• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI JENIS MEDIA SIMPAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) ARTIKEL ILMIAH PUJI SURANIANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI JENIS MEDIA SIMPAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) ARTIKEL ILMIAH PUJI SURANIANTI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI JENIS MEDIA SIMPAN TERHADAP

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO

(Theobroma cacao L.)

ARTIKEL ILMIAH

PUJI SURANIANTI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

(2)

PENGARUH BERBAGAI JENIS MEDIA SIMPAN TERHADAP

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO

(Theobroma cacao L.)

Puji Suranianti1), Elis Kartika2), dan Yulia Alia2)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

(3)
(4)

1 PENGARUH BERBAGAI JENIS MEDIA SIMPAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

Puji Suranianti1), Elis Kartika2), dan Yulia Alia2)

1)Alumni Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 2)Dosen Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 *Alamat korespodensi : pujisuranianti00@gmail.com

ABSTRAK

Benih kakao (Theobroma cacao L.) tergolong benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, selain itu benih kakao cepat berkecambah setelah buah matang, menghendaki kelembaban dan suhu tertentu, sensitif terhadap kadar air tinggi dan kadar air rendah. Penyimpanan menggunakan media simpan yang tepat akan mempertahankan viabilitas dan menjaga vigor benih tetap tinggi. Media simpan yang dapat digunakan antara lain serbuk gergaji, arang kayu dan arang sekam padi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Bulan September sampai dengan November 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yaitu jenis media simpan, terdapat 4 perlakuan, yaitu : tanpa media simpan, media simpan serbuk gergaji, media simpan arang kayu, dan media simpan arang sekam padi. Variabel yang diamati adalah kadar air benih, daya berkecambah benih, kecepatan berkecambah benih, keserempakan berkecambah benih, dan bobot kering kecambah benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media simpan serbuk gergaji dan arang sekam padi mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma

cacao L.) selama di penyimpanan dan penggunaan arang sekam padi sebagai media

simpan benih kakao mampu memperpanjang masa simpan benih kakao hingga 20 hari setelah penyimpanan.

Kata Kunci : Kakao, Benih rekalsitran, Jenis Media Simpan PENDAHULUAN

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas kakao merupakan komoditas perkebunan ketiga terbesar setelah kelapa sawit dan karet, kakao berperan penting dalam meningkatkan perekonomian penghasil devisa sekaligus meningkatkan perekonomian petani (Managanta, 2019).

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil tanaman kakao. Perkebunan kakao di Provinsi Jambi tersebar di beberapa kabupaten. Kabupaten

(5)

2 Muaro Jambi merupakan salah satu sentra penghasil komoditi kakao di Provinsi Jambi tepatnya di Kecamatan Kumpeh.

Produksi dan produktivitas tanaman kakao di Provinsi Jambi mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi tanaman kakao di Provinsi Jambi terjadi pada tahun 2018 yaitu 615 ton. Hal ini disebabkan karena luas areal tanaman menghasilkan (TM) tergolong tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya. Luas areal pertanaman kakao Provinsi Jambi tahun 2019 terlihat bahwa 571 Ha (25.22%) merupakan tanaman tidak menghasilkan atau tanaman rusak, dengan demikian masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi dengan melakukan peremajaan. Peremajaan kembali membutuhkan penyediaan benih kakao dalam jumlah banyak. Benih kakao merupakan titik awal dari segala proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao.

Benih kakao tergolong benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan lama. Sudrajat et al., (2015) menyatakan bahwa benih rekalsitran hanya dapat disimpan dalam waktu empat minggu. Sifat benih rekalsitran adalah cepat berkecambah setelah buah matang, menghendaki kelembaban dan suhu tertentu, sensitif terhadap kadar air tinggi dan kadar air rendah, serta tidak tahan disimpan lama (Baharuddin, 2010). Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan benih kakao mudah berkecambah sedangkan kadar air yang terlalu rendah menyebabkan benih kakao mengalami kematian. Benih kakao yang bersifat rekalsitran memiliki daya simpan tertinggi hanya 20 hari bila biji tetap dalam kulit buah kakao. Pada kondisi ini proses perkecambahan biji kakao dihambat oleh daging buah akan tetapi cara ini membutuhkan wadah yang besar, hal ini dikarenakan 80% bagian dari buah kakao adalah kulit buah kakao yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Apabila dikeluarkan dari kulit buah, dalam waktu 3-4 hari benih kakao akan segera berkecambah dan mati setelah 7-10 hari (Rahardjo, 2012). Di sisi lain penurunan kadar air benih sampai di bawah kadar air kritis (12% - 31%) dapat menyebabkan viabilitas benih kakao menurun dengan cepat, bahkan dapat menyebabkan kematian (Esrita, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka mempertahankan kadar air pada kondisi optimal merupakan hal yang penting dalam penyimpanan benih kakao.

Salah satu usaha untuk mempertahankan kadar air benih agar tetap optimal adalah dengan menyimpan benih pada ruang atau wadah yang kelembabannya tinggi dengan menggunakan media simpan yang tepat. Media simpan yang tepat mampu memperpanjang periode penyimpanan pada benih rekalsitran khususnya benih kakao. Menurut Halimursyadah (2012), tempat penyimpanan benih rekalsitran memerlukan suhu ruang 4-200 C dan kelembaban relatif 70-90%. Kadar air benih awal yang aman untuk penyimpanan berkisar 35-40% (Rahardjo dan Hartatri 2010). Media simpan yang digunakan berupa humektan, suatu zat yang

dapat digunakan untuk menjaga kelembaban. Humektan menjaga kelembaban

benih agar tetap dalam kondisi optimal berupa bahan limbah pertanian seperti serbuk gergaji, arang kayu dan arang sekam padi. Bahan-bahan tersebut di ketahui memiliki sifat higroskopis, yakni pada keadaan kering bahan tersebut dapat menyerap uap air dari lingkungan di sekitarnya (Lesilolo et al., 2012).

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh berbagai jenis media simpan terhadap viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.) dan mendapatkan jenis media simpan terbaik yang dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.).

(6)

3 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari September sampai November 2019.

Bahan yang di gunakan adalah benih kakao jenis Forastero yang diperoleh dari Perkebunan Rakyat di Desa Betung Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, serbuk gergaji, serbuk arang kayu, arang sekam, kertas label, plastik kaca, fungisida Dhitane M-45, kapur, pasir dan tanah untuk media perkecambahan. Alat –alat yang digunakan adalah kemasan simpan berupa karung goni, autoklaf, timbangan analitik, timbangan digital, bak perkecambahan, alat pemecah buah, amplop, bak untuk perendaman, termohygrometer, sprayer, karet pengikat, oven, gelas ukur, kamera dan alat tulis.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu m0 (Tanpa Media Simpan), m1 (Media Serbuk Gergaji), m2 (Media Arang Kayu), m3 (Media Arang Sekam Padi). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri 35 benih, 25 benih dikecambahkan dan 5 benih untuk pengukuran kadar air awal dan 5 benih untuk pengukuran kadar air akhir, maka benih yang dibutuhkan adalah 2.275 benih. Variabel yang diamati adalah kadar air benih, daya berkecambah benih, kecepatan berkecambah benih, keserempakan berkecambah benih, dan bobot kering kecambah benih. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel-variabel yang diamati, maka data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam. Jika terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple range Test DMRT dengan taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Benih (%)

Kadar air benih pada beberapa jenis media simpan untuk setiap periode simpan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar Air Benih Kakao Selama Penyimpanan Pada Berbagai Media Simpan

Perlakuan

Kadar Air Benih Kakao (%)

Awal 10 HSP 20 HSP 30 HSP Tanpa Media Simpan 41,63 35,94 b 31,68 b 10,44 c Media Serbuk Gergaji 41,63 35,82 b 36,90 a 18,65 b Media Arang Kayu 41,63 40,16 a 33,95 b 10,54 c Media Arang Sekam Padi 41,63 36,26 b 39,01 a 35,37 a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan UJI DMRT pada taraf α 5% HSP = Hari Setelah Penyimpanan

(7)

4 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pada 10 HSP kadar air benih tertinggi terdapat pada penyimpanan dengan menggunakan media arang kayu, yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan perlakuan tanpa media simpan, media serbuk gergaji, dan media sekam padi tidak berbeda nyata diantaranya. Pada 20 HSP kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan media arang sekam padi dan media serbuk gergaji yang berbeda nyata dengan media arang kayu dan tanpa media simpan. Pada 30 HSP kadar air tertinggi yaitu pada perlakuan arang sekam padi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa media sekam padi mampu mempertahankan kadar air benih sampai 30 HSP (30 hari setelah penyimpanan).

Daya Berkecambah (%)

Daya berkecambah benih pada beberapa jenis media simpan untuk setiap periode simpan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya Berkecambah Benih Kakao Selama Penyimpanan Pada Berbagai Media Simpan

Perlakuan

Daya Berkecambah Benih Kakao (%) Awal 10 HSP 20 HSP 30 HSP Tanpa Media Simpan 94,00 72,00 a 16,00 c 0,00 b Media Serbuk Gergaji 94,00 64,00 a 34,40 b 20,80 a Media Arang Kayu 94,00 81,60 a 19,20 c 3,20 b Media Arang Sekam Padi 94,00 63,20 a 75,20 a 18,40 a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan UJI DMRT pada taraf α 5% HSP= Hari Setelah Penyimpanan

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada 20 HSP benih yang disimpan pada media simpan arang kayu dan tanpa media media simpan masih mampu berkecambah walaupun dengan daya berkecambah yang sudah sangat rendah. Pada perlakuan tanpa media simpan hanya dapat mempertahankan daya berkecambah yang tinggi sampai dengan 10 HSP, demikian juga dengan benih yang disimpan pada media simpan serbuk gergaji dan media simpan arang kayu. Sementara benih yang disimpan pada media sekam padi mampu mempertahankan daya berkecambah benih tetap tinggi sampai 20 HSP. Selanjutnya pada 30 HSP seluruh benih yang disimpan tanpa media simpan sudah tidak mampu lagi berkecambah yang menunjukkan benih telah mati, sedangkan pada media serbuk gergaji, media arang kayu, media sekam padi masih terdapat benih yang mampu berkecambah.

Kecepatan Berkecambah (jumlah kecambah/hari)

Kecepatan berkecambah benih pada beberapa jenis media simpan untuk setiap periode simpan dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

5 Tabel 3. Kecepatan Berkecambah Benih Kakao Selama Penyimpanan Pada

Berbagai Media Simpan

Perlakuan

Kecepatan Berkecambah Benih Kakao (jumlah kecambah/hari)

Awal 10 HSP 20 HSP 30 HSP Tanpa Media Simpan 3,86 3,77 ab 1,62 c 0,00 b Media Serbuk Gergaji 3,86 3,46 ab 2,29 b 1,19 a Media Arang Kayu 3,86 4,09 a 1,47 c 0,27 b Media Arang Sekam Padi 3,86 3,20 b 3,88 a 1,23 a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan UJI DMRT pada taraf α 5% HSP= Hari Setelah Penyimpanan

Tabel 3 menunjukkan bahwa benih yang disimpan dengan media simpan dapat mempertahankan kecepatan berkecambah sampai 30 HSP dan tanpa media simpan dapat mempertahankan kecepatan berkecambah benih sampai 20 HSP. Pada perlakuan tanpa menggunakan media simpan kecepatan berkecambah benih tertinggi pada 10 HSP, demikian juga benih yang disimpan pada media simpan serbuk gergaji dan arang kayu. Sementara benih yang disimpan pada media sekam padi kecepatan berkecambah benih tetap tinggi sampai 20 HSP. Selanjutnya pada 30 HSP benih yang disimpan pada tanpa media simpan tidak lagi mampu berkecambah yang artinya tidak dapat dilakukan pengamatan lanjut untuk kecepatan berkecambah, sedangkan pada media serbuk gergaji, media arang kayu, media sekam padi masih ada benih yang mampu berkecambah.

Keserempakan Berkecambah (%)

Keserempakan berkecambah benih pada berbagai jenis media simpan untuk setiap periode simpan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keserempakan Berkecambah Benih Kakao Selama Penyimpanan Pada Media Simpan

Perlakuan

Keserempakan Berkecambah Benih Kakao (%) Awal 10 HSP 20 HSP 30 HSP Tanpa Media Simpan 88,80 41,60 b 8,00 c 0,00 b Media Serbuk Gergaji 88,80 48,80 ab 18,40 b 19,20 a Media Arang Kayu 88,80 66,40 a 13,60 b 2,40 b Media Arang Sekam Padi 88,80 55,20 ab 60,00 a 13,60 a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan UJI DMRT pada taraf α 5% HSP= Hari Setelah Penyimpanan

Tabel 4 menunjukkan bahwa benih yang disimpan dengan menggunakan perlakuan media simpan dapat mempertahankan keserempakan berkecambah sampai 30 HSP, dan tanpa media simpan dapat mempertahankan keserempakan berkecambah benih sampai 20 HSP. Pada perlakuan tanpa menggunakan media simpan keserempakan berkecambah tertinggi benih pada 10 HSP, demikian juga

(9)

6 benih yang disimpan pada media simpan serbuk gergaji dan arang kayu. Sementara benih yang disimpan pada media sekam padi mampu mempertahankan keserempakan berkecambah benih tetap tinggi sampai 20 HSP. Selanjutnya pada 30 HSP benih yang disimpan tanpa media simpan tidak mampu lagi berkecambah, sedangkan pada media serbuk gergaji, media arang kayu, dan media sekam padi masih ada benih yang mampu berkecambah.

Bobot Kering Kecambah (g)

Bobot kering kecambah pada berbagai jenis media simpan untuk setiap periode simpan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot Kering Kecambah Benih Kakao Pada Berbagai Media Simpan

Perlakuan

Bobot Kering Kecambah Benih Kakao (g) Awal 10 HSP 20 HSP 30 HSP Tanpa Media Simpan 3,69 2,15 a 1,27 c 0,00 c Media Serbuk Gergaji 3,69 2,45 a 2,12 b 1,23 a Media Arang Kayu 3,69 2,65 a 1,03 c 0,29 bc Media Arang Sekam Padi 3,69 1,96 a 2,81 a 0,83 ab Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan UJI DMRT pada taraf α 5% HSP= Hari Setelah Penyimpanan

Tabel 5 menunjukkan bahwa benih yang disimpan dengan perlakuan menggunakan media simpan dapat mempertahankan bobot kering kecambah sampai 30 HSP, dan tanpa media simpan dapat mempertahankan bobot kering kecambah sampai 20 HSP. Pada perlakuan tanpa media simpan bobot kering tertinggi terdapat pada 10 HSP demikian juga pada benih yang disimpan dengan media simpan arang kayu dan serbuk gergaji. Sementara benih yang disimpan pada media sekam padi mampu mempertahankan bobot kering kecambah tetap tinggi sampai 20 HSP. Selanjutnya pada 30 HSP benih yang disimpan pada perlakuan tanpa media simpan tidak lagi mampu berkecambah sehingga tidak ada kecambah yang dapat ditimbang, sedangkan pada media serbuk gergaji, media arang kayu, media arang sekam padi masih terdapat benih yang berkecambah sehingga masih ada kecambah yang dapat ditimbang untuk menghitung bobot kering kecambah.

PEMBAHASAN

Penggunaan berbagai jenis media simpan selama penyimpanan benih kakao memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air benih, daya berkecambah benih, kecepatan berkecambah benih, keserempakan berkecambah benih, dan bobot kering benih kakao pada periode penyimpanan ke -1, namun memberikan pengaruh nyata pada periode simpan ke- 2 dan periode simpan ke -3.

Viabilitas dan vigor benih kakao mengalami penurunan terus menerus selama periode simpan. Semakin lama benih kakao disimpan, maka viabilitas dan vigor benih semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri fisik benih kakao seperti benih tampak mengeriput, biji menjadi kecil dan berwarna gelap. Penurunan viabilitas dan vigor benih kakao selama penyimpanan sejalan dengan pendapat

(10)

7 Baharudin (2010) yang menyatakan bahwa rendahnya viabilitas dan vigor benih kakao dipengaruhi oleh aktivitas enzim sebagai akibat kemunduran dan laju perkecambahan benih yang rendah, selanjutnya laju respirasi menurun seiring dengan kemunduran benih yang berhubungan dengan rusaknya struktur membran dalam mitokondria.

Viabilitas dan vigor benih kakao sangat dipengaruhi oleh kadar air selama proses penyimpanan. Kadar air benih akan mempertahankan struktur sel dalam benih sehingga ketika benih ditanam benih akan cepat tumbuh. Kadar air benih yang tinggi akan mempengaruhi daya berkecambah benih, kadar air benih yang tinggi akan mempercepat perkecambahan benih yang selanjutnya akan menghasilkan bobot kering yang semakin berat. Hal ini didukung oleh penelitian

Lodong et al. (2015) yang menyatakan bahwa kadar air benih yang tinggi akan

mempercepat waktu berkecambah, yang selanjutnya akan menyebabkan kecepatan tumbuh tinggi tanaman dan vigor tanaman lebih tinggi.

Penggunaan media simpan memiliki peranan penting dalam penyimpanan benih, hal ini dikarenakan media simpan dapat berfungsi sebagai penyangga kelembaban yang akan menyediakan air ketika benih kakao kekurangan air dan sebaliknya menyerap air apabila benih kakao kelebihan air (Rahardjo, 2012). Penggunaan berbagai jenis media simpan pada saat penelitian mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih sampai pada akhir penelitian, meskipun viabilitas dan vigor benih kakao pada periode simpan ke-30 sangat rendah. Vigor benih yang baik akan dihasilkan dari kondisi lingkungan yang sesuai sehingga benih mampu berkecambah dengan baik, sedangkan benih yang tidak berkecambah dengan baik dapat disebabkan oleh vigor benih yang rendah atau karena sifat genetik benih (Deptisari et al., 2018).

Kadar air media simpan dalam penelitian ini untuk media serbuk gergaji adalah 20,38%, arang kayu 17,27%, dan arang sekam padi 37,54% (Lampiran 14). Kadar air media simpan mampu mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan sehingga benih tetap memiliki daya tumbuh yang tinggi. Pada penelitian ini kadar air awal media sekam padi 37,54% mampu mempertahankan kadar air benih tetap tinggi sampai pada 30 HSP. Hal ini berarti kadar air media simpan yang tinggi akan memberikan pengaruh pada penyimpanan benih kakao, sedangkan media simpan yang memiliki kadar air rendah akan mendorong benih menyeimbangkan kadar air dengan media sehingga kadar air benih menjadi rendah dan menyebabkan terjadinya kemunduran benih.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa terjadi kenaikan dan penurunan kadar air benih selama proses penyimpanan pada media serbuk gergaji dan media arang sekam padi. Hal ini diduga karena penggunaan media simpan serbuk gergaji dan media simpan arang sekam padi memiliki kelembaban yang tinggi yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air benih. Kemungkinan lain, pada saat pengambilan sampel terambil benih yang berada di bagian tengah kemasan yang diduga memiliki kelembaban lingkungan dan suhu yang tinggi akibat uap air terjebak tidak bisa keluar menyebabkan kadar air benih meningkat. Persentase turun naiknya rata-rata daya berkecambah benih kakao pada media simpan serbuk gergaji dan arang sekam padi (Tabel 2) terjadi karena nilai rata-rata kadar air benih yang tidak stabil selama penyimpanan benih. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air benih yang tinggi memiliki kemampuan untuk meningkatkan daya berkecambah benih pada saat penyimpanan.

(11)

8 Vigor benih tanaman kakao dapat ditunjukkan oleh rata-rata kecepatan berkecambah benih kakao (Tabel 3). Daya berkecambah benih kakao akan berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh kakao, semakin baik daya berkecambah maka kecepatan tumbuh benih kakao juga semakin baik. Persentase turun naiknya rata-rata keserempakan berkecambah benih kakao pada media simpan serbuk gergaji dan media simpan arang sekam padi (Tabel 4) dipengaruhi faktor fisik benih seperti luka pada benih yang akan mengakibatkan benih tidak dapat tumbuh. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor biologis benih dimana proses biologis yang terjadi pada benih selama penyimpanan adalah proses metabolisme, terutama proses respirasi benih.

Vigor benih tanaman kakao dapat ditunjukkan oleh tinggi rendahnya rata-rata bobot kering kecambah (Tabel 5), semakin tinggi kecepatan berkecambah benih akan semakin tinggi bobot kering kecambah. Vigor benih tanaman kakao dapat dilihat dari kecepatan berkecambah benih dan keserempakan tumbuh benih dimana kemampuan berkecambah benih berhubungan dengan banyaknya cadangan makanan yang dikandungnya. Sehingga semakin tinggi vigor benih maka akan semakin tinggi pula berat kering kecambah.

Media simpan arang sekam padi merupakan media terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao karena menunjukkan viabilitas dan vigor benih kakao tertinggi dibandingkan media lainnya seperti terlihat pada peubah kadar air benih (Tabel 1), daya berkecambah (Tabel 2), kecepatan berkecambah (Tabel 3), keserempakan berkecambah (Tabel 4), dan bobot kering kecambah (Tabel 5). Kadar air benih kakao pada media simpan arang sekam padi periode simpan ke-1 adalah 36,26%, daya berkecambah 63,20%, kecepatan berkecambah 3,20 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 55,20%, dan bobot kering 1,95 g, kemudian pada periode simpan ke-2 terjadi peningkatan kadar air menjadi 39,01%, daya berkecambah 75,20%, kecepatan berkecambah 3,88 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 60,00%, dan bobot kering 2,01 g, selanjutnya pada periode simpan ke-3 benih kakao mengalami penurunan kadar air menjadi 35,37%, daya berkecambah 18,40%, kecepatan berkecambah 1,23 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 13,60%, dan bobot kering 0,83 g. Kadar air benih yang tinggi akan mempengaruhi viabilitas dan vigor benih kakao selama proses penyimpanan. Kadar air benih selama proses penyimpanan mengalami peningkatan pada periode simpan kedua, hal ini diduga karena media penyimpanan yang lembab memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air benih, sehingga benih akan berimbibisi yang menyebabkan kadar air benih meningkat dan akan mempercepat penurunan daya berkecambah benih kakao. Hal ini sesuai dengan penelitian Kolo et al., (2016) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kelembaban kadar air semakin meningkat, maka viabilitas benih akan semakin menurun.

Media arang sekam padi pada periode simpan ke-3 atau 30 HSP mampu mempertahankan kadar air tetap tinggi. Hal ini dikarenakan media arang sekam padi merupakan media yang memiliki aerasi yang baik dan dapat mengendalikan kelembaban udara yang memungkinkannya untuk mengontrol kadar air benih selama proses penyimpanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Gunawan, et al., (2018) bahwa penggunaan media arang sekam padi tidak menurunkan kadar air benih di bawah 26%, sehingga benih kakao tidak mengalami kemunduran kualitas

(12)

9 (akibat penurunan kadar air) karena tidak adanya degradasi mekanisme pemicu perkecambahan di dalam benih kakao.

Media arang kayu merupakan media yang dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao serta menunjukkan viabilitas dan vigor benih tertinggi pada periode simpan ke-1 atau 10 HSP seperti ditunjukkan oleh peubah kadar air benih (Tabel 1), daya berkecambah (Tabel 2), kecepatan berkecambah (Tabel 3), keserempakan berkecambah (Tabel 4), dan bobot kering kecambah (Tabel 5). Kadar air benih kakao pada media simpan arang kayu periode simpan ke-1 adalah 40,16%, daya berkecambah 81,60%, kecepatan berkecambah 4,09 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 66,40%, dan bobot kering kecambah 2,65 g. Pada periode simpan ke-2 kadar air pada media simpan arang kayu mengalami penurunan menjadi 33,95%, daya berkecambah 19,20%, kecepatan berkecambah 1,47 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 13,60%, dan bobot kering kecambah 1,03 g. Pada periode penyimpanan ke-3 kadar air benih kakao 10,54%, daya berkecambah 3,20%, kecepatan berkecambah 0,27 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 2,40%, dan bobot kering 0,29 g.

Penggunaan media simpan arang kayu pada periode simpan ke-1 menunjukkan viabilitas dan vigor benih kakao tertinggi, kemudian viabilitas dan vigor benih kakao pada periode simpan ke-2 dan periode simpan ke-3 mengalami penurunan. Tingginya viabilitas dan vigor benih kakao pada periode simpan ke-1 diduga karena kadar air periode simpan ke-1 masih tinggi sehingga kesetimbangan kelembaban antara benih dan lingkungan di sekitar media simpan arang kayu masih terjaga. Selanjutnya kemunduran benih pada periode simpan ke-3 diduga karena kadar air media simpan arang kayu (Tabel 1) berada di bawah batas kadar air kritis (12-31%) yang menyebabkan viabilitas dan vigor benih kakao juga mengalami penurunan. Media arang kayu berkadar air rendah akan membuat benih yang memiliki kadar air rendah berusaha mencapai kondisi equilibrium dengan lingkungan sekitar benih. Kemunduran benih akibat penurunan kadar air terjadi karena benih mengalami peningkatan respirasi yang menyebabkan pengurangan cadangan makanan dalam benih. Kadar air benih yang rendah akan mengakibatkan kemunduran benih berlangsung cepat. Hal ini sejalan dengan penelitian Suldahna

et al., (2018) yang menyatakan kadar air yang terlalu rendah akan mengakibatkan

kerusakan komponen sub seluler yaitu pada perubahan stuktur enzim, struktur protein dan penurunan integritas membrane sel.

Media simpan serbuk gergaji dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao selama penelitian. Viabilitas dan vigor benih kakao ditunjukkan oleh peubah kadar air benih (Tabel 1), daya berkecambah (Tabel 2), kecepatan berkecambah (Tabel 3), keserempakan berkecambah (Tabel 4), dan bobot kering kecambah Tabel 5). Penyimpanan benih menggunakan media simpan serbuk gergaji pada periode simpan ke-1 memiliki kadar air sebesar 35,82%, daya berkecambah 64,00%, kecepatan berkecambah 3,46 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 48, 80%, dan bobot kering kecambah 2,45 g. Pada periode simpan ke-2 atau 20 HSP kadar air benih pada media simpan serbuk gergaji 36,90%, daya berkecambah 34,40%, kecepatan berkecambah 2,29 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 18,40%, dan bobot kering kecambah 2,12 g. Pada periode simpan ke-3 media serbuk gergaji kadar air mengalami penurunan yaitu menjadi 18,65%, daya berkecambah 20,80%, kecepatan berkecambah 1,19 kecambah/hari, keserempakan berkecambah 19,20%, dan bobot kering kecambah 1,23%. Kadar air pada media

(13)

10 simpan serbuk gergaji pada periode ke-2 mengalami kenaikan hal ini dikarenakan media simpan serbuk gergaji mampu menyimpan air sehingga dapat mempertahankan kelembaban di sekitar benih. Media simpan serbuk gergaji tidak mampu mempertahankan kadar air pada periode simpan ke-3, sehingga kadar air benih menurun selama proses penyimpanan yang menyebabkan terganggunya proses metabolisme di dalam benih.

Perlakuan tanpa menggunakan media simpan dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao pada periode simpan 1 dan periode simpan ke-2 ditunjukkan oleh peubah kadar air benih (Tabel 1), daya berkecambah (Tabel ke-2), kecepatan berkecambah (Tabel 3), keserempakan berkecambah (Tabel 4), dan bobot kering kecambah Tabel 5). Sementara pada periode simpan ke-3 atau 30 HSP viabilitas dan vigor benih kakao menunjukkan angka 00,00% ini artinya dalam peubah yang diamati tidak terjadi perkecambahan pada saat penelitian berlangsung sehingga tidak dapat dilakukan pengujian lebih lanjut. Hal ini disebabkan benih yang disimpan tanpa menggunakan media simpan tidak mampu menjaga kesetimbangan kadar air dalam benih itu sendiri. Proses respirasi benih yang tinggi memerlukan air, oksigen, suhu, sehingga benih lebih cepat kehilangan daya berkecambah karena hilangnya cadangan air dalam benih. Hal ini sesuai dengan pendapat (Erista, 2009) yang menyatakan bahwa kadar air benih sampai di bawah kadar air kritis (12%-31%) akan menyebabkan viabilitas benih kakao menurun dengan cepat, bahkan menyebabkan kematian. Benih yang berkadar air rendah menunjukkan cadangan makanan dalam benih juga rendah, penurunan cadangan makanan dalam benih akan terus berlangsung selama benih disimpan.

Daya simpan benih dipengaruhi oleh suhu ruang penyimpanan. Rata-rata suhu ruang simpan selama penelitian dilakukan adalah 28,070C, ini merupakan suhu yang cukup tinggi untuk penyimpanan benih rekalsitran sehingga akan mempercepat laju respirasi. Laju respirasi yang cepat akan menyebabkan viabilitas dan vigor benih cepat menurun. Menurunnya viabilitas dan vigor benih dipengaruhi oleh aktifitas enzim dalam merombak cadangan makanan sehingga cadangan makanan dalam benih berkurang yang mengakibatkan daya berkecambahnya menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Halimursyadah (2012) dalam Tambunsaribu et al., (2017) yang menyatakan bahwa penyimpanan benih rekalsitran umumnya memerlukan kisaran suhu 4-20 0C dengan kondisi ruang kelembaban 70-80%. Suhu yang tinggi pada saat penyimpanan akan menyebabkan respirasi berlangsung cepat yang menyebabkan benih cepat berkecambah.

Benih berjamur (Lampiran 15) banyak ditemukan pada media serbuk arang kayu (14,80%), kemudian tanpa media penyimpanan (12,53%), selanjutnya media arang sekam padi (10,09 %). Benih berjamur paling sedikit ditemukan pada media simpan serbuk gergaji yaitu sebesar 8,18%. Tingginya serangan jamur pada perlakuan arang kayu disebabkan oleh keadaan yang lembab di sekitar benih serta rendahnya porositas media simpan arang kayu yang menyebabkan peningkatan suhu disekitar benih. Suhu yang tinggi akan meningkatkan serangan jamur yang mengakibatkan tidak adanya pertukaran O2 dan CO2 dalam media penyimpanan, hal ini akan menyebabkan sirkulasi udara yang buruk sehingga akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar benih dan memungkinkan spora jamur untuk tumbuh serta berkembang biak. Penelitian Nengsih (2018) menjelaskan bahwa penggunaan ventilasi 8% mampu menahan serangan jamur 17,19% sampai hari ke-12 setelah

(14)

11 penyimpanan. Semakin tinggi persentase ventilasi maka CO2 banyak yang dilepas sehingga laju respirasi minimal dan benih terhindar dari serangan jamur.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan media simpan serbuk gergaji dan arang sekam padi mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.) selama di penyimpanan. Penggunaan arang sekam padi sebagai media simpan benih kakao mampu memperpanjang masa simpan benih kakao hingga 20 hari.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk menyamakan kadar air awal media simpan sebelum melakukan penyimpanan benih agar pengaruh perlakuan media simpan yang berbeda dapat dipelajari dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, S. lyas, M.R. Suhartanto dan A. Purwantara. 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Perlakuan Benih Terhadap Peningkatan Vigor Benih Kakao hibrida. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 13 (1) : 73-84.

Debtisari H. E, D.N. Erawati, Sugiarto. 2018. Pengaruh Cara Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Klon Sulawesi 01. Jurnal Agropross Politeknik Negri Jember. 39-48. DOI: 10.25047/agropross.2018.64

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Pusat data dan system informasi pertanian. Sekretaris Jendral – Kementerian Pertanian. Jakarta.

Erista. 2009. Studi Anatomi Embrio Benih Kakao Pada Beberapa Tingkat Kadar Air Benih Dan Tingkat Pengeringan. Jurnal Agronomi. 13 (1) : 1-5.

Gunawan B, Y.I. Pratiwi, Bambang. W, Hariyadi dan M. Thoyib . 2018. Pengaruh Media Simpan Serbuk Gergaji Dan Sekam Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma Cacao L.). Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya. 3 (2) : 67 - 73.

Hedty, Mukarlina, dan M. Turnip. 2014. Pemberian H2SO4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.). J. Probiont 3(1) : 7-11. Halimursyadah. 2012. Studi Penanganan Benih Rekalsitran (Avicennia marina Forsk. Vierh. Pada Beberapa Periode Simpan. Jurnal Agrotropika. 17 (2) : 43-51.

Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, I.K. Ardana, dan Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao.

(15)

12 Kartahadimaja J, E.E. Syuriani dan N.A. Hakim. 2013. Pengaruh Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term) terhadap Viabilitas dan Vigor Empat Galur Benih Inbred Jagung. Pertanian Terapan. 13(3) : 168-173.

Kartika, M. Surahman, dan M. Susanti. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) Menggunakan KNO3 dan Skarifikasi. Enviagro, J. Pertanian dan Perkebunan 8 (2) : 48-55

Kolo, E., dan A. Tefa. 2016. Pengaruh Kondisi Simpan Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Tomat (Lycopersycum esculent, Mill). Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering. 1(3) : 112-115.

Lesilolo M K, J. Patty dan N. Tetty. 2012. Penggunaan desikan abu dan lama simpan terhadap benih jagung (Zea mays L.) pada penyimpanan ruang terbuka. 1(1) : 51-59.

Lodong, O. Y., Tambing, dan Adrianton. 2015. Peranan Kemasan dan Media Simpan Terhadap Ketahanan Viabilitas dan Vigor Benih Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) Kultifar Tulo-5 Selama Penyimpanan. Jurnal Agroteknis 3(3) : 303-315.

Managanta, A.A., Sumardjo, D. Sadono, dan P. Tjitropranoto. 2019. Faktor factor yang Berpengaruh Terhadap Kompetensi Petani Kakao Di Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Penyuluhan, 15 (1) : 120-133.

Murtinah. 2018. Pengaruh periode waktu penyimpanan dalam media simpan serbuk arang kayu terhadap viabilitas benih damar (Agathis loranthifolia Salisb.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Nengsih Y. 2018. Teknik Pengemasan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dalam Penyimpanan . Jurnal Media Pertanian. 3 (2) : 89 – 98.

Nurhayati. N, Basuki dan Ainurrasjid. 2015. Pengaruh lama dan media penyimpanan benih terhadap perkecambahan Karet (Hevea brasiliensis

Muell Arg) KLON PB 260 . Jurnal Produksi Tanaman. 7 (3) : 607 – 614 .

Nora .M, N. Amir, dan R.I.S. Aminah. 2015. pengaruh komposisi media tanam terhadap pembibitan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Polybag. Klorofil. X (2) : 90 – 92.

P Vonnya Liddyannisa, C Kusmana dan Y Bramasto. 2011. Pengaruh Ruang Simpan, Media Simpan dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora mucronata . Jurnal Silvikultur Tropika. 2 (3) : 156 – 164

Pancaningtyas S. 2013. perkembangan teknologi kriopreservasi pada tanaman serta peluang penerapannya pada kakao (Theobroma cacao L.). Review Penelitian Kopi dan Kakao. 1(1) : 12-23.

Paramita E.K., T. K. Suharsi dan M. Surahman 2018. Optimasi Pengujian Daya Berkecambah dan Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas dan Vigor Benih

(16)

13 Kelor (Moringa oleifera Lam.) dalam Penyimpanan . Bul. Agrohorti. 6 (2) : 221 -230.

Pratiwi R.D, R Rabaniyah dan A Purwantoro. 2011. Pengaruh Jenis dan Kadar Air Media Simpan Terhadap Viabilitas Benih Lengkeng (Dimocarpus longan Lour). J. Vegelatika. I (2):1-6.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016. Outlook Kakao Komoditas kakao subsektor perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Rahardjo, P. 2012. Pengaruh pemberian abu sekam padi sebagai bahan desikan pada penyimpanan benih terhadap daya tumbuh dan pertumbuhan bibit kakao. Pelita Perkebunan. 28(2):91-99.

Rahardjo, P. dan D.F.S.Hartatri. 2010. Penggunaan Arcylic Acid Sodium Arcylate

Polymer dalam Upaya Mempertahankan Viabilitas Benih Kakao

(Theobroma Cacao L.) Pelita Perkebunan. 26 (2) : 83-93.

Rubiyo dan Siswanto. 2012. Peningkatan Produksi dan Pengembangan Kakao

(Theobroma cacao L.) di Indonesia. Buletin Risti. 3 (1) : 33-48.

Salim R. 2016. Karakteristik dan Mutu Arang Kayu Jati (Tectona grandis) dengan Sistem Pengarangan Campuran pada Metode Tungku Drum . Jurnal Riset Industri Hasil Hutan. 8 (2) : 53 - 64 .

Saputra Y D. 2013. Teknik Budidaya Tanaman Kakao. Trans Idea. Jogjakarta. Siregar, T.H.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 2014. Budidaya Cokelat. Penebar

Swadaya. Jakarta

Sudrajat D.J., Nurhasybi dan Y. Bramasto. 2015. Teknologi Penanganan Bibit Untuk Memenuhi standar Benih dan Bibit Bersertifikat. Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Tanaman Hutan. Bogor.

Sugiharti E .2016. Budidaya Kakao. Nuansa Cendikia. Yogyakarta.

Suldahna, Hasanuddin, E. Nurahmi. 2018. Pengaruh Bahan Pengekstrak Dan Tingkat Kadar Air Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek Lestari 5 (1) : 58-73

Sutopo L. 2012. Teknologi Benih. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Surdianto Y, N Sutrina, Basuno dan Solihin. 2018. Panduan Teknis Cara Membuat

Arang Sekam Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Barat. Sumampow, D.M.F. 2010. Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pada

Media Simpan Serbuk Gergaji). Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Soil Environment. 8 (3) :102-105

Syamsuwida D, A. Aminah dan A.R. Hidayat. 2009. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh untuk Menghambat Pertumbuhan Semai Mimba (Azadirachta

indica ) Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7 (1) : 23-31

(17)

14 Tambunsaribu DW, S Anwar, dan DR Lukiwati. 2017. Viabilitas benih dan pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L) pada beberapa jenis media simpan dan tingkat kelembaban. Journal Agro Complex. 1(3) :135-142. Yrama W. 2008. Pedoman bertanam cokelat. Tim Bina Karya Tani. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap konstruksi pengetahuan faktorisasi bentuk aljabar berdasarkan teori APOS serta hasil prasurvei yang telah disebutkan, maka

Kapur sirih dapat diformulasikan sebagai sediaan scrub yang dibuat dengan lima variasi yaitu perbandingan kapur sirih:tepung beras 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 1:8

Sedangkan golongan ulama Zaidiah menerima hadis mudallas karena hadis ini eksistensinya sama dengan hadis Mursal (Hadis mursal diterima oleh jumhur). Sedangkan ulama

Badan Usaha Milik Negara adalah bentuk badan hokum yang tunduk pada hukum Indonesia1. Tujuan BUMN sendiri ialah membangun ekonomi sosisal menuju tercapainya masyarakat yang adil

Penelitian ini bertujuan : 1). Untuk menganalisis pengaruh kemampuan terhadap kinerja Pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Bantaeng;

Pemilihan ini terjadi karena tidak adanya perbedaan pengaruh lama pipping pada telur tetas yang disemprot dengan larutan jeruk nipis dan larutan gula pada dosis

Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui pengaruh bobot badan induk terhadap fertilitas, daya tetas dan bobot tetas DOC pada ayam Kedu jengger merah

data dalam ra.