• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDRB Kab Mimika 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PDRB Kab Mimika 2014"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK DOMESIK REGIONAL

BRUTO

KABUPATEN MIMIKA

GROSS REGIONAL

DOMESTIC PRODUCT

OF MIMIKA REGENCY

(2)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KABUPATEN MIMIKA 2013

Gross Domestic Regional Product of Mimika Regency 2012

Nomor Katalog / Catalog Number : 6340.9412

I S S N :

Nomor Publikasi / Publication Number : 9412.1401

Ukuran Buku / Book Size : x 2 cm

Jumlah Halaman / Number of Page : ix + 102 halaman / pages

Naskah / Editor :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika

BPS - Statistics of Mimika Regency

Gambar Kulit / Art Designer :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika

BPS - Statistics of Mimika Regency

Diterbitkan Oleh / Published by :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika

BPS - Statistics of Mimika Regency

Dicetak / Printed by :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika

BPS - Statistics of Mimika Regency

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

(3)

BUPATI MIMIKA

SAMBUTAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika menyambut baik atas terbitnya

publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Mimika

Tahun 2012 yang merupakan kerjasama BAPPEDA Kabupaten Mimika

dengan BPS Kabupaten Mimika.

Publikasi ini sangat penting dan bermanfaat untuk perencanaan

maupun untuk mengevaluasi hasil pembangunan yang ingin dicapai.

Dalam publikasi ini disajikan nilai PDRB menurut lapangan usaha, PDRB

per kapita, dan kontribusi tiap sector serta laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Mimika selama periode 2009-2013.

Harapan kami agar data ini dapat terus dikembangkan sehingga

dapat menjadi bahan acuan dan petunjuk yang berharga untuk

perencanaan pembangunan pada masa yang akan dating. Semoga

publikasi ini bermanfaat bagi kita semua.

Timika, Oktober 2014 Bupati Mimika

(4)

KATA PENGANTAR

Untuk perencanaan, evaluasi dan menentukan kebijaksanaan

pembangunan suatu daerah, dibutuhkan berbagai data statistik. Salah satu

diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Dalam rangka memenuhi kebutuhan data PDRB tersebut, BPS

Kabupaten Mimika telah menghitung dan menyusun Produk Domestik

Regional Bruto tahun 2013. Publikasi ini memuat angka PDRB menurut

lapangan usaha, PDRB perkapita, serta laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Mimika Tahun 2009-2013.

Perhitungan PDRB ini terwujud berkat kerjasama antara BPS

Kabupaten Mimika dengan BAPPEDA Kabupaten Mimika. Diharapkan

bahwa publikasi ini akan banyak membantu berbagai pihak, terutama

BAPPEDA, Pemerintah Daerah Mimika, dan instansi lainnya baik

pemerintah maupun swasta, untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan

di daerah Kabupaten Mimika.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu kami ucapkan

banyak terimakasih. Semoga publikasi ini bermanfaat.

Timika, Oktober 2014

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika

(5)

Kepala, KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Mimika Tahun 2013, merupakan lanjutan publikasi sebelumnya, yang disusun oleh BPS Kabupaten Mimika, bekerja sama dengan BAPPEDA Kabupaten Mimika.

Publikasi PDRB disamping menyajikan angka pertumbuhan ekonomi juga menyajikan data perkembangan nilai tambah yang ditimbulkan oleh setiap sektor maupun sub sektor kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Mimika, sehingga akan membantu pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan ekonomi.

Disadari bahwa dalam proses penghitungannya masih terhambat dengan keterbatasan data yang dimiliki oleh dinas/instansi terkait. Usaha perbaikan dan penyempurnaan terus diupayakan sehingga kualitas data PDRB secara bertahap dapat ditingkatkan. Untuk itu saran dan kritik dari para pembaca dan pengguna data tetap diharapkan untuk penyempurnaan publikasi berikutnya.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga selesainya publikasi ini, diucapkan terima kasih.

Timika, Oktober 2014 BPS Kabupaten Mimika

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENJELASAN UMUM ... 1

1.1 PENDAHULUAN ... 1

1.2 ALASAN TEKNIS PEMILIHAN TAHUN DASAR 2000 .... 2

1.3 PERUBAHAN KLASIFIKASI ... 3

1.4 TUJUAN DAN KEGUNAAN PUBLIKASI PDRB ... 4

BAB II KONSEP DAN DEFINISI ... 5

2.1 SUSUNAN AGREGAT PENDAPATAN REGIONAL ... 5

2.2 METODE PENDEKATAN ... 12

2.3 STRUKTUR PENDAPATAN REGIONAL ... 15

2.4 PENYAJIAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN ... 25

2.5 CARA PENYAJIAN DAN ANGKA INDEX ... 29

BAB III URAIAN SEKTORAL ... 29

3.1 SEKTOR PERTANIAN ... 29

3.1.1 Subsektor Tanaman Bahan Makanan ... 29

3.1.2 Subsektor Tanaman Perkebunan ... 30

3.1.3 Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya ... 30

3.1.4 Subsektor Kehutanan ... 31

3.1.5 Subsektor Perikanan ... 31

3.2 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN ... 32

3.2.1 Subsektor Pertambangan Migas ... 32

3.2.2 Subsektor Pertambangan Tanpa Migas ... 32

3.2.3 Subsektor Penggalian ... 34

(7)

3.3.1 Subsektor Industri Besar dan Sedang ... 34

3.3.2 Subsektor Industri Kecil/ Kerajinan Rumah Tangga ... 34

3.3.3 Subsektor Pengilangan Gas Alam ... 35

3.4 SEKTOR LISTRIK DAN AIR MINUM ... 35

3.4.1 Subsektor Listrik ... 35

3.4.2 Subsektor Air Minum ... 35

3.5 SEKTOR BANGUNAN/ KONSTRUKSI ... 36

3.6 SEKTOR PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN ... 36

3.6.1 Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran ... 36

3.6.2 Subsektor Restoran ... ... 36

3.6.3 Subsektor Hotel ... 36

3.7 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI ... 37

3.7.1 Subsektor Pengangkutan... 38

3.7.2 Subsektor Jasa Penunjang Angkutan ... 39

3.7.3 Subsektor Komunikasi ... 40

3.8 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 3.8.1 Subsektor Bank ... 41 41 3.8.2 Subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank ... 41

3.8.3 Subsektor Jasa Penunjang Keuangan ... 42

3.8.4 Subsektor Sewa Bangunan ... 43

3.8.5 Subsektor Jasa Perusahaan ... 43

3.9 SEKTOR JASA-JASA ... 44

3.9.1 Subsektor Jasa Pemerintahan Umum ... 44

3.9.2 Subsektor Jasa Sosial Kemasyarakatan ... 45

3.9.3 Subsektor Jasa Hiburan dan Rekreasi ... 46

3.9.4 Subsektor Jasa Perorangan dan rumah Tangga ... 46

BAB IV TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN MIMIKA ... 47

4.1 PDRB DAN PERKEMBANGANNYA ... 47

4.2 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MIMIKA ... 49

4.3 STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN MIMIKA .. 51

4.4 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERANAN 51

(8)

4.4.1 SEKTOR PERTANIAN ... 55

4.4.2 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN .. 58

4.4.3 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN ... 59

4.4.4 SEKTOR LISTRIK DAN AIR MINUM ... 61

4.4.5 SEKTOR BANGUNAN/ KONSTRUKSI ... 63

4.4.6 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN 63

RESTORAN

4.4.7 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI .. 65

4.4.8 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA

PERUSAHAAN... 68

4.4.9 SEKTOR JASA-JASA ... 70

4.5ANALIS SHARE TERHADAP PERTUMBUHAN 72

EKONOMI

4.6 PDRB PERKAPITA KABUPATEN MIMIKA ... 75

4.7 PDRB KABUPATEN MIMIKA MENURUT KELOMPOK

SEKTOR... 77

LAMPIRAN DENGAN TAMBANG ... 82

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Analis Share Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten 73

(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. PDRB Mimika dengan Tambang ... 48

Grafik 2. PDRB Mimika tanpa Tambang ... 48

Grafik 3. Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2009-2013 50

Grafik 4. Laju Pertumbuhan PDRB per Sektor Tahun 2013 51

Grafik 5. Peranan Sektor-sektor Ekonomi ( Dengan Tambang)

Tahun 2009-2013... 53

Grafik 6. Peranan Sektor-sektor Ekonomi ( Tanpa Tambang)

tahun 2009-2013... 54

Grafik 7. Pertumbuhan Ekonomi Sektor pertanian dan

Subsektornya Tahun 2009-2013... 56

Grafik 8. Peranan Sektor Pertanian dan sub Sektornya tahun 2013

57

Grafik 9. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan

Penggalian Tahun 2009-2013... 58

Grafik 10. Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian tahun

2013... 59

Grafik 11. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan dan

Sub Sektornya Tahun 2009-2013... 60

Grafik 12. Peranan Sektor Industri Pengolahan dan Sub Sektornya

tahun 2013... 60

Grafik 13. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik dan Air Bersih

dan Sub Sektornya Tahun 2009-2013... 62

Grafik 14. Peranan Sektor Listrik dan Air Bersih dan Sub

Sektornya tahun 2013... 62

Grafik 15. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Bangunan Tahun 2009-

2013... 63

Grafik 16. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel,

dan Restoran dan Sub Sektornya tahun 2009-2013... 65

Grafik 17. Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(11)

Halaman

Grafik 18. Pertumbuhan Ekonomi Angkutan dan Komunikasi dan

Sub Sektornya tahun 2009-2013... 68

Grafik 19. Peranan Ekonomi Sektor Angkutan dan Komunikasi

Tahun 2013... 69

Grafik 20. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan dan Sub Sektornya tahun 2009- 2013... 69

Grafik 21. Peranan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan dan Sub Sektornya Tahun

2013... 71

Grafik 22. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa dan Sub

Sektornya tahun 2009-2013... 71

Grafik 23. Peranan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa dan Sub Sektornya

Tahun 2013... 75

Grafik 24. Perkembangan PDRB per Kapita Kabupaten Mimika

Tahun 2009-2013... 76

Grafik 25. Pertumbuhan PDRB Per Kapita Kabupaten Mimika

Tahun 2009-2013... 76

Grafik 26. Kontribusi Kelompok Sektor terhadap PDRB Kab.

Mimika Tahun 2009-2013 Dengan Tambang... 78

Grafik 27. Kontribusi Kelompok Sektor terhadap PDRB Kab.

Mimika Tahun 2009-2013 Tanpa Tambang... 78

Grafik 28. Pertumbuhan Kelompok Sektor Ekonomi Dengan

Tambang Tahun 2013... 80

Grafik 29. Pertumbuhan Kelompok Sektor Ekonomi Dengan

(12)

BAB I PENJELASAN UMUM

1.1 PENDAHULUAN

Penyusunan perencanaan ekonomi suatu daerah/wilayah, memerlukan

berbagai jenis data statistik yang akan digunakan sebagai bahan analisis

dalam menentukan dan mengarahkan program pembangunan untuk

mencapai hasil guna dan daya guna yang tinggi. Program dan kebijakan

pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan hendaknya dievaluasi baik

hasil maupun implikasinya.

Hasil dari suatu evaluasi akan berbentuk suatu ukuran kuantitatif

yang mutlak diperlukan agar dapat memberikan gambaran tentang keadaan

masa lalu, masa kini, dan gambaran yang hendak dicapai pada masa yang

akan datang. Pada hakekatnya pembangunan ekonomi merupakan usaha

yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbesar

kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan

masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi, dan mengusahakan

penggeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan

tersier.

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

masyarakat, maka perlu disajikan statistik pendapatan regional secara

berkala sebagai bahan perencanaan pembangunan regional khususnya

(13)

1.2 ALASAN TEKNIS PEMILIHAN TAHUN DASAR 2000

a. Karena seri data PDB/PDRB yang menggunakan tahun dasar

sebelumnya (1993) dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan ekonomi yang terjadi.

b. Merupakan kesepakatan bersama yang dideklarasikan oleh negara-

negara di wilayah Asia Pasifik (UN-ESCAP), agar hasil pengukuran

PDB yang diperoleh dapat dibandingkan secara langsung.

c. Tahun 2000 merupakan awal berlangsungnya proses pemulihan

ekonomi Indonesia setelah dilanda krisis ekonomi sejak tahun 1998.

d. Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2000 relatif stabil.

e. Tersedianya perangkat data yang lengkap yang disajikan dalam Tabel

Input Output 2000. Melalui Tabel I-O, keseimbangan antara transaksi

supply and demand atas berbagai produk barang dan jasa di Wilayah

domestik dapat dikontrol dengan lebih baik.

f. Tersedianya perangkat data SNSE tahun 2000, yang menyajikan

informasi mengenai keseimbangan antara penerimaan dan konsumsi

nasional. Perangkat ini khususnya digunakan sebagai kontrol dalam

pengukuran PDB menurut penggunaan.

g. Adanya pembaharuan konsep-konsep yang berbasis pada SNA (93),

meski belum seluruh konsep dapat diaplikasikan.

1.3 PERUBAHAN KLASIFIKASI

Dalam penghitungan PDRB 1993, klasifikasi sektor telah disesuaikan

dengan klasifikasi yang digunakan dalam PDB. Sektor ekonomi pada

(14)

dirubah menjadi 9 sektor. Perubahan klasifikasi ini mempunyai dua

landasan yaitu :

1. Klasifikasi baru lebih mengacu pada klasifikasi rekomendasi SNA 1993.

Klasifikasi ini menjadi lebih umum dan bermanfaat untuk

membandingkan data PDB/PDRB dengan negara/daerah lain secara total

maupun sektoral.

2. Klasifikasi baru pada umumnya lebih terinci dengan maksud lebih

berorientasi pada pengguna data. Data yang lebih terinci akan lebih

banyak kegunaannya diban-dingkan dengan data yang terbatas

rinciannya.

Perubahan yang terjadi adalah pada sektor sewa rumah dan sektor

pemerintahan dan Hankam. Sektor Pemerintahan dan Hankam masuk sektor

Jasa-jasa dan sektor Sewa rumah masuk sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan. Sektor sewa rumah cakupannya diperluas menjadi sub

sektor sewa bangunan, sedangkan sub sektor jasa perusahaan tadinya

menjadi bagian dari sektor jasa.

1.4 TUJUAN DAN KEGUNAAN PUBLIKASI PDRB

Produk Domestik Regional Bruto yang disajikan atas dasar harga

konstan, akan menggambarkan tingkat pertumbuhan riil perekonomian suatu

daerah baik secara agregat maupun secara sektoral. Pertumbuhan

perekonomian yang timbul tersebut apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk masing-masing tahun, maka akan dapat pula mencerminkan

tingkat perkembangan pendapatan per kapita penduduk. Jika pendapatan per

kapita penduduk suatu daerah dibandingkan dengan pendapatan per kapita

(15)

untuk membandingkan tingkat kemakmuran material dengan daerah lainnya.

Penyajian Produk Domestik Regional Bruto baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan, juga dapat digunakan sebagai

indikator untuk melihat inflasi ataupun deflasi yang terjadi ditingkat

produsen. Demikian pula apabila disajikan secara sektoral akan dapat juga

memberi gambaran tentang struktur perekonomian suatu daerah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik

Regional Bruto yang disajikan secara berkala dan komprehensif akan dapat

diketahui :

a. Indikator tingkat pertumbuhan perekonomian.

b. Indikator tingkat perkembangan pendapatan per kapita.

c. Indikator tingkat kemakmuran masyarakat.

d. Indikator tingkat inflasi dan deflasi.

(16)

BAB II

KONSEP DAN DEFINISI

2.1 SUSUNAN AGREGAT PENDAPATAN REGIONAL

a. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar

merupakan penjumlahan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi,

yang terbagi dalam sektor-sektor ekonomi yang berada pada suatu

daerah.

b. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar

Perbedaan antara konsep netto dan konsep bruto adalah karena

pada konsep bruto, penyusutan masih termasuk didalamnya, sedang

pada konsep netto komponen penyusutan sudah dikeluarkan.

Apabila Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar

dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto

atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud di sini ialah nilai

susutnya (ausnya) barang-barang modal yang ikut serta dalam proses

produksi. Jika nilai susutnya barang-barang modal dari seluruh sektor

ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang

dimaksud.

c. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor

(17)

karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut Pemerintah dan

subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi.

Pajak tak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh berbanding

terbalik terhadap harga barang. Pajak tak langsung berpengaruh

menaikkan harga barang sedangkan subsidi berpengaruh menurunkan

harga barang. Sehingga apabila pajak tak langsung dikurangi subsidi

akan diperoleh pajak tak langsung netto. Jika Produk Domestik

Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak

langsung netto ini, maka hasilnya akan berupa Produk Domestik

Regional Netto atas dasar biaya faktor.

d. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep di atas dapat diketahui, bahwa Produk

Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya

merupakan jumlah balas jasa dari faktor-faktor produksi yang ikut

serta dalam proses produksi di suatu daerah. Faktor-faktor produksi

tersebut berupa tenaga kerja/buruh, modal uang, tanah dan

pengusaha/interpreneur.

Dengan demikian Produk Domestik Regional Netto atas dasar

biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa

upah/gaji, bunga uang, sewa tanah dan keuntungan yang timbul

(income originated), atau merupakan pendapatan yang berasal (income

originated) dari daerah tersebut.

Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tersebut tidak

seluruhnya menjadi pendapatan penduduk di wilayah yang

(18)

penduduk yang tinggal di wilayah lain, misalnya suatu perusahaan

yang modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi

beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan

perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar daerah

tersebut. Sehingga sebagian keuntungan akan menjadi pendapatan dari

pemilik modal yang berada di luar daerah. Sebaliknya kalau ada

penduduk daerah ini yang menanamkan modalnya di luar daerah,

maka sebagian keuntungan perusahaan tadi akan mengalir ke dalam

daerah tersebut, dan menjadi pendapatan dari pemilik modal daerah

ini.

Kalau Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor

dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar, ditambah dengan

pendapatan yang mengalir masuk ke dalam region/daerah, maka

hasilnya akan merupakan Produk Regional Netto, yaitu merupakan

jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh

seluruh penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Produk Regional

inilah yang merupakan Pendapatan Regional Daerah yang

bersangkutan.

Apabila Pendapatan Regional tersebut dibagi dengan jumlah

seluruh penduduk yang tinggal di daerah itu, maka hasilnya

merupakan pendapatan perkapita penduduk di daerah tersebut.

e. Personal Income

Personal Income (pendapatan orang seorang) adalah merupakan

pendapatan yang diterima oleh rumahtangga. Kalau kita

(19)

Perkapita Penduduk seperti tersebut di atas, maka sebenarnya tidak

semua Pendapatan Regional tersebut diterima oleh rumahtangga,

karena harus dipotong pajak pendapatan (corporate income taxes),

keuntungan yang tidak dibagikan (undistributed profits), dan iuran

kesejahteraan sosial (social security constribution). Sebaliknya

pendapatan tersebut harus ditambah dengan transfer yang diterima

oleh rumahtangga dan bunga neto atas hutang Pemerintah.

Jadi apabila Pendapatan Regional dikurangi pajak pendapatan,

keuntungan yang tidak dibagikan dan iuran kesejahteraan sosial,

kemudian ditambah dengan transfer yang diterima oleh rumahtangga

dan bunga neto atas hutang pemerintah, maka akan diperoleh Personal

Income.

f. Disposable Income

Apabila pendapatan orang seorang (personal income) tersebut

dikurangi dengan pajak rumahtangga dan transfer yang dibayar oleh

rumahtangga, maka akan diperoleh pendapatan yang benar-benar siap

dibelanjakan (Disposable Income).

Dari uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat disusun Agregat

Pendapatan Regional sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar

Dikurangi : Penyusutan

Sama dengan :

2. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar

Dikurangi : Pajak tak langsung netto

(20)

3. Produk Domestik Regional Netto atas biaya faktor

Ditambah : Pendapatan yang masuk dari luar daerah/

luar negeri

Dikurangi : Pendapatan yang mengalir keluar

daerah/ luar negeri

Sama dengan :

4. Produk Domestik Regional/Pendapatan Regional

Dikurangi : - Pajak pendapatan

-Keuntungan yang tidak dibagikan

-Iuran kesejahteraan sosial

Ditambah : - Transfer yang diterima oleh

rumahtangga

Sama dengan :

-Bunga netto atas hutang pemerintah

5. Pendapatan orang-seorang (Personal Income)

Dikurangi : - Pajak rumahtangga

Sama dengan :

-Transfer yang dibayar oleh rumah tangga

6. Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income).

Disposable Income inilah yang merupakan pendapatan yang

benar-benar digunakan dan dimiliki oleh rumahtangga. Untuk lebih

jelasnya, maka susunan Agregat Pendapatan Regional tersebut

(21)

Gambar 1.Susunan Agregat Pendapatan Regional

Biaya Antara:

Bibit, pupuk, obat- obatan, bahan baku, bahan penolong, listrik,

jasa perbaikan alat- alat, sewa bangunan dan mesin, jasa lainnya

dan sebagainya, tidak termasuk pemberian

barang modal

Penyusutan

Pajak Tidak Langsung

Netto

Upah dan Gaji, Sewa bangunan, royalti,

bunga modal, keuntungan (deviden

dan laba tahunan)

Pajak perusahaan, keuntungan yang tidak dibagikan, iuran kesejahteraan sosial

Pajak rumah tangga, transfer oleh rumah tangga

Pendapatan Netto dari luar daerah/ luar negeri Transfer yang diterima rumah tangga, bunga netto atas hutang pemerintah T o tal O u tpu t PD R B H a rg a Pa sar PD R N Ha rg a Pa sar PD R N B ia y a Fak tor (Pe n d a p a tan R eg io n a l) Pe nd a p a tan O ra n g Se o ra n g ( Pe rs on al I nc om e) Pe n d a p a tan s ia p D ib el a n ja k a n (D isp o sab le I n c o m e)

Keterangan :

PDRB= Produk Domestik Regional Bruto

PDRN= Produk Domestik RegionalNetto

(22)

SKEMA AGREGAT PENDAPATAN REGIONAL

Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar

(23)

2.2 METODE PENDEKATAN

Untuk melakukan penghitungan Pendapatan Regional ada empat

metode yang dipakai yaitu :

a. Pendekatan dari segi produksi (production approach)

b. Pendekatan dari segi pendapatan (income approach)

c. Pendekatan dari segi pengeluaran (expenditure approach)

d. Metode Alokasi (allocation method)

Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan dari masing-masing

metode sebagai berikut :

a. Pendekatan Produksi

Pendekatan dengan metode ini untuk memperoleh Nilai Tambah

Bruto (Gross Value Added) dilakukan dengan cara besarnya nilai

output dikurangi dengan biaya-biaya antara (intermediate cost).

Biaya-biaya antara (intermediate cost) yang dimaksud adalah

barang-barang yang tidak tahan lama (umur pemakaian kurang dari

satu tahun atau habis dalam satu kali pemakaian) dan jasa-jasa pihak

lain yang digunakan dalam proses produksi.

Apabila nilai output dikurangi dengan biaya-biaya antara,

maka akan diperoleh Nilai Tambah Bruto yang terdiri dari biaya

faktor produksi (upah/gaji, bunga netto, sewa tanah, keuntungan),

penyusutan barang modal dan pajak tak langsung netto.

Nilai output biasanya digunakan data sekunder dari instansi

yang bersangkutan. Sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil Survei

(24)

pendekatan produksi ini biasanya digunakan untuk sektor pertanian,

industri, listrik, gas dan air minum, pertambangan dan sebagainya.

b. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan

menjumlahkan pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi

berupa upah/gaji, bunga netto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga

diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor.

Untuk memperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas

dasar harga pasar, harus ditambah dengan penyusutan dan pajak tak

langsung netto. Penghitungan dengan metode pendapatan (income

approach) ini biasanya digunakan untuk kegiatan yang sulit dihitung

dengan pendekatan produksi, seperti subsektor Pemerintahan umum

dan Jasa-jasa yang usahanya tidak mencari untung (non profit).

c. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dengan cara ini digunakan untuk menghitung nilai

barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam

masyarakat. Barang dan jasa yang diproduksi oleh unit-unit produksi

akan digunakan untuk keperluan konsumsi, pembentukan modal

(investasi) dan ekspor. Karena yang dihitung nilai barang dan jasa

yang berasal dari produksi domestik saja, maka dari komponen biaya

di atas perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen nilai

ekspor di atas akan menjadi nilai ekspor netto.

Apabila nilai konsumsi (konsumsi rumahtangga, pemerintah

(25)

dijumlahkan, maka akan diperoleh nilai Produk Domestik Regional

Bruto atas dasar harga pasar.

d. Metode Alokasi

Kadang-kadang data yang tersedia tidak memungkinkan untuk

menggunakan ketiga metode tersebut, sehingga terpaksa dipakai

metode alokasi. Hal ini dapat terjadi misalnya suatu unit produksi

yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor Pusat berada

diwilayah lain, sedang kantor cabang berada didaerah tersebut. Sering

kantor-kantor cabang ini tidak dapat membuat neraca untung rugi,

sebab neracanya dibuat di kantor pusat, sehingga tidak dapat diketahui

berapa keuntungan yang diperoleh dari kantor cabang. Padahal

keuntungan merupakan salah satu komponen dari nilai tambah.

Untuk dapat menghitung hal-hal yang demikian maka

digunakan metode alokasi, yaitu dengan jalan mengalokasikan angka-

angka secara terpusat dengan memakai indikator-indikator yang

sekiranya dapat menunjukkan peranan cabang yang berada di daerah

itu terhadap kantor pusatnya. Indikator yang dimaksud dapat berupa

volume kerja, jumlah karyawan, jumlah penduduk, dan lain-lain.

Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak

langsung, sedang yang lain merupakan metode langsung. Dengan

menggunakan metode langsung akan dapat dihasilkan angka-angka

yang bisa menggambarkan karakteristik yang lebih mendekati

kenyataan bila dibandingkan dengan angka-angka yang diperoleh dari

(26)

metode langsung, dan bila hal ini tidak mungkin, baru ditempuh

penghitungan dengan metode tidak langsung.

2.3 STRUKTUR PENDAPATAN REGIONAL

Untuk dapat memberi gambaran sampai seberapa jauh peranan

masing-masing sektor ekonomi memberikan andil dalam berproduksi,

atau sampai seberapa jauh peranan faktor-faktor produksi berpartisipasi

dalam proses produksi, atau bagaimana komposisi penggunaan produk-

produk yang dihasilkan tadi, maka biasanya Pendapatan Regional

disajikan dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu :

1. Pendapatan Regional menurut lapangan usaha (by industrial

origins).

2. Pendapatan Regional menurut andilnya faktor-faktor produksi.

3. Pendapatan Regional menurut jenis penggunaan (by type of

expenditure).

a. Pendapatan Regional menurut lapangan usaha

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang

peranan masing-masing sektor dalam memberikan andilnya

pada Pendapatan Regional. Karena itu unit-unit produksi

dikelompokkan kedalam sektor-sektor sebagai berikut

1. Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan

Perkebunan.

2. Pertambangan dan Penggalian.

(27)

4. Listrik dan Air Minum.

5. Bangunan.

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran.

7. Pengangkutan dan Komunikasi.

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.

9. Jasa-Jasa.

b. Pendapatan Regional menurut andilnya faktor-faktor produksi

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran

tentang peranan masing-masing faktor produksi dalam

memberikan andil pada Pendapatan Regional. Karena itu

disajikan balas jasa yang diterima oleh masing-masing faktor

produksi yaitu dalam bentuk upah/gaji, sewa tanah, bunga dan

keuntungan. Berhubung ada unit-unit produksi yang faktor-

faktor produksinya sekaligus dimiliki sendiri oleh produsen

seperti : petani, pelukis dan pekerja profesional lainnya, maka

terlalu sukar untuk memisahkan nilai tambahnya dalam

komponen-komponen faktor-faktor pendapatan, sehingga perlu

ditambahkan satu rincian lagi untuk menampung hal seperti ini,

yaitu usaha perorangan (non corporated enterprices). Dengan

demikian maka item yang keluar pada tabel yang disajikan

menjadi :

1. Upah/Gaji sebagai balas jasa pegawai (Compensation of

employees)

2. Pendapatan dari usaha perorangan (Income from non corpo-

(28)

3. Sewa Tanah (Rental Income)

4. Keuntungan (Corporated Profit)

5. Bunga netto (Net Interest)

Untuk dapat memberi gambaran tentang apa-apa yang tercakup

dalam masing-masing item, di atas di bawah ini akan diuraikan

secara singkat sebagai berikut :

1. Upah / Gaji

Upah/Gaji yang tercakup disini ialah balas jasa faktor

produksi buruh/pegawai yang meliputi :

a. Upah dan Gaji baik berupa uang maupun barang,

sebelum dipotong pajak upah, dana pensiun, asuransi

kesehatan.

b. Pembayaran yang berbentuk hadiah, premi, bonus dan

segala macam tunjangan lainnya

c. Social security contribution, meliputi pembayaran

kontribusi yang dilakukan oleh pengusaha untuk

keperluan pegawai-pegawainya, misalnya untuk dana

asuransi, kesehatan, pensiun, dan sebagainya.

2. Pendapatan Usaha Perorangan

Yang tercakup disini adalah pendapatan yang

ditimbulkan oleh unit-unit produksi yang tidak berbentuk

perusahaan, seperti petani, dokter, pedagang kecil, tukang cukur,

dan sebagainya. Disini biasanya faktor produksinya tidak dibeli

dari luar tetapi dimiliki oleh unit-unit produksi itu sendiri, maka

(29)

komponen-komponen balas jasa faktor produksinya. Sehingga

nilai tambahnya dikeluarkan dalam bentuk gabungan dalam item

ini.

3. Sewa Tanah

Yang tercakup dalam hal ini adalah pendapatan yang

ditimbulkan oleh :

a. Ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi.

Dengan tidak melihat untuk apa tanah itu digunakan (apakah

untuk petanian, perikanan atau untuk bangunan), maka sewa

tanah yang dihasilkan dimasukkan dalam rental income.

Tapi perlu diingat, bahwa sewa yang dimaksud disini harus

sewa netto, artinya setelah dipotong dengan kewajiban-

kewajiban yang harus dibayar oleh pemilik tanah, seperti

pajak dan ongkos perbaikan atas tanah bila hal ini

dibebankan kepada pemilik tanah.

b. Pemilik atas hak patent, hak cipta (copyright), merk dagang

dan sebangsanya.

4. Keuntungan

Yang tercakup disini ialah keuntungan perusahaan

sebelum dipotong pajak perusahaan dan pajak langsung lainnya,

dan sebelum dibagikan sebagai deviden.

5. Bunga Netto

Yang tercakup dalam bunga netto adalah bunga atas

(30)

penduduk maupun pemerintah, dikurangi bunga atas

hutang pemerintah kepada penduduk jika hutang tersebut

dipakai untuk konsumsi pemerintah, misalnya untuk

membiayai perang. Karena dipakai untuk konsumsi,

berarti uang itu tidak ikut serta dalam proses produksi,

sehingga bunganya pun bukan balas jasa faktor produksi.

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Pendapatan

Regional merupakan balas jasa faktor produksi, maka bunga

yang demikian bukan bagian dari Pendapatan Regional dan

harus dikeluarkan dari Pendapatan Regional, untuk

selanjutnya dianggap sebagai transfer. Selain itu perlu

diadakan imputasi atas bunga dari uang penduduk yang

disimpan sebagai tanggungan di perusahaan-perusahaan,

seperti asuransi jiwa, dana pensiun, dan sebagainya dan

imputasi ini dimasukkan dalam item bunga netto.

c. Pendapatan Regional menurut jenis penggunaan (by type of

expenditure)

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberi gambaran

bagaimana barang dan jasa yang diproduksi itu digunakan

oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Untuk keperluan

ini maka barang dan jasa itu dikelompokkan menurut

penggunaannya dalam masyarakat, yaitu digunakan untuk

keperluan konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang

tidak mencari untung (private consumption expenditure),

(31)

yang tidak digunakan pada tahun laporan akan disimpan

sebagai stock (increase in stock) dan digunakan untuk barang

ekspor netto. Jadi penyajiannya akan berbentuk

1. Pengeluaran Konsumsi rumahtangga

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3. Pembentukan Modal Tetap

4. Perubahan Stok

5. Ekspor Neto

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

Yang termasuk dalam hal ini ialah pengeluaran yang

dilakukan oleh rumahtangga untuk membeli barang-barang jadi

baru dan jasa tanpa melihat durability dari barang dan jasa itu,

dikurangi penjualan dari barang bekas netto (penjualan pembelian

barang bekas netto), dengan pengecualian pengeluaran yang

bersifat transfer, pembelian tanah dan rumah. Pengecualian ini

dilakukan sebab transfer akan dihitung sebagai pengeluaran pada

konsumer yang menerima transfer tadi, sedang pengeluaran untuk

tanah dan rumah dimasukkan dalam item Pembentukan Modal

(Capital Formation).

Kecuali pengeluaran yang dilakukan oleh rumahtangga

yang tercakup dalam item ini ialah pengeluaran rutin yang

dilakukan oleh lembaga swasta (Lembaga Swasta yang tidak

mencari untung). Pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga ini

untuk pembelian barang-barang modal akan dimasukkan dalam

(32)

rumahtangga lembaga swasta yang tidak mencari untung ini

disebut Private Consumption Expenditure.

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Item ini mencakup pengeluaran rutin untuk pembelian

barang dan jasa dari pihak lain yang dilakukan oleh Pemerintah,

baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dikurangi

hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pemerintah.

Pengeluaran rutin disini meliputi pembayaran upah dan gaji

kepada pegawai-pegawai pemerintah, belanja barang, biaya-biaya

pemeliharaan dan biaya-biaya rutin lainnya. Termasuk juga

pengeluaran belanja modal untuk keperluan militer. Belanja

modal untuk keperluan sipil misalnya pembelian mobil-mobil,

pesawat terbang, mesin-mesin, pembuatan gedung-gedung, jalan-

jalan, jembatan dan sebagainya, akan dimasukkan dalam

pembentukan modal tetap, sedang pembelian seperti di atas, tetapi

untuk keperluan militer dimasukkan dalam Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah . Pengeluaran rutin tersebut harus dikurangi dengan

hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pemerintah,

misalnya penjualan buku-buku penerbitan oleh departemen-

departemen, penjualan bibit padi dan telur dari pusat-pusat

pembibitan milik Pemerintah dan sebagainya.

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Pembentukan modal tetap bruto (Gross Fixed Capital

Formation) ditambah perubahan stok (increase in stock) biasanya

(33)

merupakan jumlah perubahan stok barang, baik barang-barang

yang sudah ditanam maupun yang masih disimpan. Hanya untuk

memudahkan penghitungan, kedua item ini perlu dipisahkan.

Apa yang tercakup dalam perubahan stok akan dibicarakan

kemudian sedang yang masuk dalam pembentukan modal tetap

mencakup besarnya modal yang ditanam selama satu tahun, baik

oleh Pemerintah, Swasta, Lembaga Swasta Nirlaba maupun

rumahtangga (terbatas pada tanah dan rumah), dikurangi dengan

jumlah penjualan barang-barang modal bekas selama tahun yang

sama. Yang tercakup dalam barang modal tetap (durable

procedure goods) dan umurnya lebih dari satu tahun, misalnya

tanah, rumah, gedung-gedung, jalan, jembatan, dam-dam, mesin-

mesin, alat-alat transport, dan sebagainya. Selain tersebut di atas

yang termasuk juga dalam pembentukan modal tetap seperti untuk

pembelian/penambahan ternak-ternak yang dipelihara untuk

diambil susunya, tenaganya, bulunya, dan sebagainya. Sedangkan

pembelian/penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil

dagingnya (dipotong) akan dimasukkan dalam pembentukan

modal stok. Dalam item ini termasuk juga pengeluaran-

pengeluaran untuk penanaman hutan baru, perkebunan-

perkebunan atau tanaman-tanaman keras yang baru bisa dipetik

hasilnya setelah berumur lebih dari satu tahun.

4. Perubahan Stok

Yang dimaksud dalam item ini ialah barang-barang yang

(34)

sempat dipakai sampai akhir tahun, sehingga masih disimpan

sebagai stok. Seperti yang disebut di atas termasuk juga dalam

increase stock ini ialah penambahan ternak yang dipelihara untuk

dipotong.

5. Ekspor Netto

Ekspor Netto disini berarti selisih antara ekspor dan impor

dari barang dan jasa. Ekspor barang dan jasa meliputi ekspor

barang-barang yang dijual keluar negeri, dimana termasuk

didalamnya barang-barang dagangan (merchandise), jasa-jasa

transport, asuransi dan jasa-jasa lain. Begitu pula untuk impor

termasuk barang-barang dagangan, jasa-jasa lain yang dibeli dari

luar negeri. Juga pengeluaran/pemasukan barang yang bersifat

pemberian/hadiah ke/dari negara-negara lain dan barang-barang

yang diekspor/impor dengan dibiayai oleh uang yang diperoleh

dari transfer antar negara. Tetapi kalau pengeluaran/pemasukan

barang yang bersifat hadiah/pemberian ini dimaksud untuk

keperluan militer tidak termasuk dalam item ekspor/impor ini.

2.4 PENYAJIAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN

Salah satu kegunaan dari Pendapatan Regional ialah untuk melihat

perkembangan pendapatan/produk dari tahun ke tahun. Karena adanya

pengaruh inflasi, maka daya beli uang akan mengalami penurunan dari

tahun ke tahun. Berhubung dengan itu apakah kenaikan pendapatan

seseorang benar-benar naik atau tidak maka faktor inflasi ini terlebih

(35)

dieliminir, maka pendapatan yang dihasilkan akan merupakan pendapatan

yang riil (real income). Sehingga naik turunnya pendapatan riil ini akan

mencerminkan naik turunnya daya beli.

Pendapatan Regional dengan masih adanya faktor inflasi

didalamnya akan merupakan Pendapatan Regional atas dasar harga yang

berlaku (at current prices), sedang bila faktor inflasi sudah dieliminir

akan merupakan Pendapatan Regional atas dasar harga konstan (at

constant prices). Untuk merubah angka atas dasar harga berlaku menjadi

angka atas dasar harga konstan, ada tiga metode dasar yang dapat dipakai,

yaitu :

1. Revaluasi

Cara ini diperoleh dengan menilai produksi pada tahun yang

bersangkutan dengan memakai harga pada tahun dasar. Begitu juga

biaya-biaya antara dinilai dengan memakai harga pada tahun dasar

pula.

2. Ekstrapolasi

Cara ini diperoleh dengan mengekstrapolasikan nilai tambah

pada tahun dasar dengan menggunakan indeks kuantum dari barang-

barang yang bersangkutan. Bila terdapat kesulitan dalam memperoleh

indeks kuantum dapat dipakai indikator lain yang ada hubungannya

dengan indeks kuantum produksi, seperti indeks tenaga kerja dibidang

itu, indeks kuantum dari input yang dipakai dan sebagainya.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga

(36)

terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga

konstan.

3. Deflasi

Cara ini diperoleh dengan mendeflate nilai tambah atas dasar

harga yang berlaku dengan indeks harga dari barang-barang yang

bersangkutan. Indeks harga disini dapat dipakai indeks harga

perdagangan besar, harga produsen maupun harga eceran tergantung

mana yang lebih cocok. Selain daripada itu metode dasar tersebut di

atas, ada empat pendekatan untuk menghitung nilai tambah sektoral

atas dasar harga konstan, tiga diantaranya didasarkan pada pendekatan

produksi yang dipakai untuk penghitungan nilai tambah dan yang

satunya didasarkan pada pendekatan pendapatan. Empat pendekatan

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Deflasi Ganda

Deflasi ganda dilakukan apabila output atas dasar harga

konstan dihitung secara terpisah dari input antara atas dasar

harga konstan. Nilai tambah atas dasar harga konstan merupakan

selisih antara output dan input antara atas dasar harga konstan.

Untuk menghitung output dan input antara atas dasar harga

konstan itu dapat dipakai salah satu atau kombinasi dari tiga

metode dasar tersebut di atas. Perlu diperhatikan bahwa istilah

deflasi yang digunakan disini adalah dalam arti yang luas.

b. Ekstrapolasi Langsung terhadap Nilai Tambah

Ekstrapolasi dari nilai tambah sektoral dapat dilakukan

(37)

harga konstan (yang didasarkan pada metode revaluasi, ekstrapolasi

atau deflasi) atau dapat secara langsung menggunakan indeks

produksi yang sesuai, atau tingkat pertumbuhan riil yang lalu dari

output, input antara atau nilai tambah kemudian dikalikan dengan

nilai tambah sektoral tahun dasar.

Secara implisit pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa

output atas dasar harga konstan berubah sejalan dengan input atas

dasar harga konstan atau rasio input antara riil boleh dikatakan

tetap. Asumsi itu akan cocok bila perubahan teknologi dari sektor

yang bersangkutan relatif kecil. Dalam beberapa hal pendekatan ini

akan lebih mudah bila digunakan dalam jangka pendek atau bila

rasio input antara adalah kecil.

c. Deflasi Tidak Langsung terhadap Nilai Tambah

Deflasi dari nilai tambah sektoral dilakukan dengan

menggunakan indeks harga implisit dari output atau secara

langsung menggunakan indeks harga produksi yang sesuai,

kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah sektoral

atas dasar harga berlaku. Secara implisit pendekatan ini didasarkan

pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi pada output dianggap sama

dengan inflasi pada input antara. Asumsi ini akan lebih mudah bila

digunakan dalam jangka pendek atau bila rasio input antara adalah

kecil.

(38)

Komponen-komponen pendapatan dari nilai tambah pada

dasarnya erat kaitannya dengan tenaga kerja, modal dan

manajemen. Perubahan kualitas tenaga kerja dan modal akan

menyebabkan kesulitan-kesulitan, pendekatan ini hanya digunakan

untuk sektor-sektor dimana tiga pendekatan di atas tidak mungkin

digunakan karena tidak tersedianya data dasar atau indeks output

yang sesuai. Pendekatan ini akan lebih cocok bila nilai tambah

terutama terdiri dari kompensasi tenaga kerja dan penyusutan.

2.5. CARA PENYAJIAN DAN ANGKA INDEKS

Agregat-agregat Pendapatan Regional secara seri selalu disajikan

dalam dua bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga

konstan, seperti yang telah diuraikan di atas.

Pada penyajian atas dasar harga yang berlaku, semua agregat

Pendapatan Regional dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-

masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara

maupun pada penilaian komponen nilai tambah.

Pada penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar semua

agregat Pendapatan Regional dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi

pada tahun dasar, sehingga perkembangan agregat Pendapatan Regional

semata-mata karena perkembangan riil dan bukan karena pengaruh

kenaikan harga.

Agregat-agregat Pendapatan Regional juga disajikan dalam bentuk

angka indeks yaitu indeks perkembangan, laju pertumbuhan dan indeks

(39)

a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada

masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100.

Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan

dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya.

b. Angka laju pertumbuhan, diperoleh dengan membagi nilai pada

masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya, dikalikan

100. Jadi disini tahun sebelumnya selalu dianggap 100. Indeks ini

menunjukkan tingkat perkembangan agregat Pendapatan Regional

untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

c. Indeks implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga yang

berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing

tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat

perkembangan harga dari agregat Pendapatan Regional terhadap harga

pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks implisit ini dibuat

indeks berantainya, akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap

(40)

BAB III URAIAN SEKTORAL

3.1. SEKTOR PERTANIAN

Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan,

perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

3.1.1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan

seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kentang, kacang

tanah, kacang kedelai, kacang hijau, sayur-sayuran, buah-buahan, dan

tanaman pangan lainnya, serta produk hasil-hasil ikutannya. Termasuk

disini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana

seperti beras tumbuk, gaplek dan pengolahan sagu.

Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan

dan BPS Kabupaten Mimika beserta harganya. Nilai Tambah Bruto

atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan cara pendekatan

produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum

produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya

dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku pada

setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan

rasio biaya antara terhadap output hasil survei pertanian yang

dilakukan dengan SKPR.

Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung

(41)

masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi lagi

dengan biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000.

3.1.2. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat

Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan

yang diusahakan oleh rakyat seperti karet, kopra, teh, tebu, tembakau,

cengkeh dan sebagainya, termasuk produk hasil-hasil ikutannya.

Pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, tembakau olahan,

kopi olahan, dan teh olahan.

Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan

cara pendekatan produksi. Rasio biaya antara serta rasio margin

perdagangan dan biaya transpor yang digunakan diperoleh dari tabel

Input-Output Indonesia 1990 dan up dating tahun 2000.

Nilai Tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

cara Revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan

makanan.

3.1.3. Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya

Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil,

unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti; sapi, kerbau, kuda,

kambing, domba, telur, susu segar, wool, serta hasil pemotongan

hewan. Produksi ternak diperkirakan adalah jumlah ternak yang

dipotong ditambah dengan kenaikan stok ditambah dengan hasil

ternak. Hasil ternak yang tersedia datanya hanyalah telur sedangkan

(42)

Data yang dipakai dalam penghitungan diperoleh dari Dinas

Peternakan Untuk mendapatkan output baik atas dasar harga yang

berlaku maupun konstan 2000 sama seperti pada penghitungan sub

sektor perkebunan.

3.1.4. Subsektor Kehutanan

Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu,

pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan, kegiatan penebangan

kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu olahan, kayu bakar,

arang dan bambu, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan

lainnya berupa rotan, damar, kulit kayu, kopal, nipah, akar-akaran dan

sebagainya.

Sebagaimana dengan sub sektor lainnya dalam sektor

pertanian, output sub sektor kehutanan dihitung dengan cara

mengalikan produksi dengan harga masing-masing. Penggunaan

harga yang berlaku pada masing-masing tahun menghasilkan output

atas dasar yang berlaku dan penggunaan harga pada tahun dasar

menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000.

3.1.5. Subsektor Perikanan

Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan

perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah dan keramba,

serta pengolahan sederhana (pengeringan penggaraman ikan). Sumber

data dari Dinas Perikanan.

Nilai Tambah Bruto atas dasar harga yang berlaku dicari

dengan jalan mengeluarkan biaya produksi atas dasar harga yang

(43)

Tambah Bruto, maka sisanya adalah merupakan nilai tambah neto atas

dasar harga yang berlaku. Penghitungan Nilai Tambah Bruto atas

dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara mengalikan produksi

tahun berjalan dengan harga tahun dasar, kemudian dikurangi dengan

rasio biaya antara tahun dasar.

3.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Komoditi yang dicakup disini adalah minyak mentah dan gas bumi

serta segala jenis hasil penggalian. Data produksi barang tambang diperoleh

dari BPS sedangkan data penggalian lainnya diperoleh dari Dinas

Pertambangan Kabupaten Mimika dan dari data survei.

3.2.1. Subsektor Pertambangan Migas

Pertambangan Migas (minyak dan gas bumi) meliputi kegiatan

pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan, pengeboran,

penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk untuk

dapat dijual dan dip sarkan. Hasil kegiatan ini adalah minyak bumi,

kondensat dan gas bumi.

Metode penghitungan yang digunakan untuk sub sektor ini

adalah pendekatan produksi. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh

dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output

masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan

2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Sedangkan sumber data

diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Dirjen Migas.

(44)

Pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan, pengolahan

lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi

serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan

bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil dari kegiatan ini adalah

batu bara, pasir, bijih timah, bijih besi, bijih nikel, bijih bauksit, bijih

tembaga, bijih emas serta komoditi ikutan lainnya.

Cara yang digunakan untuk memperoleh output dan NTB atas

dasar harga berlaku menggunakan pendekatan produksi. Sedangkan

untuk memperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan cara

revaluasi.

3.2.3. Subsektor Penggalian

Komoditi yang tercakup dalam sub sektor penggalian terdiri

atas garam kasar dan penggalian lainnya seperti batu karang, batu

gunung, pasir, tanah urug, tanah liat dan jenis penggalian lainnya.

Nilai tambah brotu atas dasar berlaku dihitung dengan cara

produksi, yaitu dengan cara mengalikan besarnya produksi dengan

harga masing-masing komoditi kemudian hasilnya dikurangi dengan

besarnya biaya antara masing-masing komoditi. Sedangkan atas dasar

harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi, yaitu

mengalikan produksi tahun berjalan dengan harga tahun dasar 2000,

(45)

3.3. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Mencakup Industri Besar dan Sedang, Industri Kecil dan Kerajinan

Rumah Tangga. Industri besar dan sedang adalah perusahaan industri yang

mempunyai tenaga kerja 20 orang dan lebih, industri kecil mempunyai

tenaga kerja 5 - 19 orang, sedangkan industri kerajinan rumah tangga 1 - 4

orang.

3.3.1. Subsektor Industri Besar dan Sedang

Baik output maupun Nilai Tambah atas dasar harga yang

berlaku diperoleh dari Sensus Perusahaan Industri Besar/Sedang

Propinsi Papua. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai

cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga kerja sebagai

ekstrapolatornya.

3.3.2. Sub Sektor Industri Kecil/Kerajinan Rumah Tangga

Jumlah tenaga kerja diperolah dari hasil Sensus Ekonomi 2006

dan Dinas Perindustrian setelah dilakukan penyesuaian dengan data

yang terdapat pada BPS. Output atas dasar harga berlaku diperoleh

dari hasil perkalian antara rata-rata output per tenaga kerja dengan

jumlah tenaga kerja, untuk harga konstan memakai ekstrapolasi.

Output Industri kerjinan rumah tangga diperoleh dari hasil kali

antara rata-rata output per tenaga kerja yang didapat melalui Survei

Khusus Pendapatan Regional beserta rasio biaya antara dan

penyusutannya. Sedangkan output atas dasar harga konstan caranya

(46)

3.3.3. Subsektor Pengilangan Gas Alam

Output industri pengilangan gas alam LPG diperoleh dari hasil

kali antara produksi dan harga masing-masing tahun. Sedangkan

output atas dasar harga konstan memakai cara revaluasi yakni

mengalikan produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun

dasar 2000, kemudian dikurangi dengan biaya antara tahun dasar.

3.4. SEKTOR LISTRIK DAN AIR MINUM

3.4.1. Subsektor Listrik

Data produksi diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)

cabang Jayapura untuk ranting Timika sedangkan data harga (rata-rata

tarip/Kwh) memakai rata-rata tarip/Kwh PLN Wilayah X Papua.

Output atas dasar harga yang berlaku dari perkalian antara produksi

(listrik yang dibangkitkan) dengan harga (rata-rata tarif/Kwh)

masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan

2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Nilai Tambah Bruto diperoleh

dengan mengurangkan biaya antara dari nilai produksi bruto (output).

3.4.2. Sub Sektor Air Minum

Mencakup air minum yang diusahakan oleh UPTD (Unit

Pelayanan Teknis Daerah) air bersih Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Mimika. Data produksi dan harga diperoleh langsung dari

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mimika. Perhitungan atas dasar

(47)

3.5. SEKTOR BANGUNAN/KONSTRUKSI

Mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (konstruksi) baik

berupa gedung, jalan, jembatan dan konstruksi lainnya. Sumber data yang

diperoleh berasal dari survey-survey yang dilakukan BPS. Perhitungan atas

dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga

kerja sebagai ekstrapolarnya.

3.6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

3.6.1. Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran

Perhitungan Nilai Tambah subsektor perdagangan besar dan

eceran dilakukan dengan cara pendekatan arus barang yaitu

menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan

penggalian, industri serta komoditi impor (impor antar negara dan

impor antara pulau) yang diperdagangkan di Mimika. Dari nilai

margin (output) pedagang yang selanjutnya dipakai untuk menghitung

Nilai Tambahnya. Ratio besarnya produksi yang diperdagangkan

margin perdagangan didasarkan pada data hasil penyusunan tabel

Input-Output Indonesia tahun 1990 dan Up-dating 2000 oleh Badan

Pusat Statistik (BPS). Ratio biaya antara diperoleh dari hasil Survei

Khusus Pendapatan Regional.

3.6.2. Subsektor Restoran

Nilai Tambah sub sektor ini diperkirakan dengan cara

(48)

kerja, kemudian dikurangkan dengan biaya antara. Data tersebut

diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional.

3.6.3. Subsektor Hotel

Mencakup semua hotel dan akomodasi lainnya. Output

dihitung dengan cara mengalikan jumlah kamar dengan rata-rata

output per kamar. Disamping itu dicari dengan cara jumlah kamar

kali tingkat penghunian kamar dikali rata-rata tarip kamar kali 360

hari. Data jumlah kamar dan tempat tidur dan tingkat penghunian

kamar diperoleh dari BPS Kabupaten Mimika, sedangkan data

mengenai rata-rata output per kamar dan ratio biaya antara diperoleh

dari SKPR dan survei tahunan perusahaan akomodasi. Nilai Tambah

Bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

ekstrapolasi dengan indeks jumlah kamar sebagai ekstrapolarnya.

3.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang baik

melalui darat, laut, sungai dan udara termasuk jasa penumpang angkutan dan

komunikasi.

3.7.1. Subsektor Pengangkutan

3.7.1.1. Angkutan Darat

Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penunjang

(49)

bermotor seperti: Bus, Truk, Angkutan Kota, Angkutan

Pedesaan, Becak, Ojek, Gerobak dan sebagainya.

Perkiraan output atas dasar harga yang berlaku didasarkan

pada jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang

yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya dan

BPS Kabupaten Mimika, serta rata-rata output dan ratio biaya

antara menurut jenis kendaraan yang diperoleh dari hasil Survei

Khusus Pendapatan Regional.

Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara

ekstrapolasi dengan jumlah kendaraan masing-masing sebagai

ekstrapolatornya.

3.7.1.2 Angkutan laut

Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan

barang-barang dengan menggunakan kapal yang

diusahakan oleh perusahaan nasional baik yang melakukan

trayek dalam negeri maupun internasional.

Perkiraan output atas dasar harga yang berlaku didasarkan

pada perkalian antara jumlah penumpang dan barang dengan

masing-masing rata-rata output per penumpang. Rata-rata output

per Indikator produksi tersebut di atas diperoleh dari SKPR di

Kabupaten Mimika. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000

dicari dengan menggunakan cara ekstrapolasi dengan indeks

(50)

3.7.1.3. Angkutan Udara

Mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang

dan kegiatan lain berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan

oleh perusahaan penerbangan milik nasional dalam negeri. Tdak

termasuk disini kegiatan jasa penunjang angkutan udara seperti

bandar udara, keagenan penumpang dan barang (termasuk bagasi

lebih dan pos paket) yang diangkut dengan tarip yang ada dari

bandara asal ke bandara tujuan. Data lalu lintas angkutan udara

diperoleh dari Dirjen Perhubungan Udara Kabupaten Mimika.

Sedangkan untuk output harga konstan 2000 memakai

ekstrapolasi sesuai dengan masing-masing indikator kegiatan.

3.7.2. Subsektor Komunikasi

3.7.2.1. Pos dan Giro

Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti

pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan

penjualan benda pos dan sebagainya. Output Pos dan Giro

diperoleh langsung dari PN Pos dan Giro Wilayah XII Papua

Cabang Timika. Sedangkan ratio biaya antara dan penyusutan

dari SKPR Kabupaten Mimika. Perhitungan atas dasar harga

konstan 2000 dicari memakai ekstrapolasi dengan indeks

(51)

3.7.2.2. Telekomunikasi

Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal

pemakaian hubungan telegram, teleks dan telepon. Perkiraan

output didapat langsung dari PT. Telkom Indonesia, Kantor

Pelayanan Timika. Ratio biaya antara dan penyusutan dari

SKPR. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai

cara ekstrapolasi dengan Indeks Gabungan produksi Tele-

komunikasi sebagai ekstrapolatornya.

3.7.3. Subsektor Jasa Penunjang Angkutan

Ruang lingkup jasa penunjang angkutan seri tahun 2000 sedikit

berbeda dengan seri tahun 1983. Kegiatan ini mencakup juga kegiatan

pengerukan pelabuhan laut dan jasa pengujian kelayakan kapal laut.

Pada dasarnya kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah

semua kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan

pengangkutan, seperti jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat

(terminal parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang

(travel biro), ekspedisi laut dan udara, jalan tol, dan sebagainya.

Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku

diperoleh dengan pendekatan produksi. Sumber data yang digunakan

umumnya diperoleh dari BUMN terkait (untuk kegiatan yang sifatnya

monopoli pemerintah), BPS dan dari survei khusus pendapatan

(52)

3.8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

3.8.1. Subsektor Bank

Penghitungan output dan nilai tambah bank atas dasar harga

yang berlaku diperoleh langsung dari Bank Indonesia melalui BPS

Jakarta, dimana output seluruh Kota/Kota sudah tersedia. Untuk

perkiraan atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi

memakai Indeks Biaya Hidup Kelompok Umum.

3.8.2. Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank

Mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian,

Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan (Sewa Guna

Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan

Kartu Kredit).

3.8.2.1. Usaha Jasa Asuransi

Asuransi merupakan salah satu jenis lembaga keuangan

bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas

terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut,

sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau

menyebabkan terjadinya kematian. Output dari kegiatan

asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, dan

asuransi bukan jiwa. Output atau nilai tambah bruto atas dasar

harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan

(53)

roleh dengan metode deflasi memakai Indeks Biaya Hidup

Kelompok Umum.

3.8.2.2. Dana Pensiun

Output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku dari

kegiatan dana pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan

keuangan (Necara Rugi/Laba). Sedangkan output dan nilai

tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan

cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai deflator/ekstrapolatornya

adalah IHK Umum atau jumlah peserta.

3.8.2.3. Pegadaian

Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku

dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan

keuangan (Laporan Rugi/Laba). Sedangkan output dan nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan

menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya

adalah jumlah nasabah atau omset dari perusahaan pegadaian.

3.8.2.4. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan ini mencakup sewa guna usaha,

Modal Ventura, Anjak Piutang, Kartu Kredit, dan Pembiayaan

Konsumen. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari

Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen

Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan). Sedangkan output

(54)

menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya

adalah jumlah perusahaan.

3.8.3. Subsektor Jasa Penunjang Keuangan

Mencakup kegiatan Pedagang Valuta Asing, Pasar Modal, dan

jasa penunjangnya, Underwriter (penjamin emisi), Lembaga Kliring

Penyelesaian dan Penyimpanan, Manajer Investasi, Penasehat

Investasi, Reksa Dana, Biro Administrasi Efek, Tempat Penitipan

Harta atau Custodian, dan sejenisnya.

3.8.4. Subsektor Sewa Bangunan

Subsektor ini meliputi : usaha persewaan bangunan dan tanah,

baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bangunan

bukan tempat tinggal seperti perkantoran, serta usaha persewaan tanah

persil.

Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari

perkalian antara pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk

sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa

rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan penduduk pertengahan

tahun. Data usaha persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh

berdasarkan hasil sensus dan survei yang dilakukan BPS.

Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat

tinggal diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan

dengan rata-rata tarif sewa per m2. Nilai tambah bruto diperoleh dari

(55)

Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan

diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dengan indeks

luas bangunan sebagai ekstrapolatornya.

3.8.5. Subsektor Jasa Perusahaan

Mencakup kagiatan pemberian jasa hukum (advokat dan

notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan

penyajian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan

riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, dan jasa foto

copy. Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator

produksi (jum

Gambar

Gambar 1.Susunan Agregat Pendapatan Regional
Gambar 1. Perkembangan PDRB Mimika Tahun 2009-2013
Grafik 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Mimika
Grafik 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alat ukur yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah PDRB. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah menganalisis pengaruh sektor industri, perdagangan dan pertanian

PDB dapat digunakan sebagai variabel independent (eksogen) yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan alasan bahwa angka PDB dapat menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan

Kontribusi sektor industri terhadap PDRB kota Batam selama periode 2010- 2016 merupakan sektor yang tertinggi diantara sektor-sektor ekonomi lain. Berdasarkan

Produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi yang diproduksi oleh

& jasa perusahaan terhadap PDRB % 9,00% 1 Program Peningkatan Promosi & Kerjasama Investasi 2 Pertumbuhan ekonomi sektor jasa-jasa terhadap. PDRB % 5,70% 2 Program

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB berbagai sektor ekonomi dan PDRB Per kapita dari seluruh kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.. Metode

Pada Pertumbuhan ekonomi suatu daerah seperti hal nya kota Palembang yang dimana Produk Domestik Bruto(PDRB) kota Palembang mempunyai beberapa sub sektor yang dimana

Pertumbuhan PDRB, PDRB Per kapita, jumlah Penduduk, dan Angka Harapan Lama Sekolah dan PDRB dan Jumlah Penduduk Miskin dalam rentang 8 tahun terakhir bisa dilihat pada Tabel 1.1