• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA. lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA. lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA

Proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar usaha yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan eksternal usaha.

6.1 Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada usaha. Analisis faktor internal dalam pengembangan usaha keripik pisang merupakan proses identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam usaha kecil keripik pisang yang terdiri dari sumberdaya manusia, keuangan, produksi, dan pemasaran.

6.1.1 Sumberdaya Manusia Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” merupakan usaha yang dalam pengelolaan usahanya bersifat kekeluargaan. Dimana para pekerjanya berasal dari anggota keluarga dan pihak-pihak yang memiliki hubungan keluarga dengan pemilik usaha keripk pisang, sehingga keharmonisan diantara pekerja dengan pemilik mudah terjalin. Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memiliki tenaga kerja sebanyak 5 orang yang terdiri dari pemilik, wakil, bagian pengadaan bahan baku, bagian produksi dan dua pekerja.

(2)

Jika terdapat pesanan keripik pisang dalam jumlah yang cukup besar, usaha ini membutuhkan jumlah pekerja tambahan. Pekerja tambahan tersebut umumnya dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam usaha keripik pisang ini, pemilik merupakan pengelola utama yang bertanggungjawab terhadap setiap keputusan yang diambil dan berwenang untuk menetapkan kebijakan seluruh aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pemasok, proses produksi hingga pengemasan produk. Hampir semua aktivitas dalam usaha keripik pisang harus ditangani juga oleh pemilik, seperti keputusan untuk memproduksi atau tidak memproduksi terletak pada pemilik usaha keripik pisang tersebut, sehingga menyebabkan sulit berkembangnya usaha keripik pisang ini. karena usaha ini menjadi hanya tergantung pada satu orang yaitu dalam hal ini tergantung pada pemilik.

Kondisi jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit menyebabkan peran ganda akan dilakukan oleh seorang pekerja. Waktu yang digunakan dalam pekerjaan cenderung tidak pasti sesuai dengan kondisi pesanan produk keripik pisang.

Usaha ini sudah cukup lama dijalankan yaitu sejak tahun 1990, selain itu usaha ini dari sejak awal berdirinya membutuhkan keterampilan khusus seperti ketelitian dalam pemilihan pisang yang baik, pengupasan, pengirisan pisang sehingga menghasilkan irisan-irisan yang tipis, penggorengan dan pengemasan. Jadi keterampilan tenaga kerja dalam usaha keripik pisang ini sudah tidak diragukan lagi.

6.1.2. Keuangan dan Akuntansi

Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Selama ini usaha kecil keripik pisang memperoleh modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash

(3)

Perumahan BSI Kota Bogor. Menurut koperasi karena skala usaha keripik pisang yang masih kecil menyebabkan koperasi mudah untuk memberikan modal.

Sejak bergabungnya usaha keripik pisang dalam koperasi BMT yaitu sejak tahun 2007, usaha ini telat dua kali mendapatkan bantuan modal dari koperasi. Bantuan modal pertama kali diperoleh sebesar Rp. 427.000. dimana pinjaman pertama ini diberikan dalam bentuk barang. Sedangkan pinjaman kedua sebesar Rp. 500.000 diberikan dalam bentuk uang. Pinjaman-pinjaman tersebut dikembalikan dengan cara diangsur tiap minggu, yaitu dipotong dari sebagian hasil penjualan keripik pisang kepada BMT. Saat ini pinjaman pertama dan kedua tersebut sudah lunas dibayar.

Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ini belum menerima bantuan modal dari Pemerintah Daerah Kota Bogor, sehingga modal yang ada hanya bersumber dari koperasi BMT Al-Ikhlaash saja. Usaha kecil keripik pisang ini tidak selalu melakukan pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum sudah tertata dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Namun karena usaha yang belum cukup besar, maka perhitungan keuntungan yang diperoleh pemilik mudah untuk diketahui.

6.1.3. Produksi dan Operasional

Usaha kecil keripik pisang sudah memproduksi keripik pisang sejak tahun 1990, dan baru bergabung dengan koperasi pada tahun 2007. Modal pengalaman yang cukup lama yaitu hampir sembilan tahun menjadi kekuatan bagi usaha ini. Pengalaman tersebut dirasakan oleh Bapak Husen sebagai pemilik usaha yang

(4)

terlibat langsung dalam pengolahan produksi keripik pisang, sehingga beliau dapat mengenal baik keunggulan dan kelemahan usahanya.

Pada proses produksi, usaha kecil ini dalam memproduksi keripik pisang menggunakan peralatan yang masih sedarhana. Hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya alat pengiris pisang yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa alat iris yang biasa digunakan di rumah tangga untuk pada umumnya; wajan besar untuk menggoreng; serokan untuk menyaring minyak goreng pada keripik pisang yang telah masak; kompor gas. Sejak adanya peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas usaha kecil keripik pisang ini mengganti bahan bakarnya menjadi gas.

Pada kegiatan produksi dan operasi, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik pisang adalah : .

1. Bahan Baku

Akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan produksi setiap usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan dalam usaha ini adalah buah pisang. Jenis pisang yang digunakan usaha ini yaitu jenis pisang Kepok Banggala. Pisang Kepok Banggala memiliki cirri-ciri buahnya berukuran relative besar, warnanya kuning, dan rasanya manis. Pemilihan jenis pisang ini dikarenakan sifat dari pisang tersebut cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik pisang. Warna dasar pisang Kepok Banggala yang asli berwarna kuning tersebut menyebabkan hasil keripik pisang yang diperoleh setelah proses penggorengan menjadi bagus.

(5)

Minyak goreng, mentega, garam dan penyedap merupakan bahan penolong utama yang diperlukan. Penggunaan mentega memberikan warna kuningan yang alami dan rasa yang gurih pada produk keripik pisang. Terkait dengan bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses pembuatan keripik pisang “Kondang Jaya”, baik bahan baku utama maupun bahan penolong dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang Usaha Kecil “Kondang Jaya”.

3. Bahan Bakar

Pada awanya usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” menggunakan bahan bakar berupa minyak tanah, namun sejak terjadi peningkatan harga minyak tanah, usaha ini menggunakan kompor gas elpiji. Pada awalnya penggunaan kompor gas elpiji tidak memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan yaitu produk keripik pisang yang dihasilkan tidak sebagus hasil yang dihasilkan pada saat penggunaan kompor minyak tanah. Hal ini karena panas dari kompor gas elpiji tidak merata seperti pada penggunaan kompor minyak tanah. Namun dengan keuletan pemilik usaha dalam menjalankan usahanya, akhirnya saat ini dapat diusahakan sehingga kompor gas elpiji dapat

(6)

memberikan hasil seperti yang diinginkan. Penggunaan kompor gas elpiji relatif lebih murah daripada penggunaan kompor minyak tanah. Hanya saja pada awal peralihan dari bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji, pemilik usaha harus mengeluarkan biaya investasi kembali untuk proses produksinya. 4. Pengemasan

Kemasan produk keripik pisang menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran ½ kg. Plastik tersebut didapat dari toko langganan dipasar. Dalam kemasan terdapat label yang masih sederhana bentuknya. Pada kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, alamat dan lambang koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan sebagai pembina. Pada kemasan tersebut belum tercantum logo halal, izin dari Departemen Kesehatan dan kandungan gizi keripik pisang.

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” sangat mengutamakan kebersihan dalam kegiatan produksi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan kualitas keripik pisang. Kebersihan dalam proses produksi yang terjaga dengan baik membuat kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang tetap terjaga. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu satu bulan. Kualitas produk yang cukup baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha untuk mempertahankan pelanggannya.

Proses produksi keripik pisang pada usaha kecil ini menghabiskan waktu yang cukup lama dalam satu kali produksinya yaitu sekitar 8-9 jam. Hal ini dikarena dalam proses pembuatan keripik pisang ini dibutuhkan perendaman buah

(7)

pisang yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan keripik pisang ini hal yang diutamakan adalah kebersihan dan kelayakan untuk dikonsumai dari dari produk yang dihasilkan. Dimana keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bahan-bahan pengawet dan pewarna.

Dalam proses produksi keripik pisang dibutuhkan peralatan-peralatan diantaranya : 1) Baskom, yaitu untuk menampung buah pisang saat prendaman, 2) Pisau, untuk pengupasan atau pemisahan buah pisang dari kulitnya, 3) Penggorengan (wajan) beserta perangkatnya , 4) Kompor, baik kompor minyak tanah maupun kompor gas elpiji, 5) Saringan, untuk meniriskan keripik pisang yang sudah matang, 6) Tampah (nyiru), tempat meletakkan keripik pisang yang sudah matang, 7) Ember plastik, untuk menampung sampah kulit dan bagian pisang yang tidak terpakai, dan 8) Kantong plastik (sebagai pembungkus), serta 9) mesin press, yaitu untuk menutup plastik kemasan keripik pisang. Beberapa peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini dapat dilihat pada Gambar 9.

(8)

Gambar 9. Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang “Kondang Jaya”

Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan secara umum dalam proses pembuatan keripik pisang, meliputi:

1. Sortasi dan pengupasan

Buah pisang dipilih sesuai kriteria, yaitu (1) Pisang mentah yang sudah tua Buah pisang yang sudah tua akan memberikan rasa manis dan warna kuning yang menarik pada produk keripik pisang yang dihasilkan, selain itu buah pisang mentah yang sudah tua akan memudah memberikan hasil irisan yang lebih banyak sehingga produk keripik pisang yang dihasilkan lebih banyak. (2) Berukuran cukup besar dan seragam, hal ini diperlukan agar ukuran dari keripik pisang yang dihasilkan relatif seragam, sehingga penampilan produk yang dihasilkan menjadi menarik.

Proses sortasi dilakukan sendiri oleh pemilik, bahkan sampai pada penebangan pohon pisangnya. Hal ini dilakukan karena penjual bahan baku pisang kepok umumnya tidak mengetahui kriteria yang sesuai untuk pembuatan keripik pisang yang dibutuhkan oleh usaha ini. Selanjutnya pisang

(9)

tersebut dikupas kulitnya sebagai tanda tahap awal dari proses produksi dilakukan.

2. Perendaman

Buah pisang direndam dalam air kurang lebih sekitar 1 jam. Tujuannya untuk menghilangkan getah pada buah pisang yang baru dipetik. Jika tidak dilakukan perendaman maka hasil produk keripik pisang yang dihasilkan akan berwarna hitam sehingga menjadi tidak menarik untuk dijual.

3. Pengirisan

Proses pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat iris yang masih cukup sederhana. Iris pisang tipis-tipis ± 1-2 mm secara memanjang.

4. Penggorengan

Buah pisang yang telah selesai diiris harus segera digoreng, paling lambat 10 menit setelah diiris untuk mencegah pembusukan. Proses penggorengan dilakukan dalam minyak yang sangat panas, yaitu bersuhu 170oC. Minyak harus banyak, sehingga semua bahan tercelup, dengan komposisi setiap satu kilogram pisang membutuhkan sedikitnya tiga liter minyak goreng. Selama proses penggorengan, dilakukan pengadukan secara perlahan. Proses penggorengan dilakukan hingga keripik cukup kering dan garing. Proses penggorengan tersebut dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan yang lainnya. Dalam satu kali proses penggorengan dilakukan selama ± 3 menit, tergantung pada banyak sedikitnya pisang yang digoreng. 5. Penirisan

(10)

Setelah keripik berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan, keripik diangkat dengan saringan agar minyaknya dapat turun. Saringan yang digunakan dalam usaha ini terbuat dari bahan bambu.

6. Pengemasan dan penimbangan berat isi

Keripik pisang yang telah ditiriskan dan sudah tidak panas dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian ditimbang dengan berat 200 gram. Selanjutnya di press dan siap dipasarkan.

Diagram alur pengolahan keripik pisang pada usaha kecil ini dapat disajikan pada Gambar 10.

6.1.4. Pemasaran

Aspek pemasaran berhubungan dengan bauran pemasaran yang meliputi analisis terhadap produk, harga, distibusi dan promosi dari produk keripik pisang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha kecil keripik pisang

Gambar 10. Proses Pengolahan Keripik Pisang

Sumber: Usaha Kecil Keripik Pisang, Tahun 2009

Pengemasan dan Penimbangan

Berat Isi

Sortasi Buah Pisang Pengupasan Perendaman

Penirisan Penggorengan

Pengirisan Produk Keripik Pisang

(11)

“Kondang Jaya” dan koperasi BMT Al-Ikhlaash, strategi pemasaran yang dilakukan yaitu:

a. Produk

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” sebagai salah satu UKM yang sedang berkembang, selalu berusaha untuk mempertahankan strategi mutu produk dan pelayanan. Dimana strategi produk dilakukan melalui penawaran barang yang berkualitas tinggi. Strategi pelayanan yaitu dengan cara membina hubungan baik dengan distributor dan konsumen melalui peningkatan pelayanan kepada distributor dan konsumen, yaitu dengan cara memberi jaminan berupa pengembalian barang kembali atau penggantian terhadap barang yang diterima dalam keadaan rusak baik kemasan maupun isi. Berdasarkan strategi ini diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar yang akhirnya akan meningkatkan angka penjualan produk.

Usaha kecil keripik pisang memproduksi keripik pisang dengan ukuran 200 gram rasa yang ditawarkan adalah rasa pisang alami dan asin. Rasa asin berasal dari tambahan garam yang ditabuskan pada kering pisang setelah digoreng. Produk keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan bahan pengawet. Produk keripik pisang, mempunyai tingkat kadaluarsa selama 1 bulan. Hal tersebut diperoleh hanya berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pemilik keripik pisang. b. Harga

Usaha kecil keripik pisang menetapkan harga dengan menggunakan cost plus pricing method yaitu dengan mempertimbangkan biaya produksi, biaya non produksi, dan persentase mark up. Semakin meningkatnya biaya produksi menyebabkan harga jual produk keripik pisang ini relatif mahal dibandingkan

(12)

dengan produk keripik pisang lain dipasaran. Harga jual yang ditetapkan oleh pemilik usaha keripik pisang merupakan harga untuk distributor. Adapun harga yang diterima konsumen ditentukan oleh distributor, sehingga harga keripik pisang untuk konsumen dapat berbeda pada distributor yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dibeberapa tempat penjualan produk keripik pisang dari usaha kecil ini harga yang diterima konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi di Darmaga maupun di daerah Sentul) sebesar Rp. 8.150 per bungkus yaitu per 200 gram, di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash seharga Rp. 7.500 perbungkus atau per 200 gram.

c. Distribusi

Saluran distribusi yang digunakan oleh usaha kecil keripik pisang ini melalui dua cara, yaitu: penjualan secara langsung kepada konsumen dan penjualan kepada distributor kemudian ke konsumen. Seperti yang telah dijabarkan pada Gambar 9, penjualan melalui distributor dilakukan melalui koperasi BMT Al-Ikhlaash. Bentuk kerja yang terjalin koperasi memesan kepada pemilik usaha keripik pisang dalam jumlah tertentu, kemudian memasarkannya. Tempat yang menjadi fokus koperasi BMT Al-Ikhlaash untuk memasarkan produk keripik pisang tersebut adalah toko-toko di wilayah Bogor, diantaranya Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC). Sedangkan pendistribusian langsung kepada konsumen melalui cara pembelian langsung ke rumah pemilik usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.

Selama ini hubungan yang terjalin antara pemilik usaha keripik pisang dengan distributor yaitu dalam hal ini koperasi BMT Al-Ikhlaash terjalin baik.

(13)

Jumlah pesanan atau permintaan koperasi BMT Al-Ikhlaash terhadap produk keripik pisang “Kondang Jaya” cukup stabil dan kontinu.

d. Promosi

Usaha kecil keripik pisang hingga saat ini masih melakukan kegiatan promosi secara tradisional. Promosi yang bersifat lokal yaitu hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash melalui pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian bapak-bapak maupun Ibu-Ibu Darma Wanita, namun untuk kedepannya ada rencana untuk melakukan promosi pada majalah-majalah lokal.

6.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha

Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri. Analisis faktor eksternal usaha kecil keripik pisang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan yang berada di luar kontrol usaha kecil keripik pisang. Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha kecil keripik pisang, sehingga memudahkan usaha ini untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.

6.2.1 Lingkungan Umum

Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan terlepas dari sistem operasional usaha. Analisis lingkungan umum dapat menggambarkan lingkungan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Lingkungan umum dapat dianalisis menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Teknologi) dan Demografi. Hal ini juga sesuai dengan konsep yang

(14)

dipaparkan oleh Umar dalam Sidabutar (2007) yaitu bahwa analisis lingkungan eksternal meliputi faktor luar yang mempengaruhi kinerja maupun strategi-strategi yang harus diambil oleh suatu organisasi. Berdasarkan analisis tersebut, maka faktor-faktor eksternal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” yaitu:

1. Politik (Dukungan Pemerintah Daerah)

Industri pengolahan pisang di Indonesia selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Buah pisang dapat diolah mejadi beragam produk yang lezat antara lain, seperti : keripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang goreng/bakar.

Kebutuhan pisang sebagai bahan baku untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50 kg/hari), skala kecil dan menengah menghasilan: keripik (100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120 kg/hari), puree (300-500 kg/h) dan tepung (700-1.000 kg/minggu). Skala besar, membutuhkan kapasitas + 10-12 ton pisang segar/hari. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman sekitar 5.000-6.000 ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 usaha skala besar. Industri pengolahan pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung (1,5-2 ton/minggu), puree (600 kg – 1,5 ton/hari) dan jam (1-2 ton/hari), karena untuk memproduksi produk-produk tersebut diperlukan peralatan khusus yang cukup mahal. Kebutuhan bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun.

(15)

Sedangkan industri pengolahan pisang yang diarahkan kepada pembuatan keripik pisang umumnya berskala mikro, kecil dan menengah.

Di Kota Bogor telah terdapat dukungan Pemerintah Daerah setempat terhadap UMKM. Dukungan tersebut berupa pembinaan dan pengembangan UMKM di Kota Bogor. Melalui berbagai program peningkatan kesejahteran masyarakat yang saat ini banyak berkembang seperti PNPM Mandiri, Pemerintah Kota Bogor berusaha memajukan UMKM yang ada di wilayahnya. PNPM mencakup antara lain program penanggulangan kemiskinan, pembangunan infrastruktur desa, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan agribisnis.

Salah satu kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Pada program ini pemerintah telah mengeluarkan dana senilai Rp 69 Miliar untuk 689 desa/kelurahan di 76 kecamatan pada 16 kabupaten/kota. Provinsi Jawa Barat pada 2008 menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 720,63 Miliar. Adanya program-program PNPM Mandiri tersebut diharapkan akan mampu membantu pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya industri-industri kecil di wilayah Kota Bogor untuk lebih berkembang. Program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui PNMP Mandiri di Kota Bogor dalam beberapa tahun terakhir dinilai cukup berhasil, hal tersebut dapat dilihat dari penghargaan yang diperoleh dari pemerintah pusat atas kinerja PNPM Mandiri Kota Bogor yang semakin baik.

Selain itu bentuk dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor terhadap UMKM juga dapat dilihat pada program Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Garda Emas). Garda Emas merupakan suatu bentuk dukungan

(16)

Pemerintah Daerah Kota Bogor bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor. Pelatihan yang diberikan dimulai dari pembentukan mental para wirausaha, pengenalan alat-alat produksi hingga pemasaran. Bantuan pinjaman modal biasanya diperoleh melalui beberapa hasil rekomendasi dan kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor.

Di sisi lain industri kecil dapat menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal, sehingga industri ini tidak mengalami dampak yang kuat saat teriadi penurunan terhadap nilai mata uang. Industri makanan merupakan salah satu industri yang mampu menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota Bogor Tahun 2003

No. Kelompok Industri Unit Usaha Investasi Tenaga Kerja

1. Menengah/Besar 6 8.415.350.000 251

2. Kecil Formal 154 3.968.440.000 1660

3. Kecil Non Formal 929 788.640.230 4.453

Sumber: www.kota bogor.go.id, 23 Januari 2007.

Berdasarkan data Tabel 13, industri kecil non formal merupakan industri yang jumlahnya terbesar, menyerap tenaga dalam jumlah terbesar, dan memiliki nilai invesasi yang terkecil di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang sebagai salah satu industri makanan di Kota Bogor menjadi salah sati industri kecil mampu menyerap tenaga kerja. Sehingga usaha kecil keripik pisang menjadi industri yang penting untuk terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor dalam mengurangi pengangguran di Kota Bogor.

(17)

2. Faktor Sosial-Budaya

Faktor sosial-budaya dapat mempengaruhi usaha karena selalu terjadi perubahan sebagai akibat dari upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Yusmarini dalam Agus (2008), menyatakan bahwa dewasa ini, pola konsumsi masyarakat telah bergeser dari bahan makanan hewani ke bahan makanan nabati. Hal ini terjadi karena masyarakat berusaha menghindari makanan kadar kolesterol tinggi, setelah diketahui adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati cenderung semakin diminati. Selain itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk makanan ringan seperti keripik pisang.

3. Faktor Demografi

Peningkatan jumlah penduduk di suatu negara akan menciptakan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha. Selama periode tahun 2001-2006 jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 2,019 persen (Tabel 14). Tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 5,37 persen dengan jumlah penduduk sebanyak 214.374.096 jiwa (BPS, 2007).

Tabel 14. Penduduk Indonesia Tahun 2001-2006

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)

2001 201.703.537

-2002 203.441.676 0,862

2003 214.374.096 5,374

2004 217.854.745 1,624

(18)

2006 * 222.746.900 1,616

Rata-Rata 2,019

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2007 Keterangan : * Angka Sementara

Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat pada data Tabel 15, yaitu pada periode tahun 2001-2006 jumlah penduduk Kota Bogor pengalami petumbuhan setiap tahunnya sekitar 2,951 persen. Peningkatan jumlah pendududk dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 24.053 jiwa atau 2.813 persen yaitu 855.085 jiwa pada tahun 2005 menjadi 879.138 jiwa pada tahun 2006.

Tabel 15. Penduduk Kota Bogor Tahun 2001-2006

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)

2001 760.329 -2002 789.423 3,827 2003 820.707 3,963 2004 831.571 1,324 2005 855.085 2,828 2006 879.138 2,813 Rata-Rata 2,951

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007

Peningkatan jumlah penduduk dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha karena tingkat upah menjadi kecil, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih besar. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat secara langsung akan dapat meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan akan makanan. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan meningkatkan permintaan terhadap makanan ringan yang saat ini semakin digemari.

(19)

Kinerja usaha dan industri akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu negara. Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,60 persen dibanding tahun 2004. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun 2004 sebesar Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik sebesar Rp 468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp 2.729,7 triliun pada tahun 2005. Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2005 yang dibarengi oleh rendahnya laju inflasi membuat secara umum kondisi makro ekonomi Indonesia semakin membaik.

Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 17,11 persen jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 6,40 persen dan tahun 2003 sebesar 5,06 persen. Faktor-faktor yang cukup dominan mempengaruhi inflasi selama tahun 2005 antara lain meningkatnya harga bahan makanan, nilai tukar rupiah dan adanya rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM.

Kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2005 tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri tanggal 30 September 2005, secara tidak langsung telah mengakibatkan kenaikan harga bahan baku keripik pisang dan bahan baku penolong bagi usaha keripik pisang. Berdasarkan data yang diperoleh sejak adanya kenaikan BBM harga minyak tanah meningkat dan juga harga input-input lain menjadi cenderung meningkat, misalnya saja minyak goreng dan mentega yang harganya menjadi cukup tinggi di pasaran hingga menjadi dua kali lipat dari sebelum terjadi kenaikan harga BBM.

(20)

Pada awalnya kenaikan harga BBM hanya berdampak langsung pada kenaikan biaya transportasi. Namun selanjutnya kenaikan harga BBM tersebut juga berdampak pada industri-industri yang menggunakan BBM. Data kenaikan harga BBM per l Oktober 2005 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 (Rp/liter)

Jenis BBM 1 Maret 2005 1 Oktober 2005 Kenaikan (%)

Minyak Tanah 700,00 2.000,00 185,71

Premium 2.400,00 4.500,00 87,50

Solar 2.100,00 4.300,00 104,76

Sumber: PT. Pertamina dan Menteri Perekonomian (Kompas, Sabtu 1 Oktober 2005)

Kenaikan harga BBM pada industri menyebabkan industri cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak terkecuali industri-industri yang berada di wilayah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini juga melakukan perubahan bahan bakar yang digunakan dari minyak tanah ke gas elpiji.

5. Teknologi

Faktor teknologi dapat memberikan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Teknologi yang terus berkembang dapat mempengaruhi strategi usaha dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang antara lain teknologi di bidang produksi, informasi, komunikasi dan transportasi. Usaha kecil keripik pisang dapat menggunakan teknologi tradisional maupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini terletak pada jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. Usaha yang

(21)

menggunakan teknologi modern, proses produksi akan semakin cepat dan dapat menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha yang menggunakan teknologi sederhana.

Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi dapat menjadi peluang bagi usaha untuk mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat proses komunikasi antara prosdusen dengan pembeli dan pemasok.

Media informasi seperti internet dapat digunakan usaha untuk mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas, sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi seperti jasa pengiriman juga memberikan peluang bagi usaha untuk memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari pihak pemasok ke usaha maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi ini masih belum dimanfaatkan oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.

Usaha kecil keripik pisang ini cenderung masih menggunakan teknologi tradisional. Hal ini terlihat pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini, selain itu usaha ini juga belum memanfaatkan internet sebagai media promosi. Jadi dapat dikatakan usaha kecil keripik pisang ini memiliki kelemahan berupa teknologi yang digunakan.

6.2.2. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang mempengaruhi langsung terhadap operasional usaha. Kemampuan untuk memperoleh laba suatu usaha bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat industrinya saja, melainkan juga oleh kedudukan usaha di dalam industri tersebut, sehingga

(22)

hal-hal seperti ini seharusnya juga dipertimbangkan dalam penentuan strategi usaha. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pearce dan Robinson (1997), terkait dengan kekuatan-kekuatan persaingan, maka dalam analisis lingkungan industri penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu: (1) Pembeli cenderung membeli dalam jumlah yang kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan pasarnya dan (3) Pembeli mudah pindah ke produk lain sejenis. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut.

Produk keripik pisang yang diproduksi oleh usaha kecil ini, selama ini cenderung berproduksi berdasarkan pesanan dari koperai BMT Al-Ikhlaash. Untuk menghadapi kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat dikatakan cukup kuat, pihak pengusaha keripik pisang dan koperasi BMT Al-Ikhlaash harus berusaha untuk lebih gencar mempromosikan produk keripik pisang yang dihasilkan selain itu juga harus menjaga kontinuitasnya.

2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Usaha kecil keripik pisang koperasi BMT perumahan BSI Kota Bogor membeli bahan baku berupa pisang dari petani-petani pisang di sekitar Bogor, yaitu di daerah Parung Aleng, Kampung Pasir dan Leuwiliang. Dalam memperoleh bahan baku, usaha ini cukup mengalami kesulitan karena bahan baku berupa pisang jenis kepok banggala tidak mudah diperoleh di pasar.

(23)

Pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang cukup kuat. Usaha keripik pisang ini cenderung bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya, jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya dari pemasok lain. Terkait dengan pemasok lain, terdapat pemasok bahan baku di luar wilayah Bogor yaitu seperti di Cianjur dan Lampung, Namun bahan baku dari pemasok di luar wilayah Bogor tersebut baru dapat diakses jika jumlah yang diminta dalam jumlah besar karena jika hanya dalam jumlah kecil akan menyebabkan biaya yang jauh lebih besar bagi usaha kecil keripik pisang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa usaha kecil keripik pisang ini cukup mengalami kesulitan untuk mendapat pemasok.

3. Ancaman Produk Pengganti

Terkait dengan produk-produk pengganti adalah yaitu mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Faktor harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif lebih murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah.

Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti adalah berbagai jenis keripik, misalnya keripik nangka, keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang substitusi dari keripik pisang memberikan ancaman bagi usaha untuk menguasai pasar dengan inovasi produk. Meskipun produk pengganti mempengaruhi industri keripik pisang dalam menarik pasar, konsumen bebas memilih produk makanan ringan yang sesuai dengan selera masing-masing. Pada kenyataannya keripik pisang yang

(24)

memiliki nilai gizi tinggi dan cita rasa yang enak dapat bersaing dengan produk makanan ringan lain yang memiliki fungsi sama.

4. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada

Persaingan diantara pesaing produk keripik pisang cukup ketat. Hal ini dapat dilihat dari persaingan harga oleh masing-masing usaha. Persaingan harga yang ditetapkan oleh masing-masing usaha dengan berbagai merek dagang yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Daftar Harga Produk Keripik Pisang Berbagai Merek Dagang di Kota Bogor

Merk Dagang Harga (Rp/200 gr)

Cap Pohon Kelapa 5.000

Diva Keripik Pisang 6.500

Eka Sari 4.500

Indo Sari 8.500

Sumber: Swalayan Ngesti dan Swalayan Greenmart ( Data Tanggal 20-25 Januari, 2009 )

Berdasarkan Tabel 20, Perbedaan harga yang ditetapkan oleh masing-masing usaha dipengaruhi biaya produksi dan biaya promosi yang dilakukannya. Meskipun usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum banyak melakukan promosi sudah menetapkan harga yang relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Dalam proses produksinya usaha ini menggunakan mentega yang harganya cukup tinggi serta minyak goreng yang harganya cenderung naik turun. Penggunaan mentega tersebut diperlukan untuk menjaga kualitas rasa keripik yang dihasilkan.

(25)

Keberadaan pendatang baru dalam industri dapat menunjukkan tingkat persaingan yang akan dihadapi oleh suatu usaha dalam industri tersebut. Jika semakin banyak pendatang baru yang memasuki wilayah industri maka akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi usaha yang ada, misalnya terjadi perebutan pangsa pasar yang ada dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas.

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Untuk memulai usaha keripik pisang ini tidak membutuhkan investasi yang besar. Hal ini menyebabkan mudahnya para pendatang baru untuk masuk ke dalam usaha ini. Pada usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, pemiliki dapat memulai usahanya hanya dengan modal sebesar Rp 500.000.

Gambar

Gambar 8.  Bahan-bahan  yang  diperlukan dalam  Proses  Pembuatan  Keripik Pisang Usaha Kecil “Kondang Jaya”.
Gambar 9. Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Diagram  alur  pengolahan  keripik  pisang pada usaha kecil  ini dapat disajikan pada Gambar 10.

Referensi

Dokumen terkait

Walikota Bandar Lampung selaku kepala daerah yang mempunyai hak untuk menetapkan peraturan walikota tentang pelaksanaan pemungutan retribusi khususya dalam pelayanan

Dari hasil analisis data kemampuan membaca pemahaman tanpa menggunakan metode PQRST ( Preview, Question, Read, Summerize, Test ) pada kelas kontrol dengan 20

Pernyataan 9 tentang belajar matematika menggunakan media permainan sirkuit matematika membuat siswa muda mengingat materi pelajaran mendapat respon positif 78% dan respon negatif

Dari data yang diperoleh pada pasien demam tifoid anak dengan status pasien Umum menunjukkan bahwa jenis antibiotik thiamfenicol, chloramfenicol dan ciprofloxacin

Penulisan Paper ini bertujuan untuk melihat dampak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diterapkan pemerintah dalam pencegahan virus corona di Indonesia terhadap pasar

Sementara dalam sistem adat matrilineal besaran yang diterima isteri kedua dari jenis harta asal yaitu dipersamakan dengan anak, artinya apabila anggota ahli waris

Artinya kedisiplinan kerja berpengaruhterhadap produktifitas kerja pegawai pada Dinas Kesehatan Kota Bima sebesar 79,5%.Sedangkan sisanya sebesar 20,5% dipengaruhi oleh

Dari diskusi di atas, tujuan penelitian ini adalah: (a) mengetahui perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di kota Bengkulu, dan (b) mengetahui jumlah omset