• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PILOT PROJECT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PILOT PROJECT"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PILOT PROJECT

IMPLEMENTASI PERLUASAN DAN EVALUASI

SEKAT KANAL:

KHG SUNGAI AIR HITAM LAUT – SUNGAI BUNTU KECIL

KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Tim Pelaksana:

Dr. Ngudiantoro, M.Si.

Dr. Ir. Bakri, M.P.

Dr. Momon Sodik Imanudin, S.P., M.Sc.

Dr. Ir. Satria Jaya Priatna, M.S.

Muhammad Baitullah Al Amin, ST, M.Eng.

Wijaya Mardiansyah, S.Si., M.Si.

KERJASAMA ANTARA

BADAN RESTORASI GAMBUT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2017

(2)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyampaikan laporan akhir kegiatan pilot project Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal: KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Tujuan utama kegiatan pilot project yaitu: 1) Evaluasi pembangunan sekat kanal eksisting; 2) Perluasan pembangunan sekat kanal; dan 3) Operasi dan pemeliharaan sekat kanal. Laporan akhir ini berisi: 1) Pendahuluan; 2) Kondisi

Umum Wilayah; 3) Kerangka Kerja; 4) Hasil dan Pembahasan; serta 4) Kesimpulan dan Saran.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Restorasi Gambut (BRG) atas kepercayaan yang telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini. Harapan kami semoga hasil pekerjaan ini dapat bermanfaat sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Palembang, Desember 2017

Dr. Ngudiantoro Ketua Tim

(3)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Pilot Project ... 2

1.3 Lokasi Pilot Project ... 2

1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 3

II. KONDISI UMUM WILAYAH ... 4

2.1. Kabupaten Musi Banyuasin ... 4

A. Letak Geografi dan Wilayah Administrasi ... 4

B. Iklim dan Topografi ... 5

C. Penduduk ... 6

D. Indeks Pembangunan Manusia ... 8

E. Pendapatan Regional ... 8

2.2. KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil ... 11

A. Sistem Sungai ... 11

B. Kedalaman Gambut... 13

C. Penggunaan Lahan ... 15

D. Keanekaragaman Hayati ... 23

III. KERANGKA KERJA ... 25

3.1. Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal ... 25

3.2. Perluasan Pembangunan Sekat Kanal ... 26

3.3. Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal ... 28

A. Pembuatan Peta Kontur ... 28

B. Inventarisasi Sekat Kanal Eksisting ... 29

C. Inventarisasi Area Terbakar ... 35

4.2. Perluasan Pembangunan Sekat Kanal ... 36

A. Pengumpulan Data Hidro-Klimatologi ... 36

B. Pengukuran Topografi Lahan ... 37

C. Pembangunan Sekat Kanal ... 38

D. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik Tanah ... 39

E. Instalasi Alat dan Pengamatan Tinggi Muka Air di Kanal ... 41

F. Instalasi Alat dan Pengamatan Kedalaman Muka Air Tanah... 41

G. Pengikatan Titik Referensi Alat Ukur ... 42

H. Efektivitas Pembangunan Sekat Kanal... 43

4.3. Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan... 47

(4)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal iii

DAFTAR TABEL

2.1. Luas Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kecamatan

Tahun 2015

...

5

2.2. Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kecamatan Tahun 2015

...

5

2.3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015

...

6

2.4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

...

7

2.5. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012-2014

...

8

2.6. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

...

9

2.7. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

... 10

2.8. Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 15

2.9. Daftar Perusahaan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 16

3.1. Kerangka Kerja Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal

... 25

3.2. Kerangka Kerja Perluasan Pembangunan Sekat Kanal

... 26

3.3. Kerangka Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal

... 27

4.1. Deskripsi Sekat Kanal I

... 29

4.2. Deskripsi Sekat Kanal II

... 30

4.3. Deskripsi Sekat Kanal III

... 31

4.4. Deskripsi Sekat Kanal IV

... 32

4.5. Deskripsi Sekat Kanal V

... 33

(5)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal iv

DAFTAR GAMBAR

1.1. Peta Lokasi Pilot Project di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai

Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

...

2

2.1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

...

4

2.2. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2004-2014

...

7

2.3. Peta KHG Prioritas Restorasi di Provinsi Sumatera Selatan

... 11

2.4. Peta Sebaran Kedalaman Gambut di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 13

2.5. Peta Rencana Restorasi KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 14

2.6. Peta Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 15

2.7. Peta Fungsi Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 17

2.8. Peta Tutupan Lahan Konsesi di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 17

4.1. Peta Kontur KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 28

4.2. Peta Area Terbakar Tahun 2015 di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 35

4.3. Kondisi Pasca Kebakaran Tahun 2015 di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 35

4.4. Pengukuran Debit Air di Kanal Keretak

... 36

4.5. Grafik Kedalaman Muka Air Tanah dan Curah Hujan Periode Maret-November 2017 di Lokasi Pilot Project

... 37

4.6. Pengukuran Topografi di Lokasi Pilot Project

... 38

4.7. FGD Pembangunan Sekat Kanal

... 39

4.8. Proses Pembangunan Sekat Kanal

...

3

(6)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal v

4.10. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik Tanah

... 40

4.11. Instalasi Alat Ukur Tinggi Muka Air di Kanal

... 41

4.12. Instalasi Alat Ukur Kedalaman Muka Air Tanah

... 42

4.13. Pengikatan Titik Referensi Alat Ukur

... 43

4.14. Kedalaman Muka Air Tanah pada Awal Pembangunan Sekat Kanal (05 November 2017)

... 44

4.15. Kedalaman Muka Air Tanah Setelah Pembangunan Sekat Kanal

... 45

4.16. Konsep Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal dalam Kegiatan Restorasi Gambut

... 45

(7)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerusakan fungsi ekosistem gambut terjadi akibat dari pengelolaan lahan yang salah karena pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan gambut. Hal ini diperparah dengan pengurasan air gambut melalui pembangunan kanal-kanal yang mengakibatkan kekeringan (kering tak balik) pada gambut sehingga memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kebakaran yang terjadi hampir setiap tahun dengan luasan yang selalu bertambah merupakan kenyataan bahwa gambut tidak lagi dalam kondisi alaminya atau sudah mengalami kerusakan.

Mengingat besarnya kerugian akibat kerusakan fungsi ekosistem gambut, maka pemerintah berkomitmen untuk melakukan upaya-upaya rehabilitasi dan pemulihan fungsi ekosistem gambut sampai pada kondisi alaminya. Dasar pendekatan dalam perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut yaitu Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Penataan ruang dalam satu KHG berawal dari pembagian wilayah menjadi fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, disebutkan bahwa perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut harus memperhatikan: 1) keragaman karakteristik fisik dan

biofisik fungsi ekologis, 2) sebaran potensi sumber daya alam, 3) perubahan iklim, 4) sebaran penduduk, 5) kearifan lokal, 6) aspirasi

masyarakat, 7) rencana tata ruang wilayah, dan 8) upaya pemulihan kerusakan ekosistem gambut.

Upaya pemulihan fungsi ekosistem gambut antara lain dapat dilakukan melalui restorasi ekosistem gambut. Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dibentuk berdasarkan Perpres No.1 tahun 2016 memiliki mandat untuk menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi restorasi lahan gambut di 7 provinsi prioritas, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Dalam kurun waktu 5 tahun (2016-2020) ditargetkan  2 juta hektar lahan gambut dapat direstorasi. Pada tahap pertama, kegiatan restorasi lahan gambut diprioritaskan di 4 kabupaten, yaitu Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Meranti, dan Pulang Pisau.

Pendekatan restorasi gambut mencakup tiga hal utama yaitu rewetting (pembasahan kembali lahan gambut), revegetasi (penanaman kembali areal yang terbakar), dan revitalisasi sumber pendapatan masyarakat. Dalam implementasinya, ketiga kegiatan utama dalam restorasi gambut tersebut membutuhkan dukungan IPTEK. Penerapan teknologi pada

(8)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 2

restorasi lahan gambut harus dapat dipertanggung jawabkan secara Ilmiah (scientifically approved).

Pekerjaan ini dilakukan untuk mendukung pembangunan pilot project yang bersinergi dengan beberapa pihak. Pembangunan pilot project yang merupakan plot demonstrasi pada dasarnya adalah penerapan hasil IPTEK yang dirangkai menjadi suatu upaya restorasi yang terintegrasi. Pada penerapan tersebut akan diperoleh catatan teknis yang perlu menjadi acuan bila kegiatan tersebut direplikasi di tempat lain.

1.2. Tujuan Pilot Project

1)

Evaluasi pembangunan sekat kanal eksisting.

2)

Perluasan pembangunan sekat kanal.

3)

Operasi dan pemeliharaan sekat kanal. 1.3. Lokasi Pilot Project

Lokasi pilot project yaitu di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 1.1. Peta Lokasi Pilot Project di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

(9)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 3

1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan

A. Evaluasi pembangunan sekat kanal eksisting: 1) Pembuatan peta kontur;

2) Inventarisasi lokasi pembangunan sekat kanal;

3) Inventarisasi keragaman bahan pembuatan sekat kanal; 4) Inventarisasi kelembagaan dalam pengelolaan sekat kanal; 5) Inventarisasi area terbakar;

6) Pengukuran dimensi kanal; 7) Pengukuran dimensi sekat kanal;

8) Pengukuran ketahanan bahan sekat kanal; serta 9) Analisis dan penilaian.

B. Perluasan pembangunan sekat kanal: 1) Pengumpulan data hidro-klimatologi; 2) Pemetaan hidrotopografi lahan; 3) Pemetaan arah aliran;

4) Pembangunan sekat kanal; 5) Pengukuran curah hujan;

6) Pengukuran suhu udara maksimum dan minimum; 7) Pengukuran konduktivitas hidrolik tanah;

8) Pengamatan tinggi muka air di kanal; 9) Pengamatan kedalaman muka air tanah; 10) Pengamatan titik api;

11) Pemetaan kedalaman muka air tanah; 12) Pemetaan area terbakar; dan

13) Analisis efektifitas sekat kanal. C. Operasi dan pemeliharaan sekat kanal:

1) FGD pembuatan Demplot;

2) Demplot pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK); serta 3) Analisis dan perancangan sistem operasi dan pemeliharaan sekat

(10)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 4

II. KONDISI UMUM WILAYAH

2.1. Kabupaten Musi Banyuasin

A. Letak Geografi dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 14.265,96 km2 atau sekitar 15 persen dari luas Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1,3° sampai dengan 4° Lintang Selatan dan 103° sampai dengan

Batas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin adalah sebagai berikut:  Bagian utara berbatasan dengan Provinsi Jambi;

 Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir;

 Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas; dan  Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin.

Tahun 2015, jumlah kecamatan dalam Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 14 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan/UPT sebanyak 240.

Gambar 2.1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

(11)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 5

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Luas (km2) Persentase

1 Babat Toman 1.291,00 9,05

2 Plakat Tinggi 247,00 1,73

3 Batang Hari Leko 2.107,79 14,77

4 Sanga Desa 317,00 2,22 5 Sungai Keruh 629,00 4,41 6 Sekayu 701,60 4,92 7 L a i s 755,53 5,30 8 Sungai Lilin 374,26 2,62 9 Keluang 400,57 2,81 10 Bayung Lencir 4.847,00 33,98 11 Lalan 1.031,00 7,23 12 Lawang Wetan 232,00 1,63 13 Babat Supat 511,02 3,58 14 Tungkal Jaya 821,19 5,76 Total 14.265,96 100,00

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

Tabel 2.2. Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan

1 Babat Toman 19

2 Plakat Tinggi 13

3 Batang Hari Leko 16

4 Sanga Desa 15 5 Sungai Keruh 15 6 Sekayu 22 7 L a i s 14 8 Sungai Lilin 15 9 Keluang 15 10 Bayung Lencir 14 11 Lalan 16 12 Lawang Wetan 23 13 Babat Supat 27 14 Tungkal Jaya 16 Total 240

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

B. Iklim dan Topografi

Kabupaten Musi Banyuasin beriklim tropis dan basah dengan curah hujan rata-rata bulanan 47,9-336,2 mm dan kejadian hujan 7-23

hari hujan per bulan. Lama penyinaran matahari rata-rata bulanan

41,2-67,2 persen. Kelembaban udara rata-rata bulanan tercatat

relatif tinggi, yaitu 76,1-85,8 persen. Kecepatan angin rata-rata bulanan 4,0-6,4 km/hari, dan suhu udara rata-rata bulanan 26,4-27,5 OC.

(12)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 6

Keadaan tanah di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri atas 4 jenis, yaitu Organosol di dataran rendah atau rawa-rawa, Klei Humus penyebarannya mengikuti Organosol, Alluvial di sepanjang Sungai Musi, dan Padzolik di daerah berbukit-bukit.

Di sebelah timur Kecamatan Sungai Lilin, sebelah barat Kecamatan Bayung Lencir, dan di daerah pinggiran aliran Sungai Musi sampai ke Kecamatan Babat Toman, tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan airnya payau dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Daerah lainnya merupakan dataran tinggi dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 20 hingga 140 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah rawa dan sungai besar serta kecil seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Batanghari Leko dan lain-lain. Untuk aliran Sungai Musi yang berada di bagian timur dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Di samping itu daerah ini juga terdiri dari lebak dan danau-danau kecil.

C. Penduduk

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki jumlah penduduk terbanyak ke lima di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, tahun 2015 penduduk Kabupaten Musi Banyuasin mencapai 611.510 jiwa.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015

No. Kecamatan Pertumbuhan Laju Penduduk

Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Laki-laki Perempuan

1 Babat Toman 2,14 16.440 16.260 32.700

2 Plakat Tinggi 2,50 16.010 15.580 31.590 3 Batang Hari Leko 2,29 11.970 11.160 23.130

4 Sanga Desa 1,33 13.500 12.890 26.390 5 Sungai Keruh 1,35 12.710 12.540 25.250 6 Sekayu 1,42 22.020 21.590 43.610 7 L a i s 1,36 41.680 41.340 83.020 8 Sungai Lilin 1,38 28.060 27.780 55.840 9 Keluang 1,52 30.110 28.310 58.420 10 Bayung Lencir 1,40 15.420 14.740 30.160 11 Lalan 1,47 18.260 17.640 35.900 12 Lawang Wetan 1,67 43.130 38.430 81.560 13 Babat Supat 1,41 21.200 19.140 40.340 14 Tungkal Jaya 1,46 22.670 20.930 43.600 Total 1,57 313.180 298.330 611.510

(13)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 7

Banyaknya jumlah penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin tidak diikuti dengan pemerataan penyebaran penduduk. Dari 14 kecamatan yang ada, konsentrasi penduduk sebanyak 13,60 persen terpusat di Kecamatan Sekayu yang merupakan Ibukota Kabupaten Musi Banyuasin. Luas Kecamatan Sekayu hanya 4,92 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Di lain pihak, Kecamatan Bayung Lencir yang memiliki luas 33,98 persen dari luas total hanya dihuni oleh 13,32 persen penduduk. Gambaran ini menunjukkan tidak meratanya penyebaran penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin.

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

Kelompok Umur Jenis Kelamin Total (Jiwa) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

0-4 33.660 32.324 65.984 5-9 32.097 30.356 62.453 10-14 29.174 28.102 57.276 15-19 28.448 27.366 55.814 20-24 29.589 28.792 58.381 25-29 29.448 27.961 57.409 30-34 26.625 25.263 51.888 40-44 22.940 21.463 44.403 45-49 19.435 17.984 37.419 50-54 15.768 14.606 30.374 55-59 12.987 12.560 25.547 60-64 10.425 9.346 19.771 65+ 7 .059 6.553 13.612

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

Gambar 2.2. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2004-2014 36.39 36.28 35.52 33.60 25.45 22.76 20.06 18.99 18.29 18.02 17.38 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pers e n ta se Pen d u d u k M is kin Tahun

(14)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 8

Rata-rata jumlah penduduk per kecamatan tahun 2015 sebesar 43.679 jiwa, sedangkan rata-rata penduduk per desa/kelurahan 2.548 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, setiap km2 dari wilayah Kabupaten Musi Banyuasin hanya dihuni sekitar 43 jiwa.

D. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012-2014

Indikator Tahun

2012 2013 2014 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Musi Banyuasin 63,27 64,18 64,93

IPM Sumsel 65,79 66,16 66,75

Pendidikan

Harapan lama sekolah Musi Banyuasin 10,89 11,06 11,57 Harapan lama sekolah Sumsel 11,42 11,46 11,75 Kesehatan

Angka Harapan Hidup Musi Banyuasin 67,99 67,99 67,99 Angka Harapan Hidup Sumsel 68,67 68,84 68,93 Daya Beli (Ribu Rupiah)

Daya Beli Musi Banyuasin 8.059 8.614 8.772

Daya Beli Sumsel 9.040 9.231 9.302

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

E. Pendapatan Regional

Produk Dometik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2015 dengan migas atas dasar harga berlaku sebesar 53.913.520,2 juta rupiah, sedangkan PDRB dengan migas atas dasar harga konstan yaitu sebesar 39.272.812,2 juta rupiah.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Banyuasin dengan migas tahun 2015 rata- rata sebesar 2,28 persen. Angka ini menurun jika dibandingkan tahun 2014 sebesar 4,67 persen. Sementara itu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Banyuasin tanpa migas pada tahun 2015 tumbuh sebesar 4,94 persen.

(15)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 9

Tabel 2.6. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.263.830,8 5.713.386,1 6.054.524,2 6.483.819,4 Pertambangan dan Penggalian 30.445.440,3 31.698.637,2 34.307.984,6 32.791.465,4 Industri Pengolahan 2.055.512,1 2.347.201,3 2.686.145,1 3.492.100,3 Pengadaan Listrik dan Gas 6.598,6 7.687,6 9.467,3 13.339,6 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3.828,5 4685 5.857,3 7.271,8 Konstruksi 2.522.023,3 2.912.929,9 3.325.380,9 3.910.209,6 Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.106.238,8 1.283.683,6 1.480.124,7 1.912.470,3 Transportasi dan Pergudangan 67.300,8 79.734,9 92.942,4 119.498,9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 34.102,8 38.874,5 44.469,9 59.339,8 Informasi dan Komunikasi 59.235,8 65.765,7 72.621,0 87.900,5 Jasa Keuangan dan

Asuransi 59.3685 688.503,8 778.695,8 910.137,8 Real Estate 426.735,3 528.206,1 659.422,8 818.128,2 Jasa Perusahaan 10.127,1 11.838,5 13.509,5 16.308,3 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.084.545,3 1.291.223,8 1.502.838,2 1.923.558,9 Jasa Pendidikan 58.1568 664.698,8 796.511,5 95.2765 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 102.964,9 114.080,3 132.194,3 15.7498 Jasa lainnya 160.617,2 18.9811 220.550,1 257.708,2 Produk Domestik

Regional Bruto 44.524.354,5 47.640.948,1 52.183.239,7 53.913.520,2

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2014 atas dasar harga berlaku sebesar 71.783.094 rupiah dengan migas dan pendapatan per kapita tanpa migas sebesar 37.648.126 rupiah.

Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2014 tercatat sebesar 622.954,89 rupiah per bulan, yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar 373.329,29 rupiah dan non makanan sebesar 249.625,76 rupiah. Berdasarkan jenis pengeluarannya, pengeluaran per kapita makanan sebulan terbesar tahun 2014 digunakan untuk membeli komoditi padi-padian yaitu

(16)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 10

sebesar 71.591,09 rupiah. Sementara untuk pengeluaran perkapita non makanan sebulan terbesar digunakan untuk keperluan perumahan, bahan bakar, dan air yaitu sebesar 131.641,37 rupiah.

Tabel 2.7. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.775.675,8 4.932.283,9 5.069.644,3 5.323.470,5 Pertambangan dan Penggalian 22.829.023,4 23.470.689,1 24.382.516,4 24.523.079,2 Industri Pengolahan 1.843.459,8 1.978.021,7 2.125.082,4 2.336.077,1 Pengadaan Listrik dan Gas 2.222.373,8 2.380.836,7 2.531.853,4 2.530.232,5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3.640,9 4207 4.827,1 5.010,6 Konstruksi 2.218.732,9 2.376.629,7 2.527.026,3 2.525.221,9 Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.629.415,6 7.217.654,2 8.020.780,4 8.752.273,9 Transportasi dan Pergudangan 4.837.796,2 5.271.779,9 5.853.393,8 6.386.860,1 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.791.619,4 1.945.874,4 2.167.386,6 2.365.413,8 Informasi dan Komunikasi 56.908,5 60.552,2 63.581,1 70.722,2 Jasa Keuangan dan

Asuransi 1.734.710,9 1.885.322,2 2.103.805,4 2.294.691,6 Real Estate 36.556,7 415.581,7 476.143,5 497.759,1 Jasa Perusahaan 8.995,5 9.857,1 10.689,2 11.136,9 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

879.994,9 954.592,3 1.031.787,9 1.147.136,5 Jasa Pendidikan 480.153,4 505.291,0 585.184,8 63.8659 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 89.479,3 93.177,6 96.457,5 107.353,6 Jasa lainnya 150.832,9 171.329,4 1911.970 192.954,8 Produk Domestik

Regional Bruto 35.290.935,6 36.683.308,6 38.397.352,6 39.272.812,2

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2016

Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut banyak menghasilkan komoditi berupa produk pertanian, seperti beras, produk perkebunan: karet, kelapa dan kelapa sawit dan aneka komoditi lain. Di samping itu juga terdapat produk bahan galian/tambang dan barang-barang industri. Potensi tersebut

(17)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 11

menunjang kegiatan sektor perdagangan di Kabupaten Musi Banyuasin. Peranan sektor perdagangan terhadap struktur perekonomian cukup dapat diperhitungkan.

Jasa akomodasi yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin sangat terbatas jika dibandingkan dengan luas daerah. Keadaan geografis Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar terdiri atas dataran tinggi bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 20-140 meter dari permukaan laut. Selain itu, juga terdapat banyak sungai-sungai besar dan kecil. Keadaan alam yang demikian memberikan berbagai alternatif penggunaan jalur transportasi ke luar masuk daerah. Pada daerah-daerah yang hubungannya sudah terbuka melalui jalur darat, sudah dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua bahkan roda empat. Bagi daerah-daerah yang keadaan alamnya terdiri dari dataran rendah dan belum terbuka untuk jalur transportasi darat, pada umumnya melalui perairan umum atau sungai.

2.2. KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil

A. Sistem Sungai

KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil merupakan salah satu KHG prioritas restorasi di Provinsi Sumatera Selatan.

(18)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 12

Bentang lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil sebagian besar berupa hutan rawa gambut. Jenis tanah aluvial berada di sepanjang pinggir Sungai Merang.

Sungai Merang dan Sungai Kepayang merupakan dua sungai utama yang ada di dalam KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, kedua sungai tersebut merupakan anak Sungai Lalan yang bermuara ke Selat Bangka.

Sungai Merang memiliki banyak anak sungai, yaitu Sungai Cangkak, Sungai Buring, Sungai Beruhun, dan Sungai Tembesu Daro.

Sungai Buring merupakan anak Sungai Merang. Sungai Buring berada dalam wilayah Dusun II Desa Muara Merang. Hulu sungainya berada di wilayah Dusun III (Dusun Pancoran) Desa Muara Merang. Secara fisik, Sungai Buring cukup lebar. Pada bagian kanan-kiri Sungai Buring sepanjang 1 3 km didominasi oleh semak belukar. Kondisi arus semakin ke hulu semakin deras, hal ini disebabkan karena adanya pembukaan kanal atau parit yang memotong Sungai Buring menuju ke Sungai Sembilang milik Perusahaan HTI Rimba Hutan Mas. Kanal atau parit dan jalur-jalur ongkak (rel kayu) yang digunakan para pekerja balok (loggers) untuk mengeluarkan kayu banyak ditemukan di sepanjang sungai. Selain itu, terdapat pondok-pondok penebang dengan bangunan tidak permanen di dekat muara parit atau masuk lebih ke dalam dari muaranya.

Sungai Beruhun adalah anak Sungai Merang. Secara fisik, sungai ini terbentuk secara alami dengan panjang sungai lebih kurang 6 km dan lebar sungai rata-rata 4 meter. Muara Sungai Beruhun lebar tetapi alur sungainya sempit. Sungai Beruhun mengalami pendangkanalan akibat timbunan serasah dan balok-balok kayu di bagian dasar sungai. Kondisi vegetasi di sepanjang Sungai Beruhun mirip dengan Sungai Tembesu Daro.

Sungai Tembesu Daro adalah anak Sungai Merang. Lebar Sungai Tembesu Daro berkisar 1,5 2,5 meter. Pada tahun 1990-an, panjang Sungai Tembesu Daro hanya sekitar 5 km dari arah muara. Saat ini telah mencapai lebih dari 14 km menembus kubah gambut dalam. Hal ini disebabkan karena adanya pelebaran dan pengerukan dengan menggunakan alat berat (eksavator) oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mengeluarkan kayu, sehingga bentuk sungainya menjadi lurus dan simetris. Semak belukar yang didominasi jenis paku-pakuan ditemukan di kanan-kiri sungai sepanjang 1 km dari muara sungai. Pada lokasi tersebut pernah terjadi kebakaran, dan pada beberapa tempat terlihat ada pohon-pohon bekas terbakar, tunggul-tunggul pohon-pohon bekas penebangan dan beberapa batang kayu bulat hasil penebangan yang ikut terbakar. Khususnya di Pal 8 terdapat area bekas terbakar pada musim kemarau 2006. Pohon-pohon kayu berdiameter kecil kurang

(19)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 13

dari 25 cm yang didominasi jenis tembesu dan manggris terdapat di bagian hulu.

Secara bio-fisik, Sungai Kepayang adalah rona khas dari sungai rawa gambut, dimana warna airnya hitam kecoklatan (seperti air teh) dan substratnya berupa lumpur, serasah serta serbuk kayu. Kondisi tutupan hutan di kanan-kiri sungai umumnya berupa areal terbuka yang ditumbuhi semak belukar. Di bagian hulu setelah melewati areal semak belukar dan alang-alang dijumpai vegetasi yang didominasi jenis Mahang.

Pada umumnya, penduduk setempat menyebut titik muara sebagai titik atau Pal Nol, dan seterusnya sampai ke hulu di Pal 28 yang berbatasan langsung dengan IUP-HTI PT. Rimba Hutani Mas. Lebar sungai dari muara sungai sampai di Pal 16 lebih kurang 15 20 m. Semakin ke bagian hulu lebar sungai semakin kecil. Mulai dari Pal 16 sampai ke Pal 26, lebarnya berkisar 6 8 m. Pada lokasi Pal 10 sampai Pal 15 adalah wilayah terbuka bekas terbakar pada tahun 1997 dan 2006, dan pernah menjadi permukiman para pekerja balok (loggers).

B. Kedalaman Gambut

Sebaran kedalaman gambut di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Peta Sebaran Kedalaman Gambut di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

(20)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 14

Gambar 2.5. Peta Rencana Restorasi KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

(21)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 15

C. Penggunaan Lahan

Dari hasil interpretasi Citra Landsat tahun 2014, kondisi tutupan vegetasi di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil didominasi hutan gambut sekunder, hutan rawa gambut, akasia dan sawit, serta ada beberapa perkebunan karet di kawasan Hutan Desa.

Gambar 2.6. Peta Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Tabel 2.8. Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Tutupan Lahan Luas (Ha)

Hutan rawa primer 0,04

Rawa 1.939,60

Mangrove 61.989,23

Perkebunan 1.168,92

Pertanian campuran 2.925,45

Semak belukar 35.874,27

Semak belukar rawa 240.607,69

(22)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 16

Hutan gambut sekunder dan rawa gambut mendominasi karena sebagian besar areal masuk di daerah konsensi dalam wilayah KPHP Lalan, yaitu HTI PT. Rimba Hutani Mas (RHM) di mana areal tersebut sebagian dimanfaatkan sebagai wilayah konservasi perusahaan tersebut, dan juga ada satu perusahaan Pemegang Izin Jasa Lingkungan (IUPJL) yaitu PT. Global Alam Lestari (GAL). Selanjutnya, vegetasi yang ada yaitu akasia milik PT. RHM dan ada beberapa perusahaan pemegang HGU Sawit pada lahan yang bersatus APL.

Tabel 4.17. Daftar Perusahaan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

No. Nama Perusahaan Status Luas (Ha) Nomor SK Tanggal SK

1. PT. Sumber Hijau Permai IUP-HTI 30.139,40 29/Menhut-II/2006 13 Feb 2006

2. PT. Rimba Hutani mas IUP-HTI 67.100,00 90/Menhut-I/2007 22 Mar 2007

3. PT. Tri Pupajaya IUP-HTI 21.995,00 583/Menhut-II/2009 2 Okt 2009

4. PT. Wahana Lestari Makmur Sukses IUP-HTI 14.010,00 484/Menhut-II/2009 19 Agu 2009

5. PT. Global Alam Lestari IUP-Jasa Lingkungan 21.780,00 494/Menhut-II/2013 12 Juli 2013

6. Hutan Desa Merang Hutan Desa 7.250,00 54/Menhut-II/2010 21 Jan 2010 7. Hutan Desa Kepahyang Hutan Desa 5.170,00 573/Menhut-II/2013 23 Agu 2013

8. PT. Bumi Pratama Usaha Jaya IUP-Hutan Alam 56.000,00 604/Kpts-II/1997 18 Sep 1997

9. PT. Swadaya Bhakti Negara Mas Sawit 14.000,00 014/Kpts/IUP/ Disbun/2004 20 Jul 2004

10. PT. Mentari Subur Abadi Sawit 19.000,00 011/KPTS/IUP/ DISB/04 17 Jun 2004

11. PT. Pinangwitmas Sejati Sawit 14.988,00 HK.350/E5.670/08.97 4 Agu 1997

12. PT. Panca Tirta Budi Agung Sawit 20.000,00 1306/2008 27 Agu 2008

13. PT. Banyu Kahuripan Indonesia Sawit 40.000,00 008/SK-IUP/ DISB/2003 28 Nov 2003

(23)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 17

Gambar 2.7. Peta Fungsi Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Gambar 2.8. Peta Tutupan Lahan Konsesi di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

(24)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 18 Desa Muara Merang

Desa Muara Merang berada dalam kawasan hutan rawa gambut Merang Kepayang. Kedalaman gambut di kawasan tersebut bervariasi dari gambut dangkal hingga sangat dalam (0,5 hingga lebih dari 6 meter). Kubah-kubah gambut terletak di antara Sungai Merang dan Sungai Kepayang, serta di antara Sungai Kepayang dan sungai-sungai yang bermuara ke Taman Nasional Sembilang. KHG Merang-Kepayang memiliki luas  150.000 hektar, dan kaya dengan kenekaragaman hayati.

Hutan rawa gambut menyimpan cadangan karbon baik di dalam tanah maupun di atas tanah. Hutan rawa gambut Merang Kepayang merupakan kawasan hutan yang berada di kubah gambut terbesar di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu kubah gambut Merang, yang didalamnya terdapat gambut dengan ketebalan lebih dari 3 meter. Menurut aturan kubah gambut seharusnya dikonservasi, namun pada kenyataannya kawasan hutan rawa gambut Merang Kepayang dihadapkan pada masalah konversi. Kondisi tersebut tentu dapat mengakibatkan terganggunya fungsi hutan rawa gambut sebagai cadangan karbon dunia sehingga akan menyebabkan terjadinya emisi karbon ke atmosfer dalam jumlah besar.

Berakhirnya masa konsesi perusahaan HPH pada tahun 1999-2000, memicu maraknya aktifitas baru bagi beberapa warga yang sebelumnya berprofesi sebagai nelayan pencari ikan beralih menjadi penebang kayu. Bagi warga yang memiliki modal kuat umumnya berperan menjadi tauke (pemilik modal) pengambil kayu di hutan dengan syarat-syarat perjanjian yang sangat menguntungkan para tauke tersebut. Sebaliknya, para pekerja penebang umumnya hanya mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari saja.

Maraknya penebangan kayu illegal, juga mendorong munculnya bisnis baru pengolahan hasil kayu yang ditandai dengan bermunculannya sawmill-sawmill di sepanjang Sungai Lalan, baik legal maupun illegal. Meskipun Desa Muara Merang dikategorikan sebagai desa terpencil, namun dengan potensi yang dimiliki telah menjadikan Desa Muara Merang sebagai desa yang sangat terbuka bagi para pendatang, baik sebagai buruh tebang kayu maupun bagi mereka yang melakukan bisnis kayu.

Desa Muara Merang merupakan desa pertama di Provinsi Sumatera Selatan yang memperoleh hak pengelolaan hutan desa. Pengelolaan Hutan Desa Merang merupakan skema pengelolaan hutan bersama masyarakat. Pembangunan hutan desa yang terletak di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Lalan difasilitasi oleh kegiatan proyek Merang REDD+ Pilot Project (MRPP-GTZ) yang dimulai sejak tahun 2008.

(25)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 19

Kawasan Hutan Desa Merang dari tahun ke tahun mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup parah. Pada tahun 2002, tutupan hutan berkerapatan tinggi seluas 62 persen (dari total area 7.250 hektar), dan pada tahun 2009 turun menjadi 36 persen. Sebaliknya, belukar pada tahun 2002 seluas 2 persen, naik dengan pesat menjadi 20 persen pada tahun 2009.

Permasalahan yang ditemukan di Hutan Desa Merang antara lain penebangan liar, pembuatan kanal sebagai akses dan sarana transportasi untuk masuk ke kawasan hutan, kebakaran hutan, penegakan hukum yang lemah, serta kurangnya pendanaan dan dukungan pemerintah lokal dalam menjaga keberlanjutan program hutan desa.

Parit atau kanal yang dibangun di dalam areal hutan rawa gambut Merang pada umumnya ditujukan sebagai sarana transportasi dan akses masuk ke dalam hutan untuk melakukan pembalakan liar. Parit yang dibangun biasanya berukuran lebar 1-3 meter dan di bagian muara berukuran lebar 6-30 meter, kedalaman 0,5-2 meter, dengan panjang total 205 km. Upaya penyekatan kanal telah dilakukan kelompok masyarakat, yaitu Kelompok Masyarakat Peduli Hutan (KMPH) bersama pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) KPHP Lalan. Sekat kanal yang dibangun merupakan sekat kanal

agar akar tumbuhan dapat memberi kekuatan pada sekat kanal. Ruang-ruang pada kanal digunakan sebagai tempat untuk budi daya ikan.

Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Merang telah terbentuk dan memiliki struktur organisasi. Secara struktural, kepengurusan LPHD ditetapkan oleh kepala desa, anggotanya adalah masyarakat asli dan pendatang yang sudah berada di kawasan hutan sebelum ditetapkan menjadi hutan desa, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah. Sistem administrasi sudah baik, namun fungsi kepemimpinan belum berjalan dengan baik.

Secara kultural, terdapat potensi konflik internal dan eksternal. Bentuk-bentuk kegiatan LPHD seperti rencana kelola kawasan, kelola usaha, dan kelola lembaga, dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan karena berbagai aturan dan sanksi hukum belum dilaksanakan dengan baik, serta kurangnya perhatian dari pemerintah.

Desa Kepayang

Desa Kapayang sebelumnya masuk dalam wilayah Desa Muara Merang. Pada tanggal 11 November 2006, status Kepayang berubah dari Dusun 2 Muara Merang menjadi Desa Kepayang. Desa Kepayang

(26)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 20

merupakan salah satu desa yang mewakili ekosistem gambut. Desa Kepayang berada pada kawasan yang memiliki biodiversitas penting serta tingkatan ancaman tinggi terhadap pelestarian biodiversitas dan pengelolaan hutan dikarenakan adanya kegiatan-kegiatan ilegal ke dalam kawasan hutan.

Masyarakat Desa Kepayang tergolong miskin dengan status pendapatan rumah tangga di bawah rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan. Nilai pendapatan yang digunakan adalah 3 kali lipat rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan. Jika rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 291.058 rupiah maka Desa Kepayang merupakan salah satu desa dengan rata-rata pendapatan rumah tangga di bawah 873.174 rupiah.

Desa Kepayang memiliki sumber daya alam berlimpah dari hasil hutan, kebun karet, hasil walet, yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Namun karena keterbatasan dalam pengetahuan pengelolaan sumber daya, sarana fisik penunjang usaha yang minim, akses modal kerja yang susah serta pelayanan perbankan yang minim, maka masyarakat tidak dapat mengelola sumber daya alamnya dengan maksimal sebagai sumber mata pencaharian.

Minimnya fasilitas fisik (modal fisik) meningkatkan biaya hidup masyarakat seperti biaya transportasi, kesehatan, pendidikan, air, dan listrik. Kebakaran hutan yang terjadi secara regular setiap tahun pada saat musim kemarau panjang berdampak terhadap menurunnya kualitas udara, begitu pula dengan aktifitas perusahan sawit yang mencemari sungai sebagai sumber air mereka mengancam bagi modal kerja yaitu menurunnya kualitas kesehatan penduduk.

Deskripsi Desa Kepayang adalah sebagai berikut:

Sumber Daya Manusia

Desa dengan jumlah pendudk 800 KK, sebagian besar penduduknya berpendidikan SD (fasilitas sekolah minim dan jauh serta biaya transportasi menuju sekolah mahal). Pekerjaan utama penduduk adalah bekerja di perkebunan sawit dan berkebun karet (70 persen dari jumlah penduduk, lebih dari 50 persen perempuan). Keterampilan yang dimiliki warga adalah merawat dan panen kebun sawit dan karet, identifikasi tanaman kayu, dan menebang kayu (laki-laki). Kualitas kesehatan rendah karena sanitasi yang buruk (tidak ada drainase), tidak ada sumber air bersih, air sungai tercemar, dan setiap tahun dalam jangka waktu panjang terpapar asap kebakaran (ISPA).

(27)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 21 Sumber Daya Alam

Desa Kepayang memiliki Hutan Desa seluas ± 5.400 ha dengan potensi tanaman dan hewan (darat dan sungai) beragam yang bermanfaat untuk sumber makanan, obat-obatan, bahan kerajinan, bahan bangunan dan sumber pendapatan. Kebun karet seluas ± 400 hektar yang dikelola 200 KK, dan juga bangunan sarang burut walet yang dibangun di sekitar perkampungan. Bencana kebakaran yang sering terjadi secara rutin mengancam keberadaan sumber daya hutan (tanaman & hewan), pembuangan limbah perusahan sawit ke sungai menyebabkan air sungai tidak dapat digunakan untuk dikonsumsi sehari-hari. Untuk minum dan memasak masyarakat membeli air gallon seharga 10.000 rupiah per galon.

Fisik

Desa Kepayang minim dengan sarana fisik. Untuk sarana pendidikan hanya ada bangunan PAUD dan SD, kesehatan ada polindes, masjid, dan pasar. Sarana transportasi darat jalan tanah (kualitas buruk pada saat musim hujan) tidak ada alat transportasi reguler, ada alat tranportasi sungai (ketek, spead boad, kelotok tranportasi regular). Tidak ada pelayanan listrik PLN ataupun PLTdes yang ada pelayana listrik yang dikelola secara perorangan (iuran 300.000 rupiah per rumah). Komunikasi, ada jaringan komikasi (Indosat dan Telkomsel).

Finansial

Uang yang beredar di masyarakat bersumber dari sawit (upah), karet (penjualan getah), dan burung walet. Warung teknologi dan lembaga keuangan non perbankan yang memberikan jasa simpan pinjam. Tidak banyak masyarakat yang menabung (hanya sekitar 5 persen), ini mungkin karena lokasi bank jauh dari desa. Masyarakat juga sulit untuk mengakses pinjaman bank karena syarat yang sulit untuk dipenuhi. Ada 2 pasar di dekat desa yang beraktifitas pada saat hari gajian perusahan sawit yang dikenal dengal dengan pasar gajian, pada saat gajian beroperasi terjadi peredaran uang yang cukup banyak.

Sosial

Selain lembaga pemerintahan desa ada lembaga-lembaga desa lainnya, yaitu LPM, Lembaga Adat, PKK, Posyandu, dan Karang Taruna. Ada pula lembaga bentukan dari pihak luar seperti KBR (Kebun Bibit Rakyat), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api). Ada pula lembaga dari luar yang bekerja di desa tersebut seperti WBH (Wahana Bumi Hijau), KPH Lakitan, BioClime, dan program PNPM (fokus pada pendidikan & kesehatan). Lembaga yang ada di desa lebih banyak fokus pada masalah kehutanan, pendidikan, dan kesehatan).

(28)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 22

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah mengalokasikan kawasan hutan untuk pemanfaatan oleh masyarakat melalui program Hutan Desa (HD), salah satunya adalah Hutan Desa Kepayang yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 573/Menhut-II/2013 tanggal 23 Agustus 2013, luas 5.170 ha. Hutan Desa itu dikelola Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Pemberian hak pengelolaan Hutan Desa Kepayang kepada LPHD ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan atas areal Hutan Produksi Tetap Lalan seluas 4.952 ha. Di dalam Hutan Desa, hak-hak pengelolaan secara permanen diberikan kepada LPHD dengan waktu 35 tahun dan dapat diperpanjang. Areal Hutan Desa Kepayang adalah eks areal bekas tebangan (logged over area) dari HPH PT. Bumi Raya. Kriteria ketebalan/ kedalaman gambut yang terdapat pada Hutan Desa Kepayang sebagian besar masih berupa gambut dalam (54,65 persen; 2.344 hektar), gambut sedang (28,40 persen; 1.218 hektar), gambut sangat dalam (13,99 persen; 600 hektar) dan sebagian kecil gambut sangat dangkal/tipis (2,99 persen; 127 hektar). Kisaran kedalaman gambut di lokasi Hutan Desa Kepayang adalah 0,5 6,5 meter.

Kondisi tutupan lahan Hutan Desa Kepayang pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Hutan bekas tebangan berkerapatan tinggi. Pada saat itu areal ini tidak ditemukan tanda-tanda bekas terbakar;

Hutan bekas tebangan berkerapatan sedang. Pada saat itu, wilayah ini menjadi target kegiatan illegal logging. Pada kawasan ini terdapat jenis (kelat jambu) serta pisang bekas tebangan (gelondongan kayu) baik yang masih baru maupun yang sudah lama;

Daerah terbuka. Areal ini terbuka akibat kegiatan illegal logging dan kebakaran hutan. Areal ini didominasi oleh jenis paku dan karet yang berumur lebih dari 1,5 tahun yang tidak terawat sehingga membentuk semak. Pada areal terbuka yang tergenang biasanya didominasi oleh jenis pandan berduri (Pandanus sp); Perkebunan karet. Tanaman karet yang ada di wilayah Hutan Desa Kepayang merupakan tanaman karet yang masih relatif muda yang berumur 2 4 tahun. Sebelum karet tumbuh besar, para penggarap tanaman karet menanam berbagai jenis tanaman pangan yang bisa dikonsumsi seperti pisang, tebu, tanaman sayur, dan lain sebagainya.

Potensi kawasan HD Kepayang antara lain:

Kawasan HD Kepayang sebagian yang bertanah mineral seluas 300 ha, sebagian besar telah digunakan oleh masyarakat untuk membuat perkebunan karet.

(29)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 23

Ada 81 jenis pohon yang telah teridentifikasi, beberapa diantaranya adalah jenis komersial, antara lain jenis meranti, kranji, dan petaling.

Ada jenis fauna yang dilindungi, antara lain Harimau Sumatera dan Beruang Madu.

Cadangan karbon terbesar berada di kawasan hutan dengan kerapatan tinggi dengan nilai cadangan karbon terbesar 294,5 ton per hektar, sedangkan cadangan karbon di kawasan pemanfaatan oleh masyarakat terletak di tipe perkebunan masyarakat berupa karet usia 6 bulan dengan nilai cadangan karbon sebesar 76,2 ton per hektar.

Kayu Jentikan (Baccaurea sumatrana) merupakan kayu dengan nilai INP tertinggi dengan jumlah 28,94 persen, dengan volume kayu tertinggi sebesar 76,4 m3.

Masyarakat Desa Kepayang berpotensi sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan diberikannya hak pengelolaan hutan desa. Hal ini dimungkinkan karena pemegang hak pengelolaan hutan desa berhak memanfaatkan kawasan, jasa lingkungan, pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.

Kondisi saat ini masyarakat belum dapat melakukan berbagai kegiatan usaha. Salah satu usaha budidaya yang akan dikembangkan adalah penanaman jelutung, sedangkan untuk memanfaatkan jasa lingkungan direncanakan melalui kegiatan usaha perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, atau penyerapan dan penyimpanan karbon, dengan membuka peluang kemitraan dengan para pemegang izin/perusahaan dan KPHP Lalan.

D. Keanekaragaman Hayati

Tipe hutan rawa gambut di kawasan hutan Merang dan Kepayang memiliki kekayaan alam hayati yang cukup penting, tercermin dengan keanekaragaman jenis satwa dan flora. Dari data SSFFMP (2008) tercatat 1.471 i

pengamatan dengan luas total 2,2 ha. Kerapatan berkisar antara 240 1.140 pohon per hektar dengan rata-rata 620 pohon per hektar. Tercatat sedikitnya 178 jenis pohon yang termasuk dalam 42 suku dikenal. Ebenaceae tercatat sebagai suku paling dominan dengan 135 individu yang tercatat dari 1.471 pohon, sementara Euphorbiaceae menunjukkan jumlah anggota marga tertinggi dan jumlah jenis terbesar. Suku-suku lain yang memiliki anggota jenis cukup besar adalah Anacardiaceae, Burseraceae, Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae dan Sapotaceae. Beberapa jenis pohon penting dan dilindungi yang tersebar di wilayah ini adalah Pule Rawa (Alstonia

(30)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 24

pneumatophora), Mersawa (Anisoptera costata), Merulan

(Calophyllum pulcherrimum), Terentang (Camnosperma coriaceum), Pinang Merah (Cyrtostachys renda), Keranji (Dialium indum), Durian Burung (Durio carinatus), Jelutung Rawa (Dyera costulata), Nyatoh (Ganua montleyana), dan Mengris (Kompassia malaccensis).

Dari survei hidupan liar (SSFFMP, 2008) ditemukan jejak Harimau (Panthera tigris), Beruang madu (Helarctos malayanus) dan Tapir (Tapirus indicus) yang merupakan satwa dilindungi. Selain itu beberapa jenis primata seperti Owa (Hylobates agilis), Lutung perak (Trachipitachus auratus), Simpai (Presbhytis melalophos) dan Beruk (Macaca nemestrina) masih dijumpai di kawasan hutan alam. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) banyak dijumpai di sepanjang pinggir sungai walaupun di lahan terdegradasi. Rusa sambar (Cervus timorensis) dan Babi hutan (Sus scrofa dan Sus barbatus) banyak dijumpai jejaknya di hutan gelam yang relatif terbuka. Tercatat 104 jenis burung tersebar di wilayah hutan produksi Lalan. Satu jenis Mentok rimba (White-wing duck) yang terancam punah juga terdapat di kawasan ini. Paling tidak terdapat 4 jenis burung rangkong terdapat di areal hutan dan sebanyak 25 jenis merupakan jenis yang terancam akibat adanya degradasi dan deforestasi. Beberapa jenis reptil dijumpai di wilayah ini antara lain Buaya muara (Crocodilus porosus) dan Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) yang merupakan jenis dilindungi.

(31)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 25

III. KERANGKA KERJA

3.1. Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal

Kerangka kerja dalam melakukan evaluasi pembangunan sekat kanal eksisting disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kerangka Kerja Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal

Tujuan Sasaran Manfaat Keluaran Kegiatan Indikator Kinerja Verifikasi/Lokasi Metode/Asumsi/

Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal Eksisting Rasionalisasi pembangunan sekat kanal Optimalisasi pembangunan sekat kanal Dapat diketahui tingkat kesesuaian tata letak sekat kanal

Dapat diketahui tingkat kesesuaian dimensi sekat kanal Dapat diketahui

tingkat ketahanan bahan sekat kanal Dapat diketahui keragaman bahan pembangunan sekat kanal Dapat diketahui status kelembagaan dalam pengelolaan sekat kanal

Arahan titik lokasi pembangunan sekat kanal

Arahan dimensi dan penggunaan bahan pembuatan sekat kanal Informasi kelembagaan dalam pengelolaan sekat kanal Pembuatan peta kontur Inventarisasi lokasi pembangunan sekat kanal Inventarisasi keragaman bahan pembuatan sekat kanal Inventarisasi kelembagaan dalam pengelolaan sekat kanal Inventarisasi area terbakar Pengukuran dimensi kanal Pengukuran dimensi sekat kanal Pengukuran ketahanan bahan sekat kanal Analisis dan penilaian Peta kontur Peta jaringan kanal Peta titik lokasi

pembangunan sekat kanal Basis data keragaman bahan pembuatan sekat kanal Baisis data kelembagaan dalam pengelolaan sekat kanal

Baisis data area terbakar Nilai Indeks

kesesuaian tata letak sekat kanal Nilai Indeks kesesuaian dimensi sekat kanal Nilai Indeks ketahanan bahan sekat kanal Analisis spasial/GIS Index Performance Analysis

Pedoman tata kelola air dan pengukuran muka air Pengukuran lapangan Laporan kegiatan dan verifikasi lapangan Penilaian dilakukan terhadap sekat kanal yang telah dibangun Sekat kanal berada

di luar kawasan konsesi

Lokasi di KHG S. Air Hitam Laut S. Buntu Kecil, Desa Kepayang,

(32)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 26

Tujuan Sasaran Manfaat Keluaran Kegiatan Indikator Kinerja Verifikasi/Lokasi Metode/Asumsi/

Rekomendasi rasionalisasi dan optimalisasi sekat kanal Kabupaten Musi Banyuasin

3.2. Perluasan Pembangunan Sekat Kanal

Kerangka kerja dalam melakukan perluasan pembangunan sekat kanal disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Kerangka Kerja Perluasan Pembangunan Sekat Kanal

Tujuan Sasaran Manfaat Keluaran Kegiatan Indikator Kinerja Verifikasi/Lokasi Metode/Asumsi/

Perluasan Pembangunan Sekat Kanal Pengendalian muka air tanah Pembasahan gambut (rewetting) Pengendalian kebakaran lahan

Kedalaman muka air tanah dapat dikendalikan Peningkatan luas area pembasahan gambut (rewetting) Penurunan

intensitas dan luas area terbakar Hasil penilaian efektifitas sekat kanal terhadap peningkatan luas area pembasahan gambut (rewetting) dan penurunan intensitas dan luas area terbakar Pengumpulan data hidro-klimatologi Pemetaan hidrotopografi lahan Pemetaan arah aliran Pembangunan sekat kanal Pengukuran curah hujan Pengukuran suhu udara maksimum dan minimum Pengukuran konduktivitas hidrolik tanah Pengamatan tinggi

muka air di kanal

Basis data hidro-klimatologi Basis data tinggi

muka air di kanal Basis data

kedalaman muka air tanah

Basis data titik api Peta sebaran

kedalaman muka air tanah

Peta sebaran area terbakar

Hasil analisis efektivitas sekat kanal

Model Ellips - Tata Kelola Air

Simulasi Geo HEC-RAS

Pedoman tata kelola air dan pengukuran muka air Pengukuran lapangan Laporan kegiatan dan verifikasi lapangan Penilaian efektifitas dilakukan terhadap sekat kanal yang berada di luar kawasan konsesi

(33)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 27

Tujuan Sasaran Manfaat Keluaran Kegiatan Indikator Kinerja Verifikasi/Lokasi Metode/Asumsi/

Pengamatan kedalaman muka air tanah

Pengamatan titik api Pemetaan

kedalaman muka air tanah Pemetaan area terbakar Analisis efektifitas sekat kanal Lokasi di KHG S. Air Hitam Laut S. Buntu Kecil, Desa Kepayang, Kabupaten Musi Banyuasin

3.3. Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal

Kerangka kerja dalam melakukan operasi dan pemeliharaan sekat kanal disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Kerangka Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal

Tujuan Sasaran Manfaat Keluaran Kegiatan Indikator Kinerja Metode/Asumsi/

Verifikasi/Lokasi Operasi dan Pemeliharaan Sekat Kanal Diperoleh Sistem Operasi dan pemeliharaan sekat kanal yang berkelanjutan Struktur kelembagaan dalam O&P Pembasahan gambut (rewetting) Revegetasi Revitalisasi sumber pendapatan masyarakat Desain sistem operasi dan pemelharaan sekat kanal berbasis masyarakat Desain Struktur kelembagaan dalam O&P FGD Analisis dan perancangan sistem operasi dan pemeliharaan sekat kanal berbasis masyarakat Informasi kebutuhan sistem Desain sistem operasi dan pemelharaan sekat kanal berbasis masyarakat Desain Struktur kelembagaan dalam O&P Diskusi terarah Analisis sistem Laporan kegiatan dan verifikasi lapangan Lokasi di KHG S. Air Hitam Laut S. Buntu Kecil, Desa Kepayang, Kabupaten Musi Banyuasin

(34)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 28

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Evaluasi Pembangunan Sekat Kanal

A. Pembuatan Peta Kontur

Hasil pemetaan kontur kawasan berdasarkan data SRTM, diketahui bahwa elevasi permukaan lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil Kabupaten Musi Banyuasin relatif datar dengan ketinggian 5-36 meter di atas permukaan laut.

Gambar 4.1. Peta Kontur KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Peta kontur pada Gambar 4.1 selanjutnya digunakan sebagai tambahan informasi dalam evaluasi bangunan sekat kanal eksisting dan pembangunan sekat kanal yang baru.

Untuk pembangunan sekat kanal baru, selain menggunakan peta kontur juga didasarkan pada hasil pengukukuran topografi di sepanjang kanal yang akan dibangun sekat.

(35)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 29

B. Inventarisasi Sekat Kanal Eksisting

Hasil inventarisasi bangunan sekat kanal eksisting dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 4.1. Deskripsi Sekat Kanal I

No. Uraian Keterangan

1. Nama Kanal Parit H. Azwar

2. Lokasi Bangunan Sekat Kanal

Latitude (X) 414870

Longitude (Y) 9775234

Kawasan PT WLMS (HTI)

3. Dimensi Bangunan Sekat Kanal

Panjang 800 cm

Lebar Atas 250 cm

Lebar Bawah 260 cm

Tinggi 150 cm

4. Deskripsi Bangunan Sekat Kanal

Lama Bangunan ± 3 tahun

Bahan/Material Timbunan tanah dan gambut Operasi & Pemeliharaan Penimbunan dengan alat berat Kondisi Saat Survei Baik

5. Lain-lain

Ada saluran bypass:  Lebar atas 240 cm  Lebar bawah 150 cm  Dalam 150 cm 6. Dokumentasi

(36)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 30

Tabel 4.2. Deskripsi Sekat Kanal II

No. Uraian Keterangan

1. Nama Kanal Kanal PT WLMS

2. Lokasi Bangunan Sekat Kanal

Latitude (X) 416077

Longitude (Y) 9775192

Kawasan PT WLMS (HTI)

3. Dimensi Bangunan Sekat Kanal

Panjang 730 cm

Lebar Atas 240 cm

Lebar Bawah 400 cm

Tinggi 230 cm

4. Deskripsi Bangunan Sekat Kanal

Lama Bangunan ± 2 tahun

Bahan/Material Timbunan tanah dan gambut Operasi & Pemeliharaan Penimbunan dengan alat berat Kondisi Saat Survei Baik

5. Lain-lain

Ada saluran bypass:  Lebar atas 170 cm  Lebar bawah 120 cm  Dalam 180 cm 6. Dokumentasi

(37)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 31

Tabel 4.3. Deskripsi Sekat Kanal III

No. Uraian Keterangan

1. Nama Kanal Kanal PT WLMS (HTI)

2. Lokasi Bangunan Sekat Kanal

Latitude (X) 414843

Longitude (Y) 9766045

Kawasan PT WLMS (HTI)

3. Dimensi Bangunan Sekat Kanal

Panjang 550 cm

Lebar Atas 630 cm

Lebar Bawah 630 cm

Tinggi 290 cm

4. Deskripsi Bangunan Sekat Kanal

Lama Bangunan ± 2 tahun

Bahan/Material Timbunan tanah dan gambut Operasi & Pemeliharaan Penimbunan dengan alat berat Kondisi Saat Survei Baik

5. Lain-lain

 Tanggul baru direhab

 Gorong-gorong lengkap dengan pintu air ayun 2 unit.

 Dinding cerucuk gelam diameter ± 15 cm

6. Dokumentasi

(38)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 32

Tabel 4.4. Deskripsi Sekat Kanal IV

No. Uraian Keterangan

1. Nama Kanal Kanal PT Indofood (kelapa sawit) 2. Lokasi Bangunan Sekat Kanal

Latitude (X) 413002

Longitude (Y) 9762922

Kawasan PT Indofood (Sawit)

3. Dimensi Bangunan Sekat Kanal

Panjang 250 cm

Lebar Atas 150 cm

Lebar Bawah 150 cm

Tinggi 220 cm

4. Deskripsi Bangunan Sekat Kanal

Lama Bangunan ± 5 tahun

Bahan/Material Beton, pintu besi, dan papan Operasi & Pemeliharaan -

Kondisi Saat Survei Sedang

5. Lain-lain   Dinding tanggul mulai keropos Bendung tipe geser  Terdiri dari 2 pintu

6. Dokumentasi

(39)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 33

Tabel 4.5. Deskripsi Sekat Kanal V

No. Uraian Keterangan

1. Nama Kanal Sungai Tembesudaro

2. Lokasi Bangunan Sekat Kanal

Latitude (X) 401749

Longitude (Y) 9773807

Kawasan PT GAL

3. Dimensi Bangunan Sekat Kanal

Panjang 400 cm

Lebar Atas 230 cm

Lebar Bawah 290 cm

Tinggi 140 cm

4. Deskripsi Bangunan Sekat Kanal

Lama Bangunan ± 1 tahun

Bahan/Material Kayu/papan, terpal, timbunan gambut Operasi & Pemeliharaan -

Kondisi Saat Survei Mulai rusak 5. Lain-lain

 Normalisasi kanal tahun 2013  Tidak terpelihara

 Rusak untuk lewat perahu pencari ikan

6. Dokumentasi

(40)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 34

Tabel 4.6. Deskripsi Sekat Kanal VI

No. Uraian Keterangan

1. Nama Kanal Parit Nyonya

2. Lokasi Bangunan Sekat Kanal

Latitude (X) 413403

Longitude (Y) 9780951

Kawasan PT GAL

3. Dimensi Bangunan Sekat Kanal

Panjang 700 cm

Lebar Atas 200 cm

Lebar Bawah 200 cm

Tinggi 250 cm

4. Deskripsi Bangunan Sekat Kanal

Lama Bangunan ± 3 tahun

Bahan/Material Kayu, papan, timbunan tanah, dan gambut Operasi & Pemeliharaan -

Kondisi Saat Survei Mulai rusak/bocor dindingnya

5. Lain-lain -

6. Dokumentasi

(41)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 35

C. Inventarisasi Area Terbakar

Gambar 4.2. Peta Area Terbakar Tahun 2015 di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Gambar 4.3. Kondisi Pasca Kebakaran Tahun 2015 di KHG Sungai Air Hitam Laut Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

(42)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 36

4.2. Perluasan Pembangunan Sekat Kanal

A. Pengumpulan Data Hidro-Klimatologi

Data hidrologi, yaitu debit aliran air di kanal diukur secara langsung dengan menggunakan alat current meter. Pengukuran debit dilakukan pada kanal yang akan dibangun sekat, yaitu di kanal keretak. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa debit air di kanal keretak yaitu 26,14 m3 per detik.

Gambar 4.4. Pengukuran Debit Air di Kanal Keretak

Selain debit, juga diamati data kedalaman muka air tanah dan curah

ada di lokasi pilot project.

Grafik kedalaman muka air tanah dan curah hujan pada periode Maret-November 2017 di lokasi pilot project disajikan pada Gambar 3.5. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kedalaman muka air tanah yaitu lebih dari 40 cm. Kondisi ini tentu tidak baik karena lahan gambut di kawasan tersebut akan sangat rawan untuk terbakar.

Oleh karena itu, pembangunan sekat kanal di kawasan tersebut sangat diperlukan agar kebakaran hutan dan lahan seperti pada tahun 2015 tidak terulang lagi.

(43)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 37

Gambar 4.5. Grafik Kedalaman Muka Air Tanah dan Curah Hujan Periode Maret-November 2017 di Lokasi Pilot Project

B. Pengukuran Topografi Lahan

Selain informasi dari peta kontur, dalam perencanaan pembangunan sekat kanal perlu dilakukan pengukuran topografi lahan. Dengan mengetahui detil perbedaan elevasi maka penempatan lokasi pembangunan sekat kanal akan optimal.

(44)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 38

Gambar 4.6. Pengukuran Topografi di Lokasi Pilot Project

C. Pembangunan Sekat Kanal

Pembangunan sekat kanal dilakukan pada kanal utama dan juga sub kanal. Pembangunan 5 sekat pada kanal utama telah selesai dilaksanakan, sedangkan untuk 5 sekat pada sub kanal sedang dalam proses pembangunan.

Keselurahan proses perencanaan dan pembangunan sekat kanal melibatkan aparat dan warga Desa Kepayang. Melalui FGD dibentuk kelompok dan dirancang teknis pembangunan, operasi, dan pemeliharaan sekat kanal.

(45)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 39

Gambar 4.7. FGD Pembangunan Sekat Kanal

Gambar 4.8. Proses Pembangunan Sekat Kanal

D. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik Tanah

Data konduktivitas hidrolik tanah merupakan salah satu parameter yang diperlukan untuk mengukur efektifitas pembangunan sekat kanal.

Dalam proses pengeboran untuk pengukuran konduktivitas hidrolik tanah, juga diamati tingkat kematangan dan kedalaman gambut.

(46)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 40

Gambar 4.9. Pengukuran Tingkat Kematangan dan Kedalaman Gambut

(47)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 41

E. Instalasi Alat dan Pengamatan Tinggi Muka Air di Kanal

Data tinggi muka air di kanal merupakan salah satu parameter yang diperlukan untuk mengukur efektifitas pembangunan sekat kanal. Ada 6 titik pengamatan tinggi muka air yang dipasang dan diamati secara manual, serta 1 titik pengamatan otomatis dengan menggunakan data logger.

Alat dipasang pada bagian hulu dan hilir bangunan sekat kanal. Pengamatan manual dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00 wib dan 18.00 wib, sedangkan pengamatan otomatis dilakukan setiap jam.

Gambar 4.11. Instalasi Alat Ukur Tinggi Muka Air di Kanal

F. Instalasi Alat dan Pengamatan Kedalaman Muka Air Tanah

Data kedalaman muka air tanah merupakan salah satu parameter yang diperlukan untuk mengukur efektifitas pembangunan sekat kanal. Ada 6 titik pengamatan tinggi muka air yang dipasang dan diamati secara manual, 1 titik pengamatan otomatis dengan menggunakan data logger, dan 1 titik pengamatan otomatis AWLR

(48)

PILOT PROJECT | Implementasi Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal 42

Alat dipasang pada bagian kanan dan kiri bangunan sekat kanal, masing-masing dengan jarak  100 meter dari kanal. Pengamatan manual dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00 wib dan 18.00 wib, sedangkan pengamatan otomatis dilakukan setiap jam.

Gambar 4.12. Instalasi Alat Ukur Kedalaman Muka Air Tanah

G. Pengikatan Titik Referensi Alat Ukur

Pengikatan titik referensi alat ukur, baik alat ukur tinggi muka air di kanal maupun alat ukur kedalaman muka air tanah, bertujuan agar data ukur memiliki referensi yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

R Squeare adalah koefisien determinasi yang dapat diartikan bahwa Pengembangan Wisata Sungai Musi mampu mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Masyarakat Di Pinggiran Sungai Musi

Dari hasil survei dan pengambilan sampel dari daerah lahan gambut di kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah dan Kabupatan Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan diperoleh berbagai

Pelaksanaan kegiatan reforma agraria (redistribusi tanah dan access reform) dalam penerapannya ditindak lanjuti dengan kegiatan pilot project di 2 provinsi yaitu jawa Tengah

penebangan dan intrusi air laut (naik 26,25% dari hasil survei pra kampanye) Pada Juli 2010, 48,40% petani di 4 desa target menyetujui hutan rawa gambut Sungai Putri

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 16 Dari hasil interpretasi Citra Landsat tahun 2014, kondisi tutupan vegetasi di KHG Sungai Air

Lokasi pilot project di fokuskan di 5 desa yang meliputi 4 wilayah kabupaten dan 5 wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Desa

Inpara (222 dll), Jagung Hibrida Pioneeer, BISI, Pertiwi, NK; Kedelai : Anjasmoro, dan pengendalian hama secara terpadu untuk menjamin produktivitas hasil usaha

Pilot project ini memfokuskan pada revitalisasi sumber kehidupan lokal, yang dilaksanakan dengan kegiatan berbasis air (perikanan), dan berbasis lahan yaitu