• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PSI 0901829 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PSI 0901829 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk utama Hallyu Wave yang dinikmati tidak hanya di Korea Selatan, namun juga di berbagai Negara. Hallyu Wave atau Korean Wave (bahasa Indonesia: gelombang korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia (Hyo Bin, 2011).

Fenomena K-Pop bermula dari diterimanya drama-drama Korea yang ditayangkan di stasiun televisi Indonesia. Original Soundtrack drama-drama Korea-lah yang kemudian membuat K-Pop mulai dikenali di Indonesia. Di antara penyanyi-penyanyi K-Pop, yang popular di kalangan anak muda adalah idol

group atau yang biasa disebut boyband/girlband. Boyband atau girlband adalah

pop grup yang terdiri dari laki-laki muda (atau perempuan muda) yang atraktif, dimana musik dan image-nya didesain untuk menarik khususnya audiens remaja (Oxford, 2013). Sejak itu, penggemar K-Pop mulai sering dijumpai.

Dengan berkembangnya teknologi pula-lah penggemar K-Pop yang tidak hanya di Indonesia namun di dunia semakin berkembang. Media untuk memberitakan K-Pop semakin beragam. Tidak sebatas media cetak seperti koran, majalah, tabloid dan media elektronik seperti televisi, radio saja, tetapi juga media

online seperti Facebook, Twitter dan Youtube semakin mendekatkan para

penggemar K-Pop di seluruh dunia dengan idolanya dan juga untuk memperbaharui berita K-Pop secara cepat.

(2)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan kegiatan sosial ini pada saat idola mereka berulang tahun dan melakukan konser. Seperti dilansir KapanLagi.com (2012), fans Super Junior Yesung dari Indonesia pada 5 September 2012 lalu menyumbangkan total Rp. 17.900.000 kepada Yayasan Bhakti Luhur, Jakarta. Ada pula fans INFINITE yang menyumbangkan Rp. 4.308.000 kepada Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Jakarta Pusat, pada 24 Februari 2013 (detikhot, 2013). Kegiatan amal tersebut telah diketahui dan dipuji oleh anggota INFINITE sendiri pada saat wawancara dengan Dreamers Radio 10 Maret 2013 lalu.

Contoh lain tindakan fans adalah mengikuti (stalking) idola mereka. Di Korea ada istilah ‘Sasaeng fans’, yaitu penggemar fanatik yang mengikuti kehidupan pribadi idolanya dan setiap pergerakannya (Allkpop, 2011). Park Yoochun, salah satu anggota boyband JYJ dari Korea harus mengalami berbagai kejadian tidak menyenangkan dari sasaeng fans-nya. Penggemar tersebut mengikutinya kemanapun ia pergi, terkadang mereka akan menabrakkan kendaraan yang mereka tumpangi pada kendaraan miliknya agar dapat melihat idolanya tersebut. Tidak hanya itu, penggemar tersebut menampar Yoochun dengan tujuan agar mendapatkan perhatian dari idolanya dan mengingatnya (Allkpop, 2012).

Di Indonesia fenomena yang sedang banyak terjadi adalah fenomena virtual

husband/wife atau boyfriend/girlfriend. Fenomena virtual husband/wife atau

boyfriend/girlfriend adalah ketika seorang fans memanggil idolanya tersebut

dengan sebutan ‘suami’, ‘istri’ atau ‘pacar’. Mereka menganggap idolanya tersebut adalah pasangan mereka. Fenomena ini mungkin tidak terdengar seburuk fenomena ‘sasaeng’ fans di atas, namun fenomena ini yang banyak terjadi pada penggemar-penggemar boyband dan girlband di Indonesia sekarang ini, terutama pada penggemar boyband dan girlband K-Pop. Para penggemar boyband atau

girlband biasanya memiliki anggota favorit yang mereka sebut dengan ‘bias’.

(3)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini bisa terjadi dikarenakan banyak program televisi di Korea menampilkan kehidupan sehari-hari para artis K-Pop yang bertujuan agar para fans mengetahui idolanya lebih dekat. Menurut Nordlund (1987; dalam Arda, 2006), program seperti drama, entertaintment shows, program kuis di televisi memiliki potensi yang tinggi untuk berinteraksi dengan media. Terlebih, pada zaman sekarang fans dapat lebih mudah mendapatkan video-video dan artikel tentang selebritis favorit mereka dengan mengakses internet. Program-program televisi di Korea, khususnya program yang dibintangi oleh artis K-Pop, seringkali mereka melakukan interaksi satu arah dengan penonton di rumah. Contohnya pada boyband GOT7, boyband yang memiliki tujuh orang anggota dan baru saja debut awal tahun 2014 ini telah memiliki acara mereka sendiri yaitu, Real GOT7 yang ditayangkan di Youtube. Para anggota GOT7 akan menatap kamera dan bertanya tentang pendapat para penonton sehingga penonton di rumah merasa sedang diajak berbicara dan merasa menjadi bagian dari acara tersebut. Hal tersebut memberi ilusi hubungan tatap muka yang disebut dengan hubungan parasosial. Saat penonton merespon pertanyaan atau pernyataan dari seorang

performer, itulah yang disebut interaksi parasosial. Performers tersebut dapat

seorang selebritis, pembawa acara, ataupun karakter suatu film. Mereka juga disebut persona, yaitu, sosok yang khas dan asli dari kehidupan sosial yang disajikan oleh radio dan televisi (Horton & Wohl, 1956).

Seorang fans yang telah terbiasa menyaksikan idolanya dari waktu ke waktu melalui media merasakan sense of intimacy yang terus berkembang yang membuat mereka merasa mengenal dan mengerti idolanya tersebut. Robert Zajonc (dalam The Psychology Book, 2012) menyebutnya propinquity effect, ketertarikan timbul karena seringnya melihat seseorang. Selanjutnya, individu mungkin menginginkan suatu hal yang lebih seperti bertemu dengan idolanya.

(4)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selebritis berfungsi sebagai self-image yang ideal (Derrick et al, 2008). Selebritis dapat menginspirasi upaya self-transformation yang akan mempengaruhi identitas diri dan perasaan harga diri seorang fans (Chia & Poo, 2008). Seperti The

Absorption-Addiction Model (McCutcheon, Lange, & Houran, 2002) jelaskan,

bahwa individu tertarik pada selebritis dengan tujuan untuk menumbuhkan sense

of identity dan fulfillment (yang mengarah pada ilusi memiliki hubungan yang

nyata dengan selebritis favorit mereka) yang nantinya diperkuat oleh addiction atau ketergantungan (memperkuat keinginan untuk lebih intim dengan selebriti favorit mereka). Individu dengan kondisi seperti ini akan merasa sulit untuk keluar dari situasi ini, mengatasinya, dan menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Model ini telah membuktikan bahwa perbedaan tingkat parasocial relationship dapat menunjukkan adanya disfungsi, kecemasan, dan gejala depresi. mereka juga percaya bahwa celebrity worship adalah ekspresi perilaku dari global

psychological well-being yang rendah.

Penelitan juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara parasocial

relationship dengan self-esteem. Hubungan yang signifikan antara parasocial

relationship dengan self-esteem yang menjadi pemicu seseorang dalam

melakukan cosmetic surgery (Maltby&Day, 2010). Yue (2010, dalam Liu 2013) mengatakan bahwa parasocial relationship dan role modeling adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Penggemar meniru tingkah laku selebritis favorit mereka saat mereka menganggap selebritis tersebut sebagai orang yang sukses. Penggemar melakukan cosmetic surgery karena mereka melihat selebriti favorit mereka melakukan hal yang sama dan atau ingin terlihat seperti selebriti favorit mereka.

(5)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penting dan berarti bagi individu, dimana ia menyadari peran mereka dalam memberi dan menghilangkan ketidaknyamanan, meningkatkan dan mengurangi ketidakberdayaan. Dalam hal ini fans melakukan hubungan parasosial dengan idolanya, yaitu hubungan yang diimajinasikan fans kepada sosok idolanya yang bersifat satu arah. Mereka memiliki kepercayaan bahwa idolanya tersebut dapat memberikan perasaan yang tidak didapatkan dari hubungan yang nyata.

Individu dengan self-esteem yang rendah melakukan parasocial relationship karena mereka merasa memiliki kekurangan dalam kemampuan membangun atau mempertahankan hubungan interpersonal. Sedangkan, dalam hubungan parasosial individu tidak memiliki tanggung jawab apapun, tidak akan ada penolakan, dan dapat memutuskan hubungan tersebut kapan saja. Individu juga melakukan hubungan parasosial untuk memuaskan kebutuhan mereka akan sosialisasi, konsistensi, dan afiliasi. Sesuatu yang sulit individu dapatkan karena ketakutan mereka akan penolakan dalam suatu hubungan (Rumpf, 2012).

Perasaan takut atau ketidakmampuan adalah salah satu faktor penghambat pembentukan self-esteem (Branden dalam Coopersmith, 1967). Pangkal dari pada perasaan tidak berdaya ini adalah negatif terhadap dirinya sehingga individu hidup dalam ketakutan. Kecemasan akan membuat seorang individu menjadi ragu-ragu yang berarti tidak menunjang pembentukan self-esteem.

Dalam penelitian Chan dan Zhang (2010), parasocial relationship memberikan efek yang negatif terhadap kemampuan seseorang dalam kepercayaan diri memecahkan masalah, perilaku bermasalah, dan nilai-nilai moral yang kurang positif. Bila seorang penggemar menjadi anggota suatu fanclub, mereka cenderung memiliki self-esteem yang rendah.

(6)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan pada hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum parasocial relationship pada penggemar K-Pop di Bandung?

2. Bagaimana gambaran umum self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung?

3. Sejauh mana hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran umum parasocial relationship pada penggemar K-Pop di Bandung.

2. Gambaran umum self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung.

3. Sejauh mana hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(7)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

mobilitas jalur tersebut maka diperlukan jembatan yang baru yang diharapkan. dapat melayani arus lalu lintas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial. © Dewi

memenuhi permintaan. • Keterbatasan waktu; yaitu terdapat suatu pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sehingga kegiatan.. • Optimasi biaya;

[r]

Solusi dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata 1. Jurusan Sipil Fakultas Teknik

[r]

Untuk membandingkandaya koagulasi PAC, AFC, dan aluminium sulfatdalam menurunkan turbiditas pada pengolahan air minum dengan air baku berasal dari Sungai Deli yang