• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) 1945 DALAM PROSES MENUJU KEMERDEKAAN INDONESIA PENELITIAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) 1945 DALAM PROSES MENUJU KEMERDEKAAN INDONESIA PENELITIAN."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN

Oleh : Nana Setialaksana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA

(2)
(3)

vi

Halaman TIM PEMBIMBING

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ABSTRAK

KATA PENGANTAR . ……….. iv

DAFTAR ISI .. ……… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Definisi Operasional... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Kegunaan Penelitian... 4

BAB II. LANDASAN TEORETIS A. Kajian Teoritis ... 5

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 12

C. Anggapan Dasar ... 12

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian... 14

B. Variabel Penelitian ... 17

(4)

vii

D. Instrumen Penelitian... 20 E. Langkah-langkah Penelitian ... 22 F. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembentukan BPUPKI ... 24 B. Sidang BPUPKI Pertama ... 29 C. Sidang BPUPKI Kedua... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dasar negara Undang-Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat penting artinya bagi kelangsungan kehidupan setiap negara di dunia. Begitu pula bangsa Indonesia yang mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 memiliki suatu dasar negara yang merupakan falsafah dalam kehidupan kenegaraan Indonesia, yaitu dasar negara Pancasila.dan juga Undang-Undang dasar merupakan hukum dasar tertinggi dalam peraturan perundang-undangan di negara kita, yaitu UUD 1945.

Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia berakhir ketika Perang Dunia II digantikan oleh kekuasaan pemerintahan militer Jepang yang mengaku dirinya “Pemimpin Asia dan Saudara Tua bangsa Indonesia”, .namun kenyataannya, dalam lapangan politik pemerintah Jepang itu tiada bedanya dengan penjajahan lainnya yang selalu menekan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemudian di dalam perlawanan terhadap Sekutu (barat) makin lama makin terdesak dan mendapat kekalahan-kekalahan, maka Pemerintahan Jepang terpaksa bersiasat “murah hati” dengan cara menjanjikan kemerdekaan untuk menarik hati bangsa Indonesia, Pemerintah Jepang membentuk Panitia Pemeriksa Adat dan Tata

(6)

2

Negara dengan tugas menyelidiki adat dan tata negara Indonesia lama untuk disumbangkan kepada Jepang.

Pada tanggal 7 September 1944 di dalam sidang istimewa ke -85

Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) di Tokyo, Perdana Menteri Koiso

(pengganti Perdana Menteri Tojo) mengumumkan tentang pendirian pemerintah Kemaharajaan Jepang, bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari. Latar belakang dikeluarkannya pernyataan tersebut, karena semakin terdesaknya angkatan perang Jepang (Marwatidjoened Poesponegoro, 1990:66).

Pada tanggal 1 Maret 1945 Pemerintahan Jepang mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesi (Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai). Ini merupakan suatu langkah pertama bagi pelaksanaan janji kemerdekaan Indonesia di kemudian hari.

Berdasar pada kriteria itulah, maka penulis sangat tertarik untuk menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah yaitu penelitian dengan judul : Peranan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 1945 Dalam Proses Menuju Kemerdekaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Agar tidak terlalu kabur dan luas permasalahan yang akan diuraikan dalam tulisan ini, penulis akan membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu sebagai berikut :

(7)

1. Peran apa yang telah dilakukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ?

2. Bagaimana kerja Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam membuat konstitusi ?

C. Definisi Operasional

Sebelum penulis memaparkan hasil penelitian terlebih dahulu penulis akan menjelaskan berbagai pengertian yang menjadi variable penelitian yaitu :

1. Peranan adalah pengejawantahan dari sikap berpijak dalam menetapkan suatu proses.

2. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekan Indonesia (BPUPKI) adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang dengan anggota-anggotanya dari bangsa Indonesia sendiri, dan lembaga ini bertujuan untuk menampung seluruh aspirasi dalam upaya memperjuangkan dan mempersiapkan negara Indonesia yang merdeka.

D. Tujuan Penulisan

Berkenaan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian dari penulisan ini adalah :

1. Mengetahui peran apa yang telah dilakukan oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

2. Mengetahui bagaimana kerja Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam membuat konstitusi.

(8)

4

E. Kegunaan Penulisan

Penelitian ini mempunyai dua kegunaan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

Dalam dunia keilmuan umumnya dan dalam dunia penelitian khususnya yang namanya teori memegang posisi penting sebagai pegangan untuk membuktikan suatu kebenaran dari penelitiannya. Di samping itu teori akan lebih mengarahkan peneliti dalam menemukan sumber-sumber guna tercapainya kebenaran hasil suatu penelitian. Berkaitan dengan pernyataan tersebut di atas, diharapkan hasil peneliti ini akan memberikan suatu gambaran dan landasan dalam mengembangkan kerangka teoritis bagi peneliti yang akan datang, terutama dalam usahanya untuk mengembangkan hasil penelitian ini melalui pendekatan dimensi yang berbeda.

2. Kegunaan Praktis

Gambaran sejarah ini dapat disaksikan oleh generasi muda sekarang. Oleh karena itu, diharapkan tulisan ini dapat memberikan apa yang terkandung dari kegunaan sejarah yaitu, selain sebagai sarana edukatif, juga memberikan pembelajaran yang bermanfaat.

(9)

5

A. Kajian Teoretis

Sebagai realisasi dari janji Jepang yang diucapkan oleh Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso di depan resepsi istimewa ke-85 Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) di Tokyo pada tanggal 7 September 1944. Sebagai tindak lanjut dari janji itu, maka pada tanggal 1 Maret 1945, yaitu tepat tiga tahun peringatan Jepang di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang menjanjikan untuk membentuk suatu Badan Penyelidik dalam rangka meningkatkan usaha-usaha yang lebih nyata untuk mempercepat kemerdekaan bagi Indonesia Setelah dikeluarkannya pengumuman pembentukan badan penyelidik itu, kurang lebih dua bulan kemudian, Badan Penyelidik itu dibentuk, yakni tepat pada hari raya Tentyoo Setsu tanggal 29 April 1945. (Moh. Ridhwan Indra, 1987:37).

Menurut pengumuman dari Zimu Kyoku, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan itu terdiri dari Badan Perundingan dan Tata Usaha (Zymukioku). Badan perundingan itu, terdiri dari seorang ketua (Kaityoo) yaitu Ichibangase (Jepang) dan R.P. Suroso, dan 60 orang Iin (anggota) bangsa Indonesia dan 7 orang anggota istimewa (Toku Betu Iin) bangsa Jepang, Kantor Tata Usaha terdiri dari seorang Kepala Kantor (Zymu

Kyoku), yaitu R. P. Suroso wakil Badan Penyelidik, dua orang wakil Kepala

(10)

6

(anggota istimewa) Badan Penyelidik dan R. M. Abdul Gafur Pringgodigdo serta beberapa orang pegawai kantor.

Ketua R. P. Suroso Syuutyookan bertempat tinggal di Magelang, dan A.G. Pringgodigdo yang menjalankan tugas sehari-hari untuk kelancaran Tata Usaha Badan Penyelidik. Ada juga seorang Wakil Ketua bangsa Jepang yakni Masuda, namun tidak aktif. Untuk pekerjaan sehari-hari Pringgodigdo dibantu oleh Iskandar Gondowardjo, Mr. Assaat Gelar Datuk Mudo dan M. Anggris Joedodipoero (Lembaga Soekarno-Hatta, 1984 : 24). Keseluruhan anggota Badan Penyelidik ini berjumlah 62 orang Indonesia termasuk seorang ketua dan seorang wakil ketua 1 orang Jepang bernama Ichi Bangase sebagai wakil ketua istimewa.

Susunan eanggotaan dan pimpinan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Ketua (Kaityoo) : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat 2. Ketua Muda (Fuku-Kaityoo) : Rd. Panji Soeroso

3. Ketua Muda (Fuku-Kaityoo) : Ichi Bangase Yoiso (Jepang)

Anggota-anggota dari 60 orang Indonesia atau yang merasa dirinya senasib dengan Indonesia adalah :

1. Ir. Soekarno 2. Mr. Muhammad Yamin 3. Dr. R. Koesoemah Atmadja 4. R. Abdurrahim Pratalykrama 5. R. Aris 6. Ki Hajar Dewantara 7. Ki Bagoes Hadikoesoemo 8. B.P.H. Bintoro 9. K.H. Abdoelkahar Moezakir 10. B.P.H Poerbojo

(11)

11. R.A.A. Wiranata Koesoemah 12. R. Asharsoetedjo Moenandar 13. Oei Tiong Hauw

14. Drs. Mohammad Hatta 15. Oei Tiong Houm 16. Hadji Agoes Salim

17. M. Soetardjo Kartohadikoesoemo 18. R.M. Margono Djojohadikoesoemo 19. K.H. Abdoel Halim

20. Kiai Hadji masjhoer 21. R. Soedirman

22. Prof. Dr. P.A. Hoesir Djajadiningrat 23. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo

24. Prof. Ir. R. Roeseno

25. Mr. Ny. Maria Ulfah Santoso 26. Mr. R.P. Singgih

27. R.M.T.A. Soerjo

28. Roeslan Wongsoekoesoemo 29. Mr. R. Soesanto Tirtoprodjo 30. Dr. R. Boentaran Martoatmodjo 31. Ny. R.S.S. Soenarjo Mangoenpoespito 32. Liem Koen Hian

33. Mr. R. Hendromartono 34. Mr. J. Latoeharhari 35. Soekardjo Wirjopranoto 36. Hadji Ahmad Sanoesi 37. S.M. Dasaad

38. Mr. Tan Eng Hoa

39. Ir. R.M.P. Soerachman Tjokrodisoerjo 40. R.T.A. Soemitro Klopaking Poerbonegoro 41. K.R.M. Woerjoningrat

42. Mr. Achmad Soebardjo

43. Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjojokoesoemah 44. Abikoesno Tjokrosoejoso

45. Parada Haraphap 46. Mr. R. Sartono

47. Kiai Hadji mas Mansoer 48. Dr. R.T.A. Sastrodiningrat 49. Mr. R. Soewadi

50. Kiai Hadji Wadhid hasyim 51. R.F. Dauler 52. Dr. Soekirman Wirjosardjojo 53. Mr. K.T.M. Wongsonegoro 54. Rd. Otto Iskandardinata 55. A. baswedan 56. Abdoel Kadir

(12)

8 57. Ir. Sanoesi 58. Mr. A.A. Maramis 59. Mr. R. Samsoedin 60. Mr. R. Sastromoeldjono (Lembaga Soekarno-Hatta, 1984 : 42)

Ditambah tujuh orang Toku Betu Iin (anggota-anggota istimewa), yaitu : 1. Tokonami Tokuzuki 2. Myano Syoozoo 3. Hagaki Masamitu 4. Matuura Mitokiyo 5. Tanaka Minoru 6. Masuda Toyohiko 7. Ide Teitiroo (Lembaga Soekarno-Hatta, 1984 : 42)

Menurut lahirnya UUD 1945 dan Pancasila yang disusun oleh Lembaga Soekarno-Hatta, hal. 25, dikatakan : Di Badan Penyelidik hanya terdapat dua golongan, yaitu golongan Nasionalis dan golongan Islam. Banyak diantara anggota Badan Penyelidik merangkap sebagai anggota Tyoo Sangi Iin (semacam Perlemen).

Menurut Bung Karno dalam pidato peringatan lahirnya Pancasila menyatakan bahwa, anggota-anggota Badan Penyelidik itu disusun oleh Bung Karno dan tinggal disetujui oleh pihak Jepang. Hal yang sama diulangi kembali oleh Bung Karno kepada Cindy Adam dalam buku “Sukarno an Autobiography as Told to Cindy Adams”. Badan Penyelidik yang terdiri dari 2 golongan, yakni golongan Nasionalis dan golongan Agama Islam adalah merupakan pencerminan dari kebijaksanaan Jepang yang ditempuh selama Jepang berkuasa di Indonesia.

Sejak Jepang berjanji kepada bangsa Indonesia untuk memberikan hadiah kemerdekaan dikemudian hari apabila perang Asia Timur Raya selesai

(13)

dan kemenangan ada di pihak Jepang, pemerintah Jepang pun memberikan janji dalam kebebasan bersuara dan propaganda tentang Indonesia merdeka, adalah suatu kesempatan mustahil bagi Indonesia terjajah. Bendera merah putih diperbolehkan berkibar di sebelah bendera Jepang. Pada tiap-tiap Departemen ditempatkan seorang Sunyo sebagai pembantu Buco Jepang.

Untuk memenuhi janji akan memberi kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Langkah nyata yang ditempuhnya adalah membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Maksud dan tujuan dari pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ,yaitu untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan pelbagai hal yang menyangkut pembentukan Indonesia merdeka. Pengangkatan dari anggota BPUPKI itu dilaksanakan pada tanggal 29 April 1945 yang kemudian dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 BPUPKI mengadakan sidang yang pertama dan berlangsung selama empat hari, yaitu mulai tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.

Sidang ke dua dilaksanakan pada tanggal 10-17 juli 1945. Pada tanggal 17 Juli 1945 tugas BPUPKI selesai, dengan hasil rumusan dasar negara dan hukum dasar serta pernyataan Indonesia merdeka (Ismaun,1978:65).

Dengan selesainya sidang BPUPKI yang berhasil menyusun dan merumuskan Rancangan Dasar Negara dan rancangan Hukum dasar maka

(14)

10

BPUPKI seolah-olah sebagai konstituante (Pembentuk Undang Undang Dasar). Rancangan dasar Negara dan Hukum dasar Negara itu harus diajukan kepada pemerintahan Jepang, sebagai bahan perhubungan pemerintahan Jepang dalam mempersiapkan hadiah kemerdekaan Indonesia.

Tugas yang diemban BPUPKI ialah bahwa Badan itu berkewajiban untuk mempelajari dan menyelidiki segala sesuatu urusan yang penting mengenai hal-hal politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negeri dan sebagian yang diperlukan di dalam usaha pembentukan Negara Indonesia dan hal-hal tersebut harus dilaporkan kepada Gunseikan.

Sebagaimana dijelaskan dalam pidato Gunseikan (Kepala Pemerintahan Sipil di Jawa) dalam upacara pelantikan badan Penyelidik itu menyebutkan tugas dan tujuan Badan Penyelidik antara lain sebagai berikut :

Pembentukan Badan ini bermaksud menyelenggarakan pemeriksaan dasar tentang hal-hal yang penting, rancangan-rancangan dan penyelidikan-penyelidikan yang berhubungan dengan usaha mendirikan Negara Indonesia yang baru ……

Jika suatu bangsa hendak meneguhkan dasar kemerdekaannya maka harus ia mempunyai keyakinan dan untuk sanggup untuk membela negara sendiri dan juga mempunyai kekuatan yang nyata sebagai bangsa. Oleh karena itu pada tingkat yang sekarang ini, bangsa Indonesia terlebih dahulu harus insyaf akan keyakinan dirinya dan kegiatan hatinya untuk memelihara tenaga bagi kelangsungan peperangan ini.

Berhubung dengan syarat-syarat dasar untuk negara merdeka yang baru, maka Tuan-tuan sekalian memajukan diri dalam usaha penyelidikan dan pemeriksaan tentang soal-soal yang tadi dan demikian juaga tentang soal-soal agama. Saya berharap rakyat diperkuat dan dimajukan tidak buat sekarang saja, tetapi juga seterusnya untuk kemudian hari. Sesudah bangsa Indonesia merdeka untuk kebahagiaan. Dengan demikian maka bangsa Indonesia yang akan mengerjakan pekerjaan suci untuk mendirikan negara harus insyaf tentang keadaan peperangan pada masa ini dengan sungguh-sungguh dan tentang kewajiban pembelaan yang penting-penting serta harus mengingat pula akan kebahagiaan dan kemajuan yang

(15)

sedang dilimpahkan kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu, janganlah bangsa Indonesia sempit pandangannya dan jangan memikirkan kepentingan Indonesia saja. (Sihombing, 1962:45) Dalam kutipan diatas, ucapan Gunseikan menunjukkan bahwa pihak Jepang di samping pada perhatian Indonesia agar Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya, juga pihak Jepang bermaksud menjadikan bangsa Indonesia sebagai alat untuk membantu Jepang dalan Perang Pasifik. Kemenangan atas peperangan melawan Sekutu di Pasifik merupakan suatu tugas suci yang harus dipikul bersama antara Jepang dan bangsa Indonesia.

Italia telah menyerah kepada Sekutu pada tanggal 6 Mei 1945. Di Pasifik, “Singa” Sekutu, Mac Arthur, dengan kombinasi serangan udara, darat dan laut berhasil memukul Jepang disemua front dan sedang menuju sasaran utamanya, yakni Jepang. Itulah sebabnya Jepang menarik bantuan dengan jalan mendirikan Badan Penyelidik usaha-usaha persiapan Kemerdekaan, dan tujuan itu sesuai pula dengan janji politik “Kemerdekaan Indonesia dikemudian hari”. Namun itu tidaklah sama dengan kenyataan pekerjaan yang dilaksanakan oleh anggota BPUPKI, yaitu merancang Undang Undang Dasar Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Dengan demikian bangsa Indonesia benar-benar mengambil nasibnya ditangan sendiri untuk mempersiapkan kemerdekaannya, tidak mengikuti saja pada ketentuan yuridis formal dan keinginan kolonial Jepang (Ismaun, 1978 : 64).

Pekerjaan yang dilakukan oleh Badan Penyelidik yang sebenarnya adalah menjadikan dirinya seolah-olah Badan Perancang Undang-Undang

(16)

12

Dasar Negara Indonesia Merdeka atau Konstituante pertama dalam suasana kancah perjuangan menuju realisasi cita-cita bangsa.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan gambaran untuk tindak lanjut penelitian, penulis memberikan gambaran bahwa topik yang ditulis memiliki relevansi dengan peneliti terdahulu. Secara singkat penulis deskripsikan penelitian yang relevan dengan apa yang diteliti oleh penulis, yaitu :

Judul : Proses Persidangan BPUPKI Dalam Merumuskan UUD Negara Indonesia

Penulis : Asmawijaya Hasil Penelitian :

Pembentukan BPUPKI oleh pemerintah Jepang dilatar belakangi oleh kemunduran militer Jepang dalam perang Pasifik dan sebagai realisasi janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Setelah terbentuk BPUPKI mengadakan sidang, dalam sidang tersebut dibahas menganai dasar negara Indonesia

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti sehingga tolok pemikiran itu dipakai sebagai tempat berpijak dalam penelitian selanjutnya oleh peneliti. ( Suharsimi Arikunto,1998 : 19 ).

Pada tulisan ini, anggapan dasar yang dimiliki penulis adalah sebagai berikut :

(17)

1. BPUPKI adalah sarana pertama bagi bangsa Indonesia dalam merumuskan konstitusi sebagai dasar penyelenggaraan negara yang mereka.

2. BPUPKI dalam sidangnya berhasil merumuskan dan menetapkan rancangan dasar negara dan hukum dasar dengan lahirnya piagam Jakarta.

(18)

14 BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur kerja yang harus ditempuh oleh setiap peneliti dalam melaksanakan penelitian. Untuk tercapainya penelitian dan penulisan suatu masalah, tergantung dari metode dan teknik penelitian yang digunakan. Untuk itu dipilih metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan tujuan serta sifat masalah yang akan diteliti.

Metode yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1977:16), menurut pendapatnya metode dalam arti kata adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa satu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi, kecenderungan untuk menempuh jalan yang sebaliknya, yaitu mencocokan objek studi dengan metode yang asal saja.

Berkenaan dengan pendapat tersebut di atas, dalam upaya mendapatkan gambaran lebih menyeluruh mengenai metode, berikut ini pendapat dari Melly G Tan dalam Koentjaraningrat menyatakan bahwa metode sangat tergantung dari maksud dan tujuan penelitian, jenis penelitian sendiri antara lain :

1. Penelitian yang bersifat menjelajah, bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu.

(19)

2. Penelitian yang bersifat deskriftif, bertujuan mengambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu.

3. Penelitian yang bersifat menerangkan, bertujuan menguji hipotesa tentang adanya hubungan sebab akibat.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah suatu penelitian yang bersifat mejelajah. Karena yang diteliti adalah suatu masalah yang terjadi di masa lampau, penulis mempergunakan metode historis.. Metode historis adalah suatu metode untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektifitas, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Adapun langkah-langkah metode historis adalah sebagai berikut : 1. Heuristik

Proses pencarian sumber yang ada dilapangan sebagai bahan penelitian agar penelitian ini relevan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. 2. Kritik

Suatu proses pengkritikan terhadap sumber-sumber yang ditempuh juga yang dianggap relevan dalam langkah pertama. Dalam proses pengkritikan ini dapat dipakai dua cara yaitu menggunakan kritik intern dan kritik ekstern sehingga lahirlah fakta-fakta.

3. Interpretasi

Tahapan menafsirkan fakta dan mencari hubungan yang terdapat dalam fakta tersebut. Sehingga antara fakta yang satu dengan fakta yng lainnya kelihatan

(20)

16

sebagai satu rangkaian yang masuk akal dalam arti menunjukan kesesuaian satu sama lainnya.

4. Historiografi

Proses penulisan kisah dan peristiwa sejarah dengan menuangkan segala aspek yang telah terjadi di dalam penelitian ini.

Sedangkan untuk penyusunan skripsi ini penulis menempuh beberapa cara sebagai berikut.

1. Studi Literatur.

Cara ini dilakukan dengan mempelajari dan meneliti buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan dikemukakan.

2. Studi Dokumentasi.

Cara ini dipergunakan sebagai usaha untuk memcocokkan terhadap kegiatan penelitian yang sifatnya mengkaji data yang diperoleh melalui gambar dan photo beberapa peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau. Oleh karena itu penulis mempergunakan dokumentasi sebagai media pelengkap.

3. Prosedur Penelitian

Penulisan skripsi ini memerlukan tahapan serta persiapan yang harus dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut :

a. Mengajukan judul yang akan diteliti kepada Ketua Progaram Studi dan Dewan Bimbingan Skripsi (DBS).

(21)

c. Menetapkan metode dan teknik pengumpulan data d. Mempersiapkan surat izin penelitian.

Untuk terlaksananya prosedur di atas, penulis terlebih dahulu meminta rekomendasi kepada dosen pembimbing, kemudian penulis meminta ijin untuk melaksanakan kegiatan yng berkaitan dengan penyusunan skripsi tersebut kepada Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

1. Variabel Bebas (X) : Peranan BPUPKI

2. Variabel terikat (Y) : Proses menuju kemerdekaan Indonesia

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data-data yang penulis perlukan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui studi kepustakaan (studi literatur) di perpustakaan dan mengumpulkan buku-buku sumber yang relevan dengan masalah yang diteliti serta menunjang terhadap penulisan penelitian ini. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(22)

18

Langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan perlengkapan data

b. Membuat konsep dan memilih data yang akan diteliti c. Mengurus administrasi perijinan penelitian

d. Mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku, majalah, surat kabar/sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.

2. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menempuh beberapa cara untuk memperoleh data sebagai berikut :

a. Menentukan Judul

Setelah melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, maka ditetapkan judul dari skripsi ini.

b. Menentukan Sumber

Sebelum membahas permasalahan, penulis terlebih dahulu mencari dan menentukan sumber yang akan dijadikan bahan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Sumber tersebut diperoleh melalui buku-buku, majalah dan sumber lain yang relevan dengan penelitian

(23)

3. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses memeriksa dan penataan data karena data yang dikumpulkan merupakan data kasar. Tujuan pengolahan data adalah agar data kasar dapat diorganisir dan ditampilkan yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

Proses pengolahan data terdiri dari : a. Pemeriksaan Data (Editing)

Editing adalah proses memeriksa data yang telah terkumpul untuk dicocokan dengan keadaan sebenarnya dan terjadi. Langkah ini dilakukan karena merupakan suatu kegiatan pemeriksaan (pengecekan) yaitu menentukan apakah data yang diperoleh dalam penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan atau tidak serta memenuhi kriteria penelitian atau tidak.

b. Seleksi Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan penyeleksian data dengan tujuan untuk menentukan apakah data yang diperoleh dalam penelitian tersebut sesuai atau tidak dengan penelitian, kemudian penulis mengklarifikasi sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian.

c. Analisis Data

Untuk menunjang tercapainya suatu gagasan yang dituangkan dalam tujuan penelitian, maka dipandang perlu adanya data-data yang

(24)

20

relevan dan mampu menjawab permasalahan-masalahan pada pertanyaan-pertanyaan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Karena objek yang diteliti oleh penulis berupa peristiwa yang terjadi di masa lampau, maka proses pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, serta penulis merasa perlu menggunakan instrumen penelitian untuk memudahkan apabila terjadi pengecekan kembali terhadap fakta-fakta yang ada. Dalam hal ini, instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sistem kartu. Kartu yang biasa dipakai untuk catatan atau kutipan biasanya berukuran 7,5 x 15 cm. Pada setiap kartu hanya memuat satu catatan saja. (Iyus Jayusman, 2008:68).

Sistem kartu dianggap penulis lebih efektif digunakan dalam penelitian ini, karena setiap data yang diperoleh, dicatat dalam lembaran-lembaran kartu dengan mencantumkan identitas buku atau sumber. Adapun format sistem kartu sebagai berikut :

(25)

Keterangan :

1 : yaitu kode buku, bermanfaat untuk menyusun daftar pustaka yang harus disusun menurut abjad

2 : yaitu kode identitas buku (pengarang, tahun terbit, judul, tempat terbit, penerbit), nama penulis ditulis sesuai dengan kulit buku

3 : yaitu tempat untuk menulis halaman yang dikutif

4 : yaitu tempat mencatat yang perlu dikutif. Dalam hal ini dapat dilakukan mengutif secara langsung atau tidak langsung

5 : yaitu tempat mencatat sifat kutipan KL (Kutifan Langsung) dan KTL (Kutifan Tidak Langsung)

6 : yaitu tempat mencatat dimana buku itu diperoleh atau lokasi sumber 7 : yaitu tempat mencatat pokok catatan

1 Kode Buku 2 4 1 3 7 1 6 1 5 1 Pokok Catatan Identitas buku (Pengarang, tahun terbit, judul, tempat terbit, penerbit)

Catatan yang dikutip

Lokasi Sumber

Sifat kutifan KL/KTL Halaman yang dikutif

(26)

22 LANGKAH I Memilih Masalah LANGKAH 2 Studi Pendahuluan LANGKAH3 Merumuskan Masalah LANGKAH4 a

Merumuskan Anggapan Dasar

LANGKAH 5 Memilih masalah LANGKAH4 Membuat Hipotesis LANGKAH 6 a Menentukan Variabel LANGKAH 6 b Menentukan Sumber Data

LANGKAH 7

Menetukan dan Menyusun Instrumen LANGKAH 8 Mengumpulkan Data LANGKAH 9 Analisis Data LANGKAH I0 Menarik Kesimpulan LANGKAH I1 Menyusun Laporan E. Langkah-langkah Penelitian Gambar 3.1

(27)

F. Waktu dan Tempat Penelitian a. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan maret 2015 dengan pra penelitian sejak bulan oktober 2015. Adapun program kegiatan selama penelitian dapat penulis kemukakan seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian No Kegiatan Bulan/Tahun mar/ 15 apr /15 mei /15 Jun /15 jul/ 15 agus/ 15 Sep /15 Okt /15 1 Pra penelitian a. Persiapan-persiapan b. Seminar proposal 2 Bimbingan judul dan BAB I 3 Bimbingan BAB II & III

4 Bimbingan BAB IV

5 Bimbingan BAB V

6 Bimbingan daftar pustaka

b. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Universitas Siliwangi, perpustakaan pribadi, dan lain-lain.

(28)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembentukan BPUPKI

BPUPKI (Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai) yang dibentuk tanggal 29 April 1945, belum dapat melaksanakan tugasnya karena belum ada pelantikan para anggota secara resmi oleh pemerintah Jepang. Persiapan-persiapan untuk pelaksanaan sidang Badan Penyelidik terus dilakukan. Sebagai tempat persidangan ditetapkan di Gedung Volksraad, yaitu suatu bangunan bergaya klasik Yunani-Romawi yang terletak di Pejambon. Gedung itu sebelumnya dipergunakan untuk sidang-sidang Perwakilan Rakyat di jaman Belanda (Moh. Ridhwan Indra, 1987:41).

Hari Minggu tanggal 27 Mei 1945 jam 10.30 semua anggota Badan Penyelidik beserta anggota istimewa sudah hadir dengan pakaian rapi di Gumseikanbu (Kantor Gunseikan yang sekarang ditempati oleh Pertamina di jalan Perwira No. 2 Jakarta Pusat). Setelah Gunseikan tiba, upacara segera dimulai, Gunseikan sebagai kepala pemerintahan sipil di Jawa menerima laporan tentang persiapan untuk menyelenggarakan sidang Badan Penyelidik. Laporan pertama dilakukan oleh Ichibangase, wakil ketua (ketua muda) Badan Penyelidik dan anggota istimewa. Dilaporkan bahwa, semua anggota istimewa Badan Penyelidik telah siap untuk kepentingan persidangan Badan Penyelidik.

(29)

Kemudian menyusul giliran ketua Badan Penyelidik K.R.T. Radjiman Wediodiningrat yang melaporkan bahwa, anggota Badan Penyelidik telah hadir dan siap untuk melaksanakan segala tugas yang dibebankan kepada Badan Penyelidik. Juga dilaporkan segala sesuatunya yang diperlukan dan disiapkan untuk keperluan sidang Badan Penyelidik (Nugroho N, 1971 : 28). Tanggal 27 Mei 1945 itu, boleh dikatakan merupakan gladi bersih untuk persiapan pelantikan anggota Badan Penyelidik yang akan dilaksanakan keesokan harinya pada tanggal 28 Mei 1945. Sidang Badan Penyelidik itu adalah merupakan sidang yang berat, penuh resiko, karena sidang tersebut menyangkut kelanjutan nasib bangsa Indonesia di kemudian hari apabila tercapai cita-cita kemerdekaan.

Besok paginya, yaitu tanggal 28 Mei 1945, jam 10.00, anggota Badan Penyelidik dan anggota istimewa dari bangsa Jepang sudah hadir di Gedung Tyoo Sangi Iin. Mereka berkumpul mengadakan upacara pengibaran Sang Saka Merah-Putih bersama-sama dengan bendera dari kebangsaan Jepang Hiromaru (Matahari terbit). Selanjutnya, bendera kebangsaan Indonesia Merah-Putih boleh dikibarkan di tempat-tempat resmi disamping bendera Hiromaru. Upacaranya sederhana tapi penuh hidmat dan mengharukan.

Anggota Badan Penyelidik dan para undangan lainnya sudah hadir pada jam 14.15 di Gedung Tyoo Sangi Iin. Pembesar-pembesar yang hadir dalam pelantikan itu adalah : Saiko Sikikan, Gunseikan, para pembesar dari Gunseikanbu, Soomubutyo (semacam sekretaris negara), perwira-perwira tinggi

(30)

26

Bala tentara Jepang, ketua muda Tyoo Sangi Iin R.A.A. Kusumo Utojo, dan lain-lain.

Dalam acara pelantikan itu semua persiapan sudah beres, maka Seiko Sikikan membacakan amanat pelantikan. Amanat Seiko Sikikan lengkapnya sebagai berikut :

Hadirin jang terhormat !

Kemerdekaan Indoneisa adalah suatu bukti jang njata tentang tudjuan perang sutji sekarang ini jang timbulnja memang berdasarkan tjita-tjita jang gilang gemilang jang ditjiptakan sedjak berdirinja negara Dai Nippon. Akan tetapi usaha untuk mendirikan Negara Merdeka jang baru bukanlah sesuatu jang mudah, lebih-lebih lagi djika tidak dengan djalan mempeladjari, menjelidiki dan merentjanakan dengan seksama dan teliti segala usaha untuk meneguhkan kekuatan pembelaan dan soal-soal jang mendjadi dasar negara, maka barang tentulah bahwa pekerdjaan mulia dalam pembentukan “Negara Merdeka” dikemudian hari, atau akan mempunjai pokok dasar jang kokoh dan teguh.

Pada hari ini bertempat di ruangan ini, mula dilakukan langkah pertama dalam pekerdjaan Dokuritsu Zyumbi Tyoo Sakai untuk menjelidiki serta merentjanakan dasar usaha itu dengan sedalam-dalamnja dan seteliti-telitinja.

Berhubung dengan ini, maka saja mempunjai penghargaan besar pada Badan ini dan Tuan-tuan Giin hendaklah menginsjafkan dalam hati sanubari Tuan-tuan betapa pentingnja dan beratnja kewadjiban Tuan-tuan untuk menjelesaikan usaha jang semulia itu sehingga tertjatatlah peristiwa Indonesia Merdeka.

Djakarta, tanggal 28 bulan 5 tahun Sjoowa, 20 (2605)

Saiko Sikikan

(31)

Dalam acara pelantikan itu, selain Saiko Sikikan, Gunseikan juga selaku Kepala Pemerintahan Sipil di Jawa berkenan menyampaikan pidatonya sebagai berikut :

Tuan-tuan jang terhormat !

Saja merasa sangat bergembira, karena pada hari ini “Badan untuk Menjelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan” akan mulai mendajalankan pekerdjaannja dan melakukan suatu langkah jang besar dalam sedjarah mendirikan Negara Indonesia.

Pembentukan “Badan” ini bermaksud menjelenggarakan pemeriksaan dasar tentang hal-hal penting, rantjangan-rantjangan dan penjelidikan-penjelidikan jang berhubungan dengan usaha mendirikan Negara Indonesia Merdeka jang baru.

Dengan djalan demikian, akan dapat disampaikan bahan-bahan perundingan jang banjak dan seksama kepada “Badan Penetapan Putusan” jang terakhir. Kalu kita menindjau bermatjam-matjam hak di daerah jang dinamakan Indonesia, serta memikirkan kedudukan Pulau Djawa dan Tjara untuk mendjalankan usaha-usahanja akan djelaslah dengan sendirinja.

Djika suatu bangsa hendak meneguhkan dasar kemerdekaannja, maka harus mempunjai kejakinan diri untuk sanggup membela negara sendiri dan juga mempunjai kekuatan jang njata sebagai bangsa. Oleh karena itu pada tingkatan jang sekarang ini, bangsa Indonesia harus terlebih dahulu insjaf akan kejakinan dirinja dan kegiatan hatinja untuk memelihara tenaga bagi melangsungkan peperangan ini. Berhubung dengan sjarat-sjarat dasar untuk Negara Merdeka jang baru, maka Tuan-tuan sekalian harus memadjukan diri dalam usaha penjelidikan dan pemeriksaan tentang soal-soal tadi dan demikian juga soal-soal agama.

Saja berharap supaja tenaga pembela dan tenaga rakjat diperkuat dan dimadjukan tidak buat sekarang sadja, tetapi djuga seterusnya untuk kemudian hari sesudah bangsa Indonesia merdeka untuk kebahagiannja. Saja mempunjai harapan jang besar sekali tentang hasilnja Badan ini. Mendirikan Negara Indonesia, berarti terlepasnja bangsa Indonesia dari belenggu pendjadjahan jang hina selama lebih kurang 300 tahun di bawah pemerintahan Belanda dan mendirikan suatu negara pada tanah jang subur, jang tidak bebas dan jang diwarisi turun temurun dari nenek mojang untuk bangsa Indoensia, serta pula berarti mendirikan suatu jang merdeka dihadapan musuh untuk memenuhi kewadjiban sebagai negara jang berdasarkan budi pekerti jang luhur, jaitu sebagai suatu mata rantai dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raja.

(32)

28

Dengan demikian, maka bangsa Indonesia jang akan menjelesaikan pekerdjaan sutji itu untuk medirikan negara harus insjaf tentang keadaan peperangan pada masa ini dengan sungguh-sungguh dan tentang kewadjiban pembelaan jang penting-penting serta harus mengingat pada akan kebahagiaan dan kemadjuan jang sedang dilimpahkan kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu djanganlah bangsa Indoensia sempit pandangannja dan djangan mementingkan kepentingan bangsa Indonesia sadja.

Saja berharap masing-masing anggota hendaklah mengaingat kehendak rakjat jang ingin mempersatupadukan tenaganja dan insjaf akan arti jang sebetul-betulnja tentang mendirikan negara baru ini, sehingga dengan djalan demikian dapat menjelesaikan kewadjiban jang sutji ini.

Djakarta, tanggal 28 bulan 5, Tahun Syoowa 20 (2608)

Gunseikan (Lembaga Soekarno-Hatta, 1984 : 29). Dari kedua kutipan diatas, bahwa Seiko Sikikan maupun Genseikan menganggap bahwa Perang Pasifik yang sedang berjalan adalah merupakan perang suci yang tidak dapat dipisahkan dari usaha kemerdekaan bangsa Indonesia. Badan Penyelidik sebelum melaksanakan tugasnya, mereka harus diambil sumpahnya yang diwakili oleh Dr. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua Badan Penyelidik atas nama semua anggota.

Sumpah atau janji itu berbunyi sebagai berikut :

Saja Radjiman Wediodiningrat, Dokuritsu Zyumbi Tyoo Sakai Kaityoo atas nama semua Giin, berjanji akan mencurahkan segenap tenaga dan pikiran, untuk bekerja memenuhi pengharapan pemerintah Bala Tentara Dai Nippon dan rakyat Indonesia. (Muhamad Yamin, 1959 : 56).

(33)

B. Sidang BPUPKI Pertama

Anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 keesokan harinya langsung mengadakan sidang pertama yang berlangsung selama empat hari, yaitu dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. Selama sidang pertama itu tercatat 46 pembicara sesuai dengan pengumuman Zymukyohu Badan Penyelidik. Namun, Sinar Baru maupun Asia Raya hanya mencatat 30 pembicara. Berarti ada enam belas pembicara yang belum dicatat oleh notulis yang sudah disiapkan oleh Tata Usaha.

Permulaan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 dibuka oleh Ketua Badan Penyelidik Dr. Radjiman Wediodiningrat (Ismaun, 1978 : 113). Yang bertindak sebagai pembicara pada tanggal 29 Mei 1945 antara lain : Muhammad Yamin, Margono, Sastrodiningrat, Wiranatakoesoemah, Soemitro, Woerjoningrat, Soerjo, Dasaad, Soesanto, Roseno, dan lain-lain. Sedangkan pada tanggal 30 Mei 1945 tercatat bertindak sebagai pembicara antara lain : Moh. Hatta, H. Agoes Salim, Samsoedin, Wongsonegoro, Abdoel Kadir, Soerachman, Soewandi, Abdoel Rahim, Soetardjo, dan Soekiman. Pada tanggal 31 Mei 1945 tercatat sebagai pembicara : Muh. Yamin, Sanusi, Subarjo, Soekarno, Hadikoesoemo, dan pada tanggal 1 Juni 1945 tercatat Kaswedan, Moezzakir, Soekarno, Latoeharhary dan Soekardjo.

(34)

30

Untuk lebih jelasnya tentang pembicara-pembicara ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tgl/Hari Jam Pembicara Kegiatan Lain

28 Mei / Senin 11.30 - Pengibaran Hiromaru dan Sang Saka Merah Putih. 15.30 Amanat Seikoo

Sikikin, dan Nasehat Gunseikan. Pelantikan Anggota Badan Penyelidik. 29 Mei . Selasa 11.00-13.00 Muh. Yamin, Margono, Sastrodiningrat, Wiranatakoesoemo, Soemitro, Woerdjaningrat, Soerjo. 14.30-15.30 Soesanto, Dasaad, Aris P, dan Roseno. 30 Mei /

Rabu

10.00-13.00

Hatta; 1 jam bicara, Agoes Salim, Samsoedin, Wongsonegoro, Soeratman. 15.00 Abdoel Kadir, Soewandi, Abd. Rahim, Soekirman, dan Soetardjo. 31 Mei / Kamis 10.00-13.00 Muh. Yamin, Soekardjo, dan Sanoesi. Soeroso mengangkat pernyataan ketetapan hati dengan ketuanya Otto Iskandardinata. 13.00 Anggota Badan Penyelidik menghadiri jamuan dari Gunseikan di

(35)

Hotel Miyako. 1 Juni / Jum’at 10.00 Baswedan, Moezzakir, dan Soekarno. Otto Iskandardinata membacakan rumusan pernyataan ketetapan hati pada Giin Dokutitzu Zyumbi Tyoosakai. 15.00-15.30 Lathotoelharhary dan Soekardjo

Perjalanan sidang Badan Penyelidik yang berlangsung selama empat hari itu dapat diketahui dari pengumuman Zimukyohu (dalam Lembaga Sukarno-Hattta, 1984 : 33).

Tanggal 29 Mei 1945 dimulai rapat yang pertama antara para Iin dan dilanjutkan tanggaal 30-31 bulan yang lalu dan tanggal 1 bulan ini. Di dalam empat hari 46 Iin. Semua pembicaraan dilakukan dengan tertib dan didalam suasana persaudaraan, semua mengandung maksud mengobarkan semangat persatuan, mencari bahan-bahan untuk memperkenalkan persaudaraan antara segala golongan yang kelak kemudian hari akan menjadi negara Indonesia.

Penganjuran memperhebat pembelaan dan membantu Bala Tentara “Dai Nippon” sekuat tenaga dalam perang suci sehari-hari sampai memuncak dalam suatu putusan yang telah dimuat dalam surat kabar tentang perasaan diperbanyak terima kasih, kepada Duta-duta Besar dalam Permusyawaratan Asia Timur Raya atas keluhuran budi dan kehendak akan mendorong tercapainya “ Indonesia Merdeka” yang tercantum didalam pengumumannya.

Di dalam persidangan beberapa hari itu terlihat bahwa banyak anggota-anggota yang telah paham pada azas dan bentuknya lain-lain negara merdeka.

Semangat para anggota untuk bekerja sungguh-sungguh terlebih tanggal 31 yaitu waktu sidang dilanjutkan sampai jam 1 dini hari dengan tidak mengingaat lelah payah. Dan juga hamper semua anggota turut bersidang terus menerus sampai akhirnya perundingan pertama dari Badan Penyelidik ini. (Lembaga Soekarno-Hatta, 1984 : 33).

(36)

32

Selanjutnya hasil sidang Badan Penyelidik disebarluaskan kedaerah-daerah melalui utusan-utusan yang ditugaskan ke kedaerah-daerah untuk menjelaskan hasil-hasil yang diperoleh selama persidangan pertama Badan Penyelidik yaitu dari tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Salah satu orang dari anggota Badan Penyelidik yaitu Soekardjo Wiropranoto (dalam Lembaga Sukarno-Hatta, 1984 : 34-35) menjelaskan hasil persidangan Badan Penyelidik dalam rapat umum di Semarang menyatakan sebagai berikut :

Mula-mula beliau menceritakan bahwa para anggota istimewa bangsa Nippon menurut tidak turut berbicara tetapi sungguhpun demikian mengikuti dengan seksama dan teliti segenap pertukaran pikiran yang diadakan di antara para anggota-anggotanya ….

Dalam pekerjaan membangun negara, janganlah kita sekali-sekali melupakan yang terpenting, ialah pembelaan. Dalam nasihat-nasihat yang berulang-ulang disampaikan pada anggota Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai, nasihat-nasihat yang diucapkan bukan saja oleh PYM Seiko Sikikan dan Gunseikan soal pembelaan itu diperingatkan. Maka sudah semestinya kita harus bersiap-siap dari sanggup mengorbankan segala-galanya dalam mempertahankan tanah air kita ini. Yang sangat menarik dan membanggakan sekali dalam antara perundingan Dokuritzu Zyumbi Tyosakai ialah rasa persatuan yang meliputi seluruh anggota yang 63 jumlahnya serta bermacam-macam pula pikiran serta aliran pahamnya itu. Bahkan mereka satu persatu sanggup melepaskan atau mengorbankan perasaannya yang semesta, melulu agar jangan sampai terdapat retak dalam gading persatuan yang sangat kita butuhkan pada dewasa ini. Bagi segenap anggota menyelesaikan kemerdekaan itulah yang pertama, lain-lainnya dapat menyusul kelak, jika pekerjaan sudah beres.

Untuk mendirikan negara yang merdeka berdaulat, kita perlu sekali 4 pasal : Daerah, Penduduk, Pemerintah dan Pengesyahan. Tentang hal dulu disebut Nederlands Indie, itulah daerah Indonesia sekarang. Boleh ditambah. Boleh ditambah misalnya, dengan daerah Borneo Utara. Penduduk Inlander dulu menurut Indische Stratsregeling boleh ditambah, dikurang jangan. Ditambah misalnya dengan golongan peranakan dan lain-lain. Pemerintahan baru kita selidiki sekarang. Pengesahan yang bersifat ialah pertama-tama dari Dai Nippon sendiri. Negara : Asia Timur Raya lainnya tentu akan menyusul pula.

(37)

Tentang hal pemerintahan, kita sekarang masih dalam tingkatan peninjauan atau dalam orientasi. Kini oleh segenap para anggota telah diadakan penyelidikan-penyelidikan yang teliti guna menetapkan pemerintahan mana yang sesuai benar dengan masyarakat kita. Yang menjadi pokok soal dalam hal pemerintahan. RAJAKAH ATAU PRESIDEN? Soal ini masih dipelajari dengan tekun oleh segenap para anggota Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai. Tentu nanti akhirnya-akhirnya akan didapatkan keputusan yang memuaskan sekali.

Diantara pembicara-pembicara ada pula yang meminta KEMERDEKAAN SEKARANG, karena kemerdekaan yang sekarang juga itu adalah syarat mutlak, adat untuk membakar semangat segenap penduduk untuk berjuang mati-matian menentang Sekutu. Kemerdekaan sekarang tentu akan beres lain-lainnya kelak. Dan bila kemerdekaan dapat diwujudkan dengan tak menunggu-nunggu lama-lama lagi kesanggupan penduduk untuk membela tanah air kita tentu akan lebih menyala-nyala, malahan banyak diantara kawan muda yang menyatakan, sanggup ikhlas seketika mati, jika tanah air ini sudah merdeka. Di antara para pembicara ada pula yang memandang soal kemerdekaan dari sudut filsafat. Mereka mengajukan teori “Pancasila” yang kesimpulannya menghendaki Pemerintahan Kebangsaan. Kata sepakat jadi berarti Perwakilan, Keadilan, Ketuhanan dan sebagai penutup segan kepada segala isme-isme Barat. Apa yang dikehendaki, jika menolak segala isme tadi. Muncul sekarang sifat tang Timur dan Indonesia asli ialah “gotong-royong”. Masyarakat kita kelak harus disendikan atas dasar tersebut. (Lembaga Soekarmno-Hatta, 1984 : 35).

Suasana sidang Badan Penyelidik itu diungkapkan lagi oleh Ketua Badan Penyelidik didalam pidato radionya setelah sidang tahap pertama Badan Penyelidik berakhir. Dr. Radjiman sebagai ketua mengemukakan sebagai berikut :

Persidangan Badan Penyelidik yang pertama ini dihadiri oleh segenap anggota sidang pada hari pembukaannya dikunjungi oleh PYM. Seiko Sikikan nasihat-nasihat yang sangat penting lagi berharga bagi anggota-anggota Badan Penyelidik pada khususnya,dan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya ….

Di dalam persidangan Badan Penyelidik yang berlangsung lima hari sejak tanggal 28 bulan lima yang baru lalu, segenap anggota menunjukkan semangat yang menyala-nyala. Hamper semua anggota melahirkan pendiriannya masing-masing yang sangat berharga bagi usaha Badan Penyelidik di kemudian hari. Oleh karena itu di dalam persidangan itu tidak diambil keputusan yang resmi, maka pada waktu itu saya tidak

(38)

34

dapat menyiarkan apa yang diuraikan oleh anggota masing-masing akan tetapi teranglah sekali, bahwa semua oleh anggota diutamakan kehendaknya untuk mencapai persatuan diantara pendiriannya masing-masing, yaitu karena segenap anggota lain insaf dan mengerti, bahwa persatuan itu sangat perlu bagi pembentukkan negara Indonesia merdeka di dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara buat selama-lamanya. Berhubung dengan itu pula, maka Badan Penyelidik telah menjalankan hasratnya yang teguh untuk memelihara persatu paduan berkenan dengan pembelaan tanah air kita sebagai salah satu mata rantai didalam lingkungan Asia Timur Raya. Segenap tenaga kita, baik harta benda mapun jiwa raga kita akan dikerahkan untuk menghancurleburkan Amerika, Inggris dan Belanda dengan bersemboyan “Merdeka atau mati. Setelah sidang pertama itu ditutup, maka kepada segenap anggota Badan Penyelidik diberi kesempatan untuk memasukkan usul-usul kepada Zimukyoku didalam tempo 20 hari tentang soal-soal yang termasuk pekerjaan Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai. Usul-usul itu yang harus ditulis berisi rancangan tiap-tiap anggota tentang masalah-masalah yang berkenan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka. Usul-usul tersebut setelah diterima oleh Zimukyoku akan diperiksa oleh sebuah Panitia Kecil yang telah diangkat oleh sidang Badan Penyelidik tadi, kemudian daripada itu akan disilakan oleh panitia kepada Bunkakai-bunkakai untuk dipelajarinya”. (Lembaga Sukarno-Hatta, 1984 : 36).

Demikianlah kutipan-kutipan di atas mengenai jalannya sidang dan suasana sidang yang bersumber langsung kepada pihak Badan Penyelidik. Dalam hal itu bahwa, yang menonjol dalam persidangan ialah perasaan kesatuan antara sesama anggota Badan Penyelidik, dan semua anggota memahami azas dan bentuk negara yang akan dibentuk dalam negara Indonesia itu nanti. Pada sidang pertama Badan Penyelidik, telah dibahas mengenai hal yang mendasar secara mendalam berkenaan dengan dasar-dasar Indonesia Merdeka. Selama masa sidang pertama terdapat tiga orang pembicara yang menonjol mengemukakan pandangan-pandangan mereka tentang dasar-dasar negara Indonesia merdeka, yaitu terdiri dari:

(39)

1. Mr. Muhammad Yamin, menyampaikan pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945 berjudul “Azas dan Dasar Negara Indonesia Merdeka”. 2. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo menyampaikan pidatonya pada tanggal

31 Mei 1945, tentang masalah “Dasar-dasarnya Negara Indonesia Merdeka”.

3. Ir. Soekarno, menyampaikan pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 tentang “Dasar Indonesia Merdeka”, (Muhammad Yamin, 1945 : 123).

Selain itu, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan lagi pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945 mengenai “Daerah Negara Indonesia. Pidato-pidato dari anggota lain tidak mengetengahkan tentang masalah dasar-dasar secara terperinci, misalnya Drs. Moh. Hattta hanya menyampaikan pidatonya mengenai Ekonomi pada tanggal 30 Mei 1945, teks pidato Moh. Hatta tidak dapat diketahui lagi dimana kini, hanya pada pokoknya Moh. Hatta mengetengahkan pernyataan mengenai sistem Ekonomi Sosialis atau sistem ekonomi yang berkeadilan sosial. Sedangkan pidato dari ketiga tokoh diatas merupakan tanggapan langsung atas “tantangan” dari pidato Ketua Badan Penyelidik Dr. Radjiman Wediodiningrat mengenai “Indonesia Merdeka apa dasarnya ?”. (Moh. Ridwan Indra, 1987 : 54).

Mr. Muh.Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan prasaran / usul yang disiapkan secara tertulis lebih dahulu dengan judul “Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. (Mr. Muh. Yamin, 1959 : 87) yang terdiri dari lima dasar dan azas, sebagai berikut :

I. Peri Kebangsaan

Indonesia Merdeka, sekarang Nasionalisme lama dan baru Dasar Negara Sriwijayya dan Majapahit – Perubahan zaman – Dasar peradaban Indonesia – Terdiri Tata Negara yang putus – Etat Nasional – Etat Patrimoines, Etat Prisances – Kesukaran keneari asal dasar asli –

(40)

36

Cita-cita luhur di medan perjuangan. Kebangsaan Indonesia mengharuskan dasar sendiri.

II. Peri Kemanusiaan

Kemajuan kemerdekaan-kemerdekaan akan menghidupkan kedaulatan negara – Anggota keluarga – dunia – Status politik yang sempurna – Menolak dominion status – protektoraat, mardat, Atlantic Charter pasal 3 – status internasional yang berisi kemanuisaan dan kedaulatan sempurna.

III. Peri ke-Tuhanan

Peradaban luhur – ber-Tuhan – Dasar Negara yang berasal dari peradaban dan agama.

IV. Peri Kerakyatan

A. Permusyawaratan “ Surat “Asysyura” ayat 38 – Kebaikan musyawarat-musyawarat dalam masyarakat dalam semasa chalif yang empat dan sesuai itu – Musayawarat bersatu dengan dasar meufakat menurut adat – Perpaduan adat dengan perintah agama. B. Perwakilan : Dasar adat yang mengharuskan perwakilan sebagai

ikatan masyarakat di seluruh Indoenisa – Perwakilan sebagai dasar abadi bagi tata negara.

C. Kebijaksanaan : Rationalisme – perubahan dalan adat dan masyarakat – Keinginan penyerahan – Rationalisme sebagai dinamika rakyat.

V. Kesejahteraan Rakyat Keadilan Sosial

Kegembiraan dalam negara baru – perubahan bagi Republik rakyat kesejahteraan (Muh. Yamin, 1959 : 87-88).

Pidato Muh. Yamin pada tanggal 29 mei 1945 selain menyinggung tentang dasar negara, status warga negara keturunan seperti peranakan Arab, Cina, sehingga untuk hal tersebut Wakil Ketua RP. Soeroso menginterupsi pidato Yamin agar perihal warga negara tersebut dibicarakan lain waktu saja. Sehingga terjadilah sedikit perdebatan antara Muh. Yamin dengan Wakil Ketua RP. Soeroso (Muh. Yamin, 1959 : 105). Perdebatan itu antara lain sebagai berikut:

…… Jadi sebelum hari pelantikan hendaklah ada ketentuan tentang kedudukan golongan akan menjadikan putera negara Indonesia atau tidak, dan apakah akibatnya mendapat atau tidak mendapat anggota keputeraan

(41)

itu, jalan memasuki daerah keputusan itu, seorang tetap tinggal terbuka selama-lamanya. Rakyat Indonesia yang akan membentuk Negara …… SOEROSO Wakil Ketua :

Saya rasa Tuan menyimpang dari apa yang dimaksudkan MUH. YAMIN Anggota :

Saya turut perintah itu, walaupun ada keyakinan bahwa dasar negara mengenai juga soal penduduk, pun karena menganai susunan Pemerintah. Dan begitu juga tentang hak tanah …..

SOEROSO Wakil Ketua :

Itu lain hari akan dibicarakan, jadi kalau sudah tidak ada lagi tentang dasar Indonesia, saya silakan hal hak tanah dan lain-lain akan diuraikan nanti.

MUH. YAMIN Anggota :

Baiklah, Tuan Ketua, walaupun pada permulaan tidak diterangkan apa yang mengenai dasar soal daerah, penduduk dan hak tanah juga terhitung masuk hal pembentukan negara.

SOEROSO Wakil Ketua :

Saya harap semua takluk kepada pimpinan. MUH. YAMIN Anggota :

Saya turut, walaupun tidak takluk. SOEROSO Wakil Ketua :

Saya silahkan melanjutkan pembicaraan

……… (Muh. Yamin, 1959 : 106)

Kutipan di atas menunjukkan, bahwa Mr. Muhammad Yamin berkeyakinan soal status warga negara keturunan dan daerah termasuk juga yang menjadi dasar pembicaraan dan pada prinsipnya, Wakil Ketua Soeroso membenarkan pendapat dari Mr. Muhammad Yamin, namun hal itu dibicarakan di lain waktu bukan pada saat sidang itu.

(42)

38

Sementara itu golongan Islam, antara lain K.H. Wahid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, H. Agoes Salim, K.H. Abdoel Kahar Moezzakir, dalam sidang BPUPKI mengusulkan konsepsi, agar Dasar Negara Indonesia Merdeka adalah Islam. Usul dari konsepsi itupun tidak mendapat kesepakatan dari sidang. Pada tanggal 31 Mei 1945 yang berpidato pertama ialah Prof. Dr. Mr.R. Soepomo mengemukakan tentang teori negara juridis, politis dan sosiologis, syarat-syarat berdirinya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan serta hubungan antara negara dengan agama. Sebagai pembicara kedua ialah Mr. Muhammad Yamin yang menguraikan tentang Dasar Negara-Kebangsaan Indonesia atas dasar tinjauan juridis, historis, politis, sosiologis, geografis dan konstitusional yang meliputi seluruh Nusantara.

Pokok-pokok pidato Prof. Dr. Mr. R. Soepomo itu membicarakan mengenai syarat mutlak dan adanya suatu negara terutama adanya faktor konstitutif, baik dari sudut hukum maupun dari sudut formal. Soepomo mengatakan adanya suatu negara harus ada suatu daerah (territority) rakyat dan harus ada pemerintah yang berdaulat (souvereign) sebagaimana syarat-syatat yang dikeluarkan oleh hukum internasional.

Selain itu Soepomo mengemukakan masalah mengenai staat idea, maka untuk itu Soepomo telah memaparkan tentang teori-teori ilmu negara yang ada di dunia, disinggungnya mengenai teori perorangan, yaitu negara terdiri atas dasar, teori perseorangan, teori individualis, seperti yang diajarkan oleh Thomas Hobbes dan John Locke pada abad ke 17, Jean Jacques Rousseu abad ke 18, Hebert

(43)

Spancer abad 19, H.J. Laski abad ke 20. Menurut aliran ini negara ialah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak seluruh individu dalam masyarakat itulah yang disebut “Contract Social”.

Disinggung pula mengenai teori negara dari teori golongan (Classtheory) sebagai yang diajarkan oleh Marx, Engels dan Lenin yang mengatakan, bahwa negara sebagai alat dari suatu golongan untuk menindas golongan yang lain. Dikemukakan pula aliran pikiran lain lagi pengertian negara ialah teori yang dinamakan teori integralistik, yang diajarkan oleh Sinoza, Adam Muller, Hegel dan lain-lain abad 18 dan 19. Menurut pikiran ini, negara ialah tidak untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan, akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.

Negara ialah susunan masyarakat yang integral. Segala golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat yang organis, yang terpenting dalam negara yang berdasarkan aliran pikiran integral ialah penghidupan bangsa seluruhnya. Negara tidak memihak sesuatu golongan yang kuat, atau yang paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat akan tetapi negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Pembangunan negara bersifat barang yang bernyawa. Karenanya corak dan bentuknya harus disesuaikan dengan keadaan umum pada masa sekarang dan harus mempunyai keistimewaan yang sesuai dengan keadaan umum tadi. Janganlah kita meniru belaka susunan negara lain (Muh. Yamin, 1959 L 110-111).

(44)

40

Soepomo menyimpulkan bahwa, negara yang cocok dengan bentuk negara yang akan didirikan sebagai negara Indonesia merdeka adalah negara yang integralistik.

Soepomo dalam pidatonya mengatakan :

Maka teranglah Tuan-tuan yang terhormat, bahwa jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus berdasarkan atas aliran pikiran (staatide) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apapun. (Muhammad Yamin, 1959).

Banyak lagi yang dikemukakan oleh Soepomo dalam pidatonya itu, mengenai bentuk pemerintahan, ekonomi, dan lain-lain. Kemudian pokok-pokok pikiran konsepsi yang dikemukakan oleh Mr. Muhammad Yamin pada sidang “Badan Penyelidik” yang pertama tanggal 31 Maret 1945 mengenai Daerah Perumahan Negara Kebangsaan Indonesia itu sebagai berikut :

Kepentingan dan arti soal daerah. 1. Dasar menentukan daerah.

Daerah tumpah darah menjadi darah negara tidak mengingini daerah bangsa lain – jangan berenclaves. Nasib Pulan bagi Indonesia – Daerah tumpah darah harus dimuliakan kedaulatannya.

2. Lima macam daerah.

1) Hindia belanda dan Medan perang

2) Medan perang Tarakan, Morotai, Papua, dan Halmahera 3) Timor portugis dan Borneo Utara

4) Malaya minus daerah yang empat

5) Daerah yang empat : Kedah, Perlis, Terengganau, dan Kelatan. Pembicaraan kelima macam daerah :

A. Daerah Daratan

1. Daerah pulau yang enam sebagai pusat-Daerah pergerakan kemerdekaan, Occupatio Belli-Dari yang tidak berstatus menuju status internasional.

(45)

2. Daerah yang tidak berwakil dan Panitia-Daerah peperangan Tarakan, Halmahera, Morotai dan Papua. Keadaan defacto-Terra Occupationis Beli- Masuk menjadi daerah negara Indonesia. 3. Timor Portugis, Borneo Utara, Penyerangan Belanda di Timor,

Jangan enclaves – Masuk Indonesia Masuk daerah Negara 4. Malaya

Bagian susunan adat Indonesia – Pengaruh Tiong Hoa – kekuatan Malaya bagi Indonesia – Geopolitik udara, daratan, dan lautan – politik persatuan.

5. Daerah yang empat di Malaya

Kegembiraan menerima pendaratan – Kegagalan Politk Kabinet Toyo- Politik Free Gift-Persatuan dengan negara Indonesia Merdeka-Bukan Imperial-Memberantas Imperialisme Siam-Islam Indonesia dan Budhisme Muang Tahi-Harapan kepada Nationalisme Indonesia dan wakil Islam.

B. Daerah Lautan

Arti lautan dan pantai bagi Negara Indonesia-Mare Liberum dan Hugo Grotius-lautan lepas dan juga lautan daerah Negara-Selat sempit dan pembukaan Selat Makasar, Sunda dan Malaka.

Penutup :

Batasan Indonesia menurut rasa dan akal-testamen Gadjah Mada-Syair daerah tumpah darah Nusantara menurut Negarakertagama (1365) - Lampiran batas dari Indonesia yang delapan (Muh. Yamin, 1959 : 125-126).

Pada tanggal 1 Juni 1945, sidang Badan Penyelidik belum memperoleh kesepakatan yang dimaksudkan oleh ketua sidang, padahal sidang sudah

berlangsung tiga hari sejak tanggal 29 Mei 1945, maka pada gilirannya, Ir. Soekarno berpidato untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan tanpa teks.

Pidato itu dicatat secara stenograf oleh Notulis. Dalam pidatonya, Ir. Soekarno mula-mula mengemukakan tentang adanya pemikiran yang “Zwaarwichtig”, membicarakan hal-hal sekecil-kecilnya atau jelimet yang mengajak hadirin untuk permintaan ketua sidang, yaitu mencari dasar negara Indonesia Merdeka, untuk itu terlebih dahulu perlu beliau mengajak sejarah lahirnya negara-negara di dunia dan

(46)

42

membanding-bandingkannya satu sama lainnya bahwa timbulnya dan isi negara itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan bangsa masing-masing.

Oleh karena itu, Bung Karno dengan tandas mengemukakan terlebih dahulu tentang arti dan sangat pentingnya kita medeka terlebih dahulu, Bung Karno dalam pidatonya mengatakan : “…… bahwa kemerdekaan, politieke orafhankelijkheid, political indefendence ta’lain dan ta’bukan adalah suatu jembatan, satu jembatan emas …”. (Muh. Yamin 1959 : 62-63).

Menurut beliau Merdeka artinya adalah political, indefendence atau politiche orafhandkelijkheid yaitu kemerdekaan politik. Dianjurkan bahwa kita harus berani merdeka sekarang ini juga karena kemerdekaan itu merupakan jembatan emas, dan diseberangnya kita membangun untuk menyempurnakan masyarakat dan negara, kita bangun dalam segala bidang kehidupan. Selanjutnya Bung Karno memberikan contoh-contoh, bahwa hampir semua negara yang timbul dan ada di dunia ini didirikan atas dasar suatu cita-cita filsafat atau weltan schaung tertentu, misalnya Saudi Arabia atas dasar Islam, Uni Soviet atas dasar komunisme, Amerika Serikat atas dasar liberalism, Jerman-Hitler atas dasar nazisme, Tiongkok Nasionalisme atas dasar Sun Min Chui dan sebagainya.

Kemudian beliau juga mengajak kepada anggota sidang “Kita bersama-sama mencari persatuan philosophische grondslag, mencari satu Weltanschaung yang kita semuanya setuju”. (Muh. Yamin, 1959 : 68). Bahwa kita mencari suatu modus, bukan konpromi, yang kita sama-sama setuju karena kita hendak

(47)

mendirikan Negara Indonesia Merdeka bukan untuk satu orang atau bukan untuk satu golongan, melainkan hendak mendirikan suatu negara semua buat semua.

Dasar yang baik untuk Negara Indonesia adalah kemerdekaan, tidak meniru Amerika, Rusia, Saudi Arabia mapun Tiongkok tetapi kita mendirikan negara atas dasar suatu cita-cita sendiri atas dasar kepribadian bangsa kita sendiri. Kemudian Bung karno mengemukakan pendapatnya apa yang diminta oleh ketua sidang, yaitu “Philosofische gronslag” fondemen, filsafat pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan Gedung Indonesia Merdeka kekal abadi (Muh. Yamin, 1959 : 61).

Menurut pengakuan Bung Karno sendiri, bahwa Dasar, Filsafat atau Weltanschaung dari pada Indonesia Merdeka yang Beliau telah pikirkan, renungkan dan dengungkan di dalam jiwanya jauh sebelum tahun 1945, yaitu sejak 25 tahun lebih dahulu, pada tahun 1918 ialah dasar kemerdekaan sebagai berikut :

1. Kita mendirikan suatu Negara Kebangsaan Indonesia, suatu natiolestat. Jika kita membentuk suatu negara atas dasar pembentukan adanya Bangsa atau Nation. Faham bangsa yang dimaksud adalah tidak dibangun atas faham ras, suku bangsa, kebudayaan ataupun agama tertentu, nation yang dimaksud, juga tidak hanya mendasarkan kepada satu faham satu kelompok manusia yang bersatu menjadi bangsa karena kehendak untuk bersatu.Kebangsaan Indonesia ialah seluruh manusia Indonesia yang ditakdirkan oleh Allah SWT. mendiami seluruh kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan geopolitik, mempunyai persamaan nasib dan persamaan watak serta mempunyai ciata-cita untuk bersatu sebagai satu bangsa. Jadi faham kebangsaan Indonesia adalah adanya persatuan antara orang dan tempat, persatuan antara manusia dengan tanahnya, yaitu faham cinta tanah air (Patriotisme). Daham kebangsaan atas dasar geopolitik dan patriotism ini juga berlainan dengan faham Kosmopolitanisme, yang menyatakan tidak ada kebangsaan, tidak ada bangsa Nippon, bangsa Arab, bangsa India dan

(48)

44

sebagainya. Semua “menseheid” atau perikemanusiaan, bahwa manusia dimana-mana di seluruh dunia ialah sama dan satu seperti yang dianut oleh orang-orang Tionghoa dahulu. Faham kebangsaan ini juga berlawanan dengan faham solidaritas kemanusiaan seduania tau faham inernationalisme sebagaimana yang dianut oleh kaum komunis yaitu komintern. Faham ini juga bukanlah kebangsaan yang sempit atau Chauvinisme atau Jingonisme yang menyatakan bahwa bangsa sendiri adalah bangsa terbaik, terkemuka, merasa dirinya “ Superieur” sebagaimana ditunjukkan oleh NAZI Jerman dibawah pimpinan Adilf Hitler yang menyatakan “Deutschland is tuber Alies” atau faham nasionalisme dan pacisme Dai Nippon yang hendak menguasai dunia ataupun fahan Zionisme Yahudi. Kebangsaan Indonesia yang dianut ialah Nasionalisme yang berperikemanusiaan yang menuju kekeluargaan bangsa-bangsa, sehingga dilengkapi dengan prinsip yang kedua.

2. Perikemanusiaan atau Internasionalisme, yang saling berhubungan antara faham kebangsaan dan faham perikemanusiaan itu demikian : “Internasionalisme tidak akan hidup subur kalau tidak hidup dalam tamansarinya Internasionalisme.

3. Dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan Negara Indonesia bukan untuk satu orang atau satu golongan tapi kita mendirikan negara “semua buat semua” satu buat semua, semua buat satu. Beliay yakin bahwa syarat mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan perwakilan. Atas dasar prinsip inilah umat Islam Indonesia merupakan golongan mayoritas yang dianut rakyat, dapat membela dan memperjuangkan Islam secara musaywarah dalam badan perwakilan rakyat agar hokum-hukum Islam dapat berhasil dicantumkan dalam Undang Undang Negara. Demikian pula umat Kristen, dan umat lainnya dapat memperjuangkan kepentingan hokum menurut ajaran Kristen dan sebagainya, melalui musyawarah dan mufakat. Perjuangan yang dinamis, sehat, “Fair play” harus dipupuk atas dasar mufakat, musyawarah perwakilan rakyat, yaitu prinsip perwakilan.

4. Prinsip Kesejahteraan rakyat, yaitu prinsip tidak aka nada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka.

Dasar ini, berhubungan erat dengan dasar permusyawaratan perwakilan atau demokrasi dalam prinsip ke III di atas. Oleh karena itu, demokrasi yng kita anut tidaklah sama dengan demokrasi barat, baik itu parlementer Democratic hasil revolusi Perancis maupun Revolusi Amerika yang pada hakekatnya ialah demokrasi yang berfaham liberalism, maupun tidak sama dengan paham “Demokrasi rakyat” hasil revolusi Rsia yang pada hakekatnya adalah diktatur proletar.

(49)

Demokrasi Indonesia yang dianut ialah Politiek-economis-cheen sociale Democratic, yaitu demokrasi dalam lapangan politik dengan sociale rechtuaarddighed, demokrasi dengan keadilan social. Karena itu, Badan Permusyawaratan yang kita hendak buat, hendaklah bukan badan permusyawaratan yang politiche democatie saja, tapi badan yang bersama dengan masyarakat dapat mewujudkan dua prinsip : politiche rechvardigheid dan sociale rechvardigheid. Didalam ajaran Islam tegas prinsip musyawarah, syuro atau demokrasi itu wajib dijalankan deisegala bidang, Kepala Negara atau Amirul Mu’minun harus dipilih oleh rakyat, jadi prinsip Kepala Negara yang sesuai dengan Islam adalah Prinsip Republik, bukan Monarchi.

5. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa

Bung Karno di sini menegaskan prinsip yang kelima, yaitu hendaklah menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing (tiap-tiap orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan) sesuai dengan Tuhan agamanya masing-masing. Hendaklah Negara Indonesia ialah negara dimana tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhan-nya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat ber-Tuhan secara berkebudayaan (berkeadilan), yakni tidak dengan tiada “egoism agama” (fanatisme yang picik, tidak toleran). Hendaknya Negara Indonesia satu negara yang Tuhan (negara yang ber-Tuhan; negara sebagai oraganisasi’ institute ber-ber-Tuhan; jadi tidak hanya manusianya saja yang ber-Tuhan).(Anshari Saifudin, 1981:78) Selanjutnya, Bung Karno mengajak semuanya : “Marilah kita mengamalkan, jalankan agama, baik Islam maupun Kristen dengan cara berkeadaban. Artinya adalah hormat menghormati satu sama lain, toleransi, saling menghormati agama masing-masing maupun agama orang lain, sebagaimana telah diberi suri tauladan oleh Nabi Muhammad maupun Nabi Isa”. Disinilah, dalam pengakuan azas yang kelima segenap agama yang ada di Indonesia sekarang ini akan mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Dan negara kita akan ber-Tuhan pula.

Dasar negara yang telah dikemukakan sebagai usul Bung karno kepada sidang BPUPKI tersebut di atas yang terdiri dari lima azas atau prinsip itu diberi

Gambar

Tabel 3. 1  Waktu Penelitian  No  Kegiatan  Bulan/Tahun  mar/ 15  apr /15  mei /15  Jun /15  jul/15  agus/15  Sep /15  Okt /15  1  Pra penelitian   a

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media flash card pada konsep persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar negara dapat meningkatkan hasil

Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan adalah mendengarkan suara konsumen, hal ini berarti perusahaan harus melakukan interaksi dengan konsumen dengan