penduduk.

Tenaga Gizi menjadi hal penting dalam penyelenggaraan program perbaikan gizi masyarakat di wilayah Puskesmas. Pemenuhan tenaga nutisionis di Puskesmas Kab. Gunungkidul masih belum memenuhi target (baru ada 27 Puskesmas yang ada tenaga nutrionis dari 30 Puskesmas).

Pemenuhan tenaga kesehatan menjadi agenda dalam upaya pencapaian target-target program pembangunan kesehatan seperti yang tercantum dalam target RPJM maupun target SPM Bidang Kesehatan dan target program maupun kegiatan.

5.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN

(29)

Alokasi anggaran terbesar untuk biaya kesehatan berasal dari APBD Kabupaten (83,14%) dan hampir setengah biaya tersebut dipergunakan untuk gaji pegawai/Belanja tidak langsung. Sumber dana berikutnya adalah APBN yang terdiri dari dana dekonsentrasi yang diberikan melalui Provinsi, dana Jamkesmas (APBN) dan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) melalui dana tugas pembantuan (APBN).

Walaupun demikian, pembayaran langsung dari masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dikenal dengan out of pocket payment (OOP) tentu juga tidaklah sedikit.

5.4 SUMBER DAYA KESEHATAN LAINNYA. 1. Posyandu

Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan bisa kita lihat antara lain dari kegiatan Posyandu. Posyandu yang ada di masyarakat adalah Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Kegiatan Posyandu yang banyak dilakukan di masyarakat adalah penimbangan Balita yang didukung dengan program peningkatan Gizi berupa pemberian makanan tambahan (PMT). Penjaringan kasus gizi buruk pada Balita banyak ditemukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu. Selain itu kegiatan pemberian Vitamin A dan Fe juga banyak disalurkan melalui Posyandu.

Jumlah Posyandu Balita aktif yang terdaftar di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 sebanyak 1.285 Posyandu dari 1.465 Posyandu yang ada (87,71%).

Posyandu menurut strata dikelompokkan menjadi 4 strata meliputi Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Tingkatan perkembangan Posyandu yang menjadi harapan adalah tingkat Purnama atau Mandiri dimana cakupan kegiatan Posyandu sudah mencapai > 50 % (KIA, KB, Imunisasi, cakupan D/S). Selain itu masih ada indikator tambahan lain yaitu adanya program tambahan dan dana sehat. Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(30)

Gambar 5.1

Strata Posyandu di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

2. Desa Siaga

(31)

BAB VI KESIMPULAN

1. Kondisi Umum Daerah

Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah pegunungan yang berbukit-bukit dengan luas wilayah hampir setengah dari luas DIY(46,63%). Secara administratif wilayah Gunungkidul terbagi menjadi 18 kecamatan dan 144 desa. Mata pencaharian penduduk yang sebagian besar adalah petani yang mengandalkan pengolahan tanah pertanian dengan air hujan.

2. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Gunungkidul (71,04 tahun). Angka tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata nasional tetapi masih dibawah angka rata-rata Pemerintah Daerah DIY.

3. Angka Kematian ibu dan bayi

Angka kematian ibu pada tahun 2014 sebesar 7/100.000 KH dan Angka Kematian Bayi sebesar 10/1.000 KH. Angka kematian ibu terjadi penurunan dibandng tahun selemumnya sedangkan angka kematian bayi juga mengalami penurunan.. Angka kematian ibu dan kematian bayi di Kabupaten Gunungkidul masih termasuk tinggi dibanding rata-rata di DIY tetapi tetapi masih dibawah angka Nasional.

4. Angka Kesakitan

Dominasi penyakit yang terjangkit pada penduduk Kabupaten Gunungkidul adalah Common Cold/nasopharing akut disusul dengan Hipertensi. Data menunjukkan bahwa pola penyakit infeksi semakin tergeser oleh penyakit non infeksi/penyakit degeneratif.

5. Status Gizi

Persentase gizi buruk pada Balita di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 sebesar 0,48% sedangkan Gizi kurang sebesar 6,76%. Angka gizi buruk sudah mencapai target dibawah standar nasional yaitu kurang dari 1%. Angka Gizi Buruk di Kabupaten Gunungkidul mengalami penurunan, demikian pula Angka Gizi Kurang juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

(32)

Cakupan kunjungan ibu hamil K1 (100%) dan K4 (90,34%) sudah cukup bagus, tetapi untuk K4 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 99,93% dan pelayanan ibu nifas sebesar 91,99%. Cakupan pelayanan kesehatan ibu pada tahun 2014 tidak banyak mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

7. Upaya Kesehatan Anak

Cakupan bayi diberi ASI ekslusif pada tahun 2013 (59,46%) dan cakupan pelayanan anak Balita (90,0%) menurun dibanding tahun sebelumnya, tetapi kunjungan bayi dan kunjungan Neonatus sedikit mengalami kenaikan.

8. Imunisasi

Cakupan imunisasi dasar di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 menunjukkan kenaikan angka dibanding tahun sebelumnya, sedangkan Desa UCI (Universal Child Imunization) bisa mencapai angka 100% .

9. Pelayanan Pengobatan/perawatan

Angka kunjungan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Kunjungan Puskesmas dan RSU didominasi oleh pasien maskin yang ditanggung oleh jaminan kesehatan (Jamkesmas, Jamkesos dan Jamkesta)

10. Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit menular yang tepantau di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 meliputi: DBD, Malaria, Diare, Kusta, TBC Paru, HIV-AIDS, Filariasis, AFP, Flu burung, dan ISPA khususnya Pneumonia.

 Kasus DBD di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 (379 kasus) dengan jumlah kematian kasus seabnyak 2 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2014 meningkat dibanding tahun sebelumnya.

 Jumlah penemuan penderita baru TBC dengan BTA (+) pada tahun 2014 sebanyak 98 kasus, terjadi penurunan dibanding tahun 2013.

(33)

 Penemuan kasus penyakit Kusta menunjukkan angka yang hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

11. Penyehatan Lingkungan

Jenis jamban yang digunakan oleh penduduk Gunungkidul sebagian besar adalah jamban leher angsa dan amban cemplung, sedangkan sarana air bersih yang banyak digunakan adalah jenis sarana berupa sumur gali dan Penampungan Air Hujan (PAH).

Cakupan rumah sehat tahun 2014 sebesar 67,08%, tidak banyak mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.

12. Perbaikan Gizi Masyarakat

Cakupan pemberian Vit A pada Balita di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 menunjukkan angka 100% dan pemberitan Fe 3 pada ibu hamil sebesar 90,22%. Terjadi peningkatan cakupan pada pemberian ASI Eksklusif pada tahun 201 (59,5%).

13. Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi berupa obat dan bahan medis habis pakai ke seluruh Puskesmas menunjukkan angka cukup bahkan terjadi sisa stok yang masih banyak pada beberapa jenis obat. Hal ini juga dipengaruhi adanya penurunan jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas pada tahun 2014.

14. Akses dan Mutu Pelayanan

Akses pelayanan kesehatan dari segi biaya untuk penduduk Gunungkidul tahun 2014 bisa difasilitasi dari Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesta, dan BPJS.

Peningkatan mutu pelayanan Puskesmas diterapkan dengan system Puskesmas ISO di lima Puskesmas dan system manajemen mutu di di beberapa Puskesmas.

15. Sumberdaya Kesehatan

Sumberdaya kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia, sarana prasarana dan dana.

(34)

Demikian secara umum gambaran program pembangunan kesehatan di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014. Banyak hal yang belum tersajikan pada lampiran guna memberikan gambaran pembangunan kesehatan yang lebih detil karena keterbatasan data yang tersedia. Dari serangkaian data profil kesehatan Gunungkidul yang disajikan dapat diringkas bahwa derajad kesehatan masyarakat Gunungkidul yang ditunjukkan dengan indikator pokok : UHH, AKI, AKB dan status gizi menunjukkan angka derajat kesehatan masyarakat yang cukup baik. Namun Kabupaten Gunungkidul masih tetap harus waspada pada beberapa capaian kesehatan tertentu di luar indikator pokok, maupun indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan indikator MDGs (Milenium Development Goals ).

(35)

Gambar

Tabel 2.1 Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi
Tabel 2.2.Indikator Kependudukan Kabupaten Gunungkidul
Tabel 2.3Konsumsi Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Lalu
Gambar. 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi lokasi penelitian Kedalaman Tutupan substrat dasar Vegetasi dasar perairan Vegetasi di tepian danau Keterangan lain Zona 1.. Dinding tepian danau berupa

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan etnografi pada materi geometri yang menjadi salah satu konten dari PISA.Tujuan dari penelitian ini untuk

Dari latar belakang diatas, peniliti tertarik untuk meneliti peran komunitas Naked Wolves Indonesia Chapter Bhupar untuk pengembangan bisnis yang dilakukan oleh Arcapada

persalinan berlangsung dengan sendirinya atau timbul indikasi untuk mengakhiri kehamilannya (Saifuddin, 2014). Penatalaksanaan postdate dalam persalinan antara lain adalah

o Mahasiswa yang tidak heregistrasi dan tidak mengajukan cuti kuliah tetap berkewajiban membayar SPP sesuai dengan ketentuan mahasiswa aktif (dianggap cuti tanpa izin), dan

83 Perdagangan Pasar Tradisional 84 Perdagangan Penjual Alat-alat mesin 85 Perdagangan Penjual ikan asin 86 Perdagangan Penjual roti 87 Perdagangan Penjual sayuran 88

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Pemeriksaan visus, pemeriksaan funduskopi untuk melihat pembuluh darah, pemeriksaan lainnya untuk pemeriksaan penyakit sistemik.. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan akan