• Tidak ada hasil yang ditemukan

Floribunda 5(1) VARIASI MORFOLOGI DAEMONOROPS FISSA KOMPLEKS DI MALESIA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Floribunda 5(1) VARIASI MORFOLOGI DAEMONOROPS FISSA KOMPLEKS DI MALESIA BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI MORFOLOGI DAEMONOROPS FISSA KOMPLEKS DI MALESIA BARAT

Dwi Putri Ramadhani1 , Tatik Chikmawati2 & Himmah Rustiami3

1Program Pasca Sarjana, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680, Indonesia

2 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680, Indonesia

3Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta, Bogor km 46, Cibinong, Bogor 16911, Indonesia

Dwi Putri Ramadhani, Tatik Chikmawati & Himmah Rustiami. 2014. Morphological Variation of

Daemonorops fissa Complex in West Malesia. Floribunda 5(1): 11–16. — Daemonorops fissa complex

study in West Malesia has been done, based on 21 morphological characters of 355 herbarium specimen. D.

fissa complex in West Malesia has unique characters such as peduncle erect to ± 2 cm, fruit globose, leaves

alternate, length of involucrum 1 cm and endosperm ruminate. D. fissa complex in West Malesia consist of eight known species, namely D. angustifolia (Griff.) Mart., D. calicarpa (Griff.) Mart., D. fissa Blume, D.

grandis (Griff.) Mart., D. lewisiana (Griff.) Mart., D. melanochaetes Blume, D. monticola (Grift) Mart., and D. stenophylla Becc. Three species are proposed as new synonym, D. binnendijkii Becc. and D. trichroa

Miq. are synonim to D. angustifolia, whereas D. palembanica Blume as a synonim to D. melanochaetes. Keywords: character, Daemonorops fissa complex, morphological, West Malesia.

Dwi Putri Ramadhani, Tatik Chikmawati & Himmah Rustiami. 2014. Variasi Morfologi Daemonorops fissa Kompleks di Malesia Barat. Floribunda 5(1): 11–16. — Penelitian mengenai Daemonorops fissa kompleks di Malesia Barat telah dilakukan, berdasarkan 21 karakter morfologi dari 355 lembar spesimen. D. fissa kompleks memiliki karakter bersama yaitu tangkai bunga tegak sampai ± 2 cm, buah bulat, daun berseling, jarak panjang daun pembalut 1 cm dan endosperma termamah. D. fissa kompleks di Malesia Barat tersusun atas delapan jenis yang telah diketahui sebelumnya, yaitu D. angustifolia (Griff.) Mart., D. calicarpa (Griff.) Mart., D. fissa Blume, D. grandis (Griff.) Mart., D. lewisiana (Griff.) Mart., D. melanochaetes Blume, D.

monticola (Grift) Mart., dan D. stenophylla Becc. Tiga jenis diusulkan sebagai sinonim baru yaitu D. binnendijkii Becc. dan D. trichroa Miq. sinonim dari D. angustifolia, sedangkan D. palembanica Blume

adalah sinonim dari D. melanochaetes.

Kata kunci; karakter, Daemonorops fissa kompleks, morfologi, Malesia Barat.

Daemonorops merupakan salah satu marga

rotan yang termasuk dalam anak suku

Ca-lamoideae dengan jumlah jenis terbanyak kedua

setelah Calamus, yaitu sekitar 120 jenis (Rustiami 2011). Marga Daemonorops dideskripsikan per-tama kali oleh Blume (1849), berdasarkan tipe spesies Daemonorops melanochaetes Blume. Per-sebaran Daemonorops dimulai dari India, Cina Selatan, Kepulauan Indonesia sampai Papua Nugini Barat dengan keanekaragaman terbesar ditemukan di Malesia Barat (Dransfield et al. 2008).

Berdasarkan struktur perbungaannya, Beccari (1911) membagi Daemonorops menjadi dua seksi yaitu Daemonorops dan Piptospatha (Dransfield et al. 2008, Rustiami et al. 2014)). Ciri utama seksi Daemonorops adalah perbungaan ditutupi oleh prophyll (daun gantilan) dengan perbungaan langsung menempel di batang dan tetap tegak ketika berbunga (Furtado 1953),

se-dangkan seksi Piptospatha memiliki daun gantilan yang panjang dan gugur ketika berbuah sehingga meninggalkan bekas gugur pada batangnya.

Daemonorops fissa kompleks termasuk

da-lam seksi Daemonorops dengan karakter per-bungaan tegak dan langsung menempel di batang dengan panjang tangkai bunga ± 2 cm. Tetapi sejauh ini, batasan konsep jenis D. fissa kompleks yang dilakukan peneliti sebelumnya belum jelas, dikarenakan jenis-jenis Daemonorops memiliki variasi dan homoplasi yang tinggi pada karakter morfologinya (Umapathy et al. 2014). Penelitian sebelumnya menyebutkan D. fissa kompleks di Malesia Barat terdiri atas 9 jenis yaitu D.

angustifolia, D. binnendijkii, D. fissa, D. grandis, D. melanochaetes, D. palembanica, D. sepal, D. stenophylla dan D. trichroa (Beccari 1911),

sedangkan menurut Furtado (1953) di kawasan Malaya terdapat 3 jenis yaitu D. angustifolia, D.

(2)

jenis yang ada, maka D. fissa kompleks ditelaah kembali guna mendapatkan informasi terbaru tentang batasan konsep jenis yang sebenarnya dengan menggunakan pendekatan fenetik ber-dasarkan karakter morfologi.

BAHAN DAN METODE

Bahan penelitian yang digunakan adalah spesimen yang disimpan di Herbarium Bogoriense (BO) yang dikoleksi dari Sumatra, Jawa, Borneo dan Semenanjung Malaya. Selain itu dilakukan penelitian di tiga lokasi di Sumatera Utara yaitu Sibolangit, Deleng Lancuk dan Gunung Sinabung. Pengambilan sampel di lapangan menggunakan metode jelajah (Rugayah et al. 2004) dan pem-buatan spesimen herbarium mengikuti prosedur standar oleh Dransfield (1986). Pengamatan morfologi pada seluruh sampel mengacu pada kriteria yang digunakan Vogel (1987) Rustiami et

al. (2011) dan Rifai (2012).

Analisis Data

Keseluruhan ciri disusun dalam bentuk matriks dan dianalisis dengan menggunakan program NTSys ver 2.02i untuk melihat kemiripan morfologi antar jenis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Bersama dan Habitat D. fissa Kom-pleks

D. fissa kompleks di kawasan Malesia Barat

memiliki karakter bersama yaitu tanpa tangkai bunga atau memiliki tangkai bunga sampai ± 2 cm, susunan anak daun berseling, panjang anak tangkai bunga 1 cm, bentuk buah bulat dan bentuk endosperma termamah. D. fissa kompleks di kawasan Malesia Barat terdiri dari delapan jenis yaitu D. angustifolia, D. calicarpa, D. fissa, D.

grandis, D. lewisiana, D. melanochaetes, D. monticola, dan D. stenophylla. Semua jenis

ditemukan di berbagai habitat seperti hutan hujan tropis, tempat terbuka, hutan Dipterocarpaceae, hutan primer, hutan bambu dan sepanjang aliran

memanjat sampai 10 m dan D. angustifolia, D.

fissa dan D. melanochaetes merupakan jenis

ter-tinggi memanjat sampai 20 m lebih.

Permukaaan batang D. fissa kompleks me-miliki perbedaan pada warna, letak duri dan bentuk duri. Adapun variasi warna permukaan batang dimulai dari coklat kehijauan, hijau pucat atau coklat muda dan hijau kecoklatan. Susunan duri merupakan karakter penting untuk membedakan jenis rotan. Pada penelitian ini ditemukan dua macam susunan duri yaitu tersebar dan tersusun beraturan pada lingkaran. Jenis yang memiliki duri tersebar adalah D. angustifolia, D. fissa, D.

grandis, D. melanochaetes dan D. stenophylla,

sedangkan jenis dengan duri yang tersusun ber-aturan pada lingkaran adalah D. calicarpa, D.

lewisiana dan D. monticola. Duri berbentuk seperti

jarum dan segitiga.

Bentuk lutut merupakan karakter penting dalam identifikasi rotan. Baja-Lapis (2010), meng-gambarkan empat bentuk lutut yaitu menonjol, panjang-melipat, panjang-datar, panjang-meng-gembung. Duri pada lutut biasanya mirip dengan duri pada permukaan batang. D. grandis dan D.

stenophylla memiliki bentuk lutut panjang-melipat.

Lutut pada D. melanochaetes dan D. monticola berbentuk panjang-datar. D. angustifolia memiliki lutut panjang-menggembung, sedangkan D. fissa,

D. calicarpa dan D. lewisiana memiliki lutut

seperti tonjolan (Gambar 1).

D. fissa kompleks memiliki daun gantilan

yang tetap membungkus ketika tumbuhan berbunga dan berbuah. Kerapatan duri pada daun gantilan bervariasi, mulai dari duri membeledu sampai berbulu kejur. Daun gantilan berbulu kejur ditemukan pada jenis D. angustifolia, D. fissa, D.

grandis, D. lewisiana, D. monticola, dan D. ste-nophylla, sedangkan D. calicarpa dan D.

mela-nochaetes memiliki duri membeledu yang

menutupi seluruh permukaan daun gantilan. Wa-laupun sama-sama memiliki duri membeledu, tetapi kedua jenis ini memiliki bentuk duri yang berbeda, duri D. calicarpa berbentuk jarum sedangkan duri D. melanochaetes berbentuk segitiga (Gambar 2)

(3)

Gambar 1. Bentuk lutut. A. Menonjol. B. Panjang-melipat. C. Panjang-datar. D. Panjang menggembung.

Gambar 2. Bentuk daun gantilan. A. Duri membeledu. B. Duri membeledu. C. Duri berbulu kejur. D. Bentuk duri jarum. E. Bentuk duri segitiga.

Semua buah D. fissa kompleks berbentuk bulat, tetapi antara jenis berbeda pada permukaan sisik. Semua jenis memiliki permukaan sisik yang rata,

hanya satu jenis yaitu D. monticola yang memiliki permukaan sisik yang menonjol keluar. (Gambar 3)

A B

Gambar 3. Permukaan sisik pada buah. A. Sisik menonjol ke luar. B. Sisik rata. Semua genus Daemonorops memiliki endosperma

termamah (Dransfield et al. 2008). Endosperma D.

fissa kompleks dapat termamah sedikit dan

termamah sangat dalam. Erdosperma yang termamah sedikit dijumpai pada jenis D.

calicarpa, D. fissa, D. lewisiana dan D. monticola,

sedangkan termamah sangat dalam dijumpai pada jenis D. angustifolia, D. grandis, D. melanochaetes dan D. stenophylla (Gambar 4).

A B C D

B D E

(4)

B

Gambar 4. Bentuk Endosperma. A. Biji termamah sedikit. B. Termamah dalam.

Kunci Identifikasi D. fissa Kompleks di Kawasan Malesia Barat

1. a. Perbungaan pleonantik memanjat dengan tinggi total sampai 30 m ... 2 b. Perbungaan hapaksantik tegak dengan tinggi total sampai 6 m ... 7 2. a. Tangkai daun pendek sektar 4 cm... D. stenophylla b. Tangkai daun panjang > 20 cm ... 3 3. a. Jumlah pinak daun 30 helai pada tiap tangkai daun, tangkai bunga 1 cm dan licin ... D. grandis b. Jumlah pinak daun > 50 helai pada tiap tangkai daun, tangkai bunga > 1 cm dan berduri ... 4 4. a. Panjang internodus ≥ 30 cm, permukaan seludang membeledu dengan duri menutupi seluruh

permukaan seludang ... D. melanochaetes b. Panjang internodus < 30 cm, permukaan seludang berbulu kejur 5

5. a. Duri pada batang tersebar dengan sisik buah rata ... 6 b. Duri pada batang tersusun rapi membentuk lingkaran dengan sisik menonjol ke luar ... ...D. monticola 6. a. Endosperma termamah sedikit ... D. fissa b. Endosperma termamah sangat dalam... D. angustifolia 7. a. Lutut menonjol, mulut batang tidak berduri ... D. lewisiana

b. Lutut panjang melipat, mulut batang berduri seperti jarum... D. calicarpa

Pengelompokan D. fissa Kompleks di Kawasan Malesia Barat

Analisis pengelompokan gugus dalam D.

fissa kompleks dilakukan terhadap 23 individu

yang mewakili D. angustifolia, D. binnendijkii, D.

calicarpa, D. fissa, D. grandis, D. lewisiana, D. melanochaetes, D. monticola, D. palembanica, D. stenophylla dan D. trichroa berdasarkan 21

karakter morfologi (Tabel 1). Hasil analisis gugus berdasarkan karakter morfologi mengelompokkan seluruh individu ke dalam dua kelompok utama dengan koefisien kemiripan berkisar dari 0.36– 1.00 (Gambar 5).

Kelompok satu terdiri dari enam jenis yaitu

D. angustifolia, D. fissa, D. grandis, D. mela-nochaetes, D. monticola dan D. stenophylla.

Kelompok dua terdiri dari D. lewisiana dan D.

callicarpa. Kedua gugus ini memisah berdasarkan

karakter tinggi total, jumlah pinak daun, lebar pinak daun, pola duri pada tangkai daun, letak duri di tangkai daun dan tipe perbungaan.

Berdasarkan koefisien kemiripan, D.

angus-tifolia, D. binnendijkii dan D. trichroa memiliki

kesamaan identik sebesar 100%. karena itu, jenis

D. binnendijkii dan D. trichroa adalah sinonim dari D. angustifolia. Berdasarkan kerapatan duri pada

tangkai daun, duri pada daun, gantilan membeledu dan endosperma termamah, D. palembanica dija-dikan sebagai sinonim dari D. melanochaetes. Kelompok satu mengelompok berdasarkan ka-rakter duri yang tersebar, duri pada tangkai daun di bagian atas dan perbungaan pleonanthic. Se-dangkan kelompok dua mengelompok berdasarkan karakter tinggi total ≤ 5 m, duri pada tangkai daun tersusun dalam lingkaran dan perbungaan hapa-xanthic.

(5)

No Karakter Sifat karakter (nilai)

1. Tinggi total ≤ 5 m (0), 6 m–10 m (1), ≥20 m (2) 2. Panjang internodus ≤20 cm (0), 21–30 cm (1), >30 cm (2) 3. Panjang tangkai daun 4 cm (0), 20–30 cm (1), > 30 cm (2) 4. Duri pada batang tersebar Tidak ada (0), ada (1)

5. Duri pada batang tersusun dalam ling-karan

Tidak ada (0), ada (1) 6. Duri pada tangkai daun Tidak berduri (0), berduri (1)

7. Letak duri pada tangkai daun Bagian atas (0), bagian atas dan bawah (2) 8. Bentuk lutut Panjang-melipat (0), datar (1),

panjang-menggembung (2). menonjol (3)

9. Jumlah pinak daun 30 pasang (0), 50–80 pasang (1), >80 pasang (2) 10. Lebar pinak daun ≤ 1 cm (0), 1.5–2.5 cm (1), ≥ 3 cm (2)

11. Kerapatan duri pada 2m2 batang ≤5 (0), 6–10 (1), ≥ 11 (2) 12. Duri pada mulut batang Tidak berduri (0), berduri (1) 13. Bentuk duri seperti jarum Tidak ada (0), ada (1) 14. Bentuk duri segitiga Tidak ada (0), ada (1)

15. Tipe perbungaan Pleonanthic (0), hapaxanthic (1)

16. Panjang seludang ≤ 30 cm (0), > 30 cm (1) 17. Permukaan seludang Jarang (0), gimbal (1) 18. Panjang tangkai bunga 1 cm (0), > 1 cm (1)

19. Duri pada tangkai bunga Tidak berduri (0), berduri (1) 20. Permukaan sisik Rata (0), cembung (1)

21. Endosperma Termamah sedikit (0), termamah sangat dalam (1) Tabel 1. Karakter morfologi D. fissa kompleks

Coefficient 0.36 0.52 0.68 0.84 1.00 D_melanochaetes1MW D angustifolia1 D binnendijkii1 D binnendijkii2 D angustifolia2 D angustifolia4 D trichroa D angustifolia3 D melanochaetes1 D melanochaetes3 D melanochaetes2 D palembanica D fissa1 D fissa2 D monticola1 D monticola2 D grandis1 D grandis2 D stenophylla D lewisiana1 D lewisiana3 D lewisiana2 D calicarpa1 D calicarpa2

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Baja-Lapis AC. 2010. A Field Guide to Philippine Rattans. The Asian International Journal of Life Sciences and Rushing Water Publiher. Laguna, Filipina

BeccariO.1911. Asiatic palm–Lepidocaryeae part 2. The species of Daemonorops. Ann. R.

Bot. Gard.–Calcutta 12(1): 1–237.

Blume CL. 1849. Rumphia, Sive Commenta-ttiones Botanicae Imprimis de Plantis Indiae Orientali 3. Lugduni Batavorum.

Dransfield J. 1979. A Mannual of Rattans of the

Malay Peninsula. Kuala Lumpur:

Malay-sian Forest Records No 29. Forest Depart-ment of Malaysia.

Dransfield J. 1984. The Rattans of Sabah. Sabah: Sabah Forest Record No 13. Forest Depart-ment Sabah.

Dransfield J. 1986. A guide to collecting palms.

Ann. Miss. Bot. Gard. 73: 166–176.

Dransfield J. 1992. The Rattans of Sarawak. Lon-don: Royal Botanic Gardens, Kew, UK and Sarawak Forest Departement, Sarawak, Ma-laysia

Dransfield J, Uhl NW, Asmussen CB, Baker WJ, Harley MM & Lewis CE. 2008.

Gene-ra Palmarum: The evolution and classifi-cation of palms. Kew (UK): Royal Botanic

Garden.

Furtado CX.1953.The genus Daemonorops in Malaya. Gard. Bull. Sing. 14: 49–147. Rifai MA. 2012. Asas-asas Sistematika Biologi.

Bogor (ID): Herbarium Bogoriense Puslit Biologi LIPI.

Rugayah, Retnowati A, Windadri FI & Hidayat A. 2004. Pengumpulan Data Taksonomi. In: Rugayah, Widjaja EA & Praptiwi (eds.).

Pedoman Pengumpulan Data Keaneka-ragaman Flora. Puslit Biologi-LIPI.

Bogor-Indonesia. Pp: 5–42.

Rustiami H. 2009. Konsep jenis palem; sebuah pengantar. Berita Biologi. 9(5): 459–463. Rustiami H. 2011. Revision of Calamus and

Dae-monorops (Arecaceae) in Sulawesi.

[diser-tasi]. Institut Pertanian Bogor.

Rustiami H, Dransfield J & Fernando E. 2014.

Daemonorops sedisspirituum, a new species

of Daemonorops Blume (Arecaceae:

Calamoideae) from Java. Kew Bulletin 69

(3): 9531

Rustiami H, Mogea JP & Tjitrosoedirjo SS. 2011. Revision of the rattan (Palmae:

Calamo-ideae) in Sulawesi using a phenetic analysis

approach. In: Wong KM, Skornickova JL, Lee S & Low YW (eds.). Proceedings of

the 8th Flora Malesiana Symposium.

Gar-den Bulletin Singapore. 63 (1 & 2): 17–30.

Umapathy S, Narashiman D, Sanjappa M, Uma RS & Ravikanth G. 2014. Species delimitation in congenerics of genus Daemonorops from India using DNA barcodes. Communication

in Plant Sciences. 5(1): 1–8

Vogel EF de. 1987. Guidelines for the

pre-paration of revisions. Manual of Herbarium Taxonomy: Theory and Practice. Indonesia:

Unesco for Southeast Asia.

Willey EO. 1981. Phylogenetics, The Theory and

Practice of Phylogenetic Systematic. John

Willey and So. karakter yang dianggap kuat adalah bentuk lutut,

pola duri dan lebar daun. Menurut Baja-lapis (2010), bentuk lutut merupakan karakter penting untuk identifikasi jenis rotan. Pola duri dan lebar daun dapat dijadikan ciri diagnosis suatu jenis, pola duri dapat tersebar membentuk lingkaran dan beraturan, sedangkan lebar daun merupakan ciri diagnosis pada D. grandis (Dransfiel 1979).

Mart., D. calicarpa (Griff.) Mart., D. fissa Blume,

D. grandis (Griff.) Mart., D. lewisiana (Griff.)

Mart., D. melanochaetes Blume, D. monticola (Grift) Mart., dan D. stenophylla Becc. Tiga jenis diusulkan sebagai sinonim baru yaitu D. binnendijkii Becc. dan D. trichroa Miq. sinonim

dari D. angustifolia, sedangkan D. palembanica Blume adalah sinonim dari D. melanochaetes.

Gambar

Gambar 1. Bentuk lutut. A. Menonjol. B. Panjang-melipat. C. Panjang-datar. D. Panjang  menggembung
Gambar 4. Bentuk Endosperma. A. Biji termamah sedikit. B. Termamah dalam.
Gambar 5. Dendogram D. fissa kompleks di Malesia Barat .

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah Latar belakang yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dapat menjawab, kenapa akhirnya

Sebagai karya seni rupa, sebuah logo tidak bisa lepas dari elemen- elemen senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk, warna, ruang, tipografi dll.. Seperti yang

Keduanya harus diajukan oleh jaksa apabila ia akan menilai putusan bebas yang tidak murni tersebut Permohonan kasasi dapat diajukan oleh pihak yang termasuk apa

Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan pollard berprobiotik dengan taraf yang berbeda terhadap total jamur, jenis kapang dan khamir pada

Karena nilai C.R = 14,500 &gt;1,96 maka H 0 ditolak pada taraf signifikan 5%, yang berarti budaya organisasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Dapat memperluas wacana tentang peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banyumas dan hasil

Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga

skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI NEW DUTA FOTO DI PASAR KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG dengan baik. Skripsi ini