• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan. penelitian cross sectional (potong lintang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan. penelitian cross sectional (potong lintang)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DesainPenelitian

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional (potong lintang)

3.2. Tempat dan waktuPenelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama denganDivisi Nefrologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan maret.sampai dengan bulan Mei 2016.

3.3. Populasi dan SubyekPenelitian

 Populasi penelitian: Penderita penyakit ginjal kronis yang anemia dan menjalani hemodialisa di Instalasi Hemodialisis RSUP.HAM. Medan

 Subyek penelitian: Penderita Penyakit ginjal kronis yang anemia dan menjalani hemodialisa di Instalasi Hemodialisis RSUP.HAM Medan yang memenuhi kriteriainklusi

(2)

3.4. Kriteria Inklusi danEksklusi 3.4.1. KriteriaInklusi

a. Usia >18tahun

b. Hemodialisis reguler >3bulan c. Bersedia ikut dalampenelitian

3.4.2. KriteriaEksklusi a. Pasien tidakstabil

b. Sedang mendapatkan obat-obat anti inflamasi atau antihistamin c. Mengalami gagal fungsi hati, HIV,keganasan

d. Tranfusi < 4bulan e. Malnutrisi

3.5. Ethical Clearance dan InformedConcent

Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Informed Concent diminta secara tertulis dari subjek penelitian atau diwakili oleh keluarganya yang ikut bersedia dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.

(3)

3.6. Perkiraan BesarSampel

Perkiraan besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai rumus uji hipotesa untuk proporsi dengan sampel tunggal.

(

Z

P(1

−P)+Z

)P(1−P)

)

2

n

(1−α/2) o o

(

P

o

− P

a (1−β) a a

)

2 Dimana :

Z(1−α/ 2) = Deviat baku alpha, untuk

α

= 0,05 maka nilai baku normalnya

1,96

Z(1−β) = Deviat baku beta, untuk β= 0,10 maka nilai baku normalnya

1,282

P0 = Proporsi GGK sebesar 0,234 (data rekam medik RSUP.HAM)

Pa = Perkiraan proporsi GGK yang diteliti,ditetapkansebesar =

0,484

P0 −P0 = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,25

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 35 orang. 3.7. Bahan dan CaraKerja

3.7.1. Bahan yangdiperlukan

Bahan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bahan darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan darah tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan IL-6 dan ferritin.

(4)

3.7.2. Carakerja

1. Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, Sampel yang diambil adalah sampel pre hemodialysis dan memenuhi kriteria inklusi

2. Subyek penelitian dilakukan anamnesis tentang riwayatpenyakit 3. Setelah memenuhi kriteria penelitian, dilakukan inform consent dan

mengisi surat persetujuan mengikutipenelitian. 4. Pengambilan dan PengolahanBahan.

Bahan darah subyek diambil melalui phlebotomi dari vena mediana cubiti. Tempat vena punksi terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering. Darah diambil dengan menggunakan venoject, sebanyak 5 ml darah. Kemudian darah dimasukkan 2 ml ke dalam tabung plastik EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan 3 ml dimasukkan ke dalam tabung plastik tanpa antikoagulan.

Untuk pemeriksaan darah lengkap segera diperiksa dengan memakai alat Sysmex XN 1000. Sampel darah beku dibiarkan membeku selama 20 menit pada suhu ruangan, dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit,serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung plastik (aliquot) 1 ml untuk IL-6 dan 1 ml selebihnya untuk ferritin.Sampel untuk ferritin langsung dimasukan ke alatPengukuran kadar ferritin dilakukan dengan Cobas 6000, pengukuran kadar IL-6 menggunakanELISA.

Sampel untuk IL-6 disimpan dalam freezer -20 °C sampai waktu pemeriksaan yang telah ditentukan (maksimum 6 bulan)

(5)

5. PemeriksaanLaboratorium a. PemeriksaanIL-6

Pengukuran kadar IL-6 dilakukan serentak setelah seluruh bahan terkumpul. Bahan yang beku dicairkan pada suhu ruang (20-25 0C), kemudian disama ratakan dengan vortex.Metode pemeriksaan double sandwich dengan Enzym Linked Immunosorbent one –step process assay(ELISA)

Alat ELISA Laboratorium Patologi Klinik RS.H.ADAM MALIK

Prinsip dari teknik ELISA ini harus ada antigen atau antibody yang dikonjugasi dengan enzim dan substrat. Setelah itu hidrolisis substrat oleh enzim akan berlangsung dalam waktu tertentu dan reaksi dihentikan dengan membubuhkan asam atau basa kuat. Karena banyaknya antibodi berlabel enzim (AbE) yang terikat pada kompleks Ag-

(6)

yang terikat pada kompleks dan intensitas warna yang timbul setelah substrat dihidrolisis oleh enzim yang terikat pada kompleks Ag-AbE merupakan ukuran untuk kadar Ag yang diuji. Intensitas warna diukur dengan ELISA reader yang merupakan ukuran untuk kadar antigen didalam spesimen.

( Gambar metode Sandwich ELISA, immunologi FKUI,2010)

Pada penelitian ini :

- Well sudah dilapisi dengan antibodiIL-6

- Enzim yang digunakan : HRP (Horse Radish Peroksidase) dan enzim sudah berlabelIL-6

- Substrat yang digunakan adalah TMB (Tetra Methylbenzidine) yaitu : chromogen A dan chromogenB

(7)

Cara Kerja :

Kolorimetrik ELISA reaksi enzim-substrat ini menghasilkan produk yang larut dengan absorbansi (densitas optik) yang dapat diukur dengan spektrofotometer.Dimana spektrofotometer merupakan alat yang dapat mengukur jumlah dari cahaya yang menembus sumuran dari microplate akan memeberikan perubahan warna pada cairan tersebut.Sehingga akan memberikan optical density yang berbeda.Optical density dapat dinyatakan meningkat atau menurun berdasarkan pengenceran material

Dihitung setelah 15 menit Inkubasi 10 menit suhu 370C

Pencucian plate 5 kali (konjugat antibody enzim yang tidak terikat akan terbuang)

penambahan chromogen A dan B menghasilkan warna biru Inkubasi 60 menit suhu 370C

Tambahkan sampel dengan standard dan reagen HRP yang sudah dikonjugasi Persiapan Reagen, Sampel Dan Standard

Reaksi distop dengan pemberian asam kuat HCl (stop solution)

Warna biru berubah jadi warna kuning

(8)

standart,sehingga akan menghasilkan kurva yang nantinya akan digunakan untuk mengestimasi kadar konsentrasi protein tersebut.

b. PemeriksaanFeritin

ECLIA (Electrochemiluminescence immunoassay) digunakan pada Cobas e immunoassay untuk penentuan kuantitatif invitro dari feritin dalam serum manusia . Prinsip sandwich durasi pemeriksaan 18 menit .

1. Inkubasi pertama: 10 ul sampel, antibodi spesifik feritin monoclonal biotinylasi, dan antibody spesifik feritin yang dilebel dengan komplek ruthenium membentuk komplekssandwich.

2. Inkubasi kedua: setelah ditambahkan mikropartikel yang dilapisi streptavidin, komplek yang terbentuk berikatan dengan fase solid melalui interaksi biotin denganstreptavidin.

3. Campuran reaksi diaspirasi dalam cell pengukur dimana mikropartikel secara magnetic ditangkap pada permukaan elektroda. Substansi yang tidak berikatan dibuang melalui Procell. Aplikasi voltase (tegangan) pada elektroda kemudian menginduksi emisi chemiluminesscent yang diukur olehphotomultiplier.

Reagent – working solution:

- Reagen M : berisi streptavidin yang dilapisi mikropartikel 0,72 mg/mg denganpreservatif.

- Reagen R1 : merupakan konjugat yang terdiri dari Biotinylated monoclonal anti-ferritin antibody (mause) 3 mg / L yang dilabel dengan ruthenium 3 mg/L dalam buffer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 dan preservatif.

(9)

- Reagen R2 : berisi monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) yang dilabel dengan kompleks ruthenium biotin yang telah dilapisi dengan antibodi monoklonal terhadap feritin dari tikus 6,0 mg/L bufer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 danpreservatif.

- Setelah dibuka mempunyai stabilitas selama 12 minggu pada penyimpanan

- Kalibrasi pemeriksaan feritin dilakukan dengan menggunakan The Elecsys Ferritin Assay dengan Calibrator Kalibrasi dilakukan setiap pemakaian reagenbaru

3.8. PemantapanMutu

Pemantapan kualitas pemeriksaan Interleukin IL- 6

Pemantapan mutu dilakukan setiap kali pada saat awal dilakukan pemeriksaan untuk menjamin kesepakatan hasil pemeriksaan yang dikerjakan. Sebelum dilakukan pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang digunakan, agar penentuan konsentrasi zat yang belum diketahui dapat seakurat mungkin .

3.8.1 Kalibrasi

Kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan konsentrasi standard.Pada kurva kalibrasi semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin besar absorbannya, sebaliknya, semakin rendah konsentrasi larutan, maka semakin kecil absorbannya.Pengukuran kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi standard dan absorbansi yang

(10)

dihasilkan.Sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang mendekati linier. Jika mengikuti hukum beer, grafik antara absorbansi terhadap konsentrasi akan menghasilkan garis lurus melalui titik (0,0). Grafik tersebut disebut kurvakalibrasi.

Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai katelitian pengukuran linearitas adalah kemampuan metode analisis suatu sistem pemeriksaan yang memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analite dalam sampel. Hasil yang non linier dapat disebabkan oleh detektor atau amplifier atau alat baca yang salah ataurusak.

Kalibrasi dilakukan pada pemakaian reagen baru dan diwajibkan dalam prosedur quality kontrol .kalibrasi untuk pemeriksaan interleukin-6 menggunakan serum kontrol interleukin-6 cat No QY-EO4262,Lot: 02/ 2016(96T). Standard dalam bentuk cair dan masih perlu pengenceran .pengenceran standard dengan standard diluent dalam metode multiple proporsi pengenceran dan konsentrasi adalah sebagai berikut : 300, 150,75, 37.5, 18.7,0 pg/ml. konsentrasi standard pada kurva kalibrasi sehingga didapat kurva kalibrasi yang bersifat linier.

(11)
(12)

Pemeriksaan Interleukin-6 Pemeriksaan serum feritin Analisa statistik 3.9. KerangkaKerja

Pasien yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan Kriteria Inklusi: • • • Usia > 18 tahun HD reguler > 3bulan Bersedia ikut dalam penelitian

Inform concent, RekamMedik,

Anamnesa, pemeriksaan fisik Kriteria Eksklusi:

1. Pasien tidakstabil 2. Sedang

mendapatkan obat- obat anti inflamasi 3. Mengalami

gangguan fungsi hati, HIV, Keganasan 4 .Tranfusi<4 bulan 5.Malnutrisi

(13)

3.10.

BatasanOperasional

1. Interleukin - 6 : (IL-6) adalah suatu limfokin yang merupakan mediator inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan sel granulosit, megakariosit dan monosit, yang berasal dari sel endotel, fibroblas dan makrofag.Digunakan KIT reagen IL-6, dengan Human IL-6 dengan alat ELISA, chemwell metode double sandwich.Dalam keadaan normal kadar IL-6 tidak terdeteksi dalam darah. Untuk nilai patokan diambil nilai rata-rata (mean). Dikatakan kadarnya rendah apabila nilainya ≤ mean dan tinggi apabila nilainya > mean.(Baratawidjaja, 2004)

3. Penderita Penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah : Penderita penyakit ginjal kronik dengan LFG<15 % dan membutuhkan dialisis

3. Ferritin adalah : Protein terbesar cadangan pada jaringan manusia. Dimana pada laki laki nilai normal 28 – 365 ng/ml pada perempuan 10-148 ng/ml diperiksa dengan Cobas 6000,ECLIA

4. Anemia pada penyakit ginjal kronis: apabila kadar Hb < 13, 5 gr/dl pada laki-laki, Hb <12 gr/dl pada perempuan (National Kidney Foundation), clinical practice guidelines for anemia of chronic kidney disease., 2006) pemeriksaan darah lengkap dengan sysmex Xn-1000

(14)

3.11.

Analisis DataStatistik

Analisa data dilakukan menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Sciences, Chicago, IL, USA) untuk Windows. Gambaran karakteristik pada subjek penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. Korelasi kadar Interleukin-6 danserum ferritin digunakan uji korelasi Pearson bila data berdistribusi normal. Bila data tidak berdistribusi normal, digunakan Spearman rank test. Semua uji statistik dengan nilai p < 0,05 dianggapbermakna.

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari 35 orang pasien PGK yang anemia dan menjalani HD, di instalasi HD RSUD. H. Adam Malik pada bulan maret-April 2016 diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel. 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Subjek ( n = 35 ) % 1. Usia 1-14 0 0 15-24 2 5,71 25-34 1 2,85 35-44 7 20 45-54 9 25,71 55-64 13 37,14 > 64 3 8,57 2. JenisKelamin Laki-laki 23 65 Perempuan 12 35 3. DerajatAnemia Ringan (11-12,9 gr/dl) 7 20 Sedang (8-10,9 gr/dl) 22 62,8 Berat (< 8gr/dl) 6 17,1

Pada Tabel 4.1 Karakteristik 35 pasien berdasarkan usia, usia termuda dalam penelitian ini adalah 23 tahun dan usia tertua 74 tahun

(16)

dimana paling terbanyak pada usia 55-64 tahun (13 orang) dan secara keseluruhan usia ≥ 35 tahun memiliki usia terbesar penderita PGK yang menjalani hemodialisis (91,42 %).

Pada penelitian ini lebih banyak jenis kelamin laki-laki (65 %) disbanding perempuan 35 % dan berdasarkan derajat anemia menurut WHO (2011 terbagi atas ringan (11-12,9 gr/dl) sebanyak 7 orang (20 %) sedangkan 8-10,9 gr/dl sebanyak 22 orang (62,8 %) dan berat < 8 gr/dl sebanyak 6 orang (17,1 %) dimana rentang hb pada penelitian ini adalah 3-11,8 gr/dl.

Tabel. 4.2.Distribusi Sampel Berdasarkan Hb Hb

Jenis Kelamin Menurun n (%) Normal n (%) v L 23 (65,7) 0 P 12 (34,3) 0 Total 35 (100) 0 (0)

Dari tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan hb diperoleh total 35 orang pasien dengan hb yang menurun, dimana laki-laki 23 orang (65,7 %) dan perempuan 12 orang atau 34,3 % tidak dijumpai hb yang normal pada sampel penelitian ini. Dimana nilai ini berdasarkan National Kidney Foundation (NKF 2006) dikatakan anemia bila pada laki-laki hb < 13,5 gr/dl dan perempuan hb < 12gr/dl.

(17)

Tabel. 4.3Distribusi Sampel Berdasarkan Serum Feritin Feritin

Jenis Kelamin Meningkat n (%) Normal n (%) v L 17 (48,6) 9 (25,71) P 7 (20) 2 (5,71) Total 24 (68,6) 11 (31,4)

Dari tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan feritin jumlah feritin meningkat sebanyak 24 orang (68,6 %) dimana laki-laki lebih banyak yaitu (48,6 %) dan perempuan 7 orang (20 orang). Sedangkan jumlah feritin yang normal 11 orang (31,4 %) yaitu pada laki-laki 9 orang (25,71) dan pada perempuan 2 orang (5,71). Dimana nilai normal feritin pada laki-laki adalah 28-365 gr/dl dan pada perempuan nilai normal adalah 10-148 gr/dl.

Tabel. 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan IL-6 IL-6 Jenis Kelamin 10-100 pg/ml n (%) > 100 pg/ml n (%) L 16 (45,7) 7 (20) P 10 (28,6) 2 (5,7) Total 26 (74,3) 9 (25,7)

Dari tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan IL-6 diperoleh IL-6 yang nilai > 100 dijumpai 9 morang (25,7 %) dan IL- 6 dengan nilai kadar ≤ 100 26 orang (74,3 %) dimana laki-laki 16 orang dan perempuan 10

(18)

Tabel. 4.5 Uji Normalitas

No Nama Variabel n P Normalitas

1 Umur 35 0,755 Normal

2 Hb 35 0,778 Normal

3 Feritin 35 0,123 Normal

4 IL-6 35 0,0001 Tidak Normal

Pada uji normalitas Kolmogrov Swirnov (tabel 4.5) dijumpai hanya IL-6 saja yang tidak terdistribusi normal dengan P = 0,0001, sedangkan variable lainnya (umur, hb, feritin) terdistribusi normal.

Tabel 4.6 Korelasi antar IL-6 dan Feritin

No Korelasi antar Variabel n r p Signifikan

1 IL-6 dengan Feritin 35 0,028 0,872

Tidak Signifikan

Korelasi antara variabel IL-6 dengan Feritin dilakukan dengan Uji Korelasi Spearman dimana diperoleh koefisien korelasi r = 0,028 dengan p = 0,875 tidak signifikan dimana p > 0.05 maka H0 diterima, H0 : tidak

dijumpai hubungan bermakna antara IL-6 dengan serum feritin pada penderita PGK yang anemia dan menjalani hemodialisisregular.

Tabel 4.7 Korelasi antar IL-6 dengan umur dan Hb

No Korelasi antar Variabel n r p Signifikan

1 IL-6 dengan Umur 35 0,471 ** 0,004 Signifikan 2 IL-dengan Hb 35 0,207 0,233 Tidak Signifikan

(19)

Korelasi IL-6 dengan umur, diperoleh hasil yang signifikan kuat dimana r = 0,471** dan p = 0,004 dimana pada level p = 0,01 variabel ini sudah bermakna dan korelasi searah (tabel 4.5) sedangkan koerelasi IL-6 dengan hb dijumpai hasil yang tidak signifikan dimana r = 0,207 dan p = 0,233.

Diagram. 4.1. Hubungan IL-6 dengan Feritin

6000 4000 2000 0 0.00 50.00 100.00 150.00 Il-6 200.00 250.00 300.00 F e rri ti n

(20)

BAB V PEMBAHASAN

Dari karakteristik pasien PGK yang anemia dan menjalani Hemodialisis pada penelitian ini didapatkan umur termuda adalah 23 tahun dan tertua 74 tahun (tabel 4.1) rentang usia terbanyak diperleh pada usia 55-64 tahun 13 orang (37,14 %) sedangkan pada data IRR (Indonesian Renal Register 2011) diperoleh rentang umur terbanyak pada usia 45-54 tahun (27 %). Sedangkan secara keseluruhan jumlah pasien terbanyak pada penelitian ini adalah diatas 35 tahun (91,42 %) keadaan ini sesuai dengan gambaran umur penderita PGK yang menjalani hemodialisis di Indonesian seperti yang dilaporkan IRR (2011) sebesar89 %.

Pada penelitian ini diperoleh laki-laki lebih banyak jumlahnya daripada perempuan, dimana 65 % laki-laki dan 35 % perempuan, diperoleh data yang sama dengan IRR (2011) dimana dalam rentang tahun 2007-2011 setiap tahunnya jumlah pasien laki-laki melebihi jumlah pasien perempuan pada tahun 2011 jumlah laki-laki 4180 orang dan perempuan 2771.

Dari tabel 4.1 derajat anemia menurut WHO pada penelitian ini anemia ringan 7 orang dan anemia sedang 22 orang serta anemia berat 6 orang dimana Hb berkisar antara 8-10,9 mg/dl. Sementara anemia menurut NKDOQI & NKF, pada laki-laki Hb < 13,5 gr/dl dan pada perempuan hb < 12 gr/dl, bila berdasarkan NKOQI & NKF maka seluruh

(21)

sampel pada penelitian ini termasuk anemia dimana rentang nilai kadar hb adalah 3-11,8mg/dl.

Seperti pada tabel 4.2.1 dimana jumlah hb menurun. Laki-laki 65,7 % dan perempuan 34,3 % sedangkan yang normal tidak ada. Dari hasil penelitian 35 sampel diperoleh kadar kadar ferritin terendah adalah 97 mg/ml dan kadar tertinggi 6860 dimana kadar feritin yang masih normal (adalah 11 sampel, laki-laki 9 orang perempuan 2 orang dan 24 orang lagi jumlah feritin meningkat (> 365 ng/ml). (tabel 4.2.2) dapat disimpulkan bahwa 68,6 % serum feritin meningkat pada 35 pasien ini.

Pada Anemia penyakit kronik seperti anemia pada penyakit ginjal kronik (PGK) terjadi gangguan metabolisme besi yang khas yaitu hipoferemia dengan cadangan besi sumsum tulang normal atau meningkat. Keadaan dimana besi yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan untuk eritropoiesis sedangkan cadangan besi normal atau meningkat. Hal ini terjadi karena terdapat hambatan pada sistem retikulo endothelial yang disebabkan oleh adanya infeksi atau inflamasi. Infeksi dan inflamasi akan menginduksi pelepasan sitokin dalam sirkulasi seperti interleukin 6 (IL-6) (Teddy., et al 2011).

Sitokin proinflamasi menginduksi perubahan homeostasis besi proliferasi sel progenitor eritroid, produksi erythropoietin oleh ginjal. Berkurangnya umur eritrosit yang semuanya berkontribusi pada patogenesis terjadinya anemia pada penyakit kronik ( Wibawa.,P., et al 2010).

(22)

Selain itu feritin juga merupakan suatu protein fase akut yang akan mengalami peningkatan tidak hanya ketika cadangan besi tubuh meningkat tetapi juga pada inflamasi akut atau kronik dan pada penelitian yang dilakukan Rocha dkk menunjukka bahwa pasien hemodialisis bila dijumpai feritin serum > 500 ng/ml dan kadar C-Reaktive protein (CRP) yang tinggi, feritin serum tetap diandalkan sebagai cadangan zat besi meskipun adanya inflamasi. Penelitian kalantar Zadeh dkk menyimpulkan bahwa kadar Serum Feritin yang tinggi pada penderita PGK yang menjalani Hemodialisis regular bukan merupakan indikator adanya kelebihan zat besi dalam tubuh, melakukan sebagai protein fase akut. Karena keadaan faktor penyebab kondisi inflamasi yang terjadi pada pasien PGK dengan hemodialisis regular. Keterbatasan pada penelitian ini salah satunya adalah tidak dilakukan pemeriksaan CRP sebagai penanda inflamasi.

Hasil penelitian ini juga jauhberbeda dengan penelitian Nakanishi Takeshi, et al (2010) yang menggambarkan terjadi peningkatan kadar feritin pada PGK yang MHD (Maintenance Hemodyalisis) peningkatan feritin terjadi saat inflamasi kronik dan infeksi.

Dari hasil penelitian nilai IL-6 dari 35 pasien sangat bervariasi dalam rentang 3,6-1470 pg/dl. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya ( Wibawa P., et al 2008) dimana dijumpai kadar rerata IL-6 nya adalah 39,32 ± 48,66 pg/ml dimana nilai IL-6 seluruhnya berada dibawah 100 pg/ml. sedangkan pada penelitian ini terdapat 9 orang (25,7

(23)

%) yang jumlah IL-6 nya > 100 pg/ml, selebihnya berada < 100 pg/ml yaitu (74,3 %).

Pada tabel 4.5 uji normalitas pada interleukin 6 diperoleh tidak terdistribusi normal, sedangkan umur, Hb, dan feritin terdistribusi normal dengan nilai p pada IL-6 adalah 0,0001. Hubungan IL-6 dengan feritin pada tabel 4.6 dari hasil peneltian 35 sampel penelitian dijumpai hubungan IL-6 dengan feritin adalah tidak signifikan dengan r = 0,028 dan p = 0,872, berarti Ho diterima, dimana Ho tidak terdapat hubungan

signifkan antara IL-6 dengan serum feritin. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wibawa P, pada penderita anemia penyakit kronis, bahwa tidak diperoleh hasil yang signifikan antara IL-6 dengan serum besi Sedangkan pada penelitian abbas sabar dkk tentang hubungan IL-6 dengan anemia pada penderita SLE diperoleh hasil yang berbeda dimana hubungan IL-6 dengan serum feritin diperoleh hasil yang signifikan r= 0,948 p = < 0.0001 **

IL-6 memiliki hasil yang signifikan degnan umum pada penelitian ini dimana nilai r = 0,471 ** dan p = 0,004, dimana semakin bertambah umur nilai hb diperoleh hasil yang tidak signifikan. perlu penelitian lebih lanjut dengan menambahkan marker lainnya seperti CRP, Hepsidin, namun pada penelitian Eguchi dkk CRP dan IL-6 tidak memiliki koreksi yang signifikan dengan kadar hepsidin (r = 0,0025, P = 0,722 r = 0,0185 p = 0,362) pada penderita dialysis peritoneal pada penelitian pedro dkk (2007) dikatakan bahwa anemia dan interieukin 6 merupakan faktor-faktor yang mempercepat menjadi PGK stadium terminal, namun pada penelitian ini

(24)

IL-6 tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap anemia terutama cadangan besi (ferritin) dimana dianggap IL-6 dianggap dapat menimbulkan peningkatan serum feritin sehingga distribusinya terhambat, penyakit komorbid yang mendasarinya menjadi pertimbangan berkaitan dengan ini.

Keterbatasan lain dan penelitian ini hanya mengambil sampel pada pre hemodialisis saja dan tidak adanya kontrol sehat, selain itu pemeiksaan CRP sebagai penanda inflamasi,hepsidin dan erythropoietin

(25)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar IL-6 dengan serum feritin pada penderita penyakit ginjal kronis yang anemia dan menjalani hemodialisisreguler (r=0,028danp=0,872)berartiHoditerimakarena p>0.05.

2. Terdapat hubungan IL-6 yang signifikan kuat terhadap umur dimana dijumpai (r = 0471** dan p = 0,004 ) korelasi searah,sedangkan hubungan IL-6 dengan Hb tidak signifikan dimana (r = 0,207 dan p = 0,233)

SARAN

Penelitian ini masih memenuhi keterbatasan-keterbatasan sehingga untuk penelitian lebih lanjut disarankan:

1. Perlu dilakukan pemeriksaan sampel pre, durante dan post Hemodialisisdanjugakontrolsehatpadapemeriksaansampelpenelitian

2. Perlu dilakukan pemeriksaan CRP sebagai penanda inflamasi ditambah dengan marker lain yang berkaitan dengan sitokin IL-6, seperti Hepsidin danErythropoietin.

Gambar

Grafik hasil kalibrasi pada assay control interleukin -6

Referensi

Dokumen terkait

Rasio keuangan yang kuat menjadikan UNVR pilihan saham yang baik untuk investor yang mencari dividen rutin yang maksimal..

Komponen­komponen  dalam  bauran  promosi  terdiri  dari  penjualan  secara  individu,  periklanan,  promosi  penjualan,  pemasaran  langsung,  dan  public 

Oleh karena itu, feromon seks berpeluang untuk dikembangkan pada areal yang lebih luas, terutama pada sentra produksi bawang merah dan endemis serangan hama ulat bawang.. Kata

Pengukuran isi tekanan angin dari ban menggunakan sensor tekanan, dimana sensor tekanan ini akan mengubah besaran tekanan menjadi tegangan dan tegangan ini akan dirubah

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gomes (mengutip Hackman &amp; Oldham, 1980) bahwa seseorang akan mengalami motivasi kerja internal yang tinggi, kepuasan yang

Pada hari ini, Rabu Tanggal Empat Bulan Juli Tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai jam 09.00 WIB, bertempat di ruang Radar Kantor Stasiun Meteorologi Sultan Thaha Jambi

Solusi yang ditawarkan oleh ajaran Islam untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) muslim antara lain sebagai berikut : (a) Supaya suami sebagai

Untuk melihat lebih jauh faktor-faktor yang mendorong efektivitas pengereman baik pada rem cakram maupun jenis tromol, maka dilakukan penelitian lanjutan pada