• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITASDISTRIBUSI DAN PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKSI PADIDI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITASDISTRIBUSI DAN PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKSI PADIDI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIVITASDISTRIBUSI DAN PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKSI PADIDI KABUPATEN SUKOHARJO

Nurul Khomsiyatun(1), Joko Sutrisno(2), dan Mei Tri Sundari(3) Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telp. (0271)637457

E-mail: nurulkhomsiyatun@gmail.com, Telp. 085296660085

ABSTRACT:This research aims to determine the effectiveness of the distribution of subsidized fertilizer from the six indicators of success measured distribution of fertilizer (right price, quantity, place, time, type and quality), as well as determine the effect of subsidized fertilizer use on rice production in Sukoharjo Regency. The basic method used in this research is descriptive analytical survey techniques. The study was conducted in Sukoharjo Regency because it has the highest level of productivity of rice in Central Java. The data used in this research are primary data and secondary data. The analysis methods used in this research were (1) Descriptive analysis, (2) Two different test mean, (3) Scoring, and (4) Analysis of Cobb-Douglas production function. The results showed that the effectiveness of the distribution of subsidized fertilizer in Sukoharjo Regency based on six success indicators has not been effective. This is because the right indicator of the quantity, right place, right time and right quality have not met even though included in “Good” criteria. While the right indicator of price and the right types has been fulfilled.Subsidized fertilizer which is used together with other factors of production such as land, seed, labor and pesticides have real impact on rice production in Sukoharjo Regency.

Keywords: Effectiveness, Distribution, Subsidized Fertilizer, Production Factors, Rice

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas distribusi pupuk bersubsidi diukur dari enam indikator keberhasilan distribusi pupuk (tepat harga, jumlah, tempat, waktu, jenis dan mutu), serta mengetahui pengaruh penggunaan pupuk bersubsidi terhadap produksi padi di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan teknik survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo karena memiliki tingkat produktivitas padi tertinggi di Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode (1) Analisis deskriptif, (2) Uji beda dua mean, (3) Skoring, dan (4) Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan enam indikator keberhasilan masih dinyatakan belum efektif. Hal ini dikarenakan dari segi indikator tepat jumlah, tepat tempat, tepat waktu dan tepat mutu belum terpenuhi meskipun termasuk dalam rata-rata kriteria "Baik". Sedangkan dari indikator tepat harga dan tepat jenis sudah terpenuhi. Penggunaan pupuk bersubsidi bersama-sama dengan faktor produksi lain seperti luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi padi di Kabupaten Sukoharjo.

Kata Kunci: Efektivitas, Distribusi, Pupuk Bersubsidi, Faktor Produksi, Padi Keterangan: (1)Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS

(2)Dosen Pembimbing Utama (3)Dosen Pembimbing Pendamping

(2)

PENDAHULUAN

Sektor pertanian mempunyai posisi strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada tahun 2013, sektor pertanian berkontribusi sebesar 14,43% terhadap PDB di Indonesia (Berita Resmi Statistik 2014). Keberadaan sektor pertanian sangat penting karena semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pangan juga semakin bertambah. Menurut Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi 2014, dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan per tahun sekitar 1,49 persen. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menuntut petani untuk meningkatkan produksinya guna memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat.

Sebagai negara yang sarat akan pangan, pupuk sangat dibutuhkan oleh petani padi. Oleh karena itu pemerintah memberikan bantuan pupuk bersubsidi. Pupuk bersubsidi dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (ZA, NPK, Urea, dan SP-36). Menurut Syahyuti (2007), peranan pupuk sangat signifikan dalam peningkatan produksi pangan dan kualitas hasil komoditas pertanian. Ketersedian pupuk hingga tingkat petani harus memenuhi azaz enam tepat yaknitepat harga, jumlah, waktu, jenis, tempat, danmutu. Kebutuhan pupuk setiap lokasi tentunya berbeda-beda. Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pertanian tahun 2013, kebutuhan pupuk

bersubsidi di Jawa Tengah untuk tahun 2014 meliputi pupuk Urea sebanyak 664.400 Ton, NPK sebanyak 325.900 Ton, SP-36 sebanyak 137.500 Ton, ZA sebanyak 149.400 Ton dan Organik 173.500 Ton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2014, Kabupaten Sukoharjo memiliki produktivitas padi sawah tertinggi di Jawa Tengah yakni sebesar 68,85 Kuintal/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo memiliki peluang dalam menyediakan kebutuhan pangan terutama beras di Provinsi Jawa Tengah. Data mengenai Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota dilihat pada Tabel 1.

Kebijakan subsidi pupuk dinilai berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas sektor pertanian dan pendapatan petani, khususnya tanaman pangan (Susila 2010). Petani di Kabupaten Sukoharjo membutuhkan pupuk subsidi tersebut untuk menunjang jumlah produksi padi guna mencukupi kebutuhan pangan. Namun kenyataannya, petani masih mengeluhkan adanya keterlambatan dalam penyaluran pupuk bersubsidi. Distribusi pupuk bersubsidi harus didasarkan pada prinsip enam tepat yaitu tepat harga, jumlah, tempat, waktu, jenis dan mutu. Oleh karena itu, kegiatan distribusi pupuk bersubsidi hendaknya diawasi dan evaluasi agar program pemerintah tersebut dapat berjalan efektif.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ku/Ha)

1. Kab. Sukoharjo 47.783 328.967 68,85 2. Kota Pekalongan 1.872 12.183 65,08 3. Kota Surakarta 196 1.260 64,29 4. Kab. Banjarnegara 25.287 158.582 62,71 5. Kota Salatiga 1.253 7.795 62,21 6. Kab. Demak 95.726 585.580 61,17 7. Kab. Sragen 95.398 577.796 60,57 8. Kab. Brebes 100.259 606.202 60,46 9. Kab. Karanganyar 46.054 276.955 60,14 10. Kab. Purworejo 56.808 338.492 59,59

(3)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiefektivitas distribusi pupuk bersubsidi diukur dari enam indikator keberhasilan distribusi pupuk dan mengetahui pengaruh pupuk bersubsidi terhadap produksi padi di Kabupaten Sukoharjo.

METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Zikmund (2000), tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan karakteristik populasi atau suatu fenomena. Sedangkan deskriptif analitis berarti melakukan pengukuran variabel independen dan dependen, kemudian menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antara variabel. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan teknik survei.

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Kecamatan Sukoharjo, Polokarto dan Bendosari merupakan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan

lokasi ini dilakukan secara

purposive(sengaja). Lokasi ini dipilih

karena memiliki rata-rata jumlah realokasi

kebutuhan pupuk bersubsidi tertinggi pada tahun 2014 (Tabel 2).

Metode Penentuan Responden

Metode yang dilakukan dalam penentuan responden adalah dengan purposive

sampling. Responden yang diambil

merupakan salah satu pengurus Gapoktan di masing-masing Kelurahan pada 3 Kecamatan terpilih. Jumlah responden di Kecamatan Sukoharjo sebanyak 14 responden, Bendosari 14 responden dan Polokarto 17 responden. Sehingga total seluruhnya adalah 45 responden.

Sumber dan Jenis Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada petani responden, pengecer, serta pihak terkait yang mengetahui tentang distribusi pupuk bersubsidi di daerah lokasi penelitian.Data sekunder diperoleh dari datatang sudah tersedia seperti data RDKK, pengurus Gapoktan, kondisi umum daerah, serta data lain terkait penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara, dan kuisioner.

Tabel 2. Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Menurut Kecamatan Tahun 2014 (Ton)

No Kecamatan Jenis Pupuk

Urea SP-36 ZA NPK Organik 1 Sukoharjo 1.280,70 508,00 680,50 1.489,25 617,00 2 Polokarto 1.245,40 461,50 670,25 1.535,75 507,75 3 Bendosari 1.124,50 492,50 655,25 1.526,25 540,40 4 Mojolaban 1.089,85 372,75 602,75 1.381,45 414,25 5 Nguter 1.004,25 304,50 445,25 1.189,65 395,00 6 Weru 898,25 263,75 466,00 1.106,00 311,75 7 Tawangsari 896,90 338,50 556,00 1.295,25 462,75 8 Gatak 703,50 184,50 323,50 637,25 235,90 9 Baki 697,35 237,25 328,25 663,75 286,75 10 Bulu 535,45 123,75 189,25 567,00 146,25 11 Grogol 502,20 183,25 256,25 525,75 265,50 12 Kartasura 316,65 91,75 160,75 278,15 123,70 Jumlah 10.295,00 3.562,00 5.334,00 12.196,00 4.307,00 Sumber: Lampiran Peraturan Bupati Sukoharjo Tahun 2014

(4)

Metode Analisis Data

Efektivitas Distribusi Pupuk Bersubsidi diukur dari enam indikator yaitu tepat harga, jumlah, tempat waktu, jenis dan mutu.Pengukuran tepat harga dilakukan dengan cara membandingkan harga ketetapan pemerintah (HET) dengan harga di kalangan petani. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata harga pupuk di tingkat petani dengan yang disarankan pemerintah, maka diperlukan uji beda dua

mean.

Pengukuran indikator tepat jumlah dilakukandengan cara membandingkan antara jumlah penggunaan pupuk anjuran pemerintah dengan yang digunakan oleh petani. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah pupuk yang digunakan oleh petani dengan yang disarankan pemerintah, maka diperlukan uji statistik melalui uji beda dua mean.

Indikator tepat tempat, waktu, jenis dan mutu diukur denganskoring. Indikator tepat tempat dilihat dari tempat pembelian pupuk bersubsidi. Berdasarkan ketentuan, pembelian pupuk bersubsidi harus kepada pengecer resmi sesuai yang tercantum dalam RDKK. Sehingga pemberian skor tertinggi sesuai dengan ketentuan adalah 5. Indikator tepat waktu diukur berdasarkan ketentuan waktu minimal ketersediaan pupuk di tingkat pengecer resmi. Berdasarkan ketentuan, pupuk bersubsidi harus tersedia minimal untuk kebutuhan satu minggu ke depan, artinya minimal satu minggu sebelum musim tanam pupuk harus tersedia di tingkat pengecer resmi. Sehingga jawaban responden yang paling sesuai diberi skor 5.

Indikator tepat jenis diukur berdasarkan ketentuan jenis pupuk yang disubsidi pemerintah, yaitu ada 5 jenis. Sehingga jawaban responden yang paling sesuai diberi skor 5. Pengukuran indikator tepat mutu didasarkan pada indikator mutu yang disarankan oleh Komisi Pengawas Pupukdan Pestisida (KP3) dan Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo. Indikatornya dilihat dari label, harga, beratdan warna pupuk bersubsidi. Apabila

keseluruhan indikator mutu sesuai maka diberi skor 5.

Menurut Andina (2013),dalam pengambilan kesimpulan pada setiap variabel digunakan rata-rata dari setiap indikator. Rumus rataan skor adalah: RS = ... (1) Keterangan:

RS : Rataan Skor

n : Jumlah responden yang memilih skor tertentu

S : Bobot skor

N : Jumlah total responden

Selanjutnya adalah memberi penilaian terhadap masing-masing kriteria yang dinilai dalam kuisioner, sehingga akan diperoleh kesimpulan. Rentang skala/kriteria menggunakan rumus:

RK = ... (2) Keterangan:

RK: Rentang Kriteria

m : Angka tertinggi dalam pengukuran (5) n : Angka terrendah pada pengukuran (1) b : Kelas yang dibentuk (5 kelas)

Berdasarkan rumus tersebut maka diketahui besarnya rentang kriteria yaitu sebesar 0,8. Indikator keberhasilan distribusi pupuk bersubsidi berdasarkan pendapat petani di Kabupaten Sukoharjo dengan rata-rata hasil skoring adalah (1) Rata-rata skor antara 1,00 -1,80 (sangat buruk); (2) Rata-rata skor antara 1,81 -2,60 (buruk); (3) Ratarata skor antara 2,61 -3,40 (cukup); (4) Rata-rata skor antara 3,41 -4,20 (baik); dan (5) Rata-rata skor antara 4,21 -5,00 (sangat baik).

Pengaruh penggunaan pupuk bersubsidi terhadap produksi padi dianalisis menggunakan fungsi produksi

Cobb-Douglas. Variabel pupuk bersubsidi

(Urea, NPK, ZA, SP-36, Organik), luas lahan, benih, pestisida, dan tenaga kerja merupakan faktor produksi padi di

Kabupaten Sukoharjo. Bentuk

persamaannya:

Ln Y = Ln a + b1Ln X1+ b2 Ln X2 +

b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 +

b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + b8 Ln X8 +

(5)

Dimana Ln Y adalah Jumlah produksi padi; Ln a : Konstanta; b1-b9 : Koefisien

Regresi; Ln X1: Luas lahan; Ln X2 : Benih;

Ln X3 : Pestisida; Ln X4 : Tenaga Kerja;

Ln X5 : Jumlah pupuk urea; Ln X6 :

Jumlah pupuk ZA; Ln X7 : Jumlah pupuk

NPK; Ln X8 : Jumlah pupuk SP-36; Ln X9:

Jumlah pupuk Organik; Setelah itu dilakukan pengujian statistik dengan Uji F dan Uji t, serta pengujian asumsi klasik yang meliputi Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Multikolinearitas, dan Heterokedastisitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani. Dalam hal ini khususnya berkaitan dengan penggunaan pupuk bersubsidi dan usaha tani padi di Kabupaten Sukoharjo. Dari 45 petani responden yang diwawancara, rata-rata umur petani padi adalah 54 tahun, artinya masih termasuk dalam usia produktif sehingga dinilai masih mampu dalam melakukan usaha tani. Rata-rata pendidikan petani responden adalah 10 tahun, artinya mereka dinilai telah mampu menyerap informasi dan inovasi serta memiliki kemampuan dalam menangggapi dan memecahkan masalah. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani responden adalah 0,64 Hektar sehingga dinyatakan layak menerima bantuan pupuk bersubsidikarena petani yang berhak adalah petani yang memiliki lahan kurang dari 2 Ha.

Efektivitas Distribusi Pupuk Bersubsidi

Hasil analisis indikator tepat harga dapat dilihat dari tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa perbedaan harga terjadi pada jenis pupuk kimia. Sedangkan pada Pupuk Organik tidak ada perbedaan harga karena pada dasarnya merupakan program dari pemerintah untuk menggalakkan pertanian organik. Namun perbedaan harga tersebut telah disepakati oleh petani, pengecer dan distributor untuk biaya pengangkutan maupun untuk mengisi kas kelompok. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pupuk pupuk Urea, NPK, ZA, dan SP-36 yang ditetapkan dengan yang ada di tingkat petani. Sedangkan pupuk Organik tidak memiliki perbedaan harga yang signifikan.

Indikator tepat jumlah dilihat dari perbandingan anjuran pemerintah dengan yang digunakan petani. Menurut peraturan pemerintah, anjuran pemupukan yang utama untuk tanaman padi adalah Urea 200 kg/ha, NPK 300 kg/ha, organik 500 Kg/ha, ZA 100 kg/ha dan SP-36 100 kg/ha (Badan Litbang Pertanian 2014). Tabel 4 menunjukkan perbedaan antara jumlah pupuk yang dianjurkan pemerintah dengan yang digunakan oleh petani. Berdasarkan hasil uji beda, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara ketentuan dosis/jumlah pupuk pupuk Urea, ZA dan SP-36 yang ditetapkan pemerintah dengan yang digunakan oleh petani. Sedangkan pada pupuk NPK dan Organik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Tabel 3. Perbedaan Harga Pupuk Bersubsidi antara HET dengan Rata-rata Harga di Kalangan Petani Responden

No Jenis Pupuk HET (Rp/Kg) Rata-rata Harga Petani (Rp/Kg)

1 Urea 1.800 1.922

2 NPK (Phonska) 2.300 2.370

3 ZA 1.400 1.588

4 SP-36 2.000 2.097

5 Organik 500 500

(6)

Tabel 4. Perbedaan Jumlah Pupuk Bersubsidi antara Ketentuan dengan Rata-rata Jumlah yang Digunakan Petani Responden

No Jenis Pupuk Ketentuan (Kg/Ha) Jumlah Aktual (Kg/Ha)

1 Urea 200 333,7

2 NPK (Phonska) 300 352,1

3 ZA 100 144,7

4 SP-36 100 154,3

5 Organik 500 646,4

Sumber: Analisis Data Primer

Indikator tepat tempat dilihat dari tempat penebusan pupuk bersubsidi. Sesuai dengan ketentuan, pembelian Pupuk Bersubsidi harus sesuai dengan Pengecer resmi yang telah ditunjuk atau yang tercantum dalam RDKK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35petani responden mengambil pupuk subsidi di Pengecer sesuai yang tercantum dalam RDKK. Tabel 5menunjukkan bahwa rentang kriteria atau rata-rata nilai jawaban responden adalah sebesar 4,73 dan termasuk dalam kriteria sangat baik.

Indikator tepat waktu dilihat dari waktu ketersediaan pupuk bersubsidi di tingkat pengecer. Sesuai ketentuan, ketersediaan pupuk bersubsidi di tingkat Pengecer minimal satu minggu sebelum musim tanam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 23 petani responden mengungkapkan bahwa ketersediaan

pupuk bersubsidi di tingkat Pengecer adalah pada saat musim tanam dimulai. Tabel 6 menunjukkan rata-rata nilai jawaban responden adalah sebesar 3,58 sehingga termasuk dalam kriteria baik.

Tepat jenis menunjukkan jumlah dan macam Pupuk Bersubsidi yang disalurkan kepada petani. Berdasarkan ketentuan, pupuk yang disubsidi ada lima jenis, yaitu Urea, NPK, ZA, SP-36 dan Organik.Hasil penelitian menunjukkan jenis Pupuk Bersubsidi yang ada di tingkat pengecer berjumlah 5 (lima) jenis yaitu Urea, NPK (Phonska), SP-36, ZA dan Organik (Petroganik). Berdasarkan data tabel 7 diketahui bahwa ketersediaan Pupuk Bersubsidi berdasar jenis memiliki nilai rata-rata 5, yakni sangat baik. Seluruh

responden menyebutkan bahwa

ketersediaan pupuk berdasar jenis sudah mencukupi sesuai ketentuan pemerintah. Tabel 5.Rentang Kriteria Jawaban Responden berdasarkan Indikator Tepat Tempat

No Jawaban Responden Skor Jumlah Rentang Skor

1 Pengecer resmi luar Kabupaten 1 0 0,00

2 Pengecer resmi luar Kecamatan 2 0 0,00

3 Pengecer resmi sesuai Kecamatan 3 2 0,13

4 Pengecer resmi sesuai Kalurahan 4 8 0,71

5 Pengecer resmi sesuai RDKK 5 35 3,89

Jumlah 45 RK: 4,73

Keterangan: RK: Rentang Kriteria Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 6. Rentang Kriteria Jawaban Responden berdasarkan Indikator Tepat Waktu

No Jawaban Responden Skor Jumlah Rentang Skor

1 > 1 minggu setelah musim tanam 1 0 0,00

2 1 minggu setelah musim tanam 2 2 0,09

3 Saat musim tanam dimulai 3 23 1,53

4 < 1 minggu sebelum musim tanam 4 12 1,07

5 > 1 minggu sebelum musim tanam 5 8 0,89

Jumlah 45 RK: 3,58

Keterangan: RK: Rentang Kriteria Sumber: Analisis Data Primer

(7)

Tabel 7. Rentang Kriteria Jawaban Responden berdasarkan Indikator Tepat Jenis

No Jawaban Responden Skor Jumlah Rataan Skor

1 1 jenis pupuk 1 0 0 2 2 jenis pupuk 2 0 0 3 3 jenis pupuk 3 0 0 4 4 jenis pupuk 4 0 0 5 5 jenis pupuk 5 45 5 Jumlah 45 5

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 8. Rentang Kriteria Jawaban berdasarkan Indikator Tepat Mutu

No Jawaban Responden Skor Jumlah Rataan Skor

1 Indikator mutu tidak sesuai 1 0 0

2 Label sesuai 2 0 0

3 Label, berat sesuai 3 0 0

4 Label, berat, warna sesuai 4 45 4

5 Label, harga, berat, warna sesuai 5 0 0

Jumlah 45 4

Sumber: Analisis Data Primer

Mutu merupakan salah satu indikator yang menyatakan kualitas pupuk yang diberikan kepada petani. Sesuai dengan ketentuan dan informasi dari Dinas Pertanian serta Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida, indikator tepat mutu dapat dilihat dari label kemasan, berat, warna dan harga.Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh responden mengakui bahwa indikator mutu meliputi label, berat, dan warna pupuk bersubsidi sesuai dengan ketentuan pemerintah. Hanya indikator harga yang tidak sesuai, baik hanya untuk satu jenis pupuk maupun secara

keseluruhan. Efektivitas distribusi pupuk bersubsidi berdasarkan indikator mutu memiliki rentang kriteria 4 yaitu baik.

Pengaruh Pupuk Bersubsidi terhadap Produksi Padi

Produksi padi dipengaruhi oleh pemberian berbagai input produksi, salah satunya adalah pupuk. Selain pupuk, input produksi lain yang tidak kalah penting adalah luas lahan, jumlah benih, pestisida, dan tenaga kerja. Hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi

No Variabel Koefisien Sig.

1 Constant 3,378 0,007 2 Luas Lahan (X1) 0,339 0,013* 3 Benih (X2) 0,185 0,295 ns 4 Pestisida (X3) 0,102 0,137 ns 5 Tenaga Kerja (X4) 0,338 0,256 ns 6 Urea (X5) 0,335 0,032* 7 NPK (X6) 0,053 0,744 ns 8 SP-36 (X7) -0,430 0,052 ns 9 ZA (X8) 0,200 0,344 ns 10 Organik (X9) 0,440 0,004* 11 R-Squared 0,938 - 12 Adj R-Squared 0,880 - 13 F-statistic 28,606 0,000

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan: * : Signifikan pada α = 0,05

ns

(8)

Model regresi linier berganda pada α = 5% menghasilkan persamaan: Ln Y = 3,378+0,339LnX1 +0,185LnX2+ 0,102LnX3 + 0,338LnX4 + 0,335LnX5 + 0,053LnX6 - 0,430LnX7 + 0,200LnX8 + 0,440LnX9 ... (4)

Pengujian statistik dilakukan melalui uji F dan uji t. Berdasarkan nilai

F-statistic, diketahui nilai signifikansinya

adalah 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05). Artinya variabel independen dalam model seperti luas lahan, benih, pestisida, tenaga kerja, pupuk Urea, NPK, ZA, SP-36 dan Organik secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu produksi padi.

Uji t dilihat dari nilai variabel ndividu yang signifikan. Variabel Luas Lahan (X1) memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,013<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Variabel Pupuk Urea (X5) memiliki nilai signifikansi 0,032 yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penggunaan pupuk Urea secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Variabel Pupuk Organik (X9) mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi (0,004<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penggunaan Pupuk Organik secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 0,938 yang artinya sebanyak 93,8% keragaman produksi padi (variabel dependen) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya yaitu luas lahan, benih, pestisida, tenaga kerja, pupuk Urea, NPK, SP-36, ZA dan Organik.

Selain uji statistik, dilakukan pula pengujian asumsi klasik. Pertama, Uji Normalitas.Menurut Ghozali (2001), model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mengetahui

adalah dengan cara melihat sebaran data (titik) pada sumbu diagonal yang terdapat pada grafik normal P-Plot. Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.Pada grafik histogram, puncak data terletak pada titik 0 (nol) yang menunjukkan pola distribusi normal. Pada P-Plot, titiknya mengikuti garis diagonal. Artinya, sebaran data normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan periode (waktu) sebelumnya. Model regresi yang baik

seharusnya tidak menunjukkan

autokorelasi. Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat melalui nilai DW (Durbin-Watson). Apabila nilai DW berada pada 1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi.Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa nilai DW adalah 1,670. Artinya, tidak terjadi autokorelasi.

Multikolinearitas adalah terjadinya korelasi antar variabel bebas yang digunakan dalam model persamaan regresi. Multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan nilai Pearson Correlation (PC) dan VIF. Apabila nilai PC tidak ada yang > 0,8 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. Apabila nilai VIF < 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ada nilai PC yang lebih dari 0,8 dan nilai VIF kurang dari 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang digunakan ditemukan adanya ketidaksamaan varian dan residual antara pengamatan satu dengan yang lainnya. Uji heteroskedastisitas dapat menggunakan teknik uji koefisien korelasi Spearman's

rho, yaitu mengkorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05.

(9)

Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas (Priyatno, 2009). Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa semua nilai korelasi antara variabel independen dengan

Unstandarized Residual memiliki nilai

signifikansi lebih dari 0,05, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.

SIMPULAN

Efektivitas distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan enam indikator keberhasilan masih belum efektif. Hal ini dikarenakan dari segi indikator tepat jumlah, tepat tempat, tepat waktu dan tepat mutu belum memenuhi meskipun termasuk dalam rata-rata kriteria baik. Sedangkan dari indikator tepat harga dan tepat jenis sudah terpenuhi karena harga yang ada sudah merupakan kesepakatan.Penggunaan pupuk bersubsidi (Urea, NPK, ZA, SP-36 dan Organik) secara bersama-sama dengan faktor produksi lain seperti luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida memiliki pengaruh nyata terhadap produksi padi di Kabupaten Sukoharjo.

Pengawasan perlu ditingkatkan baik

dalam pembuatan RDKK maupun

pendistribusian pupuk bersubsidi. Pengawasan dalam pembuatan RDKK perlu diadakan agar dalam penyusunan juga sesuai dengan anjuran dosis pemupukan dari Pemerintah. Pengawasan terhadap pendistribusian hendaknya dilakukan baik dari Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida, Dinas Pertanian, maupun petani. Pengembangan pertanian organik perlu dilakukan mengingat input produksi pupuk Organik berpengaruh nyata terhadap hasil produksi padi di Kabupaten Sukoharjo. Pemerintah Daerah, Dinas Pertanian, Penyuluh Pertanian dan petan bekerjasama untuk menerapkan program pertanian organik yang dapat dimulai dari pemupukan Organik.

DAFTAR PUSTAKA

Andina, D Dwi 2013. Efektivitas Program

Raskin di Kabupaten Magelang.

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Badan Litbang Pertanian 2014. Metode

Pemupukan Padi Sawah.

sumbar.litbang.pertanian.go.id.Diak

ses tanggal 1 Februari 2015.

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2014. Jawa Tengah dalam Angka 2014. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah dan Padi Ladang menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2013.

Berita Resmi Statistik 2014 No. 16/02/Th.XVII, 5 Februari Tahun 2014. Badan Pusat Statistik.

Ghozali, Imam 2001. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS.

Universitas Diponegoro. Semarang. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi

2014. Edisi 45. Februari 2014. Badan Pusat Statistik.

Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia. Nomor :

122/Permentan/SR.130/11/2013. Tanggal: 26 November 2013 Tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014.

Priyatno, Duwi 2009.5 Jam BelajarOlah

Data dengan SPSS 17.PenerbitAndi.

Yogyakarta.

Susila, Wayan R 2010. Kebijakan Subsidi Pupuk: Ditinjau Kembali. J Litbang

Pertanian 29 (2): 43-49.

Syahyuti 2007. Kebijakan Pengembangan

Gabungan Kelompok Tani Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan.

Pusat Penelitian Sosek. Bogor. Zikmund, William G 2000. Business

Research Methods. Oklahoma State

University. The Dryden Press. Harcourt College Publishers.

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Jawa Tengah menurut  Kabupaten/Kota Tahun 2013
Tabel 2. Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo  Menurut Kecamatan Tahun 2014 (Ton)
Tabel 3. Perbedaan Harga Pupuk Bersubsidi antara HET dengan Rata-rata Harga di Kalangan  Petani Responden
Tabel 4. Perbedaan Jumlah Pupuk Bersubsidi antara Ketentuan dengan Rata-rata Jumlah  yang Digunakan Petani Responden
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar asam urat darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh ≥23

Tabel 5 Uji Anava Daya Serap Warna Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil uji anava pada daya serap warna memiliki hasil F hitung 11,617 dan memiliki nilai

Pembahasan secara detail tentang perancangan Virtual Plant baik hardware maupun software seperti perancangan regulator ( power supply , serta pembuatan program baik

pada Desa di Kecamatan Tambusai Utara. Hal ini disebabkan karena sumber pendapatan Asli Desa pada setiap desa tidaklah sama. Seperti terlihat pada tabel diatas untuk

etimologis dan terminologis tersebut di atas dapat diambil satu pengertian bahwa yang dimaksud dengan hak waris di sini yaitu suatu ketentuan bagian waris yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis penyuntikan hormon GnRH-a 0,5 mL/kg pada induk ikan baung saat proses pemijahan buatan menghasilkan derajat penetasan yang lebih

a) Peringkat pertama dirangka dengan tujuan ingin mencapai objektif pertama iaitu mengenal pasti indikator penting pengukuran prestasi ruang. Peringkat ini terdiri daripada

Siswa juga belajar tentang berbagai kompetensi social emotional dengan berbagai cara pada tiap-tiap tahap pembelajaran terutama berkaitan dengan kemampuan siswa