• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab v Pembahasan v.11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab v Pembahasan v.11"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V BAB V PEMBAHASAN PEMBAHASAN

5.

5.11 FaFasisies Mes Metetaamomorfrfiismsme De Daeaerarah Peh Penenelilititianan

Fasies metamorfisme didasarkan atas dominasi mineral penyusunnya yang Fasies metamorfisme didasarkan atas dominasi mineral penyusunnya yang ditentukan pada salah satu mineral penyusun yang tetap pada kondisi metamorfisme ditentukan pada salah satu mineral penyusun yang tetap pada kondisi metamorfisme te

tertrtenentutu. . DeDengngan an kakata ta lalain in teterbrbenentutuk k papada da kokondndisisi i tetekakananan n dadan n tetempmpereratatur ur  metam

metamorfisorfisme me terttertentu entu yang bekerja yang bekerja selamselama a proses metamorproses metamorfisme (Eskola, 1915fisme (Eskola, 1915 dalam Mason, 1990).

dalam Mason, 1990).

Hubungan antara keberadaan fasies metamorf berdasarkan kondisi tekanan Hubungan antara keberadaan fasies metamorf berdasarkan kondisi tekanan da

dan n tetempmpereratuatur r pepembmbententukaukannynnya a titidak dak mememimililiki ki babatatasasan n yayang ng jejelalas. s. Hal Hal ininii diseba

disebabkan karena bkan karena sulisulitnya menentukan besarnya tekanan tnya menentukan besarnya tekanan dan juga dan juga tempetemperatur yangratur yang telah bekerja secara pasti. Pembuatan skema fasies metamorf ditentukan oleh mineral telah bekerja secara pasti. Pembuatan skema fasies metamorf ditentukan oleh mineral  penyusun

 penyusun batuan batuan yang yang memiliki memiliki persentase persentase yang yang lebih lebih besar, besar, sebagaimana sebagaimana halnyahalnya dengan batuan sedimen dan batuan beku. Penamaan fasies metamorf didasarkan atas dengan batuan sedimen dan batuan beku. Penamaan fasies metamorf didasarkan atas stabi

stabilitas batuan litas batuan metammetamorf orf yang yang dimildimiliki iki (seper(sepertiti greenschist  greenschist  dan eklogit) dan padadan eklogit) dan pada  beberapa

 beberapa bagian bagian akan akan diketahui diketahui setelah setelah mineral-mineral mineral-mineral penyusunnya penyusunnya telahtelah diketahui.

diketahui.

Klasifikasi fasies metamorf adalah penyajian proses metamorfisme sebagai Klasifikasi fasies metamorf adalah penyajian proses metamorfisme sebagai su

suatatu u prprososes es dadalalam m sasatu tu babagigian an kokondndisisi i tetekakananan n dadan n tetempmpereratatur ur yayang ng tetelalahh dik

dikemuemukakakakan n oleoleh h BuchBucher er and and FreFrey y (19(1994) 94) yanyang g menmenguraguraikan ikan hubuhubungan ngan antantaraara ko

kondndisisi i tetekakananan n dadan n tetempmpereratatur ur papada da prprososes es memetatamomorfrfisismeme, , rereakaksisi-r-reaeaksksii

58 58

(2)

metamorfisme dan kumpulan mineral penyusunnya, sehingga dikenal 6 jenis fasies metamorfisme dan kumpulan mineral penyusunnya, sehingga dikenal 6 jenis fasies met

metamoamorfirfismesme, , yanyang g melmelipuiputi: ti: fasfasiesies  subgreenschist  subgreenschist , , fafasisieses  greenschist  greenschist , , fafasisieses amfibolit, fasies granulit, fasies sekis biru, dan fasies eklogit untuk metamorfisme amfibolit, fasies granulit, fasies sekis biru, dan fasies eklogit untuk metamorfisme regional. Sedangkan pada metamorfisme kontak dijumpai fasies albit epidot hornfles, regional. Sedangkan pada metamorfisme kontak dijumpai fasies albit epidot hornfles, fasies hornblende hornfles, fasies piroksin hornfles dan fasies sanidinit.

fasies hornblende hornfles, fasies piroksin hornfles dan fasies sanidinit.

Salah satu klasifikasi fasies metamorfisme adalah yang dikemukakan oleh Salah satu klasifikasi fasies metamorfisme adalah yang dikemukakan oleh Buc

Bucher her and and FreFrey, y, (19(1994) (Tabel 5.1). 94) (Tabel 5.1). KlaKlasifsifikaikasi si ini terdiini terdiri ri ataatas s 6 6 jenjenis is fasfasiesies met

metamoamorfirfismesme, , yanyang g melmeliputiputi i fasfasies ies sub sub seksekis is hijhijau, au, fasfasies ies sekisekis s hijhijau, au, fasfasiesies amfibolit, fasies granulit, fasies sekis biru, dan fasies eklogit.

amfibolit, fasies granulit, fasies sekis biru, dan fasies eklogit.

Tabe

Tabel l 5.1 5.1 UrutaUrutan-urun-urutan tan fasiefasies s metmetamoamorfismrfisme e besebeserta rta kumkumpulan pulan minmineral eral pencpencirinyirinyaa (Bucher and Frey, 1994).

(Bucher and Frey, 1994). F

Faassiieess DDiiaaggnnoossttiic c mmiinneerraalls s aannd d aasssseemmbbllaaggeess Su

Subgbgrreeeensnschchisistt LaLauumomontntiitete, , pprerehnhniite te + + ppumumppelellylyitite, e, pprerehnhniite te ++ actinolite, pumpellyite + actinolite, pyrophyllite

actinolite, pumpellyite + actinolite, pyrophyllite Gr

Greeeensnschchisistt AcActitinonolilite te + c+ chlhlororitite e + e+ epipidodote te + a+ alblbitite ± e ± kukuararsasa Chloritoid

Chloritoid A

Ammffiibboolliitt HHoorrnnbblleenndde e + + ppllaaggiiooccllaassee Staurolite

Staurolite Gr

Grananululitite e OrOrththopopyryroxoxenene e + + clinclinopopyryroxoxenene e + + plplagagioioclclasase,e, sapphirine, osumilite, kornerupine

sapphirine, osumilite, kornerupine no staurolite, no muscovite

no staurolite, no muscovite Bl

Bluuesescchihisstt GGlalaucucopophhaanene, l, lawawsosonnitite, e, jajadedeititic ic pypyroroxxenene, e, aarraagogoninitete Mg-Fe-carpholite

Mg-Fe-carpholite no biotite

no biotite E

Eccllooggiitt OOmmpphhaacciitte e + + ggaarrnneett no plagioclase

no plagioclase

Fas

Fasies ies metmetamoramorfisfisme me daerdaerah ah penepenelitlitian ian ditditententukan ukan ataatas s dasdasar ar domdominainasisi ku

kummpupulalan n mmiineneraral-l-mmininereral al pepenynyususun un dadari ri babatutuan an mmetetamamororf, f, yyanang g dadapapatt mengindikasikan temperatur dan tekanan pembentukannya. Berdasarkan hal tersebut, mengindikasikan temperatur dan tekanan pembentukannya. Berdasarkan hal tersebut, se

sertrta a memengangacu cu padpada a klklasasififikikasasi i fafasisies es memetatamomorfrfisisme me yayang ng didigungunakaakan, n, yayaitituu kl

(3)

metamorfisme yang berkembang pada daerah penelitian termasuk dalam fasies sekis hijau, sekis biru dan eklogit. (Gambar 5.1)

5.1.1 Fasies Sekis Hijau

Berdasarkan atas hasil analisis petrografi yang dilakukan pada nomor sampel ST BM 01, ST BM 07, ST BM 10 dan ST BM 12 litologi sekis yang terdapat pada daerah penelitian terdiri atas kumpulan mineral-mineral yang mengindikasikan fasies sekis hijau (Bucher and Frey, 1994) (Tabel 5.2), yaitu terdiri atas mineral klorit, aktinolit dan kuarsa serta mineral penyerta lainnya seperti epidot, glaukopan, muskovit, biotit, phengit dan garnet.

Tabel 5.2 Kumpulan mineral penyusun fasies sekis hijau pada daerah penelitian dan persentasenya berdasarkan hasil pengamatan petrografis.

Nama Mineral Persentase per stasiun (%)

ST BM01 ST BM07 ST BM 10 ST BM12 Actinolite 15 - - 10 Chlorite 35 - - -Kuarsa 15 - 35 5 Epidote 25 30 20 25 Glaucophane 10 - - -Muscovite - 60 25 25 Phengite - 5 - -Biotite - 5 5 -Garnet - - 15 35

Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan nomor sampel ST BM01, litologi yang dijumpai berupa sekis hijau yang memiliki ciri fisik berupa warna hijau keabu-abuan bila dalam kondisi segar, dan memperlihatkan warna kehitaman jika dalam keadaan lapuk, tekstur lepidoblastik, struktur berfoliasi ( schistose) dengan  jurus foliasi antara N10oE dan kemiringan foliasi 35o, komposisi mineral klorit,

(4)

Kenampakan petrografis sekis klorit dengan nomor sayatan ST BM01, pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, warna interferensi putih kecoklatan, tekstur lepidoblastik, bentuk mineral hypidioblastik -xenoblastik, ukuran mineral < 0.2 – 0.7 mm, struktur  schistose, tersusun oleh mineral klorit (35%), epidot (25%), aktinolit (15%), kuarsa (15%) dan glaukopan (10%).  Nama batuan: Sekis Klorit – Epidot (Travis, 1955) (foto 5.2).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

 A A

Foto 5.1. Kenampakan singkapan sekis klorit yang memperlihatkan struktur foliasi  pada salo pangkejene difoto relatif ke arah N 320oE pada stasiun BM01.

(5)

B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kenampakan lapangan dari sekis hijau STBM07, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna hijau keabu - abuan, lapuk berwarna abu – abu kecoklatan, tekstur lepidoblastik, struktur berfoliasi ( schistose) dengan jurus foliasi N350oE dan kemiringan foliasi 63o, komposisi mineral muskovit dan biotit, nama batuanSekis Muskovit (Travis, 1955). (foto 5.3).

Kenampakan petrografis dari sekis muskovit dengan nomor sayatan STBM07, pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, warna interferensi hijau keabu – abuan, tekstur lepidoblastik, bentuk mineral hypidioblastik - xenoblastik, ukuran mineral < 0.25 – 1 mm, struktur  schistose, tersusun oleh mineral muskovit (60%), epidot (30%), phengit (5%) dan biotit (5%).  Nama batuan: Sekis Muskovit – Epidot (Travis, 1955) (foto 5.4).

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot STBM01 dengan komposisi mineral klorit (Chl), aktinolit (Act), kuarsa (Qtz), epidot (Ep) dan glaukopan (Gln) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nikol silang.

(6)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12  A A B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kenampakan lapangan sekis hijau ST BM10, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna hijau keabu-abuan, lapuk warna kecoklatan, tekstur  nematoblastik, struktur berfoliasi jurus foliasi N 340o E dan kemiringan foliasi

Foto 5.3. Kenampakan singkapan sekis muskovit yang memperlihatkan struktur  foliasi pada salo Pateteyang difoto relatif ke arah N80oE pada stasiun

BM07.

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

Foto 5.4 Mikrofotograf sekis muskovit – epidot ST BM07 dengan komposisi mineral muskovit (Ms), phengit (Phg), epidot (Ep) dan biotit (Bt) dengan  perbesaran 10x pada kenampakan nikol silang.

(7)

antara 60o-67o, komposisi mineral muskovit dan garnet, nama batuan: Sekis Muskovit (Travis, 1955) (foto 5.5).

Kenampakan petrografis dari sayatan ST BM10,  pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, pada nikol silang memperlihatkan warna abu-abu kecoklatan - kehijauan, tekstur lepidoblastik, bentuk mineral hypidioblastik - xenoblastik, ukuran mineral < 0.25 – 1mm, struktur  schistose, tersusun oleh kuarsa (35%), muskovit (25%), epidot (20%), garnet (15%) dan biotit (5%). Nama Batuan:Sekis Kuarsa – Muskovit (Travis, 1955) (foto 5.6).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

 A A

Foto 5.5. Kenampakan singkapan sekis klorit yang memperlihatkan struktur foliasi  pada salo Pateteyang difoto relatif ke arah N220oE pada stasiun BM10.

(8)

B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kenampakan lapangan sekis mika ST BM12, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna abu – abu kehijauan, lapuk berwarna abu – abu kecoklatan, tekstur lepidoblastik, struktur berfoliasi ( schistose) dengan jurus foliasi N 350o E dan kemiringan foliasi 63o, komposisi mineral muskovit, nama batuan Sekis Muskovit (Travis, 1955). (foto 5.7).

Kenampakan petrografis sekis muskovit dengan nomor sayatan ST BM12,  pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, warna interferensi hijau keabu – abuan, tekstur lepidoblastik, bentuk mineral hypidioblastik  - xenoblastik, ukuran mineral < 0.1 – 3 mm, struktur  schistose, tersusun oleh mineral garnet (35%), muskovit (25%), epidot (25%), aktinolit (10%), dan kuarsa (5%).  Nama batuan:Sekis Garnet – Muskovit (Travis, 1955) (foto 5.8).

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

Foto 5.6 Mikrofotograf sekis kuarsa – muskovit STBM10 dengan komposisi mineral muskovit (Ms), kuarsa (Qz), biotit (Bt), garnet (Grt) dan epidot (Ep) pada kenampakan nikol silang dengan perbesaran 50 kali.

(9)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12  A A B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

5.1.2 Fasies Sekis Biru

Foto 5.7. Kenampakan singkapan sekis muskovit yang memperlihatkan struktur  foliasi pada salo Pateteyang difoto relatif ke arah N 200oE pada stasiun

BM12.

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

Foto 5.8 Mikrofotograf sekis garnet – muskovit STBM12 dengan komposisi mineral garnet (Grt), aktinolit (Act), epidot (Ep) muskovit (Ms) dan kuarsa (Qz) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nikol silang.

(10)

Berdasarkan atas hasil analisis petrografi yang dilakukan pada nomor sampel ST BM13, ST BM14 dan ST BM16. Litologi sekis yang terdapat pada daerah  penelitian terdiri atas kumpulan mineral-mineral yang mengindikasikan fasies sekis  biru (Bucher and Frey, 1994) (Tabel 5.3), yaitu terdiri atas mineral glaukopan, jadeit

dan lawsonit, serta mineral penyerta lainnya seperti staurolit dan gernet.

Tabel 5.3 Kumpulan mineral penyusun fasies sekis biru pada daerah penelitian dan persentasenya berdasarkan hasil  pengamatan petrografis.

Nama Mineral Persentase per stasiun (%) ST BM13 ST BM14 ST BM16 Glaucophane 20 15 35  Jadeit 40 25 -Lawsonite 30 20 15 Staurolit - - 30 Garnet 10 40 20

Kenampakan lapangan sekis muskovit STBM13, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna abu-abu, lapuk warna abu-abu kecoklatan, tekstur  nematoblastik, struktur berfoliasi jurus foliasi antara N340oE dan kemiringan foliasi 60o, komposisi mineral glaukopan nama batuan:

Sekis Glaukopan (Travis, 1955) (foto 5.9).

Kenampakan petrografis dari sekis biru STBM13, pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur nematoblastik, warna interferensi hijau kecoklatan, bentuk mineral hypidioblastik, ukuran mineral 0.03 –  0.6 mm, struktur  schistose, tersusun oleh mineral jadeit (40%), lawsonit (30%), glaukopan (20%) dan garnet (10%) dan Nama Batuan: Sekis Jadeit – Lawsonit (Travis, 1955) (foto 5.10)

(11)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12  A A B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kenampakan lapangan sekis biru STBM14, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna abu-abu kebiruan, lapuk berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur nematoblastik, struktur berfoliasi jurus foliasi N340oE dan kemiringan foliasi

Foto 5.9. Kenampakan singkapan sekis glaukopan yang memperlihatkan struktur  foliasi pada salo Pateteyang difoto relatif ke arah N170oE pada stasiun

BM13.

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

Foto 5.10 Mikrofotograf sekis jadeit – lawsonit STBM13 dengan komposisi mineral glaukopan (Gln), lawsonit (Lws), garnet (Grt), dan jadeit (Jdt) dengan  perbesaran 50x pada kenampakan nikol silang.

(12)

64o, komposisi mineral glaukopan, nama batuan: Sekis Glaukopan (Travis, 1955) (foto 5.11).

Kenampakan petrografis dari sekis biru STBM14, pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, tekstur nematoblastik, warna interferensi hijau kecoklatan, bentuk mineral hipidioblastik, ukuran mineral 0.05 – 3 mm, struktur  schistose, tersusun oleh mineral garnet (40%), jadeit (25%), lawsonit (20%) dan glaukopan (15%) Nama Batuan: Sekis Garnet – Jadeit (Travis, 1955) (foto 5.12).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

 A A

B B

Foto 5.11. Kenampakan singkapan sekis glaukophan yang memperlihatkan struktur  foliasi pada salo Pateteyang difoto relatif ke arah N 190oE pada

(13)

C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kenampakan lapangan sekis glaukopan STBM16, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna abu-abu kebiruan, lapuk warna abu-abu kecoklatan, tekstur  nematoblastik, struktur berfoliasi jurus foliasi N340oE dan kemiringan foliasi 64o, komposisi mineral glaukopan nama batuan: Sekis Glaukopan (Travis, 1955) (foto 5.13).

Kenampakan petrografis dari sekis glaukopan STBM16, pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, tekstur nematoblastik, warna interferensi hijau kecoklatan, bentuk mineral hipidioblastik, ukuran mineral 0.05 –  0,4 mm, struktur  schistose, tersusun oleh mineral glaukopan (35%), staurolit (30%), garnet (20%) dan lawsonit (15%.) Nama Batuan: Sekis Glaukopan – Staurolit (Travis, 1955) (foto 5.14).

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

Foto 5.12 Mikrofotograf sekis garnet – jadeit STBM14 dengan komposisi mineral glaukopan (Gln), lawsonit (Lws), garnet (Grt) dan jadeit (Jdt) dengan  perbesaran 50x pada kenampakan nikol silang.

(14)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12  A A B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5.1.3 Fasies Eklogit

Berdasarkan atas hasil analisis petrografi yang dilakukan pada nomor sampel STBM17. Litologi sekis yang terdapat pada daerah penelitian terdiri atas kumpulan

Foto 5.13. Kenampakan singkapan sekis glaukopan yang memperlihatkan struktur  foliasi pada salo Pateteyang difoto relatif ke arah N 200oE pada stasiun

BM16.

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

Foto 5.14 Mikrofotograf sekis glaukopan – staurolit STBM16 dengan komposisi mineral glaukopan (Gln), staurolit (Str), garnet (Grt) dan lawsonit (Lws), dengan perbesaran 10x pada kenampakan nikol silang.

Tabel 5.4 Kumpulan mineral penyusun fasies eklogit pada daerah  penelitian dan persentasenya berdasarkan hasil pengamatan  petrografis.

(15)

mineral-mineral yang mengindikasikan fasies eklogit (Bucher and Frey, 1994) (Tabel 5.4), yaitu terdiri atas mineral garnet dan ompasit, serta mineral penyerta lainnya seperti glaukopan, rutil, jadeit, dan klorit.

Nama Mineral Persentase per stasiun (%) ST BM 17 Garnet 40 Glaucophane 20  Jadeit 10 Rutil 10 Klorit 5 Omphasite 15

Kenampakan lapangan dari batuan metamorf STBM17, dalam keadaan segar  memperlihatkan warna hijau kebiruan, lapuk berwarna kehitaman, tekstur   porfiroblastik, struktur non – foliasi, dijumpai dalam bentuk blok – blok eklogit.

Komposisi mineral garnet, ompasit dan glaukopan, nama batuan Eklogit (Travis, 1955). Dalam keadaan segar dijumpai pada bagian hilir sungai Pateteyang, dan pada  bagian tengah salo Pateteyang (foto 5.15).

Kenampakan petrografis dari eklogit dengan nomor sayatan ST BM17, pada kenampakan nikol sejajar memperlihatkan warna kuning kecoklatan, warna interferensi hijau kebiruan, tekstur granoblastik, bentuk mineral hypidioblastik, ukuran mineral < 0.03 – 2 mm, struktur porfiroblastik, tersusun oleh mineral garnet (35%), ompasit (20%), glaukopan (20%), jadeit (10%), rutil (10%) dan klorit (5%).  Nama Batuan: Eklogit (Travis, 1955) (foto 5.16).

(16)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12  A A B B C C D D E E F F G G H H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Foto 5.15. Kenampakan blok-blok eklogit yang tersingkap pada salo Pateteyang yang difoto relatif ke arah N 300oE pada stasiun BM17.

Foto 5.2 Mikrofotograf sekis klorit – epidot ST BM01 dengan komposi mineral klorit (1D), aktinolit (3A), kuarsa (1F) epidot (6A) da glaukopan (1B) dengan perbesaran 10x pada kenampakan nik  silang.

(17)

Foto 5.16. Mikrofotograf eklogit STBM17, dengan komposisi mineral ompas (Omp), glaukopan (Gln), jadeit (Jdt), rutil (Rtl) dan klorit (Chl) pada kenampakan nikol sejajar dengan perbesaran 50 kali.

Ga mb ar  5.1 Pet a Se  bar  an Fas ies

(18)

5.2 Hubungan Fasies Metamorfisme Terhadap Temperatur dan Tekanan

Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sayatan nomor sampel ST BM01, STBM07, STBM10 dan STBM12, dapat diinterpretasikan bahwa sayatan – sayatan  batuan tersebut menujukkan fasies metamorfisme greenschist (metabasic rock) yang

yang dipengaruhi oleh temperatur sekitar 350oC – 510oC pada tekanan sekitar 2 - 9 kbar. Untuk sayatan nomor sampel STBM13, STBM14 dan STBM16, menunjukkan  bahwa sayatan batuan ini termasuk dalam fasies metamorfisme blueschist  (metabasic rock ) yang dipengaruhi oleh temperatur sekitar 250oC – 470oC pada tekanan sekitar 6-17 kbar. Sedangkan untuk sayatan dengan nomor sampel ST BM17, dapat diinterpretasikan bahwa sayatan menujukkan fasies metamorfisme eclogite (metabasic rock ) yang dipengaruhi oleh temperatur sekitar 550oC – 900oC  pada tekanan sekitar 13-17 kbar (Gambar 5.2). (Yardley, 1989 dalam Graha,1987).

Tabel 5.5 Fasies batuan metamorf pada daerah salo Pateteyang beserta kumpulan mineral  pencirinya.

Fasies Kumpulan Mineral Penciri

Sekis hijau Aktinolit + klorit + epidot + kuarsa

Glaukopan, muskovit, phengit, biotit dan garnet Sekis biru Glaukopan, lawsonit, jadeit

Staurolit, garnet Eklogit Ompasit + garnet

(19)

Berdasarkan kumpulan mineral - mineral yang menyusun batuan metamorf  ini, maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini termasuk dalam metamorfisme regional yang dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur yang bekerja secara bersama-sama sehingga memungkinkan terbentuknya penjajaran mineral (foliasi) yang jelas  pada batuan (tabel 5.5). Berdasarkan pada identifikasi mineral-mineral yang ada pada  batuan metamorf lokasi penelitian, didapatkan mineral-mineral klorit, mika, aktinolit, glaukopan, epidot, omphasit dan garnet yang menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada zona mesozone hingga katazone dengan suhu pembentukan 350oC –  1200oC.

Tabel 5.6 Pembagian zona pada proses metamorfisme regional berdasarkan tekanan dan temperaturnya (Bucher & Frey, 1994).

Zona Tekanan Temperatur 

 Hidrostatik  Terarah (stress)  Epizone

(zona teratas) Rendah

Kadang-kadang dapat sangat tinggi

Rendah – Sedang 350oC.  Mesozone

(zona sedang) Rendah – Sedang Sangat tinggi

Sedang (350oC – 500oC)  Katazone

(zona bawah) Sangat tinggi Rendah

Sangat tinggi (500oC – 1200oC)

(20)

5.3 Tatanan Tektonik dan Metamorfisme Daerah Penelitian

Pada zaman Trias terjadi proses subduksi dimana lempeng oseanik menunjam di bawah lempeng kontinen. Pada zona konvergen ini, merupakan awal mula terjadinya proses metamorfisme, yang dimulai dengan pembentukan fasies sekis hijau pada temperatur sekitar 350oC – 510oC pada tekanan sekitar 2 - 9 Kbar  membentuk kumpulan mineral aktinolit, klorit, kuarsa, epidot, glaukophan, muskovit, phengit, biotit dan garnet. Proses subduksi terus berlanjut mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan sekitar 6 – 17 Kbar pada suhu sekitar 250oC – 470oC membentuk fasies sekis biru dengan kumpulan mineral glaukophan, lausonit, staurolit, jadeit dan garnet. Oleh karena lempeng oseanik terus bergerak masuk  mendekati lapisan astenosfer, dimana pada daerah ini terjadi peningkatan suhu pada fasies sekis biru yaitu sekitar 500oC – 900oC dan membentuk fasies eklogit, yang dicirikan oleh kumpulan mineral garnet, glaukopan, jadeit, rutil, klorit, dan ompasit.

Pada zaman Miosen Atas terjadi proses tektonik berupa overthrusting , yang mengakibatkan terjadinya pengangkatan batuan metamorf ke permukaan diindikasikan oleh adanya proses prograde pada batuan metamorf fasies sekis hijau, yang dicirikan oleh hadirnya mineral glaukopan pada stasiun BM01 yang kemungkinan terbentuk akibat peningkatan temperatur pada daerah zona sesar.

Gambar 5.2. Gambar yang memperlihatkan hubungan antara temperatur dan tekanan  pada pembentukan fasies metamorfisme daerah Sungai Pateteyang.

(21)

Sedangkan pada batuan fasies eklogit ini menunjukkan batuan metamorf  tekanan tinggi yang diikuti oleh retrogresif secara intensif. Retrogradasi ini direkam  pada mineral ompasit disekitar garnet  porfiroblast , hal ini menegaskan penurunan stabilitas dari fasies eklogit yang dicirikan oleh kehadiran mineral hydrous yang mengalami reaksi rim dalam garnet (klorit, phengit, epidot dan glaukopan). Vein mineral tekanan rendah berupa klorit memotong garnet, juga ditemukan rutil dalam inklusi garnet yang mengindikasikan terjadinya proses retrogradasi. Reaksi replecement  ini dapat dilihat oleh reaksi sebagai berikut (Gao et al. 1999 dalam Maulana, 2009):

Reaksi Retgrogradasi

Glaukopan + Ompasit + Garnet + H2O (Na

2Mg3Al2(Si8O22) (OH)2+ (CaMg) (NaAl) (Si2O6)2+ Fe3Al2(SiO4)3 + H2O

Barroisite + Albit + Klorit

(Ca,Na)Mg3AlFe+3Si

7AlO22(OH)2+ NaAlSi3O8+ (Mg,Fe +2)

Gambar

Tabel  l  5.1  5.1  Uruta Urutan-uru n-urutan  tan  fasie fasies  s  met metamo amorfism rfisme  e  bese beserta  rta  kum kumpulan  pulan  min mineral  eral  penc penciriny irinyaa (Bucher and Frey, 1994).
Tabel 5.2 Kumpulan mineral penyusun fasies sekis hijau pada daerah penelitian dan persentasenya berdasarkan hasil pengamatan petrografis .
Foto 5.1. Kenampakan  singkapan  sekis  klorit  yang memperlihatkan struktur  foliasi  pada salo pangkejene difoto relatif  ke arah N 320 o E pada  stasiun  BM01.
Foto 5.2  Mikrofotograf  sekis  klorit  –  epidot  STBM01 dengan  komposisi  mineral klorit (Chl), aktinolit (Act), kuarsa (Qtz), epidot (Ep) dan glaukopan (Gln) dengan perbesaran 10x pada  kenampakan nikol silang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam dunia pertanian, teknologi informasi dan komunikasi memberikan banyak manfaat yang sangat membantu dalam terbantuknya proses pembangunan pertanian. Harapan masyarakat luas

65 Penyedia Front office Helpdesk LPSE Verifikator Helpdesk LKPP Persyaratan/Perlengkapan Waktu Output..

Perlakuan dan Rancangan Percobaan Percobaan ini terdiri dari 3 jenis/strain rumput laut, yang digunakan dalam diseminasi teknologi budidaya, yaitu strain/jenis (A)

Pada praktikum pengecilan ukuran, alat dan bahan yang kami gunakan ialah blender, dan bahan yang digunakan ialah cabe hasil pengeringan dengan berat 50 gram..

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya dan aturan turunannya serta

Telur asin yang mendapatkan nilai paling rendah adalah telur asin tanpa penambahan ekstrak jahe dengan lama pemeraman 7 hari yaitu sebesar 3,84 atau netral,

Apabila pada saat itu nilai tukar cenderung meningkat maka akan terjadi peningkatan pendapatan valas lebih besar daripada peningkatan biaya valas maka yang terjadi laba

Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta | 139 Perda No 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007- 2012.. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009