ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN SOCOLATTE DI
(Analysis Of Cost Of Goods Manufactured In Socolatte Company Of Pidie Jaya Regency)
Fitri Handayani 1
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Abstrak-Perhitungan harga pokok per unit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan perusahaan karena dapat dijadikan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan lainnya.
semua biaya yang dikelu bersangkutan. Dengan kata memperoleh barang jadi
penentuan harga pokok produksi pada usaha Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini dilakukan di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Metode yang digunakan dalam penelitian in
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara dan penelitian lapangan.
metode full costing. Perhitungan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi (HPP) menurut Perusahaan Socolatte lebih rendah dibandingkan perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) menurut metode full costing
besar, coklat aneka rasa, coklat 3in1 besar dan coklat 3in1 kecil, sedangkan selisih HPP untuk coklat bar kecil sebesar Rp 479. Perbedaan nilai Harga Pokok Produksi (HPP) menurut perusahaan dan metode full costing
perusahaan tidak menghitungnya sebagai komponen Harga Pokok Produksi (HPP). Kata Kunci: Harga Pokok, Metode
Abstract-Calculation of the cost per unit is
can be used as a basis for assessing the inventory, cost of goods sold, profit and decisions. The cost of goods manufactured is
period in question. In other words, the
finished products ready for sale.The purpose of this study was to cost of goods manufactured
in the village of Musa Baroh
used a descriptive method with the
collectedthrough interviews and field research. The data analysis of the cost of goods manufactured was done by using a full costing method.
manufacturedaccording to SocolatteCompany was lower than the calculation of goods manufactured according to the full costing method with the difference amounting to IDR 1,277.Meanwhile, for big bar chocolate products, different flavor chocolate, big3 in 1 chocolate and small 3 in 1 chocolate, while the difference of cost of goods manufactured for the small chocolate bar was IDR 479.The
manufactured according to the company and the full costing method lies in the fixed ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN SOCOLATTE DI
KABUPATEN PIDIE JAYA
(Analysis Of Cost Of Goods Manufactured In Socolatte Company Of Pidie Jaya Regency)
Fitri Handayani1, Ismayani1, Sofyan1*
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Perhitungan harga pokok per unit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan perusahaan karena dapat dijadikan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan lainnya. Harga pokok
luarkan untuk memproduksi barang atau ta lain bahwa harga pokok produksi mer
di yang siap jual. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan harga pokok produksi pada usaha Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini dilakukan di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara dan penelitian lapangan. Analisis data harga pokok produksi
Perhitungan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi (HPP) menurut Perusahaan Socolatte lebih rendah dibandingkan perhitungan Harga Pokok Produksi full costing dengan selisih sebesar Rp 1.277, untuk produk coklat bar besar, coklat aneka rasa, coklat 3in1 besar dan coklat 3in1 kecil, sedangkan selisih HPP untuk coklat bar kecil sebesar Rp 479. Perbedaan nilai Harga Pokok Produksi (HPP) menurut full costing terletak pada komponen biaya OHP tetap karena perusahaan tidak menghitungnya sebagai komponen Harga Pokok Produksi (HPP).
Harga Pokok, Metode Full Costing
Calculation of the cost per unit is a significant activity for the company because it can be used as a basis for assessing the inventory, cost of goods sold, profit and
of goods manufactured is all costs to produce goods or services during the period in question. In other words, the cost of goods manufactured
ready for sale.The purpose of this study was to analyse
manufactured in SocolatteCompany inPidie Jaya. This research was conducted Barohof Bandar Baru sub-district of Pidie Jaya Regency. This study used a descriptive method with thequalitative and quantitative approach. Data were collectedthrough interviews and field research. The data analysis of the cost of goods ne by using a full costing method.The calculation of the cost of goods manufacturedaccording to SocolatteCompany was lower than the calculation of goods manufactured according to the full costing method with the difference amounting to IDR for big bar chocolate products, different flavor chocolate, big3 in 1 chocolate and small 3 in 1 chocolate, while the difference of cost of goods manufactured for the small chocolate bar was IDR 479.The difference in the value of the cost of goods tured according to the company and the full costing method lies in the fixed ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN SOCOLATTE DI
(Analysis Of Cost Of Goods Manufactured In Socolatte Company Of Pidie Jaya Regency)
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Perhitungan harga pokok per unit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan perusahaan karena dapat dijadikan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok pokok produksi adalah jasa selama periode erupakan biaya untuk Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan harga pokok produksi pada usaha Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini dilakukan di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Metode yang i adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan Analisis data harga pokok produksi dilakukan dengan Perhitungan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi (HPP) menurut Perusahaan Socolatte lebih rendah dibandingkan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan selisih sebesar Rp 1.277, untuk produk coklat bar besar, coklat aneka rasa, coklat 3in1 besar dan coklat 3in1 kecil, sedangkan selisih HPP untuk coklat bar kecil sebesar Rp 479. Perbedaan nilai Harga Pokok Produksi (HPP) menurut terletak pada komponen biaya OHP tetap karena perusahaan tidak menghitungnya sebagai komponen Harga Pokok Produksi (HPP).
the company because it can be used as a basis for assessing the inventory, cost of goods sold, profit and some other to produce goods or services during the is the cost to obtain analyse the determination of Company inPidie Jaya. This research was conducted district of Pidie Jaya Regency. This study and quantitative approach. Data were collectedthrough interviews and field research. The data analysis of the cost of goods The calculation of the cost of goods manufacturedaccording to SocolatteCompany was lower than the calculation of goods manufactured according to the full costing method with the difference amounting to IDR for big bar chocolate products, different flavor chocolate, big3 in 1 chocolate and small 3 in 1 chocolate, while the difference of cost of goods manufactured for difference in the value of the cost of goods tured according to the company and the full costing method lies in the fixed
manufacturing overhead costs cost of goods manufactured
Keywords: Determination of Cost, Full Costing Method
Seiring dengan ketatnya persaingan dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksinya guna meningkatkan daya saing perusahaannya. Dalam ko
yang semakin kompetitif, biaya yang semakin meningkat, laba yang semakin mengerut, dan persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan mencari solusi untuk melakukan efisiensi dan mengumpulkan data yang lebih akurat untuk mengambil kepu
Berbagai aspek menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk mempertahankan diri dalam lingkungan yang kompetitif tersebut. Intinya, perusahaan harus meningkatkan nilai jual melalui kualitas produk, harga, pelayanan, kecepatan waktu (
lain (Setyaningsih, 2011).
Perhitungan harga pokok per unit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan perusahaan karena dapat dijadikan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan lainnya.
yang dikeluarkan untuk me kata lain bahwa harga pokok yang siap jual (Kuswadi, 2005)
Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan dengan tepat maka penentuan harga jual produk dapat dilakukan dengan tepat sehingga perusahaan mengetahui laba yang dapat dihasilkan. Sebaliknya, jika penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan tidak tep akan menyebabkan penentuan harga jual yang tidak tepat pula. Hal ini akan mengakibatkan perhitungan harga jual yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dari harga pokok produksi. Jika harga jual terlalu rendah dari harga pokok produksi akan menyebabka
perusahaan karena tidak mampu menutup biaya
produk yang dihasilkan. Sedangkan jika harga jual terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya minat konsumen untuk membeli produk perusahaan (Hariadi, 2002
Keakuratan pembebanan biaya pada objek biaya sangat penting bagi para pemakai informasi biaya. Tujuan keakuratan adalah untuk mengukur dan membebankan biaya sumber sumber yang dikonsumsi oleh suatu objek biaya. Ketidakakuratan pembebanan biaya akan menimbulkan (distorsi) pembebanan biaya, yang selanjutnya akan mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian. Distorsi biaya akan menimbulkan pembebanan biaya yang terlalu tinggi (
produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah ( cost underrun) untuk produk yang bervolume sedikit (Supriyono, 2007).
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Hampir semua jenis industri makanan menggunakan tepung kakao untuk meningkatkan nilai dan kualitas rasa produk.
yang sangat potensial dalam industri manufaktur makanan. Produksi baik sebagai sumber costscomponent becausecompanydid not count it as
manufactured.
: Determination of Cost, Full Costing Method
PENDAHULUAN
Seiring dengan ketatnya persaingan dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksinya guna meningkatkan daya saing perusahaannya. Dalam ko
yang semakin kompetitif, biaya yang semakin meningkat, laba yang semakin mengerut, dan persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan mencari solusi untuk melakukan efisiensi dan mengumpulkan data yang lebih akurat untuk mengambil kepu
Berbagai aspek menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk mempertahankan diri dalam lingkungan yang kompetitif tersebut. Intinya, perusahaan harus meningkatkan nilai jual melalui kualitas produk, harga, pelayanan, kecepatan waktu (delivery
Perhitungan harga pokok per unit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan perusahaan karena dapat dijadikan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan lainnya. Harga pokok produksi
emproduksi barang atau jasa selama periode pokok produksi merupakan biaya untuk memp (Kuswadi, 2005).
Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan dengan tepat maka penentuan harga jual produk dapat dilakukan dengan tepat sehingga perusahaan mengetahui laba yang dapat dihasilkan. Sebaliknya, jika penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan tidak tep akan menyebabkan penentuan harga jual yang tidak tepat pula. Hal ini akan mengakibatkan perhitungan harga jual yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dari harga pokok produksi. Jika harga jual terlalu rendah dari harga pokok produksi akan menyebabka
perusahaan karena tidak mampu menutup biaya-biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Sedangkan jika harga jual terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya minat konsumen untuk membeli produk perusahaan (Hariadi, 2002
Keakuratan pembebanan biaya pada objek biaya sangat penting bagi para pemakai informasi biaya. Tujuan keakuratan adalah untuk mengukur dan membebankan biaya sumber sumber yang dikonsumsi oleh suatu objek biaya. Ketidakakuratan pembebanan biaya akan menimbulkan (distorsi) pembebanan biaya, yang selanjutnya akan mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian. Distorsi biaya akan menimbulkan pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost overstated atau
produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah ( ) untuk produk yang bervolume sedikit (Supriyono, 2007).
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual tinggi di n internasional. Hampir semua jenis industri makanan menggunakan tepung kakao untuk meningkatkan nilai dan kualitas rasa produk. Kakao merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial dalam industri manufaktur makanan. Produksi baik sebagai sumber did not count it as an element of
Seiring dengan ketatnya persaingan dunia industri dewasa ini, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksinya guna meningkatkan daya saing perusahaannya. Dalam kondisi persaingan yang semakin kompetitif, biaya yang semakin meningkat, laba yang semakin mengerut, dan persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan mencari solusi untuk melakukan efisiensi dan mengumpulkan data yang lebih akurat untuk mengambil keputusan yang tepat. Berbagai aspek menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk mempertahankan diri dalam lingkungan yang kompetitif tersebut. Intinya, perusahaan harus meningkatkan nilai jual very) dan beberapa faktor Perhitungan harga pokok per unit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan perusahaan karena dapat dijadikan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok penjualan, oduksi adalah semua biaya bersangkutan. Dengan mperoleh barang jadi Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan dengan tepat maka penentuan harga jual produk dapat dilakukan dengan tepat sehingga perusahaan mengetahui laba yang dapat dihasilkan. Sebaliknya, jika penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan tidak tepat akan menyebabkan penentuan harga jual yang tidak tepat pula. Hal ini akan mengakibatkan perhitungan harga jual yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dari harga pokok produksi. Jika harga jual terlalu rendah dari harga pokok produksi akan menyebabkan kerugian bagi biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Sedangkan jika harga jual terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya minat konsumen untuk membeli produk perusahaan (Hariadi, 2002).
Keakuratan pembebanan biaya pada objek biaya sangat penting bagi para pemakai informasi biaya. Tujuan keakuratan adalah untuk mengukur dan membebankan biaya sumber-sumber yang dikonsumsi oleh suatu objek biaya. Ketidakakuratan pembebanan biaya akan menimbulkan (distorsi) pembebanan biaya, yang selanjutnya akan mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian. Distorsi biaya akan atau cost overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah (cost understated atau
) untuk produk yang bervolume sedikit (Supriyono, 2007).
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual tinggi di n internasional. Hampir semua jenis industri makanan menggunakan tepung kakao Kakao merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial dalam industri manufaktur makanan. Produksi baik sebagai sumber
penghidupan jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat diperlukan untuk produksi makanan, seperti kue
Kabupaten Pidie Jaya dikenal sebagai salah satu daerah penghasil Kakao terbesar di Aceh dengan luas kebun kakao sekitar 12.000 ha dan produksi sekitar 2.362 ton (Dinas Perkebunan Pidie Jaya, 2015). Selama ini, petani menjual kakao dalam bentuk biji mentah tanpa ada proses nilai tambah sedikit pun. Biji kakao dijual kepada tengkulak yang langsung mendatangi kebun petani sehingga harga yang diterima petani cenderung murah dan oleh karenanya petani tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. Menurut pemilik Soccolate, Bapak Irwan, saat ini,
rata-Potensi untuk meningkatkan pendapatan petani kakao dapat ditempuh antara lain dengan meningkatkan nilai tambah biji Kakao mentah menjadi barang setengah jadi berupa tepung Kakao atau bahkan mengolah menjadi makanan siap saji.
Menyadari daerahnya sebagai sentra produksi Kakao maka Bapak Irwan Ibrahim membuka perusahaan berbasis agroindustri pengolahan biji kakao dibawah naungan koperasi “Rimbun Coop”. Lokasi pabrik berada di Jalan Medan Banda
Bandar Baru, Kabupaten Pidie
Socolatte. Socolatte memproduksi bermacam kecil, Chocolate bar besar,
aneka rasa. Harga yang terjangkau dan kemasan yang menarik menjadikan produk Socolatte dikenal masyarakat baik lokal maupun luar Kabupaten Pidie Jaya.
adalah untuk menganalisis penentuan harga pokok produksi pada usaha Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya.
Penelitian ini dilakukan di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (
pertimbangan Usaha Socolatte merupakan salah satu
penelitian ini adalah produsen Socolatte. Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas pada Analisis Harga Pokok Produksi Socolatte di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data primer diperoleh dari observasi langsung menggunakan panduan wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujua
2. Data sekunder diperoleh dari instansi
instasi pemerintah, swasta maupun perpustakaan.
Teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara, dan penelitian lapangan. Wawancara yaitu car
langsung kepada informan atau pihak yang berwenang. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha hidupan jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat diperlukan untuk produksi makanan, seperti kue-kue dan berbagai jenis minuman.
Kabupaten Pidie Jaya dikenal sebagai salah satu daerah penghasil Kakao terbesar di an luas kebun kakao sekitar 12.000 ha dan produksi sekitar 2.362 ton (Dinas Perkebunan Pidie Jaya, 2015). Selama ini, petani menjual kakao dalam bentuk biji mentah tanpa ada proses nilai tambah sedikit pun. Biji kakao dijual kepada tengkulak yang langsung mendatangi kebun petani sehingga harga yang diterima petani cenderung murah dan oleh karenanya petani tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. Menurut pemilik Soccolate,
-rata harga jual biji kakao mentah dipasar sekitar Rp 35
Potensi untuk meningkatkan pendapatan petani kakao dapat ditempuh antara lain dengan meningkatkan nilai tambah biji Kakao mentah menjadi barang setengah jadi berupa tepung Kakao atau bahkan mengolah menjadi makanan siap saji.
ya sebagai sentra produksi Kakao maka Bapak Irwan Ibrahim membuka perusahaan berbasis agroindustri pengolahan biji kakao dibawah naungan koperasi “Rimbun Coop”. Lokasi pabrik berada di Jalan Medan Banda-Aceh km 138 Baroh Musa, Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Produk hasil industri ini dinamakan Socolatte. Socolatte memproduksi bermacam-macam jenis makanan seperti
besar, Chocolate 3 in l kecil, Chocolate 3 in 1
Harga yang terjangkau dan kemasan yang menarik menjadikan produk Socolatte dikenal masyarakat baik lokal maupun luar Kabupaten Pidie Jaya.
adalah untuk menganalisis penentuan harga pokok produksi pada usaha Socolatte di
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive sampling
pertimbangan Usaha Socolatte merupakan salah satu sentra produksi kakao
penelitian ini adalah produsen Socolatte. Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas pada Analisis Harga Pokok Produksi Socolatte di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru
Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder :
Data primer diperoleh dari observasi langsung menggunakan panduan wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan penelitian.
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian baik dari instasi pemerintah, swasta maupun perpustakaan.
Teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara, dan penelitian lapangan. Wawancara yaitu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada informan atau pihak yang berwenang. Observasi adalah pengamatan kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha hidupan jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat
kue dan berbagai jenis minuman.
Kabupaten Pidie Jaya dikenal sebagai salah satu daerah penghasil Kakao terbesar di an luas kebun kakao sekitar 12.000 ha dan produksi sekitar 2.362 ton (Dinas Perkebunan Pidie Jaya, 2015). Selama ini, petani menjual kakao dalam bentuk biji mentah tanpa ada proses nilai tambah sedikit pun. Biji kakao dijual kepada tengkulak yang langsung mendatangi kebun petani sehingga harga yang diterima petani cenderung murah dan oleh karenanya petani tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. Menurut pemilik Soccolate, rata harga jual biji kakao mentah dipasar sekitar Rp 35.000 per kg. Potensi untuk meningkatkan pendapatan petani kakao dapat ditempuh antara lain dengan meningkatkan nilai tambah biji Kakao mentah menjadi barang setengah jadi berupa tepung ya sebagai sentra produksi Kakao maka Bapak Irwan Ibrahim membuka perusahaan berbasis agroindustri pengolahan biji kakao dibawah naungan koperasi Aceh km 138 Baroh Musa, Jaya Provinsi Aceh. Produk hasil industri ini dinamakan macam jenis makanan seperti Chocolate bar besar, dan Chocolate Harga yang terjangkau dan kemasan yang menarik menjadikan produk Socolatte Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan harga pokok produksi pada usaha Socolatte di
Penelitian ini dilakukan di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie purposive sampling), dengan sentra produksi kakao. Subjek dalam penelitian ini adalah produsen Socolatte. Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas pada Analisis Harga Pokok Produksi Socolatte di Desa Musa Baroh Kecamatan Bandar Baru
Dalam melakukan penelitian ini, data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data
Data primer diperoleh dari observasi langsung menggunakan panduan wawancara yang instansi yang terkait dengan penelitian baik dari Teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara, dan penelitian a mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada informan atau pihak yang berwenang. Observasi adalah pengamatan kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha
pengumpulan data dan informasi seca semua yang telah dikumpulkan.
Teknik Analisis Data Analisis data dilakuk pertimbangan bahwa de kepada produk jadi atau aktivitas normal atau aktivit analisis biaya.
Analisis data dilakuk
dilakukan dengan menghitung h perusahaan yaitu dengan m
biaya produksi biaya overh measurement misalnya ja yang digunakan dan dengan
Penelitian ini hanya fokus pada 5 produk yaitu besar, Chocolate 3 in l kecil,
mengambil lima produk tersebut karena merupakan produk kemasan dan biaya untuk komposisi dalam satu kemasan produk dapat dihitung dengan jel
lainnya tidak dijual dalam bentuk kemasan seperti brownies, bolu gulung, dan minuman Chocolate sehingga sulit untuk dianalisis biaya komposisinya.
Tabel 1. Biaya Bahan Baku Langsung pada Produk Socolatte No Jenis Kebutuhan / bulan 1 Kakao 1.500 2 Gula Pasir 600 3 Susu 300 4 Lesitin 150 5 Vanili 150 6 Kacang Mete 300 Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel langsung yang dikeluarkan sebesar Rp
biji kakao sebesar Rp 60.000.000 atau 28,37% dari jumlah biaya bahan baku langsung, kemudian biaya pembelian lesitin dan kacang mete masing
bulan atau 21,28%. Selanjut
masing-masing sebesar 14,18%, 10,64% dan 4,26%.
pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan.
kukan dengan metode full costing. Pemiliha engan metode full costing, biaya overhead
harga pokok produksi berdasarkan tarif ktivitas yang sesungguhnya terjadi sehingga m kukan dengan analisis kualitatif dan kuantitati
hitung harga pokok produksi dengan metode metode tradisional (traditional costing) dima
head pabrik dialokasikan berdasarkan unit am tenaga kerja langsung, jam mesin atau n metode full costing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini hanya fokus pada 5 produk yaitu Chocolate bar kecil, Chocolate 3 in 1 besar, dan Chocolate
mengambil lima produk tersebut karena merupakan produk kemasan dan biaya untuk komposisi dalam satu kemasan produk dapat dihitung dengan jelas. sedangkan produk
lainnya tidak dijual dalam bentuk kemasan seperti brownies, bolu gulung, dan minuman sehingga sulit untuk dianalisis biaya komposisinya.
. Biaya Bahan Baku Langsung pada Produk Socolatte Kebutuhan / bulan Satuan Harga / Satuan Jumlah (Rp/Bulan) 1.500 Kg 40.000 60.000.000 600 Kg 15.000 9.000.000 300 Kg 100.000 30.000.000 150 Kg 300.000 45.000.000 150 Kg 150.000 22.500.000 300 Kg 150.000 45.000.000 211.500.000 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa biaya bahan baku langsung yang dikeluarkan sebesar Rp 211.500.000 per bulan. Biaya terbesar yaitu pembelian biji kakao sebesar Rp 60.000.000 atau 28,37% dari jumlah biaya bahan baku langsung, kemudian biaya pembelian lesitin dan kacang mete masing-masing sebesar Rp 45.000.000 per bulan atau 21,28%. Selanjutnya, persentase biaya pembelian susu, vanili dan gula pasir
masing sebesar 14,18%, 10,64% dan 4,26%.
dan pengujian kembali atas
an metode ini dengan ad pabrik dibebankan if yang ditentukan pada meningkatkan akurasi tif. Analisis kuantitatif tode yang digunakan ana dalam menghitung unit atau volume based upun unit bahan baku
bar kecil, Chocolate bar Chocolate aneka rasa. Alasan mengambil lima produk tersebut karena merupakan produk kemasan dan biaya untuk as. sedangkan produk-produk lainnya tidak dijual dalam bentuk kemasan seperti brownies, bolu gulung, dan minuman
Persentase (%) 28,37 4,26 14,18 21,28 10,64 21,28 211.500.000 100,00
di atas dapat dijelaskan bahwa biaya bahan baku 211.500.000 per bulan. Biaya terbesar yaitu pembelian biji kakao sebesar Rp 60.000.000 atau 28,37% dari jumlah biaya bahan baku langsung, masing sebesar Rp 45.000.000 per nya, persentase biaya pembelian susu, vanili dan gula pasir
Secara keseluruhan upah tenaga kerja langsung per bulan yang harus dikeluarkan perusahaan Socolatte sebesar Rp 28.900.000. Data lebih jelas tentang
langsung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung pada Perusahaan Socolatte
No Jabatan 1 Bagian Pembelian BB 2 Kabag Produksi 3 Karyawan Produksi 4 Kary. Packaging Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel
langsung sebesar Rp 28.900.000 per bulan. Persentase terbesar yaitu biaya karyawan produksi sebesar 77,51%, selebihnya terdistribusi secara merata pada biaya gaji kabag produksi sebesar 8,65%, bagian pembelian sebesar 6,92% dan karyawan
Tabel 3. Biaya Bahan Tidak Langsung pada Perusahaan Socolatte
No Jenis
1 Kertas pembungkus 2 Alumuniun foil Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah),2016 Berdasarkan data pada tabel
Socolatte meliputi kertas pembungkus dan
sebanyak 600 lembar per bulan dengan harga Rp 2.000 per lembar atau secara keseluruhan sebesar Rp 1.200.000. Sedangkan
sebesar Rp 24.000.000. Total biaya bahan baku
perusahaan Socolatte sebesar Rp 25.200.000 per bulan. Data ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung pada Perusahaan Socolatte
No Jabatan 1 Manager 2 Kary. Administrasi 3 Kary. Keuangan 4 Kary. Pemasaran 5 Kary. Kebersihan Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Dari tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa persentase biaya tenaga kerja tidak langsung terbesar pada karyawan pemasaran yaitu Rp 6.400.000 atau 48,49% dari total biaya tenaga Secara keseluruhan upah tenaga kerja langsung per bulan yang harus dikeluarkan perusahaan Socolatte sebesar Rp 28.900.000. Data lebih jelas tentang
langsung dapat dilihat pada tabel berikut:
. Biaya Tenaga Kerja Langsung pada Perusahaan Socolatte Jumlah (orang) Gaji (Rp/ Bulan) Bagian Pembelian BB 1 2.000.000 1 2.500.000 16 22.400.000 1 2.000.000 19 28.900.000
Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 28.900.000 per bulan. Persentase terbesar yaitu biaya karyawan produksi sebesar 77,51%, selebihnya terdistribusi secara merata pada biaya gaji kabag produksi sebesar
lian sebesar 6,92% dan karyawan packaging sebesar 6,92%. . Biaya Bahan Tidak Langsung pada Perusahaan Socolatte
Kebutuhan / bulan
Satuan Harga / Satuan
Jumlah (Rp/Bulan)
Kertas pembungkus 600 Lembar 2.000
30 Roll 800.000
Sumber: Data Primer (diolah),2016
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas biaya bahan tidak langsung pada Perusahaan Socolatte meliputi kertas pembungkus dan alumunium foil. Kertas pembungkus dibutuhkan sebanyak 600 lembar per bulan dengan harga Rp 2.000 per lembar atau secara keseluruhan sebesar Rp 1.200.000. Sedangkan alumunium foil dibutuhkan sebanyak 30
sebesar Rp 24.000.000. Total biaya bahan baku tidak langsung yang harus dikeluarkan perusahaan Socolatte sebesar Rp 25.200.000 per bulan. Data ditampilkan pada tabel berikut:
. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung pada Perusahaan Socolatte Jumlah (orang) Gaji (Rp/Bulan) Jumlah (Rp) 1 3.000.000 3.000.000 1 1.500.000 1.500.000 1 1.500.000 1.500.000 8 800.000 6.400.000 1 800.000 800.000 13.200.000 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
di atas dapat dijelaskan bahwa persentase biaya tenaga kerja tidak langsung terbesar pada karyawan pemasaran yaitu Rp 6.400.000 atau 48,49% dari total biaya tenaga Secara keseluruhan upah tenaga kerja langsung per bulan yang harus dikeluarkan perusahaan Socolatte sebesar Rp 28.900.000. Data lebih jelas tentang upah tenaga kerja
Persentase (%) 6,92 8,65 77,51 6,92 100,00
di atas dapat dijelaskan bahwa biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 28.900.000 per bulan. Persentase terbesar yaitu biaya karyawan produksi sebesar 77,51%, selebihnya terdistribusi secara merata pada biaya gaji kabag produksi sebesar
sebesar 6,92%.
Jumlah (Rp/Bulan) 1.200.000 24.000.000 25.200.000
iaya bahan tidak langsung pada Perusahaan . Kertas pembungkus dibutuhkan sebanyak 600 lembar per bulan dengan harga Rp 2.000 per lembar atau secara keseluruhan dibutuhkan sebanyak 30 roll per bulan atau tidak langsung yang harus dikeluarkan perusahaan Socolatte sebesar Rp 25.200.000 per bulan. Data ditampilkan pada tabel berikut:
. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung pada Perusahaan Socolatte
Persentase (%) 22,73 11,36 11,36 48,49 6,06 100,00
di atas dapat dijelaskan bahwa persentase biaya tenaga kerja tidak langsung terbesar pada karyawan pemasaran yaitu Rp 6.400.000 atau 48,49% dari total biaya tenaga
kerja tidak langsung. Gaji karyawan pemasaran per orang sebesar Rp 800.000 per bulan, besaran tersebut disesuaikan dengan jam kerja karyawan pemasaran yaitu 3 jam per hari. Tabel 5. Biaya Overhead
No Biaya OHP
1 Listrik
2 Bahan Bakar (gas) 3 Penyusutan mesin
4 Penyusutan perlengkapan 5 Penyusutan gedung
Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada
selain biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp 16.573.250 per bulan. Dari jumlah tersebut, biaya listrik merupakan terbesar yaitu Rp 10.000.000 atau 60,34%. Biaya terbesar berikutnya adalah bahan bakar gas yaitu Rp 3.750.000 atau 22,63%. Sedangkan sisanya terdiri dari penyusutan alat, perlengkapan dan peralatan masing
sebesar 9,25%’ 4,69% dan 3,09%. Tabel 6. Biaya Overhead Pabrik pada
Biaya Bahan Tidak Langsung Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Listrik Bahan Bakar Penyusutan mesin Penyusutan Perlengkapan Penyusutan Gedung Jumlah
Sumber: Data Primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel
pada perusahaan Socolatte sebesar Rp 54.273.750 per bulan, terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 15.323.750 dan biaya variabel sebesar Rp 38.950.000.
Tabel 7. Harga Pokok Produksi Coklat Bar besar Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP per kemasan Harga Jual per kemasan Nilai Tambah per kemasan
Sumber: Data primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel besar sebanyak 150 batang
yaitu Rp 1.692.172, rata-rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar
kerja tidak langsung. Gaji karyawan pemasaran per orang sebesar Rp 800.000 per bulan, besaran tersebut disesuaikan dengan jam kerja karyawan pemasaran yaitu 3 jam per hari.
Overhead Pabrik
Biaya OHP Jumlah (Rp) Persentase (%)
10.000.000
Bahan Bakar (gas) 3.750.000
mesin 1.533.333
Penyusutan perlengkapan 777.917
Penyusutan gedung 512.000
16.573.250 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas dapat dijelaskan bahwa biaya
selain biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp 16.573.250 per bulan. Dari jumlah tersebut, biaya listrik merupakan terbesar yaitu Rp 10.000.000 atau terbesar berikutnya adalah bahan bakar gas yaitu Rp 3.750.000 atau 22,63%. Sedangkan sisanya terdiri dari penyusutan alat, perlengkapan dan peralatan masing
sebesar 9,25%’ 4,69% dan 3,09%.
Pabrik pada Perusahaan Socolatte berdasarkan Sifatnya Tetap Variabel
25.200.000 Biaya Tenaga Kerja Tidak 13.200.000
10.000.000 3.750.000 1.533.333 77.917 512.500 15.323.750 38.950.000 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa biaya
Socolatte sebesar Rp 54.273.750 per bulan, terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 15.323.750 dan biaya variabel sebesar Rp 38.950.000.
. Harga Pokok Produksi Coklat Bar besar Harga Pokok Produksi (HPP) Rp.1.692.172
Rp.11.281 Rp.15.000 Nilai Tambah per kemasan Rp.3.719 Sumber: Data primer (diolah), 2016
pada tabel 7 di atas dalam menghasilkan produk coklat bar ukuran besar sebanyak 150 batang dapat lihat bahwa harga pokok produksi pada coklat bar besar
rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar ukur
kerja tidak langsung. Gaji karyawan pemasaran per orang sebesar Rp 800.000 per bulan, besaran tersebut disesuaikan dengan jam kerja karyawan pemasaran yaitu 3 jam per hari.
Persentase (%) 60,34 22,63 9,25 4,69 3,09 100,00
di atas dapat dijelaskan bahwa biaya overhead pabrik selain biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp 16.573.250 per bulan. Dari jumlah tersebut, biaya listrik merupakan terbesar yaitu Rp 10.000.000 atau terbesar berikutnya adalah bahan bakar gas yaitu Rp 3.750.000 atau 22,63%. Sedangkan sisanya terdiri dari penyusutan alat, perlengkapan dan peralatan masing-masing
berdasarkan Sifatnya Total 25.200.000 38.400.000 48.400.000 52.150.000 53.683.333 53.761.250 54.273.750 54.273.750
di atas dapat dijelaskan bahwa biaya overhead pabrik Socolatte sebesar Rp 54.273.750 per bulan, terdiri dari biaya tetap sebesar
7 di atas dalam menghasilkan produk coklat bar ukuran dapat lihat bahwa harga pokok produksi pada coklat bar besar ukuran besar yaitu Rp
11.281 per kemasan, dijual dengan harga Rp 15.000 per tambah pada coklat bar besar yaitu
Tabel 8. Harga Pokok Produksi Coklat Bar kecil Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP per kemasan Harga Jual per kemasan Nilai Tambah per kemasan
Sumber: Data primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel kecil sebanyak 400 batang dapat
yaitu Rp 1.722.172, rata-rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar 4.305 per kemasan, dijual dengan harga Rp
tambah pada coklat bar besar yaitu
Tabel 9. Harga Pokok Produksi Coklat Aneka Rasa Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP per kemasan Harga Jual per kemasan Nilai Tambah per kemasan
Sumber: Data primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel
sebanyak 100 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat aneka rasa yaitu Rp 2.108.114, rata-rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar
per kemasan, dijual dengan harga Rp coklat bar besar yaitu sebesar Rp
Tabel 10. Harga Pokok Produksi Coklat 3 in 1 besar Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP per kemasan Harga Jual per kemasan Nilai Tambah per kemasan
Sumber: Data primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 10 di atas dalam menghasilkan produk coklat 3 in 1 ukuran besar sebanyak 40 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat 3 in 1 ukuran besar yaitu Rp 1.039.746
besar yaitu Rp 25.994 per kotak,
nilai tambah pada coklat bar besar yaitu
Tabel 11. Harga Pokok Produksi Coklat 3 in 1 kecil Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP per kemasan Harga Jual per kemasan Nilai Tambah per kemasan
Sumber: Data primer (diolah), 2016
, dijual dengan harga Rp 15.000 per kemasan, sehingga diperoleh nilai t bar besar yaitu sebesar Rp 3.719 per kemasan.
Harga Pokok Produksi Coklat Bar kecil Harga Pokok Produksi (HPP) Rp.1.722.172
Rp.4.305 Rp.7.000 Nilai Tambah per kemasan Rp.2.695
(diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 8 di atas dalam menghasilkan produk coklat bar ukuran batang dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat bar
rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar ukuran besar yaitu Rp , dijual dengan harga Rp 7.000 per kemasan, sehingga diperoleh nilai pada coklat bar besar yaitu sebesar Rp 2.695 per kemasan.
Harga Pokok Produksi Coklat Aneka Rasa Harga Pokok Produksi (HPP) Rp.2.108.114
Rp.21.081 Rp.35.000 Nilai Tambah per kemasan Rp.13.919 Sumber: Data primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 9 di atas dalam menghasilkan produk coklat aneka rasa sebanyak 100 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat aneka rasa yaitu
rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar ukuran besar yaitu Rp an harga Rp 35.000 per kotak, sehingga diperoleh nilai tambah sebesar Rp 13.919 per kotak.
Harga Pokok Produksi Coklat 3 in 1 besar Harga Pokok Produksi (HPP) Rp.1.039.746
Rp.25.994 Rp.45.000 Nilai Tambah per kemasan Rp.19.000 Sumber: Data primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 10 di atas dalam menghasilkan produk coklat 3 in 1 ukuran besar sebanyak 40 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat 3 in 1
1.039.746, rata-rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar kotak, dijual dengan harga Rp 45.000 per kotak
pada coklat bar besar yaitu sebesar Rp 19.000 per kotak. . Harga Pokok Produksi Coklat 3 in 1 kecil
Harga Pokok Produksi (HPP) Rp.1.721.991 Rp.21.525 Rp.35.000 Nilai Tambah per kemasan Rp.13.475 Sumber: Data primer (diolah), 2016
, sehingga diperoleh nilai
di atas dalam menghasilkan produk coklat bar ukuran lihat bahwa harga pokok produksi pada coklat bar kecil ukuran besar yaitu Rp , sehingga diperoleh nilai
di atas dalam menghasilkan produk coklat aneka rasa sebanyak 100 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat aneka rasa yaitu ukuran besar yaitu Rp 21.081 , sehingga diperoleh nilai tambah pada
Berdasarkan data pada tabel 10 di atas dalam menghasilkan produk coklat 3 in 1 ukuran besar sebanyak 40 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat 3 in 1 rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar ukuran kotak, sehingga diperoleh
Berdasarkan data pada tabel 11 di atas dalam menghasilkan produk coklat 3 in 1 ukuran kecil sebanyak 80 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat 3 in 1 ukuran besar yaitu Rp 1.721.991, r
Rp 21.525 per kotak, dijual dengan harga Rp tambah pada coklat bar besar yaitu
di atas dapat dijelaskan bahwa, bahan baku produk Socola
perbedaannya hanya terdapat pada komposisi kuantitas bahan. Untuk menghasilkan produk cokelat bar ukuran besar sebanyak 150 batang dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili
0,25; 0,50, 0,05 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 652.500, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 361.250, biaya
biaya overhead pabrik (OHP
Produk coklat bar ukuran kecil sebanyak 400 batang dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing
sebanyak 5; 0,25; 0,50, 0,05 dan 0,50 kg. Biaya bahan l tenaga kerja langsung sebesar Rp 361.250, biaya
486.875 dan biaya OHP tetap sebesar Rp 191.547 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji
dan vanili masing-masing sebanyak 10; 1,00; 2,00, 0,30 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 1.655.833, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 240.833, biaya
OHP variabel sebesar Rp 324.583
Produk coklat 3In1 ukuran besar sebanyak 40 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing
sebanyak 10; 6,00; 0,30, 1,00 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 762.500, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 96.333, biaya
129.833 dan biaya overhead
ukuran kecil sebanyak 80 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 15 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing
0,05 dan 1,00 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 1.167.500, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp192.667, biaya
overhead pabrik OHP tetap sebesar Rp 102.158. Berdasarkan uraian komponen
HPP per produk menurut metode
perusahaan Socolatte dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. HPP per unit Berdasarkan Metode
No Jenis Produk
1 Coklat Bar Besar
- Jumlah HPP - Selisih
2 Coklat Bar Kecil
- Jumlah HPP - Selisih
3 Coklat Aneka Rasa
- Jumlah HPP
Berdasarkan data pada tabel 11 di atas dalam menghasilkan produk coklat 3 in 1 ukuran kecil sebanyak 80 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat 3 in 1 ukuran
, rata-rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar
dijual dengan harga Rp 35.000 per kotak, sehingga diperoleh nilai pada coklat bar besar yaitu sebesar Rp 13.475 per kotak. Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, bahan baku produk Socolatte pada dasarnya relatif sama, perbedaannya hanya terdapat pada komposisi kuantitas bahan. Untuk menghasilkan produk cokelat bar ukuran besar sebanyak 150 batang dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing
0,25; 0,50, 0,05 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 652.500, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 361.250, biaya overhead pabrik (OHP) variabel sebesar Rp 486.875 dan
OHP) tetap sebesar Rp 191.547
Produk coklat bar ukuran kecil sebanyak 400 batang dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing
sebanyak 5; 0,25; 0,50, 0,05 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 682.500, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 361.250, biaya overhead pabrik OHP variabel sebesar Rp 486.875 dan biaya OHP tetap sebesar Rp 191.547. Produk coklat aneka rasa sebanyak 100 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 18 kg, gula, lesitin, susu masing sebanyak 10; 1,00; 2,00, 0,30 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 1.655.833, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 240.833, biaya
OHP variabel sebesar Rp 324.583 dan biaya overhead pabrik OHP tetap sebesar Rp 127.698. Produk coklat 3In1 ukuran besar sebanyak 40 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing
1,00 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 762.500, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 96.333, biaya overhead pabrik OHP variabel sebesar Rp
overhead pabrik OHP tetap sebesar Rp 51.079.
yak 80 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 15 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing-masing sebanyak 8,00; 0,30, 2,00, 0,05 dan 1,00 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 1.167.500, biaya tenaga kerja langsung esar Rp192.667, biaya overhead pabrik OHP variabel sebesar Rp 259.667 dan biaya
OHP tetap sebesar Rp 102.158.
Berdasarkan uraian komponen harga pokok produksi (HPP) produk Socolatte maka HPP per produk menurut metode full costing dan perhitungan HPP per produk menurut
Socolatte dapat dilihat pada tabel berikut:
HPP per unit Berdasarkan Metode Full Costing dan Perushaan Soccolate
Jenis Produk Harga Pokok Produksi (
Full Costing (Rp) Perusahaan (Rp)
11.281
1.277 4.305
479 Coklat Aneka Rasa
21.081
Berdasarkan data pada tabel 11 di atas dalam menghasilkan produk coklat 3 in 1 ukuran kecil sebanyak 80 kotak dapat dilihat bahwa harga pokok produksi pada coklat 3 in 1 ukuran rata harga pokok produksi (HPP) coklat bar ukuran besar yaitu , sehingga diperoleh nilai Berdasarkan data pada tabel tte pada dasarnya relatif sama, perbedaannya hanya terdapat pada komposisi kuantitas bahan. Untuk menghasilkan produk cokelat bar ukuran besar sebanyak 150 batang dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji dan kacang mede masing-masing sebanyak 3, 0,25; 0,50, 0,05 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 652.500, biaya tenaga kerja variabel sebesar Rp 486.875 dan Produk coklat bar ukuran kecil sebanyak 400 batang dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing-masing angsung sebesar Rp 682.500, biaya OHP variabel sebesar Rp Produk coklat aneka rasa sebanyak 100 kakao sebanyak 18 kg, gula, lesitin, susu masing sebanyak 10; 1,00; 2,00, 0,30 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 1.655.833, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 240.833, biaya overhead pabrik OHP tetap sebesar Rp 127.698. Produk coklat 3In1 ukuran besar sebanyak 40 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak 10 kg, gula, lesitin, susu, vanili dan kacang mede masing-masing 1,00 dan 0,50 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 762.500, biaya OHP variabel sebesar Rp OHP tetap sebesar Rp 51.079. Produk coklat 3In1 yak 80 kotak dibutuhkan bahan baku langsung berupa biji kakao sebanyak masing sebanyak 8,00; 0,30, 2,00, 0,05 dan 1,00 kg. Biaya bahan langsung sebesar Rp 1.167.500, biaya tenaga kerja langsung OHP variabel sebesar Rp 259.667 dan biaya produk Socolatte maka dan perhitungan HPP per produk menurut
dan Perushaan Soccolate
Harga Pokok Produksi (HPP) Perusahaan (Rp)
10.004
3.827
- Selisih
4 Coklat 3In1 Besar - Jumlah HPP - Selisih
5 Coklat 3In1 Kecil - Jumlah HPP
- Selisih
Sumber: Data primer (diolah), 2016 Berdasarkan data pada tabel
metode full costing lebih tinggi dibandingkan HPP menurut perusahaan. Pada produk coklat bar besar, coklat aneka rasa dan coklat 3in1 besar terdapat selisih HPP sebesar Rp 1.277, sedangkan pada produk coklat 3in1 kecil sebesar Rp 479. Selisih nilai HPP tersebut terletak pada biaya OHP tetap, dimana pada perhitungan HPP dengan metode
tetap dimasukkan sebagai salah satu komponen HPP. Sedangkan, perhitungan HPP menurut perusahaan, biaya OHP tidak dihitung sebagai komponen HPP.
Perhitungan HPP (Harga Pokok Produksi) menurut Perusahaan Socolatte lebih rendah dibandingkan perhitungan HPP (Harga Pokok Produksi) menurut metode
selisih sebesar Rp 1.277, untuk produk coklat bar besar, coklat aneka rasa, coklat 3in1 besar dan coklat 3in1 kecil, sedangkan selisih HPP untuk coklat bar kecil sebesar Rp 479. Perbedaan nilai HPP (Harga Pokok Produksi) menurut perusahaan dan met
terletak pada komponen biaya OHP ( menghitungnya sebagai komponen HPP.
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu sebaiknya menggunakan perhitungan denga
produksi. Karena metode ini menghitung semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perus
pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan peralatan dan mesin. Karena hal ini merupakan elemen yang penting untuk menghitung biaya
Dinas Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya. 2015. Kabupaten Pidie Jaya
Kuswadi. 2005. Meningkat Akuntansi Biaya. Jakarta:
Hariadi, B. 2002. Akuntansi Manajemen Setyaningsih, S. L. 2011.
Activity Based Costing (ABC) pada Pabrik Roti “Sumber Rejeki” Gunungpati. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Supriyono, R. A. 1999. Akuntansi Biaya
1.277 25.994
1.277 21.525
1.277 Sumber: Data primer (diolah), 2016
Berdasarkan data pada tabel 12 di atas dapat dijelaskan bahwa, HPP per produk dengan lebih tinggi dibandingkan HPP menurut perusahaan. Pada produk coklat bar besar, coklat aneka rasa dan coklat 3in1 besar terdapat selisih HPP sebesar Rp 1.277, sedangkan pada produk coklat 3in1 kecil sebesar Rp 479. Selisih nilai HPP tersebut terletak
a biaya OHP tetap, dimana pada perhitungan HPP dengan metode full costing
tetap dimasukkan sebagai salah satu komponen HPP. Sedangkan, perhitungan HPP menurut perusahaan, biaya OHP tidak dihitung sebagai komponen HPP.
KESIMPULAN DAN SARAN
itungan HPP (Harga Pokok Produksi) menurut Perusahaan Socolatte lebih rendah dibandingkan perhitungan HPP (Harga Pokok Produksi) menurut metode
selisih sebesar Rp 1.277, untuk produk coklat bar besar, coklat aneka rasa, coklat 3in1 besar dan coklat 3in1 kecil, sedangkan selisih HPP untuk coklat bar kecil sebesar Rp 479. Perbedaan nilai HPP (Harga Pokok Produksi) menurut perusahaan dan met
terletak pada komponen biaya OHP (Overhead Pabrik) tetap karena perusahaan tidak menghitungnya sebagai komponen HPP.
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu
menggunakan perhitungan dengan metode full costing dalam menghitung biaya produksi. Karena metode ini menghitung semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan selama ini dan menghitung biaya pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan peralatan dan mesin. Karena hal ini merupakan elemen yang penting untuk menghitung biaya overhead pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya. 2015. Laporan Tahunan Tanaman Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya. Meureudu.
gkatkan Laba Melalui Pendekatan Akunt Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Grame Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Setyaningsih, S. L. 2011. Analisis Pennetuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (ABC) pada Pabrik Roti “Sumber Rejeki” Gunungpati. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE.
24.717
20.248
di atas dapat dijelaskan bahwa, HPP per produk dengan lebih tinggi dibandingkan HPP menurut perusahaan. Pada produk coklat bar besar, coklat aneka rasa dan coklat 3in1 besar terdapat selisih HPP sebesar Rp 1.277, sedangkan pada produk coklat 3in1 kecil sebesar Rp 479. Selisih nilai HPP tersebut terletak full costing biaya OHP tetap dimasukkan sebagai salah satu komponen HPP. Sedangkan, perhitungan HPP menurut
itungan HPP (Harga Pokok Produksi) menurut Perusahaan Socolatte lebih rendah dibandingkan perhitungan HPP (Harga Pokok Produksi) menurut metode full costing dengan selisih sebesar Rp 1.277, untuk produk coklat bar besar, coklat aneka rasa, coklat 3in1 besar dan coklat 3in1 kecil, sedangkan selisih HPP untuk coklat bar kecil sebesar Rp 479. Perbedaan nilai HPP (Harga Pokok Produksi) menurut perusahaan dan metode full costing ) tetap karena perusahaan tidak Perusahaan Soccolate dalam menghitung biaya produksi. Karena metode ini menghitung semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat dibandingkan ahaan selama ini dan menghitung biaya pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan peralatan dan mesin. Karena hal ini merupakan
Tahunan Tanaman Perkebunan kuntansi Keuangan dan
edia.
Analisis Pennetuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (ABC) pada Pabrik Roti “Sumber Rejeki” Gunungpati.