• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Deni Hidayat A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Deni Hidayat A"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON LIMA VARIETAS NANAS TERHADAP INFEKSI

PINEAPPLE MEALYBUG WILT-ASSOCIATED VIRUS

MELALUI VEKTOR DYSMICOCCUS BREVIPES

(COCKERELL) (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)

Oleh :

Deni Hidayat

A44101010

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

ABSTRAK

DENI HIDAYAT. Respon Lima Varietas Nanas Terhadap Infeksi Pineapple

Mealybug Wilt-associated Virus Melalui Vektor Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera: Pseudococcidae). Dibimbing oleh GEDE SUASTIKA dan DEWI SARTIAMI.

Indonesia merupakan negara tropis yang potensial menghasilkan buah-buahan khas seperti nanas dan manggis. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan buah tropika yang sangat penting dalam perdagangan dunia, Indonesia merupakan eksportir nanas kaleng nomor tiga setelah Filipina dan Thailand. Namun dalam pembudidayaan nanas ini banyak mengalami hambatan, salah satunya adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT), khususnya pineapple mealybug wilt-associated virus (PMWaV) yang ditularkan oleh kutu putih Dysmicoccus brevipes (Hemiptera: Pseudococcidae) yang hingga saat ini cukup sulit untuk dikendalikan.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Laboratorium Virologi Tumbuhan, dan Rumah Kaca Cikabayan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Januari sampai September 2005.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon lima varietas nanas yang umum ditanam di perkebunan nanas rakyat, khususnya di Kabupaten Subang dan Bogor (Queen Gati Bogor, Smooth Cayenne Curug Rendeng, Smooth Cayenne Cimanglid, Smooth Cayenne Kumpay dan Smooth Cayenne Tambakan) terhadap infeksi PMWaV. Kelima varietas tersebut diinokulasi dengan isolat PMWaV yang diambil dari Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang dengan menggunakan vektor kutu putih D. brevipes. Setiap perlakuan diulang sebanyak delapan kali dan empat tanaman kontrol untuk setiap varietas. Faktor yang diamati adalah masa inkubasi, gejala dan persen kejadian penyakit. Infeksi PMWaV diverifikasi melalui Tissue blot immunoassay (TBIA).

Dengan verifikasi TBIA dapat dideteksi keberadaan virus pada tanaman uji. Pada umumnya PMWaV-2 terdeteksi pada tanaman yang menunjukkan gejala mealybug wilt of pineapple (MWP), berbeda halnya dengan PMWaV-1. Tanaman yang terinfeksi PMWaV-1 tidak selalu menunjukkan gejala MWP.

Hasil pengujian lima varietas tanaman nanas yang diinokulasi dengan PMWaV melalui vektor kutu putih D. brevipes menunjukkan bahwa adanya perbedaan respon antar varietas yang diuji baik dari masa inkubasi, gejala dan kejadian penyakit. Kelima varietas nanas yang diuji, tidak ada yang menunjukkan respon tahan terhadap PMWaV.

(3)

RESPON LIMA VARIETAS NANAS TERHADAP INFEKSI

PINEAPPLE MEALYBUG WILT-ASSOCIATED VIRUS

MELALUI VEKTOR DYSMICOCCUS BREVIPES

(COCKERELL) (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Deni Hidayat

A44101010

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(4)

Judul : RESPON LIMA VARIETAS NANAS TERHADAP INFEKSI PINEAPPLE MEALYBUG WILT-ASSOCIATED VIRUS MELALUI VEKTOR DYSMICOCCUS BREVIPES (COCKERELL) (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)

Nama : Deni Hidayat

NRP : A44101010

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Gede Suastika, MSc Dra. Dewi Sartiami, MSi

NIP. 131669946 NIP. 131957317

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M Agr

NIP. 130422698

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 13 April 1983. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Abdul Kodir dan Ibu Aisah.

Pada tahun 1994 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SDN I Lokantara. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTPN I Leuwisari dan menyelesaikan masa belajarnya pada tahun 1997, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan belajarnya ke SMUN I Singaparna dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Departemen Proteksi Tanaman.

Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2001 penulis aktif di organisasi DKM Al Ghiffari IPB, pada tahun 2002 aktif dalam kepengurusan DKM Al Hurriyyah IPB dan Ikatan Santri PPM Al Inayah, pada tahun 2003 penulis aktif dalam himpunan profesi mahasiswa proteksi tanaman (HIMASITA) dan UKM Forces. Pada semester enam penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman S1, semester tujuh menjadi asisten Virologi Tumbuhan Dasar S1 dan Pendidikan Agama Islam S0, semester delapan menjadi asisten Pendidikan Agama Islam S1 dan semester sembilan menjadi asisten Dasar-dasar Perlindungan Tanaman S0.

(6)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Respon Lima Varietas Nanas terhadap Infeksi Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus melalui Vektor Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera: Pseudococcidae).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Mamah, Bapak dan adik-adik serta seluruh keluarga besar Kakek Abdul Mu’in (Alm) dan keluarga besar Kakek Sarbeni (Alm) yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doanya kepada penulis. Bapak Dr. Ir. Gede Suastika, MSc. sebagai dosen pembimbing I dan Dra. Dewi Sartiami, Msi. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, serta Bapak Dr. Ir. Teguh Santoso sebagai dosen penguji tamu. Bapak Dr. Ir. I Wayan Winasa selaku pembimbing akademik penulis selama menjalani pendidikan di Departemen Proteksi Tanaman. Teman-teman HPT ’38 (khususnya teman-teman di Laboratorium Biosistematika Serangga; Sopian, Ali, Heri, Luhut, Radix, Winta, Elsa) dan Bu Aisah atas dukungan dan bantuannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudaraku di Markaz Al-Ikhwan (Hendi, Dedi, Sahrul, Budi, Nana, Mas Hendra dan Mas Surono) dan Al-Ikhwan Camp (Hendi, Yayan, Raymond, Feri, Duduh, Jusmarwan dan Ahmad) yang selalu membawa keceriaan dan memberi nasihat kepada penulis. Ust. Romli Suja’i serta keluarga besar PPM Al Inayah I. Ucapan terima kasih banyak penulis kepada saudari Dwinta A. (HPT’38) dan Nidya Y. (HPT’39; u r’ the best corrector) atas bantuan koreksinya. Zulfanazli (HPT UNSYIAH 2001) yang selalu bersedia menemani penulis dalam perbaikan penulisan tugas akhir ini (meskipun hanya dalam pertemuan yang cukup singkat, tapi ini kenangan yang takkan pernah terlupakan dan ini bukti nyata bahwa semua muslim itu bersaudara, di sinilah Allah menunjukkan Kemurahan dan Kebesaran-Nya, that’s right My Bro, mudah-mudahan Allah kembali mempertemukan kita di puncak kesuksesan; Jannah-Nya, Insya Allah). Fistok-ers (Iis n Nia), Parasitoid-ers (Okti, Mia n Mu’minatul HES; thank’s banget atas semuanya he...he...) n Nemat-ers Nita; makasih juga ya... Keluarga besar FORCES IPB, terima kasih atas kenangan manisnya; kalian adalah tim terbaik. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, motivasi serta menyisipkan kenangan manis dalam sepenggal episode kehidupan penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi para petani Indonesia dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan ridha-Nya.

Bogor, Januari 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) ... 3

Taksonomi ... 3

Asal dan Distribusi ... 3

Deskripsi Botani ... 3 Cayenne ... 4 Queen ... 5 Singapore Spanish ... 5 Red Spanish ... 6 Abacaxi ... 6 Pernambuco ... 6 Cabezona ... 7 Maipure ... 7

Bioekologi Tanaman Nanas ... 7

Syarat Tumbuh ... 7

Pemeliharaan dan Pembiakan ... 7

Dysmicoccus brevipes (Cockerell) ... 7

Taksonomi ... 7

Asal dan Sebaran Geografi ... 8

Bioekologi D. brevipes ... 8

Kisaran Inang D. brevipes ... 9

Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus (PMWaV) ... 10

Taksonomi ... 10

Bioekologi PMWaV ... 10

Gejala MWP ... 11

(8)

BAHAN DAN METODE ... 13

Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pengamatan Gejala MWP di Lapangan ... 13

Pemeliharaan Serangga Vektor ... 13

Identifikasi Kutu Putih ... 14

Penyediaan Inokulum Virus ... 15

Penyiapan Tanaman Nanas Uji ... 15

Penularan Virus ... 15

Pengamatan ... 16

Pendeteksian Virus dengan Tissue blot immunoassay (TBIA) ... 16

Determinasi Resistensi Tanaman ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Identifikasi Serangga Vektor ... 18

Gejala MWP pada Tanaman Uji ... 19

Masa Inkubasi ... 21

Kejadian Penyakit ... 21

Deteksi PMWaV pada Tanaman Uji melalui TBIA ... 22

Determinasi Resistensi Tanaman ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Pengelompokan tingkat ketahanan varietas nanas terhadap infeksi PMWaV ... 17 2. Gejala MWP pada lima varietas nanas setelah diinokulasi PMWaV .. 19 3. Masa inkubasi PMWaV pada lima varietas nanas ... 21 4. Kejadian penyakit MWP pada lima varietas nanas ... 22 5. Analisis kualitatif TBIA lima varietas tanaman nanas yang

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Dysmicoccus brevipes (a) Koloni (b) Imago betina (c) Preparat mikroskop (Panjang tubuh = 1,45 mm; Lebar tubuh = 0,85 mm) dan (d) Diagram tubuh menurut Williams dan Watson (1988) ………… 18 2. Gejala MWP pada tanaman uji di rumah kaca (a) Perubahan warna

daun menjadi kuning (yellowing) (b) Mati ujung daun (tip leaf die back) dan (c) Daun keriting (curling), layu kering ……… 19 3. Gejala MWP di lapangan (a) Daun kuning dan (b) Daun merah …... 20 4. Gejala MWP pada varietas Queen Gati Bogor (a) Gejala tampak

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah tanaman nanas yang menunjukkan gejala pada minggu ke-n

setelah inokulasi ………. 29 2. Karakteristik tanaman nanas uji ………. 29 3. Diagram umum tubuh kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) (a)

Dorsal dan (b) Ventral (Sumber: Williams dan Watson 1988) …….. 32 4. Gejala MWP pada varietas nanas uji (a) Smooth Cayenne Curug

Rendeng (b) Smooth Cayenne Cimanglid (c) Smooth Cayenne Kumpay (d)

Queen Gati Bogor (e) Smooth Cayenne Tambakan dan (f) Kontrol ... 33 5. Hasil deteksi virus melalui TBIA dengan antiserum terhadap

PMWaV-1 (a) Membran selulosa (b) Merupakan gambar ulang dari a (c) Tanaman kontrol dan (d) Tanaman yang diinokulasi ... 34 6. Hasil deteksi virus melalui TBIA dengan antiserum terhadap

PMWaV-2 (a) Membran selulosa (b) Merupakan gambar ulang dari a (c) Tanaman kontrol dan (d) Tanaman yang diinokulasi ... 35

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang potensial menghasilkan buah-buahan khas seperti nanas dan manggis. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan buah tropika yang sangat penting dalam perdagangan dunia. Indonesia merupakan eksportir nanas kaleng nomor tiga di dunia setelah Filipina dan Thailand (PKBT 2004). Nanas sudah menjadi trademark yang diekspor dalam bentuk olahan minuman kaleng atau cocktail. Menurut FAO dalam PKBT (2004), volume ekspor nanas dunia adalah 1.070.000 ton sedangkan volume ekspor nanas Indonesia hanya mencapai 132.000 ton (12,34% dari total ekspor dunia). Dengan demikian pengembangan nanas merupakan pendekatan yang sangat baik bagi pengembangan agroindustri nasional yang berbasis sumber daya lokal.

Buah nanas dapat dikonsumsi dalam keadaan segar atau dijadikan produk olahan seperti buah kalengan, manisan, selai, sari buah dan beberapa produk lain. Pengolahan nanas dapat menjadi alternatif pada saat produksi buah melimpah, sehingga harga jual tetap menguntungkan.

Namun demikian dalam pembudidayaan nanas, petani banyak mengalami hambatan, salah satunya adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT), khususnya yang disebabkan oleh pineapple mealybug wilt-associated virus (PMWaV) yang menyebabkan layu (mealybug wilt of pineapple (MWP)). MWP merupakan penyakit serius yang merusak industri nanas di Hawai pada awal tahun 1900-an. Menurut Sether dan Hu (2002a) penyakit MWP ini terdapat di hampir semua wilayah pertanaman nanas di dunia. Meskipun penyakit ini dilaporkan tersebar di seluruh dunia dan merupakan ancaman yang penting bagi industri nanas dalam kurun waktu lebih dari 80 tahun, namun etiologinya masih belum banyak diketahui (German et al. dalam Hu et al. 1997). MWP dicirikan dengan adanya mati ujung daun (leaf-tip die back), daun memerah, keriting (curling), melengkung ke bawah dan daun layu yang kemudian diikuti oleh roboh/matinya tanaman dewasa (Sether et al. 2001; Sether dan Hu 2002a).

(13)

Beberapa usaha pengendalian MWP sudah dipelajari oleh beberapa peneliti. Singh dan Sastry (1975) dalam CABI (2002) mengatakan bahwa pengaturan jarak tanam dan peningkatan kadar nitrogen tanah akan menurunkan kejadian penyakit MWP, namun hasilnya dapat berbeda pada daerah yang berbeda. Ulman et al. (1991) dalam CABI (2002) menyatakan bahwa dengan merendam mahkota yang akan dijadikan bibit dalam air dengan suhu 50oC selama 30 menit mengurangi kemunculan gejala MWP pada pertanaman nanas di Hawai. Pengendalian penyakit MWP ini juga dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang tidak disukai serangga vektor, bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau musuh alaminya seperti Anagyrus pseudococci dan A. coccidiovorus (Hymenoptera: Encyrtidae) (Kalshoven 1981). Bahkan Sether et al. (1998) mengatakan bahwa untuk mencegah penyebaran MWP ini harus dilakukan pengendalian terhadap semut, karena semut membantu keberhasilan hidup koloni kutu putih dengan memakan embun madu yang dihasilkan kutu putih dan melindungi kutu putih dari musuh alaminya.

Alternatif pengendalian yang lain adalah dengan menggunakan tanaman resisten yang merupakan salah satu dari berbagai cara pengendalian kultur teknis. Laporan yang lengkap tentang varietas tanaman nanas yang tahan terhadap MWP masih belum ada (CABI 2002), sehingga diperlukan penelitian-penelitian ke arah pencarian tanaman yang tahan terhadap MWP.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon lima varietas nanas yang umum ditanam di perkebunan nanas rakyat, khususnya di Kabupaten Subang dan Bogor (Queen Gati Bogor, Smooth Cayenne Curug Rendeng, Smooth Cayenne Cimanglid, Smooth Cayenne Kumpay dan Smooth Cayenne Tambakan) terhadap infeksi PMWaV.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)

Taksonomi

Nanas merupakan tanaman Spermatophyta, kelas Angiospermae, sub kelas Monokotiledon, ordo Farinosae, famili Bromeliaceae, genus Ananas dan Pseudanas. Famili Bromeliaceae mempunyai 60 genus dan 1500 spesies yang tersebar di daerah tropik dan subtropik. Pada umumnya yang dimaksud nanas adalah Ananas comosus yang rasanya manis segar. Tanaman ini bersifat terestial (tumbuh di tanah dengan menggunakan akar). Spesies dari famili Bromeliaceae hidup epifit dan merupakan nanas yang cukup dikenal memiliki nilai ekonomi yang tinggi (DPTP 1994; CABI 2002).

Asal dan Distribusi

Tanaman nanas berasal dari Amerika Utara dan sudah didomestikasi sebelum Columbus menemukan dataran ini. Pada abad ke-16, orang-orang Spanyol membawa nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, mungkin juga sampai ke Indonesia. Tanaman tumbuh dan meluas hingga daerah tropik dan subtropik (CABI 2002).

Deskripsi Botani

Tanaman nanas adalah tanaman herba monokotil yang bersifat perennial atau biennial artinya tanaman yang bijinya berkeping satu dan hidup dalam beberapa musim, dengan tinggi antara 50 cm hingga 150 cm. Tanaman nanas mempunyai rangkaian bunga dan buah yang terdapat pada ujung batang. Daun berbentuk pedang dengan panjang dapat mencapai hingga lebih dari 1 m dengan lebar 5-8 cm, sebagian tepi daun berduri atau hingga seluruhnya. Bagian ujung atas berbentuk titik tajam, berdaging, berserat, permukaan atas dengan alur lekuk (CABI 2002).

(15)

Secara umum tanaman nanas terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: 1. Batang merupakan bagian utama; tempat bagian lain dari tanaman

melekat.

2. Tangkai buah merupakan bagian penghubung antara batang dengan bunga. 3. Daun merupakan bagian yang melekat pada bagian batang yang berada di

atas permukaan tanah, pada tangkai dan batang mahkota. 4. Buah merupakan bagian yang terletak di ujung tangkai buah.

5. Mahkota (crown) merupakan batang pendek dengan beberapa daun yang melekat padanya dan terletak di atas puncak buah.

6. Tunas dasar buah (slips) merupakan tunas yang tumbuh pada dasar buah. 7. Tunas tangkai (hapas) merupakan tunas yang terletak pada tangkai atau

pangkal tangkai.

8. Tunas batang (shoots) merupakan tunas yang keluar dari batang di atas permukaan tanah.

9. Tunas anakan (suckers) merupakan tunas yang keluar dari bagian batang yang berada di dalam tanah.

10. Akar merupakan bagian yang keluar dari batang di bawah permukaan tanah dan berada di dalam tanah, serta keluar dari ketiak daun pada bagian batang (Collins 1968; DPTP 1994).

Menurut DPTP (1994), kultivar nanas dibagi menjadi lima golongan besar, yaitu: Cayenne, Queen, Spanish, Red Spanish dan Abacaxi-Pernambuco, sedangkan menurut Nakasone dan Paull (1998) kultivar nanas terbagi dalam lima kelompok yaitu: Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi dan Maipure. Dalam CABI (2002) dikatakan bahwa tanaman nanas mempunyai enam kultivar yaitu: Cayenne, Queen, Red Spanish, Singapore Spanish, Abacaxi dan Cabezona.

Cayenne. Kultivar ini tersebar luas, banyak terdapat di Filipina, Thailand, Hawai, Kenya, Meksiko dan Taiwan (CABI 2002). Kultivar ini memiliki ciri-ciri: tinggi batang dan tangkai buah 20-50 cm. Garis tengah batang yang terbesar termasuk dasar daun ± 7,6-15 cm. Jumlah daun berkisar antara 60-80 helai. Daun paling panjang kira-kira 101 cm, paling lebar 6,5 cm. Daun berbentuk palung yang dangkal dengan tepi lurus, tidak bergelombang. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dengan tambahan warna merah kecoklatan yang tidak

(16)

teratur yang disebabkan adanya pigmen antosianin dalam epidermis. Permukaan daun bagian bawah tidak memiliki antosianin, bagian ini berwarna kelabu perak karena adanya trikome yang tebal. Pada tangkai buah tumbuh cabang (slips) antara 0-10. Jumlah dan besarnya tergantung pada kesehatan tanaman. Tunas batang (shoots) berjumlah 0-3 buah. Anakan (sucker) jumlahnya lebih sedikit dan bentuknya lebih ramping, daunnya lebih panjang daripada tunas batang. Jumlah bunga dalam rangkaian bunga ± 150. Jumlah sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Warna daun mahkota bunga biru pucat dengan sedikit warna ungu mengkilat.

Buah terdapat pada ujung tangkai buah dengan bagian bawah lebih besar daripada bagian ujung. Buah dengan ukuran berat diatas rata-rata bentuknya meruncing dari dasar ke ujung, sedangkan buah dengan berat di bawah rata-rata bentuknya mendekati silinder. Sebelum buah masak warna kulit buahnya kehitaman dan sesudah buah masak kulit buah tersebut berubah menjadi kuning oranye tua dengan beberapa corak hijau. Daging buah berwarna kuning pucat hingga kuning, hal ini tergantung pada keadaan iklim dan lingkungan sekitar. Pada panen buah musim kemarau warna daging buah berwarna lebih kuning dan jernih daripada panen ketika musim hujan. Pada umumnya kandungan gula dan asamnya berkisar antara 12-16% dan 0,5-0,9%.

Queen. Kultivar ini merupakan kultivar yang banyak ditanam di Australia dan Afrika Selatan untuk perdagangan buah segar. Dibanding dengan Cayenne, Queen mempunyai batang, tunas maupun buah jauh lebih kecil. Jumlah tunas tangkai per tanaman adalah 0-4 besarnya kira-kira setengah tunas tangkai Cayenne (DPTP 1994; CABI 2002). Jumlah tunas batang per tanaman adalah 0-3 dan ukurannya lebih kecil daripada tunas batang Cayenne. Tepi daun berduri kecil-kecil dan rapat. Tangkai buah pendek, dengan panjang berkisar antara 7 cm hingga 12 cm. Buah bentuknya bagus dan berwarna kuning emas. Apabila telah masak, daging buahnya juga berwarna kuning emas, kurang berair, tidak berserat, tekstur rapuh, aroma dan rasa sangat baik.

Singapore Spanish. Dikenal juga dengan nama Singapore Canning, Singapore atau Rubi. Daun bertekstur halus dengan sedikit duri pada ujung daun seperti halnya pada Cayenne. Jumlah daun sekitar 50 helai, panjangnya hampir

(17)

sama dengan Cayenne namun agak lebih sempit. Jumlah tunas tangkai 0-15 per tanaman, tunas batang satu atau dua buah dan tunas anakan satu atau tiga. Panjang mahkota berkisar antara 10-30 cm, seringkali dalam bentuk ganda atau tunggal. Buah mirip silinder, besarnya berbeda antara tanaman pertama dan kedua. Buah yang masak, kulitnya berwarna oranye-kemerahan dan daging buahnya lebih berserat dibanding Cayenne dan Queen, memiliki rasa yang baik sehingga hasil kalengnya berkualitas baik. Hati buahnya lebih kecil dibanding Cayenne atau Red Spanish pada ukuran buah yang sama (DPTP 1994; CABI 2002).

Red Spanish. Ukuran tanaman berada diantara Cayenne dan Queen. Daunnya panjang dan berduri. Buah berbentuk segi empat, tangkai buah ramping. Cawan bunga agak dalam menyerupai Queen. Daging buah berwarna kuning pucat, lebih berserat daripada Cayenne. Aromanya menyenangkan, rasanya asam berbeda dengan Cayenne dan Queen. Kulit buah kasar dan kuat berwarna oranye, hati buahnya relatif lebih besar daripada Cayenne (DPTP 1994; CABI 2002).

Abacaxi. Kultivar ini banyak ditanam di Brazil untuk pasar lokal. Daun berduri dengan panjang berkisar antara 60-65 cm. Tangkai buah kaku, buah berbentuk seperti piramid. Cawan bunga dangkal, daging buah kuning pucat, kandungan serat rendah, cairan buah banyak dan rasanya baik. Golongan ini tahan terhadap penyakit busuk hati dan busuk akar, yang termasuk golongan Abacaxi antara lain: Pernambuco, Sugar loaf dan Elenthera (DPTP 1994; CABI 2002).

Pernambuco. Tanaman tumbuh lebih tegak dibanding dengan jenis yang lainnya. Ukuran tanaman lebih kecil dibanding Cayenne tetapi lebih besar daripada Queen. Daun berduri, dengan panjang berkisar antara 60-65 cm. Warna daun hijau gelap dan berwarna kemerahan pada ujungnya karena memiliki antosianin. Bentuk buah mendekati silinder, bagian ujung sedikit meruncing. Cawan buah relatif dangkal seperti Cayenne. Daging buah berwarna kuning pucat sampai hampir putih, lunak, sedikit berserat dan cairannya banyak, kandungan asamnya lebih sedikit daripada Cayenne. Rasa umumnya baik. Ukuran hati buah menyerupai Queen (DPTP 1994).

(18)

Cabezona. Banyak terdapat di Puerto Rico untuk perdagangan buah segar. Golongan ini termasuk ke dalam golongan tanaman triploid (CABI 2002).

Maipure. Banyak ditanam di Amerika Utara dan Tengah. Varietas ini biasanya sebagai komoditas perdagangan buah segar pasar lokal (Nakasone dan Paull 1998).

Bioekologi Tanaman Nanas

Syarat Tumbuh. Nanas tumbuh baik jika ditanam di daerah dengan

ketinggian 100-200 m dpl dan masih dapat tumbuh pada ketinggian 1500 m dpl. Tumbuh baik pada pH rendah (5-6,5) karena Fe mudah diserap oleh tanaman pada pH rendah. Nanas memerlukan air namun tidak boleh tergenang. Curah hujan paling baik adalah 100-150 mm/th (Tobing 1998).

Pemeliharaan dan Pembiakan. Pemeliharaan tanaman meliputi

penyiangan, pengairan dan pemupukan. Pemupukan dilakukan enam bulan sekali, setelah berumur 4-5 tahun tanaman harus diganti dan dibersihkan (Tobing 1998).

Nanas dapat dikembangbiakkan dengan cara vegetatif dan generatif. Perbanyakan dengan vegetatif dapat dilakukan dengan mahkota (crown), tunas dasar buah (slips), tunas tangkai (hapas), tunas batang (shoots) dan tunas anakan (suckers). Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji, namun perbanyakan dengan cara ini sangat lambat.

Dysmicoccus brevipes (Cockerell)

Taksonomi

Nama umum serangga ini adalah kutu putih, termasuk ke dalam ordo Hemiptera, subordo Sternorrhyncha, superfamili Coccoidea, famili Pseudococcidae. Deskripsi pertama kali dilakukan oleh Cockerell dan selanjutnya terjadi beberapa kali perubahan nama. Berikut ini adalah perubahan nama yang terjadi untuk D. brevipes menurut Williams dan Granara de Willink (1992):

Dactylopius brevipes Cockerell, 1893.

Pseudococcus brevipes (Cockerell) Fernald, 1903; Zimmerman, 1948. Pseudococcus missionum Cockerell, 1910.

Pseudococcus bromeliae (Bouch’e) Hempel, 1912; Costa Lima, 1922. Psedococcus pseudobrevipes Mamet, 1941; Beardsley, 1965.

(19)

Dysmicoccus brevipes (Cockerell) Ferris, 1950; Balachowsky, 1957; Beardsley, 1959; 1965; 1966; McKenzie, 1967; Williams, 1970; 1985; Williams & Watson, 1988.

Asal dan Sebaran Geografi

D. brevipes berasal dari daerah tropik Amerika (Rohrbach et al. 1988) dan menyebar luas ke seluruh wilayah zoogeografi, terutama daerah tropik dan subtropik. D. brevipes merupakan kutu putih yang umum hidup di Amerika Tengah dan Amerika Utara. Kutu putih jenis ini terdapat juga di Eropa, Asia, Afrika, Hemisphere bagian barat, Oceania dan Australia (CABI 2002).

Bioekologi D. brevipes

D. brevipes pada umumnya ditemukan pada tanaman nanas dan mungkin selalu ada dimanapun pada pertanaman nanas. Kutu ini juga ditemukan pada tebu. Spesies ini merusak beberapa tanaman pertanian penting di bagian tropik Australia (Williams 1985). Menurut Ito (1938) dalam CABI (2002) bahwa terdapat dua tipe yang berbeda pada kutu putih nanas di Hawai, yaitu pink mealybug dan gray mealybug. Pink mealybug bereproduksi secara partenogenetik dan gray mealybug secara biparental. Beardsley (1959) dalam CABI (2002) menemukan morfologi yang berbeda diantara kedua jenis kutu ini dan menjelaskan bahwa gray mealybug adalah D. neobrevipes. Beardsley (1965) mengatakan bahwa ada dua bentuk D. brevipes, bentuk pertama adalah partenogenetik, di Hawai menyebabkan layu nanas (pineapple wilt) dan bentuk kedua adalah biparental yang menyebabkan bercak hijau (green spotting) di Brazil. Di Hawai D. brevipes dan D. neobrevipes menularkan layu nanas namun hanya D. neobrevipes yang menyebabkan bercak hijau.

Kutu putih betina memiliki tiga instar nimfa, yang masing-masing memerlukan waktu 10,0; 6,7 dan 7,9 hari. Kutu putih jantan memiliki dua instar nimfa dengan masa perkembangan 9,9 dan 5,8 hari. Stadia prapupa dan pupa masing-masing memerlukan waktu 2,5 dan 3,7 hari. Perkembangan dari instar pertama hingga dewasa baik jantan maupun betina memerlukan waktu 24 hari. Dewasa betina dapat hidup 17-49 hari namun dewasa jantan hanya hidup 1-3 hari. Ketika bunting, betina ovovivipar dapat beranak 19-137 instar pertama, melebihi

(20)

satu periode 9,1 hari menjadi 14,6 hari setelah masa dewasa dilalui. Perbandingan jenis kelamin adalah 1:1. Di Hawai, siklus hidup D. brevipes bentuk biparental lebih pendek daripada bentuk partenogenetiknya (CABI 2002).

Masa pemencaran utama D. brevipes terjadi pada instar pertama dengan pergerakan yang aktif dalam waktu yang singkat, mungkin tidak lebih dari satu hari. Instar pertama mungkin juga disebarkan oleh angin dan binatang. Semua stadia kehidupannya memungkinkan tersebar dalam jarak yang sangat jauh melalui perdagangan dalam pengiriman material tanaman atau buah-buahan.

Bentuk partenogenetik D. brevipes sebagian besar terdapat pada bagian bawah tanaman nanas, dekat permukaan tanah atau di bawahnya, sedangkan bentuk biparental D. brevipes, bersama-sama D. neobrevipes berada terutama pada mahkota dan buah yang sedang berkembang (CABI 2002).

Kisaran Inang D. brevipes

D. brevipes merupakan serangga polifag. Menurut Ben-Dov (1994) kutu ini menyerang 146 tanaman inang dari 51 famili. Kutu ini menyerang terutama pada nanas, namun serangga ini juga tercatat menyerang tanaman yang lain seperti buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, tanaman pangan, perkebunan, tanaman hias dan gulma yang meliputi alpukat, pisang, seledri, jeruk, semanggi, kakao, kelapa, kopi, kapas, apel, ara, jahe, jambu, maize, mangga, anggrek, hibiscus, kacang tanah, lada, nanas, pisang raja, kentang, tebu dan Euphorbia sp. (Mau dan Kessing 1992; CABI 2002). Sartiami et al. (1999) menemukan kutu ini pada pangkal daun nangka dan permukaan atas serta permukaan bawah daun nanas. Menurut Kalshoven (1981) serangga ini juga menyerang padi, tanaman serat, berbagai jenis palm, kedelai dan pandan. Kutu ini menyerang daun, batang, akar, titik tumbuh/pucuk dan buah, menyerang tanaman pada stadia pembungaan, pembentukan buah, setelah panen dan masa pertumbuhan vegetatif (CABI 2002).

D. brevipes merupakan hama nanas kosmopolit; tersebar di seluruh dunia dan merupakan vektor penyakit mealybug wilt of pineapple (MWP) yang sangat penting pada produksi nanas komersial. Pada mulanya penyakit layu nanas ini diduga sebagai akibat sekresi toksin kutu tersebut, namun pada akhirnya pineapple wilt-associated closterovirus dapat diisolasi dari tanaman nanas yang

(21)

terinfeksi. Virus dapat dipindahkan oleh sejumlah hama. D. brevipes juga diketahui dapat menularkan cocoa trinidad virus (isolat Diego Martin Valley) di Trinidad (Williams dan Granara de Willink 1992). Serangga ini juga merupakan hama pada tebu (Williams dan Granara de Willink 1992), kopi (Le Pelley 1968), pisang raja (Matile-Ferrero dan Williams 1995 dalam CABI 2002) dan menyebabkan kerugian hingga ± 25% pada kacang tanah di Tripura India (Das 1998 dalam CABI 2002). Menurut Harris (1981) hanya kutu putih (Pseudococcidae) yang dapat menjadi vektor virus, dan terdapat 19 spesies yang dapat menularkan 6 jenis virus.

Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus (PMWaV)

Taksonomi

Berdasarkan morfologi partikel, asam nukleat serta karakteristik protein (Gunasinghe dan German 1989; Melzer et al. 2001) virus ini termasuk famili Closteroviridae, genus Closterovirus. Nama lain yang biasa digunakan adalah pineapple mealybug wilt-associated closterovirus (Ullman et al. 1989 dalam CABI 2002), namun nama yang biasa digunakan untuk menyebut penyakit yang disebabkan oleh virus ini adalah pineapple mealybug wilt (PMBW) (CABI 2002). Menurut Gunasinghe dan German (1989), penyakit layu nanas ini selalu berasosiasi dengan kutu putih, sehingga penyakit ini disebut mealybug wilt of pineapple (MWP).

Bioekologi PMWaV

Faktor-faktor yang mempengaruhi epidemi penyakit layu sangat komplek, meliputi multiinteraksi antara kutu putih, semut, predator, parasit, virus, tanaman nanas, tanaman lain seperti Agavae americana sebagai inang alternatif kutu putih dan gulma seperti Paspalum sp. (Rohrbach et al. 1988). Ekspresi gejala juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan keragaman populasi kutu putih.

Menurut Gonz’alez-Hern’andez (1999) dalam Sether dan Hu (2002a) populasi kutu putih akan sangat tinggi dengan adanya semut dan sering gagal pertumbuhannya tanpa keberadaan semut. Semut merawat dan melindungi kutu

(22)

putih dari predator dan memakan embun madu yang dihasilkan kutu putih sehingga dapat mencegah perkembangan cendawan yang menyebabkan mortalitas kutu putih. Jumlah infestasi kutu putih berkorelasi positif dengan jumlah semut di lapangan (Beardsley et al. 1982). Menurut Sether et al. (1998) PMWaV dapat disebarkan oleh D. brevipes dengan adanya semut ataupun tidak, namun penyebaran akan sangat tinggi dengan adanya semut. Pengendalian semut di lapangan akan berkorelasi positif dengan pengendalian penyakit layu nanas (Sether et al. 1998).

Melzer et al. (2001) menyatakan bahwa PMWaV terdiri atas dua strain yaitu PMWaV-1 dan PMWaV-2. Dua strain ini dibedakan berdasarkan analisis sequen dan filogenetik, dan yang dimaksud partikel PMWaV merupakan gabungan dari minimal dua virus yang berbeda, PMWaV-1 dan PMWaV-2 (Melzer et al. 2001; Sether et al. 2001; Sether dan Hu 2002b).

Menurut Sether et al. (1998), PMWaV dapat disebarluaskan oleh D. brevipes dengan ada atau tidaknya semut. Namun, penyebaran lebih tinggi bila berasosiasi dengan semut.

Gejala MWP

Menurut Samson (1986), gejala awal MWP ini adalah pertumbuhan akar berhenti, mati dan kemudian busuk, matinya akar ini akan menyebabkan tanaman menjadi layu. Titik awal infeksi di pertanaman biasanya dimulai dari tanaman yang ada di pinggir pertanaman dan menyebar ke lokasi bagian dalam. Ciri penyakit adalah ujung daun mati (leaf-tip die back) dan memerah sepanjang daun, kemudian diikuti dengan perubahan warna daun dengan cepat dari merah menjadi merah jambu (reddening), daun keriting (curling), melengkung ke bawah, dan pada akhirnya daun kehilangan ketegarannya hingga patah yang kemudian diikuti oleh roboh/matinya tanaman dewasa dan tanaman yang terinfeksi pada awal fase vegetatif. Demikian pula pada akar, pertumbuhannya terhenti dan mengakibatkan tanaman layu. Tanaman terhenti pertumbuhannya, tidak menghasilkan buah, atau menghasilkan buah kecil. Pada beberapa tanaman, ada yang dapat mengalami penyembuhan dan dapat tumbuh normal hingga menghasilkan buah dan mahkota yang sehat (Sether et al. 2001; Sether dan Hu 2002b; CABI 2002).

(23)

Berdasarkan hasil survei Sether et al. (2001) bahwa 80% PMWaV-1 ditemukan pada tanaman yang menunjukkan gejala dan 78% pada tanaman yang tidak menunjukkan gejala. Sedangkan PMWaV-2 ditemukan 100% pada tanaman bergejala dan 12% pada tanaman yang tidak menunjukkan gejala.

Kerugian Infeksi PMWaV

Menurut Sether dan Hu (2002a) pada tanaman yang terinfeksi MWP terjadi penurunan bobot rata-rata buah sebesar 55% jika dibandingkan dengan tanaman bebas PMWaV. Jika MWP berkembang 14 bulan setelah penanaman, buah yang dihasilkan rata-rata beratnya berkurang ± 7% dari tanaman yang bebas PMWaV.

Widyanto (2005) melaporkan bahwa luas serangan MWP di Desa Bunihayu, Kabupaten Subang ditemukan lebih tinggi pada pertanaman ratoon crop, yaitu antara 40,97% - 52,24% dibandingkan pada pertanaman plant crop, yaitu hanya mencapai 14,75% - 17,70%. Serangan pada fase generatif juga memperlihatkan luas serangan lebih tinggi dibandingkan fase vegetatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama terpaparnya MWP pada pertanaman, maka akan semakin banyak pula jumlah tanaman secara kumulatif yang menunjukkan gejala layu (MWP). Hal serupa ditemukan oleh Juarsa (2005) di pertanaman nanas PT. Great Giant Pineapple Coy Lampung.

(24)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-September 2005 di Laboratorium Biosistematika Serangga, Laboratorium Virologi Tumbuhan, dan Rumah Kaca Cikabayan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian

Pengamatan Gejala MWP di Lapangan

Pengamatan gejala di lapangan dilakukan di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Pengamatan ini merupakan studi di lapangan untuk mengetahui gejala yang muncul di pertanaman nanas berdasarkan literatur yang ada dan akan digunakan sebagai bahan acuan pada pengujian di rumah kaca.

Pemeliharaan Serangga Vektor

Dysmicoccus brevipes yang diambil dari Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, diperbanyak pada buah kaboca (Cucurbita maxima). Hal ini juga dilakukan oleh Sether et al. (1998) yang melakukan perbanyakan D. brevipes pada squash (C. moschata).

Perbanyakan dilakukan dengan meletakkan beberapa serangga dewasa atau nimfa pada permukaan kaboca, kemudian permukaan kaboca ditutup dengan menggunakan kain kasa. Penutupan permukaan ini bertujuan agar serangga tidak terlalu aktif bergerak dan cepat menusukkan stiletnya. Penutupan juga dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap habitat serangga ini yang biasanya hidup pada pelepah daun atau sela-sela akar. Kaboca yang sudah diinfestasi kutu putih dan ditutup kain kasa, disimpan di dalam kotak pemeliharaan serangga (rearing) yang terbuat dari karton.

(25)

Identifikasi Kutu Putih

Identifikasi kutu putih nanas dilakukan dengan mengamati kutu putih yang telah diawetkan pada preparat mikroskop dengan menggunakan kunci identifikasi Williams dan Watson (1988).

Menurut metode Williams dan Watson (1988) yang telah dimodifikasi oleh Sartiami (2004), pembuatan preparat mikroskop dilakukan sebagai berikut: kutu putih dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi ± 2 ml alkohol 95% dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit. Tahapan selanjutnya adalah memindahkan alkohol bersama kutu putih tersebut ke dalam cawan sirakus, kemudian toraks bagian dorsal dilubangi. Serangga dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan KOH 10% dan direbus sampai terlihat transparan, lalu dituang pada cawan sirakus dan isi tubuh serangga dikeluarkan. Setelah bersih, kutu dicuci dengan akuades sebanyak dua kali. Serangga kemudian direndam dalam larutan acid alcohol 50% selama 10 menit, lalu ditambahkan larutan asam fukhsin, larutan acid alcohol 50% tidak dibuang, kemudian asam fukhsin dibuang dan ditambahkan glacial acetic acid 1 tetes, lalu simpan selama satu malam, kemudian larutan dibuang.

Langkah selanjutnya dehidrasi serangga dengan alkohol 80% selama 5 menit, kemudian larutan dibuang. Serangga kemudian direndam dalam alkohol 100% selama 10 menit. Kemudian perendaman dilanjutkan dalam carbol xylene selama dua menit atau sampai lemak larut, dan serangga direndam kembali dalam alkohol 100% selama 10 menit. Selanjutnya larutan alkohol 100% diganti dengan minyak cengkeh dan disimpan selama 10 menit, lalu serangga dipindahkan ke gelas objek yang sudah ditetesi minyak cengkeh. Serangga diatur posisinya dengan baik. Selanjutnya minyak cengkeh dihisap dengan menggunakan kertas saring dan serangga ditetesi dengan balsam kanada yang kemudian ditutup dengan gelas penutup. Preparat ini dikeringkan di atas pemanas, setelah benar-benar kering dilakukan pengamatan di bawah mikroskop cahaya dengan menggunakan kunci identifikasi dari Williams dan Watson (1988).

(26)

Penyediaan Inokulum Virus

Penyediaan inokulum dilakukan dengan menanam tanaman yang menunjukkan gejala terinfeksi PMWaV di dalam polybag berukuran 35 cm x 35 cm yang diisi tanah. Tanaman diambil dari Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Tanaman dibersihkan dahulu sebelum ditanam, hal ini bertujuan supaya tidak ada kutu yang terbawa dari lapangan dan berkembang biak pada tanaman tersebut.

Penyiapan Tanaman Nanas Uji

Bibit tanaman uji diambil dari kebun koleksi nanas PKBT yang terletak di Pasir Kuda, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Tinggi tanaman yang digunakan sebagai bibit adalah 30 cm - 50 cm. Bibit tanaman uji ditanam dalam polybag berukuran 35 cm x 35 cm yang berisi tanah dan pupuk kandang steril dengan perbandingan 1:1. Tanaman uji ditumbuhkan di rumah kaca Cikabayan.

Penularan Virus

Penularan virus dari tanaman sumber inokulum ke tanaman uji dilakukan dengan menggunakan serangga vektor D. brevipes. Serangga vektor yang digunakan untuk menularkan virus adalah serangga generasi kedua. Menurut Walkey (1991) karakteristik penularan virus oleh kutu putih adalah semipersisten, kecuali jika serangga dipuasakan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pada periode makan akuisisi, maka efisiensi penularan vektor dapat ditingkatkan. Periode makan akuisisi selama 48 jam hingga 72 jam memberikan penularan yang terbaik. Dalam penelitian ini periode makan akuisisi yang digunakan adalah 4 hari (Sether dan Hu 2002b). Setelah 4 hari pada tanaman sakit, serangga kemudian dipindahkan ke tanaman uji dan dibiarkan mengkoloni tanaman uji tersebut selama enam bulan masa pengamatan. Jumlah vektor yang diinfestasikan ke dalam tanaman uji adalah 7 ekor per tanaman. Satu minggu setelah inokulasi, tanaman perlakuan diinfestasi kutu putih 10 ekor per tanaman. Perlakuan ini diulang sebanyak delapan ulangan. Tanaman kontrol dan perlakuan adalah 2:1, sehingga ada delapan tanaman yang diinfestasi dan empat tanaman kontrol untuk setiap perlakuan.

(27)

Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama 24 minggu. Faktor-faktor yang diamati antara lain adalah gejala, masa inkubasi yaitu waktu dari saat tanaman diinokulasi sampai tanaman tersebut menunjukkan gejala abnormalitas dan persen kejadian penyakit.

Masa inkubasi (MI) dihitung dari satu minggu setelah inokulasi hingga muncul gejala awal.

MI = Ug-Ui

Ug = Umur tanaman saat muncul gejala pertama (MST) Ui = Umur tanaman saat inokulasi (MST)

Persen kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus: jumlah tanaman bergejala x 100% jumlah tanaman yang diinokulasi

Kp =

Pendeteksian Virus dengan Tissue Blot Immunoassay (TBIA)

Teknik blotting dilakukan dengan metode Hu et al. (1997). Pangkal daun nanas dipotong pada bagian daun yang berwarna putih, kemudian ditekan pada membran selulosa yang dialasi kertas tisu dan gabus hingga meninggalkan bekas. Pada tahap ini, membran bisa disimpan pada suhu ruang selama beberapa bulan atau dilanjutkan pada tahapan selanjutnya. Membran kemudian diblok dengan menggunakan susu tanpa lemak (skim milk non fat) 2% dalam Phosphate buffer salin (Na2HPO4 1,15 g; KCl 0,2 g; KH2PO4 0,2 g; NaCl 8,0 g; NaN3 0,2 g, dilarutkan dalam aquades 1000 ml, pH 7,4) dan dikocok orbital dengan kecepatan 50 rpm dalam suhu ruang selama 10 menit. Membran dipindahkan ke dalam kotak plastik bersih kemudian ditambahkan antibodi monoklonal spesifik PMWaV-1 atau PMWaV-2 (Agdia, USA) yang dilarutkan dalam PBS 1:1, kemudian dikocok selama 4 jam dalam suhu ruang atau semalam dalam suhu 4oC. Tahap selanjutnya adalah pencucian membran dalam Phosphate buffer salin tween (Na2HPO4 1,15 g; KCl 0,2 g; KH2PO4 0,2 g; NaCl 8,0 g; Tween-20 0,5 g, dilarutkan dalam aquades 1000 ml, pH 7,4) selama 5 menit dikocok dalam 100

(28)

rpm, kemudian PBST dibuang. Selanjutnya membran direndam dalam konjugat (Goat anti-mouse IgG alkaline phosphatase) (Agdia, USA) yang dilarutkan dalam PBS dengan perbandingan 1:1000 hingga 1:1500 kemudian dikocok dalam suhu ruang dengan kecepatan 50 rpm selama 2 - 3 jam. Membran dicuci dengan PBST dan dikocok dengan kecepatan 100 rpm, pencucian diulang 3 kali. Membran kemudian dipindahkan pada tempat yang bersih dan tambahkan larutan substrat BCIP/NBT (Sigma B-5655) (satu tablet substrat dilarutkan dalam 10 ml AP buffer (buffer alkaline phosphate)), kemudian disimpan selama 15 menit hingga 1 jam. Bila sudah terjadi perubahan warna, membran dicuci dengan aquades dan dikeringanginkan.

Determinasi Resistensi Tanaman

Resistensi tanaman nanas terhadap infeksi PMWaV ditentukan dengan munculnya gejala (kejadian penyakit) dan terdeteksinya virus melalui uji TBIA (Green 1991) seperti tertera dalam tabel 1.

Tabel 1 Pengelompokan tingkat ketahanan varietas nanas terhadap infeksi PMWaV

Tingkat ketahanan Gejala Virus

Rentan ++ +

Toleran +/- +

Imun/Tahan - -

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Serangga Vektor

Preparat kutu putih yang dibuat (Gambar 1c) diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Kutu putih tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai tungkai yang berkembang dengan baik, terdapat sejumlah porus translusen pada femur belakang dan tibia, memiliki 8 segmen antena, terdapat dua buah porus diskoidal di sekitar mata bagian posterior, ostiol berkembang dengan baik tanpa adanya penebalan, sirkulus cukup berkembang, 17 pasang serari, serari dengan 3-4 seta biasanya pada segmen abdomen posterior, protoraks dan kepala serta adanya sepasang lobus anal dengan dua buah serari yang besar pada kedua lobus anal tersebut (bagian-bagian yang diamati dapat dilihat pada Lampiran 3). Menurut Williams dan Watson (1988) kutu yang mempunyai karakteristik seperti ini termasuk ke dalam kelompok famili Pseudococcidae, genus Dysmicoccus, spesies Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Gambar 1a, b dan d).

(a) (b)

(c) (d) Gambar 1 Dysmicoccus brevipes (a) Koloni (b) Imago betina (c) Preparat

mikroskop (Panjang tubuh = 1,45 mm; Lebar tubuh = 0,85 mm) dan (d) Diagram tubuh menurut Williams dan Watson (1988).

(30)

Gejala MWP pada Tanaman Uji

Inokulasi PMWaV melalui vektor kutu putih D. brevipes dapat menimbulkan gejala pada lima varietas nanas yang diuji (Tabel 2). Gejala yang muncul pada tanaman umumnya sama, namun ada tanaman nanas dalam satu varietas menunjukkan gejala yang berbeda (Gambar 2, Lampiran 4).

Tabel 2 Gejala MWP pada lima varietas nanas setelah diinokulasi PMWaV

No Varietas Uji Gejala

1. Queen Gati Bogor daun berubah warna menjadi kuning oranye, mati ujung daun, layu kering, keriting, melengkung ke bawah

2. Smooth Cayenne Curug Rendeng daun berubah warna menjadi kuning oranye, mati ujung daun, layu kering, keriting, melengkung ke bawah

3. Smooth Cayenne Cimanglid layu kering, keriting, melengkung ke bawah

4. Smooth Cayenne Kumpay daun berubah warna menjadi kuning oranye, mati ujung daun, layu kering, keriting, melengkung ke bawah

5. Smooth Cayenne Tambakan layu kering, daun melengkung ke bawah

(a) (b) (c)

Gambar 2 Gejala MWP pada tanaman uji di rumah kaca (a) Perubahan warna daun menjadi kuning (yellowing) (b) Mati ujung daun (tip leaf die back) dan (c) Daun keriting (curling), layu kering.

(31)

Gejala yang muncul pada pertanaman nanas uji tidak menunjukkan adanya kesamaan secara keseluruhan dengan gejala yang muncul di lapangan. Penampakan gejala MWP pada pertanaman nanas di Desa Bunihayu tidak hanya menunjukkan satu macam gejala perubahan warna daun, namun terdapat dua macam gejala tanaman dengan warna daun merah dan kuning (Gambar 3).

Perbedaan gejala terjadi mungkin karena kondisi lingkungan di rumah kaca berbeda dengan kondisi di lapangan, terutama intensitas cahaya. Intensitas cahaya sangat berpengaruh pada perubahan warna merah pada daun nanas terinfeksi.

(b) (a)

Gambar 3 Gejala MWP di lapangan (a) Daun kuning dan (b) Daun merah.

Keunikan pada gejala virus ini adalah adanya proses penyembuhan (recovery), yaitu ketika tanaman sudah menampakkan gejala, beberapa minggu kemudian gejala tersebut berkurang dan akhirnya menghilang, daun kembali hijau seperti halnya tanaman sehat. Hal ini terjadi pada tanaman uji varietas Queen Gati Bogor (Gambar 4).

(b) (a)

Gambar 4 Gejala MWP pada varietas Queen Gati Bogor (a) Gejala tampak jelas dan (b) Gejala berkurang.

(32)

Masa Inkubasi

Waktu munculnya gejala pada tanaman yang diinokulasi dengan PMWaV tidak seragam. Kisaran munculnya gejala antara minggu 8 hingga minggu ke-22 setelah inokulasi (Tabel 3).

Tabel 3 Masa inkubasi PMWaV pada lima varietas nanas

Varietas Masa Inkubasi (MSI) Smooth Cayenne Curug Rendeng 8-19

Queen Gati Bogor 10-20

Smooth Cayenne Cimanglid 11 Smooth Cayenne Kumpay 13-15 Smooth Cayenne Tambakan 22

Ket: MSI = minggu setelah inokulasi

Gejala muncul pertama kali pada tanaman nanas varietas Smooth Cayenne Curug Rendeng, diikuti varietas Queen Gati Bogor, Smooth Cayenne Cimanglid, Smooth Cayenne Kumpay dan terakhir Smooth Cayenne Tambakan. Perbedaan munculnya gejala pada setiap tanaman dalam satu varietas mungkin terjadi karena adanya perbedaan ketahanan individu tanaman. Sama halnya dengan perbedaan munculnya gejala pada varietas yang berbeda, hal ini menunjukkan adanya perbedaan ketahanan varietas.

Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit MWP pada lima varietas nanas yang diuji menunjukkan respon yang berbeda dari setiap varietas. Kisaran kejadian penyakit dari lima varietas uji adalah 37,5% hingga 100% (Tabel 4). Respon ini merupakan salah satu cara deteksi visual untuk menentukan kriteria ketahanan varietas nanas terhadap infeksi PMWaV. Perbedaan kejadian penyakit yang muncul, mungkin disebabkan oleh faktor ketahanan inang yang berbeda yang dimiliki oleh setiap varietas tanaman uji.

(33)

Tabel 4 Kejadian penyakit MWP pada lima varietas nanas

Kultivar – Varietas Kejadian Penyakit (%) Smooth Cayenne Curug Rendeng 100

Smooth Cayenne Tambakan 100

Queen Gati Bogor 87,5

Smooth Cayenne Kumpay 75 Smooth Cayenne Cimanglid 37,5

Untuk melihat ketahanan tanaman tidak cukup dengan melihat kejadian penyakit atau kemunculan gejala saja, tapi harus dilihat juga keberadaan virus dalam tanaman. Untuk mengetahui keberadaan virus dalam tanaman, maka dilakukan uji serologi dengan teknik TBIA.

Deteksi PMWaV pada Tanaman Uji melalui TBIA

TBIA yang dilakukan dalam penelitian ini berhasil mendeteksi keberadaan virus (Lampiran 6 dan 7). Dari semua tanaman contoh yang menunjukkan gejala diambil masing-masing dua tanaman uji dan satu tanaman kontrol untuk diuji serologi (Tabel 5).

Tabel 5 Analisis kualitatif TBIA lima varietas tanaman nanas yang diinokulasi PMWaV

Varietas PMWaV-1 PMWaV-2

K - -

Queen Gati Bogor

P + +

K - -

Smooth Cayenne Curug Rendeng

P + +

K - -

Smooth Cayenne Cimanglid

P + +

K + -

Smooth Cayenne Kumpay

P + +

K + -

Smooth Cayenne Tambakan

P + +

(34)

Pada umumnya semua tanaman yang menunjukkan gejala berasosiasi dengan virus PMWaV-2. Hal ini sesuai dengan hasil survei Sether et al. (2001) bahwa tanaman yang terinfeksi PMWaV-2 100% menunjukkan gejala dan 12% tidak menunjukkan gejala.

Pada varietas Smooth Cayenne Kumpay dan Smooth Cayenne Tambakan tanaman kontrol telah terinfeksi PMWaV-1, hal ini menunjukkan bahwa virus sudah ada pada tanaman meskipun tidak dilakukan inokulasi, dan ini mungkin terjadi karena adanya perpindahan vektor dari tanaman uji ke tanaman kontrol. Meskipun demikian tanaman kontrol yang terinfeksi oleh PMWaV-1 tidak menunjukkan gejala layu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sether dan Hu (2002b), bahwa PMWaV-1 tidak menginduksi gejala layu pada tanaman nanas.

Determinasi Resistensi Tanaman

Dari hasil pengamatan kemunculan gejala (kejadian penyakit/KP) dan ada atau tidaknya virus dalam tanaman bisa diasumsikan bahwa varietas Smooth Cayenne Curug Rendeng dan Smooth Cayenne Tambakan merupakan varietas yang paling rentan (KP = 100%; virus +), varietas Queen Gati Bogor, Smooth Cayenne Kumpay merupakan varietas rentan (KP = 87,5%, 75%; virus +) dan Smooth Cayenne Cimanglid merupakan varietas toleran (KP = 37,5%; virus +).

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Respon lima varietas tanaman nanas yang diinokulasi dengan PMWaV melalui vektor kutu putih Dysmicoccus brevipes menunjukkan perbedaan antar varietas yang diuji baik dari gejala, masa inkubasi dan kejadian penyakit. Kelima varietas nanas yang diuji (Queen Gati Bogor, Smooth Cayenne Curug Rendeng, Smooth Cayenne Cimanglid, Smooth Cayenne Kumpay dan Smooth Cayenne Tambakan), tidak ada yang menunjukkan respon tahan terhadap PMWaV.

Pada umumnya PMWaV-2 terdeteksi pada tanaman yang menunjukkan gejala MWP, berbeda halnya dengan PMWaV-1. Tanaman yang terinfeksi PMWaV-1 tidak selalu menunjukkan gejala, hal ini membuktikan bahwa PMWaV-1 tidak menginduksi munculnya gejala MWP.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji varietas yang lain yang ada di Indonesia. Pengamatan sebaiknya dilakukan dari fase vegetatif hingga generatif supaya dapat diketahui sejauh mana kerugian yang ditimbulkan oleh infeksi PMWaV pada setiap varietas.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Beardsley JW. 1965. Notes on the Pineapple Mealybug Complex, with Descriptions of Two New Species (Homoptera: Pseudococcidae). Proceedings of the Hawaian Entomological Society. 19:55-68.

Beardsley JW, Su TH, McEwen FL, and Gerling D. 1982. Filed Investigations of The Interrelationships of The Big-Headed Ant, The Grey Pineapple Mealybugs and Pineapple Mealybug Wilt Disease in Hawai. Proceedings of the Hawaian Entomological Society. 24:51-67.

Ben-Dov Y (Editor). 1994. A Systematic Catalogue of The Mealybugs of The World (Insecta: Homoptera: Coccoidea: Pseudococcidae and Putoidae) with Data on Geographical Distribution, Host Plants, Biology and Economic Importance. Andover, UK: Intercept Limited, 686 pp.

CABI [Central for Agricultural and Biosciences International]. 2002. Crop Protection Compendium. Wallingford: CAB International.

Collins JL. 1968. The Pineapple: Botany, Cultivation and Utilization. New York: World Crops Books, Inter Science Publishers.

DPTP [Dinas Pertanian Tanaman Pangan] Propinsi DT I Bengkulu. 1994. Penuntun Budidaya Hortikultura (Nenas). Bengkulu: Proyek Peningkatan Produksi Tanaman Pangan.

Green SK. 1991. Guidelines for diagnostic work in plant virology. Shanhua, Taiwan: AVRDC.

Gunasinghe UB, German TL. 1989. Purification and Partial Characterization of a Virus from Pineapple. Phytopathology. 79(12):1337-1341.

Harris KF. 1981. Arthropod and Nematode Vector of Plant Viruses. Phytopathology. 19:391-426.1

Hu JS, Sether DM, Liu XP, and Wang M. 1997. Use of a Tissue Blotting Immunoassay to Examine the Distribution of Pineapple Closterovirus in Hawaii. Plant Diseases. 81:1150-1154.

Juarsa AK. 2005. Pola Penyebaran Penyakit Layu dan Kutu Putih pada Perkebunan Nanas (Ananas comosus (Linn.) Merr.) PT. Great Giant Pineapple Coy Lampung [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(37)

Le Pelley RH. 1968. Pest of Coffee. London and Harlow: Longmans, Green and Co Ltd.

Mau RFL, Kessing JLM. 1992. Dysmicoccus brevipes. http://www.extento.Hawai.edu/kbase/crop/crop.htm [13 Januari 2006]. Melzer MJ, Karasev AV, Sether DM and Hu JS. 2001. Nucleotide Sequence,

Genom Organization, and Phylogenetic Analysis of Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus-2. General Virology. 82:1-7.

Nakasone HY, Paull RE. 1998. Tropical Fruits. Wallingford: CAB International. PKBT [Pusat Kajian Buah-buahan Tropika]. 2004. Laporan Akhir: Riset

Unggulan Strategis Nasional; Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. Bogor: LPPM IPB.

PKBT [Pusat Kajian Buah-buahan Tropika]. 2005. Deskripsi Plasma Nutfah; Koleksi Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (Hasil Kegiatan RUSNAS Buah). Bogor: LPPM IPB.

Rohrbach KG, Beardsley JW, German TL, Reimer NJ, and Sanford WG. 1988. Mealybug Wilt, Mealybugs, and Ants of Pineapple. Plant Disease. 72(7):558-565; 30 ref.

Samson JA. 1986. Tropical Fruits. Tropical Agriculture Series. London, UK: Longman.

Sartiami D, Sosromarsono S, Buchori D, dan Suryobroto B. 1999. Keragaman Spesies Kutu Putih pada Tanaman Buah-Buahan di Daerah Bogor. Prosiding Seminar Nasional Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Bogor 16 Februari 1999. PEI Cabang Bogor.

Sartiami D. 2004. Keberadaan Dysmicoccus brevipes (Hemiptera: Pseudococcidae) sebagai Vektor Virus Layu pada Tanaman Nenas. [laporan akhir penelitian dosen muda IPB]. Bogor: LPPM IPB.

Sether DM, Ullman DE, HU JS. 1998. Transmission of Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus by Two Species of Mealybug (Dysmicoccus spp.). Phytopathology. 88:1224-1230.

Sether et al. 2001. Differentiation, Distribution, and Elimination of Two Different Pineapple Mealybug Wilt-associated Viruses Found in Pineapple. Plant Disease. 85:856-864.

Sether DM, Hu JS. 2002a. Yield Impact and Spread of Pineapple Mealybug Wilt associated Virus-2 and Mealybug Wilt of Pineapple in Hawai. Plant Disease. 86:867-874.

(38)

Sether DM, Hu JS. 2002b. Closterovirus Infection and Mealybug Exposure are Necessary for Development of Mealybug Wilt of Pineapple Disease. Phytopathology. 92:928-935.

Tobing Rony BF. 1998. Menabur Benih Menuai Hasil; Penuntun Budidaya Beberapa Komoditas Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Jakarta: Patmos.

Walkey D. 1991. Applied Plant Virology Second Edition. London: Chapman and Hall.

Widyanto H. 2005. Pola Penyebaran Penyakit Layu dan Kutu Putih pada Perkebunan Nanas (Ananas comosus (Linn.) Merr.) Rakyat di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Williams DJ. 1985. Australian Mealybug. London: British Museum (Natural History).

Williams DJ, Watson GW. 1988. The Scale Insects of the Tropical South Pacific. Part 2: The Mealybug (Pseudococcidae). London: CAB International Institute of Entomology.

Williams DJ, Granara de Willink MC. 1992. Mealybugs of Central and South America. Wallingford, UK: CAB International.

(39)
(40)

Lampiran 1 Jumlah tanaman nanas yang menunjukkan gejala pada minggu ke-n setelah inokulasi

Jumlah Tanaman Bergejala Minggu ke-n Setelah Inokulasi Varietas 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Q-GB - - - 1 - - - 1 3 - - - - 1 - - - - SC-CR - 1 2 - - - 2 1 - 1 - - 1 - - - SC-Cm - - - - 3 - - - SC-Kp - - - 1 4 1 - - - SC-Tb - - - 8 - -

Ket: Q-GB; Queen Gati Bogor, SC-CR; Smooth Cayenne Curug Rendeng, SC-Cm; Smooth Cayenne Cimanglid, SC-Kp; Smooth Cayenne Kumpay, SC-Tb; Smooth Cayenne Tambakan

Lampiran 2 Karakteristik tanaman nanas ujia

Varietas Variabel Pembeda Q-GB SC-CR SC-Cm SC-Tb SC-Kp Tinggi tanaman (cm) 150 101 104 106 115 Total jumlah daun (helai) 106 86 86 89 109 Lebar daun (cm) A:2,1 T:4,3 B:4,1 A:2,5 T:4,8 B:5,5 A:2 T:4,5 B:4,3 A:2,5 T:5,5 B:5,6 A:2 T:5,5 B:5,4 Panjang daun (cm) 98 60 62,5 77 93 Diameter tajuk (cm) 159 125 123 121 149

Jumlah duri per

10 cm 54 8 10 56 41 Letak duri Seluruh bagian tanaman Pada bagian ujung daun Ujung daun (sedikit) Merata di

seluruh daun Ujung daun

Warna daun Hijau, tepi keunguan Hijau keunguan pada tepi Tengah merah, pinggir hijau Hijau, tengah ungu Tepi hijau, tengah ungu Jumlah anakan (suckers) 5-7 2 2 3 3 Jumlah tunas dasar (slips) 3 - 4 3 6 Jumlah tunas tangkai (hapas) 2 - - - - Jumlah tunas - - -

(41)

batang (shoots) Panjang buah (cm) 16 21 14,5 22 23,6 Diameter buah (cm) A:7,3 T:10,78 B:9,30 A:10,5 T:14 B:12,25 A:10 T:13,5 B:12,5 A:10,80 T:12,70 B:12,50 A:11,90 T:15,30 B:12,60 Keliling buah (cm) A:30 T:35 B:36 A:40 T:48 B:50 A:40 T:47 B:45 A:21 T:26 B:27 A:45 T:50 B:46 Panjang peduncal (cm) 21 21 23 25 30 Diameter hati (cm) A:1,40 T:2,43 B:2,19 A:1,5 T:3,3 B:3,0 A:2 T:3 B:2,5 A:1,8 T:2,5 B:2 A:1,67 T:2,60 B:2,56 Diameter kedalaman mata (cm) A:1,10 T:1,23 B:0,90 A:2,0 T:2,15 B:1,8 A:1,8 T:2,5 B:2,2 A:1,5 T:1,6 B:1,7 A:1,16 T:1,40 B:1,16 Jumlah daun mahkota (helai) 116 106 91 98 160 Bobot mahkota (g) 440 320 420 265 285 Bobot buah dengan mahkota (g) 1240 3060 2395 1990 1285 Bobot buah tanpa mahkota (g) 800 2740 1975 1725 1000 Tinggi mahkota (cm) 45 14 12 29,5 26 Lingkar mahkota (cm) 26 18,5 17 19 23 Total padatan terlarut (obrix) A:11,9 T:14 B:16 A:15 T:17,5 B:18 A:12,5 T:14 B:16,5 A:10 T:14 B:12,5 A:14 T:15,9 B:16 Total asam (%) A:4 T:5

B:5,5 A:4,5 T:5,0 B:5,5 A:4 T:5,5 B:5,9 A:6 T:6,5 B:7 A:4,5 T:5,5 B:6,5 PH (acid ratio) A:5 T:5,5

B:5,6 A:3,7 T:3,8 B:3,7 A:3,6 T:3,8 B:4 A:5,5 T:6,5 B:6,8 A:3,8 T:3,7 B:3,7 Warna buah matang Kuning oranye Hijau tua dengan semburat kuning 30-75% Hijau keunguan-kuning Hijau tua keunguan Kuning kehijauan Warna buah mentah Hijau tua

kekuningan Hijau tua

Hijau keunguan Hijau tua keunguan Hijau tua keunguan Jumlah mata buah 86 130 112 134 110

(42)

Panjang empulur (cm) 14,5 35 16,5 16 14,5 Panjang buah dan mahkota (cm) 61 - 26,5 51,5 39,5 Umur panen (sejak tanam) 15 bulan +

18 bari 13-16 bulan 13-16 bulan

19 bulan + 7 bari

15 bulan + 18 bari

a

Sumber: Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM IPB (2004)

Ket: Q-GB; Queen Gati Bogor, SC-CR; Smooth Cayenne Curug Rendeng, SC-Cm; Smooth Cayenne Cimanglid, SC-Kp; Smooth Cayenne Kumpay, SC-Tb; Smooth Cayenne Tambakan

(43)

Lampiran 3 Diagram umum tubuh kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) (a) Dorsal dan (b) Ventral (Sumber: Williams & Watson 1988)

b a

(44)

Lampiran 4 Gejala MWP pada varietas nanas uji (a) Smooth Cayenne Curug

Rendeng (b) Smooth Cayenne Cimanglid (c) Smooth Cayenne Kumpay (d)

Queen Gati Bogor (e) Smooth Cayenne Tambakan dan (f) Kontrol

(a) (b)

(c) (d)

(f) (e)

(45)

Lampiran 6 Hasil deteksi virus melalui TBIA dengan antiserum terhadap PMWaV-1 (a) Membran selulosa (b) Merupakan gambar ulang dari a (c) Tanaman kontrol dan (d) Tanaman yang diinokulasi.

(d) (d) (d) (d) (c) (c) (a) (b) (a) (b)

Queen Gati Bogor Smooth Cayenne Curug Rendeng

(d) (d) (c) (b) (a) (d) (d) (c) (b) (a)

Smooth Cayenne Tambakan Smooth Cayenne Cimanglid

(d)

(d) (c)

(b) (a)

Smooth Cayenne Kumpay

(46)

Lampiran 7 Hasil deteksi virus melalui TBIA dengan antiserum terhadap PMWaV-2 (a) Membran selulosa (b) Merupakan gambar ulang dari a (c) Tanaman kontrol dan (d) Tanaman yang diinokulasi.

Queen Gati Bogor Smooth Cayenne Curug Rendeng

Smooth Cayenne Tambakan Smooth Cayenne Cimanglid

(d) (d) (d) (d) (d) (d) (d) (d) (d) (c) (c) (c) (c) (c) (b) (b) (a) (b) (a) (a) (a) (d) (b) (a) (b)

Smooth Cayenne Kumpay

Gambar

Tabel 1  Pengelompokan tingkat ketahanan varietas nanas terhadap infeksi  PMWaV
Tabel 2  Gejala MWP pada lima varietas nanas setelah diinokulasi PMWaV
Gambar 4  Gejala MWP pada varietas Queen Gati Bogor (a) Gejala tampak jelas  dan (b) Gejala berkurang
Tabel 3  Masa inkubasi PMWaV pada lima varietas nanas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan

[r]

Berdasarkan hasil pengujian sistem yang telah dibuat, maka selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) S istem kontrol portal irigasi sawah berbasis Internet

Ako smo desetlje≥ima u arhivskim zako- nima, pravilnicima, struËnim i znanstvenim Ëlancima i elaboratima naglašavali kao nezaobilaznu potrebu da se arhivsko gradivo prikuplja,

% 10 01.04 Tingkat Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan 10 % 01.05 Tingkat Kualitas Perencanaan Anggaran Pembiayaan Infrastruktur

Berdasarkan hasil analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan hasil belajar IPA dan peningkatan aktivitas siswa melalui pendekatan PAIKEM pada materi energi

(2) Profitabilitas pada penelitian ini diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) : (a) Profitabilitas yang

Perkebunan V Sei Rokan maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Insentif Terhadap Produktivitas