• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, habitat dan syarat tumbuh, serta kandungan kimia dan khasiat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, habitat dan syarat tumbuh, serta kandungan kimia dan khasiat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, sistematika tumbuhan, nama daerah, morfologi tumbuhan, habitat dan syarat tumbuh, serta kandungan kimia dan khasiat tumbuhan. 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Oxalidales Suku : Oxalidaceae Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa carambola Linn. (Tjitrosoepomo, 2000) 2.1.2 Nama Daerah

Nama daerah, Sumatera : asam jorbing, belimbing manis; Jawa : balingbing manis, belimbing legi, bhalimbing manes, blimbing lengger, blimbing lingir, calincing amis, libi melau; Sulawesi : lumpias manis, rumpiasa, lumpiat moromanit, lopias eme, lembetue lombiato, lombituko gula, takule, bainang sulapa, pulirang, taning, balireng, nggalabola; Maluku : baknil kasluir, haurela pasaki, taulela pasaki, ifel emroro, malibi totofuo, balibi totofuko, tufuo. Nama asing, Inggris : Carambolier (Anonim, 2010).

(2)

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Belimbing Manis merupakan tanaman berbentuk pohon, tinggi mencapai 12 m. Percabangan banyak yang arahnya agak mendatar sehingga pohon ini tampak menjadi rindang. Berbunga sepanjang tahun sehingga buahnya tak kenal musim (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Daun belimbing manis berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas mengilap, permukaan bawah buram, panjang 1,75-9 cm, dan lebar 1,25-4,5 mm. Bunga majemuk tersusun dengan baik, warnanya merah keunguan, keluar dari ketiak daun dan di ujung cabang, ada juga yang keluar dari dahannya. Buahnya merupakan buah buni, berusuk lima, bila dipotong melintang berbentuk bintang. Panjang buah 4-12,5 cm, berdaging, dan banyak mengandung air, saat masak warnanya kuning. Rasanya manis sampai asam. Biji berwarna putih kotor kecoklatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Buah dan daun mengandung kristal asam oksalat sehingga rasanya asam. Air perasan belimbing dapat dipakai untuk menghilangkan karat pada logam. Perbanyakan dengan biji, okulasi, atau cangkok (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

2.1.4 Habitat dan Syarat Tumbuh

Belimbing manis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing manis ditanam dalam bentuk kultur pekarangan, yaitu diusahakan sebagai usaha

(3)

sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Tanaman belimbing manis memerlukan curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, petumbuhan tidak akan terhambat sekalipun ditanam didaerah yang cukup basah (Tim Penulis PS, 1992).

2.1.5 Kandungan Kimia dan Khasiat Tumbuhan

Kandungan kimia buah belimbing manis mengandung saponin, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Khasiat dari buah belimbing manis ini adalah sebagai batuk rejan, gusi berdarah, sakit gigi, bisul, koreng, dan mencret (Sirait, 1989).

2.2 Ekstraksi

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Ditjen POM, 1986).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Sebagai cairan penyari dapat digunakan air, eter, etanol atau campuran etanol dan air (Ditjen POM, 2000).

Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Ditjen POM, 2000), yaitu:

(4)

1. Cara Dingin

a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang tidak meninggalkan sisa bila 500 mg perkolat terakhir diuapkan pada suhu + 50 0C.

2. Cara Panas

a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna. b. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 0C.

d. Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98 0C selama 15-20 menit di penangas air dapat berupa bejana infus tercelup dengan penangas air mendidih.

(5)

e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90 °C selama 30 menit.

2.3 Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan

Uraian kandungan kimia tumbuhan meliputi, alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid, antrakinon, tanin dan triterpenoid/steroid.

2.3.1 Alkaloid

Alkaloida merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, bersifat optis aktif. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Sebagian besar alkaloid berasa pahit. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi banyak digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).

Alkaloid juga terdapat di alam sebagai garam, yang merupakan hasil reaksi antara basa (alkaloid) dan asam (misalnya asam sulfat untuk memberikan sulfat, atau asam klorida untuk memberikan hidroklorida) (Heinrich, 2009).

Beberapa pereaksi uji yang sering digunakan adalah Mayer, Bouchardat dan Dragendorff (Farnsworth, 1966).

2.3.2 Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida yang gulanya berupa glukosa disebut glukosida. Glikosida dibedakan menjadi α- glikosida dan β-glikosida. Pada tanaman, glikosida biasanya terdapat dalam bentuk beta. Pembagian glikosida paling banyak berdasarkan aglikonnya. Umumnya glikosida

(6)

mudah terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim. Hidrolisis oleh asam memerlukan panas hidrolisis oleh enzim tidak memerlukan panas (Sirait, 2007).

Menurut Fransworth (1966), pembagian glikosida berdasarkan ikatan yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula adalah :

1. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Contoh: aloin.

2. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Contoh: salisin.

3. N-glikosida, Jika atom N menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya. Contoh: vidarabin.

4. S-glikosida, jika thiol (SH) yang menghubungkan bagian gula dan bagian bukan gula. Contoh: sinigrin.

2.3.3 Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah, dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 1995). Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin (Harbone, 1987).

Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin merupakan senyawa berasa pahit

(7)

menusuk, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.3.4 Flavonoid

Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid. Jadi flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988).

Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom karbon yang merupakan rantai alifatik (Markham, 1988).

Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Beberapa flavonoid berwarna, tetapi flavonoid yang menyerap sinar UV penting dalam mengarahkan serangga. Beberapa fungsi flavonoid untuk tumbuhan yaitu pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus, dan anti serangga (Robinson, 1995).

2.3.5 Antrakinon

Pada saat mengidentifikasi pigmen dari sumber tumbuhan baru, harus diingat bahwa hanya sedikit saja antrakinon yang terdapat secara teratur dalam tumbuhan. Yang paling sering dijumpai ialah emodin; sekurang-kurangnya terdapat dalam enam suku tumbuhan tinggi. Sukar untuk memisahkan campuran antrakinon, dan sering cara khas telah dikembangkan untuk memisahkan campuran yang terdapat dalam tumbuhan tertentu (Harbone, 1987).

(8)

2.3.6 Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Robinson, 1995).

Golongan tanin dalam makanan dan tanaman memberikan rasa kesat dan pahit. Golongan ini terdiri atas senyawa polifenol larut-air, yang dapat memiliki bobot molekul berat. Secara garis besar, tanin terbagi menjadi dua golongan yaitu: tanin dapat-terhidrolisis, yang terbentuk dari esterifikasi gula dengan asam fenolat sederhana yang merupakan tanin turunan-sikimat (misalnya asam galat), dan tidak dapat-terhidrolisis, yang kadang disebut tanin terkondensasi, yang berasal dari reaksi polimerisasi (kondensasi) antar flavonoid. Sesuai dengan namanya, tanin dapat terhidrolisis oleh basa untuk membentuk asam sederhana dan gula. Sifat utama tanin adalah kemampuannya mengikat protein. Tanin tersebar di dunia tanaman dan dapat diproduksi oleh tanaman, karena ikatannya dengan protein membuat tanaman ini tidak menarik untuk dimakan (Heinrich, 2009)

2.3.7 Triterpenoid/steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat, berupa senyawa tahan warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik didih tinggi dan aktif optik. Triterpenoid dapat dibagi

(9)

menjadi empat golongan senyawa: triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Saponin dan glikosida jantung merupakan triterpenoid dan steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida (Harborne, 1987).

Steroid adalah triterpenoida yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo pentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroid memberikan warna hijau-biru (Harbone, 1987).

2.4 Uraian Mikroba

Mikroba atau mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu organisme prokariot dan organisme eukariot. Bakteri termasuk ke dalam organisme prokatiot dan jamur termasuk organisme eukariot (Pratiwi, 2008).

2.4.1 Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme yang bersel satu, sel prokariotik, berkembang biak dengan pembelahan diri yaitu aseksual (Dwidjoseputro, 1994).

Berdasarkan pewarnaan Gram bakteri dibedakan menjadi bakteri Gram positif dan Gram negatif. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung banyak lapisan peptidoglikan yang membentuk struktur yang tebal dan kaku, dan asam teikoat. Pada dinding sel bakteri Gram negatif terdapat membran luar (yang terdiri dari protein, lipoprotein, fosfolipid dan lipopolisakarida), beberapa lapisan peptidoglikan pada daerah periplasma (yang terikat pada lipoprotein pada membran luar) dan membran dalam (Pratiwi, 2008).

(10)

Jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli.

a. Staphylococcus aureus

Sistematika Staphylococcus aureus menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut: Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus termasuk bakteri Gram positif, berbentuk kokus,

bila diamati di bawah mikroskop, berpasangan atau berkelompok, yang memiliki warna keemasan muda. Bakteri ini merupakan bakteri patogen berupa anaerob fakultatif dan tumbuh pada suhu optimum 37 0C (Jawetz, 2001). Bakteri ini menyebabkan infeksi pada luka yang mungkin menyebar ke lapisan subkutan kulit yang menyebabkan terjadinya abses permukaan yang terlokalisasi atau bisul. Bakteri ini merupakan mikroorganisme flora normal manusia yang terdapat pada saluran nafas atas dan kulit yang jarang menyebabkan penyakit individu yang sehat (Volk, 1989).

(11)

b. Escherichia coli

Sistematika Escherichia coli menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut : Divisi : Schizophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Enterobacteriaceae Marga : Escherichia

Jenis : Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif, aerob atau anaerob

fakultatif, panjang 1-4 mikrometer, lebar 0,4-1,7 mikrometer, berbentuk batang, tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37 oC tapi dapat tumbuh pada suhu 8-40 oC, membentuk koloni yang bundar, cembung, halus dan dengan tepi rata (Jawetz, 2001).

Escherichia coli merupakan bagian dari flora normal saluran pencernaan.

Morfologi dan ciri-ciri pembeda Escherichia coli yaitu: merupakan batang Gram negatif, terdapat tunggal, berpasangan, dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul, tidak berspora, motil atau tidak motil, lipotrikus, aerobik, anaerobik fakultatif, penghuni normal usus besar, seringkali menyebabkan infeksi. Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan usus (gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus besar seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 2006).

(12)

2.4.2 Jamur

Jamur adalah organisme heterotrofik. Jamur dapat berupa khamir yang tumbuh sebagai uniseluler atau berupa kapang yang tumbuh berupa filamen-filamen. Komponen penyusun dinding sel berupa kitin, selulosa atau glukan (Pelczar dan Chan, 2006).

Jenis jamur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Candida albicans dan Microsporum gypseum.

a. Candida albicans

Sistematika Candida albicans menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut: Divisi : Thallophyta Kelas : Deuteromycetes Bangsa : Moniliales Suku : Cryptococcaceae Marga : Candida

Jenis : Candida albicans

Candida albicans merupakan khamir lonjong yang berkembangbiak

dengan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat (Jawetz, 2001). Khamir ini merupakan flora normal selaput mukosa yang dapat menginfeksi mulut, vagina atau kulit (Volk, 1989).

(13)

b. Microsporum gypseum

Sistematika Microsporum gypseum menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut: Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Bangsa : Onygenales Suku : Arthrodermataceae Marga : Microsporum

Jenis : Microsporum gypseum

Microsporum gypseum merupakan jamur imperfecti (jamur tidak

sempurna) atau deuteromycotina karena perkembangbiakannya hanya secara aseksual. Jamur ini berdinding kasar, multiseluler, dan berbentuk kumparan, dan terbentuk pada ujung-ujung hifa. Microsporum gypseum mempunyai banyak makrokonidia yang terdiri dari 4 sampai 6 sel, berdinding lebih tipis dalam koloni yang berwarna kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan. Jamur ini sering menginfeksi kulit dan rambut (Jawetz, 1982).

Bila suatu mikroorganisme ditanam pada media yang sesuai dalam waktu tertentu akan tumbuh memperbanyak diri, maka dapat dilihat suatu grafik pertumbuhan yang dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:

1. Fase Penyesuaian Diri (Lag phase)

Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada

(14)

kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan (Pratiwi, 2008).

2. Fase Pembelahan (Fase log / fase eksponensial)

Fase log merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Bila konsentrasi sel mikroorganisme melebihi 1x107/ml, maka laju pertumbuhan akan berkurang, bila konsentrasi sel mencapai 4-5x109/ml, maka laju penyebaran oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan meskipun dalam kultur tersebut diberikan udara yang cukup, dan pertumbuhan akan diperlambat secara progresif (Pratiwi, 2008).

3. Fase Stasioner (Stationary phase)

Kekurangan nutrien atau akumulasi produk toksik menyebabkan pertumbuhan sama sekali berhenti, terdapat kehilangan sel perlahan-lahan melalui kematian yang diimbangi oleh pembentukan sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan. Pada saat ini , jumlah sel total secara perlahan meningkat walaupun jumlah sel yang dapat hidup tetap konstan (Jawetz, 2001).

4. Fase Kematian (Death phase)

Pada fase ini terjadi akumulasi bahan toksik, zat hara yang diperlukan oleh bakteri berkurang sehingga bakteri akan memasuki fase kematian. Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik. Jumlah sel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa waktu (Lay, 1996).

(15)

c

b d

a

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan bakteri Keterangan :

a : Lag phase b : Log phase c : Stationary phase d : Death phase

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat meliputi

temperatur, pH, tekanan osmosis, oksigen, dan nutrisi (Pratiwi, 2008). 1. Temperatur

Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam aktivitas kimia. Peningkatan temperatur sebesar 10 0C dapat meningkatkan aktivitas enzim sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang tidak dapat balik (irreversible), sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan optimal akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Berdasarkan batas temperatur dibagi atas tiga golongan yaitu: a. Psikrofil (oligotermik), tumbuh pada temperatur -5 sampai 30 0C dengan suhu

(16)

b. Mesofil (mesotermik), tumbuh pada temperatur 10 sampai 45 0C dengan suhu optimum 20 sampai 40 0C.

c. Termofil (politermik), tumbuh pada temperatur 25 sampai 80 0C dengan suhu optimum 50 0C sampai 60 0C (Pratiwi, 2008).

2. pH

Pertumbuhan bakteri pada pH optimal antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau sangat alkali. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9. Bila bakteri dibiakan dalam suatu medium, yang mula-mula disesuaikan adalah pHnya maka mungkin sekali pH ini berubah karena adanya senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhan (Pelczar dan Chan, 1986).

3. Tekanan Osmosis

Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan pecahnya sel (plasmolisis), sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinging sel (Lay, 1996). 4. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen mikroorganisme dapat bagi menjadi 5 golongan yaitu:

a. Anaerob obligat, hidup tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap golongan ini. b. Anaerob aerotoleran, tidak mati dengan adanya oksigen.

(17)

c. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa oksigen.

d. Aerob obligat, tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah besar.

e. Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik dalma tekanan oksigen yang rendah (Pratiwi, 2008).

5. Nutrisi

Sumber zat makanan (nutrisi) bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya (Dwijoseputro, 1994).

2.5 Pengujian Aktivitas Antimikroba

Penetapan aktivitas antimikroba menurut Wattimena, 1991 yaitu: 1. Cara difusi agar

Cara ini dapat menggunakan cakram kertas, silinder logam atau cekungan. Hasilnya diperoleh dengan mengamati dan mengukur daerah bening di sekeliling cakram, silinder atau cekungan yang menunjukkan hambatan pertumbuhan mikroba.

2. Cara Turbidimetri

Pengukuran dengan cara ini cepat dan dapat memperkirakan jumlah sel. Jika suspensi sel terlihat keruh maka cahaya tidak dapat diteruskan. Hal ini berarti makin keruh suspensi makin banyak sel yang ada dalamnya. Pengukuran dapat menggunakan spektrofotometer.

Gambar

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan bakteri   Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan keempat diperoleh dari hasil analisis terhadap dokumen hasil ujian mid semester siswa kelas VII. Dari data yang diperoleh dapat dikemukakan bahwa hasil

Dalam penelitian ini yang meneliti tentang penilaian sikap di SDN Gunungsaren, guru telah melakukan penilaian sikap, dan penilaian sikap dilakukan dengan teknik

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menentukan validitas dan deskripsi bahan ajar berbentuk LKS IPA terpadu berbasis ICT dengan meng integrasikan

Dengan indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) ditemukan bahwa proporsi anak dengan status gizi baik lebih besar pada kelompok yang tidak gondok (93,1%)

(5) Biaya jaringan pada mekanisme berlangganan tidak berbayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b, untuk pengiriman Konten dan notifikasi kepada Pengguna

22.000,- Tempat Makan Tempat Makan Putih Tempat Makan Pink Tempat Makan.. CV

(1) sesuatu yang telah dilakukan seseorang telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sangat dihargai oleh kelompok; (2) sesuatu yang telah

Pada tahap membuat aplikasi perangkat mobile dengan APP inventor memudahkan kita, hal ini dikarenakan dengan APP Inventor pada sebuah web browser yang telah kita