• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monica Sonia Indri Pradipta *) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar Magelang, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Monica Sonia Indri Pradipta *) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar Magelang, Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Livestock Science and Production p-ISSN 2598-2915 e-ISSN 2598-2907 Volume 2 No. 1 Edisi Maret 2018 73

PENGARUH MIKROENKAPSULASI PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT INDIGENOUS UNGGAS MENGGUNAKAN BAHAN PENYALUT MALTODEKSTRIN TERHADAP

VIABILITAS SELAMA PEMANASAN Monica Sonia Indri Pradipta*)

Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar Magelang, Indonesia Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh bahan penyalut maltodekstrin yang digunakan pada mikroenkapsulasi probiotik bakteri asam laktat (BAL) dengan metode spray drying terhadap viabilitas sel BAL selama pengeringan. Probiotik BAL yang digunakan adalah Streptococcus

thermophilus (Kp-2), Lactobacillus murinus (Ar-3), Pediococcus acidilactici (Kd-6). Mikrokapsul

probiotik Lactobacillus murinus menunjukkan ketahanan terhadap temperatur 80-85°C selama 15 detik, akan tetapi Lactobacillus murinus tidak mampu mempertahankan viabilitasnya pada detik ke-30 dan 45. Di sisi lain, Streptococcus thermophilus dan Pediococcus acidilactici menunjukkan kemampuan menghadapi paparan panas selama 15, 30 dan 45 detik. Kadar air semua sampel mikrokapsul probiotik berada pada standar normal kadar air dari produk hasil spray drying (di bawah 6%), sementara aktivitas air berada pada kisaran 0,08 hingga 0,19. Kesimpulan yang diperoleh adalah viabilitas seluruh probiotik menurun seiring bertambahnya lama waktu pemanasan yang digunakan. Sementara persentase viabilitas Streptococcus thermophilus (Kp-2), Pediococcus

acidilactici (Kd-6), dan probiotik campuran (MIX) pada detik ke-30 dan ke-45 tidak berbeda nyata

Kata kunci: Mikroenkapsulasi, probiotik unggas, viabilitas, pemanasan, spray drying

Abstract

This study was conducted to determine the effect of maltodextrine as a carrier to microencapsulate probiotic lactic acid bacteria (LAB) using spray drying method on viability of LAB cell during storage and drying. Probiotic lactic acid bacteria consisted of Streptococcus thermophilus (Kp-2), Lactobacillus murinus (Ar-3), and Pediococcus acidilactici (Kd-6). Microcapsule probiotic

Lactobacillus murinus showed its durability when exposed on heat temperature at 80-85°C for 15

second, but lost its viability when exposed for 30 and 45 second. On the other hand, Streptococcus

thermophilus and Pediococcus acidilactici were able to maintain cell viability for 15, 30, and 45

second. Water content all sample of microcapsule probiotics were in normal standard range of spray drying product (under 6%). Whilst water activity all samples were in range of 0,08 to 0,19. It can be concluded that viability all probiotic decreased by the time heating duration time increased. Whereas, the percentage of viability of Streptococcus thermophilus (Kp-2), Pediococcus acidilactici (Kd-6), and mixed probiotic (MIX) for 30 and 45 seconds showed no significant difference.

Keywords: Microencapsulation, poultry probiotic, viability, heating, spray drying Pendahuluan

Definisi probiotik menurut Fuller (1992) adalah suplemen yang mengandung mikroorganisme hidup dan memberikan keuntungan terhadap ternak dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran cerna. Probiotik sangat sensitif terhadap cekaman lingkungan seperti keasaman, oksigen, dan panas (Soccol et al., 2010). Dengan demikian diperlukan teknik untuk melindungi probiotik agar dapat mempertahankan viabilitasnya, salah satunya yaitu teknik mikroenkapsulasi. Probiotik diberikan pada ternak dalam

kondisi yang masih hidup agar dapat memunculkan manfaatnya (FAO/WHO, 2002). Praktek penggunaan probiotik pada ternak di lapangan diberikan dengan cara dicampurkan pada pakan. Perusahaan pakan terutama di bidang unggas umumnya menggunakan perlakuan panas pada proses pembuatan pelet. Panas yang diberikan pada pembuatan pelet disebut conditioning yaitu dengan cara menyemprotkan uap panas yang berkisar pada suhu 90°C (Amerah et al., 2013).

Probiotik BAL yang akan dilakukan mikroenkapsulasi terdiri dari Streptococcus thermophilus (Kp-2), Lactobacillus murinus (Ar-3), dan Pediococcus acidilactici (Kd-6) *) Korespondensi

(2)

74 sebagai probiotik BAL yang ideal untuk

ayam (Sri-Harimurti, 2009; Sri-Harimurti, 2011). Probiotik ideal diharapkan dapat diberikan secara mudah, namun dalam keadaan masih hidup atau memiliki viabilitas yang baik. Pemberian probiotik dalam pakan merupakan manajemen yang paling tepat meskipun memerlukan teknologi mikroenkapsulasi bakteri probiotik. Hal ini disebabkan probiotik BAL harus terproteksi dari suhu panas, kelembaban tinggi, cahaya, dan lingkungan yang terbuka selama penyimpanan (Pradipta, 2017).

Pengaruh pemanasan probiotik pada proses conditioning masih sedikit diulas oleh peneliti. Namun demikian Amerah et al. (2013) menyatakan bahwa proses conditioning probiotik Bacillus subtilis pada temperatur 85 hingga 90° C viabilitas probiotik Bacilus subtilis berkisar 92,4 hingga 96,5%. Pada dasarnya sifat bakteri berbeda satu sama lain, bakteri probiotik Bacillus subtilis merupakan bakteri yang berspora. Dengan demikian ketahanannya terhadap panas teruji baik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik mikrokapsul probiotik BAL Streptococcus thermophilus (Kp-2), Lactobacillus murinus (Ar-3), dan Pediococcus acidilactici (Kd-6) yang dienkapsulasi menggunakan bahan enkapsulasi maltodekstrin. Karakteristik tersebut meliputi ketahanan mikrokapsul probiotik BAL pada temperatur 80-85°C, kadar air dan aktivitas air (water activity).

Materi dan Metode Bahan:

Probiotik bakteri asam laktat (BAL) Probiotik bakteri asam laktat (BAL) indigenous yang digunakan adalah probiotik campuran yang di dalamnya mengandung tiga strain BAL yaitu

Lactobacillus murinus (Ar-3),

Streptococcus thermophilus (Kp-2), dan Pediococcus acidilactici (Kd-6) (Sri-Harimurti, 2011).

Media

Media yang digunakan bagi pertumbuhan bakteri asam laktat adalah

biomassa. Media PGY agar padat untuk enumerasi (uji viabilitas).

Bahan untuk mikroenkapsulasi probiotik BAL

Bahan yang digunakan untuk mikroenkapsulasi adalah maltodekstrin 20% (b/v) yang digunakan untuk mikroenkapsulasi 3 kelompok probiotik BAL yaitu: Lactobacillus murinus (Ar-3), Streptococcus thermophilus (Kp-2), dan Pediococcus acidilactici (Kd-6).

Peralatan:

Peralatan untuk peremajaan probiotik BAL dan produksi biomassa

Alat yang digunakan untuk perema-jaan probiotik meliputi: alat-alat gelas, mikropipet, timbangan analitik merk Mettler PM 4600 DeltaRange, autoclave merk Hirayama HICLAVE HVE-2.5, lampu pijar, Laminar Air Flow (LAF) merk Gelman Sci-ences, centrifuge, dan inkubator.

Peralatan untuk mikroenkapsulasi pro-biotik BAL

Alat yang digunakan untuk mikroen-kaspsulasi probiotik meliputi spray dryer merek SD-Basic Lap Plant dan alat pen-ampung produk mikrokapsul probiotik BAL. Peralatan untuk uji viabilitas BAL

Alat yang digunakan untuk uji viabili-tas BAL meliputi alat-alat gelas, mikropipet, lampu pijar, Laminar Air Flow (LAF) merk Gelman Sciences, vortek merk Vortex Maxi Mix II, dan inkubator.

Metode Penelitian Preparasi peremajaan probiotik BAL

Kultur stok probiotik disiapkan untuk uji peremajaan probiotik BAL menggunakan media PGY broth yang diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37°C.

Produksi biomassa sel

Masing-masing starter probiotik BAL

Lactobacillus murinus (Ar-3),

Streptococcus thermophilus (Kp-2), Pediococcus acidilactici (Kd-6) ditumbuhkan pada media agar tegak PGY

(3)

Journal of Livestock Science and Production p-ISSN 2598-2915 e-ISSN 2598-2907 Volume 2 No. 1 Edisi Maret 2018 75

selama 24 jam pada temperatur 37°C. Sebanyak 1 ose probiotik BAL diinokulasikan pada 5 ml media PGY broth lalu diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37°C. Dilakukan inokulasi kedua pada media PGY broth sebanyak 3% dalam 30 ml media lalu diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37°C. Inokulasi ketiga dilakukan sebanyak 3% dalam 300 ml media air kelapa dan ekstrak tauge (yang telah disterilisasi menggunakan autoclave pada temperatur 121°C selama 15 menit) (Muttaqin, 2005) lalu diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37 °C. Inokulasi keempat dilakukan sebanyak 3% dalam 1800 ml media air kelapa dan ekstrak tauge lalu diinkubasi selama 18 jam pada temperatur 37 °C.

Biomassa sel pada media 1800 ml air kelapa dan ekstrak tauge disentrifus pada kecepatan 3500 rpm selama 30 menit pada temperatur 4°C. Supernatan dibuang lalu dicuci dengan Phosphate Buffer Saline. Biomasssa sel berupa pellet basah dicampur buffer fosfat (pH 7) dan digunakan dalam waktu 2 jam untuk preparasi spray drying (Mutukumira et al., 2014). Selanjutnya dihitung viabilitas awal sel BAL sebelum dilakukan spray drying. Mikroenkapsulasi

Preparasi pelarut: bahan dinding maltodekstrin sebanyak 20% (b/v) dilarutkan pada aquadest steril dan diaduk hati-hati lalu disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Larutan dicampur dengan masing-masing biomassa sel selama 1 jam pada suhu 20°C. Selanjutnya larutan maltodekstrin yang masing-masing telah mengandung biomassa sel segera dianalisis viabilitas awalnya (Mutukumira et al., 2014).

Spray drying: temperatur spray dryer inlet/outlet yang digunakan adalah 160/80°C. Larutan yang mengandung biomassa sel dikeringkan menggunakan spray dryer (SD-Basic Lap Plant) dengan nozzle. Mikrokapsul dikemas pada kemasan plastik klip dan disimpan pada suhu kamar selama 6 minggu.

Pengambilan Data

Data yang diambil selama penelitian meliputi: ketahanan mikrokapsul probiotik BAL pada temperatur 80-85°C, kadar air, dan aktivitas air.

Ketahanan mikrokapsul probiotik BAL pada temperatur 80-85°C. Mikrokapsul probiotik BAL sebanyak 3 g dicampur dengan 3 g tepung jagung yang sudah disterilisasi. Sebanyak 1 g campuran mikrokapsul dengan tepung jagung diuji viabilitas awal lalu dipanaskan pada temperatur 80 hingga 85°C selama 15, 30, dan 45 detik menggunakan panci/ dandang (simulasi suasana conditioning pada proses pelleting). Kemudian dilakukan uji viabilitas sel BAL setelah dipanaskan dengan cara pour plate.

Kadar air. Uji kadar air bubuk mikroenkapsulan hasil spray drying dianalisis kadar airnya menggunakan oven pada temperatur 100°C selama 4 jam (Mutukumira et al., 2014). Persentase kadar air dapat diperoleh melalui rumus:

Kadar air =

x 100%

Aktivitas air. Aktivitas air (aw) dianalisis menggunakan alat Nova Sina water activity meter (AW Sprint, TH500) pada temperatur 25°C (Mutumukira et al., 2014).

Analisis data

Data viabilitas ketahanan mikrokapsul probiotik pada temperatur 80-85°C dianalisis menggunakan ANOVA one way, data kadar air dan aktivitas air dianalisis secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan

Ketahanan Mikrokapsul Probiotik BAL pada Temperatur 80-85°C

Conditioning merupakan tahap kritis dalam suatu pabrik pakan terhadap kualitas pellet yang dihasilkan. Berdasarkan teknik conditioning yang digunakan, prinsipnya semua sama yaitu panas dan kadar air yang ditambahkan pada pakan kering. Umumnya target kadar

(4)

76 0b 31.41a±3.53 34.33a±0.46 34.06 a±5.47 0 10 20 30 40 50 L. murinus S. thermophilus P. acidilactici MIX % v iab ili tas Strain

Pemanasan mikrokapsul dengan penyalut maltodekstrin selama 45 detik

0c 34.53b±2.43 31.99b±1.41 39.26 a±0.71 0 10 20 30 40 50 L. murinus S. thermophilus P. acidilactici MIX % v iab ili tas Strain

Pemanasan mikrokapsul dengan penyalut maltodekstrin selama 30 detik

Gambar 1. Grafik ketahanan mikrokapsul probiotik pada pemanasan suhu 80-85°C

selama 15 detik

Gambar 2. Grafik ketahanan mikrokapsul probiotik pada pemanasan suhu 80-85°C

selama 30 detik

Gambar 3. Grafik ketahanan mikrokapsul probiotik pada pemanasan suhu 80-85°C

selama 45 detik

air yang ideal untuk pakan yang terconditioning adalah 16,5 hingga 17%. Praktik umum yang sering dilakukan dalam proses pelleting digunakan temperatur 85

Hasil penelitian pada pemanasan mikrokapsul probiotik selama 15 detik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara empat sampel (P>0.05). Sementara pemanasan selama 30 dan 45 detik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) di mana Lactobacillus murinus (Ar-3) kehilangan viabilitasnya dibandingkan Streptococcus thermophilus (Kp-2), Pediococcus acidilactici (Kd-6), dan MIX atau campuran ketiga strain (Sri-Harimurti et al., 2015).

Jika dibandingkan berdasarkan waktu lama pemanasan, pada detik ke-15 seluruh sampel memiliki persentase viabilitas yang lebih besar dibandingkan detik ke-30 dan 45 (P<0,05). Akan tetapi persentase viabilitas Streptococcus thermophilus (Kp-2), Pediococcus acidilactici (Kd-6), dan MIX pada detik ke-30 dan ke-45 tidak berbeda nyata (P>0.05). Artinya ketiga sampel memiliki kemampuan yang sama menghadapi paparan panas baik selama 30 detik maupun 45 detik. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu khususnya Pediococcus acidilactici (Kd-6) dan Streptococcus thermophilus (Kp-2) adalah BAL yang tahan terhadap kekeringan dan temperatur tinggi hingga 50°C (Sri-Harimurti et al., 2007). Hasil penelitian ini berbeda dengan Amerah et al. (2013) yang menyatakan bahwa pada pemanasan 85 hingga 90° C viabilitas probiotik Bacilus subtilis berkisar 92,4 hingga 96,5%. Pada dasarnya Bacilus subtilis berbeda dengan bakteri asam laktat karena memiliki spora yang membuatnya tahan terhadap panas. Sementara probiotik bakteri yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki spora.

Kadar Air

Kadar air yang diperoleh dari hasil mikrokapsul probiotik diperoleh tertinggi pada Lactobacillus murinus yaitu 4,31% dan terendah pada Streptococcus thermophilus yaitu 3,05%. Kadar air merupakan parameter penting yang berhubungan dengan stabilitas produk 61.18±1.57 62.64±3.21 51.05±8.07 61.94±4.99 0 20 40 60 80 L. murinus S. thermophilus P. acidilactici MIX % v iab ili tas Strain maltodekstrin selama 15 detik

(5)

Journal of Livestock Science and Production p-ISSN 2598-2915 e-ISSN 2598-2907 Volume 2 No. 1 Edisi Maret 2018 77

selama penyimpanan. Kisaran kadar air yang diperoleh merupakan tipikal kadar air produk mikrokapsul yang diperoleh dari spray drying yaitu 2 sampai 6% (Reineccius, 2004).

Tabel 1. Kadar air mikrokapsul probiotik BAL

Strain probiotik Kadar air

(%)

Lactobacillus murinus 4,31±0,02 Streptococcus thermophilus 3,05±0,03 Pediococcus acidilactici 3,47±0,17

MIX 3,59±0,12

Kadar air mikrokapsul dipengaruhi oleh temperatur inlet spray drying dan laju alir umpan. Peningkatan temperatur inlet menyebabkan penurunan kadar air mikrokapsul. Penurunan kadar air dengan meningkatnya temperatur inlet ini lebih besar terjadi pada laju alir umpan yang lebih rendah. Hal ini diduga berhubungan dengan intensitas kontak bahan dengan udara pengering, di mana pada laju alir yang lebih rendah kontak bahan dengan udara pengering berjalan lebih intensif sehingga jumlah air yang teruapkan lebih besar (Yuliani et al., 2007).

Aktivitas Air

Aktivitas air (aw) merupakan parameter penting yang menentukan kestabilan produk selama penyimpanan. Trend aktivitas air menyerupai kadar air. Pengaruh peningkatan temperatur inlet spray drying menyebabkan penurunan nilai aw dan peningkatan laju alir umpan menyebabkan peningkatan nilai aw (Yuliani et al., 2007). Aktivitas air yang diperoleh pada hasil mikrokapsul probiotik diperoleh tertinggi pada Lactobacillus murinus yaitu 0,16 dan terendah pada Streptococcus thermophilus yaitu 0,08.

Tabel 2. Aktivitas air mikrokapsul probiotik BAL

Strain probiotik Aktivitas air

Lactobacillus murinus 0,16±0,02

Streptococcus thermophilus 0,08±0,01

Pediococcus acidilactici 0,09±0,01

MIX 0,19±0,01

Aktivitas air merupakan air bebas yang memiliki fungsi biologis. Air bebas dalam suatu bahan sangat penting untuk pertumbuhan mikrobia. Hal tersebut penting untuk transport nutrien, membuang bahan sisa, mengadakan reaksi enzimatis, sintesis materi sel, dan mengambil bagian dakam reaksi biokimia lain seperti hidrolisis. Bakteri Gram positif memiliki Aw minimum untuk pertumbuhan pada 0.90. Ketika Aw lebih rendah di bawah level Aw

minimal untuk pertumbuhan

mikroorganisme, sel tetap hidup (viable) untuk sementara waktu. Akan tetapi apabila Aw turun secara drastis, sel mikrobia akan kehilangan viabilitasnya secara umum dengan cepat di awal dan terus-menerus perlahan-lahan (Ray, 1996).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, L. murinus menunjukkan ketahanan panas pada waktu 15 detik pemanasan, namun pada waktu ke-30 detik dan 45 detik L. murinus tidak menunjukkan kemampuannya menghadapi paparan panas. Berbeda dengan S. thermophillus dan P. acidilactici, kedua strain ini mampu menghadapi panas hingga 45 detik. Kadar air mikrokapsul probiotik berada pada standar normal, sementara aktivitas air berada pada range 0,08 hingga 0,19 untuk Streptococcus thermophilus dan MIX secara berturut-turut.

Daftar Pustaka

Amerah, A.M., A. Quiles, P. Medel, J. Sanchez, M.J. Lehtinen, dan M.I. Gracia. 2013. Effect of pelleting temperature and probiotic supplementation on growth performance and immune function of broilers fed maize/soy-based diets. Animal Feed Science and Technology 180: 55-63.

FAO/WHO. 2002. Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food. Food and Agriculture Organization of the United Nations/ World Health

(6)

78 Froetschner, J. 2006. Processing-Current

Issues in Feed Manufacturing-Conditioning Controls Pellet Quality. Feed Technology 10.6. New Jersey. United States.

Fuller, R. 1992. Probiotics The Scientific Basis. London: Chapman & Hall. Kailasapathy, K. 2002. Microencapsulation

of probiotic bacteria: technology and potential applications. Current Issues in Intestinal Microbiology. 3: 39-48. Mortazavian, A.M., R. Mohammadi, dan S.

Sohrabvandi. 2012. New Advances in

the Basic and Clinical

Gastroenterology: Delivery of Probiotik Microorganisms into Gastrointestinal Tract by Food Products. Iran: Tehran. Diakses pada 7 Januari 2015. Tersedia pada www.intechopen.com.

Muttaqin, A. 2005. Skripsi. Mempelajari Pembuatan Pelet Probiotik Bakteri Asam Laktat untuk Suplemen Pakan Ternak Ayam. Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mutukumira, A.N., J. Ang, dan S.J. Lee. 2014. Viability and properties of spray-dried Lactobacillus casei-01. Proceedings of International Conference on Beneficial Microbes. Pp. 243-247.

Ray, B. 1996. Fundamental Food Microbiology. CRC Press. Florida. United States of America.

Reineccius, G.A. 2004. The spray drying of food flavours. Drying Technology 22:1289-1324.

Soccol, C.R., L.P. de Souza Vandenberghe, M.R. Spier, A.B.P.

probiotics: a review. Food Technology Bioyechnology. 48: 413-434.

Sri-Harimurti, S. 2011. Disertasi. Probiotik Bakteri Asam Laktat Indigenous: Pengaruhnya Terhadap Ekspresi Biologis pada Ayam Broiler. Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sri-Harimurti, S., E.S. Rahayu, Nasroedin, dan Kurniasih. 2007. Bakteri asam laktat dari intestin ayam sebagai agensia probiotik. Animal Production. 9: 82-91.

Sri-Harimurti, T. Yuwanta, J.H.P. Sidadolog, Wihandoyo, B. Ariyadi, S. Sudaryati, dan H. Sasongko. 2015. Laporan Penelitian Hibah Penelitian Tematik Laboratorium. Studi Viabilitas Probiotik Bakteri Asam Laktat Indigenous denga Teknik Mikroenkapsulasi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Sri-Harimurti. 2009. Study of Competitive Exclusion of Salmonella pullorum by Probiotic Strains in The Broiler Chickens. Proceedings of International Seminar of the 5th Asian Conference on Lactic Acid Bacteria: Microbes in Disease Prevention and Treatment. Singapore, July 2009

Yuliani, S., Desmawarni, N. Harimurti, dan S.S. Yuliani. 2007. Pengaruh Laju Alir Umpan dan Suhu Inlet Spray Drying pada Karakteristik Mikrokapsul Oleoresin Jahe. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jurnal

Gambar

Gambar 2. Grafik ketahanan mikrokapsul  probiotik pada pemanasan suhu 80-85°C

Referensi

Dokumen terkait

MoU dengan beberapa perusahaan dan Lembaga pemerintah, diantaranya, GIZ Jerman, Perguruan Tinggi (ITS, Unity Malaysia, BSI, UNY), industri rumah tangga di sekitar

• Bahwa saksi mengetahui pemohon dan termohon adalah suami istri yang telah menikah sekitar bulan Desember 2006 di Kabupaten Lombok Barat karena saksi turut

Scene ini menampilkan Bu Itje, Satya, dan Saka yang sedang berziarah ke makam Pak Gunawan. Bu Itje tampak tabah ketika menabur bunga yang dibantu oleh Saka, namun Satya yang

P roses produksi teh hitam di P TP N IX (P ersero) Kebun Jolotigo adalah sebagai berikut yaitu penerimaan pucuk, pelayuan, penggilingan &amp; sortasi basah, fermentasi,

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Perubahan lingkungan ekonomi seperti dikemukakan pada 5 skenario simulasi yang dikemukakan pada Metode Penelitian berdampak terhadap perubahan peubah endogen, termasuk areal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat minat menonton film Drama Korea, mengetahui tingkat kecenderungan narsistik, dan Untuk menganalisis pengaruh dari

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah Variabel Kepribadian, Lingkungan, Demografis, Ketersediaan Informasi Kewirausahaan, Kepemilikan Jaringan Sosial,