• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sentra Industri yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan usaha yang sejenis. Salah satu sentra industri yang cukup besar dan berkembang di Kota Bandung yaitu Sentra Industri Kaos Suci. Sentra Industri Kaos Suci ini merupakan salah satu dari tujuh sentra industri dan perdagangan yang menjadi program pemerintah Kota Bandung untuk di kembangkan. Lokasi Sentra Industri Kaos Suci ini berada di sepanjang Jalan P.H.H. Mustopa hingga Jalan Surapati atau yang sering disebut sebagai Jalan Suci (Surapati-Cicaheum), dengan Jarak kurang lebih 3 Km. Lokasi tersebut adalah lokasi yang sangat strategis karena posisi jalan tersebut adalah salah satu jalan utama di Kota Bandung yang menghubungkan wilayah Bandung Barat dan Bandung Timur. Usaha konveksi di daerah Jalan Suci ini sudah ada sejak tahun 1978 dan mulai berkembang di sekitar tahun 1982.

Gambar 1.1 Daerah Sentra Kaos Suci Bandung Sumber : Data yang telah diolah dari Google Maps

(2)

2

Lapis-lapis industri di sekitar Suci sangat rimbun. Umumnya setiap Usaha Industri kaos di daerah Suci ini saling didukung oleh industri-industri pendukung lainnya berupa jasa desain, jasa sablon, jasa bordir, jasa jahit yang masing-masing berdiri sendiri. Sampai tahun 2012, terdapat ± 400 Kios Usaha atau Outlet tempat promosi sepanjang jalan Surapati-Cicaheum. Jumlah tersebut belum termasuk usaha di lapisan kedua dan ketiga di Sentra Kaos Suci ini. Terdapat ± 200 industri pendukung lainnya yang bergerak sebagai jasa-jasa seperti jasa jahit, desain, dan sablon yang juga berdiri sendiri (kopsenkaos.blogspot.co.id).

1.2 Latar Belakang Penelitian

Sebagian besar negara-negara di dunia menyadari fakta bahwa keberadaan UMKM mampu menyumbangkan sebagian besar dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan kegiatan ekonomi dalam suatu negara. UMKM juga akan memegang peran penting dan mendapatkan efek yang sama ketika kebijakan mengenai bisnis yang lebih besar diletakkan oleh pemerintah. Hampir semua Negara-negara di Asia tenggara juga telah menyadari pentingnya keberadaan dari UMKM terhadap produktivitas dari sebuah Negara. Hal tersebut membuat sebagian besar negara-negara selalu berupaya dalam menjaga perkembangan dan pertumbuhan UMKM juga para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (Jasra et. al. : 2011). Diungkapkan juga dalam Jasra et. al. (2011), bahwa UMKM telah dipertimbangkan sebagai mesin perkembangan ekonomi diseluruh dunia. Salah satu peran yang paling penting dari UMKM dalam konteks ini yaitu penekanan jumlah kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja.

Di Indonesia sendiri, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan bagian dari sumber kehidupan ekonomi terbesar rakyat. Ketangguhan UMKM sebagai salah satu pilar yang dapat menopang perekonomian bangsa telah terbukti, karena sektor ini mampu bertahan hidup dan bersaing saat Indonesia

(3)

3 berada di tengah masa krisis ekonomi. Usaha kecil-mikro merupakan jenis usaha yang menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki daya tahan dan fleksibilitas yang lebih baik dalam menghadapi dinamika kehidupan ekonomi suatu Negara (Lumbanraja : 2011).

UMKM Di Indonesia terbukti dapat menyerap banyak tenaga kerja yang masih menganggur. Selain itu UMKM dapat memanfaatkan sumber daya alam yang berpotensi di suatu daerah, sehingga sumber daya alam yang ada dapat diolah dengan baik. Hal tersebut dapat memberikan peran yang besar dalam meningkatkan pendapatan daerah maupun Indonesia. UMKM atau usaha mikro kecil dan menengah sudah terbukti memiliki banyak peran penting dalam perekonomian suatu Negara. UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan (Kristiyanti : 2012).

Data statistik menunjukkan bahwa jumlah unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mendekati 99,98 % terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai 91,8 juta orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Menurut Syarif Hasan, Menteri Koperasi dan UKM kabinet pemerintahan yang lalu, “bila dua tahun lalu jumlah UMKM berkisar 52,8 juta unit usaha, maka pada 2011 sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Setiap UMKM rata-rata menyerap 3-5 tenaga kerja, maka dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit maka tenaga kerja yang terserap bertambah 15 juta orang. Pengangguran diharapkan menurun dari 6,8% menjadi 5 % dengan pertumbuhan UKM tersebut. Hal ini mencerminkan peran serta UKM terhadap laju pertumbuhan ekonomi memiliki signifikansi cukup tinggi bagi pemerataan ekonomi Indonesia karena memang berperan banyak pada sektor ril

(4)

4

(www.umm.ac.id). Berikut grafik pada gambar 1.2 menunjukkan data peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap dari tahun 2010 sampai 2013.

Gambar 1.2 Peningkatan Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap di Indonesia Tahun 2010 s/d 2013 (juta jiwa)

Sumber : Data yang telah diolah dari depkop.go.id

Jika membahas tentang perindustrian di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh dari www.kemenperin.go.id, pada triwulan III 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 6,2%, dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. Dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,2% itu, Sektor Industri Pengolahan menyumbang pertumbuhan sebesar 1,62%. Kemudian diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang menyumbang sebesar 1,22% dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menyumbang sebesar 1,02%. Sedangkan kontribusi sektor-sektor lainnya di bawah 1%. Pertumbuhan indusri non migas mencapai pertumbuhan sebesar 7,3% pada triwulan III 2012, jumlah tersebut tidak saja lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II 2012 sebesar 6,1%, tetapi juga lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan III tahun 2011 yang mencapai 7,2%. Dengan pertumbuhan

6%

5% 4%

(5)

5 sebesar 7,3% tersebut, maka pertumbuhan Industri Non Migas kembali lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif hingga triwulan III tahun 2012, pertumbuhan industri Non Migas mencapai sebesar 6,5% (www.kemenperin.go.id).

Berdasarkan data yang diambil dari website Badan Pusat Statistik tahun 2014, Provinsi Jawa Barat berada diurutan ke tiga dari seluruh provinsi di Indonesia dalam jumlah perusahaan Industri Mikro dan Kecil. Jumlah Industri mikro dan kecil di Provinsi Jawa Barat berjumlah sebanyak 498.063 unit. Jumlah tersebut dibawahi oleh provinsi Jawa Tengah yang memiliki 832.472 unit dan provinsi Jawa Timur sebanyak 648.706 unit Industri mikro dan kecil. Di Provinsi Jawa Barat sendiri Kota Bandung menyumbang jumlah unit usaha industri kecil dan menengah yang paling besar dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Jawa Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari website resmi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, perbandingan jumlah unit usaha dan tenaga kerja, industri kecil menengah Kota Bandung dari tahun 2009-2012 mengalami peningkatan dan memiliki jumlah unit usaha terbesar di Jawa Barat. Namun untuk jumlah tenaga kerja Kota Bandung memiliki tingkat yang relatif rendah jika dibandingkan kota-kota lain di Jawa Barat yang memiliki jumlah unit usaha dibawah Kota Bandung namun dapat menghasilkan tenaga kerja yang cenderung lebih banyak.

(6)

6

Tabel 1.1 Struktur Jumlah Industri Kecil dan Menengah Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Sumber: Data yang telah diolah dari website jabar.bps.go.id

Berdasakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung, pada tahun 2012 Produk Domestik Regional Kota Bandung sebanyak 46,30 Trilyun rupiah merupakan sumbangan dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, selanjutnya sektor industri pengolahan tanpa migas berada diposisi kedua terbesar yang menyumbang sebesar 25,062 Trilyun rupiah, dan sektor jasa-jasa sebesar 10,27 Trilyun rupiah, serta sektor-sektor lain dibawahnya.

Gambar 1.3 PDRB Kota Bandung menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Berlaku Tahun 2013 (Milyar Rupiah)

Sumber : Data yang telah diolah dari BPS Kota Bandung 46.304,47

25.062,7 4 10.278

(7)

7 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DISKOPERINDAG) Kota Bandung, skala industri Kota Bandung terdiri dari industri besar, industri menengah dan industri kecil. Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian besar bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan konstribusi sekitar 36,4% dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, kemudian peringkat selanjutnya ditempati oleh sektor industri pengolahan yang menyumbang sebesar 29,8%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sekitar 10,8% demikian juga dengan sektor jasa-jasa. Kota Bandung sendiri memiliki sentra-sentra industri dan perdagangan serta kluster industri yang menjadi program pemerintah untuk di kembangkan. Berikut ditampilkan data perbandingan jumlah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), Mesin Elektronik dan Aneka Industri Kota Bandung berdasarkan skala, jenis, jumlah unit usaha, dan jumlah tenaga kerja dalam tabel 1.2.

Data Industri TPT, Mesin Elektronik dan Aneka Industri NO SKALA INDUSTRI JENIS INDUSTRI

JUMLAH UNIT USAHA JUMLAH TENAGA KERJA 1 INDUSTRI KECIL ANEKA INDUSTRI 287 6227 TPT 1,236 23,745 MESIN 16 143 TOTAL 1,539 30,155 2 INDUSTRI MENENGAH ANEKA INDUSTRI 6 53 TPT 125 13,465 MESIN 9 192 TOTAL 140 13,71 3 INDUSTRI BESAR ANEKA INDUSTRI 1 600 TPT 21 13,423 MESIN - - TOTAL 22 14,023

TOTAL INDUSTRI TPTMA 1,701 57,848

Tabel 1.2 Data Industri TPT, Mesin Elektronik dan Aneka Industri Kota Bandung Sampai Tahun 2012

Sumber : Data yang telah diolah dari Seksi Industri Formal DISKOPERINDAG Kota Bandung

(8)

8

Dari tabel 1.2 didapatkan data yang menunjukkan bahwa Jenis industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyumbang jumlah unit saha dan jumlah tenaga kerja terbesar di skala kecil, menengah, maupun besar Industri TPTMA di Kota Bandung.

Jika dilihat lebih rinci Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi industri pengolahan, diantaranya adalah industri pakaian jadi dimana salah satu wilayah di kecamatan Cibeunying Kidul menjadi bagian dari kawasan Sentra Industri Kaos Suci. Menurut data PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cibeunying Kidul yang ditampilkan dalam gambar 1.4 menunjukan bahwa sektor industri pengolahan tanpa migas menyumbang nilai PDRB sebesar 28,13%. Nilai tersebut merupakan penyumbang terbesar kedua dari tujuh sektor yang ada setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang menyumbang sebesar 41,41% di Kecamatan Cibeuying Kidul Kota Bandung. PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cibeunying Kidul tahun 2012 mencapai 3,00 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,59 trilyun rupiah.

(9)

9 Gambar 1.4 PDRB atas dasar Harga Berlaku Kecamatan Cibeunying Kidul Kota

Bandung Tahun 2012

Sumber : Data yang telah diolah dari BPS Kota Bandung

Bagian dari industri pengolahan tekstil dan produk tekstil (TPT) di Kota Bandung diantaranya terdapat enam kelompok sentra industri yang tersebar di berbagai wilayah Kota Bandung. Sesuai dengan Kebijakan pembangunan ekonomi Kota Bandung sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung 2009-2013, sentra industri TPT tersebut adalah sentra-sentra industri yang telah dikelompokkan dan dijadikan sebagai fokus sasaran pengembangan Penguatan Sentra Industri oleh Pemerintah Kota Bandung. Enam kelompok dari sentra industri tekstil dan produk tekstil tersebut yaitu :

1. Sentra Kaos dan Sablon Suci 2. Sentra Sepatu Cibaduyut 3. Sentra Jeans Cihampelas

41,41%

28,13% 10,23%

(10)

10

4. Sentra Rajut Binong Jati

5. Sentra Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah 6. Sentra Boneka Sukamulya

Dari keenam sentra industri TPT yang terdapat di Kota Bandung, Sentra Kaos dan Sablon Suci adalah sentra industri yang termasuk industri tertua Di Kota Bandung. Sentra Kaos Suci ini telah ada sejak tahun 1978 dan mulai terlihat perkembangannya pada tahun 1982.

Dari data di tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Sentra Industri Kaos Suci dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dalam beberapa aspek. Selain memiliki peningkatan jumlah unit usaha, nilai investasi usaha dari sentra industri ini merupakan yang terbesar dari lima jenis sentra industri TPT lainnya di Kota Bandung dari kurun waktu 2008 sampai dengan tahun 2011. Namun pada tabel tersebut terdapat data yang menunjukan bahwa peningkatan jumlah unit usaha di Sentra Industri Kaos Suci justru berbanding terbalik dengan tingkat produksinya. Berdasarkan data yang telah diperoleh, tingkat kapasitas produksi Sentra Industri Kaos Suci menurun dalam beberapa tahun kebelakang. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi bahwa terdapat masalah pada usaha di Sentra industri Kaos Suci ini.

(11)

11 NAMA

SENTRA POTENSI 2008 2009 2010 2011

Sentra Kain Cigondewah

Jumlah unit usaha 197 198 217 217

Investasi (ribuan) 2,995,000 2,995,000 2,995,001 2,995,002

Kapasitas Produksi/thn (m²) 177300 178500 178500 178500

Sentra Kaos dan Sablon Suci

Jumlah unit usaha 210 350 365 407

Investasi (ribuan) 71,675,000 75,345,000 82,568,000 84,715,000

Kapasitas Produksi (potong

kaos) - 36.695.975 29.154.223 21.773.000

Sentra Sepatu Cibaduyut

Jumlah unit usaha 867 844 840 844

Investasi (ribuan) 14,669,123 23,970,675 22,670,575 23,970,675

Kapasitas Produksi - - - -

Sentra Rajut Binongjati

Jumlah unit usaha 390 390 390 350

Investasi (ribuan) 15,600,000 15,600,000 15,600,000 14,600,000

Kapasitas Produksi (lusin) 1,123,200 1,123,200 1,123,200 965

Sentra Boneka Sukamulya

Jumlah unit usaha 40 19 9 9

Investasi (ribuan) 1,600,000 760.000 360.000 360.000

Kapasitas Produksi (pcs) 150 65.000 30.000 30.000

Sentra Jeans Cihampelas

Jumlah unit usaha 27 27 27 27

Investasi (ribuan) - - -

Kapasitas Produksi (lusin) 216 216 216 216

Tabel 1.3 Data Potensi Enam Sentra Industri di Kota Bandung

Sumber: Data yang telah diolah dari Seksi Industri Formal DISKOPERINDAG Kota Bandung

(12)

12

Berikut tabel 1.4 menunjukkan tingkat hasil produksi Sentra Industri Kaos Suci dari tahun 2009 sampai dengan 2011:

Tabel 1.4 Tingkat Hasil Produksi Sentra Industri Kaos Suci Tahun 2009 s/d 2011

Sumber : Data Koperasi Sentra Kaos Suci Bandung

Untuk memperkuat data tingkat hasil produksi Sentra Kaos Suci tersebut, penulis telah meninjau langsung perihal tingkat produksi di sentra Kaos Suci ini kepada tiga pengusaha konveksi di Sentra ini yaitu Aam Safitri (Mudji Sport and Reklame), Yati (Diaz Production), dan Brhiyawan (Hendartono Outfit). Dari ketiga pemilik usaha tersebut penulis memperoleh informasi bahwa tidak hanya dari tahun 2009 sampai 2011 saja yang mengalami penurunan melainkan juga pada tahun 2011 ke tahun 2012 pengusaha merasakan adanya penurunan jumlah produksi walaupun tanpa mengetahui berapa jumlah detail penurunan yang dialami. Di tahun selanjutnya, berbeda dengan tahun sebelumnya, terjadi sebuah kenaikan tingkat produksi dari tahun 2012 ke 2014 dikarenakan adanya pemilihan umum walikota Bandung dan presiden pada periode tersebut yang membuat pesanan akan kaos kampanye mengalami kenaikan. Namun untuk selanjutnya pada tahun 2014 ke tahun 2015, ketiga pengusaha merasakan adanya sedikit penurunan tingkat produksi lagi walaupun tidak mengetahui jumlah pasti dari penurunan tingkat produksi yang terjadi. Dari informasi yang penulis terima tersebut, penulis menyimpulkan bahwa walaupun terdapat peningkatan tingkat produksi dari tahun 2012 sampai tahun 2014, namun apabila dilihat secara keseluruhan pada enam tahun terakhir (2009-2015) tingkat produksi pada sentra

(13)

13 kaos Suci kota Bandung secara dominan mengalami permasalahan penurunan tingkat hasil produksi.

Selain fenomena yang telah dijabarkan diatas, berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara tidak terstruktur yang telah penulis lakukan kepada dua pengusaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci pada masa pra penelitian, penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor dalam lingkungan internal dan eksternal usaha dari para pengusaha yang cenderung dapat berpengaruh kurang baik untuk jangka panjang usahanya.

Secara garis besar kemampuan-kemampuan dasar yang harus ada pada seorang pengusaha tidak mereka kembangkan dan manfaatkan lebih jauh dalam menjalankan usahanya. Para pengusaha konveksi di Suci belum memliliki kemampuan manajemen umum yang baik. terbukti dengan tidak adanya pembukuan rapi dan baku atas keuangan usaha mereka. Pemakaian uang kas usaha pun masih bercampur dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari mereka. Tidak adanya pembukuan yang baik dan tidak dipisahnya harta usaha dan harta pribadi merupakan salah satu masalah yang ada dalam lingkungan internal usaha. Selain itu setelah ditelaah lebih jauh mereka cenderung mudah puas dengan yang sudah mereka miliki dan tidak mempunyai mimpi serta tindakan besar yang dilakukan untuk menjadikan bisnisnya lebih sukses. Selama ini mereka hanya menjalankan usahanya tanpa adanya mimpi dan harapan yang besar dimasa yang akan datang. Karakter cepat puas tersebut membuat mereka cenderung malas untuk menjadi bagian dari anggota koperasi dan mengikuti program yang pemerintah sediakan untuk pengembangan usaha di sentra industri suci ini. Malas mereka semata-mata merupakan kemalasan untuk mengurus segala persyaratan administrasi untuk menjadi bagian dari koperasi tersebut. Namun disisi lain pada kenyataannya para pengusaha tersebut sadar betul akan manfaat apa yang akan diterima jika mengikuti program pemerintahan untuk sentra industri ini. Kedua

(14)

14

pengusaha konveksi ini sangat menyadari banyaknya benefit yang mereka akan dapatkan diantaranya seperti pelatihan-pelatihan khusus mengenai usaha konveksi, membuka link usaha, pelatihan manajemen keuangan usaha dan masih banyak benefit lain yang bisa diperoleh apabila mereka mengikuti program-program pelatihan yang telah disediakan oleh pemerintah.

1.3 Perumusan Masalah

Secara general rumusan permasalahan yang ada pada ketiga pengusaha di

Sentra Suci tersebut yang telah yaitu adanya penurunan tingkat kapasitas produksi yang justru berbanding terbalik dengan tingkat jumlah unit usaha di Sentra industri Kaos Suci yang meningkat setiap tahunnya. Sedangkan untuk menjadi sentra industri yang berhasil tentunya tingkat kapasitas produksi merupakan hal yang cukup berperan besar dalam menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) di daerah tertentu. Jika ditelaah lebih dalam, diperoleh informasi bahwa pengusaha di Sentra industri Kaos Suci ini belum memiliki kemampuan manajemen umum dan sifat wirausaha yang baik. Para pengusaha di sentra ini pada dasarnya memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya untuk menjadi usaha yang lebih baik lagi, namun pada kenyataanya mereka belum memiliki tindakan yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan usaha yang lebih dari kondisi usahanya sekarang. Terbukti dengan belum adanya pembukuan finansial usaha yang rapi dan baku. Selain itu mereka memiliki pola pikir bahwa selama kebutuhan hidup mereka tercukupi, maka tidak diharuskan adanya perlakuan atau effort lebih untuk mengembangkan usahanya untuk menjadi lebih baik. Selama ini mereka hanya menjalankan usahanya tanpa adanya mimpi dan harapan yang besar dimasa yang akan datang. Hal tersebut tentunya bertolak belakang karakter atau sifat kewirausahaan yang seharunya ada pada seorang entrepreneur. Permasalahan kurangnya optmisme yang ada dalam karakter pengusaha tersebut bisa diindikasikan sebagai salah satu penyebab permasalahan pada turunnya tingkat produksi yang terjadi di Sentra Industri Kaos Suci ini.

(15)

15 Aspek karakter wirausaha tersebut termasuk kedalam masalah yang terdapat dalam lingkungan internal usaha. Seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan internal sangatlah berperan besar pada jalannya sebuah usaha, maka dari itu perlu diteliti lebih jauh dengan mengidentifikasi lingkungan internal usaha pada pengusaha di Sentra Industri Kaos Suci.

Sesuai dengan kebijakan pembangunan ekonomi Kota Bandung sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kota Bandung 2009-2013, pemerintah membagi industri TPT di Kota Bandung menjadi enam sentra yang berpotensi untuk diikutan dalam program-program penguatan industri TPT. Dengan adanya kebijakan pemerintah kota Bandung tersebut seharusnya seluruh lapisan usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci ini dapat terlibat dalam program-program yang disediakan pemerintah sehingga potensi yang ada di Sentra Industri ini semakin kuat. Namun jika pada kenyataanya belum semua lapisan usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci ini terlibat dalam program-program pemerintah tersebut. Kebijakan pemerintahan dalam suatu usaha juga termasuk didalam aspek lingkungan eksternal usaha, maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dengan mengidentifikasi lingkungan eksernal usaha pada tiga pengusaha di Sentra Industri Kaos Suci tersebut.

Bedasarkan data penurunan tingkat produksi pada Sentra Industri Kaos Suci dan permasalahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis berasumsi bahwa dengan kondisi tersebut dibutuhkan sebuah pengembangan dan perbaikan strategi pada ketiga usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung tersebut. Pengembangan dan perbaikan strategi dilakukan agar dapat memberikan saran dalam proses pemulihan nilai tingkat produksi di Sentra Industri Kaos Suci yang menurun.

(16)

16

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fenomena yang ada, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

 Bagaimanakah peranan lingkungan internal pada usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung?

 Bagaimanakah peranan lingkungan eksternal pada usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung?

 Bagaimanakah Strategi pengembangan usaha yang dibutuhkan oleh para pengusaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci jika dilihat dari lingkungan internal dan eksternal usaha?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan daripenelitian ini adalah :

 Mengetahui peranan lingkungan internal pada usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung.

 Mengetahui peranan lingkungan eksternal pada usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung.

 Mengetahui strategi pengembangan usaha yang dibutuhkan oleh para pengusaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci jika dilihat dari lingkungan internal dan ekternal usaha.

(17)

17

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi penulis maupun para peneliti pembaca mengenai lingkungan internal dan eksternal apa saja yang berperan pada usaha di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung. Selain itu penelitian ini dapat berguna sebagai tambahan informasi dan referensi pada penelitian sejenis di masa yang akan datang.

1.6.2 Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah untuk dapat memberika kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan para pengusaha di Kota Bandung khususnya pada pengusaha di Sentra Industri Kaos Suci. Kebijakan tersebut ditujukan agar dapat mengembangkan kemampuan berwirausaha para pelaku usaha di Sentra Industri Kaos Suci sehingga Sentra Industri kaos Suci dapat lebih berkembang dan dapat meningkatkan kapasitas produksi kedepannya.

1.6.3 Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pelaku usaha khususnya para pengusaha di Sentra industri kaos Suci untuk mengetahui lingkungan internal dan eksternal apa saja yang berperan dalam usaha yang mereka jalankan. Sehingga para pengusaha di Sentra Industri Kaos Suci dapat lebih membuka mata mengenai keadaan usaha yang sedang dijalani. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran mengenai pengembangan strategi usaha. Sehingga selain mengetahui aspek-aspek internal dan eksternal usahanya juga diharapkan para pelaku usaha dapat lebih berfokus pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan dalam mengembangkan usahanya.

(18)

18

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini memberikan gambaran mengenai peranan lingkungan internal dan eksternal yang terdapat pada usaha konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung. Selain itu penelitian ini juga memaparkan kondisi riil dari pengusaha serta bisnis yang sedang dijalankannya saat ini dengan didasari oleh aspek lingkungan internal dan eksternal usaha. Penelitian ini juga berfokus untuk mengembangkan serta memperbaiki strategi usaha menggunakan analisis SWOT dengan pendekatan wawancara secara semi terstruktur kepada pengusaha Konveksi di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung.

1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di wilayah Timur Kota Bandung, lebih tepatnya di Kecamatan Cibeunyung Kidul. Objek penelitian yaitu pengusaha konveksi kaos di Sentra Industri Kaos Suci Kota Bandung.

1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan bulan April 2016.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.

(19)

19 Pada bagian ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian teoritis.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bagian ini diuraikan tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran-saran yang diberikan kepada perusahaan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Gambar

Gambar 1.1 Daerah Sentra Kaos Suci Bandung  Sumber : Data yang telah diolah dari Google Maps
Gambar 1.2 Peningkatan Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap di Indonesia Tahun  2010 s/d 2013 (juta jiwa)
Tabel 1.1 Struktur Jumlah Industri Kecil dan Menengah Jawa Barat Berdasarkan  Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 1.2 Data Industri TPT, Mesin Elektronik dan Aneka Industri Kota  Bandung Sampai Tahun 2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Hasil dari penelitian ini adalah terumuskan 5 strategi dan kebijakan IS/IT yang sebaiknya diterapkan di FIT Tel-U berdasarkan pertimbangan 3 hal, pertama kebutuhan

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki