Analisis
Estimasi Biaya
Bahan Baku
Pendahuluan
Bahan baku
bahan yang secara menyeluruh
mendominasi pembentukan produk
mendominasi pembentukan produk
hingga selesai & dapat d iidentifikasi
secara langsung pada produk yang
bersangkutan.
Bahan Baku
Siklus Penggunaan
Bahan Baku
• Mendapatkan baku dari vendor
• Permintaan bahan baku dari
bagian produksi ke gudang bahan
baku
baku
• Penilaian persediaan bahan baku
dan aliran harga pokoknya.
Tahap
Tahap
Tahap
Tahap
Dokumen
Dokumen
Dokumen
Dokumen
Distribusi
Distribusi
Distribusi
Distribusi Dokumen
Dokumen
Dokumen
Dokumen
- Pembelian
-Penerimaan
-Pengecekan
Perintah pembelian
Lap penerimaan barang Lap pengecekan
Vendor, Bag akuntansi, Bag perencanaan&pengendalian bahan baku, bag penerimaan bahan baku
Bag akuntansi, Bag perencanaan&pengendalian bahan baku, Bag pembelian
Bag akuntansi, Bag pembelian, -Pengecekan
-Penyimpanan
-Pemakaian
Ringkasan catatan persediaan
Permintaan bahan baku Permintaan pembelian
Bag akuntansi, Bag pembelian,
Bag perencanaan&pengendalian bahan baku
Alur Mendapatkan Bahan baku dari Suplier :
Persetujuan pemenuhan bahan baku
Permintaan pembelian, digunakan bag pembelian untuk memenuhi kebutuhan
Perintah pembelian, bahan baku dikirim oleh suplier
suplier
Laporan penerimaan barang, pesanan tiba
Faktur penjualan, suplier mengirimlan faktur yang harus dibayar
Elemen biaya bahan baku yang dibeli :
• Jumlah yang tercantum dalam faktur
• Pajak dan cukai
• Biaya angkut pembelian
Masalah Biaya Angkut Pembelian :
yang menjadi masalah adalah biaya angkut pembelian.
Jika dalam satu faktur ada pembelian lebih dari satu
jenis bahan baku, maka biaya angkut pembelian bahan
baku harus dialokasikan.
Metode alokasi biaya angkut
pembelian :
a. Perbandingan kuantitas fisik bahan
•
Dasar alokasi biaya angkut bahan atas dasar kuantitas
fisik .
•
Kelemahan : pemakaiannya terbatas pada bahan yang
dapat diukur dalam kuantitas fisik yang sama, contoh
berat, volume, atau panjang dari bahan yang dibeli.
berat, volume, atau panjang dari bahan yang dibeli.
b. Perbandingan harga faktur bahan yang dibeli
•
Kebaikan dasar perbandinga harga faktur adalah
merupakan dasar yang paling mudah digunakan.
•
Kelemahan metode ini adalah bahan yang harganya
mahal belum tentu memerlukan biaya angkutan yang
tinggi. Biaya angkut lebih banyak dipengaruhi oleh factor
fisik dan resiko.
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh I :
I :
I :
I :
Pada tanggal 20 Maret 2008 PT Ungaran Garmen
membeli 2 macam bahan baku yang terdiri dari 4.000
unit bahan baku X dengan harga per unit Rp 30.000,
berat per unit bahan baku X adalah 1 Kg dan 8.000
bahan penolong Y dengan harga per unit Rp 15.000,
berat per unit bahan baku Y adalah 1,5 Kg.Syarat
pembayaran termin 5/10,n/30. Biaya angkut pembelian
pembayaran termin 5/10,n/30. Biaya angkut pembelian
dibayar tunai sebesar Rp 500.000
• Tentukan alokasi biaya angkut dengan kedua metode.
• Tentukan berapa kas yang dibayar PT Ungaran jika
potongan pembelian 12 juta dan pembayaran dilakukan
tanggal 30 Maret 2008
Alokasi Biaya Angkut dengan Metode Perbandingan
Kuantitas :
Bahan X = (4.000 : 12.000) x Rp 500.000
= Rp 166.667
Bahan Y = (8.000 : 12.000) x Rp 500.000
= Rp 333.333
Alokasi Biaya Angkut dengan Metode Perbandingan
Alokasi Biaya Angkut dengan Metode Perbandingan
Harga Faktur :
Bahan X = (120.000.000 : 240.000.000) x Rp 500.000
= Rp 250.000
Bahan Y =
(120.000.000 : 240.000.000) x Rp 500.000
= Rp 250.000
12• Kas yang harus dibayar adalah :
(Harga Pokok Pembelian – Potongan
Pembelian)+ Biaya Angkut Pembelian.
= (Rp 240.000.000 - Rp 12.000.000) +
Rp 500.000
Rp 500.000
Contoh 2 :
Diketahui jenis data sebagai berikut :
Total Biaya Angkut : Rp. 2.000.000
Jenis Bahan Kuantitas Harga Faktur
Bahan Baku Utama 300 Buah Rp. 5.000.000 Bahan Penolong 700 Buah Rp. 3.000.000 Total 1000 Buah Rp. 8.000.000
Total Biaya Angkut : Rp. 2.000.000
Hitunglah :
1. Alokasi biaya angkut kedalam harga
perolehan bahan baku utama dan bahan
penolong menggunakan kedua metode.
2. Harga perolehan bahan baku utama dan
Masalah Potongan Pembelian :
mengenai ketidakpastian diambil tidaknya potongan
tersebut.
Contoh : termin 3/10,n/30.
Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat dua cara
pencatatan :
1. Mencatat harga faktur kotor (sebelum dikurangi
1. Mencatat harga faktur kotor (sebelum dikurangi
potongan pembelian) pada saat terjadi pembelian
tersebut.
2. Mengakui potongan pembelian sebagai pendapatan
pada saat pembayaran dilakukan pada periode
potongan,
Penilaian Persediaan Bahan Baku :
Kegiatan produksi akan melibatkan pembelian bahan
baku, kemudian penggunaan bahan baku untuk proses
produksi. Supaya tidak terjadi penumpukan persediaan
perlu dilakukan pembelian secara berulang yang
tentunya mengakibatkan perbedaan harga pokok
tentunya mengakibatkan perbedaan harga pokok
Alokasi harga pokok Bahan Baku
Produksi dan Penentuan Nilai
Persediaan Akhir
Sistem Periodik (Fisik) Sistem Perpetual (Permanen)•
Identifikasi Khusus
•
Rata – rata sederhana
•
Rata – Rata tertimbang
•
FIFO (MPKP)
•
LIFO (MTKP)
•
Rata – rata bergerak
•
FIFO
Sistem Periodik ( Fisik )
• Digunakan oleh perusahaan relatif kecil
• Nilai persediaan barang akhir periode
diketahui setelah kuantitas barang yang
tersedia dihitung secara fisik kemudian
dikalikan dengan harga satuan.
dikalikan dengan harga satuan.
• Harga satuan barang yang digunakan
sebagai dasar penilaian persediaan
bergantung kepada metode penilaian
yang digunakan
Identifikasi Khusus
Contoh :
Terdapat persediaan akhir barang AB sebanyak 7500 kg yang terdiri atas 75 karung @ 100kg. Tanda pengenal khusus: • 40 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.800.000 • 30 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.600.000 • 5 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.400.0000 • 5 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.400.0000 Jawab :
40 x Rp 2.800.000 = Rp 112.000.000 30 x Rp 2.600.000 = Rp 78.000.000 5 x Rp 2.400.000 = Rp 12.000.000
Rata – Rata Sederhana
• TGL KETERANGAN UNIT HP/UNIT TOTAL H.P • 1/1/12005 Persd.Awal 200 Rp.20 Rp 4.000 • 14/4/2005 Pembelian 400 Rp.21 Rp 8.400 • 28/8/2005 Pembelian 600 Rp.22 Rp13.200 • 30/11/2005 Pembelian 800 Rp23 Rp18.400
J u m l a h 2.000 Rp 44.000
Perhitungan rata-rata sederhana per unit diperoleh sbb: Rp20 + Rp 21 + Rp 22 + Rp 23 = Rp 86 = Rp 21,5
Metode rata-rata sederhana ini mempunyai 2 (dua) kelemahan yaitu :
• Tidak memperhitungkan jumlah unit yang dibeli
• Bisa dipengaruhi oleh harga beli perunit yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah
Karenanya untuk harga rata-rata dalam pencatatan akuntansinya lebih dianjurkan untuk tidak digunakan.
Rata – rata tertimbang
Contoh:
• Selama suatu periode PT. X membeli barang
dagang Rp 98.000.000 sebanyak 40.000 unit.
Pada akhir periode, sisa barang dagang
tersebut sebanyak 7.500 unit.
tersebut sebanyak 7.500 unit.
Jawab:
• Harga rata-rata = (98jt/40ribu) = Rp 2.450
Sehingga, nilai persediaan pada akhir periode
FIFO
Contoh: pembelian selama bulan maret
• 1 Persediaan 6000 unit @ 2000 = Rp 12.000.000,-• 5 pembelian 6000 unit @ 2200 = Rp 13.200.000,-• 10 pembelian 5000 unit @ 2400 = Rp 12.000.000,-• 15 pembelian 8000 unit @ 2600 = Rp 20.800.000,-• 20 pembelian 4000 unit @ 2700 = Rp 10.800.000,-• 26 pembelian 6000 unit @ 2600 = Rp 15.600.000,-• 30 pembelian 5000 unit @2.800 = Rp 14.000.000,-• 30 pembelian 5000 unit @2.800 = Rp
14.000.000,-• Barang yang tersedia dijual bulan maret 40.000 unit Rp 98.400.000,-• Dari data tersebut diketahui persediaan akhir digudang sebanyak
7.500 unit. Jawab :
• Maret 1 6000 x 2.000 = Rp 12.000.000,-• 5 1500 x 2.200 = Rp 3.300.000,-• Total Rp
15.300.000,-LIFO
•
Menurut metode LIFO (Last In First Out) atau MTKP
(Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir
masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan
akhir merupakan nilai pada pembelian awal.
Contoh (Menggunakan data FIFO)
Persediaan akhir menurut metode LIFO dihitung:
•
Maret
30
5000 x 2.800
= Rp
14.000.000,-•
26
2.500 x 2.600
= Rp
20.500.000,-Persediaan Dasar
• Persediaan dasar barang ABC ditentukan
sebanya 6.000 kg dengan harga Rp 2.200,00
tiap kg. Harga pasar barang pada saat
perhitungan adalah Rp 2.800,00Persediaan
pada 31 Mei sebanyak 7.500 kg
Sehingga dinilai :
Sehingga dinilai :
• Sediaan dasar : 6000 x 2.200 = 13.200.000
• Ditambah kelebihannya : 1500 x 2.800 =
4.200.000
•
Jumlah = 17.400.000
Sistem Perpetual
• Biasa digunakan di perusahaan besar
• Pencatatan persediaan pada sistem ini
dilakukan setiap terjadi transaksi.
•
Penilaian persediaan pada sistem ini bukan
mencari persediaan akhir seperti halnya sistem
mencari persediaan akhir seperti halnya sistem
periodik.
• sistem perpetual penilaian digunakan untuk
mencari total persediaan yang keluar sesuai
harga beli atau disebut dengan harga pokok
penjualan.
Contoh Soal :
Diketahui data transaksi pada perusahaan ABC sebagai
berikut:
Mei
1
Persediaan 120 unit @ 54.000 = 6,48 jt
•
5
Pembelian 180 unit @ 60.000 = 10,8 jt
•
10
Penjualan 200 unit
•
10
Penjualan 200 unit
•
16
pembelian 200 unit @ 63.000 = 12,6jt
•
20
Pembelian 120 unit @ 64.000 = 7,68 jt
•
26
Penjualan 280 unit
Rata – Rata Bergerak
• Penerapan metode rata-rata dalam sistem
pencatatan perpetual, disebut metode rata-rata
bergerak (Moving Average Method).
• Disebut demikian, karena tiap terjadi transaksi
pembelian, harga rata-rata per satuan barang
harus dihitung, sehingga rata-rata per satuan
harus dihitung, sehingga rata-rata per satuan
akan berubah-ubah.
• Harga pokok satuan barang yang dijual adalah
harga pokok rata-rata yang berlaku pada saat
terjadi transaksi penjualan.
•
Mei 10
Penjualan 200 unit, Dihitung dengan
mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu:
Sediaan
1 Mei 120 x 54.000 = 6.480.000
Pembelian 5 Mei 180 x 60.000 =10.800.000
Jumlah
300 unit 17.280.000
HP rata-rata/unit = = Rp 57.600
Jadi, Penjualan 200 unit adalah 200 x 57.600 = Rp
11.520.000
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit)(Rp 28.880.000,00)
FIFO :
barang yang pertama kali masuk dijual terlebih dulu.kekurangan diambil dari barang masuk berikutnya, begitu seterusnya.Mei 10 Penjualan 200 unit , Dihitung dari :
• Mei 1 120 x 54.000 = 6.480.000 • 5 80 x 60.000 = 4.800.000 • Jumlah Rp 11.280.000
Mei 26 Penjualan 280, Dihitung dari:
Mei 5 100 x 60.000 = 6.000.000 • 16 180 x 63.000 = 11.340.000 • Jumlah Rp 17.340.000
Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO: • HPP Mei 10 Rp 11.280.000
• HPP Mei 26 Rp 17.340.000
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode a 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.620.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.940.000,00
LIFO:
harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang dijual lebih dulu.kekurangannya diambil dari barang yang masuk sebelumnya, begitu seterusnya•
Mei 10
Penjualan 200 unit, Dihitung dari :
•
Mei 5
180 x 60.000
=
10.800.000
•
1
20 x 54.000
=
1.080.000
•
Jumlah
= Rp 11.880.000
•
Mei 26 Penjualan 280, Dihitung dari:
•
Mei 26 Penjualan 280, Dihitung dari:
•
Mei 20
120 x 64.000
=
7.680.000
•
16
160 x 63.000
= 10.080.000
Jumlah
= 17.760.000
•
Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode
LIFO:
•
HPP
Mei 10 Rp 11.880.000
•
HPP
Mei 26 Rp 17.760.000
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00
Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 29.640.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 7.920.000,00