• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

KESANTUNAN BAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF ANAK TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA DALAM KELUARGA INTI DI DAERAH PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO

SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Ennang Saputri Dewi 1) , Yetty Morelent 2), Syofiani 2). 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

E-mail : [email protected]

ABSTRACT

This Study purposed to describe children politeness in speech acts Minangkabau to older people in Punggasan, Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan, West Sumatera. The thory used is the opinion Wijana (2009) about the kind of speech act, Nadar (2013) about the context of the talking. The kind of this research is a qualitative research with describtive method proposed by Moleong (2010). The result of this research showed that the form of politeness Minangkabau speech acts in an exspressive way of taking by children to the older people in Punggasan, Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan is the children’s speech classified as a polite act because the children talk polite and gently. Otherwise children have used the word of greeting that appropriate to the older people rather them. This thing caused by the environment situation, that influenced the way of children’s act in speech. The context of speech acts often used by children is speech acts often occurd in home, and children often speech acts politely and gently, otherwise the impact of an expressive speech acts that used by children to the older people will get the negative impact to the children, so that children dont’t pay attention to the politeness of speech acts in an association in Minangkabau when we are talking each other, is followed kato nan ampek. Based on the analyzing the data, it can be that the politeness of Minangkabau speech acts in children speech acts to the older people in Punggasan, Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan classified as polite because the environmental factors influenced the way of children’s speech acts to the older people.

(2)

2

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu

kegiatan yang universal dalam

kehidupan manusia, karena pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, dari manusia yang belum dewasa

menjadi manusia yang mandiri.

Seseorang yang memiliki pendidikan tercermin dari cara dia bertingkah laku yang sopan, dan bertutur kata yang santun, hal itu akan tampak dari bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi, bahasa itu menguasai cara berpikir dan bertindak manusia (Chaer, 2007:70).

Menurut Chaer dan Agustina

(2004:47), peristiwa tutur adalah

terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan suatu pokok aturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.

Selanjutnya, Chaer dan Agustina (2004:50) menyatakan bahwa tindak

tutur merupakan gejala individual,

bersifat psikologis, dan keberlangsungan nya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

Di setiap daerah memiliki gaya bahasa tersendiri dalam berkomunikasi, tetap memperhatikan sopan santun agar tuturannya tidak membuat orang lain tersinggung. Salah satu ajaran yang memberikan pembelajaran sopan santun

adalah adat Minangkabau. Adat

Minangkabau memberikan tuntunan atau pelajaran kepada masyarakatnya agar selalu memperhatikan etika berbahasa dan bersikap sopan santun untuk

mencapai keharmonisan dalam

pergaulan. Di Minangkabau orang yang tidak tahu sopan santun, tidak memiliki tingkah laku dan tutur kata yang baik disebut sebagai orang yang indak tahu jo

nan ampek (tidak tahu dengan yang

empat) (Azrial, 2008:14).

Di dalam keseharian, masyarakat

di daerah Punggasan, khususnya

generasi muda sekarang ini

(3)

3

Minangkabau yang sering diartikan

kasar oleh orang yang baru

mendengarkannya. Namun, hal itu pun

tergantung kepada penutur yang

menuturkannya. Apakah dia menuturkan dengan santun atau tidak santun. Misalnya pada tuturan “ Oi Bang, rancak

baju kini mah, alah mirip jo Justin Bieber ” tuturan tersebut akan terdengar

tidak santun atau kasar bagi orang yang baru mendengarnya, karena penutur memuji lawan tuturnya dengan cara yang tidak sopan. Padahal lawan tuturnya itu lebih tua.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti

kesantunan berbahasa Minangkabau

dalam tindak tutur anak kepada orang yang lebih tua di daerah Sumatera Barat, yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan,

khususnya di daerah Punggasan,

Kecamatan Linggo Sari Baganti, karena

jika dilihat dari kehidupan

masyarakatnya yang heterogen, baik dari segi mata pencarian, segi ekonomi dan tingkat pendidikannya. Mereka ada yang berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi, keluarga yang berpendidikan menengah, dan juga keluarga yang

berpendidikan rendah. Dengan demikian, ada keluarga yang bertutur dengan santun dan ada yang tidak santun. KAJIAN TEORI

Fungsi utama bahasa menurut Chaer dan Agustina (2004:11) adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh

manusia. Di dalam kehidupan

bermasyarakat, sebenarnya manusia

dapat juga menggunakan alat

komunikasi lain, selain bahasa. Namun,

tampaknya bahasa merupakan alat

komunikasi yang paling baik, paling sempurna dibandingkan dengan alat-alat komunikasi lain, termasuk juga alat komunikasi yang digunakan para hewan.

Nadar (2013:2) berpendapat

bahwa pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu.

Menurut Chaer dan Agustina

(2004:47), peristiwa tutur adalah

terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu

(4)

4

pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.

Konteks tuturan penelitian

linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang

relevan dari tuturan bersangkutan.

Konteks yang bersifat fisik lazim disebut konteks (contekt), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya

adalah semua latar belakang

pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur (Wijana, 2009:15).

Ekspresif merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam

tuturan itu, seperti memuji,

mengucapkan terima kasih, dan

mengkritik Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur, seperti memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik dan menyelak. Bentuknya dapat berupa kalimat positif maupun negatif. Sebagai contoh, (1) bajumu bagus sekali, (2) terima kasih banyak atas bantuannya, (3) kamu tidak

bagus kalau pakai sepatu ini (Chaer 2010:30).

Menurut Azrial (2008:37) sopan santun terdiri atas dua kata, sopan dan santun. Sopan artinya hormat, takzim dan beradab, baik tingkah lakunya, baik tutur katanya, baik cara berpakaian dan sebagainya.

Ayub dkk (1993:2) mengutip pendapat Nababan mengatakan bahwa bahasa Minangkabau bukan saja dipakai di Sumatera Barat tapi juga di Malaysia, khususnya di Negeri Sembilan.

Menurut Azrial (2008:37) sopan santun terdiri atas dua kata, sopan dan santun. Sopan artinya hormat, takzim dan beradab, baik tingkah lakunya, baik tutur katanya, baik cara berpakaian dan sebagainya.

Lebih lanjut, Azrial (2008:37) menyatakan santun yaitu halus dan orang yang baik budi bahasanya. Sabar, tenang, suka menolong, mempunyai rasa belas kasihan.

(5)

5

METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Metode Penelitian

jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatitf dengan metode deskriptif. Menurut Moleong (2010:6) penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata, dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah. Selanjutnya, menurut Sugiyono (2014:10) penelitian kualitatif yang memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan

interprestasi terhadap gejala yang

diamati, serta utuh ( holistic) karena setiap aspek dari objek itu mempunyai

satu kesatuan dan tidak dapat

dipisahkan.

2. Latar, Entri, dan Kehadiran

Peneliti

Pada tahap persiapan terlebih dahulu peneliti menyiapkan peralatan yang akan digunakan saat penelitian. Kemudian untuk tahap pelaksanaannya penelitian difokuskan pada kesantunan

berbahasa Minangkabau dalam aspek tindak tutur ekspresif yang dilakukan anak terhadap orang yang lebih tua. Dalam hal ini, penulis melibatkan anak sebagai penutur dan orang yang lebih tua sebagai mitra tuturnya.

Entri yang akan diteliti meliputi tuturan anak terhadap orang yang lebih tua dalam berkomunikasi di daerah Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam proses pengumpulan data, penulis merekam percakapan yang dilakukan anak kepada orang yang lebih tua.

3. Objek penelitian, Data dan

Sumber Data

Objek penelitian ini adalah

penduduk asli yang menetap di daerah Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan, yang meliputi keluarga berpendidikan tinggi, keluarga berpendidikan menengah, dan

keluarga berpendidikan rendah.

Sedangkan datanya diambil dari tindak tutur anak terhadap orang yang lebih tua dalam aspek tindak tutur ekspresif, dengan sumber datanya yaitu interaksi,

(6)

6

dilakukan antara anak dengan orang yang lebih tua dalam sebuah keluarga inti.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Kemudian, instrumen bantu dalam penelitian ini, yaitu alat perekam, seperti handphone,

kemudian alat tulis-menulis, di

antaranya pena, kertas, dan alat tulis lainnya. Alat-alat tersebut digunakan agar dapat membantu jalannya proses penelitian.

5. Informan Penelitian

Menurut Nadra dan Reniwati (2009:36) informan adalah orang yang akan memberikan data penelitian. Informan akan memberikan informasi kebahasaan yang dicari oleh si peneliti. Tanpa informan, penelitian tidak dapat dilakukan. Informan ini merupakan

syarat mutlak dalam penelitian

kebahasaan yang bersumber pada

bahasa lisan. Penulis menggunakan informan yang merupakan penduduk asli yang lahir dan menetap di daerah Punggasan, Kecamatan Linggo Sari

Baganti, yaitu informan tersebut berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, keluarga berpendidikan menengah dan keluarga berpendidikan rendah. Untuk

masing-masing kriteria keluarga,

peneliti mengambil keluarga inti saja yang terdiri dari ayah, ibu, kakak laki atau kakak perempuan, adik laki-laki atau adik perempuan.

Kriteria untuk keluarga

berpendidikan tinggi yaitu kedua orang tuanya menduduki bangku perguruan tinggi (mendapat gelar sarjana, diploma, master atau doktor). Jika pendidikan terakhir salah satu orang tuanya sarjana dan yang lainnya tamat SMA/sederajat, ini dikatakan sebagai kriteria keluarga berpendidikan menengah. Sedangkan untuk keluarga berpendidikan rendah kriterianya yaitu, salah satu atau kedua

orang tuanya hanya tamatan

SMP/Sederajat, atau bahkan tidak sekolah sama sekali.

6. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan dilakukan secara bertingkat. Pada tahap pertama,

(7)

7

penulis merekam tuturan anak kepada

orang yang lebih tua dengan

menggunakan handphone. Pada tahap kedua, setelah data terkumpul, rekaman ditranskripsikan dalam bentuk tulisan di lembar yang telah penulis persiapkan, dan kemudian dianalisis.

7. Teknik Pengujian Keabsahan

Data

Teknik pengujian keabsahan

data merupakan faktor yang

menentukan di dalam penelitian

kualitatif. Teknik pengujian atau

pemeriksaan keabsahan data peneliti

gunakan adalah berupa teknik

ketekunan/keajegan pengamat dan

teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010:329) yang dimaksud dengan teknik ketekunan pengamatan adalah menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

8. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mendapatkan data di lokasi penelitian, selanjutnya

akan dilakukan kegiatan menganalisis data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu:(1) Mentranskripsikan data hasil rekaman ke dalam bentuk teks, (2) Data

diklasifikasikan berdasarkan jenis

tindak tutur ekspresif (memuji,

mengucapkan terima kasih, dan

mengkritik), (3) Menginterpretasikan hasil analisis data tentang tindak tutur ekspresif (memuji, mengucapkan terima

kasih, dan mengkritik), dan (4)

Menyimpulkan hasil interpretasi data tentang tindak tutur ekspresif (memuji,

mengucapkan terima kasih, dan

mengkritik).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data

Deskripsi hasil penelitian ini berisikan data tuturan anak terhadap orang yang lebih tua, data diperoleh melalui rekaman pada saat interaksi komunikasi. Masing masing transkripsi rekaman yang menjadi data penelitian ini kemudian dianalisis kesantunannya dengan memperhati kan tata krama dan aturan kesantunan berbahasa dalam

(8)

8

pergaulan di Minangkabau saat

bertindak tutur yakni kato nan ampek (kata yang empat), baik dari keluarga berpendidikan tinggi, berpendidikan

menengah, maupun keluarga

berpendidikan rendah.

Jumlah informan pada penelitian ini adalah sebanyak 3 keluarga, masing-masing adalah wakil dari keluarga berpendidikan tinggi, berpendidikan menengah, dan keluarga berpendidikan

rendah. Kriteria untuk keluarga

berpendidikan tinggi yaitu kedua orang tuanya menduduki bangku perguruan tinggi (mendapat gelar sarjana, diploma, master atau doktor). Jika pendidikan terakhir salah satu orang tuanya sarjana dan yang lainnya tamat SMA/sederajat, ini dikatakan sebagai kriteria keluarga berpendidikan menengah. Sedangkan untuk keluarga berpendidikan rendah kriterianya yaitu, salah satu atau kedua

orang tuanya hanya tamatan

SMP/Sederajat, atau bahkan tidak sekolah sama sekali.

Untuk keperluan pengumpulan

data, penulis mendatangi langsung keluarga informan dan melakukan

perekaman suara pada saat tindak tutur terjadi tanpa sepengetahuan si anak atau salah satu anggota keluarga yang sedang bertutur. Data rekaman suara yang diambil tidak hanya satu kali perekaman saja, tapi dilakukan secara

berulang-ulang sampai ditemukan

adanya tindak tutur ekspresif yang tuturkan anak kepada orang yang lebih tua. Data rekaman ini kemudian ditranskripsi kan dalam bentuk data tulis dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

Dari penelitian ini penulis

memperoleh tiga kelompok tuturan anak kepada orang yang lebih tua, yang terdiri

dari tuturan dalam keluarga

berpendidikan tinggi, tuturan dalam keluarga berpendidikan menengah dan tuturan dalam keluarga berpendidikan rendah.

2. Analisis Data

Dalam analisis data ini dijelaskan berupa aspek tindak tutur ekspresif yang terdiri dari, (1) tindak tutur memuji, (2) tindak tutur mengucapkan terima kasih, dan (3) tindak tutur mengkritik. Uraian

(9)

9

tentang kesantunan berbahasa

Minangkabau dalam tindak tutur

ekspresif anak terhadap orang yang lebih tua di Daerah Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan.

2.1 Analisis Data Keluarga Berpen didikan Tinggi

Berikut ini hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap keluarga

berpendidikan tinggi. Berdasarkan

transkripsi rekaman ditemukan 1 data tindak tutur mengucapkan terima kasih dan 1 data tindak tutur mengkritik pada keluarga berpendidikan tinggi.

Tindak Tutur Mengucapkan Terima Kasih

Data 4

Konteks Situasi Tutur

Mifta sedang berdiri di teras depan rumah dan kakaknya sedang membersihkan motor di halaman rumah, lalu Mifta mengucapkan terima kasih kepada kakaknya karena telah mau membelikannya pulsa.

Bentuk Tuturan

Adik : Nomor As, nan 36 di

belakang tu Bang

(nomor As, yang 36 di belakang itu, Bang)

Kakak : Beko lah Bang isian (nanti Abang isikan) Adik : Mokasih

(terima kasih)

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu antara adik dan kakaknya. Pokok pembicaraan tuturan

tersebut adalah adik mengucapkan

terima kasih kepada kakaknya karena telah mau membelikannya pulsa yang ditandai dengan tuturan mokasih dalam situasi kurang serius. Dalam tuturan itu ditemukan adanya tindak tutur ekspresif dalam bentuk tuturan mengucapkan terima kasih seperti pada tuturan

mokasih.

Kata mokasih menjadi penanda lingual tindak tutur mengucapkan terima

kasih. Dalam hal ini penutur

mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur karena telah mau membelikannya pulsa. Tuturan yang digunakan adik dalam bertutur termasuk kurang santun karena adik menggunakan konsep kata mendatar dalam mengucapkan terima kasih. Seharusnya adik menggunakan konsep kata mendaki dan menghargai

(10)

10

kakaknya sebagai orang yang lebih tua dengan bahasa yang lebih sopan.

Seharusnya, Kalimat tuturan yang

lebih tepat digunakan adik saat

mengucapkan terima kasih pada

kakaknya dalam situasi tersebut adalah

Bang, mokasih yo, Bang (Bang, terima

kasih ya, Bang). Kalimat tuturan ini

lebih sesuai dengan konsep kata

mendaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan sopan, serta menghargai lawan bicara dengan menyebut kata sapaan yang layak saat bertutur dengan lawan bicara tersebut.

Tindak Tutur Mengkritik Data 7

Konteks Situasi Tutur

Mifta sebagai penutur dan ibunya sebagai mitra tutur, anak sedang berada di teras depan rumah sedangkan ibunya berada di ruang utama, lalu Mifta

mengkritik tuturan ibunya bahwa

memotocopy buku di sana mahal, sama

saja harganya dengan tempat fotocopy yang lain.

Bentuk Tuturan

Anak : Mano lo mugha Ma, samo

je nye

(mana murah, sama saja) Ibu : Sumbaghang la kok iyo

(terserah saja kalau begitu) Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu anak dan ibunya. Pokok pembicaraan tuturan tersebut adalah

membicarakan tentang fotocopy

dilakukan dalam situasi serius. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya tindak tutur ekspresif dalam bentuk tuturan mengkritik seperti pada tuturan

mano lo mugha Ma, samo je nye. Dari

tuturan tersebut anak sebagai penutur mengkritik mitra tuturnya yaitu ibunya sendiri.

Kata Mano lo mugha Ma, samo

je nye menjadi penanda lingual tindak

tutur mengkritik. Kalimat yang

digunakan anak dalam bertutur kepada ibunya termasuk santun karena anak

sudah menggunakan konsep kata

mendaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut, serta menghargai ibunya sebagai orang tua dengan menggunakan kata sapaan yang layak saat bertutur dengan lawan bicara tersebut. Kata sapaan Ma, menunjukkan bahwa anak sudah santun

dalam bertutur mengkritik kepada

(11)

11

2.2 Analisis Data Keluarga Berpen didikan Menengah

Selanjutnya, hasil pengamatan

yang dilakukan terhadap keluarga

berpendidikan menengah, Berdasarkan data rekaman yang telah ditranskripsikan dalam bentuk data tulis, ditemukan 1 data tindak tutur memuji dan 1 data tindak tutur mengkritik pada keluarga berpendidikan menengah.

Tindak Tutur Memuji Data 2

Konteks Situasi Tutur

Tia sedang menonton TV

sedangkan ibunya berada di ruang yang sama, lalu Tia mengatakan kepada ibunya bahwa dia memuji masakan orang lain bahwasannya masakan orang itu enak. Anak sebagai penutur dan ibunya sebagai mitra tutur.

Bentuk Tuturan

Anak : o yo ndak, bulan puaso

patang awak acok juo bali gulai Etek tu ndak Ma, etek tu lai lamak gulai nyo

(oh iya, bulan puasa

tahun kemaren kita sering beli sambal Tante itu kan Ma, tante itu kan enak sambalnya)

Ibu : Etek tu jaleh pandai mama

sak, laku taruih jaga liau mah

(Tante itu pintar masak, laris terus jualannya itu) Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu antara anak dan ibunya. Pokok pembicaraan tuturan tersebut adalah anak memuji orang lain bahwa orang itu masakannya enak yang diujarkan kepada ibunya yang ditandai dengan tuturan o yo ndak, bulan puaso

patang awak acok juo bali gulai Etek tu ndak Ma, etek tu lai lamak gulainyo,

dalam situasi serius. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya tindak tutur ekspresif dalam bentuk tuturan memuji seperti pada tuturan Etek tu lai

lamak gulainyo.

Kata Etek tu lai lamak gulainyo menjadi penanda lingual tindak tutur memuji. Kalimat yang digunakan anak dalam bertutur kepada ibunya termasuk santun, karena anak sudah menggunakan konsep kata mendaki, yaitu berbicara

dengan lemah lembut, serta

menggunakan kata sapaan yang layak dan bahasa yang sopan.

(12)

12

Kata sapaan Ma, menunjukkan bahwa anak sudah santun dalam bertutur memuji orang lain yang diujarkan kepada ibunya.

Tindak Tutur Mengkritik Data 8

Konteks Situasi Tutur

Tia sedang menonton TV

sedangkan ibunya berada di ruang yang sama, lalu Tia mengkritik tuturan ibunya bahwa masakan orang itu pas bumbu-bumbunya. Anak sebagai penutur dan ibunya sebagai mitra tutur.

Bentuk Tuturan

Anak : o yo ndak, bulan puaso

patang awak acok juo bali gulai Etek tu ndak Ma, Etek tu lai lamak gulainyo

(oh iya, bulan puasa tahun kemarin kita sering beli

sambal Tante itu kan

Ma, tante itu enak

sambalnya)

Ibu : Etek tu jaleh pandai

mamasak, laku taruih jaga liau mah

(Tante itu pintar memasak, laris terus jualannya)

Anak : masakan Etek tu jaleh

sadang elok bumbu- bumbunyo tu laku

( masakan Tante itu pas bumbu-bumbunya makanya laris)

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu antara anak dan ibunya. Pokok pembicaraan tuturan tersebut adalah anak mengkritik tuturan ibunya bahwa masakan orang itu pas

bumbu-bumbunya makanya laris ditandai

dengan tuturan masakan Etek tu jaleh

sadang elok bumbu-bumbunyo tu laku

dalam situasi serius.

Kata masakan Etek tu jaleh

sadang elok bumbu-bumbunyo tu laku

menjadi penanda lingual tindak tutur mengkritik. Kalimat yang digunakan anak termasuk kurang santun karena anak tidak menggunakan kata sapaan yang layak saat bertutur kepada ibunya. Seharusnya, kalimat tuturan yang

lebih tepat digunakan anak saat

mengkritik tuturan ibunya dalam situasi tersebut adalah masakan Etek tu jaleh

sadang elok bumbu-bumbunyo Ma, tu laku dek Ama ( masakan Tante itu pas

bumbu-bumbunya, Ma, makanya laris Ma). Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep kata mendaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan

(13)

13

sopan santun, serta menyebut kata sapaan yang layak saat bertutur dengan lawan bicara tersebut.

Ibunya sebagai mitra tutur

sedangkan penutur adalah anaknya sendiri saat anak bertutur menggunakan kata sapaan Ma. Hal ini menunjukkan bahwa anak sudah santun dalam bertutur mengkritik tuturan ibunya

2.3 Analisis Keluarga Berpendidi kan Rendah

Selanjutnya, hasil pengamatan

yang dilakukan terhadap keluarga

berpendidikan rendah, Berdasarkan

transkripsi rekaman ditemukan 1 data tindak tutur memuji dan 1 data tindak

tutur mengkritik pada keluarga

berpendidikan rendah.. Tindak Tutur Memuji Data 3

Konteks Situasi Tutur

Mela berada di ruang utama dan ibunya bersiap-siap akan pergi ke pasar juga berada di ruang yang sama, lalu Mela memuji ibunya bahwa baju ibunya bagus. Anak sebagai penutur dan ibunya sebagai mitra tutur.

Bentuk Tuturan

Anak : ancak baju Ama pai ka

pasa kini mah

(bagus baju Mama ke pasar sekarang)

Ibu : biaso acok pakai baju iko

ka pasanyo, mangapo kini lo baghu mangecen ancak gei?

(biasanya sering juga

memakai baju ini ke

pasar, kenapa baru

sekarang mengatakan cantik?)

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu antara anak dan ibunya. Pokok pembicaraan tuturan tersebut adalah anak memuji baju ibunya yang ditandai dengan tuturan ancak baju Ama

pai ka pasa kini mah dalam situasi

kurang serius. Dalam tuturan itu

ditemukan adanya tindak tutur ekspresif dalam bentuk tuturan memuji seperti pada tuturan ancak baju Ama.

Kata ancak baju Ama pai ka pasa

kini mah menjadi penanda lingual tindak

tutur memuji. Kalimat yang digunakan anak dalam bertutur kepada ibunya

santun karena anak menggunakan

konsep kata mendaki saat bertutur. Anak menghargai ibunya sebagai orang tua dengan kata sapaan yang layak dan bahasa yang sopan. Kata sapaan Ma,

(14)

14

menunjukkan bahwa anak sudah santun dalam bertutur memuji kepada ibunya.

Tindak Tutur Mengkritik Data 9

Konteks Situasi Tutur

Mela berada di ruang utama dan ibu bersiap-siap akan pergi ke pasar, juga berada di ruang yang sama, lalu Mela mengkritik ibunya karena pasang jilbabnya lebih bagus dari biasanya. Bentuk Tuturan

Anak : iyo, tapi kini lai agak

manggaya Ama setek, biaso baju lai ancak,jilbab sumbaghang lakek nye. Kini lai ancak lakek jilbab Ama

(iya, tapi sekarang Mama berdandan sedikit, biasa nya baju bagus, jilbab sem barang saja pasangnya)

Ibu : e... banyak macam mah. Beko

jaghang aia angek yo, tu kuku kiambia gei, bia pulang pasa langsuang manggulai

(banyak macam rupanya.

Nanti masak air, siap itu

kukur kelapa, biar

pulang dari pasar langsung membuat sambal)

Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang, yaitu antara anak dan ibunya. Pokok pembicaraan tuturan tersebut

adalah anak mengkritik ibunya karena pasang jilabab ibunya lebih bagus dari biasanya ditandai dengan tuturan iyo,

tapi kini lai agak manggaya Ama setek, biaso baju lai ancak, jilbab sumbaghang lakek nye kini lai ancak lakek jilbab Ama

dalam situasi serius. Kata biaso baju lai

ancak, jilbab sumbaghang lakek nye. Kini lai ancak lakek jilbab Ama menjadi

penanda lingual tindak tutur mengkritik. Kalimat yang digunakan anak termasuk santun karena anak sudah menggunakan konsep kata mendaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan sopan, serta menyebut kata sapaan yang layak saat bertutur dengan lawan bicara tersebut.

Ibunya sebagai mitra tutur

sedangkan penutur adalah anaknya sendiri saat anak bertutur menggunakan kata sapaan Ma. Hal ini menunjukkan bahwa anak sudah santun dalam bertutur mengkritik tuturan ibunya dalam situasi serius.

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap tuturan anak kepada orang yang lebih tua di daerah Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan. Banyak ditemukan bentuk tindak tutur

(15)

15

yang santun, bahwa anak bertutur sudah menggunakan konsep kata mendaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan sopan, serta menyebut kata sapaan yang layak saat bertutur dengan lawan bicara

tersebut. Kesantunan anak dalam

bertutur kepada orang yang lebih tua diukur dari intonasi dan kata sapaan yang digunakan anak dalam bertutur, anak dikatakan santun dalam bertutur kepada orang yang lebih tua, karena anak sudah mengikuti jalan nan ampek atau kato nan ampek (jalan yang empat atau kata yang empat), yaitu anak bertutur dengan intonasi yang rendah dan nada yang lembut, serta menghargai lawan bicaranya sebagai orang yang lebih tua darinya. Dari banyaknya data yang ditemukan, anak yang bertutur santun kepada orang yang lebih tua juga ditemukan beberapa tuturan yang kurang santun yang digunakan anak saat bertutur, yaitu anak bertutur dengan ekspresi dan nada yang kesal. Kurang santunnya tuturan yang digunakan anak tersebut disebabkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya situasi, karena anak berada dalam lingkungan keluarga yang cenderung

berbicara keras, maka anak akan terbawa-bawa keras berbicara dengan masyarakat luar. Begitupan sebaliknya, jika anak yang cenderung berbicara lemah lembut dan memperhatikan aturan

kato nan ampek (kata yang empat) dalam

lingkungan keluarganya, maka anak juga akan terbawa-bawa santun dan lemah lembut saat berbicara dengan masyarakat luar tersebut. Jadi, cara orang tua atau

keluarga bertutur juga sangat

mempengaruhi cara anak dalam bertutur. Kemudian, anak juga lebih mudah terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik yang mereka lihat langsung dari televisi, internet dan sosial media lainnya. Jadi, situasi dan budaya masyarakat tempat tinggal anak sangat berpengaruh besar terhadap tindak tutur anak kepada orang yang lebih tua, dan tingkat pendidikan suatu keluarga tidak

memberi pengaruh kuat dalam

kesantunan anak bertutur dengan orang yang lebih tua.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

(16)

16

1. Bentuk tindak tutur yang

digunakan anak di daerah

Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir

Selatan adalah tindak tutur

ekspresif memuji, mengucapkan terima kasih dan mengkritik.

Bentuk tindak tutur yang

digunakan anak tersebut saat bertutur kepada orang yang lebih tua secara keseluruhan termasuk kategori santun karena rata-rata dalam tindak tutur ekspresif yang diamati, anak bertutur pada orang

yang lebih tua dengan

menggunakan konsep dan gaya bahasa kata mendaki.

2. Konteks situasi tutur yang

dominan digunakan anak di

daerah Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan dalam tindak tutur ekspresif, tuturan tersebut sering terjadi di rumah yang ditempati keluarga dalam situasi tenang. Tuturan terjadi antara anak dan ibunya, dan antara adik dengan kakaknya, maksud yang ingin disampaikan cenderung dengan

tujuan memuji, mengucapkan

terima kasih dan mengkritik. Jalur bahasa yang dominan digunakan

adalah bentuk lisan, karena

penuturan bersifat langsung antara penutur dan mitra tutur. Sikap anak saat bertutur dengan orang

yang lebih tua tetap

memperhatikan aturan kesantunan berbahasa dalam pergaulan di Minangkabau saat bertindak tutur yaitu kato nan ampek (kata yang empat).

3. Dampak tindak tutur ekspresif yang digunakan anak kepada orang yang lebih tua di daerah Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan yaitu akan berdampak negatif terhadap anak, apabila tuturan yang digunakan anak tersebut tidak mengikuti jalan nan

ampek atau kato nan ampek (jalan

yang empat atau kata yang empat). Begitupun sebaliknya, akan berdampak positif bagi anak, apabila tuturan yang digunakan anak tersebut tetap mengikuti

(17)

17 ampek (jalan yang empat atau

kata yang empat).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat disarankan kepada :

1. Anak, di daerah Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan supaya tetap menerapkan bahasa yang sopan dan santun dalam bertutur dan berperilaku serta berbahasa Minangkabau yang tepat sesuai dengan konsep jalan nan ampek (jalan yang empat atau kato nan

ampek (kata yang empat). Dalam

berkomunikasi dengan orang

yang lebih tua supaya tetap

mengutamakan kesantunan

berbahasa dalam bentuk tindak

tutur memuji, mengucapkan

terima kasih dan mengkritik. 2. Sebagai orang tua, orang yang

dituakan dan menjadi contoh bagi anak dan generasi muda, supaya berbicara lebih santun dalam berbahasa Minangkabau dan dapat menjadi suri tauladan

dalam bersikap dan bertindak tutur, serta orang tua lebih

meluangkan waktunya dalam

mengarahkan, membimbing,

menasehati dan memberi contoh kepada anaknya dalam bertindak tutur yang baik dan santun

kepada siapapun dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Guru, dapat dijadikan masukan

dalam masalah kesantunan

berbahasa di dalam bertindak tutur, serta mengarahkan dan mengajarkan kesantunan berbaha sa kepada anak didiknya dan

bertutur yang baik dengan

sesama makhluk lain.

4. Peneliti lain yang hendak

melakukan penelitian dengan

permasalahan yang sama, yaitu

kesantunan berbahasa Minangka

bau dalam tindak tutur ekspresif anak terhadap orang yang lebih

tua, diharapkan dapat mengem

bangkan penelitian ini dengan

menggunakan aspek yang

berbeda dalam kesantunan

(18)

18

dengan istri, dan antara mertua dengan menantu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pelaksanaan penelitian dan

proses penulisan skripsi ini terlaksana atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr. Yetty Morelent M.Hum., sebagai pembimbing satu dan ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd., sebagai pembimbing dua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ayub, Asni dkk. 1993. Tata Bahasa

Minangkabau. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengemba

ngan Bahasa Departement

Pendidikan dan Kebudayaan. Azrial, Yulfian. 2008. Budaya Alam

Minangkabau SD Kelas 4.

Padang: Angkasa Raya.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkena

lan Awal. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan

Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Kushartanti dkk. 2005. Pesona Bahasa

Langkah Awal Memahami

Linguistik. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Moleong, J Lexy. 2010. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

karya

Nadar. 2013. Pragmatik dan

Penelitian Pragmatik.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi

Teori dan Metode. Yogyakarta:

Elmatera Publishing

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wijana, Dewi Putu dan Muhammad

Rohmadi. 2009. Analisis

Wacana Pragmatik.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas konflik eksternal ditemukan bahwa 1 aitem dari total keseluruhan 5 aitem dinyatakan tidak valid dan seluruh aitem

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Chen & Chang, 2012) pada konsumen green product pengguna produk electronic di Taiwan , (Wu

Teramati pula betina yang menggunakan sarang yang berbeda dengan tahun lalu, yaitu betina dengan ID 00-063A-8381 di Loh Buaya, betina tersebut menempati sarang LBY3 pada tahun

Hal ini diduga disebabkan karena kadar air yang lebih rendah pada perlakuan interval penyiraman setiap 12 hari, menyebabkan menurunnya infeksi mikoriza pada akar semai

Kronig-Penney ini menggunakan pendekatan yang sangat kasar dibandingkan dengan energi potensial yang ada dalam suatu kisi, tetapi model ini sangat berguna untuk

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan strategi pemasaran relasional mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai jasa, berarti semakin tinggi pemasaran