Final Report
Data Dasar Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat Desa
di 5 Desa Pilot Project BIOCLIME
(
In Depth Study Result on Social and Economic in Pilot Villages
)
Mohammad Sidiq, Robby D. Febriana dan Berthold Haasler
Kontributor: Tim Ahli Universitas Sriwijaya
Kata Pengantar
Laporan ini disusun sebagai dokumen verifikasi untuk Tujuan Spesifik/Output-5 (Working Package 5): “Sumber-sumber pendapatan alternatif untuk masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar kawasan-kawasan yang dilindungi teridentifikasi dan dikembangkan”, dan sebagai laporan capaian Kegiatan Utama 5.1: “Pengidentifikasian usaha-usaha yang menghasilkan pendapatan untuk masyarakat”, Sub–Kegiatan 5.1.2 “Studi Mendalam tentang Sosial dan Ekonomi di Desa Pilot Proyek”.
Dokumen Laporan Data Dasar Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat Desa di 5 Desa Pilot Proyek Bioclime ini merupakan salah satu hasil studi pustaka oleh Bioclime. Studi ini menggunakan data dan informasi dari beberapa kegiatan penilaian dan survey yang dilakukan wilayah kerja proyek Bioclime di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan penilaian kerentanan sosial ekonomi dan survey baseline dilakukan di 20 sampel desa di wilayah proyek Bioclime; laporan hasil pelatihan tentang Pengembangan dan Analisis Pasar (Market Analysis and Development) untuk desa-desa di sekitar hutan dan kawasan konservasi, dan laporan hasil survey Penilaian Sumber Penghidupan Masyarakat dan Penyaringan Produk (Community Livelihood Appraisal and Product Scaning) di 5 desa prioritas proyek Bioclime.
Buku laporan ini berisi data dasar dan kajian tentang kondisi demografi dan sosial-ekonomi penduduk yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya hutan, khususnya di 5 (lima) desa pilot proyek Bioclime, yakni Desa Muara Sungsang Kec. Banyuasin II, Kab. Banyuasin; Desa Pangkalan Bulian, Kec. Batanghari Leko Kab. Musi Banyuasin; Desa Kepayang, Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin; Desa Karang Panggung, Kec. Selangit Kab. Musi Rawas; dan Desa Napal Licin, Kec. Ulu Rawas Kab. Musi Rawas Utara.. Hasil kajian ini merupakan bahan yang dapat dipakai oleh tim ahli proyek dalam merancang, melaksanakan dan memantau program Community Based Forest Management (CBFM) dan Agroforestry. Di samping itu, data dasar ini juga dapat digunakan oleh mitra-mitra proyek (key stakeholders) sebagai bahan pembelajaran dalam pemanfaatan sumber daya hutan, khususnya Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Pendapat, pandangan dan rekomendasi yang disampaikan pada laporan ini adalah pendapat, pandangan dan rekomendasi dari penulis dan tidak mencerminkan pendapat resmi dari BMUB dan/atau GIZ.
Palembang, Juni 2016 Tim Penyusun
Singkatan/Akronim
BIOCLIME Biodiversity and Climate Change Project
Proyek Biodiversitas dan Perubahan Iklim
CBFM Community Based Forest Management
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
CLAPS Penilaian Sumber Penghidupan Masyarakat dan Penyaringan Produk
FAO Food and Agriculture Organization
Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pangan dan Pertanian
HHBK Non-Timber Forest Products
Hasil Hutan Bukan Kayu
KK Househould
Kepala Keluarga
KPHL Protection Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
KPHP Production Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
KTH Forest Farmer Group
Kelompok Tani Hutan
MA&D Market Analysis and Development
Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Singkatan/Akronim ... ii
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... iv
1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 1
2 METODOLOGI ... 2
2.1. Kerangka Pendekatan ... 2
2.2. Lokasi Pilot Project ... 2
2.3. Pengumpulan Data ... 3
3 PEMILIHAN DESA PILOT PROJECT ... 4
4 PROFIL 5 DESA PILOT PROJECT ... 6
4.1. Kondisi Geografis ... 6
4.2. Kondisi Sumber Daya Alam ... 7
4.3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ... 8
4.4. Sarana dan Prasarana ... 12
4.5. Kelembagaan Sosial Ekonomi ... 12
4.6. Kependudukan ... 13
4.6.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk ... 13
4.6.2. Kualitas Sumberdaya Manusia ... 15
4.6.3. Mata Pencaharian ... 16
4.6.4. Kesejahteraan Penduduk ... 16
5 MODAL PENGHIDUPAN DESA... 18
6 FAKTOR KERENTANAN DESA ... 23
Daftar Tabel
Tabel 1 Tingkat kedekatan dan ancaman desa ke kawasan biodiversitas penting ... 4
Tabel 2 Rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan di tiap desa ... 5
Tabel 3 Profil Desa di 5 Desa Pilot Proyek Bioclime ... 6
Tabel 4 Batas-batas Desa ... 6
Tabel 5 Waktu Tempuh dan Jarak dari Ibukota Kabupaten Terdekat ... 6
Tabel 6 Bentuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lahan ... 7
Tabel 7 Sumber Penghidupan Masyarakat Desa... 7
Tabel 19 Sumberdaya HHBK prioritas di tiap desa pilot project ... 9
Tabel 22 Produk HHBK yang menjanjikan untuk dijual di tiap desa pilot project ... 9
Tabel 8 Fasilitas Publik di Desa ( = miliki public) ... 12
Tabel 9 Fasilitas Pendidikan di Desa ... 12
Tabel 10 Fasilitas Kesehatan di Desa ... 12
Tabel 11 Kelembagaan Sosial–Ekonomi Desa ( = miliki public dan = milik pribadi) ... 12
Tabel 12 Kegiatan Layanan Umum Lainnya yang ada di Desa ... 13
Tabel 13 Jumlah Penduduk di 5 Desa Pilot Proyek ... 13
Tabel 14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 14
Tabel 15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kesukuan ... 14
Tabel 16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 15
Tabel 17 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 16
Tabel 18 Jumlah Rumah Tangga Penerima Subsidi Pemerintah ... 16
Tabel 21 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Napalicin ... 18
Tabel 22 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Karang Panggung ... 19
Tabel 23 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Pangkalan Bulian ... 20
Tabel 24 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Kepayang ... 21
Tabel 25 Faktor Kerentanan di 5 Desa Pilot Project BIOCLIME ... 23
Tabel 26 Sumber permodalan usaha Kelompok Tani di desa-desa pilot BIOCLIME ... 24
Tabel 27 Pengalaman masyarakat desa mengajukan kredit ke Bank ... 24
Tabel 28 Sebaran dan variasi pinjaman modal yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha oleh Kelompok Tani ... 25
1 PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangData dasar sosial dan ekonomi masyarakat desa, khususnya untuk 5 desa pilot project BIOCLIME diperlukan oleh project untuk mendapatkan data dan informasi lebih spesifik (in-depth) tentang desa dan kondisi masyarakatnya: jumlah penduduk dan jumlah keluarga, etnis, kegiatan-kegiatan masyarakat saat ini, dan sebagainya.
Project BIOCLIME menyadari bahwa perkembangan kehidupan masyarakat di desa begitu cepat berubah, oleh karenanya diperlukan pemahaman awal sebagai data dasar untuk memahami situasi desa-desa yang menjadi pilot project, yang selanjutnya akan dimasukkan dalam proses pemberdayaan melalui program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (CBFM) dan Agroforestri.
Di Sumatera Selatan, fokus kegiatan CBFM dan Agroforestri tersebut dilakukan di 5 desa pilot project, yakni di Desa Muara Sungsang (KPHL Banyuasin), Desa Pangkalan Bulian (KPHP Meranti), Desa Kepayang (KPHP Lalan), Desa Karang Panggung (KPHP Lakitan), dan Desa Napal Licin (KPHP Rawas). Kegiatannya difokuskan pada pembangunan unit-unit Kewirausahaan Masyarakat Berbasis HHBK, termasuk kegiatan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, yakni meliputi pembangunan unit-unit usaha untuk komoditas yang paling menjanjikan di tiap desa.
Berdasarkan hal tersebut maka data dasar sosial ekonomi masyarakat desa, khususnya di 5 desa pilot project tersebut diperlukan untuk menjadi bahan perbandingan dengan situasi setelah adanya intervensi project BIOCLIME melalui program CBFM dan Agroforestri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. 1.2. Tujuan
Tujuan umum dari studi ini adalah untuk mengumpulkan dan menganalisa data dasar mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya lahan dan hutan. Adapun tujuan khusus dari studi ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan kondisi geografis dan sosial ekonomi desa-desa pilot proyek Bioclime.
2. Mendeskripsikan kondisi sumber daya manusia dan memotret tingkat kesejahteraan masyarakat di desa-desa pilot proyek Bioclime.
3. Menggambarkan potensi sumber daya hutan, khusus Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan ekosistemnya, termasuk di dalamnya potensi jasa lingkungan.
2 METODOLOGI
2.1. Kerangka PendekatanUntuk kajian data sosial ekonomi ini menggunakan kerangka pendekatan penghidupan lestari/SLA (Sustainable Livelihood Appraisal), yang digali melalui data survey lapangan dan data sekunder, meliputi data kependudukan dan deksripsi kerentanan dari masing-masing desa.
Pada konteks analisis, kerangka SLA ini digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang membatasi atau meningkatkan penghidupan dan menunjukkan bagaimana hubungan satu sama lain. Pada pendekatan ini, setidaknya data dasar yang wajib dikumpulkan untuk dikaji adalah data tentang aset-aset penghidupan antara lain aset manusia (SDM), aset sumberdaya alam (SDA), aset finansial, aset fisik, dan aset sosial. Berdasarkan hal tersebut penilaian terhadap penghidupan masyarakat desa, khususnya di 5 desa pilot project dapat ditinjau dari keragaman aset yang dimiliki, jumlah asetnya, dan keseimbangan aset-aset tersebut dalam konteks kehidupan masyarakat desa.
Kerangka analisis berikutnya adalah aspek kerentanan. Pada konteks kajian sosial ekonomi masyarakat desa, kerentanan didefinisikan sebagai KETIDAKMAMPAUN individu/Rumah Tangga (RT)/Kelompok Masyarakat/Tani Hutan (KTH) dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternal yang berdampak pada penghidupannya. Melalui konsep kerentanan ini, data yang digali diarahkan pada kebutuhan untuk memahami aspek-aspek risiko baik yang bersifat eksternal maupun risiko internal. Risiko eksternal antara lain guncangan dan tekanan; risiko internal antara lain kondisi dimana adanya kekuarngan kemampuan dan sarana untuk mengatasi bencana. Dalam kajian sosial ekonomi masyarakat desa, pemahaman tentang kerentanan masyarakat akan terkait dengan penilaian terhadap tingkat kemakmuran /kemiskinan masyarakat desa.
Secara keseluruhan, formulasi strategi penghidupan adalah kombinasi dari aset yang bisa diakses dengan memperhitungkan konteks kerentanan, dikaitkan dengan konteks kebijakan atau peraturan kelembagaan dan proses-proses yang sedang berlaku. Dengan demikian masyarakat dikatakan miskin ditinjau berdasarkan hal-hal berikut: (1) berdasarkan erentanan atau or ketidakseimbangan aset; (2) etidakmampuan bertahan terhadap Guncangan, Trens dan perubahan; (3) idak didukung oleh Kebijakan, institusi dan proses untuk menggunakan aset yang tersedia; dan (4) ombinasi pilihan Penghidupan yang buruk atau strategi yang tidak berkelanjutan.
2.2. Lokasi Pilot Project
Lokasi pilot project di fokuskan di 5 desa yang meliputi 4 wilayah kabupaten dan 5 wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Desa Napalicin Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten Muratara yang terletak di sekitar zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan berdekatan dengan KPH Rawas; Desa Karang Kecamatan Selangit Kabupaten Musi Rawas yang berada di sekitar zona penyangga TNKS dan berdekatan dengan KPH Lakitan Bukit Cogong; Desa Pangkalan Bulian Kecamatan Batanghari Leko Kabupaten Musi Banyuasin yang berada di dalam wilayah KPH Meranti dan berdekatan dengan Kawasan Konservasi Dangku Bentayan; Desa Kepayang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin yang berada di wilayah KPH Lalan Mendis; dan Desa Muara Sungsang Kecamatan Banyuasin II yang berada di wilayah KPHL Banyuasin.
2.3. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk kegiatan pembangunan model unit bisnis masyarakat ini meliputi data primer dan data sekunder. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
(1) Data sosial ekonomi desa dikumpulkan melalui kegiatan survey data dasar sosial ekonomi dan tingkat kerentanan di 20 desa yang masuk dalam wilayah kerja project BIOCLIME, dan beberapa kegiatan survey di desa melalui kegiatan CLAPS, MA&D, dan study rantai nilai HHBK;
(2) Data HHBK dikumpulkan melalui kegiatan survey identifikasi/pemetaan sumber penghidupan masyarakat dan penyaringan produk HHBK (CLAPS) yang dilakukan oleh project bekerjasama dengan lembaga NTFP-EP Indonesia; (3) Data ekonomi, finansial dan sumber-sumber keuangan diperoleh dari kegiatan
kajian kelayakan usaha dan akses terhadap keuangan dan pembiayaan (mikro kredit) bagi usaha masyarakat, yang dilakukan oleh project bekerjasama dengan Universitas Sriwijaya Palembang; dan
3 PEMILIHAN DESA PILOT PROJECT
Studi baseline sosial ekonomi dilakukan di 20 desa yang berada di wilayah kabupaten prioritas. Terdapat 5 desa dari 20 desa tersebut sebagai desa pilot proyek. Desa-desa pilot proyek tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan pada faktor-faktor berikut: (1) keterwakilan tipe ekosistem; (2) keberadaan kawasan-kawasan penting bagi keanekaragaman hayati; (3) kedekatan desa terhadap kawasan keanekaragaman hayati bernilai–tinggi; (4) tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh desa ke/dari kawasan-kawasan keanekaragaman hayati bernilai– tinggi atau kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan; (5) keterwakilan wilayah intervensi proyek di 4 kabupaten prioritas; (6) status desa miskin; dan (7) pertimbangan teknis pelaksanaan program kegiatan di lapangan.
Desa-desa yang dipilih adalah mewakili kawasan yang memiliki biodiversitas penting yang mencakup kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan kawasan yang dilindungi; berdasarkan pada kedekatannya dengan kawasan biodiversitas penting yang berada di dalam wilayah 4 kabupaten; dan tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh desa ke/atau dari konservasi biodiversitas dan kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan.
Pemilihan desa berdasarkan keberadaan kawasan lindung diprioritaskan pada kawasan Taman Nasional, kawasan Suaka Alam/Margasatwa, kawasan Hutan Produksi bernilai konservasi tinggi, dan kawasan Hutan Lindung. Terdapat 17 desa dari 19 desa yang memiliki kedekatan dengan kawasan yang memiliki biodiversitas penting serta tingkatan ancaman tinggi terhadap pelestarian biodiversitas dan pengelolaan hutan dikarenakan adanya kegiatan perambahan kedalam kawasan hutan (Tabel 1)
Tabel 1 Tingkat kedekatan dan ancaman desa ke kawasan biodiversitas penting
SEDANG TINGGI SEDANG TINGGI
Tanjung Agung (Mura) Karang Panggung (Mura) Napalicin (Muratara) Muara Kuis (Muratara)
SM DANGKU Pangkalan Bulian (Muba) Bukti Sejahtera (Muba)
SM BENTAYAN Mangsang (Muba) Macang Sakti (Muba) Sako Suban (Muba) Pagar Desa (Muba) Marga Puspita (Mura) Kelumpang Jaya (Mura) Muara Medak (Muba)
RAWA GAMBUT HRG. MERANG Kepayang (Muba)
TNS Purwodadi (BA) Majuria (BA) Sungsang IV (BA)
HL PANTAI Karang Anyar (BA) Muara Sungsang (BA) Timbul Jaya (BA) MANGROVE TIPE EKOSISTEM KAWASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PENTING KEDEKATAN DEKAT SANGAT DEKAT ANCAMAN PEGUNUNGAN TNKS DATARAN RENDAH HARAPAN RAIN FOREST HUTAN PRODUKSI
Sumber: Hasil penilaian kerentanan sosial ekonomi dan studi baseline untuk proyek BIOCLIME GIZ di Sumatera Selatan, Indonesia (2014).
Pemilihan desa berdasarkan status desa miskin ditetapkan dengan pertimbangan bahwa desa dengan status pendapatan rumah tangga berkisar pada garis rata-rata atau di bawah rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan. Berdasarkan hal tersebut terpilih 10 desa dengan rata-rata pendapatan rumah tangga di bawah Rp 873.174,- (Tabel 2).
Tabel 2 Rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan di tiap desa
DI BAWAH DI ATAS RATA‐RATA
Pegunungan Napalicin
Muara Kuis
Musi Rawas Pegunungan dan TNKS Karang Panggung
Dataran Rendah Tanjung Agung
HUTAN PRODUKSI Marga Puspita
Kelumpang Jaya
Musi Banyuasin Dataran Rendah SM DANGKU Pangkalan Bulian
SM BENTAYAN Mangsang
HARAPAN RAIN FOREST Sako Suban Macang Sakti
Pagar Desa
HUTAN PRODUKSI Muara Medak
Rawa Gambut HRG. MERANG Kepayang
Banyuasin Mangrove Sungsang IV
Majuria HL PANTAI Muara Sungsang Timbul Jaya TNS RUMAH TANGGA MISKIN (3X RATA‐RATA SUMSEL) WILAYAH KABUPATEN TIPE EKOSISTEM KAWASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PENTING DESA Musi Rawas Utara TNKS
Sumber: Hasil penilaian kerentanan sosial ekonomi dan studi baseline untuk proyek BIOCLIME GIZ di Sumatera Selatan, Indonesia (2014).
Fakta menunjukkan bahwa hutan bukanlah areal/kawasan yang kosong. Di dalam dan di sekitarnya ada berbagai hak dan kepentingan terhadap hutan termasuk masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Berdasarkan situasi ini, partisipasi para pihak menjadi kunci keberhasilan dalam pembinaan kehidupan masyarakat, terutama bagi para pihak yang memiliki kepentingan sama. Dengan demikian kebutuhan kerjasama antar pihak sebagai kerja tim perlu dipahami siapa yang dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang mereka ambil, dan siapa yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi. Pada konteks tersebut, pemilihan desa diseleksi lagi dengan mempertimbangkan bahwa paling tidak ada satu KPH atau unit swasta di wilayah desa yang diasumsikan mampu meneruskan program melalui kebijakan kemitraan kehutanan. Bagian akhir adalah pertimbangan teknis, yakni pertimbangan terhadap akses, kesiapan dan dukungan dari masyarakat desa.
Berdasarkan tahapan seleksi tersebut, maka setidaknya dipilih satu desa pilot proyek pada tiap tipe ekosistem, yakni Desa Napalicin dan Desa Karang Panggung (ekisistem hutan dataran tinggi), Desa Pangkalan Bulian (ekosistem hutan dataran rendah), Desa Kepayang (ekosistem, hutan rawa gambut), dan Desa Muara Sungsang (ekosistem hutan mangrove).
4 PROFIL 5 DESA PILOT PROJECT
4.1. Kondisi GeografisTabel 3 Profil Desa di 5 Desa Pilot Proyek Bioclime Nama
Desa Kecamatan Kabupaten Tahun Terbentu
k
Jumlah
KK Luas (ha) Jumlah Dusun Nama Dusun Napal
Licin Ulu Rawas Muratara 1930 768 1.923 3
Dusun 1, Dusun 2,
Dusun 3 Karang
Panggung Selangit Mura 1981 354 4.100 3
Dusun 1, Dusun 2,
Dusun 3
Pangkalan
Bulian Batanghari Leko Muba 1921 485 554,21 4
Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV
Kepayang Bayung Lincir Muba 2007 523 13.288 3 Dusun 1, Dusun 2, Dusun 3
Muara
Sungsang Banyuasin II Banyuasin 1982 450 7.422,5 5
Dusun 1, Dusun 2, Dusun 3, Dusun 4, Dusun 5
Tabel 4 Batas-batas Desa
Nama Desa Batas Utara Batas Selatan Batas Timur Batas Barat Napal Licin Provinsi Jambi Provinsi Bengkulu Desa Sosokan Desa Kota Tanjung Karang Panggung Sungai Bal Bukit Curup Desa Muara Nilam Sungai Gambir Pangkalan Bulian Desa Tampang Baru Desa Mangun Jaya Desa Ulak Kembang Desa Bintialo Kepayang Banyuasin Kecamatan Lalan Muara Kuang Muara Kuang Muara Sungsang Marga Sungsang Banyuasin II Desa Telok Payo Sungai Air Telang Sungai Banyuasin
Tabel 5 Waktu Tempuh dan Jarak dari Ibukota Kabupaten Terdekat
Nama Desa Jarak dari Desa ke Kota Kab Terdekat (km) Waktu Tempuh ke Kota Kabupaten Terdekat Tipe Akses Jalan Napal Licin 110 4 jam 45 menit Jalan beraspal dan tanah pengerasan Karang Panggung 150 1 jam 50 menit Jalan aspal dan pengerasan batu Pangkalan Bulian 100 2 jam 30 menit Jalan tanah
Kepayang 300 7 jam Jalan tanah
4.2. Kondisi Sumber Daya Alam
Tabel 6 Bentuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lahan Bentuk
Pemanfaatan SDA dan Lahan
Napalicin Panggung Karang Pangkalan Bulian Kepayang Sungsang Muara Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % (1) Padi sawah 27 1,4 5 0,12 11,08 2,0 200 1,5 200 1,39 (2) Tanaman Semusim 167 8,68 42 1,02 0 0 0 0 0 0 (3) Padang Rumput 48 2,5 0 0 0 0 0 0 0 0 (4) Karet (Perusahaan) 0 0 0 0 526,5 95,0 0 0 0 0 (5) Sawit (Perusahaan) 0 0 0 0 0 0 6000 45,2 0 0 (6) Karet (Masyarakat) 626 32,6 64 1,56 0 0 300 2,26 600 4,15 (7) Sawit (Masyarakat) 0 0 0 0 0 0 300 2,26 0 0 (8) Hutan Masyarakat 0 0 1200 29,3 0 0 0 0 0 0 (9) Hutan Produksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (10) Hutan Konservasi 1282 66,7 125 3,1 0 0 0 0 0 0 (11) Hutan Lindung 0 0 600 14,6 0 0 0 0 0 0 (12) APL 0 0 4 0,1 16,6 3,0 0 0 13650 94,5
Tabel 7 Sumber Penghidupan Masyarakat Desa
Nama Desa Sumber Penghidupan Deskripsi Sistem Penghidupan
Napal Licin Pertanian Subsisten Padi sawah
Agroforestry Tanaman karet di ladang campuran
Pertanian/Ternak
Terpadu Ternak kambing, ayam dan kerbau dipelihara secara tradisional Kebun Rakyat 90 persen dari penduduk desa adalah petani karet,
namun hampir 70 persen dari petani karet tersebut adalah petani kecil.
Produk Berbasis
Pasar Ada komoditas Minyak Nilam (Atsiri) (permintaan dari pengepul di Sarolangun, Jambi)
Karang Panggung Pertanian Subsisten Padi sawah, hortikultura, tanaman palawija, dan buah-buahan yang ditanam hanya untuk memenuhi
kebutuhan Rumah Tangga. Kemampuan bercocok tanam diperlukan secara turun temurun. Agroforestry Tanaman karet di ladang campuran
Pertanian/Ternak
Terpadu Sistem pertanian terpadu dari tanaman karet dan kopi. Hanya ada satu Rumah Tangga yang memanfaatkan lahan pekarangannya untuk pembibitan dan budidaya tanaman pertanian.
Kebun Rakyat Tanaman sistem campuran antara karet dan kopi.
Nama Desa Sumber Penghidupan Deskripsi Sistem Penghidupan Pasar pasar di Lubuk Linggau)
Pangkalan Bulian Pertanian Subsisten Tanaman Padi Agroforestry Tanaman Karet
Pertanian/Ternak Terpadu
Ternak kerbau dan kambing yang dipelihara secara tradisional
Kebun Rakyat Tanaman Karet Produk Berbasis
Pasar Komoditas Getah Karet (yang dijual ke pengumpul lokal (Tauke).
Kepayang Pertanian Subsisten Tanaman Padi
Agroforestry Tanaman karet di ladang campuran
Pertanian/Ternak
Terpadu Ternak ayam broiler dan ternak kambing yang dipeliharan secara tradisional Kebun Rakyat Tanaman sawit, tanaman karet dan kebun jeruk Produk Berbasis
Pasar Hasil komoditas dijual langsung ke pengumpul lokal (Tauke).
Muara Sungsang Pertanian Subsisten Tanaman Padi dan kelapa Agroforestry -
Pertanian/Ternak Terpadu
Peternakan ikan bandeng dan udang tambak (dibudidyakan secara semi-terpadu)
Kebun Rakyat Tanaman Karet dan Kelapa Produk Berbasis
Pasar Sebagian besar hasil komoditas dijual ke ditributor (Tengkulak).
4.3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) jumlahnya berlimpah, namun kontribusi nyata dari jenis produk HHBK belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Dari hasil survey CLAPS (Community Livelihood Appraisal and Product Scaning) yang dilakukan dengan 5 studi kasus di desa pilot project menunjukkan bahwa HHBK prioritas yang sangat penting sebagai sumber penghidupan penduduk di pedesaan adalah jenis HHBK (hutan) meliputi rotan, madu sialang, durian, kemenyan, pakis dan jengkol; dan jenis HHBK (kebun/agroforestri) meliputi karet, kopi, nilam, durian, bambu, kelapa, jagung, nanas, dan pisang. Khususnya di ekosistem mangrove, HHBK berupa hasil tambak, yakni udang tambak dan bandeng. Sedangkan hasil studi di salah satu desa di wilayah pegunungan, menunjukkan bahwa HHBK tidak terbatas hanya rotan, madu sialang, dan durian saja, akan tetapi juga termasuk hasil-hasil produksi turunannya termasuk juga air pegunungan (Tabel 21).
Dari hasil studi di tiap desa menunjukkan bahwa diantara HHBK yang cukup berperan sebagai produk andalan serta nilai jual yang menjanjikan adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 22.
Tabel 8 Sumberdaya HHBK prioritas di tiap desa pilot project
HUTAN NON HUTAN
Bambu Karet Nilam
Air Pegunungan Nilam Karet Rotan/Manau Jengkol Bambu
Air Pegunungan
Karang Panggung Pakis Kopi Kopi
(Pegunungan) Jengkol Durian Pakis
Risi Pisang Pisang
Jengkol
Pangkalan Bulian Rotan Durian Rotan
(Rawa Gambut) Madu Sialang Karet Madu Sialang
Bambu Durian
Karet
Kepayang Kemenyan Nanas Kemenyan
(Dataran Rendah) Durian Daun Pisang Ubi Racun Pandan Besar Ubi Racun Nanas
Pisang
Muara Sungsang Udang Tambak Kelapa Kelapa
(Mangrove) Bandeng Tambak Jagung Udang
Nipah Pisang Bandeng
Jagung HHBK PRIORITAS DESA PILOT PROJECT SUMBERDAYA HHBK Napalicin (Pegunungan)
Sumber: Hasil survey CLAPS and MA&D (2015).
Tabel 9 Produk HHBK yang menjanjikan untuk dijual di tiap desa pilot project
HHBK PRIORITAS JENIS PRODUK/PEMANFAATAN
Nilam Minyak Atsiri; Obat Tradisional; 830.000/Kg Karet Getah Beku (Lateks) 7.500/Kg Bambu Bakul; Tikar; Niru; Bahan Kerajinan 15.000/batang Air Pegunungan Air Mineral Dalam Kemasan 10‐15.000/galon
Karang Panggung Kopi Biji Kopi Kering; Kopi Bubuk Kemasan 19‐19.500/Kg (biji)
(Pegunungan) 60.000/Kg (bubuk)
Pakis Daun Segar; Sayuran 1.000/ikat Pisang Keripik Pisang; Buah; Bahan olehan 35.000/tandan
35.000/Kg (Kripik) Jengkol Buah Segar; Bahan Makanan 20.000/Kg
(Emping, Keripik dan Kerupuk)
Pangkalan Bulian Rotan Kunju, ambung, Lekar, Sangke 100‐150.000/unit
(Dataran Rendah) Madu Sialang Madu galon 30‐60.000/kg
Durian Tempoyak, Lempok, Gula Durian 50.000/kg (tempoyak) 150.000/kg (lempok) Karet Keripik Pisang; Buah; Bahan olehan 4.500/kg
Kepayang Kemenyan Obat tradisional, Dupa Belum ada pengalaman
(Gambut) Ubi Racun Bahan bagu tepung tapioka 700/kg
Nanas Buah segar, Selai, Pembibitan 5.000/buah 15.000/100 gr (selai) Pisang Keripik Pisang; Buah; Bahan olehan 1.000/bungkus
Muara Sungsang Kelapa Bahan olah makanan 2.500/biji
(Mangrove) Udang Bahan olah makanan 100.000/kg
Bandeng Bahan olah makanan 9.000/kg Jagung Bahan olah makanan 2.800/kg
DESA PILOT PROJECT PRODUK YANG DIMANFAATKAN HARGA PENJUALAN (Rp) Napalicin (Prgunungan)
Napalicin: Hasil identifikasi produk yang dapat dihasilkan untuk setiap produk cukup banyak. Untuk bamboo produk yang dihasilkan lebih banyak berupa barang kerajinan, ada juga produk makanan dan bahan bangunan. Untuk air pegunungan produk yang dihasilkan dapat berupa air kemasan dan untuk pengairan sawah (irigasi). Rotan lebih ke produk kerajinan. Karet produk utamanya getah dan produk lainnya adalah bahan bagunan, bibit dan makanan. Nilam produk yang dihasilkan minyak asiri, obat dan pupuk organic. Jengkol produk yang dihasilkan makanan. HHBK tersebut terpilih karena memenuhi kriteria kelimpahan, kemudahan panen, dekat dari desa, dapat berkembang biak dengan mudah, dan berkaitan dengan pengelolaan hutan.
Berdasarkan pendekatan Market Analysis and Development (MA&D), satu produk yang menjanjikan dan dapat dikembangkan oleh kelompok dalam waktu 2–3 tahun kedepan (selama periode 2015–2017) dari Desa Napalicin adalah Minyak Nilam, yang diproses mulai dari penanaman nilam sampai pada proses penyulingannya. Ranting dan daun nilam dapat disuling menjadi minyak nilam dengan teknologi yang sederhana. Hasilnya berupa minyak atsiri yang dapat dipasarkan secara nasional dan global dengan harga jual yang relatif tinggi.
Karang Panggung: Dari hasil skoring, HHBK prioritas desa Karang Panggung adalah Durian, Risi, Pakis dan jengkol untuk area hutan, sedangkan kopi, durian dan jahe merah untuk area di luar hutan. Durian mempunyai nilai tertinggi untuk indikator kelimpahan, tingkat kesulitan panen, kemampuan berkembang biak, hubungan dengan pengelolaan hutan. Untuk area non hutan kopi terpilih menjadi HHBK prioritas dengan nilai tertinggi untuk indikator kelimpahan, kesesuaian tanah dan biofisik, dan tingkat ketahanan terhadap kekeringan (tumbuh sepanjang tahun). Selain itu, masyarakat memiliki pengetahuan budidaya dan pemeliharaannya, saprodi termasuk benih tersedia, cara panen mudah dan biaya pengelolaan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Dari kopi KTH dapat mengolahnya lebih lanjut menjadi produk kopi bubuk. Usaha produksi bubuk kopi dapat dijadikan produk prioritas karena telah mendapat dukungan dari KPH Lakitan dan OPD terkait di Kabupaten Musi Rawas, yakni Dinas Perindustrian, Dinas Koperasi dan Kantor Camat Selangit. Untuk dikembangkan menjadi icon daerah.
Pangkalan Bulian: Secara umum, hasil identifikasi HHBK di Desa Pangkalan Bulian meliputi 9 komoditi yang dapat dikelompokkan dalam HHBK penghasil bahan makanan, bahan kerajinan, obat-obatan, dan bahan mentah industri. Termasuk dalam kelompok HHBK bahan makanan adalah durian, baik yang dihasilkan dari pohon durian yang berada di dalam maupun di luar hutan. HHBK yang menjadi bahan kerajinan meliputi rotan, cikai, rumbai, pandan dan bambu. Sedangkan yang termasuk obat-obatan adalah madu dan pasak bumi. HHBK untuk bahan mentah industri adalah karet, baik yang ditanam di dalam maupun di luar areal hutan.
Hasil skoring CLAPS menunjukkan bahwa HHBK prioritas Desa Pangkalan Bulian adalah rotan dan madu sialang untuk area hutan, sedangkan karet dan durian untuk area non hutan. Rotan mempunyai nilai tertinggi untuk semua indikator (kelimpahan & distribusi, tingkat kesulitan panen, jarak dari kampung, kemampuan berkembang biak, hubungan dengan pengelolaan hutan). Untuk area non hutan durian terpilih menjadi HHBK prioritas dengan nilai tertinggi untuk kesesuain tanah dan biofisik, tingkat ketahanan terhadapa kekeringan, ketersediaan saprodi, sumber benih dan cara panen.
Hasil analisis MA&D menunjukkan bahwa HHBK prioritas yang memiliki potensi pasar (harga produk kerajinan rotan saja laku dijual dengan harga berkisar antara Rp 100.000–150.000 per unit) di Desa Pangkalan Bulian adalah rotan. Produknya menjanjikan untuk bisnis, masyarakat mempertimbangkan bahwa dari rotan dapat dihasilkan berbagai produk kerajinan yang variatif, diantaranya kunju, ambung, lekar, sangke, pemukul kasur, dan bakul/sumpit. Dengan rotan, masyarakat bisa membangun industri kecil pengolahan rotan di tingkat desa dengan perlahan menjaminkan faktor kualitas. Selain itu, budidaya dan pemanfaatannya dapat dibina melalui KPH. Hal terpenting lainnya adalah ada 30 orang pengrajin rotan di Desa Pangkalan Bulian.
Kepayang: HHBK prioritas hutan yang terpilih adalah kemenyan, durian daun dan pandan besar. Pandan besar memiliki score tertinggi dalam penilaian HHBK prioritas dengan keunggulan yaitu tersedia banyak dan terdistribusi luas serta mudah berkembang biak. Untuk HHBK prioritas non hutan terpilih pisang, karet, nenas dan ubi kayu. Nenas memiliki skor tertinggi dengan keunggulan yaitu sangat sesuai untuk hidup atau di tanam di desa Kepayang, tahan terhadap musim kering, pengetahuan & keterampilan masyarakat untuk merawatnya cukup tinggi, sumber benih berlimpah, cara panen mudah dan biaya pemeliharaan rendah.
Wilayah Desa Kepayang adalah wilayah yang sangat rentan dengan kebakaran hutan dan lahan, berupa lahan gambut,. Berdasarkan kondisi tersebut, potensi HHBK di desa ini habis terbakar pada peristiwa kebakaran hutan dan lahan tahun 2015. Berdasarkan situasi tersebut, dengan mengacu pada kriteria produk-produk atau usaha yang menjanjikan untuk perolehan pendapatan (melalui analisis MA&D), maka Kelompok Tani Hutan (KTH) berusaha memilih beberapa usaha dan komoditas lainnya, yakni pengembangan usaha tanaman ubi kayu (ubi racun), usaha produk ikan kering yang diperoleh dari penebatan kanal, dan usaha pembibitan desa. Ketiga jenis usaha ini dikelola oleh kelompok masyarakat di dalam wilayah Hutan Desa Kepayang.
Muara Sungsang: Dari hasil skoring, HHBK prioritas desa Muara Sungsang adalah udang dan bandeng untuk area hutan (wilayah perairan mangrove), sedangkan jagung dan kelapa untuk area di luar hutan (wilayah daratan). Udang mempunyai nilai tertinggi untuk indikator tingkat kesulitan panen, jarak dari kampung, kemampuan berkembang biak, hubungan dengan pengelolaan hutan. Sedangkan jagung terpilih menjadi HHBK prioritas dengan nilai tertinggi untuk indikator kelimpahan, kesesuaian tanah dan biofisik, tingkat ketahanan terhadap kekeringan, pengetahuan budidaya dan pemeliharaan, ketersediaan saprodi, sumber benih dan cara panen.
Dengan kerangka analisis MA&D, produk prioritas dari Desa Muara Sungsang yang dalam waktu 2–3 tahun kedepan bersifat menjanjikan untuk bisnis adalah kelapa. Sedangkan Udang dan Bandeng tidak menjadi prioritas dikarenakan terkendala dengan aspek legalitas kawasan. Pada umumnya Udang dan Bandeng adalah hasil tambak yang dikelola di dalam kawasan Hutan Lindung di KPH Banyuasin. Oleh karena itu, komoditi yang menjadi pilihan bagi masyarakat Muara Sungsang dan untuk dikembangkan menjadi usaha produktif adalah kelapa. Dari kelapa diambil sarinya untuk bahan makanan berupa nata de coco. Selain itu dari kelapa dapat dimanfaatkan sabut dan tempurungnya untuk bahan baku pembuatan asap cair.
4.4. Sarana dan Prasarana
Tabel 10 Fasilitas Publik di Desa ( = miliki public)
Jenis Fasilitas Publik
Napalicin Panggung Karang Pangkalan Bulian Kepayang Sungsang Muara Status Status Status Status Status
(1) Masjid 2 1 4 7 5 (2) Balai Desa 1 1 1 1 1 (3) Aula Budaya - - - - 0 - 0 - 0 - (4) Lap Olahraga 1 3 1 0 - 1
Tabel 11 Fasilitas Pendidikan di Desa Jenis
Fasilitas Pendidikan
Napalicin Panggung Karang Pangkalan Bulian Kepayang Sungsang Muara Siswa/Guru Siswa/Guru Siswa/Guru Siswa/Guru Siswa/ Guru
(1) PAUD 1 26/4 - - 1 - 1 - 1 26/4 (2) TK 1 18/3 - - - - 1 30/2 (3) SD 1 76/12 1 80/7 2 - 1 - 1 205/10 (4) SMP - - - - 1 - - - 1 126/10 (5) SMA - - - - - - 1 89/10 (6) Universitas - - - - - - - -
Tabel 12 Fasilitas Kesehatan di Desa Jenis
Fasilitas Kesehatan
Napalicin Panggung Karang Pangkalan Bulian Kepayang Sungsang Muara Staf/ Kondisi Staf/ Kondisi Staf/ Kondisi Staf/ Kondisi Staf/ Kondisi
(1) Puskesmas 1 6/Baik - - 1 1/Baik 1 4/Baik - - (2) Posyandu 1 3/Baik 1 2/Baik - - 1 0/Baik 1 4/Baik (3) Kader
Posyandu 14 Aktif - - - - 4 Aktif (4) Bidan 1 Sementara 1 Semen-tara 3 Sementara 3 Semen-tara 2 Semen-tara (5) Dokter - - - - - - (6) Lainnya 1 Mantri - - 1 Mantri - - - -
4.5. Kelembagaan Sosial Ekonomi
Tabel 13 Kelembagaan Sosial–Ekonomi Desa ( = miliki public dan = milik pribadi) Jenis
Kelembagaan Sosial-Ekonomi
Karang
Panggung Napal Licin Pangkalan Bulian Kepayang Sungsang Muara Status Status Status Status Status
(1) Koperasi 1 2 4 7 5 (2) Toko 3 1 1 1 1 (3) Pasar - - - - 0 - 0 - 0 - (4) Giling Padi 2 1 1 0 - 1
Jenis Kelembagaan
Sosial-Ekonomi
Karang
Panggung Napal Licin
Pangkalan
Bulian Kepayang
Muara Sungsang Status Status Status Status Status
(5) Bank/Kredit 1 0 - 1 0 - 0 - (6) Industri Rumah Tangga 1 0 - 0 - 0 - 0 - (7) Pengolahan Makanan 1 4 - - - - - - (8) LPMD 1 0 - 1 0 - 0 - (9) Karang Taruna 1 0 - 0 - 0 - 0 -
Tabel 14 Kegiatan Layanan Umum Lainnya yang ada di Desa
Nama Desa Nama Program/ Lembaga Jenis Kegiatan Periode Capaian Napalicin PNPM Pembangunan fasilitasi air bersih 2010 100%
Karang Panggung
PNPM Pembangunan jalan 2011 100%
P2KP Pelatihan dan bantuan input produksi tani 2012 100%
KBD/BP DAS Penghijauan 2012 60%
Pangkalan Bulian
Proyek ZSL Konnservasi Harimau - 100% CSR PT. SBB (HTI) Pembangunan Masjid - 100% CSR PT. Conoco Philips Pembangunan Aula - 100%
Kepayang
Program WBH Ternak Sapid dan Ayam 100%
PNPM Kredit Mikro - 100%
CSR PT. RHM (HTI) Fasilitas air bersih; Sunat Massal - 60% CSR Indofood Dukungan kegiatan masyarakat desa - 100%
Muara Sungsang - - - -
4.6. Kependudukan
4.6.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk
Tabel 15 Jumlah Penduduk di 5 Desa Pilot Proyek
Nama Desa Jumlah Penduduk di Desa Jumlah Kepala Keluarga Penduduk Jumlah di Dusun Laki-laki Perempuan Total
Karang Panggung 660 628 1228 322 294* Napal Licin 1425 1639 3064 768 3 064 Pangkalan Bulian 1126 1055 2181 485 680 Kepayang 1303 1021 2324 523 930 Muara Sungsang 890 1270 2160 450 2 160 Keterangan: *Dusun 2
Tabel 16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Nama Desa Nama Dusun
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur <15 Tahun (Jiwa) 15-55 Tahun (Jiwa) >55 Tahun (Jiwa)
Napalicin Dusun 1 278 328 415 Dusun 2 301 348 463 Dusun 3 282 227 467 Total 861 903 1345 Karang Panggung Dusun 1 85 247 66 Dusun 2 82 248 42 Dusun 3 90 296 72 Total 257 791 180 Pangkalan Bulian Dusun 1 - 217 - Dusun 2 - 0 - Dusun 3 - 249 - Dusun 4 - 0 - Total - 466 - Kepayang Dusun 1 - - - Dusun 2 - - - Dusun 3 - - - Total - - - Muara Sungsang Dusun 1 140 204 87 Dusun 2 112 205 84 Dusun 3 157 202 88 Dusun 4 126 200 91 Dusun 5 165 212 83 Total 700 1.023 433
Tabel 17 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kesukuan
Nama Desa Nama Dusun
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Penduduk Asli
(Jiwa) Sumatera (Jiwa) Suku Lainnya (Jiwa)
Napalicin Dusun 1 1008 12 1 Dusun 2 1089 21 2 Dusun 3 961 14 1 Total 3.058 47 4 Karang Panggung Dusun 1 390 0 8 Dusun 2 360 0 12 Dusun 3 454 0 4 Total 1.204 0 24 Pangkalan Bulian Dusun 1 100 - - Dusun 2 0 - - Dusun 3 100 - - Dusun 4 0 - - Total 200 - -
Nama Desa Nama Dusun
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Penduduk Asli
(Jiwa) Sumatera (Jiwa) Suku Lainnya (Jiwa)
Kepayang 1627 697 Total 1627 697 Muara Sungsang Dusun 1 367 21 43 Dusun 2 369 14 46 Dusun 3 352 24 42 Dusun 4 371 20 39 Dusun 5 377 29 46 Total 1836 108 216
4.6.2. Kualitas Sumberdaya Manusia
Tabel 18 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Nama Desa Nama Dusun
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non
Formal Sekolah Dasar SMP SMA PT
Napalicin Dusun 1 26 47 26 3 1 Dusun 2 41 28 21 4 4 Dusun 3 58 16 15 7 2 Total 125 91 62 14 7 Karang Panggung Dusun 1 73 200 103 20 2 Dusun 2 52 198 114 11 5 Dusun 3 148 162 126 18 4 Total 273 560 343 49 11 Pangkalan Bulian Dusun 1 - - - Dusun 2 - - - Dusun 3 - - - Dusun 4 - - - Total - - - Kepayang Dusun 1 - - - Dusun 2 - - - Dusun 3 - - - Total - - - Muara Sungsang Dusun 1 93 96 110 135 - Dusun 2 94 92 112 137 - Dusun 3 90 95 99 134 - Dusun 4 97 90 110 127 - Dusun 5 91 94 120 144 - Total 465 467 551 677 -
4.6.3. Mata Pencaharian
Tabel 19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Mata Pencaharian
Napalicin Panggung Karang Pangkalan Bulian Kepayang Sungsang Muara ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % (1) Petani (Ladang Berpindah) 32 2.39 165 21.63 44 2.04 581 20.83 0 0 (2) Petani (Lahan Permanen) 46 3.44 75 9.83 0 0.00 116 4.16 890 49.89 (3) Nelayan 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0 (4) Kebun Karet 826 61.69 142 18.61 2072 95.93 465 16.67 0 0 (5) Kebun Sawit 0 0.00 0 0.00 0 0.00 465 16.67 0 0 (6) PNS 2 0.15 3 0.39 0 0.00 0 0.00 0 0 (7) Buruh Harian 54 4.03 368 48.23 0 0.00 0 0.00 890 49.89 (8) Karyawan Perusahaan 0 0.00 0 0.00 22 1.02 1162 41.66 0 0 (9) Pedagang 18 1.34 6 0.79 22 1.02 0 0.00 0 0 (10) Jasa Tukang 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0 (11) Kehutanan 2 0.15 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0 (12) Sawmill 4 0.30 2 0.26 0 0.00 0 0.00 0 0 (13) Transportasi 18 1.34 2 0.26 0 0.00 0 0.00 0 0 (14) Lainnya 337 25.17 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 0.22 Total 1.339 100 763 100 2.160 100 2.789 100 1.784 100 4.6.4. Kesejahteraan Penduduk
Tabel 20 Jumlah Rumah Tangga Penerima Subsidi Pemerintah
Nama Desa Nama Dusun Jumlah Rumah Tangga Miskin Program Subsidi Pemerintah Keterangan
Napalicin
Dusun 1 42 Raskin
Akses jalan hanya bisa dilalui oleh kendaraan bermotor tertentu Ada gua yang berpotensi
wisata (Goa Napal Licin); Penangkapan pelaku
penebangan liar di TNKS pernah dilakukan oleh warga;
Suku asli warga desa adalah Suku Rejang (Bengkulu) Dusun 2 36 Raskin
Dusun 3 51 Raskin Total 129 Karang Panggung Dusun 1 102 Raskin dan BLT
Masyarakat bersedia berpartisipasi dalam program pemberdayaan.
Nama Desa Nama Dusun Jumlah Rumah Tangga Miskin Program Subsidi Pemerintah Keterangan
Dusun 2 45 Raskin dan BLT
Masyarakat siap menerima kegiatan pelatihan dan bantuan peningkatan keterampilan (misalnya home industry dalam pengolahan makanan;. dan kegiatan pertanian (biji bantuan), dikaitkan dengan program melestarikan hutan Dusun 3 36 Raskin dan BLT
Total 183 Pangkalan Bulian Dusun 1 - Raskin - Dusun 2 - Raskin Dusun 3 - Raskin Dusun 4 - Raskin Total - - Kepayang Dusun 1 190 BLT Dusun 2 400 Rakin Dusun 3 3 KUBE Total 593 Muara Sungsang Dusun 1 83
BLT dan Balsem
- Total 83
5 MODAL PENGHIDUPAN DESA
Tabel 21 Modal Penghidupan Masyarakat Desa NapalicinModal
Penghidupan Positif Negatif
Sumber daya
Manusia ‐ Pendidikan: TK (70 %), SD (100 %), SMP (90 %), SMA (60 %), PT (10 %) – rata rata lulusan SMP ‐ Memiliki pengetahuan pertanian
(tradisional)
‐ Sebagian kecil penduduk memiliki keterampian membuat kerajinan ‐ Kapasitas kerja aktif walau
keahlian minim
‐ Kesehatan, belum tersedianya WC di masyarakat masih
menggunakan sungai
‐ Pelayannan kesehatan, petugas kesehatan tidak selalu di tempat ‐ Nutrisi, masyarakat belum
mengerti tentang gizi yang baik atau yang dibutuhkan
‐ Kurang mampu beradaptasi terhadap masukkan dari luar Sumber Daya
Alam ‐ kesuburan tinggi sangat baik untuk penanaman bahan pertanian ‐ Sumber air melimpah tapi belum
dimanfaatkan secara maksimal seperti PDAM dan irigasi ‐ HHBK berlimpah, belum
dimanfaatkan secara maksimal. Banyak pencari kayu illegal loging oleh orang yang tidak
beratnggung jawab
‐ Keragaman hayati dan kehidupan liar, keragaman hayati untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sperti
‐ Durian, cempedak dan buah – buah hutan berlimpah ‐ Jasa lingkungan, gua batu
napalicin, air terjun kerali dan batu ampar
Fisik ‐ Transportasi:Ketek, sepeda, jembatan gantung, perahu dan rakit
‐ Fasilitas kesehatan Pustu, posyandu
‐ Listrk: genset, PLTD (usaha pribadi masyarakat) ‐ Media informasi: TV, radio ‐ Komunikasi bias via HP
(provider?)
‐ Alat produksi pertanian: mesin penggiling padi, hand tractor ‐ Benih padi tersedia
‐ Tehnologi tradisional, kincir air, perontok padi, penyulingan nilam, lau dan antan, gisara padi
‐ Tidak ada pasar
‐ Tidak ada suplai air dan sarana sanitasi
‐ Belum ada PLN ‐ MCK tidak tersedia ‐ Saprodi tidak tersedia
Financial ‐ Pendapatan (gaji/upah/uang) berasal dari Pembershan lahan, buruh panen dan buruh tani, pensiunan (pns)
‐ Tidak ada masayarakt yang memiliki tabungan
‐ Tidak ada layanan simpan pinjam yang di kelola masyarakat
Modal
Penghidupan Positif Negatif
Sosial ‐ Lembaga pemerintahan desa ‐ Project BioClime & KPHP,
kerjasama berjalan baik ‐ Kelompok Tani, BPD, LPA dan
Karang Taruna
‐ Aturan, ada sangsi bagi yang mengambil bambu secara berlebihan, Arak-arakan penganten
‐ Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah
‐ Kepemimpinan tidak otoriter, mengayomi dan energik
‐
Tabel 22 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Karang Panggung Modal
Penghidupan Positif Negatif
Sumber Daya
Manusia ‐ Kesehatan cukup baik, tersedia polindes ‐ Nutrisi, masih ada anak yang
mengalami kekurangan gizi ‐ Pendidikan : TK 02 orng, SD 560
org, SMP 129 org, SMA 49 org, D3 5 org, S1 3 org
‐ Pengetahuan dan keahlian, Swasta 32 org, guru 8 org, bengkel 1 org
‐ Kapasitas kerja, Laki2 660 org, Perempuan 628 org, Usia 0-15 th 387, 16 -65 th 853, 65 th 48
‐ Kapasitas adaptasi, tidak terpenuhinya kebutuhan, rendahnya pendapatan, turunnya harga karet, masih ada anak kurang gizi, masih tingginya tingkat pengangguran, masih banyak anak putus sekolah ‐ Program bantuan : Raskin, askes,
jamkesmas, BLT
Sumber daya
alam ‐ ‐ Topografi rendah dan tinggi Pengelolaan lahan menggunakan sistem pengelolaan manual ‐ Ada 6 sungai tetapibelum ada
usaha jasa air
‐ Kopi, karet, Durian, Padi, Rambutan, Bambu, Mangga, Pepaya, Jahe, Kunyit, Kencur, Rotan, Pinang, Jagung, Sialang ‐ Hewan trenggiling, babi,
burung, monyet
‐ Makanan hutan dan serat Cempedak, Gadung, Durian Infrastruktur ‐ Kondisi jalan baik
‐ Transportasi lancar (motor, mobil)
‐ Polindes, masjid, balai pertemuan, SD, SMP
‐ Air tidak ada kendala karena masyarakat mempunyai sumur, ada juga yang mengambil dari sungai
‐ Listrik PLN
Modal
Penghidupan Positif Negatif
‐ Komunikasi baik
‐ Ada toko yang menjual Saprodi Finansial ‐ Upah 30.000/hari/orang ‐ Sosial ‐ Relasi, banyak terdapat
organisasi yang saling menguntungkan ‐ Pengajian ‐ Karang taruna
‐ Kepercayaan masyarakat sangat tinggi
‐ Kelompok tani, perangkat desa ‐ Perdes, aturan adat, tidak boleh
mandi disungai dalam kondisi hanya dengan celana dalam ‐ Adanya sistem musyawarah dan
mufakat yang dipimpin oleh KADES
‐ Pengurus desa, Kades, aparatur desa
‐ Jaringan dan koneksi kurang bagus
‐
Tabel 23 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Pangkalan Bulian Modal
Penghidupan Positif Negatif
Sumberdaya Alam ‐ Sumber daya hutan (bahan kerajinan, sumber makanan, obat-obatan, rotan, madu sialang /hutan, durian, bambu, pasak bumi dan lain-lain
‐ Aliran sungai ‐ Minyak bumi
‐ Lahan perkebunan karet ‐ Lahan padi dengan sistem
perladangan
Kegiatan pengeboran minyak yang dilakukan masyarakat berdampak pada lingkungan hutan, terutama pada titik-titik pengeboran pada radius 20–100 m kerusakan kanopi pohon, kontaminasi tanah oleh minyak, dan pengaruh pada badan air untuk daerah yang berdekatan dengan sumber air.
Sumber Daya
Manusia Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam: ‐ Berkebun karet
‐ Kerajinan rotan dan bambu ‐ Memanen madu sialang ‐ Teknik pengeboran tradisional
‐ Sebagian besar hanya lulus SD ‐ Rentan terhadap penyakit karena
belum mengenal sanitasi yang baik, lingkungan tidak bersih dan kekurangan air bersih
Sosial ‐ Selain kelompok-kelompok Posyandu, Komite Sekolah, ada juga Kelompok Tani Hutan Bulain Alam Mulia
‐ Adanya pendampingan dari KPH dan BIOCLIME
‐ Jaringan komunikasi sangat lemah di desa, signal dapat diperoleh pada titik-titik lokasi tertentu dengan model
handphone tipe lama
‐ Peran serta pemerintah masih kurang dalam pembangunan desa
Finansial ‐ Penghasilan besar dari minyak
Modal
Penghidupan Positif Negatif
secara liar (illegal mining). ‐ Penghasilan utama dari kebun
karet
perbankan tidak masuk ke desa ‐ Modal awal untuk karet dari
pengumpul karet (hutang kepada pengumpul/toke)
Fisik ‐ Gedung SD ‐ Toilet umum ‐ Gedung PAUD
‐ Perumahan bidan desa ‐ Balai desa
‐ Tidak tersedia jaringan komunikasi yang memadai ‐ Ada sungai besar (Batanghari
Leko) tetapi pada umumnya tidak digunakan sebagai jalur
transportasi publik
‐ Tidak tersedia transportasi publik reguler keluar-masuk desa, karena pada umumnya
masyarakat menggunakan mobil pribadi (mobil penambaangan) dan sewa
‐ Sumber listrik dipasok dengan mesin genset
‐ Sumber air bersih adalah dari sungai yang disedot ke dalam rumah atau menggunakan lanting (jamban di pinggir sungai) ‐ Kondisi jalan buruk ‐ Lebih banyak menggunakan
motor untuk transportasi darat ‐ Pencegahan diare dan malaria
diperlukan untuk anak-anak dan orang tua
Tabel 24 Modal Penghidupan Masyarakat Desa Kepayang Modal
Penghidupan Positif Negatif
Sumber daya
manusia ‐ ‐ Penduduk 800 KK Kesehatan sudah baik ‐ 70 % bekerja di Perkebunan
kelapa sawit (sebagian besar perempuan, bagian perawatan tanaman, laki-laki lebih banyak sebagai tukang panen)
‐ Berkebun karet
‐ Ketrampilan yang dimiliki menebag kayu & identifikasi kayu (illegal logger),
pemeliharaan tanaman sawit, berkebun karet
‐ Sanitasi kurang memadai ‐ Sebagian besar pendidikan
terakhir SD (disebabkan tidak ada sekolah di kampung dan jika bersekolah harus ke kecamatan, transportasi lewat sungai biaya besar)
‐ Potensi terkena ISPA dan diare (sering asap dan kurang air bersih)
Sumber daya
alam ‐ Kebun karet (bibit okulasi dan cabutan) – perkiraan 200 KK (kemungkinan lebih) memiliki kebun karet dengan luasan minimal 2 Ha . Perkiraan luas kebun karet masy Kepayang minimal 400 Ha
‐ Kebun tanaman semusim: nanas, singkong, pisang (5 Ha)
‐ Hutan desa Kepayang (Nuaran)
‐ Air sungai mulai tercemar oleh limbah pabrik CPO
‐ Kondisi udara tercemar apabila terjadi kebakaran hutan (asap) ‐ Tidak ada sumber air bersih (air
untuk makan dan minum beli Rp 10.000/galon, untuk mandi dan cuci dari sumur galian, masih ada yang mandi disungai juga)
Modal
Penghidupan Positif Negatif
± 5400 Ha
‐ Jenis ikan : Jawara, Tapa ‐ Jenis kayu : Meranti, Tembesu
(tanaman raawa), Pentaling, Medang, Pasak bumi, umbut palas, palem merah, rotan (sego putih,hitam), kemenyan, bambu, ‐ Hewan: celeng, lebah madu,
harimau, rusa, kijang, babi, landak,ular sanca, wallet (ada warga yang memiliki sarang burung wallet di kampung) Fisik ‐ Transportasi darat (truk, mobil
& motor)
‐ Transportasi sungai. (speedboat, klotok, ketek) . Transportasi umum regular speedboad, ketek dan klotok (sungai)
‐ Bangunan yang ada : polindes (1), PAUD (1), sekolah dasar (1), Masjid, Pasar Kepayang (hari minggu)
‐ Komunikasi menggunakan jaringan selular XL (baik), Telkomsel kualitas tidak baik banyak blank spot
‐ Listrik menggunakan PLTD yang dikelola secara pribadi, ada 3 orang yang mengelola PLTD. Iuran Rp 300.000/rumah
‐ Tidak ada transportasi umum regular untuk transportasi darat ‐ Belum adanya jembatan yang
menghubungkan Dusun 1 dan 3 sehingga masih menggunakan ponton dan klotok
‐ Bangunan SMP belum ada ‐ Jalan darat masih tanah (di
kampung dan di perkebunan karet) sehingga pada saat musim hujan licin dan
terkadang ambalas di beberapa titik.
‐ Tidak ada pengelola air bersih desa
‐ Saprodi tidak tersedia di kampung untuk pemeliharaan tanaman karet
Modal ‐ Warung Teknologi (Warteg) simpan pinjam dari dana ADD ‐ Uang yang beredar di kampung
bersumber dari gaji dr perusahan sawit, penjualan karet dan wallet
‐ Ada 2 pasar yang beraktifitas pada saat karyawan perusahaan sawit gajian, mereka
menyebutnya pasar gajian, yaitu pasar ASPA. dan Kepayang ‐ 5 % masyarakat Kepayang
menabung di Bank
‐ Bank agak jauh di Ibu kota kecamatan Bayung Lencir ‐ Syarat untuk pinjam di bank
sulit, sehingga masyarakat sulit untuk mengakses pinjaman di bank
Sosial ‐ Lembaga adat, LPM, Lembaga Hutan Desa (LHD), Kebun Bibit Rakyat (KBR), PKK, Posyandu, Karang Taruna, Kelompok Kepayang Lestari, Perpustakaan dari Wahana Bumi Hijau (WBH), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api), program PNPM (pendidikan dan kesehatan) ‐ Ruang gerak lembaga pada
masalah kehutanan, pendidikan dan kesehatan
‐ Ada 5 perusahaan yang berbatasan desa Kepayang
‐ Lembaga-lembaga bentukan dari Dinas hanya beraktifitas selama ada biaya atau program dr Dinas masih berjalan.
6 FAKTOR KERENTANAN DESA
Tabel 25 Faktor Kerentanan di 5 Desa Pilot Project BIOCLIMEDesa Tren Bencana Musim Perubahan
Napalicin ‐ Penambahan populasi penduduk ‐ Perambahan Hutan ‐ Kebakaran hutan dan lahan ‐ Gagal panen lahan pertanian secara masif ‐ Musim kemarau menyebabkan kekeringan ‐ Alih profesi dari petani menjadi pekerja di bidang lain di luar desa ‐ Krisis pemuda penggerak desa Karang
Panggung ‐ Perambahan hutan dan lahan ‐ Eksploitasi galian C (pengambilan batu kali) ‐ Kebakaran hutan dan lahan ‐ Banjir ‐ Musim kemarau menyebabkan kekeringan ‐ Tidak ada kegiatan untuk lahan‐lahan yang tidak produktif (lahan tidur) atau tidak ada peremajaan untuk kebun‐ kebun tua Pangkalan
Bulian ‐ Penambahan populasi penduduk ‐ Penambangan minyak bumi ‐ Kebakaran hutan dan lahan ‐ Musim hujan menyebabkan kesulitan transportasi ‐ Musim kemarau menyebabkan kekeringan ‐ TIdak ada penanaman di lahan bekas kebakaran setelah kebakaran Kepayang ‐ Kebakaran lahan setiap musim kemarau menyebabkan kualitas udara yang memburuk ‐ Kebakaran hutan terparah tahun 1990 ‐ Bencana diare yang menyebabkan kematian pada tahun 1994 ‐ Musim hujan air surut, ‐ Musim kemarau menyebabkan kekeringan dan kebakaran lahan ‐ Sejak adanya perkebunan kelapa sawit, banyak masyarakat yang bekerja di perkebunan sawit. Muara
Sungsang ‐ Pendatang dari daerah lain masuk desa ‐ Perambahan kawasan hutan lindung untuk tambak ‐ Deforestasi dan degradasi hutan ‐ Musim kemarau menyebabkan kekeringan ‐ Laju perubahan kepemilikan lahan melalui jual beli
7 AKSES KE SUMBER PERMODALAN
Hasil study menunjukkan masyarakat Kelompok Tani Hutan di desa-desa pilot project BIOCLIME pada umumnya tidak memiliki akses yang memadai terhadap permodalan. Modal usahanya sebesar 64% adalah bersumber dari modal sendiri, dan tidak ada sumber permodalan yang berasal dari lembaga permodalan. Sumber modal lain yang bukan modal sendiri umumnya berasal dari sumber pinjaman dari lembaga non formal (Tabel 26).
Tabel 26 Sumber permodalan usaha Kelompok Tani di desa-desa pilot BIOCLIME
No Desa Sumber Permodalan Dana Sendiri Pinjaman Keluarga Pinjaman Mitra Usaha
Koperasi Lainnya Total
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 1 Muara Sungsang 7 14 0 0 3 6 0 0 0 0 10 20 2 Pangkalan Bulian 9 18 0 0 0 0 1 2 0 0 10 20 3 Kepayang 0 0 0 0 0 0 0 0 10 20 10 20 4 Napal Licin 8 16 0 0 0 0 0 0 2 4 10 20 5 Karang Panggung 8 16 1 2 0 0 0 0 1 2 10 20 Jumlah 32 64 1 2 3 6 1 2 13 26 50 100
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap lembaga-lembaga permodalan masih terbatas. Keterbatasan akses tersebut tidak hanya disebabkan oleh absennya lembaga-lembaga keuangan resmi di desa-desa, tetapi juga terbatasnya aset finansial masyarakat untuk dapat dikelola oleh lembaga keuangan. Lebih lanjut, jika diidentifikasi berdasarkan keseluruhan kegiatan masyarakat (Tabel 27), baik yang produktif maupun yang konsumtif, maka terdata bahwa sebenarnya terdapat 14% masyarakat yang telah memiliki pengalaman mengakses lembaga perbankan untuk pembiayaan, namun mayoritas kredit tersebut digunakan untuk pembiayaan konsumtif.
Tabel 27 Pengalaman masyarakat desa mengajukan kredit ke Bank
Desa
Pengajuan Kredit Pengajuan Kredit pernah tidak pernah diterima ditolak
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Muara Sungsang 2 4 8 16 2 29 0 0 Pangkalan Bulian 1 2 9 18 1 14 0 0 Kepayang 0 0 10 20 0 0 0 0 Napal Licin 2 4 8 16 1 14 1 14 Karang Panggung 2 4 8 16 0 0 2 29 Jumlah 7 14 43 86 4 57 3 43
Mayoritas masyarakat di lima desa pilot project BIOCLIME (86%) tidak memiliki pengalaman/tidak pernah mengakses lembaga perbankan. Hanya 14% masyarakat yang pernah mengajukan kredit ke bank, dan mereka yang pernah berpengalaman hanya 50% yang diterima, dan selebignya ditolak oleh Bank dengan alasan tidak layak, ditinjau dari syarat administrasi perbankan.
Pada kelompok masyarakat yang tidak pernah mengajukan kredit, dari hasil wawancara terungkap alasan utamanya adalah dikarenakan mereka keberatan dengan persyaratan agunan dan administrasi (birokrasi) yang menurut mereka tidak sederhana, serta suku bunga yang menurut mereka terlalu tinggi sehingga memberatkan mereka (dinyatakan oleh seluruh masyarakat yang belum pernah mengajukan pinjaman ke Bank).
Secara umum masyarakat masih mengalami kesulitan untuk mengkases lembaga permodalan, namun mereka masih membutuhkan bantuan modal untuk pengembangan usaha ke depan. Kebutuhan modaL yang mereka butuhkan untuk pengembangan usaha rerata bervariasi pada setiap desa (Tabel 28). Dari data tersebut, meskipun didapat variasi nilai pinjaman yang dibutuhkan masyarakat pada masing-masing desa, namun mayoritas (36%) membutuhkan modal pinjaman berada pada nilai kisaran 20-50 juta rupiah per KK. Jika dilihat dari sebaran per desa, maka terlihat bahwa Desa Karang Panggung merupakan desa yang nilai kebutuhan pinjaman yang diinginkan masyarakatnya yang terkecil (mayoritas membutuhkan pinjaman dengan kisaran 5-10 juta rupiah).
Tabel 28 Sebaran dan variasi pinjaman modal yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha oleh Kelompok Tani
Desa Nilai Pinjaman yang Dibutuhkan (Juta Rupiah) (orang) Jumlah 5‐10 10‐20 20‐50 50‐100 100‐200 >200 ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Muara Sungsang 1 2 1 2 1 2 6 12 0 0 1 2 10 20 Pangkalan Bulian 0 0 0 0 6 12 1 2 2 4 1 2 10 20 Kepayang 1 2 2 4 6 12 0 0 1 2 0 0 10 20 Napal Licin 2 4 2 4 5 10 0 0 1 2 0 0 10 20 Karang Panggung 8 16 2 4 0 0 0 0 10 20 Jumlah 12 24 7 14 18 36 7 14 4 8 2 4 50 100
Dari nilai pinjaman yang diharapkan dapat mereka peroleh dari lembaga perbankan tersebut masing-masing anggota masyarakat memiliki variasi kemampuan untuk membayar cicilan jika mendapatkan pinjaman dari bank (Tabel 29). Dari data tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas kemampuan masyarakat untuk membayar cicilan pinjaman pada kisaran Rp.100.000–Rp. 500.000 per bulan (58%). Selebihnya bervariasi antara kemampuan yang rendah (<100.000 per bulan) sampai dengan tingkat kemampuan membayar cicilan yang tergolong tinggi (1–2 juta per bulan). Jika dilihat dari lamanya pinjaman, dari hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat memiliki kemampuan membayar cicilan 1–5 tahun dengan pilihan lama waktu pinjaman terbanyak pada periode 3 tahun. Adapun tingkat bunga yang diharapkan mayoritas masyarakat (>80%) menginginkan tingkat bunga yang berada di bawah tingkat bunga komersial (<5%).
Tabel 29 Kemampuan masyarakat membayar cicilan per bulan Desa Kemampuan Membayar Cicilan (Rp) Total <100.000 100‐500 500 ribu ‐1 juta 1 juta – 2 juta ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Muara Sungsang 1 2 1 2 2 4 6 12 10 20 Pangkalan Bulian 0 0 3 6 6 12 1 2 10 20 Kepayang 0 0 6 12 4 8 0 0 10 20 Napal Licin 0 0 9 18 1 2 0 0 10 20 Karang Panggung 0 0 10 20 0 0 0 0 10 20 Jumlah 1 2 29 58 13 26 7 14 50 100
Published by
Kantor Terdaftar
Bonn dan Eshborn, Jerman BIOCLIME
Biodiversity and Climate Change Kantor Jakarta:
GIZ ICCTF/GE LAMA I
Gedung Wisma Bakrie II. 5th Floor Ruang ICCTF Jl. HR. Rasuna Said Kavling B-2
Jakarta Selatan 12920 Telp: +62-21-9796-7614 Fax: +62-21-5794-5739 Kantor Palembang:
Jl. Jend. Sudirman No. 2837 KM. 3,5 Palembang
Telp: +62-711-353176 Fax: +62-711-353176
Penulis: Mohammad Sidiq, Robby D. Febriana dan Berthold Haasler Kontributor: Tim Ahli Universitas Sriwijaya
Photo Credits: BIOCLIME, Mohammad Sidiq (2015) I www.BIOCLIME.org E BIOCLIME@giz.de FB BIOCLIME Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH