• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR KAMPANYE Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Disiapkan oleh: Ade Yuliani, Titian, 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR KAMPANYE Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Disiapkan oleh: Ade Yuliani, Titian, 2010"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN AKHIR KAMPANYE

Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri

Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat

(2)

2

Daftar Isi

DAFTAR ISI 2 DAFTAR TABEL 4 DAFTAR FOTO 6 DAFTAR GAMBAR 7 DAFTAR DIAGRAM 8 I. Ringkasan Eksekutif 9

Formulasi Teori Perubahan 9

Narasi Teori Perubahan 11

Hasil Teori Perubahan 11

Fokus Konservasi: Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri 12

Status Kepemilikan Lahan, Status Lahan dan Pengelolaan Kawasan 16

II. Model Konseptual 17

Kerangka Kampanye Petani 26

III.Ringkasan Kreatif 27

Ringkasan Kreatif: Petani 27

IV.KEGIATAN KAMPANYE 30

Kegiatan 1. Program radio mingguan 33

Kegiatan 2: Mobile Cinema/ Layar Tancap 36

Kegiatan 3: Pertemuan kampung 37

Kegiatan 4: Iklan layanan masyarakat 44

Kegiatan 5: Produksi leaflet 45

(3)

3

Kegiatan 7: Video partisipatif 51

Kegiatan 8: Special Event-Aksi Simpatik Untuk Bumi 53

Kegiatan 9: Magang CU 56

Kegiatan 10: Perencanaan Strategis CU Pantura Lestari 57

V. Hasil Kampanye 60

Metode Survei Pra dan Paska Kampanye 60

Hasil Survei Pra dan Paska Kampanye 62

Paparan Terhadap Media Kampanye 64

Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran SMART Pengetahuan 69

Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal 72

Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran SMART Perilaku 76

Fasilitasi Pembentukan Credit Union Sebagai Kegiatan Penyingkiran Halangan 80

VI.ANALISIS KRITIS 85

Tahap Perencanaan Proyek 85

Tahap Pelaksanaan 89

VII. STRATEGI TINDAK LANJUT 96

Pendahuluan 96

Strategi 1. Meningkatkan dukungan terhadap pelestarian kawasan 97

Strategi 2. Memaksimalkan peran CU untuk menguatkan ekonomi masyarakat dan mendorong perubahan perilaku khalayak target 100

Strategi 3: Mendorong terbentuknya rencana kelola masyarakat untuk kawasan hutan Sungai Putri 103

Kesimpulan 105

VIII. Lampiran 106

Pre Test Material Kampanye (Brosur dan ILM) 106

Kuesioner Pra Survei 109

Kuesioner Post Survei 128

Hasil Lengkap Survei Pra dan Pasca Kampanye 142

Pola kebijakan CUPL 161

(4)

4

Daftar Tabel

TABEL 1. PEKERJA ILLEGAL LOGGING 14

TABEL 2. ANCAMAN LANGSUNG DI HUTAN SUNGAI PUTRI DAN FAKTOR PENDORONGNYA 20

TABEL 3. KAITAN ANTARA KHALAYAK SASARAN, TAHAPAN PERILAKU DAN KEGIATAN PEMASARAN 29

TABEL 4. RANTAI HASIL DAN SASARAN SMART TERKAIT PENGETAHUAN UNTUK PETANI 30

TABEL 5. RANTAI HASIL DAN SASARAN SMART TERKAIT SIKAP UNTUK PETANI 32

TABEL 6. RANTAI HASIL DAN SASARAN SMART TERKAIT KOMUNIKASI INTERPERSONAL UNTUK PETANI 32

TABEL 7. TEMA BULANAN PROGRAM RADIO DI RSPDK 34

TABEL 8. TEMA BULANAN PROGRAM OBSESI DI RADIO GEMA SOLIDARITAS FM 35

TABEL 9. JADWAL PERTEMUAN KAMPUNG UNTUK PENGORGANISIRAN CU DI SUNGAI PUTRI 39

TABEL 10. DISTRIBUSI LAMPU HEMAT ENERGI 54

TABEL 11. RANTAI HASIL DAN SASARAN SMART TERKAIT PERUBAHAN PERILAKU UNTUK PETANI 55

TABEL 12. JUMLAH KEPALA KELUARGA DI DESA TARGET 60

TABEL 13. DISTRIBUSI KUESIONER 61

TABEL 14. KARAKTERISTIK RESPONDEN DI DESA TARGET 63

TABEL 15. PAPARAN TERHADAP MEDIA KAMPANYE 64

TABEL 16. PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PESAN BROSUR ’MENGENAL MANFAAT HUTAN’ 66

TABEL 17. PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PESAN BROSUR ’HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM’ 67

TABEL 18. PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PESAN BROSUR ’REDD’ 68

TABEL 19. PERUBAHAN DALAM VARIABEL-VARIABEL PENGETAHUAN ANTARA SURVEI-SURVEI PRA DAN PASCA KAMPANYE 70

TABEL 20. PERUBAHAN DALAM VARIABEL-VARIABEL SIKAP DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA SURVEI-SURVEI PRA DAN PASCA KAMPANYE 73

TABEL 21. PERUBAHAN DALAM VARIABEL-VARIABEL PERILAKU ANTARA SURVEI-SURVEI PRA DAN PASCA KAMPANYE 77

TABEL 22. PERBANDINGAN JUMLAH PEKERJA, BAGAN DAN ALAT TEBANG TAHUN 2008 – 2010 84

TABEL 23. KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN DUKUNGAN TERHADAP PELESTARIAN KAWASAN 97

TABEL 24. KEGIATAN UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS PENGURUS DAN TIM MANAJEMEN CU 100

TABEL 25. PEMBUATAN PERENCANAAN DESA 104

TABEL 26. DEMOGRAFI RESPONDEN 142

TABEL 27. SUMBER INFORMASI YANG DIPERCAYA 144

TABEL 28. PERTANYAAN AKSES/ PENGGUNAAN MEDIA 146

TABEL 29. PERTANYAAN UNTUK PENGETAHUAN 151

TABEL 30. PERTANYAAN UNTUK SIKAP 153

TABEL 31. PERTANYAAN-PERTANYAAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN EFEKTIVITAS DIRI 155

TABEL 32. PERTANYAAN-PERTANYAAN PERILAKU 156

(5)

5

(6)

6

Daftar Foto

FOTO 1. LOKAKARYA KONSENSUS DI DESA SUNGAI PUTRI 17

FOTO 2. PROGRAM RADIO DI GEMA SOLIDARITAS FM 33

FOTO 3. LAYAR TANCAP DI DESA TANJUNG BAIK BUDI 36

FOTO 4. PENGORGANISIRAN CREDIT UNION DI DESA TEMPURUKAN 37

FOTO 5. FLIPCHART, ALAT BANTU UNTUK MENJELASKAN 41

FOTO 6. DISKUSI KELOMPOK 42

FOTO 7. PRODUKSI IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 44

FOTO 8. PELATIHAN PEMBUATAN VIDEO PARTISIPATIF 51

FOTO 9. SEKRETARIS DAERAH KAB. KETAPANG IKUT MENGKAMPANYEKAN PELESTARIAN HUTAN SUNGAI PUTRI DALAM MALAM AKSI SIMPATIK UNTUK BUMI53

FOTO 10. PERENCANAAN STRATEGIS CU PANTURA LESTARI 57

FOTO 11. BAPAK A.R. MECER TENGAH MEMFASILITASI RENSTRA CU PANTURA LESTARI 58

FOTO 12. PENGAWAS DAN PENGURUS CU PANTURA LESTARI TERPILIH 80

(7)

7

Daftar Gambar

GAMBAR 1. PETA LOKASI KOMPLEKS HUTAN SUNGAI PUTRI 12

GAMBAR 2. LEAFLET MENGENAL MANFAAT HUTAN 45

GAMBAR 3. LEAFLET REDD DAN PERUBAHAN IKLIM 46

GAMBAR 4. KOMIK 48

GAMBAR 5. CONTOH STORYBOARD KOMIK 49

GAMBAR 6. PEMBATAS BUKU YANG RENCANANYA AKAN DISERTAKAN DI DALAM KOMIK 50

GAMBAR 7. LOGO CU PANTURA LESTARI 82

(8)

8

Daftar Diagram

DIAGRAM 1. MODEL KONSEPTUAL REVISI 18

DIAGRAM 2. RANTAI FAKTOR PENEBANGAN (I) 22

DIAGRAM 3. RANTAI FAKTOR PENEBANGAN (II) 23

DIAGRAM 4. RANTAI HASIL 24

(9)

9

I.

Ringkasan Eksekutif

Formulasi Teori Perubahan

K+

A+

IC+

BR

BC

TR

CR

Kampanye pemasaran sosial meningkatkan

pemahaman petani tentang: Fungsi hutan rawa

gambut untuk mencegah intrusi air laut dan mendukung

usaha pertanian Fungsi hutan rawa

gambut sebagai penyimpan karbon

(carbon seques-tration) Manfaat Credit Union

Kampanye pemasaran sosial menyebabkan:

Hutan rawa gambut yang terjaga sehingga dapat menahan masuknya air laut dan mencegah gagal panen

Petani menyetujui jika hutan rawa gambut Sungai Putri perlu dilestarikan CU dapat menguatkan modal usaha masyarakat Kampanye pemasaran sosial meningkatkan diskusi diantara petani mengenai:

Pentingnya melestarikan hutan rawa gambut Sungai Putri Manfaat Credit Union Mitra BR memfasilitasi terbentuknya Credit Union untuk memudahkan petani mengakses modal usaha Mitra lembaga memperkenalkan mekanisme pembiayaan karbon (untuk tujuan jangka panjang) • Petani mendukung CU yang ditunjukkan dengan kesediaan menjadi anggota • Petani memanfaatkan CU untuk memperoleh modal usaha • Petani mengembangkan usaha (atau memulai usaha baru) dan pelan-pelan meninggalkan aktivitas illegal logging dan perambahan hutan Penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri berkurang Mempertahankan hutan rawa gambut Sungai Putri sebagai habitat orangutan Kalimantan (P.p. wurmbii)

Pada Juli 2010, 31,20% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri mengetahui fungsi hutan rawa gambut untuk menahan

Pada Juli 2010, 29,40% petani di 4 desa target menyetujui hubungan antara

penebangan dan intrusi air laut (naik 26,25% dari hasil survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, 48,40% petani di 4 desa target menyetujui hutan rawa gambut Sungai Putri perlu dilestarikan (naik 1,25% dari hasil

Perencanaan strategis (renstra) CU Pantura telah dilaksanakan pada minggu ke IV Juli 2010. Renstra ini menandai berdirinya Pada 23 Juli 2010, telah terbentuk CU Pantura Lestari dengan anggota pertama berjumlah 12 orang dengan total aset Rp

Dikarenakan CU baru saja terbentuk dan khalayak target belum dapat

memanfaatkan modal dari sini, maka masih terlalu dini untuk menilai dampak inovasi ini terhadap pengurangan ancaman di

kawasan hutan Sungai Putri dan capaian konservasinya. Setidaknya baru setelah satu

(10)

10

intrusi (naik 43% dari hasil survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, 28,40% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri mengetahui fungsi hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon (naik 39,75% dari hasil survei pra kampanye) Pada Juli 2010, 98,1% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri mengetahui tentang Credit Union sebagai wadah/ usaha bersama untuk simpan pinjam (terjadi perubahan pp +31,2 dari hasil survei pra kampanye).

Selengkapnya dapat dilihat pada Bab IV

survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, 39,8% petani di 4 desa target menyetujui untuk bersama-sama

mengembangkan CU sebagai untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama untuk keperluan usaha dan kesejahteraan (naik 39,75% dari hasil survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, intensitas komunikasi petani di 4 desa target tentang perlunya pelestarian hutan rawa gambut meningkat menjadi 40,30% (naik 33,25% dari hasil survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, intensitas komunikasi petani di 4 desa target tentang petani di 4 desa target tentang manfaat CU menjadi 10,20% (turun 46% dari hasil survei pra kampanye) Meskipun intensitas komunikasi petani mengenai manfaat CU menurun, namun intensitas komunikasi petani mengenai cara mengembangkan modal dan kemandirian justru meningkat dari 14,30% menjadi 42,40%.

Selengkapnya dapat dilihat pada Bab IV

CU dan dapat memberikan pelayanan pada masyarakat terutama khalayak target Telah dilakukan pertemuan kampung terutama untuk membicarakan rencana inisiasi proyek REDD di Sungai Putri Selengkapnya dapat dilihat di Bab IV.

29.945.000. Namun karena baru saja terbentuk, khalayak target belum dapat memanfaatkan modal ini dan mengembangkan usaha baru. Baru pada bulan Oktober, dapat dilihat bagaimana khalayak target

memanfaatkan modal yang bisa diakses di CUPL.

(11)

11

Narasi Teori Perubahan

Salah satu faktor yang menyebabkan penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri adalah kurangnya modal untuk pengembangan usaha. Sehingga untuk mengurangi ancaman penebangan di Sungai Putri, maka perlu menjawab kebutuhan masyarakat akan modal dan alternative pendapatan. Credit Union (CU) merupakan wadah yang mungkin dikembangkan oleh petani untuk mengumpulkan modal bersama dan dimanfaatkan untuk tujuan produktif. Selain itu, petani sebagai khalayak target utama akan diberikan informasi mengenai fungsi hutan rawa gambut untuk menahan intrusi air laut dan penyimpan karbon. Petani akan menyetujui bahwa hutan rawa gambut perlu dilestarikan untuk mencegah masuknya air asin yang dapat menyebabkan gagal panen. Petani juga menyetujui kalau CU dapat membantu menguatkan modal mereka. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah petani mendukung CU yang ditunjukkan dengan kesediaannya menjadi anggota CU. Petani memanfaatkan CU untuk meminjam modal usaha yang kemudian digunakan untuk mengembangkan usaha mandiri. Pada Juni 2010, paling tidak ada 150 orang petani yang menjadi anggota CU.

Hasil Teori Perubahan

Kampanye ini dibangun berdasarkan asumsi jika petani diberikan kemudahan mengakses modal untuk mengembangkan usaha, maka petani pelan-pelan akan mengurangi ketergantungannya terhadap hutan. CU merupakan lembaga keuangan dengan usaha utamanya simpan pinjam, telah diperkenalkan dan dikembangkan bersama-sama dengan masyarakat di Desa Sungai Putri. Pada saat

didirikan terdaftar 12 anggota CU dengan jumlah total aset Rp 29.945.0001. Pelan-pelan jumlah petani yang menjadi anggota juga

bertambah. Sementara ini intervensi yang dilakukan agar pengetahuan khalayak target mengenai konservasi kawasan terus meningkat yaitu dengan merancang modul pendidikan dasar CU dengan perspektif konservasi. Ke depan, perlu diciptakan sistem untuk mendorong perubahan perilaku petani khalayak yang menjadi anggota CU untuk mengurangi aktivitas pemanfaatan kayu tanpa ijin di dalam kawasan Sungai Putri. Misalnya dengan membuat kriteria untuk melakukan pinjaman. Anggota yang berasal dari desa yang tidak lagi melakukan penebangan atau sangat sedikit memanfaatkan kayu dari dalam kawasan akan diberikan platform pinjaman yang lebih besar. Titian akan melakukan monitoring terhadap kawasan dan pelaku secara berkala sebagai dasar penilaian permohonan kredit bagi tim manajemen CU. Untuk itu, kegiatan tindak lanjut sangat diperlukan.

(12)

12

Fokus Konservasi: Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri

Kompleks Hutan Sungai Putri berada di sebelah utara Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Dari Ketapang, Sungai Putri berjarak + 40 Km dan dapat diakses melalui transportasi darat dan air. Secara administratif terletak di 3 kecamatan (Muara Pawan, Matan Hilir Utara dan Nanga Tayap) dan berbatasan dengan 8 desa

(Tempurukan, Ulak Medang, Tanjungpura,

Mayak, Sungai Putri, Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sungai Kelik). Pintu masuk menuju kawasan Hutan melalui desa Kuala Tolak.

Sungai Putri memiliki luasan + 70.000 hektar yang didominasi oleh kubah gambut ombrogen yang sangat luas. Sebagian kecil habitatnya merupakan rawa air tawar (fresh water swamp) dan hutan

dataran rendah (lowland forest). Kompleks Hutan

Sungai Putri merupakan eks konsesi HPH pada tahun 1970-an. Kawasan ini dulunya terkenal

memiliki potensi kayu ramin (Gonystilus

bancanus) yang sangat tinggi. Aktivitas ini membuat kawasan Sungai Putri sekarang menjadi mosaik hutan sekunder. Hutan primer hanya ditemukan di bagian tengah kubah gambut. Kedalaman gambut di Sungai Putri diketahui mencapai 15 meter. Ini menunjukkan Sungai Putri mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyimpan karbon.

Ekosistem hutan gambut Sungai Puteri berperan sebagai penyangga perairan bagi daerah sekitarnya. Ekosistem ini juga merupakan habitat orangutan, yang menjadi objek utama dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 53/Menhut-IV/2007 tentang Strategi

dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007 2017. Berdasarkan hasil survei biologi FFI – Kalimantan Programme (2008

(13)

13

Unpublished2), Sungai Putri merupakan habitat penting orangutan kedua terbesar di Kab. Ketapang, setelah Taman Nasional Gunung Palung (2500 individu). Populasi orangutan diperkirakan 668 individu, dengan rentang antara 500 – 900 individu dan diperkiraan kepadatannya 1,2 individu/Km2.

Selain itu, nilai penting kawasan Sungai Putri adalah sebagai berikut:

1. Melindungi daratan (masyarakat dan lahan pertanian) dari intrusi air laut dan ancaman abrasi pantai

2. Mengatur air, mencegah terjadinya banjir pada musim penghujan serta menyediakan “penyaring” sumber air tawar untuk lahan

pertanian dan kehidupan penduduk di sekitarnya pada musim kemarau.

3. Menjaga kestabilan iklim mikro ekosistem gambut Sungai Putri yang memberikan kondisi lingkungan dengan tingkat kelembaban

(relative humidity) dan temperatur yang stabil.

Sejak era 1970an hingga 1980an, hutan Sungai Putri telah dieksploitasi kayunya oleh perusahaan pemegang hak pengusahaan hutan

(HPH). Perusahaan-perusahaan HPH yang beroperasi di sini, utamanya mengekstraksi kayu ramin (Gonystylus bancanus).

Perusahaan-perusahaan pemegang konsesi hutan tersebut kemudian menghentikan operasinya pada kurun tahun 1980an, jauh sebelum terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 168/Kpts-IV/2001 tentang Pemanfaatan dan Peredaran Kayu Ramin (Gonystylus spp), yang menjelaskan larangan pemanfaatan kayu ramin. Setelah perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi beroperasi, masyarakat sekitar hutan mulai membalaki kawasan tersebut. Hingga saat ini kegiatan pembalakan hutan oleh masyarakat masih terus berlangsung. Mayoritas pembalak kayu di kompleks hutan Sungai Putri adalah masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Masyarakat membalak kayu untuk memperoleh pendapatan uang tunai.

Pada September 2008, Titian melakukan survei penilaian ancaman illegal logging di Sungai Putri. Lokasi survei di empat titik atau

empat desa, yaitu Desa Sungai Putri, Desa Sungai Kelik (Sumber Priangan), Desa Ulak Medang dan Desa Tanjung Pura. Hasil yang didapat sebagai mana berikut:

2 Informasi mengenai keanekaragaman hayati di Sungai Putri dikutip dari laporan survey biologi FFI – Kalimantan Programme (High Conservation Value Forest

in Ketapang2008 unpublished report). Sebelumnya Yayasan SIMPUR (Kalbar) pernah melakukan survey serupa di Sungai Putri, namun hingga saat ini hasil survey tersebut belum dipublikasikan

(14)

14 Tabel 1. Pekerja Illegal Logging

Desa Sungai Putri Desa Sungai Kelik (Dsn.Tanah Merah)

Desa Ulak Medang Desa Tanjung Pura Keterangan Pekerja Jumlah Kelompok 7 kelompok, paling banyak 5 orang/kelompok 17 kelompok, 3 – 5 orang/kelompok 2 kelompok, 2 – 3 orang/kelompok 3 kelompok, 2 orang/kelompok Total 29 kelompok

Asal Desa Sungai Putri;

kota Ketapang; Sukadana; Sambas

Dusun Sumber

Priangan; Desa Sungai Putri

Desa Ulak Medang; Sambas

Desa Tanjung Pura Desa

setempat, Ketapang, Sukadana, Sambas Lama Bekerja

2 bulan – 1 tahun 1 bulan – 6 bulan 16 tahun 2 bulan 1 bulan – 16

tahun

Sumber: Data Investigasi Illegal Logging Titian, 2008

Aktifitas illegal logging di dalam blok hutan Sungai Putri dilakukan secara berkelompok. Terdapat 29 kelompok pekerja kayu yang beraktifitas di empat desa tersebut. Masing-masing yaitu di Desa Sungai Putri ada 7 kelompok, di Desa Sungai Kelik (Sumber Priangan) ada 17 kelompok, di Desa Ulak Medang ada 2 kelompok, dan di Desa Tanjung Pura ada 3 kelompok.

Pekerja-pekerja kayu tersebut mayoritas berasal dari desa setempat dan beberapa berasal dari kota Ketapang, Sukadana dan dari Sambas. Mereka telah bekerja di blok hutan Sungai Putri paling lama 16 tahun dan yang paling baru adalah 1 bulan.

Pembalak yang bukan berasal dari desa setempat biasanya membuat pondok tidak permanen yang terbuat dari kayu dan beratap terpal (dalam bahasa lokal bagan). Di pondok-pondok inilah mereka tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari biasanya mereka beli di desa terdekat.

(15)

15

Sedangkan pembalak dari desa setempat biasanya tidak membangun pondok. Setiap pagi sekitar pukul enam mereka masuk ke dalam hutan menggunakan sepeda ontel yang juga dirancang untuk mengangkut kayu. Pembalak setempat mayoritas diupah menjadi pengangkut kayu dari dalam hutan ke tepi jalan atau sungai.

Masing-masing kelompok penebang memiliki alat tebang pohon berupa chainsaw. Masing-masing kelompok memiliki chainsaw 1

hingga 2 buah. Jumlah chainsaw yang beredar di dalam blok hutan Sungai Putri diperkirakan sebanyak 32 buah. Namun ada juga yang bekerja secara tidak berkelompok. Misalnya hanya diupah untuk mengangkut kayu-kayu yang sudah ditebang oleh pekerja upahan yang bertugas menebang dan membelah kayu-kayu

Untuk membawa hasil kayu yang sudah ditebang, pekerja kayu menggunakan sepeda, gerobak dan rakit untuk mengangkut kayu keluar hutan. Sepeda dan gerobak digunakan untuk mengangkut kayu melalui jalan yang terbuat dari papan-papan kayu dari hutan ke jalan desa. Sedangkan rakit digunakan untuk mengangkut kayu melalui sungai. Kayu-kayu yang dirakit tersebut dihanyutkan ke muara sungai.

Kayu-kayu yang ditebang ada 4 jenis, yaitu punak (Tetramerista glabra), cin (Dacrydium pectinatum), gerunggang (Cratoxylon glaucum) dan ramin (Gonystylus bancanus). Keempat jenis kayu tersebut ditebang jika sudah berdiameter 25 hingga 50 cm. Adapula kayu yang berdiameter antara 10 sampai 15 cm yang ditebang. Kayu-kayu ini disebut kayu cerucuk. Jenis kayu cerucuk yang ditebang biasanya tidak dipilih.

Kelompok-kelompok pekerja kayu yang bekerja di blok hutan Sungai Putri mampu menghasilkan 3 hingga 4 meter kubik kayu setiap harinya. Total seluruh kelompok pekerja kayu yang terdapat di blok hutan Sungai Putri mampu menghasilkan 87 sampai 116 meter kubik kayu per hari.

Jika tidak dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi karena masih adanya praktik pembalakan liar, maka dalam 20 tahun mendatang hutan di komplek hutan Sungai Putri semakin rusak. Kebutuhan kayu di tingkat lokal pada saat itu akan semakin tinggi sedangkan persediaan kayu di hutan semakin sedikit.

Ancaman penebangan merupakan ancaman utama yang akan coba dikurangi dengan pendekatan kampanye pride. Ancaman lainnya

(16)

16

Status Kepemilikan Lahan, Status Lahan dan Pengelolaan Kawasan

Status kompleks Hutan Sungai Putri berdasarkan SK Menhutbun 259/Kpts-II/2000 tentang kawasan hutan dan perairan adalah hutan produksi (HP) dan Hutan Produksi yang bisa dikonversi (HPK). Terkait statusnya sebagai hutan produksi (HP) dan hutan produksi yang bisa dikonversi (HPK) maka wewenang pengelolaan kawasan Sungai Putri berada di tangan Departemen Kehutanan, dengan Dinas Kehutanan Kab Ketapang sebagai perpanjangan tangan di daerah.

(17)

17

II.

Model Konseptual

Perumusan model konseptual kawasan Kompleks Hutan Rawa Gambut (KHRG) Sungai Putri dilakukan dengan metode

Technology of Participation (ToP) melalui lokakarya konsensus.

ToP dikembangkan oleh Institute of Cultural Affairs (ICA). Dalam

metode ini, partisipasi atau keterlibatan semua pemangku kepentingan merupakan bagian integral dari semua aspek eksplorasi dan pengambilan keputusan.

Lokakarya konsensus ini dilakukan pada Februari 2009 yang dihadiri oleh 36 orang perwakilan dari 4 desa target yaitu Tempurukan, Sei Putri, Tanjung Baik Budi dan Kuala Tolak. Perwakilan masyarakat ini mewakili unsur pemerintahan desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, pekerja kayu dan perambah hutan.

Lingkup proyek atau sasaran konservasi yang ditetapkan dalam lokakarya ini adalah KHRG Sungai Putri, dengan konteks untuk pembahasan adalah kegiatan-kegiatan yang dapat menganggu hutan, satwa dan sungai di KHRG Sungai Putri. Ancaman langsung yang diidentifikasi, kemudian dituliskan pada

kartu-kartu yang lalu ditempelkan ke dinding dan dihubungkan dengan sasaran konservasi yang sesuai dengan menggunakan tanda panah.

Peserta juga membahas dan menyepakati faktor yang menjadi pemicu (driving factors) ancaman langsung.

Model konsep yang dihasilkan dari lokakarya konsensus ini kemudian dikonsultasikan lebih lanjut kepada mitra antara lain Fauna and Flora International-Indonesia Programme dan Dinas Pertanian, terkait kegiatan kebutuhan masyarakat sekitar hutan Sungai Putri terhadap lahan pertanian. Setelah kampanye dilakukan, muncul dinamika di lapangan yang sebelumnya tidak dipetakan di

(18)

18

dalam model konseptual awal yang digunakan dalam perencanaan proyek. Model konseptual awal ini kemudian direvisi berdasarkan temuan tersebut sebagai mana berikut

Diagram 1. Model Konseptual Revisi

(19)

19

Ancaman langsung yang ditambahkan adalah rencana konversi hutan untuk perkebunan sawit. Informasi ini diperoleh berdasarkan data daftar perkebunan di Kabupaten Ketapang yang dikeluarkan Dinas Perkebunan Ketapang tahun 2009.

Berikut adalah gambaran singkat dari ancaman langsung dan faktor yang berpengaruh yang disajikan dalam model konseptual di atas.

(20)

20 Tabel 2. Ancaman Langsung di Hutan Sungai Putri dan Faktor Pendorongnya

Ruang lingkup dan sasaran proyek Ancaman langsung Faktor yang berpengaruh (termasuk ancaman tak langsung)

Komplek Hutan Rawa Gambut Sungai Putri

Hutan rawa gambut Satwa

Sungai

Penebangan

Kategori ancaman IUCN: 5.3.

Penebangan pohon dan pemanenan kayu)

Lemahnya penegakan hukum, lemahnya mental penegak hukum, keinginan memperkaya diri sendiri, upaya perlindungan rendah, tidak ada unit pengelola kawasan, alternatif pekerjaan terbatas, keahlian terbatas, modal usaha tidak tersedia, tingkat pendidikan rendah.

Terkait dengan tidak adanya unit pengelola kawasan, saat kampanye dilakukan, hanya ada 1 izin konsesi HPH di sebelah barat kawasan Sungai Putri. Perusahaan ini, meskipun sudah mengantongi ijin namun belum pernah melakukan aktivitas apapun. Sebagai upaya untuk

mengkonservasi kawasan, sekaligus mendorong adanya unit pengelola kawasan, FFI-IP menginisiasi upaya pengurangan emisi dari kerusakan hutan melalui HPH restorasi ekologi (HPH-RE). Titian sendiri dalam fase kampanye ini ikut membantu mendiseminasikan informasi mengenai REDD. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan gambut, belum ada sosialisasi tentang hutan gambut Gagal panen

Kebutuhan subsisten

Terbatasnya program pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemerintah kurang mengetahui permasalahan desa

Permintaan pasar local, pembangunan infrastruktur, terbatasnya ketersediaan kayu dari kawasan lain

(21)

21

Kegiatan pemanfaatan kayu tanpa ijin disepakati peserta lokakarya sebagai ancaman yang paling berdampak terhadap keberadaan hutan rawa gambut Sungai Putri. Ini juga dikuatkan dengan pengamatan langsung di lapangan dan percakapan terarah dengan beberapa tokoh kunci. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi hutan rawa gambut dan terbatasnya alternative pekerjaan yang dikarenakan keterbatasan modal usaha, perlu diatasi untuk membantu mengurangi pemanfaatan kayu di dalam kawasan.

(22)

22 1. Peluang pekerjaan bisa diciptakan jika masyarakat mempunyai wadah untuk mengakses modal untuk pengembangan usaha

yang lebih berkelanjutan

Tidak adanya peluang pekerjaan yang dapat memberikan hasil menjanjikan, maka upaya untuk mengurangi penebangan kayu akan menjadi kurang maksimal. Namun, untuk itu masyarakat perlu mempunyai modal dasar untuk mengembangkan usaha mandiri. Wadah untuk mengakses modal dasar ini perlu diciptakan.

(23)

23 2. Pengetahuan khalayak target mengenai fungsi hutan rawa gambut perlu ditingkatkan

Terkait dengan status kawasannya dan tidak adanya unit pengelola kawasan hutan rawa gambut Sungai Putri, selama ini masyarakat di sekitar hutan belum pernah diedukasi mengenai fungsi hutan. Untuk mendapatkan dukungan khalayak target dalam mengurangi ancaman, maka sebelumnya pengetahuan khalayak target mengenai nilai ekologis kawasan perlu ditingkatkan.

(24)

24

Kampanye Pride akan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kemandirian (lewat konsep Credit Union) dan fungsi hutan rawa gambut, terutama sebagai penyimpan karbon dan dalam menahan intrusi air laut, yang sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pertanian masyarakat. Asumsinya, intervensi ini akan menumbuhkan sikap kemandirian (yang ditunjukkan lewat terbentuknya Credit Union) dan dukungan bagi konservasi hutan Sungai Putri. Ini pada akhirnya akan berdampak mengurangi penebangan liar di dalam kawasan. Hipotesa ini ditunjukkan pada rantai hasil berikut:

(25)

25

Teori perubahan (ToC) kampanye yang dilakukan dituliskan sebagai berikut:

Salah satu faktor yang menyebabkan penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri adalah kurangnya modal untuk pengembangan usaha. Sehingga untuk mengurangi ancaman penebangan di Sungai Putri, maka perlu menjawab kebutuhan masyarakat akan modal dan alternative pendapatan. CU merupakan wadah yang mungkin dikembangkan oleh petani untuk mengumpulkan modal bersama dan dimanfaatkan untuk tujuan produktif. Selain itu, petani sebagai khalayak target utama akan diberikan informasi mengenai fungsi hutan rawa gambut untuk menahan intrusi air laut dan penyimpan karbon. Petani akan menyetujui bahwa hutan rawa gambut perlu dilestarikan untuk mencegah masuknya air asin yang dapat menyebabkan gagal panen. Petani juga menyetujui kalau CU dapat membantu menguatkan modal mereka. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah petani mendukung CU yang ditunjukkan dengan kesediaannya menjadi anggota CU. Petani memanfaatkan CU untuk meminjam modal usaha yang kemudian digunakan untuk mengembangkan usaha mandiri. Pada Juni 2010, paling tidak ada 150 orang petani yang menjadi anggota CU.

Sebagai panduan capaian kampanye, maka dibuat sasaran SMART, metrik pemantauan dan stategi untuk mencapai tujuan kampanye.

(26)

26

Kerangka Kampanye Petani

Petani menyetujui hubungan antara penebangan dan intrusi air laut, meningkat dari 18,9% menjadi 58,9% Petani menyetujui hutan rawa gambut Sungai Putri perlu dilestarikan meningkat dari 47,9% menjadi 87,9% pada Juni 2010. Petani akan menyetujui untuk bersama-sama mengembangkan CU sebagai untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama untuk keperluan usaha dan kesejahteraan, meningkat dari 23,9% menjadi 63,9% pada Juni 2010. KHRG Sungai Putri terjaga Penebangan liar berkurang Dukungan petani menjadi anggota CU dan kesepakatan untuk tidak melakukan penebangan Terkumpul kecukupan modal dari CU yang terbentuk Komunikasi intensif untuk membangun kemandirian dan memobilisasi dukungan bagi perlindungan hutan Sungai Putri Sikap kemandirian

(CU) dan dukungan terhadap konservasi Sungai Putri terbentuk Pengetahuan mengenai kemandirian modal usaha dan nilai ekologi hutan SungaiPutri mulai terbentuk KHRG Sungai Putri terjaga Jumlah penebang di Sungai Putri berkurang 30% pada Juni 2010 150 anggota CU aktif meminjam simpanan capital dan menyimpan uang pada Juni 2010 Anggota CU menanda-tangani kesepakatan untuk tidak melakukan penebangan hutan Sebanyak 150 petani menjadi anggota CU pada Juni 2010 Meningkatkan intensitas komunikasi petani tentang perlunya pelestarian hutan rawa gambut dari 27% menjadi 67% pada Juni 2010. Meningkatkan intensitas komunikasi petani tentang manfaat CU meningkat dari 14,3% menjadi 54,3% pada Juni 2010. Pengetahuan petani mengenai fungsi hutan rawa gambut untuk mencegah intrusi air laut meningkat dari 14% menjadi 54% pada Juni 2010

Pengetahuan petani mengenai fungsi hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon meningkat dari 12,5% menjadi 52,5% pada Juni 2010

Pengetahuan petani mengenai manfaat CU sebagai usahabersama untuk simpan pinjam meningkat dari 6,7% menjadi 46,7% padaJuni 2010 Monitoring pelaku penebangan di 4 titik dalam kawasan Memberikan kemudahan meminjam modal untuk pengembangan usaha Sosialisasi, diskusi, factsheet, kunjungan ke CU terdekat, magang Pembentukan CU

Diskusi tatap muka Diskusi tatap muka, PSA talkshow, PSA, mobile cinema, diskusi,fact sheet Monitoring dan investigasi illegal logging Diskusi langsung Analisis data

sekunder Analisis data sekunder Pra dan Post

survey Pra dan Post

survey Pra dan Post

survey Hutan rawa gambut Sungai Putri Penebangan Alternatif pekerjaan terbatas Keahlian terbatas Modal usaha tidak

tersedia

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hutan rawa gambut

Tingkat pendidikan rendah

Belum ada sosialisasi tentang hutan rawa gambut

(27)

27

III.

Ringkasan Kreatif

Ringkasan kreatif dibuat berdasarkan hasil survei kuesioner yang dilakukan pada khalayak target. Hasil survei telah menunjukkan saluran-saluran informasi yang digunakan oleh khalayak target. Ringkasan kreatif akan membantu mengarahkan produksi materi kampanye dan pesan inti yang disampaikan.

Ringkasan Kreatif: Petani

Tindakan yang diinginkan

Petani mendukung program perdagangan karbon di dalam kawasan Petani menjadi anggota Credit Union (CU) aktif

Petani memanfaatkan CU untuk mengambil pinjaman produktif Petani mampu mengelola keuangan keluarga

Petani mengembangkan usaha mandiri dan pelan-pelan mengurangi ketergantungannya terhadap hutan rawa gambut sungai putri, terutama untuk kebutuhan uang tunai dan kayu

Halangan-halangan untuk bertindak

Keterbatasan pengetahuan mengenai perdagangan karbon

Keterbatasan pengetahuan mengenai manfaat hutan bagi usaha pertanian Keterbatasan pengetahuan petani tentang CU

Menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap CU

Taraf hidup masyarakat rendah sehingga susah untuk menabung

Pertukaran manfaat Dengan menjadi anggota CU petani dapat: Meminjam modal untuk usaha

Mendapatkan asuransi kesehatan dan jiwa Ada simpanan untuk hari tua

Patuh pada hukum

Terhindar dari jerat hukum karena melakukan illegal logging

Secara tidak langsung, menjaga sumber air mereka di komplek hutan rawa gambut Sungai Putri Dengan mendukung program perdagangan karbon:

(28)

28

Jasa lingkungan hutan dapat terus dirasakan

Ada keberlanjutan pendapatan (dari REDD) untuk masyarakat

Dukungan Regulasi di tingkat nasional (UU 41/1999 tentang Kehutanan, PP no 34/2002 tentang Tata Hutan dan RPH Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan)

Dukungan dari lembaga mitra penyingkir halangan

Data survei biologi yang menunjukkan nilai ekologis KHRG Sungai Putri

Citra Petani cerdas yang mampu mengembangkan usaha pertanian/ peternakan secara mandiri Kepala keluarga bertanggung jawab yang mampu mengelola keuangan keluarga

Petani yang peduli dengan perlindungan hutan rawa gambut Sungai Putri

Celah Pesan-pesan kampanye dapat dimasukkan pada:

Waktu pagi (06.00 – 12.00 wib) dan sore (15.00 – 18.00 wib), saat petani mendengarkan radio Setiap ada musyawarah desa

Setiap pengajian mingguan

Saat hari besar atau hari libur nasional

Dari hasil pra survei diketahui, orangutan merupakan spesies yang menjadi kebanggaan dan selalu mengingatkan masyarakat dengan hutan Sungai Putri. Namun, orangutan tidak dijadikan maskot kampanye karena khalayak target tidak membuka ruang untuk mendiskusikan hal ini lebih lanjut. Untuk slogan, dipilih “hidup lebih baik, warisan terbaik”. Slogan ini didiskusikan pada saat uji materi untuk kampanye.

Pada saat lokakarya konsensus, peserta lokakarya yang terdiri dari unsure pemerintahan desa, tokoh masyarakat dan pengguna sumber daya hutan menyarankan untuk menggunakan nama lain untuk menyebut Kompleks Hutan Sungai Putri. Dikarenaka nama ini mengesankan kawasan hutan rawa gambut ini hanya terletak di dalam wilayah desa Sungai Putri, sehingga desa target yang lain merasa tidak perlu untuk ikut berpartisipasi dalam proses diskusi dan kegiatan yang akan dilakukan. Berdasarkan masukan ini, maka dilakukan wawancara dengan beberapa tokoh kunci untuk menggali nama local kawasan hutan ini. Dan diketahui memang tidak pernah ada sebutan khusus untuk hutan Sungai Putri. Setelah melakukan diskusi dengan tim kampanye, maka disepakatilah untuk menggunakan nama Sentap Kancang, sesuai dengan nama blok hutan yang tertera di dalam SK Menhutbun 259/Kpts-II/2000 tentang kawasan hutan dan perairan. Nama ini yang selanjutnya terus digunakan dalam setiap aktivitas, material dan pesan kampanye.

(29)

29

Kemudian berdasarkan kondisi khalayak sasaran, tahapan perilaku dan citra yang ingin dibentuk, maka dibuat rencana kerja kegiatan pemasaran sebagai mana berikut:

Tabel 3. Kaitan Antara Khalayak Sasaran, Tahapan Perilaku dan Kegiatan Pemasaran

Khalayak Sasaran Tahapan Perilaku Kegiatan Pemasaran

Petani K3=diseminasi informasi untuk meningkatkan

pengetahuan tentang fungsi hutan rawa gambut

Program radio, iklan layanan masyarakat, brosur, layar tancap, workshop

K=diseminasi informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang manfaat Credit Union

Pertemuan kampung

A+IC4= pesan emosional untuk mendorong sikap

dan komunikasi interpersonal terhadap upaya perlindungan hutan Sungai Putri

Koran selembar, iklan layanan masyarakat

BC5=untuk mendorong, menstimulasi dan

membuat model perubahan perilaku mendukung usaha kemandirian (Credit Union) dan

perlindungan hutan Sungai Putri

Bekerja dengan pemuka agama

3 K= Knowledge/ pengetahuan

4

A=Attitude/ Sikap

IC= Interpersonal communication/ komunikasi antar individu

(30)

30

IV.

KEGIATAN KAMPANYE

Kegiatan-Kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektifitas

Tabel 4. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Pengetahuan Untuk Petani Khalayak sasaran: petani

Tahap teori perubahan Pengetahuan

Rantai hasil Pengetahuan mengenai fungsi lahan gambut meningkat

Pengetahuan mengenai kemampuan mandiri dan modal usaha tumbuh

Sasaran-sasaran SMART Pada Juli 2010, 31,20% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri

mengetahui fungsi hutan rawa gambut untuk menahan intrusi (naik 43% dari hasil survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, 28,40% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri mengetahui fungsi hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon (naik 39,75% dari hasil survei pra kampanye)

Pada Juli 2010, 98,1% petani di 4 desa target sekitar hutan Sungai Putri mengetahui tentang Credit Union sebagai wadah/ usaha bersama untuk simpan pinjam (terjadi perubahan pp +31,2 dari hasil survei pra kampanye). Jumlah petani yang mengetahui tentang Credit Union yang digunakan untuk mengukur sasaran SMART dalam laporan akhir ini berbeda dengan yang digunakan dalam dokumen rencana proyek. Ini dikarenakan karena pada hasil survei pra kampanye, ada jawaban pertanyaan yang sebenarnya mempunyai ide yang sama tapi tidak dikelompokkan. Pada saat melakukan analisis hasil survei paska kampanye, jawaban pertanyaan untuk dasar penentuan sasaran

(31)

31

SMART untuk pengetahuan mengenai CU ini dikelompokkan, sehingga angkanya menjadi berbeda.

Untuk mendukung sasaran SMART ini, bisa juga dilihat adanya penurunan jumlah responden khalayak target yang belum paham mengenai CU, dari 15,6% menjadi 0%.

Sebenarnya, jika dilihat dari semua jawaban yang diberikan oleh responden tidak ada pemahaman yang salah mengenai CU. Namun pada saat penentuan sasaran SMART, manajer kampanye memilih 1 pilihan jawaban (media/ usaha bersama simpan pinjam) tanpa mempertimbangkan pilihan jawaban yang lain. Manajer kampanye tidak mempertimbangkan bahwa pertanyaan yang diajukan adalah adalah pertanyaan terbuka, sehingga banyak kemungkinan jawaban yang bisa muncul.

Pertanyaan lain yang bisa mendukung perubahan pengetahuan responden khalayak target adalah apakah responden pernah mendengar tentang CU. Ada perubahan sebesar 31.2 pp, dari 18.1% menjadi 49.3%.

Namun frekuensi error untuk jawaban pertanyaan yang menjadi dasar sasaran

SMART pengetahuan mengenai CU ini cukup besar (11,9%). Ini mungkin dikarenakan, jumlah responden khalayak target yang menjawab pada saat survei pra jauh lebih sedikit (45 dari 265 responden) dibandingkan dengan yang menjawab saat survei paska (109 dari 220 responden).

(32)

32 Tabel 5. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Sikap untuk Petani

Khalayak sasaran: petani

Tahap teori perubahan Sikap

Rantai hasil Sikap ketergantungan berlebihan pada kayu (hutan) menjadi berkurang

Sikap kemandirian dan kemampuan memperbaiki hidup secara mandiri tumbuh

Sasaran-sasaran SMART Pada Juli 2010, 29,40% petani di 4 desa target menyetujui hubungan antara

penebangan dan intrusi air laut (naik 26,25% dari hasil survei pra kampanye) Pada Juli 2010, 48,40% petani di 4 desa target menyetujui hutan rawa gambut Sungai Putri perlu dilestarikan (naik 1,25% dari hasil survei pra kampanye) Pada Juli 2010, 39,8% petani di 4 desa target menyetujui untuk bersama-sama mengembangkan CU sebagai untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama untuk keperluan usaha dan kesejahteraan (naik 39,75% dari hasil survei pra kampanye)

Tabel 6. Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Komunikasi Interpersonal untuk Petani Khalayak sasaran: petani

Tahap teori perubahan Komunikasi interpersonal

Rantai hasil Komunikasi mengenai fungsi hutan Sungai Putri dan upaya penyelamatannya

terbentuk

Komunikasi mengenai pengembangan modal mandiri terbentuk dalam masyarakat

Sasaran-sasaran SMART Pada Juli 2010, intensitas komunikasi petani di 4 desa target tentang perlunya

pelestarian hutan rawa gambut meningkat menjadi 40,30% (naik 33,25% dari hasil survei pra kampanye)

(33)

33

Pada Juli 2010, intensitas komunikasi petani di 4 desa target tentang petani di 4 desa target tentang manfaat CU menjadi 10,20% (turun 46% dari hasil survei pra kampanye)

Meskipun intensitas komunikasi petani mengenai manfaat CU menurun, namun intensitas komunikasi petani mengenai cara mengembangkan modal dan kemandirian justru meningkat dari 14,30% menjadi 42,40%. Pada saat survei paska kampanye ini, intensitas komunikasi petani mengenai rencana mendirikan CU meningkat menjadi 39,00% dari yang sebelumnya sama sekali tidak pernah membicarakan mengenai hal ini.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal pada dasarnya sama. Satu (1) kegiatan digunakan untuk menyasar 3 variabel tersebut.

Kegiatan 1. Program radio mingguan

Alasan untuk kegiatan: Petani di sekitar hutan rawa gambut Sungai Putri lebih banyak yang melihat Sungai Putri sebagai habitat orangutan dan satwa-satwa lainnya. Hanya sedikit yang menyadari fungsinya sebagai penahan intrusi yang justru sangat terkait erat dengan usaha pertanian yang mereka lakukan. Selain itu, pengetahuan petani mengenai hutan sebagai penyimpan karbon juga perlu ditingkatkan mengingat ke depan akan diperkenalkan mekanisme pembiayaan karbon sebagai alternative lain pengelolaan kawasan hutan. Radio dipilih karena jangkauannya yang luas, sehingga dapat menyentuh semua khalayak target dan kedalamannya sedang (dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara interaktif ataupun secara rinci)6.

6 Price, Sharon and Marisol Mayorga, Buku Pegangan RARE Pride, Arlington VA, 2007 Foto 2. Program radio di Gema SolidaritasFM

(34)

34 Deskripsi kegiatan: program radio dilakukan di 2 stasiun radio. Program radio pertama dilaksanakan di Radio Siaran Pemerintah Daerah Ketapang (RSPDK) mulai bulan September 2009. Program dilakukan seminggu sekali, masing-masing selama 1 jam tanpa iklan. Untuk program ini Titian hanya perlu membantu biaya operasional pada pihak radio, tanpa perlu memberikan honor pada penyiar/ penanggung jawab.

Pertimbangan memilih RSPDK didasarkan pada hasil pra survei mengenai saluran informasi kedua yang paling banyak didengar oleh khalayak target (25,7%). Televisi sebenarnya merupakan pilihan media informasi utama khalayak target (93,6%), namun dikarenakan

cost untuk melakukan kampanye melalui televisi sangat mahal maka radio tetap dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi

mengenai hutan Sungai Putri.

Pada program radio ini Titian hanya menyediakan bahan siar, sementara manajemen radio yang menjadi penanggung jawab siaran. Mencari penyiar untuk program ini dan memastikan program berjalan pada jadwal yang sudah ditentukan. Program radio di RSPDK setiap hari senin pukul 15.00 – 16.00 wib.

Dalam tabel berikut disajikan tema siaran dari bulan September – Desember 2009:

Tabel 7. Tema Bulanan Program Radio di RSPDK

No Bulan Tema Narasumber

1. September 2009 Pengenalan kawasan hutan rawa gambut

Sungai Putri

Dinas Kehutanan Kab. Ketapang, Fauna & Flora International-IP (FFI-IP)

2. Oktober 2009 Pengenalan tentang Credit Union Titian, aktivis Credit Union

3. November 2009 Hutan dan perubahan iklim Titian dan FFI-IP

4. Desember 2009 Mekanisme pembiayaan karbon Titian dan FFI-IP

Setelah dievaluasi pada Januari 2010 berdasarkan hasil diskusi terbatas di lapangan, maka program radio di RSPDK tidak dilanjutkan kembali. Meskipun RSPDK dapat menjangkau seluruh daerah kabupaten Ketapang dengan populasi 395.076 jiwa, namun dari diskusi diketahui banyak khalayak yang tidak mendengarkan program radio ini, sehingga program ini menjadi tidak efektif. Televisi menjadi media informasi yang dipilih oleh khalayak target. Selain itu karena waktu siaran yang terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menerima telepon dan berinteraksi dengan pendengar selain khalayak target.

(35)

35

Bulan Februari 2010, Titian mendapat tawaran untuk mengelola siaran program lingkungan di radio Gema Solidaritas FM. Program ini dinamai Obrolan Seputar Konservasi (Obsesi), disiarkan setiap hari selasa pk. 10.00 wib, mulai bulan Maret 2010. Manajer

kampanye bertanggung jawab secara langsung untuk mengelola program ini. Mulai dari menyiapkan bahan siar hingga on air. Dalam

tabel berikut dapat dilihat tema program bulanan:

Tabel 8. Tema Bulanan Program Obsesi di Radio Gema Solidaritas FM

No Bulan Tema Narasumber

1. Maret 2010 Hutan dan perubahan iklim Titian, FFI-IP

2. April 2010 Hari bumi Titian

3. Mei 2010 Potensi keragaman hayati di Ketapang dan

hutan Sungai Putri

Titian

4. Juni 2010 REDD: sebuah alternative untuk konservasi

kawasan

Titian

5. Juli 2010 Hutan kemasyarakatan Titian, FFI-IP

Durasi program selama 2 jam dan tanpa iklan. Radio Gema Solidarita FM memberikan waktu siar ini secara cuma-cuma. Durasi program yang cukup panjang, memungkinkan interaksi dengan pendengar. Setiap kali siaran, pendengar dapat menelpon untuk menyampaikan komentar atau menanyakan langsung hal-hal yang didiskusikan. Respon pendengar umum (bukan khalayak target) tercatat cukup aktif. Tema siaran yang paling banyak mendapat respon pendengar adalah mengenai kawasan hutan Sungai Putri dan REDD. Program ini masih berlanjut sampai dengan sekarang. Pertimbangan utama mempertahankan program ini meskipun paparannya terhadap khalayak target sangat kecil, terutama karena masih ada respon pendengar yang masuk dan tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk mengelola program ini.

Pembelajaran: sangat penting menjalin dan memelihara hubungan kerjasama dengan media atau lembaga mitra lainnya. Di lembaga sebelumnya, Manajer kampanye sudah pernah bekerja sama dengan RSPDK. Hubungan ini terus dipertahankan oleh Manajer kampanye bahkan ketika sudah berpindah ke lembaga lain. Hingga pada saat melakukan kampanye Pride, Manajer kampanye tidak perlu melakukan negosiasi yang panjang untuk memasukkan program baru ke dalam radio tersebut. Hubungan yang terkelola dengan baik ini juga yang membuat pihak RSPDK memberikan ekstra 1 kali siar iklan layanan masyarakat yang diproduksi oleh lembaga.

(36)

36

Demikian juga dengan radio Gema Solidaritas FM. Radio komunitas ini dikelola oleh CU Pancur Solidaritas (CUPS) di Ketapang. Sebelumnya Manajer kampanye sering berhubungan dengan CU ini ketika berencana mengembangkan CU di Sungai Putri. Ketika mereka mengelola radio dan radionya sudah beroperasi, pihak pengelola langsung menghubungi dan memberikan penawaran program lingkungan pada Manajer kampanye.

Pembelajaran lainnya, terutama untuk mengefektifkan media ini pada khalayak target di masa depan, Manajer kampanye ingin menggunakan kartu pendengar yang memungkinkan pendengar berkirim salam dengan keluarga atau meminta lagu favorit mereka. Dengan adanya kartu ini, pendengar akan selalu antusias menunggu program disiarkan. Selain itu, mengundang tokoh dari desa target untuk menjadi narasumber dalam salah satu siaran.

Kegiatan 2: Mobile Cinema/ Layar Tancap

Alasan untuk kegiatan: Layar tancap dipilih karena merupakan media hiburan rakyat yang tidak memakan biaya dan dapat melibatkan banyak khalayak target. Lewat layar tancap, manajer kampanye juga dapat berinteraksi langsung dengan khalayak target untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan lewat media audio visual dapat diterima dengan baik. Kegiatan ini cukup efektif dari sisi kedalaman karena membuka kesempatan diskusi interaktif dengan khalayak sedangkan jangkauannya termasuk rendah-sedang, terutama karena logistik dan teknologi.

Deskripsi kegiatan: layar tancap dilaksanakan 2 kali selama masa kampanye, yaitu pada bulan Agustus 2009 sebagai pembuka kegiatan kampanye. Kegiatan layar tancap ini dilakukan bersama Yayasan Palung. Yayasan Palung merupakan organisasi non pemerintah yang juga bekerja untuk pelestarian orangutan dan habitatnya di kab. Ketapang. Pertunjukkan layar tancap dilakukan di Desa Tanjung Baik Budi dan Sungai Putri.

Rencana kegiatan kemudian dikonsultasikan dengan kepala desa di 2 lokasi tersebut. Kepala desa kemudian memberikan masukan lokasi pemasangan layar tancap. Di Desa Tanjung, dipilih halaman SDN 02 Tanjung sebagai lokasi kegiatan. Lokasi ini dianggap

(37)

37

strategis karena berbatasan dengan desa Kuala Tolak. Posisinya yang terletak di antara 2 desa target ini akan memudahkan 2 khalayak target di desa Kuala Tolak dan Tanjung Baik Budi untuk berpartisipasi. Sementara di Sungai Putri, halaman SDN 01 yang dipilih menjadi lokasi kegiatan.

Pada pelaksanaannya, film yang pertama diputar adalah film komersil yang tujuannya untuk menarik perhatian khalayak target baru

kemudian setelah khalayak target berkumpul, film disela dengan slideshow mengenai hutan rawa gambut Sungai Putri. Slide show ini

menyampaikan informasi mengenai luas kawasan, potensi kawasan dan nilai penting kawasan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Di Tanjung Baik Budi, setidaknya 350 orang yang menyaksikan layar tancap. Sedang di Sungai Putri, setidaknya ada 200 orang yang menyaksikan.

Untuk memastikan penerimaan audiens terhadap informasi yang disampaikan, manajer kampanye mengajukan quiz berhadiah. Pertanyaan yang diajukan antara lain mengenai fungsi hutan rawa gambut, satwa-satwa dilindungi yang ada di dalam kawasan dan fungsi satwa tersebut bagi ekosistem. Pertanyaan tersebut ternyata dapat dijawab dengan baik oleh audiens.

Pembelajaran: media layar tancap sangat diminati oleh khalayak target, meskipun banyak audiens anak-anak yang hadir ketimbang orang dewasa. Ke depan, untuk menarik lebih banyak perhatian orang dewasa, Manajer kampanye akan mengadakan kuis berhadiah alat-alat rumah tangga dan sebelum pelaksanaan layar tancap akan diumumkan keliling desa terlebih dahulu. Terlepas dari itu, kegiatan ini bisa direplikasi terus menerus untuk menyampaikan pesan konservasi pada khalayak target. Kegiatan ini dapat melibatkan banyak orang dan relative tidak berbiaya.

Kegiatan 3: Pertemuan kampung

Alasan untuk kegiatan: pertemuan kampung dipilih untuk menyampaikan informasi mengenai hutan, perubahan iklim dan Credit Union (CU) secara lebih mendalam. Melalui pertemuan kampung juga memungkinkan untuk mengetahui penerimaan khalayak target secara langsung terhadap informasi yang disampaikan. Berdasarkan hasil survei pra kampanye media yang paling sering digunakan masyarakat untuk berkomunikasi adalah musyawarah desa (43%). Walaupun kedalaman kegiatan ini cukup

Foto 4. Pengorganisiran Credit Union di Desa Tempurukan

(38)

38

tinggi akan tetapi jangkauannya memang rendah. Artinya hanya sekelompok kecil atau jumlah terbatas saja yang dapat terjangkau dan untuk menjangkau lebih luas lagi akan dibutuhkan banyak sumberdaya baik waktu, dana maupun manusia.

Deskripsi kegiatan: pertemuan kampung yang dilakukan selama masa kampanye dikelompokkan berdasarkan informasi yang disampaikan. Ada pertemuan kampung yang khusus membicarakan mengenai hutan dan perubahan iklim, dan ada pertemuan kampung yang khusus menyampaikan informasi mengenai Credit Union dan bagaimana korelasinya terhadap pelestarian hutan. Ini untuk mencegah agar informasi yang disampaikan terlalu padat dan memakan waktu lama, karena pertemuan biasanya dilakukan pada malam hari.

Pertemuan kampung mengenai Credit Union dilakukan selama bulan Oktober 2009, sebanyak 6 kali. Alur pertemuan kampung dibuat dalam desain kaleidoskop. Tujuan rasionalnya adalah memberikan pemahaman pada khalayak target mengenai apa itu Credit Union, manfaat CU untuk menguatkan ekonomi masyarakat dan bagaimana korelasinya dengan upaya penyelamatan kawasan Sungai Putri. Sementara tujuan pengalamannya adalah untuk menggantikan citra kerja kayu dengan kegiatan wirausaha lainnya yang

lebih berkelanjutan dan lebih menguntungkan. Pertemuan kampung ini menggunakan alat bantu presentasi power point dan film

documenter.

Untuk memfasilitasi pertemuan, manajer kampanye meminta dukungan dari pakar dalam hal ini penggiat Credit Union Mariamah Achmad. Mariamah Achmad bersama lembaga Gemawan sudah berpengalaman menginisiasi CU pada komunitas melayu pertama di Kalimantan Barat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mendapat informasi yang memadai, sekaligus untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dari pertemuan ini berhasil diidentifikasi perwakilan khalayak target yang cukup kritis dan dianggap berpotensi menjadi penggerak komunitas. Pertemuan kampung untuk mengenalkan konsep CU ini kembali diulang pada akhir bulan April hingga Mei 2010. Pertemuan ini juga bertujuan untuk mendorong khalayak target menjadi anggota pertama CU yang akan didirikan pada Juli 2010.

Selain itu, dalam rangka mempersiapkan berdirinya CU di Sungai Putri dilakukan juga seri pertemuan dengan tim pioneer pembentukan CU Sungai Putri. Pertemuan ini sifatnya lebih membahas persiapan-persiapan teknis menuju perencanaan strategis yang diselenggarakan pada akhir Juli. Berikut adalah jadwal pertemuan kampung untuk pengorganisiran CU sejak Oktober hingga Juli 2010.

(39)

39 Tabel 9. Jadwal Pertemuan Kampung untuk Pengorganisiran CU di Sungai Putri

No Jadwal Pertemuan Lokasi Agenda

1 17 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Pengenalan CU

2 18 Oktober 2009 Desa Tanjung Baik Budi Pengenalan CU

3 19 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Pengenalan CU

4 19 Oktober 2009 Desa Tempurukan Pengenalan CU

5 20 Oktober 2009 Desa Kuala Tolak Pengenalan CU

6 26 Oktober 2009 Desa Tempurukan Pengenalan CU

7 28 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Usulan nama

Kriteria calon staf Usulan tempat magang Rencana pembiayaan magang

8 2 Desember 2009 Desa Sungai Putri Update perkembangan rekrutmen

calon staf

9 22 Januari 2010 Desa Sungai Putri Pembentukan panitia pendirian

CU Pantai Utara

Penyusunan jadwal kerja panitia Persiapan diskusi dengan BKCUK

10 25 Januari 2010 Desa Sungai Putri Diskusi dengan BKCUK (A.R. Mecer,

Silvia Sayu)

11 3 Februari 2010 Desa Sungai Putri Pemantapan pengetahuan tentang

CU dan manajemen CU

12 15 Maret 2010 Desa Sungai Putri Persiapan magang

13 16 Maret 2010 Desa Sungai Putri Pembekalan magang khusus calon

staf

14 11 April 2010 Desa Sungai Putri Penentuan produk CU Pantai Utara

dan syarat anggota baru, penentuan lokasi tempat pelayanan sementara

(40)

40

No Jadwal Pertemuan Lokasi Agenda

CU

15 25 April 2010 Desa Sungai Putri Penentuan jadwal pertemuan

kampung untuk penjaringan anggota pertama CU Pantai Utara

16 28 April 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

17 2 Mei 2010 Desa Tempurukan Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

18 7 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

19 12 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

20 21 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

21 25 Mei 2010 Desa Tempurukan Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

22 14 Juli 2010 Desa Sungai Putri Persiapan renstra

23 19 Juli 2010 Desa Sungai Putri Checking terakhir persiapan renstra

Pada bulan Juni tidak pernah dilakukan pertemuan karena suasana politik sesudah Pemilukada putaran I di Ketapang yang kurang kondusif. Hal ini juga yang menjadi kendala dan memperkuat kenyataan bahwa kegiatan ini memiliki jangkauan rendah; dalam situasi tertentu tidak mudah menggunakan kegiatan ini untuk menjangkau khalayak target.

Pertemuan khusus mengenai hutan dan perubahan iklim dimulai pada bulan Desember 2009 – Februari 2010. Tujuan rasional dari pertemuan ini adalah membangun pemahaman mengenai manfaat hutan, perubahan iklim dan REDD. Serta membangun pehamaman dan menggali umpan balik mengenai skema REDD yang akan diinisiasi di Sungai Putri. Tujuan pengalamannya adalah masyarakat mulai membicarakan rencana program REDD di Sungai Putri. Selain itu juga agar masyarakat memberikan respon positif terhadap rencana program REDD Sungai Putri.

(41)

41

Untuk memastikan suasana pertemuan yang nyaman dan memungkinkan semua peserta untuk terlibat dalam proses diskusi, Manajer kampanye menggunakan teknik fasilitasi vibran. Pertemuan dibuka dengan kegiatan ‘menggambar wajah’. Peserta diskusi diminta duduk berpasangan kemudian menggambar wajah pasangannya masing-masing di kertas dengan menggunakan spidol atau krayon. Peserta juga diminta untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pasangannya. Setelah selesai, semua peserta diberi kesempatan untuk menceritakan pasangan yang sudah digambarnya tadi. Permainan ini cukup berhasil mencairkan suasana. Sehingga pada saat diskusi, suasana menjadi nyaman dan peserta tanpa sungkan dan ragu menyatakan ide dan pemikirannya.

Untuk menjelaskan mengenai perubahan iklim, Manajer kampanye menggunakan alat bantu flipchart yang digambar sendiri di atas

karton berukuran besar. Ide menggunakan flipchart ini muncul ketika diskusi internal di lembaga. Seringkali alat bantu yang digunakan dalam sebuah proses diskusi justru menimbulkan jarak antara fasilitator dengan peserta. Peralatan seperti laptop, proyektor akan menimbulkan kesan bahwa fasilitator adalah orang pintar yang mengerti segalanya. Atas pertimbangan ini

kemudian muncul ide untuk membuat flipchart. Presentasi

mengenai perubahan iklim yang tadinya dibuat dengan power

point disalin ke atas kertas karton. Pada saat diskusi flipchart

diedarkan ke audiens sehingga audiens bisa melihat dari dekat dan menjadikannya sebagai bahan diskusi. Alat bantu ini dirasakan Manajer kampanye sangat efektif untuk mengambil perhatian audiens.

Untuk memberikan ilustrasi mengenai oksigen dan

karbondioksida, dilakukan demonstrasi dengan menggunakan kantong plastik. Seorang peserta diminta untuk menjadi relawan untuk disungkup kepalanya dengan kantong plastik. Kantong plastik perlahan-lahan dikencangkan sehingga tidak ada aliran udara yang masuk dan peserta akhirnya menghirup karbon dioksida. Ini dimaksudkan agar peserta mengetahui perbedaan antara oksigen dan karbondioksida. Baru kemudian dijelaskan bagaimana hutan berperan menghasilkan oksigen dan memerangkap karbon. Peserta juga diminta untuk melakukan curah ide mengenai fungsi hutan.

Foto 5. Flipchart, alat bantu untuk menjelaskan perubahan iklim

(42)

42

Untuk menjembatani presentasi mengenai hutan dan perubahan iklim dengan REDD, peserta diminta untuk bekerja di dalam

kelompok. Menjawab 4 pertanyaan untuk menuju cita-cita hutan terjaga masyarakat sejahtera. Pertanyaan 1) apa permasalahan

yang terjadi jika kita tidak menjaga hutan, 2) kalau hutan terjaga apa yang terjadi dengan masyarakatnya? 3) kalau ada program yang menawarkan masyarakat sejahtera hutan terjaga, kontribusi apa yang bisa diberikan oleh masyarakat? 4) kendala atau kesulitan kalau hutan terjaga dan jika hutan tidak ada? Diskusi ini juga bertujuan untuk melihat pengetahuan masyarakat mengenai hutan dan modal sosial apa yang sudah dimiliki masyarakat untuk mendukung inisiasi REDD disana.

Pertemuan mengenai hutan dan perubahan iklim ini dilakukan masing-masing 2 kali di 3 desa target yaitu desa Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sungai Putri. Desa Tempurukan baru pada bulan April 2010 menyatakan kesediaannya untuk berdiskusi mengenai ini, namun sayangnya pada saat bersamaan, FFI-IP yang memimpin proses inisiasi REDD di Sungai Putri sedang mengalami masalah internal lembaga dan menghentikan sementara kegiatannya di lapangan. Untuk menghindari resiko kesalahan penyampaian informasi mengenai REDD di Sungai Putri yang semestinya

disampaikan oleh FFI-IP sebagai lead agency, Titian memilih untuk

tidak memfasilitasi pertemuan di Tempurukan.

Selain itu, manajer kampanye juga menginisiasi pertemuan dengan pihak kecamatan untuk mendiskusikan mengenai inisiatif ini. Di Kecamatan Muara Pawan dan Matan Hilir Utara pertemuan masing-masing dilakukan pada bulan Februari 2010. Pertemuan di Kecamatan Muara Pawan sifatnya hanya audiensi. Dalam pertemuan tersebut selain dihadiri pihak kecamatan (Camat dan Sekcam), juga hadir Kepala desa, ketua BPD, sekretaris desa dan perwakilan tokoh masyarakat desa Tempurukan. Di kecamatan Matan Hilir Utara, pertemuan melibatkan komponen yang sama dari desa Sungai Putri, Tanjung dan Tolak.

Beberapa catatan dari pertemuan yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:

(43)

43

1. Pengetahuan masyarakat terhadap nilai ekologis hutan bisa dikatakan cukup merata di 3 desa. Ini bisa dilihat pada saat diskusi

kelompok dimana peserta diminta menyebutkan tantangan yang terjadi jika hutan tidak ada. Meskipun demikian, keberlanjutan penyampaian informasi mengenai hutan tetap perlu dilakukan.

2. Peserta diskusi merespon baik ide proyek REDD dengan catatan balas jasa yang diterima sebanding dengan pendapatan mereka

dari bekerja kayu atau paling tidak ada jaminan tersedianya lapangan pekerjaan atau sumber ekonomi alternatif. Meskipun demikian, penerimaan dan respon masyarakat terhadap informasi yang telah disampaikan perlu digali melalui proses wawancara yang lebih mendalam.

3. Perlu dipikirkan mengenai suplai kayu untuk kebutuhan domestik/ lokal. Jika REDD berjalan, maka penebangan sebisa mungkin

ditekan hingga tidak ada sama sekali (zero logging). Sehingga perlu dipikirkan dari suplai kayu untuk kebutuhan pembangunan di

desa dapat dipenuhi.

4. Masyarakat berkeinginan untuk melihat secara langsung kawasan hutan Sungai Putri. Keinginan ini bisa ditindak lanjuti dengan

memfasilitasi field trip ke kawasan.

Pembelajaran: sangat penting untuk menciptakan suasana pertemuan yang menyenangkan bagi semua pihak dan memberikan semua orang kesempatan bicara di awal, sehingga semua orang merasa dipentingkan dan mau terlibat dalam proses diskusi selanjutnya. Dengan cara seperti ini, diskusi yang terbangun lebih ‘hidup’ dan peserta akan memberikan komentar atau input dengan cara yang konstruktif. Permainan menggambar wajah sangat baik dipergunakan untuk membangun suasana pertemuan. Pernah suatu kali Manajer kampanye tidak menggunakan permainan ini di awal pertemuan karena pertemuan mulai sangat terlambat, akibatnya suasana pertemuan menjadi kaku dan proses diskusi yang terbangun kurang lancar. Kelemahan dari permainan ini, waktu yang diperlukan cukup lama, sehingga kurang efektif jika digunakan pada pertemuan malam hari.

Jumlah peserta pertemuan perlu ditetapkan agar pertemuan berjalan lancar dan hasilnya maksimal. Berdasarkan pengalaman Manajer kampanye, rentang jumlah peserta yang disarankan antara 20 – 25 orang. Di atas jumlah itu, akan terlalu banyak distraksi dan peserta menjadi tidak fokus.

Jika pertemuan dilakukan pada malam hari, waktu yang ideal antara pukul 19.30 – 21.30 wib. Di atas waktu tersebut peserta sudah kelelahan dan tidak fokus lagi pada isi pertemuan. Jika akan melakukan pertemuan serupa di masa depan, Manajer kampanye hanya akan merancang pertemuan pada waktu-waktu tersebut. Agar pertemuan selesai tepat waktu, strategi yang akan dilakukan adalah menghindari tema diskusi yang terlalu luas. Pemilihan tema diskusi yang sangat spesifik sangat dianjurkan.

Jika memfasilitasi pertemuan dengan tim, sebelum pertemuan mesti disepakati pembagian peran dan tugas secara spesifik. Pada saat pertemuan kampung mengenai hutan dan perubahan iklim, Manajer kampanye bekerja dengan tim berjumlah 5 orang.

(44)

Masing-44

masing mempunyai peran sendiri. Ada yang berperan sebagai fasilitator utama, fasilitator pendamping, pencatat proses, dokumentasi dan mengatur logistik pertemuan.

Kegiatan 4: Iklan layanan masyarakat

Alasan untuk kegiatan: iklan layanan masyarakat dibuat untuk melengkapi program radio dan agar pesan yang disampaikan lebih melekat pada khalayak responden. Kegiatan ini memiliki tingkat

kedalaman sedang dan jangkauan tinggi7.

Deskripsi kegiatan: iklan layanan masyarakat (ILM) tadinya akan diproduksi 2 kali, seri 1 akan mengangkat tema tentang fungsi hutan Sungai Putri untuk menahan intrusi dan hubungannya dengan usaha pertanian. Sedang seri kedua akan bertemakan manfaat Credit Union. Namun pada implementasinya, hanya 1 iklan layanan masyarakat yang dibuat karena keterbatasan sumber daya.

Iklan layanan masyarakat dibuat pada bulan November 2009 dimulai dengan menulis naskah, identifikasi dan audisi pengisi suara, rekaman untuk pre-tes, pre tes, revisi, produksi dan

launching. Tema ILM yang diproduksi adalah fungsi hutan untuk menahan intrusi. Naskah ILM disusun dengan bahasa melayu dan dielaborasi dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Sejak 4 tahun terakhir ladang masyarakat sekitar hutan Sungai Putri terkena intrusi dan mengalami gagal panen. Hasil panen padi yang didapat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga petani terpaksa pergi masuk hutan, melaut, membuat gula kelapa bahkan menjadi buruh di perkebunan yang jauh dari kampung. Padahal sebenarnya kegiatan menebang hutan justru memperparah intrusi air laut.

7 Price, Sharon and Marisol Mayorga, Buku Pegangan RARE Pride, Arlington VA, 2007

(45)

45

ILM tadinya akan disiarkan 3 kali sehari selama 2 bulan antara jam 06.00 – 12.00 dan 15.00 – 18.00 wib. Lalu kemudian, pihak RSPDK memberikan bonus 1 kali siar, sehingga dalam sehari ILM disiarkan selama 4 kali. Pihak RSPDK merasa kampanye yang dilakukan sangat positif sehingga mau ikut mendukung kegiatan.

Pembelajaran: proses produksi iklan layanan masyarakat sebenarnya menyenangkan dan cukup menantang. Manajer kampanye harus membuat narasi iklan yang menarik, dengan pesan yang efektif dalam waktu kurang dari 60 detik. Berdasarkan hasil survei paska kampanye, media ini merupakan media ketiga yang disenangi oleh khalayak target setelah leaflet tentang mengenal manfaat hutan dan pertemuan kampung mengenai hutan dan perubahan iklim.

Tantangan menggunakan media ini adalah memastikan khalayak target mendengarkannya. Ke depan jika akan memproduksi iklan layanan lagi, Manajer kampanye akan melakukan audisi pengisi suara iklan layanan di desa target. Kegiatan ini tentu akan menarik perhatian khalayak target dan menimbulkan ketertarikan untuk mendengarkan iklan layanan yang nantinya akan diputar di radio. Pengisi suara iklan layanan yang diproduksi ini adalah orang-orang radio dan bukan masyarakat desa target.

Kegiatan 5: Produksi leaflet

Alasan untuk kegiatan: leaflet dipilih menjadi salah satu media untuk menyampaikan informasi mengenai hutan, perubahan iklim dan REDD pada saat pertengahan kampanye. Saat itu yang menjadi pertimbangan adalah

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Kompleks Hutan Sungai Putri
Foto 1. Lokakarya konsensus di Desa Sungai Putri
Diagram 1. Model Konseptual Revisi
Diagram 2. Rantai Faktor Penebangan (i)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok kontrol mengalami peningkatan dikarenakan pengetahuan responden (ibu) dalam membersihkan daerah perianal merupakan perilaku yang sering dilakukan oleh ibu

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Nomor 21A Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2006 Tentang

Selain jarak yang begitu jauh untuk ditempuh, Marlin juga mempunyai anak-anak yang tak bisa ditinggalkan begitu saja hanya untuk bertemu dengan mantan kekasih..

Pada Bulan September Tahun 2013, PKH mulai aktif di Kabupaten Sukoharjo dan dapat diakses di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 12 kecamatan dan 128

Akan tetapi, dalam beberapa kasus masih terdapat pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terbukti telah

atas dasar saling merelakan. Dalam jual beli terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli tersebut dapat dikatakan sah oleh syara‟. Salah satu

Bukti  bahwa  yang  diuntungkan  dengan  sistem  MLM  adalah  Upline,  sedangkan  Downline  akan  selalu  dirugikan  adalah  bahwa 

Cocokan atas bukti pemotongan dan bukti surat setoran pajak dengan saldo di buku besar serta lakukan vouching Lakukan rekonsilisasi antara total objek dengan tarif pajaknya