• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Pembangunan Unit Industri Kecil untuk Usaha Masyarakat di 5 Desa Pilot Project Disusun Oleh : Tim Pendampi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Pembangunan Unit Industri Kecil untuk Usaha Masyarakat di 5 Desa Pilot Project Disusun Oleh : Tim Pendampi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pelaksanaan Pembangunan Unit Industri di Desa Pilot Project LAPORAN

Memfasilitasi kelompok masyarakat di desa pilot project BIOCLIME

untuk membangun unit usaha masyarakat berbasis pemanfaatan Hasil

Hutan Bukan kayu (HHBK)

Palembang, Februari 2017

PEMBANGUNAN UNIT INDUSTRI KECIL

(2)

Laporan Pelaksanaan Pembangunan Unit Industri di Desa Pilot Project

Halaman Judul

Report Sub Kegiatan A.2.2.2

Pembangunan Unit Industri Kecil untuk Usaha

Masyarakat di 5 Desa Pilot Project

Disusun Oleh :

Tim Pendamping Masyarakat Desa

Koordinator /Konsultan Tim :

Robby Dwi Nugraha

Anggota Tim

SIGID WIDAGDO

BEJOE DEWANGGA

HENNI MARTINI

Laporan :

Hutan Kita Institute (HaKI)

OFFICE Jl. YUDO NO H8 RT 31 Kel Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp : +62(711)5732460

Program : FA

(3)

PEMBANGUNAN UNIT INDUSTRI KECIL

1. Unit Industri Kecil Penyulingan Nilam di Desa Napalicin 1.1. Sekilas tentang Pendirian Industri

Industri kecil penyulingan minyak nilam (atsiri) di Kabupaten Musi Rawas Utara hanya ada di Desa Napalicin. Di Desa Napalicin terdapat sebanyak tiga unit instalasi penyulingan nilam, milik warga desa. Modal awal yang digunakan oleh para pemilik instalasi penyulingan di Desa Napalicin berkisar antara Rp 2.500.000– 5.000.000 dengan perincian untuk pengadaan tungku pengukus daun nilam yang dibeli dari daerah Sarolangun, Bangko Jambi. Dengan modal awal tersebut diperoleh sebanyak 2 unit tungku pengukus rakitan yang terbuat dari drum galvanis ukuran 200 liter. Ketiga unit instalasi penyulingan nilam tersebut merupakan usaha milik perseorangan yang masih sekeluarga. Kegiatan mereka telah dilakukan sejak tahun 2012, yakni dua tahun lebih awal dari kegiatan project BIOCLIME di Desa Napalicin. Pada saat ini, sejak masuknya kegiatan proyek BIOCLIME, pelaku usaha penyulingan nilam di Desa Napalicin tergabung dalam kelompok tani dengan produksi minyak nilam yang dijual hasil penyulingan dari daun nilam yang diusahakan oleh anggota kelompok. Sejak kegiatan ini dikembangkan pada skala kelompok, anggota Kelompok Tani membangun visinya untuk menjadikan Desa Napalicin sebagai sentra tanaman nilam dan produk turunannya berupa minyak nilam (minyak atsiri) di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara. Wujud dari usaha awal adalah berdirinya 1 unit industri penyulingan minyak nilam skala kecil terletak di lahan desa pada lahan seluas ¼ hektar, karena sarana dan prasarana tersedia di desa untuk memudahkan proses produksinya.

Animo anggota Kelompok Tani Hutan dan warga desa di Napalicin tinggi terhadap upaya menciptakan alternatif pendapatan mereka. Faktanya, msyarakat desa merasakan bahwa harga getah karet terus merosot. Pada saat ini harga getah karet di tingkat pengumpul di desa adalah Rp 4.000/Kg, dibandingkan dengan harga pada tahun-tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7.000/Kg. Warga tani di Desa Napalicin juga merasakan bahwa sudah beberapa kali musim tanam terakhir ini, kondisi tanaman padi, seringkali mengalami kegagalan panen. Selain itu, sekelompok warga desa yang dalam musim tertentu menjadi Pembalak Liar, kini merasakan bahwa pengorbanan dan perolehan hasil tidak mendapatkan hasil sebanding, karena lokasi sumber kayu-kayu komersil sudah sangat jauh untuk ditempuh.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas anggota Kelompok Tani membuat perencanaan usaha budidaya tanaman nilam dan memproduksi minyak atsiri dari bahan baku tanaman nilam yang mereka tanam di lahan-lahan kebun/ladang mereka. Kenapa Minyak Atsiri? Dari hasil study tentang CLAPS, Market Analysis and Development, and Value Chain Analysis yang dilakukan di Desa Napalicin, Minyak Atsiri (Patchouli Oil) adalah salah satu komoditi yang berpotensi dan memiliki nilai jual cukup tinggi. Untuk itu Usaha Penyulingan Minyak Atsiri sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan yang lebih baik.

Pada saat ini, KTH Citra Lestari sebagai pengelola unit bisnis budidaya dan penyulingan nilam membuat jaringan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan KPH Rawas untuk penanaman nilam dan pengadaan peralatan penyulingan. Kerjasama ini bertujuan untuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga dapat mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan di kawasan TNKS. Melalui kerjasama ini juga diharapkan dapat menurunkan tingkat illegal logging di dalam maupun di sekitar TNKS.

(4)

1.2. Bangunan Unit Industri Penyulingan Nilam

Unit industri penyulingan nilam dibagi menjadi dua bagian, pertama bangunan untuk alat penyulingan nilam dengan ukuran 5x6 meter persegi dan dirancang dengan bentuk bangunan terbuka yang berfungsi untuk mengeluarkan hawa panas yang dihasilkan dari alat penyulingan.

Gambar 1 Unit industri penyulingan nilam di Desa Napalicin

Gambar 2 Outline peralatan tungku penyulingan nilam dan instalasi komponen kincir air sebagai pengangkut air dari sisi sungai untuk distilasi alat penyulingan nilam Outline peralatan dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan pekerjaan dan penyimpanan bahan baku (berupa gudang untuk penumpukan karung-karung ukuran 50 kg yang berisi daun nilam kering). Bahan baku nilam dapat digolongkan kedalam dua kondisi, yaitu kondisi ketika daun nilam kering yang kemudian

(5)

dicacah dan kondisi ketika daun nilam dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan. Bagian kedua adalah komponen kincir air yang diletakkan dibagian sisi sungai untuk memanfaatkan gaya dorong dari arus sungai sebagai pengangkut air untuk distilasi alat penyulingan nilam secara berkala. Hasil akhir dari proses distilasi nilam dapat ditempatkan melalui saluran di depan alat penyulingan.

Pembibitan nilam dibentuk bersebalahan dengan lokasi unit usaha penyulingan nilam untuk memudahkan perawatan dan pemyemaian nilam dari kebun menjadi bibit nilam yang siap tanam kembali. Pembibitan nilam harus menggunakan naungan berupa sungkup plastik atau menggunakan tandan daun kelapa. Hal ini bertujuan untuk menyaring cahaya matari langsung mengenai bibit nilam. Pembibitan dilakukan pada saat sebelum panen menggunakan teknik stek batang agar setelah nilam dipanen, maka bibitnya telah siap ditanam kembali.

Gambar 3 Lokasi pembibitan nilam yang dikelola oleh anggota Kelompok Tani Hutan Citra Lestari Desa Napalicin

1.3. Komponen Bangunan dan Biaya

Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil penyulingan nilam di Desa Napalicin dari bantuan project BIOCLIME disajikan pada Tabel 28.

(6)

Tabel 1 Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil penyulingan nilam di Desa Napalicin Kec. Ulu Rawas Kab. Musi Rawas Utara

Komponen Bangunan Satuan Biaya (Rp)

A. Bangunan Pabrik 1. Kincir Air

− As Poros Kincir 1 buah 500,000

− Jari-jari 60 batang 90,000 − Kayu kerangka 1,5 m3 1,000,000 − Kawat pengikat 17 kg 340,000 − Tali/Tampar kecil 6 kg 240,000 − Paku campur 15 kg 225,000 − Tali/tampar balok 4 kg 160,000

− Biaya pembuatan dan instalasi (borongan) paket 2,500,000

Total Kincir Air 5,055,000

2. Bangunan Pabrik

− Kayu kerangka 1,5 m3 1,500,000

− Papan 1 m3 1,400,000

− Seng 6 kodi 4,200,000

− Kawat duri 4 rol 500,000

− Paku campur 10 kg 150,000

− Plank nama pabrik plat besi+Galvanis 1 unit 2,500,000

− Upah tukang (Borongan) paket 3,000,000

Total Bangunan Pabrik 13,250,000

B. Peralatan Penyulingan

− Alat suling untuk output 7 Ons–1,2 kg 2 unit 8,000,000

Total Peralatan Penyulingan 8,000,000

C. Pengadaan Bibit Nilam

− Bibit Nilam (siap panen) 30.000 btg 30,000,000

Total Pengadaan Bibit 30,000,000

D. Grand Total 56.306.000

1.4. Tahapan Pembangunan Industri

Kegiatan pembangunan unit industri penyulingan nilam dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Pengajuan proposal pembangunan industri ke proyek BIOCLIME. Usulan tersebut dibuat oleh KTH Citra Lestari, dan proposal dipersiapkan dengan melampirkan daftar kebutuhan dan spesifikasinya disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Pihak project BIOCLIME selanjutnya meninjau proposal tersebut.

(2) Pengadaan barang dan jasa. Tahapan pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan RAB yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, antara project dan Kelompok Tani. Pengadaan bahan bangunan dilakukan melalui proses penawaran (tender) dengan minimal 3 kontraktor atau toko suplier bahan bangunan yang bersedia melampirkan daftar barang sesuai dengan spesifikasi berikut harganya.

(7)

Kontraktor dan atau toko bangunan hanya dipilih salah satu dengan pertimbangan sesuai lokasi dan kondisi desa.

(3) Pembangunan unit industri dilakukan melalui surat perjanjian kerja, untuk menjaminkan proses pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya yang telah disepakati bersama. Tahapan pembangunan dilaporkan secara berkala kepada pihak yang ditunjuk sebagai pengawas kepada pihak project BIOCLIME.

(4) Penyerahan bangunan industri kepada masyarakat oleh pihak project BIOCLIME untuk dioperasikan oleh Kelompok Tani di Desa Napalicin sebagai pengelola unit industri.

Gambar 4 Anggota KTH Citra Lestari Desa Napalicin sedang mengikuti proses pembinaan pembangunan persemaian Nilam melalui kegiatan On the Job Training di Desa Napalicin Kec. Ulu Rawas Kab. Musi Rawas Utara. Kegiatan pembinaan ini bentuk kerjasama antara project BIOCLIME dengan BP2LHK Palembang, dan KPH Rawas.

(8)

2. Unit Industri Kecil Kopi Bubuk Selangit Desa Karang Panggung 2.1. Sekilas tentang Pendirian Industri

Di Desa Karang Panggung, kopi merupakan komoditi yang sudah ada sejak lama, lebih dari 20 tahun. Kopi menjadi komoditi yang cukup penting setelah karet. Namun selama ini petani menjual biji kopi kering dan belum diolah secara maksimal. Pengembangan usaha kopi bubuk baru dilakukan oleh masyarakat, lebih kurang 5 tahun yang lalu. Umumnya, usaha pembuatan kopi bubuk diprakarsai oleh kegiatan industri skala rumah tangga.

Industri kecil Kopi Bubuk di Desa Karang Panggung Kabupaten Musi Rawas pada mulanya dikembangkan melalui program-program pemerintah daerah melalui program bantuan dan binaan dari Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Kabupaten Musi Rawas. Binaan dan bantuan tersebut bertambahan dengan adanya program bantuan dan binaan dari project BIOCLIME bekerjasama dengan KPH Lakitan, hingga menjadi Unit Usaha Masyarakat Produksi Kopi Selangit.

Pemberian nama produk sebagai Kopi Selangit adalah mempertimbangkan bahwa pada saat ini belum ada pengusaha pembuat kopi bubuk di tingkat kecamatan yang memberi nama dengan entitas geografis, entitas daerah asal kopi. Nama Selangit berarti menunjukkan entitas asal kopi dari Kecamatan Selangit. Pada saat ini varian produk telah berkembang menjadi 3 varian dengan pembeda pada warna kemasan. Varian ini masih berbasis berat produk.

Hampir sama dengan Desa Napalicin, sejak masuknya kegiatan proyek BIOCLIME, pelaku usaha pembuatan kopi bubuk di Desa Karang Panggung tergabung dalam kelompok tani dengan kopi bubuk yang dijual sekaligus sebagai hasil usaha oleh anggota kelompok. Sejak kegiatan ini dikembangkan pada skala kelompok, anggota Kelompok Tani membangun visinya untuk menjadikan Kopi Selangit mewakili kualitas kopi terbaik asal Kecamatan Selangit baik di wilayah Kabupaten Musi Rawas sampai ke tingkat nasional. Sejak industri berdiri dan memproduksi Kopi Bubuk Selangit, KPH Lakitan Bukti Cogong menjadi mitra utama yang mendukung proses pembinaan dan pemasaran produk Kopi Selangit.

Unit usaha Kopi Selangit Kelompok Tani Hutan Tunas Harapan Desa Karang Panggung bermitra dengan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Lakitan Bukit Cogong untuk pengelolaan kebun kopi organik dan kopi luwak liar dalam wilayah kerja KPH Lakitan Bukit Cogong. Skema kemitraan antar KTH Tunas Harapan dan KPH Lakitan Bukit Cogong dapat memperbesar pasar dan distribusi kopi selangit di wilayah Suamtera Selatan, KPH dapat membina dan menampung hasil dari kelompok tani dan mempromosikannya ke berbagai daerah. Saat ini Kopi Selangit KTH Tunas Harapan sudah berhasil membuat MoU dengan minimarket nasional Indomart untuk memasarkan produknya di gerai Indomart regional Musi Rawas, MoU ini difasilitasi langsung oleh KPH Lakitan Bukit Cogong. Produk – produk kopi dari KTH Tunas Harapan juga telah mendapat PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas. Pengajuan label organik juga sedang dilakukan pembicaraan antara KTH Tunas Harapan dengan KPH Lakitan Bukit Cogong.

(9)

Gambar 5 Deklarasi komitmen KPH Lakitan Bukit Cogong kepada Kelompok Tani Hutan Tunas Harapan untuk program pendampingan pengembangan usaha Kopi Bubuk Selangit disaksikan oleh Kepala Desa Karang Panggung dan project BIOCLIME

2.2. Bangunan Unit Industri Kopi Bubuk Selangit

Sejak pertengahan tahun 2016, Kelompok Tani Tunas Mandiri Desa Karang Panggung telah memiliki 1 unit industri pengolahan Kopi Bubuk Selangit skala kecil terletak di lahan milik salah satu anggota Kelompok Tani, dengan izin pemakaian untuk mengembangkan usaha pengolahan kopi bubuk. Unit industri pengolahan Kopi Bubuk Selangit yang dibangun di Desa Karang Panggung adalah berupa bangunan dengan perlengkapan peralatan produksi kopi bubuk, berukuran 6x6x4 meter dengan ventilasi yang cukup difungsikan sebagai cerobong asap.

Bangunan dibagi menjadi enam ruangan utama yaitu, tempat penyimpanan bahan bakar, tempat penyimpanan bahan baku (biji kopi), tempat tungku roasting

dan pendingin biji kopi, lemari penyimpanan, tempat penggilingan biji kopi hasil

roasting, dan tempat pengemasan. Alat roasting biji kopi masih menggunakan sistem semi mekanis dengan menyesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok dan masyrakat sekitar.

2.3. Komponen Bangunan dan Biaya

Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil pembuatan Kopi Bubuk Selangit di Desa Karang Panggung dari bantuan project BIOCLIME disajikan pada Tabel 29.

(10)

Tabel 2 Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil pembuatan Kopi Selangit di Desa Karang Panggung Kec. Selagit Kab. Musi Rawas

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

A. Bangunan Pabrik

− Kayu (5x7x4 cm3) 72 batang 2,592,000

− kayu ( 5x12x4 cm3) 45 batang 2,340,000

− Kayu (2x25x4 cm3) 150 batang 6,750,000

− Batubata 3000 buah 2,100,000

− Batu sungai 4 meter 440,000

− Pasir 5 meter 500,000

− Semen 35 sak 3,500,000

− Paku 5 kg 100,000

− Paku seng 1 kg 35,000

− Atap seng (ukuran 6 kaki) 40 keping 3,200,000

− Talang Air 7 meter 210,000

− Plang nama industi+Galvanis 1 unit 2,500,000

− Upah selama 5 orang x 5 hari 25 HOK 1,250,000

Total Bangunan Pabrik 25,517,000

B. Peralatan Produksi

− Healer 1 unit 9,000,000

− Mesin Diesel 1 unit 7,500,000

− mesin sangrai 1 unit 3,200,000

− Sealer 1 buah 500,000

− kipas angin 4 unit 400,000

− bak tempat kopi 5 buah 625,000

− biji kopi untuk produksi pertama 200 kg 4,200,000 − perizinan merk kopi ( IRT dan BPPOM) 1 paket 8,000,000

− Timbangan 1 unit 300,000

− Upah pemasangan alat selama 2 hari 10 HOK 500,000

Total Pengadaan Bahan Pengolahan Rotan 34,225,000

C. Grand Total 59,742,000

2.4. Tahapan Pembangunan Industri

Kegiatan pembangunan unit industri pembuatan Kopi Bubuk Selangit dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Pengajuan proposal pembangunan industri ke proyek BIOCLIME. Usulan tersebut dibuat oleh KTH Tunas Mandiri, dan proposal dipersiapkan dengan melampirkan daftar kebutuhan dan spesifikasinya disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Pihak project BIOCLIME selanjutnya meninjau proposal tersebut.

(2) Pengadaan barang dan jasa. Tahapan pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan RAB yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, antara project dan Kelompok Tani. Pengadaan bahan bangunan dilakukan melalui proses penawaran (tender) dengan minimal 3 kontraktor atau toko suplier bahan bangunan yang bersedia

(11)

melampirkan daftar barang sesuai dengan spesifikasi berikut harganya. Kontraktor dan atau toko bangunan hanya dipilih salah satu dengan pertimbangan sesuai lokasi dan kondisi desa.

(3) Pembangunan unit industri dilakukan melalui surat perjanjian kerja, untuk menjaminkan proses pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya yang telah disepakati bersama. Tahapan pembangunan dilaporkan secara berkala kepada pihak yang ditunjuk sebagai pengawas kepada pihak project BIOCLIME.

(4) Penyerahan bangunan industri kepada masyarakat oleh pihak project BIOCLIME untuk dioperasikan oleh Kelompok Tani di Desa Karang Panggung sebagai pengelola unit industri.

Gambar 6 Unit industri pembuatan Kopi Bubuk Selangit di Desa Karang Panggung

Gambar 7 Anggota KTH Tunas Mandiri Desa Karang Panggung sedang melakukan On the Job Training pada salah satu industri kopi di Kota Lubuk Linggau

(12)

Gambar 8 Varian Kopi Bubuk Selangit dari Desa Karang Panggung hasil kerjasama KTH Tunas Mandiri, KPH Lakitan Bukit Cogong dan project BIOCLIME

Gambar 9 Peresmian produk Kopi Bubuk Selangit mesuk Minimarket Indomret di Kota Lubuk Linggau merupakan kerjasama antara KTH Tunas Harapan, KPH Lakitan Bukit Cogong, dan Pemerintah Daerah Kab. Musi Rawas. Peresmian dilakukan oleh Bupati Musi Rawas dihadiri oleh Unsur Pimpinan Daerah, Kejari, Kapolres, Kalapas, Kepala KPH Lakitan, dan Manajer Indomaret di Lubuk Linggau pada tanggal 11 April 2017.

(13)

3. Unit Industri Kecil Mebel Rotan Desa Pangkalan Bulian 3.1. Sekilas tentang Pendirian Industri

Warga Desa Pangkalan Bulian yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Bulian Alam Mulia dan Kepala Desa Pangkalan Bulian menyatakan bahwa pokok tanaman rotan merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial. Ditinjau dari segi habitatnya, berdasar data dari survey CLAPS yang dilakukan project BIOCLIME pada tahun 2015, pokok-pokok tanaman rotan masih banyak tersebar di kanan-kiri sungai di sekitar desa sampai ke dalam kawasan hutan dan hutan lindung KPH Meranti. Potensi rotan di daerah ini dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi bentuk mebel dan kerjainan rotan.

Nilai tambah yang didapat jika rotan diolah menjadi bentuk mebel dan barang kerajinan diantaranya adalah meningkatnya harga jual serta memunculkan entitas baru sebagai usaha milik desa. Keuntungan yang didapat dari usaha pengolahan rotan memberi peluang untuk didirikannya industri mebel rotan. Pada saat ini setidaknya 30 orang pengrajin rotan di Desa Pangkalan Bulian.

Rotan di Desa Pangkalan Bulian merupakan rotan alam yang berasal dari hutan di kawasan Desa Pangkalan Bulian, diperkirakan cukup sampai 3 tahun ke depan, dan untuk kesinambungan akan dilakukan penanaman kembali/budidaya.

Pendirian industri mebel rotan bagi anggota KTH Bulian Alam Mulia dan Desa Pangkalan Bulian merupakan salah satu langkah strategis untuk menggerakkan perekonomian desa serta pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dimana Desa Pangkalan Bulian adalah salah satu model pengembangan BUMDes di Kabupaten Musi Banyuasin. Dengan adanya industri berbasis bahan baku rotan, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan antara pihak Kelompok Tani, Pemerintah Desa, dan Pemangku Wilayah Hutan (KPH). Hasil mebel rotan yang dihasilkan Kelompok Tani akan dipasarkan melalui bantuan BUMDes sehingga masyarakat/petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan rotan di dalam kawasan hutan KPH Meranti melalui kegiatan rehabilitasi hutan dengan tanaman campuran, termasuk tanaman rotan. Adanya industri mebel rotan di tingkat desa juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan. Meskipun pada saat project BIOCLIME berakhir pada akhir Mei 2017, usaha rotan ini belum berjalan karena berbagai kendala, terutama transportasi darat sulit ditempuh karena selama musim hujan jalan rusak tidak bisa dilalui, akibatnya pasokan bahan bangunan industri tertunda pengirimannya.

Keunggulan produk dari industri rotan KTH Bulian Alam Mulia ini adalah bahan baku rotan alami dengan kualitas bagus. Namun dari sisi desain, masih belum banyak modelnya. Langkah awal yang akan dilakukan oleh Kelompok Tani dan Pemerintahan Desa adalah mengembangkan usaha dengan cara promosi produk mebel rotan Desa Pangkalan Bulian masuk ke perusahaan-perusahaan di sekitar desa melalui program CSR ataupun pembelian langsung untuk menggunakan 1 set mebel rotan buatan Kelompok Tani di setiap ruang tamu (lobby) kantor. Selain itu juga dalam skala di tingkat kabupaten, Kepala Desa akan membantu promosi melalui BUMDes ke untuk membuat kerjasam dengan Pemerintah Daerah menghimbau penggunaan mebel rotan Desa Pangkalan Bulian pada setiap lobby (ruang tamu) hotel sebagai bagian dari promosi keunggulan daerah.

(14)

3.2. Bangunan Unit Industri Mebel Rotan

Pada kegiatan produksi, jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan yang menjadi biaya investasi dalam melakukan usaha rotan sesuai dengan kapasitas produksi sudah tersedia yang dibantu oleh project BIOCLIME.

Bangunan unit industri mebel rotan di Desa Pangkalan Bulian didirikan di atas lahan milik desa yang letaknya bersebelahan dengan gedung balai desa di dusun satu desa Pangkalan Bulian. Bangunan unit industri mebel itu dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama sebagai bengkel mebel rotan dan kantor kerja, bagian kedua sebagai tempat penggorengan dan pencucian rotan mentah menjadi bahan siap pakai.

Proses pembangunan unit industri rotan ini sempat mengalami berbagai kendala, bahan kayu untuk bangunan yang langka dan kondisi jalan menuju lokasi unit usaha yang masih tergantung kondisi cuaca. Pembangunan saat unit usaha sampai saat ini bangunan sudah 80% dengan alat–alat penunjang produksi. Pengadaan alat penggorengan dan pencucian rotan dilakukan oleh KTH Bulian Alam Mulia dengan pemerintah desa Pangkalan Bulian melalui program BUMDes dan CSR dari perusahaan.

Gambar 10 Bangunan industri mebel rotan KTH Bulian Alam Mulia bantuan dari project BIOCLIME dibangun terintegrasi dengan balai desa di Dusun I Desa Pangkalan Bulian Kec. Batanghari Leko Kab. Musi Banyuasin.

3.3. Komponen Bangunan dan Biaya

Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil mebel dan kerajinan rotan di Desa Pangkalan Bulian dari bantuan project BIOCLIME seperti yang disajikan pada Tabel 30.

(15)

Tabel 3 Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil mebel dan kerajinan rotan di Desa Pangkalan Bulian Kec. Batanghari Leko Kab. Musi Banyuasin

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

A. Bangunan Pabrik

3. Tempat penggorengan Rotan 1 unit 6,000,000

4. Bangunan Pabrik

− Batu bata 6,000 buah 4,800,000

− Pasir 20 m3 6,000,000

− Semen 50 sak 4,500,000

− Papan 25cm×2cm×4m 5 m2 7,500,000

− Seng 6 kaki 20 kodi 20,000,000

− Kayu persegi berbagai ukuran 7 m3 10,500,000

− Paku berbagai macam ukuran 75 kg 1,875,000

− Paku seng 70 kg 2,100,000

− Baut “U” (7×15) cm 70 buah 1,750,000

− Engsel pintu besar 12 buah 420,000

− Engsel pintu kecil 22 buah 220,000

− Kunci pintu besar 2 buah 500,000

− Kunci pintu kecil 4 buah 800,000

− Kawar karang besar (2×3)m 6 m2 3,600,000

− Cat minyak coklat 5 kaleng 300,000

− Cat envi @20 kg 3 galon 2,100,000

− Gredel pintu 12 buah 120,000

− Grendel jendela + tunjang 12 buah 120,000

− Kusen jendela + daunnya 6 set 4,800,000

− Kusen pintu + daunnya 4 set 5,200,000

− Kusen pintu besar + daunnya 2 set 4,600,000

− Lemari 1 set 2,000,000

− Plank nama pabrik plat/besi galvanis 1 unit 2,500,000

− Upah borongan 25,000,000

Total Bangunan Pabrik 111,305,000

B. Peralatan Bengkel Rotan

− Standing fan 3 unit 10,050,000

− Mesin genset 10,000 watt 1 set 10,000,000

− Corensor/dinamo 1 set 2,500,000

− Bor listrik makita 2 set 1,400,000

− Gerinda amplas listrik makita 2 set 1,400,000

− Mesin steem 1 set 3,500,000

− Kepala kompor gas pemanas rotan 5 buah 1,250,000

− Pisau karet 10 buah 500,000

− Gergaji pemotong rotan 5 buah 250,000

− Martil kecil/besar 8 buah 200,000

− Ragum tang kakak tua kecil 5 buah 125,000

− Ragum tang kakak tua besar 5 buah 100,000

(16)

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

− Gunting jetuk kecil 5 buah 100,000

− Gunting jetuk besar 5 buah 125,000

− Pahat kayu/tata 5 buah 100,000

− Tempat penjemuran rotan 10 unit 1,000,000

− Rak penjemuran manau/semambu 10 unit 1,000,000 − Alat Pembengkok manau/semambu 4 unit 1,000,000

Total Peralatan Pengolahan Rotan 29,600,000

C. Pengadaan Bahan Pengolahan Rotan

− Pipa 1.5 inchi 1 buah 300,000

− Pipa ¾ inchi 1 buah 300,000

− Pipa 1 inchi 1 buah 300,000

− Rol selang steem warna kuning 1 set 600,000

− Meteran 5 buah 50,000

− Timbangan air kecil/waterpass 2 buah 40,000

− Tabung gas @3kg 25 buah 4,500,000

− Tedmon air 2 buah 2,500,000

− Mata bor 15mm, 10mm, 12mm 5 set 500,000

− Mata bor 20mm, 19mm, 25mm 5 set 500,000

− Terpal @(4×6)m 2 buah 2,000,000

− Cat tembok @25kg 4 kaleng 500,000

− Kepala kompor penggorengan 3 buah 750,000

− Terpal penutup jemuran (4×6)m 10 lembar 3,500,000

− Selang air 100 meter 1,200,000

− Kloset mck 1 buah 2,500,000

− Bak plastik mck 1 buah 2,500,000

− Amplas kasar no. 80 1 rol 1,000,000

− Amplas kasar no. 120 1 rol 1,000,000

− Belerang 100 kg 5,000,000

− Impra melamik herdener ½ liter 50 buah 2,500,000

− Tiner 100 liter 2,500,000

− Dempul kayu nipon point @1 kg 20 kaleng 1,100,000 − Lem fox lem kayu/pelamor 20 kampil 1,000,000

− Kuas plitur-impra 20 buah 200,000

− Candi brown CB @1 liter 50 kaleng 2,750,000

− Cocoa bronw WS 162B @1 liter 50 kaleng 2,750,000

− Imra @5 liter 10 propan 550,000

− Paku 3 inchi 25 kg 625,000

− Paku 2,5 inchi 25 kg 625,000

− Paku 1,5 inchi 25 kg 625,000

− Paku kecil 25 kg 625,000

Total Pengadaan Bahan Pengolahan Rotan 45,390,000

(17)

Gambar 11 Dukungan project BIOCLIME kepada KTH Bulian Alam Mulia Desa Pangkalan Bulian untuk kegiatan On the Job Training di industri mebel di Kota Palembang pada tanggal 11–15 Maret 2016 untuk mempersiapkan SSDM pelaku usaha mebel di Desa Pangkalan Bulian.

Gambar 12 Produk mebel buatan KTH Bulian Alam Mulia Desa Pangkalan Bulian yang dipamerkan pada Konferensi Tingkat TInggi BONN CHALLENGE 2017 PALEMBANG, pada tanggal 8–10 Mei 2017.

(18)

3.4. Tahapan Pembangunan Industri

Kegiatan pembangunan unit industri mebel dan kerajinan rotan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Pengajuan proposal pembangunan industri ke proyek BIOCLIME. Usulan tersebut dibuat oleh KTH Bulian Alam Mulia Desa Pangkalan Bulian, dan proposal dipersiapkan dengan melampirkan daftar kebutuhan dan spesifikasinya disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Pihak project BIOCLIME selanjutnya meninjau proposal tersebut.

(2) Pengadaan barang dan jasa. Tahapan pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan RAB yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, antara project dan Kelompok Tani. Pengadaan bahan bangunan dilakukan melalui proses penawaran (tender) dengan minimal 3 kontraktor atau toko suplier bahan bangunan yang bersedia melampirkan daftar barang sesuai dengan spesifikasi berikut harganya. Kontraktor dan atau toko bangunan hanya dipilih salah satu dengan pertimbangan sesuai lokasi dan kondisi desa.

(3) Pembangunan unit industri dilakukan melalui surat perjanjian kerja, untuk menjaminkan proses pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya yang telah disepakati bersama. Tahapan pembangunan dilaporkan secara berkala kepada pihak yang ditunjuk sebagai pengawas kepada pihak project BIOCLIME.

(4) Penyerahan bangunan industri kepada masyarakat oleh pihak project BIOCLIME untuk dioperasikan oleh Kelompok Tani di Desa Pangkalan Bulian sebagai pengelola unit industri.

(19)

4. Unit Rumah Usaha Masyarakat di Desa Kepayang 4.1. Sekilas tentang Pendirian Rumah Usaha Masyarakat

Ubi racun merupakan salah satu jenis usaha yang ada di Dusun Talang Nuaran Desa Kepayang Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. Warga Desa Kepayang yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Kepayang Lestari sebagian besar adalah mereka yang tinggal di kebun/ladang mereka di dalam areal Hutan Desa Kepayang. KTH Kepayang Lestari merupakan kelompok tani yang melakukan usaha ubi racun tersebut dengan luas lahan usaha 15 Ha. Kelompok tani Kepayang Lestari memiliki 30 anggota kelompok dengan inisiator pendiri awal yaitu Bapak Husni Zahir Fahmi dan Bapak Sainur. Produk yang dihasilkan oleh usaha kelompok tani tersebut yaitu berupa Ubi Racun/Ubi Kayu.

Bahan baku yang digunakan untuk usaha ubi racun tersebut yaitu bibit ubi racun yang bisa didapatkan di desa tetangga (Desa Pemakaran) dengan harga beli Rp.7.000.000,- per truk. Pengiriman bibit ubi racun tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu ketek untuk menuju lahan usaha karena jalur menuju lahan usaha melalui jalur sungai yang hanya bisa ditempuh dengan perahu ketek. Bahan baku tersebut tidak sulit diperoleh karena stok bibit yang selalu ada dalam memenuhi pesanan bibit ubi racun tersebut. Dari 30 Kepala Keluarga (KK) yang teragbung dalam Kelompok Tani, masing-masing dapat membudidayakan Ubi Racun seluas 0,5 hektar/KK.

Gambar 14 Mobilisasi bibit Ubi Kayu (Ubi Racun) dari pusat pembibitan di Desa Pemakaran Kec. Bayung Lencir ke lokasi penanaman di Dusun Talang Nuaran Hutan Desa Kepayang.

Kegiatan penanaman ubi racun dilakukan pada bulan November 2016 dan pada bulan Desember 2016 hingga bulan Januari 2017 banjir menggenangi lahan usaha kelompok tani. Tanaman ubi mengalami kegagalan karena lahan usaha tersebut sering terjadi banjir. Disamping kegagalan karena banjir, kondisi pasar juga mempengaruhi motivasi Kelompok Tani bahwa pada periode tahun 2014–2016

(20)

harga ubi racun berkisar Rp.700–1.000,- per Kg. Akan tetapi saat memasuki awal tahun 2017 harga ubi racun jatuhm dan hanya dihargai Rp.50,- per Kg sehingga membuat petani sudah sangat malas dalam membudidaya ubi racun tersebut. Kelompok Tani Kepayang Lestari belum pernah memasarkan produksi ubi racun mereka dikarenakan lahan usaha yang mereka jalankan tergenang banjir yang mengakibatkan usaha tersebut gagal produksi. Hingga pada bulan April 2017 lahan usaha kelompok tani ini masih digenangi air sekitar 15–20 cm.

Gambar 15 Lokasi penanaman Ubi Kayu (Ubi Racun) dan lokasi Bangunan Rumah Usaha Masyarakat dan Persemaian Desa di Dusun Talang Nuaran Hutan Desa Kepayang Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin.

Setelah kegagalan panen Uni Kayu, alternatif usaha potensial lain yang bisa menopang kegiatan masyarakat di desa adalah menjual ikan asin gabus dan usaha pembibitan tanaman rawa gambut. Namun usaha ikan asin yang ada pada saat ini bukan menjadi prioritas karena masyarakat lebih memilih menjual ikan hidup dibandingkan menjual ikan asin. Sumber ikan di Desa Kepayang sangat banyak akan meskipun pada musim kemarau ikan sangat sulit didapatkan. Melalui ketua kelompok tani, ikan dibeli dari para anggota tani di Talang Nuaran, dan diolah menjadi ikan asin. Saat ini pemasaran ikan asin masih di sekitaran Desa terutama dijual ke perusahaan-perusahaan sawit di sekitar desa. Harga jual ikan asin di Desa Kepayang berkisar Rp.20.000–25.000,- per kg bahkan bisa dijual dengan harga sampai Rp 45.000,- per kg.

Selain menjual produk ikan asin gabus sebagai usaha alternatif, KTH Kepayang Lestari juga didukung untuk mengembangkan usaha persemaian desa. Usaha ini juga menjadi usaha potensial lainnya setelah mengalami kegagalan panen dari Ubi Kayu (Ubi Racun). Usaha persemaian desa sangat erat dikaitkan dengan program Restorasi Gambut.

(21)

Gambar 16 Produk ikan asin gabus sebagai usaha alternatif lain yang diolah dan dikemas oleh Kelompok Tani untuk dijual kepada konsumen di perusahaan-perusahaan sawit yang berada di sekitar Desa Kepayang Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin.

Restorasi gambut di Hutan Rawa Gambut Merang–Kepayang menjadi topik utama dan erat kaitannya dengan kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015. Konsep restorasi gambut dikenal dengan 3R (Rewetting, Revegetation and Revitalization of Livelihood) , kemitraan antara Kelompok Tani Hutan Kepayang Lestari dengan KPH Lalan merupakan salah satu strategi untuk menerapkan konsep 3R tersebut. Keanggotaan KTH Kepayang Lestari merupakan gabungan antara kelompok masyarakat yang berada di sekitar hutan/lahan gambut yang terbakar dan pengelola Hutan Desa. Skema kemitraan berjalan dengan dibentuknya persemaian kelompok yang berada dekat dengan hutan/lahan gambut dan dikelola oleh dusun anggota kelompok yang tinggal bersebalahan dengan lokasi persemaian, peran KPH Lalan adalah membuat rencana aksi dan sistem pendanaan serta proses restorasi dengan melibatkan KTH Kepayang Lestari dan mengelola secara bersama persemaian yang telah ada sebagai penyedia bibit dan semai untuk kegiatan restorasi gambut di wilayah kelola KPH Lalan. Skema ini juga dapat dikembangkan menjadi suatu kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap pengelolaan lahan gambut habis terbakar dengan kolaborasi antara masyarakat serta pengelola Hutan Desa.

Kegiatan restorasi telah dilakukan oleh project BIOCLIME dengan melibatkan Kelompok Tani dengan pendekatan sistem agroforestry. Plot restorasi telah ditanam seluas 6 Ha, terdiri dari 1 Ha dikerjakan pada tahap awal melalui kegiatan pelatihan untuk memberikan pembekalan kepada anggota Kelompok Tani tentang teklnis pelaksanaan penanaman; selenjutnya 5 Ha dikerjakan pasca pelatihan dengan lokasi tanaman melanjutkan pada lokasi 1 ha demplot pelatihan

(22)

mengikuti Master Plan Rehabilitasi yang telah dirancang untuk Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut di Hutan Desa Kepayang. Dengan demikian, Kelompok Tani telah melakukan usaha penanaman rehabilitasi seluas 6 Ha.

Secara teknis, kegiatan dimulai dengan pengukuran tinggi muka air tanah/genangan air pada areal yang telah ditanam dan yang akan ditanam, dilanjutakan dengan menetukan jalur tanam dan jarak tanam secara manual pada proses pembersihan lahan. Bentuk plot penanaman mengikuti bentuk fisik sungai Nuaran dimulai dari arah muara Nuaran untuk memudahkan akses perawatan tanaman, jarak antar jalur tanam dibuat selebar 5 meter x 5 meter dan mengarah Utara–Selatan. Penentuan arah Utara–Selatan ini bertujuan untuk memaksimalkan cahaya matahari mengenai permudaan yang ditanam agar dapat tumbuh dan berkembang secara.

Gambar 17 Produk ikan asin gabus sebagai usaha alternatif lain yang diolah dan dikemas oleh Kelompok Tani untuk dijual kepada konsumen di perusahaan-perusahaan sawit yang berada di sekitar Desa Kepayang Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin.

4.2. Bangunan Unit Rumah Usaha Masyarakat dan Persemaian Desa

Bangunan unit Rumah Usaha Masyarakat dan Persemaian Desa di Desa Kepayang didirikan di atas lahan milik anggota Kelompok Tani di dalam wilayah Hutan Desa. Bangunan unit Rumah Usaha tersebut berukuran 4x6 m persegi dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama sebagai ruang utama sebagai ruang kerja dan ruang pertemuan, bagian kedua adalah teras (lobby) yang juga akan dikembangkan sebagai dapur dan ruang toilet. Ide bangunan itu adalah sebagai pusat koordinasi usaha-usaha bisnis yang dikerjakan oleh Kelompok Tani. Selain itu, bangunan

(23)

pembibitan/persemaian desa juga dibangun pada areal Hutan Desa Kepayang, letaknya tepat dibelakang Rumah Usaha Masyarakat.

Gambar 18 Bangunan Rumah Kelompok Tani bantuan dari project BIOCLIME dibangun di Hutan Desa Kepayang di Talang Nuaran Desa Kepayang Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin.

Gambar 19 Bangunan persemaian desa Kelompok Tani Hutan Kepayang Lestari 4.3. Komponen Bangunan dan Biaya

Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit bangunan Rumah Usaha Masyarakat di Desa Kepayang dari bantuan project BIOCLIME (Tabel 31).

(24)

Tabel 4 Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit Rumah Usaha Masyarakat di Desa Kepayang Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

A. Bangunan Posko (4 x 6)m

− Papan 7 m3 4,200,000

− Seng 3 kodi 10 kaki 4,500,000

− Papan persegi (Balok) 3 m3 2,700,000

− Papan reng 3 m3 2,700,000

− Plang nama 1 unit 2,500,000

− Palu 20 buah 400,000

− Cangkul 4 buah 500,000

− Linggis 4 buah 200,000

Total Posko 17,700,000

B. Pengadaan Bibit Ubi Racun

− Bibit Ubi (siap panen) 4 truk 28,000,000

− Pupuk Paket untuk 16 ha 4,500,000

Total Pengadaan Bibit 32,500,000

C. Upah Kerja

− Upah tukang bangunan Paket/Borongan 5.000.000

− Upah buka lahan 15 ha 15.000.000

− Upah penanaman 15 ha 15.000.000

Total Upah Kerja 35.000.000

D. Grand Total 85.200.000

Tabel 5 Komponen biaya penanaman rehabilitasi Hutan Rawa Gambut di Hutan Desa Kepayang Kec. Bayung Lencir Kab. Musi Banyuasin

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

A. Tenaga Kerja − Mandor tanam 15 OH @150,000 2,250,000 − Land clearing 75 OH @75,000 5,625,000 − Penyiangan gulma 75 OH @75,000 5,625,000 − Pemasangan ajir 30 OH @75,000 2,250,000 − Pembuatan gundukan 60 OH @75,000 4,500,000 − Penanaman 45 OH @75,000 3,375,000

− Pembuatan sekat bakar 90 OH @75,000 6,750,000 − Pembuatan embung air 30 OH @75,000 2,250,000 − Pengambilan sampel gambut 15 OH @75,000 1,125,000 − Pemasangan alat Piezometer 15 OH @75,000 1,125,000

Total Upah Tenaga Kerja 34,875,000

B. Transportasi

− Kapal angkut bibit (PLM-KPY) 1 trip 5,000,000 − Kapal angkut bibit (KPY-HD) 3 unit x 1 trip 1,200,000 − Kapal ketek untuk penanaman 3 unit x 15 hari 9,000,000

(25)

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp) C. Pengadaan Bibit

− Jelutung 1,100 batang 27,500,000

− Jenis lokal di gambut 1,100 batang 27,500,000

− Jenis cabutan 1,000 batang 400,000

Total Pengadaan Bibit 55,400,000

D. Pengadaan Peralatan Tambahan

− Papan nama petak tanaman 2 unit 4,000,000

− BBM untuk generator dll 15 hari @150,000 2,250,000

− Talang air 5 unit 500,000

− Selang pemadam berbenang 50 m 1,250,000

− Batang ajir bambu 2,200 batang 1,100,000

− Parang 5 unit 500,000

− Cangkul 3 unit 300,000

− Skop 3 unit 300,000

− Ember 5 unit 250,000

− Pipa paralon untuk Piezometer 3 unit 750,000

Total Peralatan Tambahan 4,950,000

E. Grand Total 110,425,000

4.4. Tahapan Pembangunan Rumah Usaha Masyarakat

Kegiatan pembangunan unit Rumah Usaha Masyarakat di Hutan Desa Kepayang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Pengajuan proposal pembangunan industri ke proyek BIOCLIME. Usulan tersebut dibuat oleh KTH Kepayang Lestari Desa Kepayang, dan proposal dipersiapkan dengan melampirkan daftar kebutuhan dan spesifikasinya disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Pihak project BIOCLIME selanjutnya meninjau proposal tersebut.

(2) Pengadaan barang dan jasa. Tahapan pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan RAB yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, antara project dan Kelompok Tani. Pengadaan bahan bangunan dilakukan melalui proses penawaran (tender) dengan minimal 3 kontraktor atau toko suplier bahan bangunan yang bersedia melampirkan daftar barang sesuai dengan spesifikasi berikut harganya. Kontraktor dan atau toko bangunan hanya dipilih salah satu dengan pertimbangan sesuai lokasi dan kondisi desa.

(3) Pembangunan unit Rumah Usaha Masyarakat selanjutnya dilakukan melalui surat perjanjian kerja, untuk menjaminkan proses pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya yang telah disepakati bersama. Tahapan pembangunan dilaporkan secara berkala kepada pihak yang ditunjuk sebagai pengawas kepada pihak project BIOCLIME.

(4) Penyerahan bangunan Rumah Usaha Masyarakat kepada masyarakat oleh pihak project BIOCLIME untuk dioperasikan oleh Kelompok Tani di Desa Kepayang sebagai pengelola.

(26)

5. Unit Industri Kecil Nata De Coco dan Asap Cair di Desa Muara Sungsang 5.1. Sekilas tentang Pendirian Industri

Nata De Coco dan Asap Cair merupakan unit usaha yang ada di Desa Muara Sungsang, Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin. Warga Desa Muara Sungsang yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Muara Sungsang Mandiri merupakan warga yang berada di sekitar perkebunan dan pengolahan kelapa. KTH Muara Sungsang Mandiri menginisiasi pendirian unit usaha Nata De Coco dan Asap Cair bekerjasama dengan KPHL Banyuasin. KPHL Banyuasin sangat mendukung inisiasi kerjamasa ini sebagai program dalam memberdayakan masyarakat sekitar hutan mangrove untuk memperoleh pendapatan dan menurunkan tingkat perambahan dan penebangan wilayah mangrove di pesisir Banyuasin.

Bahan baku kelapa sangat melimpah di Desa Muara Sungsang, bahkan cangkang kelapa sebagai bahan baku asap cair merupakan limbah dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Pemilihan dua produk dalam unit usaha agar olahan kelapa dan limbahnya dapat disimpan dan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi sebagai alternatif pendapatan untuk warga Desa Muara Sungsang yang tergabung dalam KTH Muara Sungsang Mandiri.

5.2. Bangunan Unit Industri Nata de Coco dan Asap Cair

Bangunan unit usaha kecil Nata De Coco dan Asap Cair di Desa Muara Sungsang didirikan di atas lahan milik KPHL Banyuasin kantor Resort Muara Sungsang. Pemilihan lahan merupakan kesepakatan bersama anatara anggota KTH Muara Sungsang Mandiri dengan KPHL Banyuasin, sebelumnya bangunan akan dibangun di atas lahan milik salah satu anggota KTH namun, karena lahan sering terkena pasang surut air laut dan kondisi air bersih yang kurang baik maka diputuskan untuk didirikan diatas lahan milik KPHL Banyuasin. Bangunan unit usaha terbagi kedalam tiga ruangan utama, pertama sebagai ruang etalse, kedua sebagai ruangan mesin pirolisi asap cair dan terakhir adalah ruangan kedap cahaya untuk proses fermentasi kelapa menjadi Nata De Coco.

5.3. Komponen Bangunan dan Biaya

Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit bangunan industri Nata de Coco dan pembuatan Asap Cair di Desa Muara Sungsang dari bantuan project BIOCLIME dirinci sebagai berikut:

Tabel 6 Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri pembuatan Nata de Coco dan Asap Cair di Desa Muara Sungsang Kec. Banyuasin II Kab. Banyuasin

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

A. Bangunan Unit Usaha

− Papan Ukuran 2,5 x25x4 2m3 2,000,000

− Seng 6 Kaki 2,5 kodi 1,950,000

− Seng polos (lebar 40 cm) 7,5 m 187,500

− Kayu Balok Ukuran 8x12x4 0,5m3 750,000

− Kayu Balok Ukuran 6x12x4 1 m3 1,500,000

− Kayu Balok Ukuran 5x7x4 0,4 m3 600,000

− Kayu Balok Ukuran 2x7x4 0.4 m3 600,000

− Plank nama Unit Usaha + Galvanis 1 unit 2,500,000

(27)

Komponen Biaya Satuan Biaya (Rp)

− Paku 4 inchi 2 Kg 36,000

− Paku 2,5 inchi 3 Kg 54,000

− Paku Seng (7cm) 4 kg 120,000

− Pintu lengkap + Pemasangan 2 set 2,200,000

− Semen @50 kg 13 zak 780,000 − Pasir 1,5 m3 300,000 − Batu Krikil/koral 2 m3 1,000,000 − Besi 12 12 batang 492,000 − Besi 6 15 batang 615,000 − Kawat Ikat 2 kg 36,000 − Pipa 3/4 3 batang 90,000

− Jendela lengkap + Pemasangan 2 set 2,000,000

− Kait Angin jendela 2 set 40,000

− Lampu pijar 40 watt putih 4 buah 340,000

− Upah Pekerja dan Tukang (4 orang ) 1 x Borongan 4,200,000

Total Bangunan Unit Usaha 22,462,500

B. Peralatan

1. Nata De Coco

− Nampan 20 pcs 160,000

Alat cup plastic sealer 2 pcs 3,000,000

− Kompor Gas 2 Batu 1 pcs 400,000

− Tabung Gas isi 3 Kg 1 pcs 120,000

− Showcase 1 pcs 3,500,000

2. Asap Cair (Liquid Smoke)

- Alat Pirolisis Kapasitas 100 kg 1 Paket 30,000,000

- Botol Penyimpanan Asap Cair 100 pcs 500,000

- Tong Plastik Biru 120 Liter 2 pcs 500,000

- Sekop 2 pcs 100,000

- Polytank Volume 250 ml 1 pcs 500,000

Total Peralatan 38,780,000

C. Pengadaan Bahan

1. Nata De Coco (500 Cup)

− Air Kelapa 300 liter 300,000

Starter 10 botol 500,000

− Asam Asetat 1 Liter 50,000

− ZA 1 Kg 30,000

− Gula 20 Kg 300,000

− Air Bersih 250 Liter 100,000

− Cup Minuman Plastik 14 oz 500 cup 100,000

2. Asap Cair (2 kali produksi @100 kg)

− Tempurung Kelapa 200 Kg 1,000,000

− Air Bersih 100 Liter 40,000

− Solar 100 Liter 565,000

Total Pengadaan Bahan 2,985,000

(28)

Gambar 20 Bangunan Unit Usaha Nata de Coco dan Asap Cair 5.4. Tahapan Pembangunan Industri

Kegiatan pembangunan unit industri pembuatan Nata de Coco dan Asap Cair dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Pengajuan proposal pembangunan industri ke proyek BIOCLIME. Usulan tersebut dibuat oleh KTH Muara Sungsang Mandiri melalui fasilitasi KPHL Banyuasin, dan proposal dipersiapkan dengan melampirkan daftar kebutuhan dan spesifikasinya disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Pihak project BIOCLIME selanjutnya meninjau proposal tersebut. (2) Pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan RAB yang telah

disetujui oleh kedua belah pihak, antara project dan Kelompok Tani. Pengadaan bahan bangunan dilakukan melalui proses penawaran (tender) dengan minimal 3 kontraktor/toko suplier bahan bangunan yang bersedia melampirkan daftar barang sesuai dengan spesifikasi berikut harganya. Selanjutnya dipilih satu supplier.

(3) Pembangunan unit industri dilakukan melalui surat perjanjian kerja, untuk menjaminkan proses pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya yang telah disepakati bersama. Tahapan pembangunan dilaporkan secara berkala kepada pengawas kepada pihak project BIOCLIME. (4) Penyerahan bangunan industri kepada masyarakat oleh pihak project

BIOCLIME untuk dioperasikan oleh Kelompok Tani di Desa Muara Sungsang melalui KPHL Banyuasin sebagai pembina dan pendamping untuk pengelola unit industri.

Gambar

Gambar 2  Outline peralatan tungku penyulingan nilam dan instalasi komponen kincir air  sebagai pengangkut air dari sisi sungai untuk distilasi alat penyulingan nilam  Outline peralatan dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan pekerjaan  dan penyimpanan
Gambar 3  Lokasi pembibitan nilam yang dikelola oleh anggota Kelompok Tani Hutan  Citra Lestari Desa Napalicin
Tabel 1 Komponen bangunan dan biaya untuk 1 unit industri kecil penyulingan nilam di  Desa Napalicin Kec
Gambar 4  Anggota KTH Citra Lestari Desa Napalicin sedang mengikuti proses  pembinaan  pembangunan persemaian Nilam melalui kegiatan  On the Job  Training  di Desa Napalicin Kec
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhannya, kepuasan mahasiswi terhadap kualiti kehidupan di kolej kediaman Tun Fatimah adalah berada pada tahap sederhana. Hasil kajian menunjukkan tahap

Dengan demikian, maka variabel independen yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, PDRB Perkapita, dan Tingkat Pendidikan yang diproksikan dengan Rata-rata Lama

Adapun permasalahan yang akan dibahas kali ini berkenaan dengan tinggalan arkeologis berupa sisa struktur bangunan tua di situs Kota Rebah, apakah sisa struktur

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak semua responden memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan contingency cost sehingga masih tersedia ruang yang cukup luas untuk

Setelah mendapat materi di dalam ruangan (in class training), 168 peserta Pelatihan Daerah untuk Fasilitator Pratik yang Baik Tingkat Sekolah Dasar (SD) &

Pada dasarnya bahwa suhu permukaan dapat atau dinyatakan sebagai cerminan suhu permukaan dilapangan pada citra penginderaan jauh yang diperoleh dari ekstraksi nilai piksel

dan semua cahaya akan menjadi gelap di samping cahaya keindahan yang gilang gemilang (Harun Nasution, 1983: 75-76). Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa ma’rifah

Pada retinoblastoma grup A-C, unilateral atau bilateral, dimana penglihatan masih mungkin untuk dipertahankan karena ukuran tumor sangat kecil, maka dapat