• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alasan untuk kegiatan: pertemuan kampung dipilih untuk

menyampaikan informasi mengenai hutan, perubahan iklim dan Credit Union (CU) secara lebih mendalam. Melalui pertemuan kampung juga memungkinkan untuk mengetahui penerimaan khalayak target secara langsung terhadap informasi yang disampaikan. Berdasarkan hasil survei pra kampanye media yang paling sering digunakan masyarakat untuk berkomunikasi adalah musyawarah desa (43%). Walaupun kedalaman kegiatan ini cukup

Foto 4. Pengorganisiran Credit Union di Desa Tempurukan

38

tinggi akan tetapi jangkauannya memang rendah. Artinya hanya sekelompok kecil atau jumlah terbatas saja yang dapat terjangkau dan untuk menjangkau lebih luas lagi akan dibutuhkan banyak sumberdaya baik waktu, dana maupun manusia.

Deskripsi kegiatan: pertemuan kampung yang dilakukan selama masa kampanye dikelompokkan berdasarkan informasi yang

disampaikan. Ada pertemuan kampung yang khusus membicarakan mengenai hutan dan perubahan iklim, dan ada pertemuan kampung yang khusus menyampaikan informasi mengenai Credit Union dan bagaimana korelasinya terhadap pelestarian hutan. Ini untuk mencegah agar informasi yang disampaikan terlalu padat dan memakan waktu lama, karena pertemuan biasanya dilakukan pada malam hari.

Pertemuan kampung mengenai Credit Union dilakukan selama bulan Oktober 2009, sebanyak 6 kali. Alur pertemuan kampung dibuat dalam desain kaleidoskop. Tujuan rasionalnya adalah memberikan pemahaman pada khalayak target mengenai apa itu Credit Union, manfaat CU untuk menguatkan ekonomi masyarakat dan bagaimana korelasinya dengan upaya penyelamatan kawasan Sungai Putri. Sementara tujuan pengalamannya adalah untuk menggantikan citra kerja kayu dengan kegiatan wirausaha lainnya yang lebih berkelanjutan dan lebih menguntungkan. Pertemuan kampung ini menggunakan alat bantu presentasi power point dan film documenter.

Untuk memfasilitasi pertemuan, manajer kampanye meminta dukungan dari pakar dalam hal ini penggiat Credit Union Mariamah Achmad. Mariamah Achmad bersama lembaga Gemawan sudah berpengalaman menginisiasi CU pada komunitas melayu pertama di Kalimantan Barat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mendapat informasi yang memadai, sekaligus untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dari pertemuan ini berhasil diidentifikasi perwakilan khalayak target yang cukup kritis dan dianggap berpotensi menjadi penggerak komunitas. Pertemuan kampung untuk mengenalkan konsep CU ini kembali diulang pada akhir bulan April hingga Mei 2010. Pertemuan ini juga bertujuan untuk mendorong khalayak target menjadi anggota pertama CU yang akan didirikan pada Juli 2010.

Selain itu, dalam rangka mempersiapkan berdirinya CU di Sungai Putri dilakukan juga seri pertemuan dengan tim pioneer pembentukan CU Sungai Putri. Pertemuan ini sifatnya lebih membahas persiapan-persiapan teknis menuju perencanaan strategis yang diselenggarakan pada akhir Juli. Berikut adalah jadwal pertemuan kampung untuk pengorganisiran CU sejak Oktober hingga Juli 2010.

39 Tabel 9. Jadwal Pertemuan Kampung untuk Pengorganisiran CU di Sungai Putri

No Jadwal Pertemuan Lokasi Agenda

1 17 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Pengenalan CU

2 18 Oktober 2009 Desa Tanjung Baik Budi Pengenalan CU

3 19 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Pengenalan CU

4 19 Oktober 2009 Desa Tempurukan Pengenalan CU

5 20 Oktober 2009 Desa Kuala Tolak Pengenalan CU

6 26 Oktober 2009 Desa Tempurukan Pengenalan CU

7 28 Oktober 2009 Desa Sungai Putri Usulan nama

Kriteria calon staf Usulan tempat magang Rencana pembiayaan magang

8 2 Desember 2009 Desa Sungai Putri Update perkembangan rekrutmen

calon staf

9 22 Januari 2010 Desa Sungai Putri Pembentukan panitia pendirian

CU Pantai Utara

Penyusunan jadwal kerja panitia Persiapan diskusi dengan BKCUK

10 25 Januari 2010 Desa Sungai Putri Diskusi dengan BKCUK (A.R. Mecer,

Silvia Sayu)

11 3 Februari 2010 Desa Sungai Putri Pemantapan pengetahuan tentang

CU dan manajemen CU

12 15 Maret 2010 Desa Sungai Putri Persiapan magang

13 16 Maret 2010 Desa Sungai Putri Pembekalan magang khusus calon

staf

14 11 April 2010 Desa Sungai Putri Penentuan produk CU Pantai Utara

dan syarat anggota baru, penentuan lokasi tempat pelayanan sementara

40

No Jadwal Pertemuan Lokasi Agenda

CU

15 25 April 2010 Desa Sungai Putri Penentuan jadwal pertemuan

kampung untuk penjaringan anggota pertama CU Pantai Utara

16 28 April 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

17 2 Mei 2010 Desa Tempurukan Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

18 7 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

19 12 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

20 21 Mei 2010 Desa Sungai Putri Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

21 25 Mei 2010 Desa Tempurukan Pengenalan CU (pendidikan

motivasi)

22 14 Juli 2010 Desa Sungai Putri Persiapan renstra

23 19 Juli 2010 Desa Sungai Putri Checking terakhir persiapan renstra

Pada bulan Juni tidak pernah dilakukan pertemuan karena suasana politik sesudah Pemilukada putaran I di Ketapang yang kurang kondusif. Hal ini juga yang menjadi kendala dan memperkuat kenyataan bahwa kegiatan ini memiliki jangkauan rendah; dalam situasi tertentu tidak mudah menggunakan kegiatan ini untuk menjangkau khalayak target.

Pertemuan khusus mengenai hutan dan perubahan iklim dimulai pada bulan Desember 2009 – Februari 2010. Tujuan rasional dari pertemuan ini adalah membangun pemahaman mengenai manfaat hutan, perubahan iklim dan REDD. Serta membangun pehamaman dan menggali umpan balik mengenai skema REDD yang akan diinisiasi di Sungai Putri. Tujuan pengalamannya adalah masyarakat mulai membicarakan rencana program REDD di Sungai Putri. Selain itu juga agar masyarakat memberikan respon positif terhadap rencana program REDD Sungai Putri.

41

Untuk memastikan suasana pertemuan yang nyaman dan memungkinkan semua peserta untuk terlibat dalam proses diskusi, Manajer kampanye menggunakan teknik fasilitasi vibran. Pertemuan dibuka dengan kegiatan ‘menggambar wajah’. Peserta diskusi diminta duduk berpasangan kemudian menggambar wajah pasangannya masing-masing di kertas dengan menggunakan spidol atau krayon. Peserta juga diminta untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pasangannya. Setelah selesai, semua peserta diberi kesempatan untuk menceritakan pasangan yang sudah digambarnya tadi. Permainan ini cukup berhasil mencairkan suasana. Sehingga pada saat diskusi, suasana menjadi nyaman dan peserta tanpa sungkan dan ragu menyatakan ide dan pemikirannya. Untuk menjelaskan mengenai perubahan iklim, Manajer kampanye menggunakan alat bantu flipchart yang digambar sendiri di atas karton berukuran besar. Ide menggunakan flipchart ini muncul ketika diskusi internal di lembaga. Seringkali alat bantu yang digunakan dalam sebuah proses diskusi justru menimbulkan jarak antara fasilitator dengan peserta. Peralatan seperti laptop, proyektor akan menimbulkan kesan bahwa fasilitator adalah orang pintar yang mengerti segalanya. Atas pertimbangan ini kemudian muncul ide untuk membuat flipchart. Presentasi mengenai perubahan iklim yang tadinya dibuat dengan power

point disalin ke atas kertas karton. Pada saat diskusi flipchart

diedarkan ke audiens sehingga audiens bisa melihat dari dekat dan menjadikannya sebagai bahan diskusi. Alat bantu ini dirasakan Manajer kampanye sangat efektif untuk mengambil perhatian audiens.

Untuk memberikan ilustrasi mengenai oksigen dan

karbondioksida, dilakukan demonstrasi dengan menggunakan kantong plastik. Seorang peserta diminta untuk menjadi relawan untuk disungkup kepalanya dengan kantong plastik. Kantong plastik perlahan-lahan dikencangkan sehingga tidak ada aliran udara yang masuk dan peserta akhirnya menghirup karbon dioksida. Ini dimaksudkan agar peserta mengetahui perbedaan antara oksigen dan karbondioksida. Baru kemudian dijelaskan bagaimana hutan berperan menghasilkan oksigen dan memerangkap karbon. Peserta juga diminta untuk melakukan curah ide mengenai fungsi hutan.

Foto 5. Flipchart, alat bantu untuk menjelaskan perubahan iklim

42

Untuk menjembatani presentasi mengenai hutan dan perubahan iklim dengan REDD, peserta diminta untuk bekerja di dalam kelompok. Menjawab 4 pertanyaan untuk menuju cita-cita hutan terjaga masyarakat sejahtera. Pertanyaan 1) apa permasalahan yang terjadi jika kita tidak menjaga hutan, 2) kalau hutan terjaga apa yang terjadi dengan masyarakatnya? 3) kalau ada program yang menawarkan masyarakat sejahtera hutan terjaga, kontribusi apa yang bisa diberikan oleh masyarakat? 4) kendala atau kesulitan kalau hutan terjaga dan jika hutan tidak ada? Diskusi ini juga bertujuan untuk melihat pengetahuan masyarakat mengenai hutan dan modal sosial apa yang sudah dimiliki masyarakat untuk mendukung inisiasi REDD disana.

Pertemuan mengenai hutan dan perubahan iklim ini dilakukan masing-masing 2 kali di 3 desa target yaitu desa Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sungai Putri. Desa Tempurukan baru pada bulan April 2010 menyatakan kesediaannya untuk berdiskusi mengenai ini, namun sayangnya pada saat bersamaan, FFI-IP yang memimpin proses inisiasi REDD di Sungai Putri sedang mengalami masalah internal lembaga dan menghentikan sementara kegiatannya di lapangan. Untuk menghindari resiko kesalahan penyampaian informasi mengenai REDD di Sungai Putri yang semestinya disampaikan oleh FFI-IP sebagai lead agency, Titian memilih untuk tidak memfasilitasi pertemuan di Tempurukan.

Selain itu, manajer kampanye juga menginisiasi pertemuan dengan pihak kecamatan untuk mendiskusikan mengenai inisiatif ini. Di Kecamatan Muara Pawan dan Matan Hilir Utara pertemuan masing-masing dilakukan pada bulan Februari 2010. Pertemuan di Kecamatan Muara Pawan sifatnya hanya audiensi. Dalam pertemuan tersebut selain dihadiri pihak kecamatan (Camat dan Sekcam), juga hadir Kepala desa, ketua BPD, sekretaris desa dan perwakilan tokoh masyarakat desa Tempurukan. Di kecamatan Matan Hilir Utara, pertemuan melibatkan komponen yang sama dari desa Sungai Putri, Tanjung dan Tolak.

Beberapa catatan dari pertemuan yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:

43

1. Pengetahuan masyarakat terhadap nilai ekologis hutan bisa dikatakan cukup merata di 3 desa. Ini bisa dilihat pada saat diskusi kelompok dimana peserta diminta menyebutkan tantangan yang terjadi jika hutan tidak ada. Meskipun demikian, keberlanjutan penyampaian informasi mengenai hutan tetap perlu dilakukan.

2. Peserta diskusi merespon baik ide proyek REDD dengan catatan balas jasa yang diterima sebanding dengan pendapatan mereka dari bekerja kayu atau paling tidak ada jaminan tersedianya lapangan pekerjaan atau sumber ekonomi alternatif. Meskipun demikian, penerimaan dan respon masyarakat terhadap informasi yang telah disampaikan perlu digali melalui proses wawancara yang lebih mendalam.

3. Perlu dipikirkan mengenai suplai kayu untuk kebutuhan domestik/ lokal. Jika REDD berjalan, maka penebangan sebisa mungkin ditekan hingga tidak ada sama sekali (zero logging). Sehingga perlu dipikirkan dari suplai kayu untuk kebutuhan pembangunan di desa dapat dipenuhi.

4. Masyarakat berkeinginan untuk melihat secara langsung kawasan hutan Sungai Putri. Keinginan ini bisa ditindak lanjuti dengan memfasilitasi field trip ke kawasan.

Pembelajaran: sangat penting untuk menciptakan suasana pertemuan yang menyenangkan bagi semua pihak dan memberikan

semua orang kesempatan bicara di awal, sehingga semua orang merasa dipentingkan dan mau terlibat dalam proses diskusi selanjutnya. Dengan cara seperti ini, diskusi yang terbangun lebih ‘hidup’ dan peserta akan memberikan komentar atau input dengan cara yang konstruktif. Permainan menggambar wajah sangat baik dipergunakan untuk membangun suasana pertemuan. Pernah suatu kali Manajer kampanye tidak menggunakan permainan ini di awal pertemuan karena pertemuan mulai sangat terlambat, akibatnya suasana pertemuan menjadi kaku dan proses diskusi yang terbangun kurang lancar. Kelemahan dari permainan ini, waktu yang diperlukan cukup lama, sehingga kurang efektif jika digunakan pada pertemuan malam hari.

Jumlah peserta pertemuan perlu ditetapkan agar pertemuan berjalan lancar dan hasilnya maksimal. Berdasarkan pengalaman Manajer kampanye, rentang jumlah peserta yang disarankan antara 20 – 25 orang. Di atas jumlah itu, akan terlalu banyak distraksi dan peserta menjadi tidak fokus.

Jika pertemuan dilakukan pada malam hari, waktu yang ideal antara pukul 19.30 – 21.30 wib. Di atas waktu tersebut peserta sudah kelelahan dan tidak fokus lagi pada isi pertemuan. Jika akan melakukan pertemuan serupa di masa depan, Manajer kampanye hanya akan merancang pertemuan pada waktu-waktu tersebut. Agar pertemuan selesai tepat waktu, strategi yang akan dilakukan adalah menghindari tema diskusi yang terlalu luas. Pemilihan tema diskusi yang sangat spesifik sangat dianjurkan.

Jika memfasilitasi pertemuan dengan tim, sebelum pertemuan mesti disepakati pembagian peran dan tugas secara spesifik. Pada saat pertemuan kampung mengenai hutan dan perubahan iklim, Manajer kampanye bekerja dengan tim berjumlah 5 orang.

Masing-44

masing mempunyai peran sendiri. Ada yang berperan sebagai fasilitator utama, fasilitator pendamping, pencatat proses, dokumentasi dan mengatur logistik pertemuan.

Dokumen terkait