• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEORANG WANITA USIA 70 TAHUN DENGAN POST HEMIARTROPLASTI CLOSED FRACTURE COLLUM FEMUR DEXTRA GARDEN IV SUBCAPITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEORANG WANITA USIA 70 TAHUN DENGAN POST HEMIARTROPLASTI CLOSED FRACTURE COLLUM FEMUR DEXTRA GARDEN IV SUBCAPITAL"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS

SEORANG WANITA USIA 70 TAHUN DENGAN POST HEMIARTROPLASTI CLOSED FRACTURE COLLUM FEMUR

DEXTRA GARDEN IV SUBCAPITAL

oleh:

Rani Tiyas Budiyanti G0006020

Pembimbing

DR.Dr.Noer Rachma, Sp.RM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RSUD DR.MOEWARDI 2012

(2)

STATUS PASIEN

I. ANAMNESA A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Grintingan, Babadan, Sambi, Boyolali Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Tanggal Masuk : 17 April 2012 Tanggal Periksa : 1 Mei 2012

No CM : 01123262

B. Keluhan Utama

Nyeri pada pangkal paha kanan C. Riwayat Penyakit Sekarang

14 hari yang lalu pasien datang ke RSDM dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan. Nyeri dirasakan setelah pasien jauh terduduk akibat tertendang sapi. Setelah jatuh, pasien merasakan kaki kanan sukar digerakkan, pangkal paha bengkak, serta tidak mampu berjalan. Pasien lalu dibawa ke tukang pijit dan diurut. Pasien merasakan nyeri semakin hebat setelah diurut, pasien lalu dibawa ke RSDM. Pasien direncanakan untuk operasi, akan tetapi tekanan darah pasien tinggi sehingga operasi ditunda hingga tekanan darah pasien stabil.

3 hari yang lalu pasien menjalani operasi penggantian sendi pangkal paha kanan di RSDM. Setelah operasi, nyeri mulai dirasakan berkurang. Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri maupun bengkak. Pasien juga tidak merasakan kesemutan atau bebal di kaki kanan. Pergerakan kaki kanan pasien belum maksimal setelah operasi.

(3)

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat mondok : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat sakit gula : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat asma : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi

Riwayat merokok : disangkal Riwayat minum alkohol : disangkal Riwayat olahraga : disangkal G. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang sudah berkeluarga. Penderita adalah pasien Jamkesmas. Kesan sosial ekonomi kurang.

II. PEMERIKSAAN FISIK ( 1 Mei 2012) A. Status Generalis

Keadaan umum baik, compos mentis E4V5M6, gizi kesan cukup.

B. Tanda Vital

(4)

Nadi : 88x / menit Respirasi : 22x / menit

Suhu : 36,5º C per aksiler

C. Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-)

D. Kepala

Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris

E. Mata

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)

F. Hidung

Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

G. Telinga

Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

H. Mulut

Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) I. Leher

Simetris, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar

J. Thorax

a. Retraksi (-), bentuk simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan toracoabdominal, sela iga melebar (-), muskulus pektoralis atrofi (-), pembesaran KGB axilla (-/-).

b. Jantung

(5)

Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-)

c. Paru

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor / Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

L. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Perkusi : Tympani

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

M. Ekstremitas

Extremitas superior Extremitas inferior Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Edema - - - -

Sianosis - - - -

Pucat - - - -

Akral dingin - - - -

N. Status Lokalis

Regio Hip Joint Dextra:

Look : Terdapat luka bekas operasi tertutup perban, drainage (- ) deformitas (-), oedem (-)

(6)

Movement : Range of motion ankle full

Range of motion knee dan hip sulit dievaluasi et cauasa post hemiartroplasti

1. Range of Motion (ROM)

Neck Aktif Pasif

Flexi 0-70o 0-70o

Extensi 0-40o 0-40o

Rotasi ke kanan 0-90o 0-90o

Rotasi ke kiri 0-90o 0-90o

Extremitas Superior Dextra Sinistra

Aktif Pasif Aktif Pasif

Shoulder Flexi 0-180o 0-180o 0-180o 0-180o Extensi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o Abduksi 0-150o 0-150o 0-150o 0-150o Adduksi 0-75o 0-150o 0-150o 0-150o Internal rotasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o External rotasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o Elbow Flexi 0-1350 0-1350 0-1350 0-1350 Extensi 135-1800 135-1800 135-1800 135-1800 Supinasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o Pronasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o Wrist Flexi 0-80o 0-90o 0-80o 0-90o Extensi 0-700 0-80o 0-70o 0-80o Ulnar deviasi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o Radius deviasi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o Finger MCP I flexi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o MCPII,III,IVf lexi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o DIP II,III,IV 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

(7)

flexi

PIP II,III,IV flexi

0-100o 0-100o 0-100o 0-100o

MCP I extensi 0-300 0-30o 0-30o 0-30o

Trunk ROM pasif ROM aktif

Flexi sde sde

Extensi sde sde

Rotasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi

Extremitas Inferior Dextra Sinistra

Aktif Pasif Aktif Pasif

Hip Flexi sde sde 0-140o 0-140o

Extensi sde sde 0-30o 0-30o

Abduksi sde sde 0-45o 0-45o

Adduksi sde sde 0-45o 0-45o

Knee Flexi sde sde 0-130o 0-130o

Extensi sde sde 0o 00

Ankle Dorsoflexi 0-20o 0-20o 0-20o 0-20o Plantarflexi 0-50o 0-50o 0-50o 0-50o

Eversi 0-50 0-50 0-50 0-50

Inversi 0-50 0-50 0-50 0-50

2. Manual Muscle Testing (MMT)

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra

Shoulder Flexor M.deltoideus antor 5 5

M.biceps brachii 5 5

Extensor M.deltoideus antor 5 5

M.teres major 5 5

Abduktor M.deltoideus 5 5

(8)

Adduktor M.latissimus dorsi 5 5

M.pectoralis major 5 5

Rotasi internal M.latissimus dorsi 5 5

M.pectoralis major 5 5

Rotasi eksternal

M.teres major 5 5

M.pronator teres 5 5

Elbow Flexor M.biceps brachii 5 5

M.brachialis 5 5

Extensor M.triceps brachii 5 5

Supinator M.supinator 5 5

Pronator M.pronator teres 5 5

Wrist Flexor M.flexor carpi radialis

5 5

Extensor M.extensor digitorum

5 5

Abduktor M.extensor carpi radialis

5 5

Adduktor M.extensor carpi ulnaris

5 5

Finger Flexor M.flexor digitorum 5 5

Extensor M.extensor digitorum

5 5

Extremitas Inferior Dextra Sinistra

Hip Flexor M.psoas major sde 5

Extensor M.gluteus maximus sde 5

Abduktor M.gluteus medius sde 5

Adduktor M.adductor longus sde 5

Knee Flexor Hamstring muscles sde 5

(9)

femoris

Ankle Flexor M.tibialis 5 5

Extensor M.soleus 5 5

4. Fungsi sensorik

Kedua ekstremitas bawah dan ekstremitas atas kanan dan kiri normal.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium (26 April 2012) Hb : 9,5 gr/dL Hct : 29% AL : 14.900 µ/L AT : 214.000 µ/L AE : 3,44 x 106 B. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Radiologi Thorax PA (17 April 2012)

(10)

Pemeriksaan Radiologi Hip Joint Dextra (17 April 2012)

(11)

Foto Radiologi Hip Joint Dextra (28 April 2012) pasca hemiartroplasti

IV. ASSESMENT Geriatri

Post Hemiartroplasti pada Closed Fracture Collum Femur Dextra Garden IV Sub Capital

(12)

V. DAFTAR MASALAH Masalah Medis : Geriatri

Post hemiartroplasti pada Closed Fracture Collum Femur Dextra Problem Rehabilitasi Medik

1. Speech Terapi : (-)

2. Okupasi Terapi : Keterbatasan berjalan

3. Sosiomedik : Memerlukan bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari tertentu

4. Ortesa-protesa : membutuhkan penggunaan alat bantu berjalan 5. Psikologi : pasien khawatir tentang prognosis penyakit yang

diderita

6. Fisioterapi : Diperlukan alih badan bertahap, dan latihan menggerakkan alat gerak

VI. PENATALAKSANAAN

Rehabilitasi Medik Post Hemiartroplasti Hari ke-3 1. Fisioterapi

- Alih badan bertahap dari duduk < 900 duduk tegak dan ongkang-ongkang berdiri di samping bed

- AAROM exercise alat gerak

2. Speech Terapi : Tidak dilakukan

3. Okupasi Terapi : ADL dan latihan berjalan

4. Sosiomedik : Menjembatani antara pasien, keluarga, dan pemberi pelayanan kesehatan.

5. Ortesa-protesa : Persiapan Walker

6. Psikologi : Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak merasa cemas dengan penyakitnya.

(13)

VII. HANDICAP, IMPAIREMENT, DISABILITY

Handicap : Geriatri, post hemiartroplasti AMP atas indikasi fraktur collum femoris dextra garden IV subcapital

Impairement : keterbatasan gerak anggota gerak bawah, gangguan fungsi kognitif

Disability : Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari

VIII. PLANNING

Planning Diagnostik : - Planning Terapi : -

Planning Edukasi : - Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi.

- Edukasi pasien untuk tidak menggerakkan kaki menjauhi badan, maupun kaki menekuk ke arah badan, untuk menghindari hal itu terjadi maka diberikan bantal diantara kedua kaki

-Pasien dipantau agar taat melakukan terapi dikarenakan pasien adalah geriatric.

Planning Monitoring : - Evaluasi hasil terapi, ROM dan MMT IX. TUJUAN

1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan 2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan

3. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

4. Edukasi perihal home exercise

X. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

I. FRAKTUR COLLUM FEMUR A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.

Gambar 1. Anatomi Femur (tampak anterior dan posterior)

Fraktur intertrokanter bersifat ekstrakapsular. Bagian dari panggul yang termasuk intertrokanter adalah mulai dari distal dari leher femur sampai trokanter minor.

B. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur femur :

1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur

b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

(15)

2. fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor

b. Fraktur intertrokanter c. Fraktur subtrokanter

C. Fraktur Kolum Femur

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :

a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi) b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran

c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment) d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan

(16)

Gambar 2. Klasifikasi Garden Pada Fraktur Colum Femur

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.

a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak

b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50˚dengan bidang horizontal pada posisi tegak

c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak

(17)

D. Penanganan Fraktur Kolum Femur

E. Komplikasi Trauma

Pasien dengan fraktur kolum femur mempunyai risiko menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai risiko kematian. Karena suplai darah yang baik pada region femur maka risiko osteonekrosis dan nonunion minimal. F. Komplikasi Terapi

a. Deformitas bentuk varus pada bagian proksimal dari fragmen fraktur. Biasanya berhubungan dengan fraktur tidak stabil akibat kurangnya bantalan pada bagian posteromedial.

b. Malrotasi, malrotasi umumnya terjadi karena rotasi internal dari bagian distal fragmen fraktur yang tidak stabil pada saat pemasangan implant. c. Nonunion, jarang terjadi, tetapi bila fraktur tidak menyatu dengan kuat

selam 6 bulan, fraktur ini mungkin tidak akan mnyambung dan sebaiknya dilakukan operasi lanjutan, fraktur direposisi, alat fiksasi dipasang lebih kuat dan cangkokan tulang ditempelkan di sekitar fraktur.

(18)

II. Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP) 1. Definisi

Hemiartroplasty adalah prosedur pembedahan yang menggantikan setengah dari sendi dengan permukaan buatan dan meninggalkan bagian lainnya di dalam (pra-operasi). Desain protesis yang paling umum digunakan adalah Austin Moore® dan Thompson® dimana prostetik ini dilakukan dengan menghapus kepala femur dan menggantinya dengan logam atau komposit prostesis. Tindakan ini bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki kerusakan sendi yang parah akibat patah tulang.

Prosedur pemasangan Austin Moore Prothetic menggunakan teknik pendekatan posterior yaitu mengakses sendi dan kapsul lewat belakang.Kemudian operator mengambil sedikit m. piriformis dan rotator external dari tulang paha untuk memasukan caput implan.Pendekatan ini memberikan akses yang sangat mudah ke acetabulum dan tulang paha serta mempertahankan keada ananatomis pinggul sehingga meminimalkan risiko pascaoperasi.

2. Indikasi

Tindakan ini paling sering digunakan untuk mengobati gagal sendi yang disebabkan oleh osteoarthritis. Indikasi lainnya termasuk rheumatoid arthritis, nekrosis avaskular, arthritis traumatis, protrusio acetabuli, patah tulang pinggul tertentu, arthritis terkait dengan penyakit Paget, ankylosing spondylitis dan rheumatoid arthritis remaja. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menghilangkan nyeri dan mengembalikan fungsi pinggul. Pemasangan Austin Moore Prothetic (AMP) biasanya dilakukan setelah terapi lain, seperti terapi fisik dan obat-batan telah gagal.

3. Risiko dan Komplikasi a. Dislokasi

Dislokasi adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari Hemiartroplasty.Pada operasi, caput femoral diambil dari soket, kemudian implant pinggul disisipkan dan pinggul dimasukkan kembali

(19)

ke dalam posisi yang tepat.Dibutuhkan waktu delapan sampai dua belas minggu untuk regenerasi jaringan unak yang terpotong atau terluka.Selama periode ini, caput dapat keluar dari acetabulum sehingga dapat menyebabkan dislokasi.

b. Osteolisis

Osteolisis merupakan salah satu efek samping pemasangan prostetik. Tulang akan terkikis akibat reaksi tubuh terhadap puing-puing bahan implant dari waktu ke waktu. Sebuah proses inflamasi menyebabkan reasorbsi tulang yang dapat menyebabkan melonggarnya implant dari pinggul dan bahkan bekas patah tulang di sekitar implan. Dalam upaya menghilangkan efek osteolisis, permukaan bantalan implan modern dilapisi keramik.

c. Hipersensitif terhadap Logam (Bahan Implan)

Partikulat implan merupakan bahan-bahan yang asing bagi tubuh, hal yang dikhawatirkan adalah apabila system imun bereaksi terhadap partikulat tersebut sehingga menimbulkan reaksi hipersensitifitas.

d. Kelumpuhan Nervus

Kelumpuhan saraf pasca operasi adalah komplikasi yang mungkin terjadi.Insiden komplikasi ini rendah.Kelumpuhan n.Femoris merupakan komplikasi yang jarang.Pasien yang sebelumnya memiliki riwayat cedera saraf berisiko lebih besar mengalami komplikasi ini dan juga lambat untuk pulih.

e. Nyeri Kronis

Beberapa pasien yang telah mengalami penggantian pinggul menderita nyeri kronis setelah operasi.Nyeri inguinal dapat berkembang jika m. iliopsoas menggosok acetabular.Bursitis dapat berkembang pada trochanter mayor dimana bekas luka bedah melintasi tulang, atau jika komponen femoralis digunakan mendorong kaki ke samping terlalu jauh.Juga beberapa pasien dapat mengalami nyeri pada cuaca dingin atau lembab.

(20)

f. Perbedaan Panjang Kaki (Leg Length Inequality)

Leg Length Inequality adalah keluhan paling umum yang dirasakan oleh pasien setelah operasi.Leg Length Inequality akan tampak segera setelah operasi padahal sebenarnya apabila dilatih, kedua panjangnya akan kembali.

4. Exercise Pasca Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP)

Latihan sangat penting setelah Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP). Latihan akan membantu memperkuat otot pinggul dan paha.Secara garis besar, program latihan post operasi Austin Moore Prothetic (AMP) terbagi dalam beberapa minggu:

1. Selama 1-2 minggu pasca operasi:

a. Berjalan minimal 300-500 kaki dengan alat bantu jalan b. Naik dan turun 12-14 langkah dengan rel, satu kali per hari c. Tekuk pinggul 60°

d. Meluruskan pinggul sepenuhnya dengan berbaring selama 30 menit beberapa kali per hari

e. Belajar melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan orang lain f. Secara bertahap melanjutkan tugas rumah sesuai kebutuhan 2. Selama 3-4 minggu pasca operasi:

a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari 1-2 minggu pertama b. Sapih satu persatu kaki dengan menggunakan Cruch atau Cane c. Berjalan minimal 4 blok (4 meter)

d. Naik dan turunkan kaki 12-14 langkah dengan rel, lebih dari sekali per hari

e. Tekuk pinggul sampai 90°

f. Melanjutkan semua tugas rumah dengan bantuan sesuai kebutuhan 3. Setelah 5-6 minggu pasca operasi:

a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari minggu 1-4

b. Berjalan dengan Cruch atau Cane untuk menempuh jarak 8 m c. Naik turun tangga dengan rel dari satu kaki ke kaki lainnya d. Tekuk pinggul sampai 90°

(21)

e. Melanjutkan semua tugas rumah tanpa bantuan sesuai kebutuhan 4. Setelah 7-12 minggu pasca operasi:

a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari minggu 1-6

b. Berjalan tanpa tongkat atau kruk tanpa pincang dengan jarak sampai 16 m

c. Naik turun tangga dengan rel

d. Melanjutkan tugas rumah semua dan kegiatan low impact e. Meninjau semua latihan dengan ahli terapi fisik.

f. Lakukan latihan 10-15 kali, 2-3 kali setiap hari, kecuali dinyatakan sebaliknya.

g. Jangan ragu untuk melakukan latihan dengan menapakkan kedua kaki (Full Weight Bearing)

5. Gerakan yang Tidak DibenarkanSetelah Hemiartroplasty a. Mengangkat lutut melebihi panggul

(22)

c. Duduk dengan sudut melebihi 90º

d. Menggantungkan kaki yang terpasang implan ketika berlatih berjalan dengan menggunakan alat bantu

(23)

e. Menyilangkan tungkai atas terhadap panggul yang terpasang implant

(24)

g. Tidak bertumpu pada kaki yang terpasang implan ketika berdiri

III. GERIATRI

Geriatric merupakan suatu istilah yang terdiri dari kata geros (usia lanjut) dan iatreia (merawat/merumat), geriatri sendiri mengacu pada cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyediaan layanan kesehatan bagi manula. Seseorang dikatakan lanjut usia, jika telah mencapai usia diatas 60 tahun.

Untuk menangani penyakit geriatric pada lansia dibutuhkan pendekatan holistik yaitu, perhatian total terhadap pasien secara terpadudengan mempertimbangkan keadaan lingkungan, sosial ekonomi, gaya hidup, diagnosis dan terapi penyakit dalam merawat penderita.

Lansia banyak yang mengidap salah satu penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi jika, tidak ditangani dengan baik seperti, fraktur pada tulang yang dapat menyebabkan osteoporosis atau jika seseorang memiliki angka kolesterol yang tinggi saat lanjut usia dapat menjadi Penyakit

(25)

Jantung Koroner (PJK), hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati.

Beberapa masalah yang sering muncul pada usia lanjut disebut sebagai a series of I’s, yaitu immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), dan immune deficiency (penurunan kekebalan tubuh).

Sifat penyakit pada lansia perlu untuk dikenali supaya tidak salah ataupun lambat dalam menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Hal ini akan menyangkut beberapa aspek, yaitu etiologi, diagnosis dan perjalanan penyakit.

Etiologi, penyakit pada lansia lebih bersifatendogen daripada eksogen. Hal ini disebabkan oleh menurunnya berbagai fungsi tubuh karena proses menua, etiologi sering kali tersembunyi (Occult), dan sebab penyakit dapat bersifat ganda (multiple) dan kumulatif (penimbunan), terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi.

Diagnosis, penyakit pada lansia umumnya lebih sulit dideteksi dari pada remaja atau dewasa, karena gejala dan keluhan sering tidak jelas.

Perjalanan penyakit, Pada umumnya perjalanan penyakit adalah kronik (menahun) diselingi dengan eksaserbasi akut,penyakit bersifat progresif (bertahap), dan sering menyebabkan kecacatan (invalide). WHO, mengembangkan konsep kriteria mundurnya kemandirian secara bertingkat, seperti berikut :

Imapirment : Kehilangan (kelainan) baik psikologik, fisiologik, struktur atau fungsi anatomik.

Disabilitas : Semuaretriksi (kekurangan mampuan) untukmelakukan kegia tan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal. Handicap : Suatu ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment atau disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksakan

(26)

a. Gejala kemunduran fisik menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis 1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang

menetap

2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban 3. Gigi mulai lepas (ompong)

4. Penglihatan dan pendengaran berkurang 5. Mudah lelah dan mudah jatuh

6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

b. Kemunduran kognitif yang dialami, antara lain 1. Suka lupa (ingatan tidak berfungsi dengan baik)

2. Ingatan pada hal-hal di masa muda lebih baik dari hal-hal yang baru terjadi 3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang

4. Sulit menerima ide-ide baru

5. Keseimbangan antara badan, penglihatan, dan pendengaran berkurang.

c. Masalah Fisik Sehari-hari pada Lansia 1. Mudah jatuh

a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik(gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness), dan faktor ekstrinsik (lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang).

2. Mudah lelah, disebabkan oleh

a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi

b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik

d. Karakteristik Penyakit Lansia diIndonesia

(27)

2. Penyakit Kardiovaskuler, seperti hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, dan PJK.

3. Penyakit Pencernaan seperti gastritis, dan ulcus pepticum.

4. Penyakit Urogenital, seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, dan Benigna Prostat Hiperplasia.

5. Penyakit Metabolik/endokrin, seperti diabetes mellitus, dan obesitas. 6. Penyakit Pernafasan, seperti asma, dan TB paru.

7. Penyakit Keganasan, seperti carsinoma atau kanker.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics Fractures. ButterworthHeinemann, 1993. 364-374.

Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001. 53-63.

Brunner dan Suddarth. 1996. "Early attempts at hip arthroplasty—1700s to 1950s". Iowa Orthop J 25: 25–9. PMC 1888777. PMID 16089067. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pmcentrez&arti d=1888777.

Corwin EJ. 1997. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.

Davey P. 2002. At a Glance Medicine. Erlangga Medical Series, Surabaya Fizuhri SB. Uji Banding Penggunaan Skrew Paralel pada Fraktur Colum Femur:

Sebuah Studi Biomekanika.

http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107838&lokasi=lok al [diakses 1 Mei 2012].

McMahon. Specific Preoperative Nursing Care of a Fracture Neck Femur

Smeltzer. 2001. Hip Pain and Mobility Deficits – Hip Osteoarthritis: Clinical Practice Guidelines Linked to the International Classification of Functioning, Disability, and Health from the Orthopaedic Section of the American Physical Therapy Association J Orthop Sports Phys Ther 2009; 39(4) : A1-A25. doi:10.2519/jospt.2009.0301

Anonim. Femur. http://www.answer.com/library/sport%20science%20and%20

medicine- id.29334 [diakses 1 Mei 2012].

(29)

Gambar

Foto Radiologi Hip Joint Dextra (28 April 2012) pasca hemiartroplasti
Gambar 1. Anatomi Femur (tampak anterior dan posterior)
Gambar 3. Klasifikasi Pauwel untuk Fraktur Kolum Femur

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan /kehilangan fungsi pada bagian yang terkena fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan: nyeri3. Takikardi(respon

Hal ini terjadi karena menurunnya intensitas nyeri pada area fraktur, terjadi peningkatan otot yang pada AGB dekstra, peningkatan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas sendi