• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 10 TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 10 TAHUN 2012"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

NOMOR: 10 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

KABUPATEN KONAWE SELATAN

TAHUN 2005-2025

DITERBITKAN OLEH

BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH

KABUPATEN KONAWE SELATAN

(2)

BUPATI KONAWE SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

NOMOR: 10 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

(RPJPD)

KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2005-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KONAWE SELATAN,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan secara efesien, efektif, dan tepat sasaran, maka dipandang perlu disusun dokumen perencanaan pembangunan daerah;

b. bahwa dalam rangka lebih mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam jangka waktu dua puluh (20) tahun, perlu ditetapkan Peraturan Daerah (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan yang memuat visi, misi serta arah pembangunan Kabupaten Konawe Selatan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan huruf (b) di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Selatan.

(3)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Konawe Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 24, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4267 ; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang

Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

(4)

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2002

tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

(5)

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

dan

BUPATI KONAWE SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2005-2025

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Konawe Selatan;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan;

3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Konawe Selatan;

4. Pembangunan Daerah adalah pembangunan yang dilaksanakan dalam wilayah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 20 (dua puluh) Tahun (2005-2025);

5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 20 (dua puluh) Tahun (2005-2025);

6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 5 (lima) Tahun;

7. Rencana Strategi Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Restra- SKPD adalah Hnlnimen nerencanaan pembangunan Dinas/Badan/Kantor/

(6)

8. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 1 (satu) Tahun;

9. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) adalah rencana pembangunan Dinas/Badan/Kantor/ Kabupaten Konawe Selatan untuk periode

1 (satu) Tahun;

10. Visi adalah rumusan umum mengenai tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Konawe Selatan yang ingin dicapai pada periode Tahun 2005-2025; dan

11. Misi adalah rumusan umum mengenai strategi pembangunan Kabupaten Konawe Selatan yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi periode 2005-2025.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN Pasal 2

Asas Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Konawe Selatan adalah Pancasila, UUD 1945, Visi dan Misi Bupati Konawe Selatan.

Pasal 3

Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2005-2025:

(1) Mewujudkan Penyusunan Rencana Pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu, komprehensif, konsisten dengan rencana induk dan tanggap terhadap perubahan; dan

(2) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan yang demokratis, akuntabilitas, transparansi, berkeadilan, berwawasan lingkungan, mandiri dan berkelanjutan.

(7)

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4

(1) RPJPD Kabupaten Konawe Selatan merupakan penjabaran visi, misi jangka panjang dengan memperhatikan RPJP Nasional dan RPJPD Propinsi, serta memuat Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan;

(2) RPJPD Kabupaten Konawe Selatan merupakan landasan dan acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Konawe Selatan selama kurun waktu Tahun 2005-2025; dan

(3) Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Konawe Selatan dibuat dalam bentuk baku yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 5

(1) Sistematika RPJPD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2005-2025 sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUMKABUPATEN KONAWE SELATAN

BAB III. VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

BAB IV. PENUTUP

(2) Sistematika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lampiran dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 6

Setiap periode 20 (dua puluh) Tahun diadakan peninjauan kembali terhadap rencana ini untuk disesuaikan dengan arah Pembangunan Daerah, perkembangan peradaban masyarakat paradigma pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan.

(8)

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 7

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini mengenai pelaksanaan program pembangunan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Konawe Selatan.

Pasal 8

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Konawe Selatan.

Ditetapkan di Andoolo

pada tanggal 8 Oktober 2012

Diundangkan di Andoolo pada tanggal 8 Oktober 2012

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN KONAWE SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

TAHUN 2012 NOMOR 10

(9)

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 10 TAHUN 2012

TANGGAL : 8 OKTOBER 2012

TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2005-2025

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Implikasi reformasi pembangunan menuntut kinerja pembangunan yang semakin baik dan sempurna, meskipun disadari bahwa tantangan pembangunan ke depan akan semakin kompleks. Dengan semakin kompleksnya pembangunan, termasuk pelaksanaan otonomi daerah sesuai amanah undang-undang dan peraturan yang berlaku diperlukan perencanaan pembangunan yang tepat, baik dan transparan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 mengamanatkan, bahwa setiap daerah yang telah melakukan pemilihan Kepala Daerah secara langsung wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

Kabupaten Konawe Selatan yang merupakan salah satu wilayah pemekaran dari Kabupaten Konawe, remi berdiri sebagai daerah otonomi pada tanggal 2 Mei 2003 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Konawe Selatan.

Sebagai daerah baru, Kabupaten konawe Selatan menghadapi banyak tantangan tetapi di depan terdapat peluang dan harapan untuk maju dan berkembang yang cukup menjanjikan bila dikelola dengan baik melalui suatu rencana yang baik, tepat dan konsisten.

Mengingat jangka waktu pelaksanaan yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun, berbagai ketidakpastian akan adanya berbagai perubahan paradigm sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan pembangunan semakin kompleks, perubahan peradaban manusia, perubahan lingkungan, terbatasnya sumberdaya pembangunan dan perubahan politik serta

(10)

RPJPD Konawe Selatan tahun 2005-2025 membuat adanya analisis yang dalam, konsisten dan sistematis.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025 dilakukan melalui proses sebagai berikut :

Tahap 1: Identifikasi permasalahan pembangunan dan potensi wilayah melalui pengumpulan data sekunder dengan metoda dokumentasi, penjaringan aspirasi masyarakat dan musyawarah perencanaan pembangunan jangka panjang, mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai tingkat kabupaten.

Tahap 2: Merumuskan masalah-masalah prioritas dan menyusun arah kebijakan pembangunan Kabupaten Konawe Selatan dalam kurun waktu dua puluh tahun dengan interval waktu lima tahunan. Kemudian selanjutnya disusun naskah rancangan awal RPJPD Konawe Selatan, yang akan menjadi bahan diskusi dalam musrembang tingkat kabupaten. Hasil musyawarah dari pemangku kepentingan tersebut disusun Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Konawe Selatan 2005-2025.

Tahap 3: Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025 disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe selatan untuk diproses menjadi Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2005- 2025.

Melalui pendekatan penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang mengkombinasikan pendekatan akademik, sosial politik, dari atas ke bawah (top down) dan dari bawah ke atas (bottom up),

semangat pembangunan dan otonomi daerah akan terpelihara dan mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga apa yang menjadi tujuan dalam perencanaan pembangunan dalam bentuk visi yang akan diwujudkan diakhir periode perencanaan dengan baik dan sukses.

(11)

1.2. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025 ditetapkan dengan maksud untuk menjadi pedoman bagi para penentu dan pengambil keputusan/kebijakan, khususnya Bupati dan calon Bupati serta pemangku kepentingan lainnya, seperti : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), pengusaha, lembaga non pemerintah, lembaga pendidikan dan seluruh lapisan masyarakat untuk menyusun rencana jangka menengah.

Sementara tujuan ditetapkannya RPJPD Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025 adalah :

1. Tersedianya dokumen perencanaan jangka panjang daerah.

2. Menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Konawe Selatan dan dokumen perencanaan menengah lainnya.

3. Menjadi pedoman bagi calon bupati dan wakil bupati dalam menyusun Visi dan Misi pada saat akan dilakukan pemilihan kepala daerah.

4. Menjadi acuan evaluasi pembangunan jangka panjang dan menengah.

1.3. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan RPJPD Kabupaten Konawe selatan tahun 2005-2025 adalah :

1. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Konawe Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara;

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

(12)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; dan

8. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2002 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

1.4. Hubungan RPJP Kabupaten Konawe Selatan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Keterkaitan kebelakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025 disusun dengan mengacu pada RPJPD Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun karena RPJP Provinsi Sulawesi Tenggara belum ada, maka yang menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025 adalah Peraturan Daerah Nomor 3 dan 4 Tahun 2003 tentang Propeda dan Renstrada Provinsi Sulawesi Tenggara mengenai Sultra Raya 2020. Pada saat Rancangan RPJPD Konawe Selatan tahun 2005-2025 disusun, Provinsi Sulawesi Tenggara juga sementara menyusun RPJP Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2025. Dengan demikian maka penyusunan RPJP Kabupaten Konawe Selatan disusun secara simultan dengan RPJP Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini dapat dibenarkan karena tidak bertentangan dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005, tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.

Selain itu RPJP Kabupaten Konawe selatan juga memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi tenggara dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Konawe Selatan.

Keterkaitan kedepan RPJPD Kabupaten Konawe Selatan menjadi acuan penyusunan RPJMD kabupaten Konawe Selatan dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat daerah Kabupaten Konawe Selatan dalam kurun waktu lima tahunan.

1.5. Sistematika Penulisan

i

Berdasarkan petunjuk penyusunan dokumen RPJPD dan RPJMD tahun 2005, sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005, maka sistematika PP.TPD Kahnnatpn Konawe Selatan disusun sebaeai berikut :

(13)

BAB I : Merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, hubungan RPJPD Kabupaten Konawe Selatan 2005-2025 dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penyusunan RPJPD Kabupaten Konawe Selatan tahun 2005-2025.

BAB II : Membahas kondisi objektif dan analisis geomorfologi dan lingkungan hidup meliputi : demografi, ekonomi dan sumberdaya alam, sosial budaya dan politik, prasarana dan sarana, pemerintahan dan data informasi lainnya. Selanjutnya disusun prediksi umum Kabupaten Konawe Selatan selama dua puluh tahun kedepan dengan interval lima tahunan berdasarkan sintesa hasil analisis.

BAB III : Memuat visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten Konawe Selatan yang ingin diwujudkan pada akhir periode perencanaan.

BAB IV : Merupakan penutup, dimana RPJPD Kabupaten Konawe Selatan diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan di Konawe Selatan untuk mendorong suksesnya pelaksanaan pembangunan daerah.

(14)

BAB II

KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUM KABUPATEN KONAWE SELATAN

Sesuai dengan petunjuk penyususnan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, maka pada bagian ini selanjutnya akan dilakukan deskripsi mengenai kondisi daerah dan analisis. Adapun kondisi dan analisis yang dimaksud adalah mengenai : geomorfologi dan lingkungan hidup , ekonomi dan sumberdaya alam, sosial budaya dan politik, prasarana dan sarana, pemerintahan dan lainnya.

2.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup 2.1.1. Input

I. Kondisi Objektif

A. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kabupaten Konawe Selatan dengan ibukota yang berkedudukan di Andoolo, secara geografis terletak pada terletak di bagian katulistiwa persisnya di tenggara pulau Sulawesi, melintang dari utara ke selatan dengan koordinat 3°.58.56’ - 4°.31.52’ Lintang Selatan, dan 121°,58’ - 123°, 16’ Bujur Timur.

Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan adalah :

- Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya, Pondidaha dan Sampara Kabupaten Konawe serta Kecamatan Baruga dan Poasia Kota Kendari

- Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana dan Kecamatan Lambandia serta Ladongi Kabupaten Kolaka

- Di sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Tobea Besar dan Selat Tiworo Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton

- Di sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku.

B. Topografi

(15)

pengembangan di sektor pertanian. Berdasarkan garis ketinggian menurut hasil penelitian wilayah Kabupaten Konawe Selatan dapat dibedakan atas 5 kelas sebagaimana disajikan pada tabel 2.1. berikut:

Tabel 2.1.

Klasifikasi Wilayah Menurut Ketinggian di Atas Permukaan Air Laut

____________ Kabupaten Konawe Selatan _________ Tinggi diatas

Permukaan Laut (m) Persentase (%)

(1) (3) 0 -25 8,11 2 5 - 100 31,62 i—* o 0 1 cn O o 39,38 5 0 0 - 1.000 13,66 1.000 keatas 7,23 Jumlah 100,00

Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011

Selain menurut ketinggian, dilakukan juga pemetaan terhadap klasifikasi kemiringan dan jenis tanah sebagaimana disajikan dalam tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2.

Klasifikasi Wilayah Menurut Kemiringan Tanah ___________Kabupaten Konawe Selatan___________

Tingkat Kemiringan Tanah persen (%) Persen (%) Derajad (0°) 00 - 02 o 0 1 1—> 00 30,52 03 - 15 1,8- 13,5 32,61 16 - 40 13,5-36,0 27,33 41 Keatas 36,0 - 90,0 9,54 Jumlah 100,00

Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011

Jenis tanah di Kabupaten Konawe Selatan juga diklasifikasikan menurut jenis tanah sebagaimana disajikan dalam tabel 2.3. berikut :

Tabel 2.3.

Klasifikasi Wilayah Menurut Jenis Tanah _______ Kabupaten Konawe Selatan

Jenis Tanah Persen (%)

1. Organosol 4,71 2. Alluvial 4,80 3. Grumosol 35,59 4. Mediteran 3,39 5. Podzolik 28,15 6. Latosol 23,36 Jumlah 100,00

(16)

C. Oceanografi

Kabupaten Konawe Selatan memiliki perairan yang luas dan beberapa buah pulau kecil dengan potensi yang sangat menonjol yaitu kekayaan hasil laut disamping juga memiliki panorama yang indah. Oleh karena itu perairan Kabupaten Konawe Selatan sangat cocok untuk pengembangan usaha perikanan laut dan pengembangan wisata bahari. Beberapa jenis ikan dari hasil perairan Kabupaten Konawe Selatan seperti Cakalang, Tongkol, Ikan Teri, Ikan Layang, Udang dan hasil-hasil laut lainnya seperti : Teripang, Jamping-jamping, Lola, Mutiara dan Agar-agar/Rumput Laut.

D. Hidrologi

Kabupaten Konawe Selatan mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi dan pembangkit tenaga listrik seperti; Sungai Lapoa, Sungai Laeya, dan Sungai Roraya. Bendungan irigasi Benua Aporo mengairi sawah ± 2.602 Ha. Selain sungai-sungai yang telah disebutkan di atas terdapat pula Rawa Aopa yang sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan darat.

E. Iklim dan Curah Hujan

Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Konawe Selatan dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik,setelah sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim Penghujan. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal sebagai Musim Pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober teri ari i musim Kemarau. Hal ini sebagai akibat dari perubahan

(17)

kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.

Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 mencapai 3.649 mm dalam 294 Hari Hujan (HH). Dibanding tahun 2009 curah hujan dan Hari Hujan (HH) mengalami peningkatan hamper dua kali lipat.

Suhu Udara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data yang ada, diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2009 suhu udara maksimum 34 °C dan minimum 19 °C. Tekanan udara rata-rata 1.009,2 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 76%. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu disekitar 4 m/sec.

F. Luas Wilayah dan Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Konawe Selatan dengan luas wilayah 5.779,47 Km2, atau 15,15% dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara yaitu 38.140 Km2. Sedangkan luas wilayah perairan (laut) adalah mencapai 9.368 Km2, dengan panjang garis pantai mencapai ± 200 Km, dengan demikian luas wilayah daratan dan laut mencapai 15.147,47 Km2.

Berdasarkan data PODES 2009, Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari 22 kecamatan dengan 357 desa dan 10 kelurahan atau total 367. Jumlah tersebut sudah termasuk desa persiapan yang jumlahnya mencapai 74 Desa. Dari 357 desa tersebut, kepala desa laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 349 orang dan 8 orang. Sedangkan lurah laki-laki sebanyak 10 orang dan tidak ada lurah perempuan. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat pada table 2.4. berikut :

(18)

Table 2.4.

Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Konawe Selatan

Kecamatan Ibu Kota D e s a Persiapan Kelurahan JumlahDesa

Tinanggea Tinanggea 22 2 2 26 Lalembu Atari Jaya 17 1 1 19

Andoolo Andoolo 18 1 2 21

Buke Buke 16 - - 16

Palangga Palangga 14 1 1 16

Palangga Selatan Lakara 9 - 1 10

Baito Baito 8 - - 8 Lainea Pamandati 12 1 - 13 Laeya Lainea 15 - 2 17 Kolono Kolono 30 1 1 33 Laonti Ulusawa 19 1 - 20 Moramo Moramo 19 - 1 20

Moramo Utara Lalowaru 9 - 1 10

Konda Konda 16 - 1 17

Wolasi Wolasi 7 3 - 10

Ranomeeto Ranomeeto 11 - 1 12

Ranomeeto Barat Lameuru 9 - - 9

Landono Landono 20 1 1 22

Mowila Mowila 20 - - 20

Angata Motaha 24 1 - 25

Benua Benua 12 3 - 15

Basala Basala 10 - - 9

Konawe Selatan Andoolo 337 16 15 368 Sumber: PODES

G. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Konawe Selatan dibedakan menjadi: lahan sawah, lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegai/kebun/ ladang/huma, padang rumput, tambak/kolam/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan rakyat, hutan negara, perkebunan, lahan yang sementara tidak diusahakan, rawa yang tidak ditanami dan lain sebagainya. Dari 451.185 hektar luas wilayah daratan kabupaten Konawe Selatan 430.650 hektar atau 95,45% adalah lahan kering dan sisanya 20.535 hektar atau 4,55% adalah lahan sawah. Sebagian besar wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan yakni 133.751 hektar atau 29,64% adalah hutan negara/rakyat, 89.723 hektar atau 19,89% adalah lahan perkebunan, Lahan Tegal/Kebun seluas 42.177 hektar atau 9,25%, lahan lainnya seluas 41.165 hektar atau 9,12%, Lahan sawah sebesar 20.535 hektar atau 4,55%, Data selengkapnya disajikan pada

(19)

Tabel 2.5.

Luas Lahan Menurut Penggunannya

Penggunaan Lahan 2007 2008 2009 2010

Tanah sawah 19.419 19.419 20.535 23.986 Pekarangan / tanah

untuk bangunan dan

halaman sekitarnya 33.717 33.717 21.470 21.470 Tegal/kebun 29.771 29.771 42.177 42.177 Ladang/huma 19.627 19.627 23.488 23.482 Padang rumput 13.324 13.324 8.758 8.758 Rawa yang tidak

ditanami 16.464 16.464 20.002 17.241 Tambak, kolam, tebat,

empang 1.670 1.670 4.825 4.825 Lahan yang sementara

tidak diusahakan 60.252 60.252 16.376 16.376 Lahan tanaman kayu-

kayuan hutan rakyat 32.527 32.527 28.915 24.484 Hutan negara 134.127 134.127 133.751 133.751 Perkebunan 43.083 43.083 89.723 89.723 Lainnya 47.439 47.439 41.165 41.165 Jumlah 481.009 451.420 451.185 451.420 Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011

H. Pertambangan dan Energi

Potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten Konawe Selatan adalah adalah sebagai berikut :

- Potensi pertambangan Marmer yang tersebar di Kecamatan Moramo.

- Potensi Batuan Ultra biasa (untuk bahan ornamen) yang terdapat di Kecamatan Kolono.

- Potensi Pasir dan Kerikil yang terdapat di semua Kecamatan. Jenis tambang yang diusahakan dan tercatat pada Dinas Pertambangan terdiri atas : batu kapur, granit, pasir dan kerikil serta tanah liat. Dari tabel 2.6. terlihat produksi & nilai produksi penggalian selama tahun 2010 tercatat sebagai berikut: granit 66.041,72 meter kubik dengan nilai sebesar 284.604.806,16 rupiah, pasir dan kerikil 152.854,25 meter kubik dengan nilai 416.480.351,84 rupiah dan Tanah liat/urug 176.722,77 meter kubik dengan nilai 251.881.987 rupiah. Total nilai produksi penggalian pada tahun 2009 sebesar 952.967.145 rupiah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6. tentang jumlah produksi dan nilai produksi

(20)

Tabel 2.6.

Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Penggalian

Jenis Jumlah Nilai Produksi

Tambang/ Galian Produksi (Rp)

Batu Kapur -

-Granit 88.836 390.958.200 a. Gelondongan 53.220 212.879.490 b. Suplit/ Split 35.616 178.078.710 Pasir dan Kerikil 207.899 560.735.364 a. Pasir 62.961 125.921.864 b. Kerikil - -c. Sirtu 144.938 434813500 Tanah Liat 171.446 249.666.340 a. Tanah Liat 15.006 15.006.410 b. Tanah Urug 156.440 234.659.930 2010 468.181 1.201.359.904

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Konawe Selatan 2010

Sampai tahun 2010 di Kabupaten Konawe Selatan terdapat satu ranting Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan pada umumnya masyarakat Kabupaten Konawe Selatan menggunakan penerangan listrik yang bersumber dari PLN. Jumlah listrik yang diproduksi atau dibangkitkan sendiri selama tahun 2010 mencapai 32.320.968 KwH atau meningkat 12,24% dengan nilai penjualan 20.143.797 ribu rupiah disbanding tahun 2009. Pada tahun 2010 banyaknya pelanggan listrik sebesar 24.490 atau mengalami peningkatan sebesar 10,86% dibandingkan tahun sebelumnya,

II. Permasalahan Geomorfologi dan Lingkungan Hidup

A. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Sebagai wilayah hinterland dari Kota Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, maka Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah penyangga yang harus berbenah diri untuk mengatasi meluasnya kegiatan ekonomi, sosial, keamanan dan politik yang sering terjadi di daerah metropolitan (Kota Kendari dalam kurun waktu 20 tahun kedepan). Disamping itu Kabupaten Konawe Selatan sebagai daerah penghubung antara Kota Kendari dengan Kabupaten Bombana, maka masalah penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan yang melintasi Kabupaten Konawe Selatan akan mengalami kerusakan dan akan terjadi kepadatan lalu lintas.

(21)

B. Topografi

Konawe Selatan memiliki topografi yang relatif datar, meskipun ada gunung dan bukit, namun persentasenya tidak terlalu banyak. Tanah yang relatif datar tersebut sebagian besar belum dimanfaatkan untuk lahan produktif.

C. Oceanografi

Konawe Selatan yang memiliki luas perairan laut yang cukup luas serta pulau-pulau kecil yang memiliki panorama pantai yang indah belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan nilai tambah disektor perikanan dan kelautan serta pengembangan sektor pariwisata pantai.

D. Hidrologi

Konawe selatan memiliki beberapa sungai rawan bencana banjir karena daerah hulu atau daerah tangkapan aliran sungai telah mengalami kerusakan. Dismping itu, pemanfaatan sungai sebagai sumber irigasi dan pembangkit tenaga listrik belum dioptimalkan dengan baik.

E. Iklim dan Curah Hujan

Sebagai daerah tropis yang memiliki musim kemarau dan musim hujan, dimana musim kemerau cenderung lebih panjang disbanding dengan musim hujan sehingga curah hujan relatif rendah yang berimplikasi pada tingkat kesuburan lahan. Dengan tingkat kesuburan lahan yang relatif terbatas maka penentuan komoditi pertanian yang tepat guna perlu dilakukan kajian yang mendalam. Masalah lain yang dihadapi adalah datangnya musim hujan yang sulit diprediksi (pancaroba), sehingga komoditi yang peka terhadap curah hujan sulit dikembangkan seperti kaps, jambu mete dan lain

sebagainya.

F. Luas Wilayah dan Administrasi pemerintahan

Optimalisasi rentang kandali jalannya pemerintahan mengalami keterbatasan sebab rentang jarak serta luas wilayah pemerintahan yang relatif luas serta masih belum optimalnya infrastruktur fisik, ekonomi dan pemerintahan.

(22)

G. Tata Guna Lahan

Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di Kabupaten Konawe Selatan perlu dalakukan studi serta analisa yang maksimal dimana lahan basah dimanfaatkan sebagai lahan persawahan dan lahan kering dimanfaatkan untuk perkebunan dan peternakan serta mengangkat potensi wilayah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. H. Pertambangan dan Energi

Indikasi kandungan material yang dapat dimanfaatkan sebagai material tambang maupun energi yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Konawe Selatan harus dapat di optimalkan pemanfaatannya serta memperhatikan aspek lingkungan hidup disekitarnya.

2.1.2. Analisis Geomorfologi dan Lingkungan Hidup I. Proyeksi Peluang

a. Letak wilayah yang strategis berbatasan langsung dengan Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. b. Topografi yang relatif datar sangat cocok untuk perkembangan

pertanian dalam arti luas.

c. Memiliki panjang pantai dan perairan untuk pengembangan perikanan dan kelautan serta periwisata bahari.

d. Memiliki sungai-sungai besar yang merupakan sumber pengairan dan air bersih.

e. Memiliki curah hujn yang cukup baik untuk perkembangan komoditi pertanian.

f. Luas wilayah cukup luas.

g. Masih tersedia lahan yang belum diolah yang berpotensi sebagai lahan pertanian dan pengembangan kegiatan ekonomi lainnya.

h. Potensi pertambangan cukup besar.

i. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, j. Pasar bebas.

(23)

II. Proyeksi ancaman

a. Bencana alam berupa banjir, tsunami dan gempa bumi . b. Pasar bebes yang tidak diantisipasi dengan baik.

c. Kebijakan Pemerintah Pusat yang kurang mendukung. d. Perubahan politik dan ekonomi dunia.

e. Pemanasan global/lingkungan hidup. f. Proyeksi permasalahan.

g. Belum tersedianya data base yang siap untuk dipasarkan kepada investor.

h. Produksi dan produktivitas hasil pertanian masih rendah. i. Debit air sungai relatif terbatas pada musim kemarau dan

banjir pada waktu musim hujan.

j. Sumberdaya alam dan hutan mengalami degradasi, k. Lahan relatif masam/kurang subur.

1. Potensi pertambangan belun diolah.

III. Proyeksi Keberhasilan

a. Laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dengan baik (8,42% pertahun) sesuai dengan luas wilayah.

b. Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan produktivitas output riil daerah.

c. Tersedianya data base yang akurat dapat menarik investor domestic maupun asing.

d. Pemanfaatan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan.

2.1.3. Prediksi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup

Prediksi keadaan geomorfologi dan lingkungan hidup Kabupaten Konawe Selatan tahun 2025 adalah sebagai berikut :

a. Tata ruang wilayah akan mengalami perubahan sebagai dampak dari pemekaran kabupaten, kecamatan dan desa serta perkembangan pembangunan ekonomi wilayah.

b. Sebagian kawasan hutan dan kawasan lindung akan berubah menjadi kawasan budidaya, permukiman dan industri.

(24)

d. Sebagian kawan budidaya akan mengalami konversi penggunaan lahan sebagai perluasan permukiman, pemerintahan dan industri.

e. Batas wilayah aka berubah sebagai dampak pemekaran wilayah. f. Pemanfaatan sungai akan mengalami perubahan, termasuk

daerah tangkapan air sungai sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.

2.2. Demografi 2.2.1. Input

I. Kondisi Objektif

A. Jumlah, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk

Hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 208.987 jiwa, atau diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 47,4 ribu jiwa selama periode 1990-2000. Berdasarkan hasil proyeksi SUPAS tahun 2005, penduduk Kabupaten Konawe Selatan meningkat dari 244.046 jiwa pada tahun 2009 menjadi 264.587 jiwa pada tahun 2010. Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebesar 8,42% per tahun, dan lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1980-1990 sekitar 4,37%, juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu yang sama sebesar 2,86%, dan juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan penduduk tahun 2009 yaitu sebesar 1,66%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:

264,587 t Y 237 918 240 244 053 046 Y 229,903 231 5 3 4 2Mf ° ° 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011

(25)

B. Struktur Umur & Jenis Kelamin

Struktur umur sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Berdasarkan tingkat usia, penduduk dapat dibagi atas anak-anak (dibawah usia 15 tahun) dan dewasa serta lanjut usia (65+). Anak-anak dan lanjut usia disebut kelompok usia tidak produktif, sedangkan dewasa (15 sd 64 tahun) disebut kelompok usia produktif. Perbandingan penduduk usia produktif dan tidak produktif merupakan angka ketergantungan.

Penduduk usia produktif tahun 2010 sebesar 162.761 dan penduduk usia non produktif sebesar 101.826. Angka Dependency rasio sebesar 62,56%. Hal ini berarti dalam 100 penduduk produktif dibebani oleh 63 penduduk tidak produktif. Dari 264.587 jiwa penduduk Kabupaten Konawe Selatan, penduduk laki-laki sebanyak 121.293 jiwa atau 49,70% sedangkan perempuan sebanyak 136.201 atau 51,48%. Berarti rasio jenis kelamin (sex rasio) penduduk Kabupaten Konsel adalah sebesar 106. Artinya dari 206 penduduk, terdapat 100 perempuan dan 106 laki-laki, dengan kata lain penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7. tentang jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin

berikut:

Tabel 2.7.

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok

Umur Laki-Laki Perempuan Total 0-4 16.346 15.412 31.758 5-9 16.818 15.464 32.282 10-14 14.495 13.604 28.099 15-19 12.390 11.419 23.809 20-24 10.851 10.620 21.471 25-29 11.940 12.002 23.942 30-34 11.064 10.711 21.775 35-39 10.479 10.058 20.537 40-44 8.480 7.658 16.138 45-49 6.505 5.946 12.451 50-54 5.051 5.009 10.060 55-59 3.811 3.267 7.078 60-64 2.811 2.689 5.500 65-69 2.149 1.796 3.945 70-74 1.404 1.266 2.670 75+ 1.607 1.465 3.072 Jumlah 136.201 128.386 264.587

(26)

II. Permasalahan Demografi

A. Jumlah, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk

Bila dibandingkan dengan luas wilayah, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan relatif rendah. Jadi rasio antara keduanya masih belum mencukupi. Hal ini berdampak pada produktifivitas daerah yang belum maksimal serta memicu banyaknya lahan produktif yang tidak terolah kaerena tenaga kerja yang masih sedikit.

Kondisi tersebut tentu juga didukung oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup rendah, sehingga dapat diprediksikan bahwa kondisi ini masih terus berjalan hingga 10 tahun kedepan.

B. Permasalahan Sturuktur Umur dan Jenis Kelamin

Walaupun Komposisi penduduk yang masuk dalam kategori usia dewasa (produktif) cukup tinggi, akan tetapi penduduk kategori usia tidak produktif (anak-anak dan lansia) juga cukup tinggi. Hal ini menyebabkan tingkat beban ketergantungan masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan masih relatif tinggi.

2.2.2. Analisis Demografi I. Proyeksi Peluang

a. Upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat secara umum relatif dapat dipenuhi.

b. Upaya penanggulangan kemiskinan relatif lebih mudah.

c. Kontrol atas masalah-masalah kependudukan relatif lebih mudah.

d. Peluang masuknya pendatang menjadi lebih besar sehingga daerah dapat lebih mudah berkembang.

II. Proyeksi Ancaman

a. Produktifitas daerah menjadi lambat karena jumlah penduduk terbatas.

b. Proporsi dana dari pusat kedaerah menjadi relatif lebih sedikit.

c. Masih dibutuhkan banyak dana untuk upaya peningkatan irimlitfis snmberdava manusia oleh karena masih banyaknya

(27)

III. Proyeksi Permasalahan

Dalam jangka panjang, jika jumlah pendatang yang masuk di wilayah Kabupaten Konawe Selatan relatif lebih sedikit,maka akan berdampak pada lambatnya produktifitas dan pertumbuhan ekonomi daerah.

IV. Proyeksi Keberhasilan

Dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun kedepan, jumlah penduduk yang masuk dalam kategori usia prodiktif menjadi lebih tinggi sehingga berdampak pada angka beban ketergantungan dapat lebih menurun.

2.2.3. Prediksi Kondisi Demografi

Dalam jangka panjang (di atas 10 tahun), pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe Selatan akan mencapai kurang lebih 7-10% pertahun dengan prediksi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 20.000-40.000 jiwa pertahun.

2.3. Ekonomi dan Sumberdaya Alam 2.3.1. Input

I. Kondisi Obyektif

A. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan ditunjukan oleh kenaikan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000.

PDRB Kabupaten Konawe Selatan atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2005 sebesar Rp. 674.777,58 juta, pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 718.816,69 juta dan kemudian meningkat menjadi Rp. 769.992,46 juta pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi Rp. 842.201,97 juta dan meningkat lagi di tahun 2009 menjadi Rp. 940.558,87 juta, atau masing-masing tumbuh sebesar 6,53% tahun 2006, 7,12% tahun 2007, 9,38% tahun 2008 dan 11,68% tahun 2009.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 9finq didukung oleh pertumbuhan sektoral yang seluruhnya

(28)

mengalami pertumbuhan positif yaitu secara berurutan dari yang tinggi sebagai berikut :

- Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 39,04%. - Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 25,89%. - Sektor industri pengolahan sebesar 14,06% .

- Sektor listrik dan air bersih sebesar 13,85%.

- Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 11,79%. - Sektor jasa-jasa sebesar 8,36%.

- Sektor konstruksi/bangunan 8,06%.

- Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,95%. - Sektor pertanian tumbuh 4,45%.

B. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Kabupaten Konawe Selatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada periode tersebut peranan Sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kabupaten Konawe Selatan mengalami penurunan yaitu 45,74% pada tahun 2007 menjadi 42,99% pada tahun 2008. Demikian pula yang terjadi pada tahun 2009, terjadi penurunan juga menjadi 39,51%. Penurunan ini disebabkan menurunnya peran dari sub Sektornya terutama sub Sektor tanaman pangan, sub Sektor tanaman perkebunan dan sub Sektor perikanan. Penurunan sub Sektor ini dikarenakan gagal panen akibat perubahan iklim serta serangan hama.

Peranan terbesar kedua pada tahun 2009 ditempati oleh Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,93%, kemudian disusul oleh Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,15%, Sektor jasa-jasa sebesar 10,19% dan Sektor konstruksi/bangunan sebesar 8,08%. Sedangkan empat sektor lainnya memberikan peran di bawah lima persen, secara berturut-turut yaitu : sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 3,95%, pertambangan dan penggalian 3,56%, industri pengolahan 1,18% dan terakhir sektor listrik dan air bersih sebesar 0,48%.

C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(29)

dinamis. Berimbang berarti adanya upaya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran, sedangkan prinsip dinamis berarti semakin meningkatnya jumlah anggaran dan tabungan pemerintah maka kemampuan daerah semakin bertambah dan ketergantungan dari pihak lain akan semakin berkurang.

Realisasi APBD dalam tahun anggaran 2010 mencapai Rp. 490.646.160.000.00. Disisi lain realisasi pengeluaran mencapai Rp. 502.651.032.000.00. Selisih antara pendapatan dan pengeluaran dibiayai dari penerimaan daerah yang mencapai Rp. 5.067.381.000.00.

Penerimaan PBB menurut sektor meningkat dari Rp. 23.476.700.000.00.tahun 2009 menjadi Rp. 29.962.200.000,00 tahun 2010 atau naik 27,63%. Dari jumlah tersebut sektor pertambangan memberikan sumbangan tertinggi sekitar 93,65% dari total penerimaan disusul sektor pedesaan yang mencapai 5,38%.

Besarnya penerimaan PBB tahun 2010 mencapai Rp. 1.655.701.006,00 atau 100% dari target pajak yang diperkirakan. D. Ketenagakerjaan

Uraian masalah ketenagkerjaan meliputi penduduk usia kerja yang didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun ke atas,yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk yang tergolong angkatan kerja dikenal dengan TPAK. Angkatan kerja dibedakan menurut penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dirinci menurut lapangan usaha, sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja adalah yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

Berdasarkan hasil Sakernas pada tahun 2010, penduduk Kabupaten Konawe Selatan yang berusia 15 tahun keatas sekitar 65,45% atau 173.161 jiwa, yang terdiri dari angkatan kerja sebesar 75,73% atau 131.142 jiwa dan bukan angkatan kerja sebesar 24,27% atau 42.019 jiwa.

Dari 131.142 jiwa angkatan kerja di Kabupaten Konawe Selatan, sekitar 98,83% atau 129.610 jiwa yang bekerja secara ekonomis dan selebihnya 1,17% atau 1.532 jiwa pengangguran, atau pencari kerja ' rann t*>rHiri atas 718 iiwa laki-laki dan 814 jiwa perempuan.

(30)

merupakan perbandingan antara banyaknya angkatan kerja dengan

t

penduduk usia kerja, mencapai 75,73%.

Menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih tinggi disbanding dengan wanita yakni 90,44% berbanding 60,18%. Keadaan ini menggambarkan masih besarnya kecenderungan masyarakat Kabupaten Konawe Selatan untuk memprioritaskan laki-laki sebagai angkatan kerja, sedangkan perempuan mengurus rumah tangga.

Dari 129.610 orang yang bekerja secara ekonomis, sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu 83.691 orang atau 64,57% terdiri dari 51.149 laki-laki dan 32.542 perempuan. Sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi merupakan sektor terbesar ke dua sedangkan sektor-sektor lainnya kurang dari 10%. Sedangkan jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten konawe Selatan tahun 2010 sebanyak 3.107 jiwa.

Dari 3.107 jiwa pencari kerja, persentasi tertinggi adalah pencari kerja dengan kualifikasi pendidikan Sarjana/Sl, yaitu sebesar 1.598 jiwa atau sekitar 51,43%, kemudian berpendidikan Sarjana Muda/DIII sebesar 1.507 jiwa atau sekitar 48,50%, kemudian berpendidikan S2 sebesar 2 orang atau sekitar 0,06%, sedangkan berpendidikan SLTA kebawah tidak ada lagi.

Dari 3.107 orang pencari kerja yang terdaftar, yang terserap diinstansi pemerintah hanya 479 orang atau sekitar 15,42%. Sisa pencari kerja yang belum terpenuhi sebesar 2.628 orang atau sekitar 84,58%.

E. Komposisi Penggunaan Lahan

Dari 451.185 hektar luas wilayah daratan kabupaten Konawe Selatan 430.650 hektar atau 95,45% adalah lahan kering dan sisanya 20.535 hektar atau 4,55% adalah lahan sawah. Sebagian besar wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan yakni 133.751 hektar atau 29,64% adalah hutan negara/rakyat, 89.723 hektar atau 19,89% adalah lahan perkebunan, Lahan Tegal/Kebun seluas 42.177 hektar atau 9,25%, lahan lainnya seluas 41.165 hektar atau 9,12%, Lahan sawah sebesar 20.535 hektar atau 4,55%. i

(31)

F. Sumber Daya Air

Kabupaten Konawe Selatan mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi, sumber air baku dan pembangkit tenaga listrik. Kabupaten Konawe Selatan juga memiliki peran penting dalam sistem jaringan sumberdaya karena selain sistem jaringan pengelolaan sumbedaya air dalam cakupan kabupaten, juga jaringan sumberdaya nasional maupun provinsi.

Jaringan sumberdaya air nasional yang ada di wilayah Kabupaten Konawe Selatan meliputi Wilayah Sungai (WS) Poleang Roraya yang meliputi DAS Roraya, DAS Asolé, DAS Laeya, DAS Wolasi, DAS Baito dan DAS Benua.

Jaringan sumberdaya air provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Konawe Selatan meliputi:

a. CAT dalam satu kabupaten/kota terdiri atas CAT Andoolo seluas 163 Krn2 dan CAT Ambesea seluas 162 Km2.

b. CAT lintas kabupaten/kota terdiri atas:

1. CAT Ranomeeto dengan luas keseluruhan 126 Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan dan Konawe serta Kota Kendari.

2. CAT Tinanggea dengan luas keseluruhan 144 Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan dan Bombana;

3. CAT Bungku dengan luas keseluruhan 2.269 Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka dan Konawe. 4. CAT Rawua dengan luas keseluruhan 256 Km2 yang tersebar

di Kabupaten Konawe Selatan, Konawe dan Konawe Utara serta Kota Kendari.

II. Permasalahan Ekonomi dan Sumberdaya Alam

A. Permasalahan Pertumbuhan Ekonomi

Angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2009 mencapai persentase 11,68%. Hal ini menunjukan angka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Konaw Selatan tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun yang sama sebesar 7,57%.

Struktur perekonomian Kabupaten Konawe Selatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian. Akan tetapi pada periode tersebut peranan Sektor

(32)

mengalami penurunan yaitu 45,74% pada tahun 2007 menjadi 42,99% pada tahun 2008. Demikian pula yang terjadi pada tahun 2009, terjadi penurunan juga menjadi 39,51%. Penurunan ini disebabkan menurunnya peran dari sub Sektornya terutama sub Sektor tanaman pangan, sub Sektor tanaman perkebunan dan sub Sektor perikanan. Penurunan sub Sektor ini dikarenakan gagal panen akibat perubahan iklim serta serangan hama.

B. Permasalahan Struktur Ekonomi

Kontribusi sektor pertanian dan Perkebunan terhadap PDRB daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan, sementara jika dilihat secara keseluruhan,sektor ini adalah penyumbang terbesar pada PDRB. Sementara itu, sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi yang relatif kecil, padahal jika dilihat secara mikro, daerah Kabupaten Konawe Selatan merupakan wilayah penghasil input industri yang cukup besar.

C. Permasalahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Dari sisi pendapatan dan belanja daerah,Kabupaten Konawe Selatan saat ini masih sangat bergantung pada anggaran dana perimbangan pusat dan daerah. Sumber dana yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif masih sangat kurang. Hal ini dapat menjadi penghambat bagi daerah untuk menjadi daerah yang mandiri.

D. Permasalahan Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan di Kabupaten Konawe Selatan adalah masih banyaknya angkatan kerja (penduduk usia 15 tahun keatas) yang masih berstatus sebagai pencari kerja sebanyak 1.532 jiwa.

E. Permasalahan Komposisi Penggunaan Lahan

Komposisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Konawe Selatan didominasi oleh penggunaan lahan untuk peruntukan yang belum produktif. Sebagian besar wilayah merupakan areal hutan negara dan peruntukan lainnya.

(33)

F. Permasalahan Sumber Daya Air

Wilayah Kabupaten Konawe Selatan memiliki potensi yang cukup besar daripada hanya digunakan untuk kepentingan konsumsi masyarakat. Sungai-sungai di Kabupaten Konawe Selatan sangat berpotensi untuk pengembangan pertanian, sumber air baku, listrik dan daerah wisata, namun hal tersebut belum dilakukan. Hal ini merupakan masalah yang perlu diatasi dalam rangka memanfaatkan potensi sumberdaya air di Kabupaten Konawe Selatan.

2.3.2. Analisis Ekonomi dan Sumberdaya Alam I. Proyeksi Peluang

a. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang diharapkan meningkat.

b. Tingkat produktifitas output riil diharapkan meningkat.

c. Terciptanya lapangan kerja yang memadai seiring dengan pemanfaatan lahan-lahan potensial daerah.

d. Sumber dana daerah dapat meningkat melalui pemanfaatan sumberdaya asli daerah.

e. Dalam jangka panjang, Kabupaten Konawe selatan dapat menjadi pusat pengembangan komoditi pertanian dan perkebunan.

II. Proyeksi Ancaman

a. Regulasi daerah yang tidak mendukung iklim investasi daerah.

b. Kualitas SDM yang rendah dapat menghambat proses pengembangan dan pemanfaatan potensi daerah.

III. Proyeksi Permasalahan

a. Dalam jangka panjang tingkat pengangguran dapat meningkat.

b. Jumlah investor yang masuk ke wilayah Konawe Selatan relati masih terbatas.

c. Dana pembangunan masih tetap mengandalkan dana perimbangan pusat dan daerah.

(34)

IV. Proyeksi Keberhasilan

Dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun mendatang,jika seluruh potensi-potensi ekonomi daerah Kabupaten Konawe Selatan dimanfaatkan secara ekonomis,Kabupaten Konawe selatan dapat menjadi daerah mandiri serta pemasok input dan output daerah- daerah lain di Sulawesi Tenggara.

2.3.3. Prediksi Kondisi Ekonomi dan Sumberdaya Alam

1. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan dapat mencapai 7-8% pertahun, dengan tingkat inflasi terkendali.

2. Produktifitas output riil meningkat, dimana kontribusi masing- masing sektor juga meningkat.

3. Terciptanya struktur ekonomi daerah yang kokoh dan mandiri. 4. Kontribusi sektor industri,utamanya usaha mikro kecil dan

menengah sebagai basis ekonomi rakyat akan meningkat.

5. Optimalnya pengelolaan potensi-potensi sumberdaya alam daerah untuk kemakmuran rakyat.

6. Investasi daerah (domestik dan asing) meningkat.

2.4. Sosial Budaya dan Politik 2.4.1. Input

I. Kondisi Obyektif

A. Pendidikan

Salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia yang juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat tingkat pendidikan penduduk. Setiap tahun penduduk usia sekolah yang memasuki bangku sekolah terus bertumbuh. Keadaan ini merupakan indikator semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya arti pendidikan.

Pada tahun ajaran 2009/2010 tercatat sebanyak 99 unit TK dengan 247 orang guru dan 2.945 orang murid. Berarti rasio guru persekolah sebesar 2 (dalam 1 buah TK terdapat 2 orang guru), rasio murid per guru sebesar 12 (satu guru untuk 12 orang murid), dan rasio murid per sekolah 30 (dalam 1 sekolah rata-rata terdapat 30

(35)

Sementara itu jumlah SD pada tahun ajaran yang sama sebanyak 309 unit SD dengan 2.931 orang guru dan 37.3577 orang murid. Rasio guru per sekolah sebesar 9 (sekitar 9 orang guru per sekolah) dan rasio murid per guru 13 (rata-rata 1 guru untuk 13 murid). Sedangkan jumlah tercatat SLTP 79 unit sekolah dengan

1.059 orang guru per sekolah dan 14.110 orang murid. Rasio guru per sekolah sebesar 13, rasio murid per guru sebesar 13 dan rasio murid per sekolah 179.

Pada pendidikan menengah pada tahun ajaran yang sama terdapat 34 unit SLTA dengan 597 orang guru dan 7.634 murid. Dengan demikian rasio guru per sekolah adalah 18 (rata-rata 18 guru per sekolah) dan rasio murid per guru 13 (satu orang guru untuk 13 orang murid) dan rasio murid per sekolah 225.

B. Kesehatan

Pada tahun 2010 selain tersedia 22 puskesmas yang tersebar di 22 kecamatan, agar pelayanan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat juga telah dibangun 62 puskesmas pembantu serta 394 posyandu.

Selanjutnya banyaknya tenaga kesehatan pada tahun 2010 terdapat 20 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi, 19 orang dokter PTT, 176 orang bidan 214 orang perawat. Sedangkan jumlah klinik KB 36 buah untuk melayani 25.250 Pasangan Usia Subur (PUS). Jumlah akseptor KB aktif mencapai 35.235 dan akseptor baru sebanyak 6.657 PUS.

C. Kebudayaan dan Agama

Daerah Konawe Selatan memiliki kekayaan kebudayaan tolaki yang dapat dibanggakan dan dapat menunjukkan jati diri bangsa. Potensi Kebudayaan tersebut dapat berupa kesenian,dan kegiatan adat tradisional.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010, penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebesar 264.587 jiwa dengan persentase pemeluk agama islam sebesar 92,954% atau 245.905 jiwa, 4.385 jiwa (1,66%) beragama Kristen Protestan, 578 jiwa (0,22%) hpragama Kristen Katholik, 13.584 jiwa (5,13%) beragama Hindu dan

(36)

D. Sosial Lainnya

Tahun 2010, penyandang masalah sosial yang tercatat di Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 9.734 orang yang terdiri dari tuna wicara 446 orang (4,58%), cacat anggota badan 529 orang (5,43%), cacat mental 280 orang (2,88%), eks penyakit kronis 277 orang (2,85%), jompo terlantar 4.185 orang (2,99%) dan anak terlantar 4.017 orang (41,27%). Pada tahun 2010, di Kabupaten Konawe Selatan terdapat 9 panti asuhan dengan kapasitas tampung 565 orang, sementara anak asuh yang tercatat sebanyak 637 orang, berarti ada kelebihan sekitar 72 orang dari kapasitas yang ada.

Peristiwa bencana alam yang terjadi di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2010 tercatat sebanyak 5 peristiwa. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir sebanyak 8 peristiwa. Kemudian bencana gempa bumi, angin topan dan lainnya masing- masing sebanyak 1 peristiwa.

E. Politik

Kondisi politik cukup stabil dan terkendali. Pada Pemilu 2009, tercatat jumlah wajib pilih se-Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 173.239 orang, dengan jumlah wajib pilih terbesar di kecamatan Tinanggea (13.265), Lalembuu (11.689) dan Lainea (11.415). Sedangkan jumlah TPS sebanyak 607 TPS.

Pemerintah Daerah dibawah kepemimpinan Drs.H. Imran, M.Si bersama segenap masyarakat Kabupaten Konawe Selatan yang legitimasi, demokratis, terbuka, dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), membuat suasana yang lebih kondusif untuk mengadakan perubahan innovative menuju good govemance.

Sebagai salah satu daerah berkembang banyak etnik yang menghuni wilayah ini yang sudah membaur dengan masyarakat sehingga daerah Konawe Selatan tumbuh dan berkembang nilai-nilai kebangsaan yang mewarnai perjalanan kehidupan bangsa dan negara. Ketahanan sosial budaya yang dimiliki masyarakat Konawe Selatan, mampu menghindarkan daerah ini dari terjadinya kerusuhan yang mengarah pada disintegrasi bangsa.

(37)

F. Keamanan dan Ketertiban

Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam keadaan tertib dan tentram. Situasi yang mendukung keadaam tersebut adalah adanya kesadaran dari warga masyarakat. Beberapa indikator keadaan ketentraman masyarakat adalah pada tahun 2010, jumlah kejahatan yang dilaporkan kepada Kepolisian sebanyak 196 kasus. Jumlah ini lebih tinggi dibanding tahun lalu yang mencapai 49 kasus. Kejahatan terbanyak adalah minuman keras yaitu sebanyak 100 kasus atau 51,02 %. Jumlah pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan selama tahun 2010 masing-masing tercatat sebanyak 725 kasus dan 73 kasus, yang diselesaikan masing-masing 725 kasus dan 63 kasus. Jumlah kasus pelanggaran mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 725 (6,48%) sebaliknya jumlah kecelakan menurun dari tahun lalu sebanyak 73 kasus

(8,22%).

II. Permasalahan Kondisi Sosial, Budaya dan Politik

Adapun permasalahan atas kondisi sosial,budaya dan politik di Kabupaten Konawe Selatan, adalah sebagai berikut :

a. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong rendah.

b. Sarana dan Prasarana pendidikan masih sangat terbatas.

c. Masih kurangnya tenaga pengajar pada tingkat SD, SMP, dan SMA.

d. Tingkat pelayanan kesehatan bagi masyarakat belum optimal. e. Sarana dan Prasarana Kesehatan belum memadai.

f. Jumlah tenaga medis srelatif masih terbatas.

g. Pelestarian nilai-nilai budaya lokal sebagai bentuk identitas daerah belum dilakukan secara optimal.

h. Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya partisipasi politik.

2.4.2. Analisis Kondisi Sosial, Budaya, da Politik I. Proyeksi Peluang

a. Kabupaten Konawe Selatan berpeluang meningkatkan taraf nenHiriikan masvarakat. salah satu diantaranya dengan

(38)

b. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Konawe Selatan berpeluang mengadopsi ilmu pengetahuan dengan cepat.

c. Pemerintah Konawe Selatan memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat.

d. Kabupaten Konawe Selatan mampu melaksanakan sistem demokrasi yang baik,aman dan terkendali.

e. Kondisi keamanan dan ketertiban wilayah kabupaten Konawe Selatan relatif cukup baik.

II. Proyeksi Ancaman

a. Heterogenitas penduduk yang ada di Kabupaten Konawe Selatan berpeluang memicu adanya konflik antar etnis .

b. Arus globalisasi dapat mengancam pelestarian budaya lokal. c. Sistem demokrasi nasional yang berlaku dapat memicu

perpecahan masyarakat.

d. Alih ilmu pengetahuan dan teknologi mengancam kegiatan ekonomi masyarakat yang masih dikelola secara trdisional.

III. Proyeksi Permasalahan

a. Perkembangan tingkat pendidikan dan pelayanan atas pendidikan yang diterima masyarakat belum sepenuhnya maksimal.

b. Pelayanan atas kesehatan,baik dari segi sarana prasarana,tenaga medis maupun pembiayaan,relatif belum optimal.

c. Kesadaran dan pemahaman demokrasi dan politik masyarakat relatif belum memadai akibat dari masih belum stabilnya sistem demokrasi nasional.

IV. Proyeksi Keberhasilan

a. Dalam jangka panjang, tingkat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Konawe Selatan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya pelayanan pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat.

(39)

b. Terciptanya kelembagaan masyarakat Konawe Selatan yang madani, yang memiliki kesadaran politik dan demokrasi yang tinggi, serta memiliki nilai moral dan etika.

c. Terpeliharanya nilai-nilai budaya lokal sebagai bentuk identitas daerah serta dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kemakmuran masyarakat.

2.4.3. Prediksi Kondisi Sosial, Budaya dan Politik

Hingga tahun 2025, kondisi sosial, budaya, dan politik di kabupaten Konawe Selatan di prediksikan :

1. Terjadinya pergeseran nilai budaya dan kemasyarakatan akibat adanya globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat akibat adanya peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan.

3. Komposisi penduduk dan sudut pandang etnis akan semakin heterogen akibat adanya peningkatan taraf pendidikan dan ksehatan.

4. Terjadinya demokratisasi lokal sebagai akibat dari adanya heterogenitas penduduk.

5. Keamanan dan ketertiban relatif akan aman dan terkendali serta tingginya kesadaran hukum masyarakat.

2.5. Prasarana dan Sarana 2.5.1. Input

I. Kondisi Obyektif

A. Jalan Raya dan Jembatan

Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian dan kemasyarakatan. Makin meningkat usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jala untuk mempermudah mobilitas penduduk dan memperlancar perdagangan antar daerah.

Panjang jalan di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 mencapai 992,5 km yang dibagi menurut kewenangan sistem jalan yaitu : Jalan nasional terdiri atas jalan arteri sepanjang 11,110 km dan jalan kolektor primer yang menghubungkan antara ibukota • - imhunotpn /i-ntn ik-11 senaniang 384,964 km,

(40)

antara ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota (k-2) sepanjang 384,964 km, kemudian jalan kabupaten terdiri atas jalan kolektor primer k4 sepanjang 728,63 km, jaringan jalan lingkungan sepanjang 58,05 km dan Jaringan jalan sekunder (jalan kolektor sepanjang 19,62 km dan jalan lingkungan sepanjang 4,67 km).

Panjang jalan di Kabupaten Konawe Selatan menurut jenis permukaan tahun 2010 mencapai 777,45 km yang terdiri atas jalan diaspal 110,64 km atau 14,23%, jalan kerikil 614,16 km atau 79,00% dan Jalan tanah 52,65 km atau 6,77%.

Sementara menurut kondisi jalan, baik 168,26 km atau 21,64%, kondisi sedang 188,61 km atau 24,26%, rusak ringan 202,17 km atau 26,00% dan rusak berat 218,41 km atau 28,09%.

Jumlah jembatan di kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 sebanyak 371 buah dengan panjang 2.869,9 meter. Menurut jenis konstruksi terdiri atas : 211 buah atau 1.572,7 meter beton, 8 buah atau 320 meter bailey, 123 buah atau 737,7 meter semi permanen, 17 buah atau 111,5 meter kayu, 5 buah atau 41 meter darurat, dan 7 buah atau 84 meter konstruksi lainnya.

B. Angkutan Darat

Sarana angkutan darat di Kabupaten Konawe Selatanbaik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor memegang peranan yang sangat penting. Hal ini mengingat keadaan geografis kabupaten Konawe Selatan yang memiliki daratan yang cukup luas, sehingga sangat membutuhkan sarana angkutan jalan dalam memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar arus perdagangan antar kantong-kantong produksi dengan daerah konsumen.

Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 sebanyak 632 buah kendaraan roda empat dan 8.526 buah kendaraan roda dua. Sedangkan jumlah kendaraan tidak bermotor sebanyak 797 buah, yang terdiri dari sepeda sebanyak 618 unit, gerobak dorong 116 buah dan 63 buah gerobak.

C. Angkutan Udara

Bandar udara Haluoleo Kendari berada diwilayah Kabupaten Konawe Selatan. Fasilitas ini dapat digunakan untuk lebih

(41)

2010 jumlah pesawat yang tiba dan berangkat sebanyak 2.613 kali. Sedangkan penumpang yang datang sebanyak 293.262 orang, berangkat sebanyak 303.420 orang, dan tidak ada penumpang transit. Untuk lalu lintas barang/cargo yang bongkar sebanyak

I.943.035 kg dan muat sebanyak 1.678.301 kg, bagasi yang bongkar 3.052.763 kg dan muat sebesar 2.238.551 kg, sedangkan untuk pos paket yang bongkar sebanyak 194.382 kg dan muat sebanyak 46.177 kg.

D. Pos dan Telekomunikasi

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar pelayanan berkenaan dengan semakin meningkatnya permintaan akan jasa pos. Salah satu diantaranya adalah memperbanyak jumlah fasilitas fisik pos seperti : kantor pos dan giro, kantor pos dan giro pembantu,rumah pos, Pos Keliling Desa, dan Bis Surat. Pada tahun 2010 tercatat 7 unit kantor pos dan giro, 15 unit pos keliling desa, 14 unit rumah pos, 350 unit kotak pos, 7 unit bis surat dan 7 unit pos sekolah. Pengiriman benda pos dalam negeri dan luar negeri dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang meningkat. Pengiriman benda pos tahun 2010 mencapai 59.982 kg dari dalam negeri dan 1.167 kg dari luar negeri, sedangkan penerimaan tercatat sebanyak 35.996 kg dari dalam negeri dan 1.014 dari luar negeri.

II. Permasalahan Kondisi Sarana dan Prasarana

a. Jumlah panjang jalan yang ada di wilayah Kabupaten Konawe Selatan belum sepenuhnya dapat menjangkau wilayah- wilayah terpencil.

b. Hampir sebagian besar jalan yang ada, masih dalam kondisi yang kurang baik.

c. Sarana dan Prasarana dasar lainnya seperti; jembatan, sarana prasarana ekonomi dan sosial belum memadai.

d. Sarana dan prasarana transportasi terminal dan jumlah kendaraan baik umum maupun pribadi,belum sepenuhnya memadai.

(42)

2.5.2. Analisis Kondisi Sarana dan Prasarana I. Proyeksi Peluang

a. Kabupaten Konawe Selatan memiliki peluang dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana untuk pengembangan daerah.

b. Peluang untuk peningkatan sarana dan prasarana transportasi dapat dilakukan mengingat wilayah Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah penghubung antara kabupaten lain dengan ibukota provinsi.

c. Kabupaten Konawe Selatan berpeluang mengembangkan sistem jaringan komunikasi yang baik mengingat wilayah Kabupaten Konawe Selatan berbatasan langsung dengan pusat pemerintahan provinsi.

II. Prediksi Ancaman

a. Pengembangan wilayah dari segi sarana dan prasarana dapat memicu pengrusakan lingkungan.

b. Perkembangan jumlah penduduk akan memicu terjadinya kawasan pemukiman yang tidak teratur.

c. Perkembangan jumlah kendaraan baik umum maupun pribadi dapat memicu terjadinya ketidakstabilan lalu lintas. d. Perkembangan telekomunikasi dan informasi mengancam

pelestarian nilai-nilai budaya lokal.

III. Prediksi Permasalahan

a. Konsep pengembangan tata ruang wilayah bertentangan dengan konsep pelestarian lingkungan hidup.

b. Perkembangan pemukiman masyarakat tidak sesuai dengan konsep pengembangan tata ruang wilayah.

c. Kurang teraturnya arus lalu lintas wilayah akibat berkembangnya jumlah kendaraan.

IV. Prediksi Keberhasilan

a. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai yang dapat menjangkau seluruh wilayah-wilayah di

Referensi

Dokumen terkait

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk 16 (enam belas) Dinas, terdiri dari : 1. Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial; 4. Dinas Komunikasi dan Informatika; 6. Dinas Kebudayaan dan

Penelitian dilakukan oleh Rahmana pada tahun 2009, Dalam penelitian ini masalah yang dibahas adalah tentang pengaruh E-commers terhadap UMKM di Indonesia dengan melihat indikator

Jawab: untuk mempermudah analisa penetapan, sebab beberapa zat memiliki warna, bau, bentuk kristal, sifat higroskopis, nyala api dan reaksi-reaksi lainnya yang spesifik seperti

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Miftahudin (2011), tentang penerapan mulok HIV/AIDS pada siswa SMP Negeri 5 di Kota Sorong menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

Dari keseluruhan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi hanya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Budi Murni 3 Medan melalui

Menyusun mekanisme penelusuran kinerja pelayanan SOP Penilaian kinerja Menyusun struktur organisasi penanggung jawab upaya puskesmas yang efektif Struktur organisasi tiap

Formulir Pemesanan Pembelian Unit Penyertaan beserta bukti pembayaran dan fotokopi bukti jati diri yang diterima secara lengkap dan disetujui oleh Manajer Investasi atau Agen

Pengertian Binocular Disparity adalah perbedaan dalam posisi dari sebuah objek yang ditangkap dalam dua retina, dimana objek yang berjarak lebih dekat akan terlihat lebih