• Tidak ada hasil yang ditemukan

2011 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2011 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i ©2011 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas

Konservasi Tumbuhan Tropika: Kondisi Terkini dan Tantangan ke Depan. Prosiding Seminar/UPT Balai Konservasi Tumbuhan. – Cibodas, 2011.

xx + 564 hlm.; 21 x 29,7 cm

ISBN 978-979-99448-6-3

1. Konservasi 2. Tumbuhan Tropika

Penelaah : Didik Widyatmoko, D.M. Puspitaningtyas, R. Hendrian, Irawati, Izu A. Fijridiyanto, Joko R. Witono, Risna Rosniati, Siti Roosita Ariati, Sri Rahayu, Titien Ng. Praptosuwiryo.

Setting dan Layout : Musyarofah Zuhri, Neneng Ine Kurnita, Suluh Normasiwi, Masfiro Lailati, Destri, Wiguna Rahman.

Desain Sampul : Kusetiawan

*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Sindanglaya, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat 43253 Telp.: +62263 512233, 520419; Fax.: +62263 512233 Email: krcibodas@mail.lipi.go.id

(3)

ii

PROSIDING

Seminar Nasional “Konservasi Tumbuhan Tropika:

Kondisi Terkini dan Tantangan ke Depan”

Cibodas, 7 April 2011

ISBN : 978-979-99448-6-3

Penelaah:

Didik Widyatmoko D.M. Puspitaningtyas R. Hendrian Irawati Izu A. Fijridiyanto Joko R. Witono Risna Rosniati Siti Roosita Ariati

Sri Rahayu Titien Ng. Praptosuwiryo

Penyelenggara:

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI

Bekerjasama dengan

Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI),

Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP),

dan SEAMEO BIOTROP

(4)

iii

PROSIDING

Seminar Nasional “Konservasi Tumbuhan Tropika:

Kondisi Terkini dan Tantangan ke Depan”

Cibodas, 7 April 2011

Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini

kemudian mendistribusikannya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh :

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI

Sindanglaya, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat 43253

Telp.: +62263 512233, 520419; Fax.: +62263 512233

Email: krcibodas@mail.lipi.go.id

www.krcibodas.lipi.go.id

cetakan 2011©

ISBN : 978-979-99448-6-3

Penelaah :

Didik Widyatmoko, D.M. Puspitaningtyas, R. Hendrian, Irawati, Izu A. Fijridiyanto, Joko R.

Witono, Risna Rosniati, Siti Roosita Ariati, Sri Rahayu, Titien Ng. Praptosuwiryo.

Setting & Layout :

Musyarofah Zuhri, Neneng Ine Kurnita, Suluh Normasiwi, Masfiro Lailati, Destri, Wiguna

Rahman.

Desain Sampul :

Kusetiawan

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Time is flying. Tidak terasa Kebun Raya Cibodas telah berusia 159 tahun pada tanggal 11 April 2011. Seiring dengan berjalannya waktu tantangan yang dihadapi tidak semakin ringan. Kebun Raya sebagai garda terdepan dalam konservasi tumbuhan secara ex situ dituntut untuk berkontribusi secara nyata dalam melestarikan dan mendayagunakan tumbuhan tropika secara berkelanjutan. Program dan kegiatan Kebun Raya juga harus menjadi bagian integral dalam merespons isu-isu penting nasional, regional, maupun global, seperti kemerosotan keanekaragaman hayati, deforestasi dan degradasi lahan, serta perubahan iklim. Perubahan tata guna lahan yang sangat cepat, degradasi hutan dan kawasan-kawasan konservasi, serta perubahan iklim global secara jelas telah mengancam keanekaragaman hayati, terutama di daerah tropis. Kondisi ini makin diperparah dengan berbagai kebijakan dan praktek-praktek pengelolaan sumberdaya yang belum mampu mengatasi laju penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya hayati.

Prosiding ini merupakan dokumentasi Seminar Nasional dengan tema “Konservasi Tumbuhan Tropis: Kondisi Terkini dan Tantangan ke Depan” yang dilaksanakan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI pada tanggal 7 April 2011. Seminar ini digagas dalam rangka membahas dan mendiskusikan perkembangan penelitian yang telah dan sedang dilakukan dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam mengkonservasi tumbuhan tropis pada masa yang akan datang.

Seminar ilmiah ini diikuti oleh 135 peserta, yang berasal dari berbagai institusi baik nasional maupun internasional. Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini yaitu Prof. J.W. Ferry Slik (pakar ekologi dan taksonomi tumbuhan dari Xishuangbanna Tropical Botanical Garden, China); Prof. Barry Conn (pakar Biosistematika dari National Herbarium of New South Wales Sydney, Australia); Prof. Dr. Ir. Iskandar Zukarnaen Siregar, M.For.Sc. (pakar silvikultur dan pemuliaan tumbuhan dari Institut Pertanian Bogor); dan Dr. Irdika Mansur, M.For.Sc. (Deputi Kepala Manajemen Sumber Daya dan Komunikasi, SEAMEO BIOTROP Regional Centre for Tropical Biology).

Prosiding ini berisi 93 makalah yang merupakan hasil penelitian dari para peserta seminar. Secara umum topik yang disampaikan meliputi biologi konservasi, biosistematika tumbuhan, ekologi tumbuhan, etnobotani, dan hortikultura.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Panitia Pelaksana Seminar, Perhimpunan Biologi Indonesia, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, SEAMEO BIOTROP, dan seluruh pihak yang telah membantu penyelenggaraan seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi tumbuhan tropis pada masa yang akan datang.

Cibodas, September 2011

Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc. Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan

(6)

ISBN 978-979-99448-6-3 v DAFTAR ISI

Kata Pengantar... iv The Population Dynamics, Life Cycle and Conservation Status of Very Rare

Rafflesia Bengkuluensis Susatya, Arianto & Mat-Salleh at Talang Lais, Kaur, Bengkulu

Agus Susatya ... 1 Lasianthus spp. Germination: Role of Air Temperature, Received Radiation and

Substrate Humidity

Annisa Satyanti and R. Subekti Purwantoro ... 6 Mengenal dan Melestarikan Pohon Andalas (Morus macroura Miq.)

Aswaldi Anwar... 11 Phylogenetic Analysis of Tree Fern Dicksonia blumei (Dicksoniaceae)

Bayu Adjie ... 18 Sebaran, Keragaman dan Kelimpahan Vegetasi Mangrove di Pulau Batam, Karimun, Natuna, dan

Pulau-Pulau Kecil di Sekitarnya

Danang Wahyu Purnomo dan Didi Usmadi ... 21 Beberapa Jenis Syzygium yang Tumbuh di Tepi Sungai di Wilayah Kabupaten Malang

Deden Mudiana ... 29 Pengaruh Arsitektur Pohon Model Petit, Leeuwenberg, dan Aubreville Terhadap Aspek Hidrologi

Lolosan Tajuk, Aliran Batang, Intersepsi Hujan dan Intersepsi Serasah di Kebun Raya Purwodadi

Siti Sofiahdan Dewi Ayu Lestari ... 36 Persebaran dan Keragaman Anggrek Pecteilis susannae (L.) Rafin. di Indonesia

Diah Sulistiarini ... 40 Potensi Dipterocarpaceae Sebagai Penyerap C02 dan Penyimpan Karbon di Kebun Raya Bogor

Didi Usmadi, Sri Wahyuni dan Melani K. Riswati ... 45 Membangun Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Hutan Konservasi di Indonesia

Didik Suharjito ... 50 Keanekaragaman Anggrek di Cagar Alam Panjalu

Dwi Murti Puspitaningtyas ... 56 Uji Daya Simpan Biji Anggrek Dendrobium stratiotes Rchb.F.

Dwi Murti Puspitaningtyas dan Elizabeth Handini ... 60 Regenerasi Heritierap percoriaceae Kosterm. di Kebun Raya Bogor

Dodo dan Yupi Isnaini ... 66 Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan Enkapsulasi Terhadap Viabilitas Benih

Mangium (Acacia mangium Willd)

Dody Priadi ... 71 Inventarisasi Kerusakan Flora Hutan di Lereng Selatan Gunung Slamet

(7)

ISBN 978-979-99448-6-3 vi Kelekak: Kebun Buah-Buahan Lokal untuk Generasi Mendatang Salah Satu Bentuk Konservasi

Masyarakat Bangka

Eka Sari, Dyah Sandra Fiona, dan Nova Adelia ... 82 Efektivitas Dua Periode Waktu dan Beberapa Metode Penyimpanan Terhadap

Biji Garcinia picrorhiza Miq.

Elly Kristiati Agustin ... 88 Konservasi dan Perbanyakan Dendrobium spectabile (Blume) Miq. di Kebun Raya Bali

Ema Hendriyani dan I Gede Tirta ... 93 Kapulaga (Amomum compactum Sol.ex Maton): Manfaat dan Sebarannya di Gunung Honje,

Taman Nasional Ujung Kulon

Emma Sri Kuncari ... 96 Atribut Ekologi Hutan Sekunder Dataran Rendah yang Terbentuk Setelah Peladangan di

Talang Tais, Kaur, Bengkulu

Enggar Apriyantodan Siswahyono ... 101 Inventarisasi Bahan Obat Tradisional di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Eniek Kriswiyanti, I Ketut Junitha, Endang Sri Kentjonowati, Nyoman Darsini, dan Iriani Setyawati .... 108 Kegiatan Eksplorasi Flora Kebun Raya Purwodadi di Pulau Sulawesi

Esti Endah Ariyanti ... 113 Eksplorasi Keanekaragaman Tumbuhan Anggrek di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan, Kab. Lampung Barat, Propinsi Lampung

Esti Munawarohdan Popi Aprilianti ... 118 Lumut di Kawasan Konservasi Ecology Park Cibinong, Jawa Barat

Florentina Indah Windadri ... 128 Potensi Duapuluh Tujuh Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh Suku Sasak di Sekitar

Taman Nasional Gunung Rinjani

Francisca Murti Setyowatid dan Wardah ... 134 Keragaman Anggrek Alam di Kawasan Konservasi Bukit Bungkuk, Kabupaten Kampar,

Provinsi Riau

Sri Hartini dan Hary Wawangningrum... 140 Adaptasi dan Seleksi 50 Jenis Begonia Dataran Tinggi di Kebun Raya Bogor

Hartutiningsih - M. Siregar dan Mustaid Siregar ... 144 Eksplorasi dan Inventarisasi Anggrek di Lereng Selatan Gunung Merapi : Data Terakhir Sebelum

Erupsi 2010

Susila, H., A. R. U. Wibowo, I. B. Nugroho, M. Bait, M. B. Atmaja, A. C. Pamuji, T. Sukoco dan

H. Wardhana ... 150 Silangan Begonia robusta Blume var. robusta dengan Begonia flacca Irmsch

I Made Ardaka dan Ni Kadek Erosi Undaharta ... 156 Hama Penggerek Daun (Catocala sp.) Pada Koleksi Zingiberaceae di Kebun Raya Bali dan

Pengendaliannya

I Putu Agus Hendra Wibawa ... 160 Keanekaragaman Fungi Endofitik yang Berasosiasi dengan Akar Anggrek

Spathoglottis plicata Blume dan Flickingeria fimbriata (Blume) Hawkes

Imam Bagus Nugroho, Hendry Susila, dan Rina Sri Kasiamdari ... 166 Keanekaragaman Anggrek Epifit di Sekitar Danau Tamblingan-Bali

(8)

ISBN 978-979-99448-6-3 vii Ig. Tirta dan Ema Hendriyani ... 174 Analisis Vegetasi dan Kandungan Fitokimia Akar Kuning

(Coscinium fenestratum (Gaertn.) Colebr.) di Hutan Penelitian Samboja, Kalimantan Timur

Ibnu Hajar ... 180 The Diversity of Lichens in Cibodas Botanical Gardens and Their Potential as Herbal Medicine

Iin Supartinah Noer ... 187 Pengaruh Aplikasi Arang pada Pertumbuhan Semai Beberapa Jenis Leguminosae

Indriani Ekasari ... 195 Keanekaragaman Jenis dan Ekologi Sirih-Sirihan Liar Anggota Suku Piperaceae di Kawasan Hutan

Lindung BKPH Gunung Slamet Barat dan BKPH Moga

Inggit Puji Astuti, Eka Fatmawati Tihurua, dan Sugeng Budiharta ... 205 Germination of Indonesian Paphiopedilums at Different Maturity of Fruits and The Affinities

Between The Species

Irawati ... 212 Input Karbon dan Nitrogen Via Gugur Seresah di Hutan Dataran Rendah Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango

Joeni Setijo Rahajoe dan Chumairoh ... 216 Prospek Konservasi Daun Sang (Johannesteijsmannia spp.) di Taman Nasional Gunung Leuser

Kansih Sri Hartini... 220 Keragaman dan Karakteristik Pisang (Musa acuminata) Kultivar Group Diploid AA

Koleksi Kebun Raya Purwodadi

Lia Hapsari dan Ahmad Masrum ... 225 Study Laju Pertumbuhan Alamiah Tetrastigma glabratum Dibandingkan Dengan Laju Eksploitasi

Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Lindung Gunung Prau

Lianah, Henna, Munifatul I. ... 230 Variasi Anatomi (Stomata & Idioblast) pada Marga Curcuma

Lilih Khotim Perwati, Erry Wiryani, Murningsih ... 238 Studi Aktivitas Antifungi Lumut Terhadap Fungi Patogen dari Daun Anggrek

(Bulbophyllum flavidiflorum Carr.)

Lily Ismaini ... 243 Karakteristik Anatomi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Berbagai Media Tanam Tailing Timah

dengan Penambahan Limbah Padat Kelapa Sawit

Lina Juairiah ... 248 Tipe Morfologi dan Anatomi Kulit Batang Pohon Inang Anggrek Epifit di Petak 5 Bukit

Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi

Muhammad Bima Atmaja dan Asri Cahyaning Pamuji ... 253 Potensi Cadangan Biji di Dalam Tanah pada Hutan Sekunder Wornojiwo

Musyarofah Zuhri, dan Zaenal Mutaqien ... 259 Pemanfaatan Bambu di Kabupaten Jember, Jawa Timur

(9)

ISBN 978-979-99448-6-3 viii Karakterisasi Morfologi Klon Durian (Durio zibethinus Murr.) Lokal Berpotensi Unggul di

Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur

Nurul Aini, Kuswanto, and Ghunthur Sheto Ari Utomo ... 272 Variasi Plasma Nutfah Tumbuhan Secara Lekat Lahan di Pekarangan: Studi Kasus Kecamatan

Jenggawah, Jember

Nurul Sumiasri dan Ninik Setyowati ... 277 Distribusi dan Status Konservasi Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. (Myrtaceae)

Pudji Widodo, Tatik Chikmawati, dan Dwi Nugroho Wibowo ... 284 Eksplorasi Tumbuhan di Daerah Konservasi Perkebunan Kelapa Sawit Rea-Kaltim

Purwaningsih... 288 Komposisi Floristik Hutan Sekunder di Lokasi Restorasi Blok Hutan Sei Serdang, Resort Cinta

Raja- Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

Razali Yusuf ... 299 Induksi Proembrio Terhadap Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Kombinasi Zat Pengatur

Tumbuh Auksin dan Sitokinin

Ria Cahyaningsih, Darda Efendi, dan Endah R. Palupi ... 305 Profil Pohon Induk dan Penyebaran Regenerasi Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Becc.)

di Hutan Pendidikan Kebun Raya Unmul Samarinda

Rita Diana, Deddy Hadriyanto, Hastaniah, Raharjo Ari Suwasono ... 311 Populasi Biji di Lantai Hutan Pamah Pasir Pring, Sukabumi, Jawa Barat

Rochadi Abdulhadi, Rike Anwar Fuadi, dan Suhardjono ... 324 Studi Penyebaran Corypha utan Lamk. di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

Rony Irawanto ... 332 Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi Pohon di Hutan Pantai pada Kawasan Cagar Alam

Pulau Sempu, Kabupaten Malang

Ruddy Polosakan ... 336 The Effect of Light on the Germination and the Growth of the Seeds of

Dendrobium spectabile Blume (Orchidaceae) In Vitro

Siti Nurfadilah ... 341 Pemanfaatan Jenis-Jenis Tumbuhan oleh Masyarakat Madura, Mandar dan Bajau di

Pulau Sepanjang, Sumenep, Jawa Timur

Siti Susiarti, Rugayah dan Suhardjono ... 345 Estimasi Laju Penyimpanan Karbon pada Beberapa Jenis Ficus Koleksi Kebun Raya Purwodadi

Soejono ... 352 Kolonisasi Rafflesia patma pada Pohon Inang di Cagar Alam Pangandaran

Sofi Mursidawati dan Melani K. Riswati ... 358 Ekologi Anggrek Didymoplexis pallen Griffith di Kebun Raya Purwodadi

Solikin ... 363 Keragaman Habitat Hoya multiflora Blume di Stasiun Penelitian Bodogol, Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango

(10)

ISBN 978-979-99448-6-3 ix Studi Banding Akumulasi Timbal (Pb) pada Daun Hibiscus tiliaceus L. dan Daun Ki Hujan

Samanea saman (Jacq.) Merr. di Makassar

Sri Suhadiyah, Muhammad Ruslan Umar, dan Surni ... 373 Inventarisasi Tumbuhan Obat di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ... 380 Pengetahuan Tradisional Suku Lembak Tentang Keragaman Jenis Tumbuhan Obat di Dua Desa di

Bengkulu

Steffanie Nurliana ... 393 Studi Biologi Bunga Ixora amboinica (Blume) Dc.

R.S. Purwantoro dan Sumanto ... 401 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Schefflera elliptica (Blume) Harms.

R.S. Purwantoro, A. Agusta, dan Praptiwi ... 406 Pengelolaan Lanskap Multifngsi: Pendekatan Alternatif Dalam Konservasi Tumbuhan Kayu

Subekti Rahayu, Hartiningsih, Sonya Dewi, Agus P. Kartono, dan Agus Hikmat... 411 Aktivitas Anti Bakteri dan Anti Jamur pada Plectranthus javanicus (Blume) Benth.,

P. galeatus Vahl, dan Scutellaria slametensis Sudarmono & Conn (Lamiaceae)

Sudarmono, Hartutiningsih M-Siregar, R. Subekti Purwantoro dan A. Agusta ... 418 Pertumbuhan Awal Tanaman Bambu Tutul (Bambusa maculata Widjaja) di Stasiun Penelitian

Hutan Arcamanik, Bandung

Sutiyono dan Marfu’ah Wardani ... 423 Canonical Corespondence Analysis of Plant Community at Buyan-Tamblingan

Lake Forest Areas Bali

Sutomo dan I Dewa Putu Darma ... 429 Inventarisasi Alternatif Bahan Pangan Pokok dari Hutan Sebagai Langkah Rediversifikasi Pangan

dan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Secara Berkelanjutan

Syamsul Hidayat ... 432 Eksplorasi dan Penelitian Flora Gunung Singgalang, Sumatera Barat

Taufikurrahman Nasution dan Destri ... 438 Keanekaragaman Karakter Fenotipik Tanaman Dahlia Asal Jawa Barat dan Padang

Tien Turmuktini, Usep Taryana, dan Agung Karuniawan ... 444 Survey and Monitoring Methods for Cibotium barometz (L.) J. Sm. (Cyatheaceae)

Titien Ngatinem Praptosuwiryo, Rugayah, dan Didit Okta Pribadi ... 449 Fenologi Aktivitas Reproduktif Tiga Jenis Rutaceae, Koleksi Kebun Raya Purwodadi

Titut Yulistyarini dan Abban Putri Fiqa ... 457 Kajian Variasi Morfologi Kantong Semar (Nepenthes spp.) Sebagai Pendukung dalam Upaya

Pengembangannya untuk Tanaman Hias

Tri Handayani ... 464 Konservasi dan Mikropropagasi Rhododendron radians J.J.Sm. di Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali

Tri Warseno dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 469 Jenis-Jenis Anggrek Epifit dan Inangnya di Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang,

Jawa Timur

(11)

ISBN 978-979-99448-6-3 x Role of Dye Plants as Natural Dyes Uses in Local Communities in Indonesia

Wardah dan Francisca Murti Setyowati ... 479 Eksplorasi Flora di Kawasan Gunung Rinjani Nusa Tengara Barat

Nyoman Peneng dan Wawan Sujarwo ... 486 Perkembangan Dicksonia blumei Moore dengan Biakan Spora Secara In Vitro

Wenni S. Lestari ... 494 Survivorship and Growth of Eight Native Tree Species during their Early Stage at a Restored Land

Within Gede Pangrango National Park, Indonesia

Wiguna Rahman, Fitri Kurniawati, Eka A.P. Iskandar, Imawan W. Hidayat, Didik Widyatmoko,

dan Siti Roosita Ariati ... 500 Pengaruh Naungan Paranet Terhadap Sifat Toleransi Tanaman Kecapi

(Sandoricum koetjape (Burm.F.) Merr. )

Wihermanto dan Tri Handayani ... 506 Pemanfaatan dan Karakterisasi Tumbuhan Tropis untuk Biosintesis Nanopartikel Perak

Windri Handayani, Cuk Imawan, dan Susiani Purbaningsih... 510 Aspek Etika dalam Konservasi Tumbuhan di Indonesia

Wiryono ... 518 Uji Media Pertumbuhan untuk Perbanyakan dan Viabilitas Spora Trichoderma sp., Kapang Endofit

Akar Puspa (Schima wallichii (DC.) Korth.)

Yati Nurlaeni ... 523 Seedling Growth of Diospyros blancoi A. DC., the Common Plant for Rehabilitation,

Under Different Shade Level

Yayan Wahyu C. Kusuma dan Tri Handayani ... 530 Potensi Karbon Tersimpan pada Tegakan Pohon di Taman Kota I Bumi Serpong Damai (BSD),

Tangerang

Dini Fardila, Lily Surayya Eka Putri, dan Yudhi Nugraha ... 534 Konservasi In Vitro dan Perbanyakan Anggrek Alam di Kebun Raya Indonesia

Yupi Isnaini, Ema Hendriyani, dan Siti Nurfadilah ... 539 The Genus Typhonium Schott (Araceae - Areae) in Java

Yuzammi ... 544 Penyebaran Tumbuhan Asing di Hutan Wornojiwo Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat

Zaenal Mutaqien, Vin-Vin Maria Tresnanovia, dan Musyarofah Zuhri ... 550 Indeks ... 559

(12)

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

432

INVENTARISASI ALTERNATIF BAHAN PANGAN POKOK DARI HUTAN SEBAGAI LANGKAH REDIVERSIFIKASI PANGAN DAN PEMANFAATAN

SUMBERDAYA HAYATI SECARA BERKELANJUTAN

Inventory of Alternative Staple Food of the Forest As a Step Towards Food Rediversification and Sustainable Used of Biodiversity

Syamsul Hidayat

Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor E-mail : hidayatkbri@yahoo.com

Abstract

Lack of food is an issue from time to time in the history of human life. Forests have played an important role in the availability of food for humans so far. There are a lot of plants as source of food. Inventory of forest vegetation as food resources is done through some surveyed. This paper focus on discussion of plant which produce carbohydrate as a staple food. At least 22 species have recorded as an alternative staple food, from a variety of forest. Three species of mangrove, seven species of coastal forests, one species of swamp forest, two species of the savanna, six species of lowland tropical rain forest, and three species of highlands tropical rain forest.These plants could be developed as an alternative staple food as a step towards food rediversification and biodiversity conservation.

Keywords : plant, staple food, rediversification PENDAHULUAN

Manusia sangat tergantung kepada pangan sebagai sumber energi pertumbuhan dan pergerakan aktivitasnya. Mengingat fungsi pangan sangat penting, sebagian orang menggolongkan pangan sebagai hak asasi manusia. Selayaknya sebagai hak asasi manusia, pangan harus terpenuhi oleh setiap insan di muka bumi ini termasuk masyarakat Indonesia. Namun kenyataan menunjukkan masih banyak penduduk Indonesia yang kekurangan pangan. Analisis yang dilakukan BPS (Dewan Ketahanan Pangan dan FAO 2005) menyebutkan, lebih dari setengah jumlah kabupaten/kota di Indonesia memiliki prevalensi balita kurang gizi lebih dari 25% dan proporsi penduduk yang mengkonsumsi energi kurang dari 2.100 kal/orang/hari sebesar 64%. Hasil pemetaan pangan juga menunjukkan bahwa 100 dari 265 kabupaten di Indonesia tergolong rawan pangan dan gizi kronis (Ariani et al. 2008).

Permasalahan di atas tak lepas dari sejumlah kebijakan yang mengabaikan pangan lokal yang sejak berbad-abad lalu telah memberi makan dan kehidupan rakyat Indonesia. Misalnya Inpres No. 20/1979 tentang diversifikasi pangan dikeluarkan. Inpres ini kurang efektif karena dalam waktu bersamaan dilakukan intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian untuk meningkatkan produksi beras. Diversifikasi pangan hanya merupakan program hiasan (Suyono. 2002).

Bangsa Indonesia mestinya bersyukur karena dikaruniai ribuan pulau dan laut yang luas, tempat hidup dan berkembangnya beranekaragam jenis flora dan fauna yang menjadi penyedia berbagai bahan pangan dan kebutuhan dasar manusia. Meskipun hanya menempati 1,3% daratan dunia namun di dalamnya terdapat sekitar 17% spesies yang ada di bumi. Hutan Indonesia ditumbuhi 11% spesies tumbuhan, dihuni 12% mamalia, 15% reptil dan amfibi dan 17% burung (Cahyana dan Parlan. 2004).

Kekayaan sumber hayati hutan seperti tersebut di atas ternyata belum membuat Indonesia mampu melepaskan diri dari kekurangan pangan. Hal ini dikarenakan tidak tersosialisasinya data sumber hayati tersebut secara luas kepada masyarakat, sebagai sumber pangan alternatif. Penganekaragaman pangan kembali (rediversifikasi pangan) mutlak diperjuangkan setelah program diversifikasi pangan yang dicanangkan Pemerintah sejak tahun 1974 tidak berjalan baik. Penganekaragaman pangan ke depan menuju status gizi yang lebih baik dan sehat, menghindari ketergantungan kepada negara lain dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Hal ini menurut Hariyadi et al (2003) dapat dicapai apabila:

1. Dilihat dari aspek konsumsi pangannya, penganekaragaman pangan terfokus pada sumber karbohidrat dari dominansi beras menjadi lebih beragam, serta dari komposisi menu makan yang dominan karbohidrat menjadi menu makan yang lebih seimbang.

(13)

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

433 2. Dilihat dari aspek basis produksi dan vocal

point dalam pengembangannya, penganekaragaman pangan lebih didasarkan pada keanekaragaman sumberdaya lokal dan daerah, serta dengan peningkatan peran swasta dan pemda.

Tujuan dari makalah ini adalah mengungkap potensi pangan terutama sumber pangan pokok dari tumbuhan liar yang terdapat di kawasan hutan-hutan di Indonesia. Rediversifikasi pangan dengan memanfaatkan tumbuhan pangan liar dari kawasan hutan Indonesia merupakan harapan tindak lanjut dari tersusunnya data potensi pangan lokal Nusantara saat ini.

METODOLOGI

Inventarisasi spesies liar berpotensi pangan pokok dilakukan berdasarkan laporan-laporan eksplorasi maupun tulisan ilmiah yang telah diterbitkan oleh penulis dalam sepuluh tahun terakhir ini. Penelusuran pustaka baik dari buku, jurnal, prosiding pertemuan ilmiah maupun internet dilakukan untuk melengkapi data-data yang berkaitan. Analisis deskriptif alternatif sumber pangan pokok diuraikan pada masing-masing tipe hutan, yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan rawa, padang rumput, dan hutan hujan tropika. Dipilihnya kawasan tersebut sebagai fokus pembahasan karena tipe-tipe hutan tersebut yang paling umum ditemukan di kawasan Indonesia dan pada umumnya masyarakat banyak berinteraksi dengan kelima tipe hutan tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN

Paradigma yang ditanamkan pemerintah masa lalu, seakan-akan beras merupakan satu-satunya sumber pangan karbohidrat kita masih melekat kuat di kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Kondisi ini menyebabkan sumber tumbuhan pangan liar tidak terungkap secara maksimal dan tidak banyak orang melakukan pengembangan secara optimal. Pemanfaatan tumbuhan pangan liar hanya terbatas di kawasan-kawasan masyarakat pedalaman atau masyarakat adat yang lingkupnya sangat kecil.

Untuk mendukung program rediversifikasi pangan maka perlu dilakukan suatu inventarisasi sumber pangan. Diperoleh 22 spesies tumbuhan berpotensi sebagai alternatif pangan pokok (pengganti beras). Pangan pokok dalam hal ini adalah jenis pangan sumber karbohidrat seperti beras, umbi-umbian,jagung, sagu, dan mi. Bahan makanan pokok merupakan sumber penghasil energi, yaitu karbohidrat, lemak dan protein (Isyulukhi. 2011). Beras sebagai komoditas

pangan menyumbang energi, protein dan zat besi masing-masing sebesar 63.1%, 37.7% dan 25-30% dari total kebutuhan tubuh (Wahyudin. 2008). Secara detil 22 spesies yang dimaksud diuraikan pada masing-masing tipe hutan berikut ini.

Alternatif pangan pokok dari hutan mangrove Mangrove atau hutan bakau adalah salah satu habitat penting di Indonesia yang sebagian besar daratannya dikelilingi laut. Di kawasan dimana berbagai biota peralihan daratan dan lautan ini tinggal terdapat banyak potensi ekonomi yang dapat dikembangkan termasuk potensi pangan. Pada umumnya bagian tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber pangan adalah buah. Beberapa spesies yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat antara lain Avicennia alba Bl. (api-api), Bruguiera gymnorrhiza (L.) lamk. (lindur), dan Sonneratia alba J. Smith. (pidada). Pada buah Api-api terdapat 76.56% karbohidrat, 0.9% lemak, 4.83% protein, dan 18.52% air (Septiadi. 2010). Buah dapat diolah menjadi penganan berupa bolu, puding, bapao, dan donat. Selain makanan tersebut, buah dapat juga diolah menjadi minuman seperti sirup, jus, dawet, dan kolak. Namun untuk mengolah buah api-api dan pidada menjadi bahan siap makan tidak boleh sembarangan. Kurang lebih proses pengolahannya seperti ini: langkah pertama ialah kupas kulit buah lalu potong menjadi empat, dan dibuang kapas putihnya. Kedua, masak air hingga mendidih, lalu masukkan buah hingga terendam dengan air. ketiga. masukkan abu gosok, aduk hingga rata. Keempat, pegang dengan tangan apabila kelihatan setengah matang lalau tiriskan. Kelima, cuci hingga bersih kulit luarnya Hingga kelihatan berubah dari warna aslinya. Keenam, rendam dengan air bersih. Terakhir, ganti air rendaman lima jam sekali atau apabila air rendaman berasa pahit, lakukan proses cuci rendam ini sampai airnya terasa tawar (Septiadi. 2010).

Buah lindur secara tradisional diolah menjadi kue, dicampur dengan nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) mengandung energi dan karbohidrat yang cukup tinggi. Menurut Fortuna (2005) kandungan karbohidratnya 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras (78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram). Penepungan merupakan salah satu solusi untuk mengawetkan buah lindur. Perebusan dan perendaman disamping menonaktifkan enzim juga dapat mengurangi dan menghilangkan racun-racun yang ada pada buah lindur antara lain dari jenis tanin dan HCN. Dengan perendaman yang berulang

(14)

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

434 daging buah lindur yang awalnya berwarna coklat

tua berubah menjadi coklat muda. Buah bakau tersebut di atas biasa dikonsumsi oleh masyarakat Papua dan Sumba dalam bentuk sajian olahan tepung seperti kue dan keripik (Agustina et al (2010); Astuti et al (2001))

Alternatif pangan pokok dari hutan pantai Hutan pantai adalah kawasan yang banyak menyimpan sumberdaya hayati dan terkait langsung dengan kehidupan masyarakat sekitar pantai. Tercatat 7 spesies tumbuhan sumber karbohidrat, yaitu Colocasia esculenta Schott. (Keladi) Dioscorea bulbifera L. (Keladi), Dioscorea hispida Dennst (Gadung), Manihot esculenta Crantz (Ubi kayu), Setaria italica (L.) Beauv. (Hotong), Tacca leantopetaloides (L.) Kuntze (Taka), dan Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott. (Talas). Pada umumnya bagian tumbuhan yang dikonsumsi adalah umbi, kecuali Setaria italica adalah bagian bijinya yang dikonsumsi oleh masyarakat pulau Buru. (Yuzammi & Hidayat (2006); Wardah (2009); Djarwaningsih dan Keim (2009). Biji S.italica diolah menjadi tepung sebagai bahan pembuatan kue, mi instan dan bubur instan. Proses pengolahan biji sampai tahap siap dimasak tak jauh berbeda dengan padi. perbedaannya, proses pengupasan kulitnya tidak dapat menggunakan alat yang biasa dipakai untuk mengupas kulit padi secara langsung, karena bijinya lebih kecil dibanding padi . Biji hotong mengandung komponen bioaktif yang mempunyai sifat antioksidan, antara lain adalah tanin dan vitamin E. Kandungan karbohidratnya 81.32%, lemak 3. 37%, protein14.05%, air 9.03% dan abu 1.26%.

Alternatif pangan pokok dari hutan rawa Di kawasan hutan rawa tidak banyak tumbuhan yang berpotensi pangan. Namun demikian di kawasan ini terdapat satu spesies utama penghasil sagu yaitu Metroxylon sagu Rottb., jenis ini terutama dikonsumsi oleh masyarakat Papua (Yuzammi et al. 2005). Menurut Flach dan Rumawas (1996) kandungan nutrisi yang terdapat pada batang sagu adalah 94% karbohidrat, 0.2 % protein, dan sebagian kecil lemak, 100 gr sagu setara dengan 355 kalori. Empulur yang dihasilkan diparut, kemudian parutan tersebut diperas dengan alat pres untuk mengeluarkan pati dari empulur. Setelah pemerasan selesai, dilakukan penyaringan untuk membuang serat-serat kasar dari empulur. Hasil saringan diendapkan untuk memisahkan tepung sagu dari air. Langkah selanjutnya adalah pengeringan, pengepakan, dan penyimpanan atau

distribusi ke konsumen (Chafid dan Kusumawardani. 2010).

Alternatif pangan pokok dari padang rumput (savanna)

Salah satu kawasan penting di Indonesia meskipun tidak terlalu luas persebarannya adalah padang rumput atau savanna. Kawasan ini terutama dapat ditemukan di daerah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Di kawasan ini tumbuh beberapa spesies tumbuhan liar berpotensi pangan seperti Borassus flabellifer L. (lontar) dan Corypha utan Lamk. (gewang), yang keduanya dapat ditemukan di kawasan NTT (Hidayat et al. 2001). Buah lontar atau siwalan, kenyal dan manis. Buah lontar merupakan sumber karbohidrat berupa sukrosa, glukosa dan air (Widjanarko. 2008). Di Indonesia, pohon lontar tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi. Sementara itu pohon gewang yang berusia 20 tahun dengan berat batang 700-1000 kg dapat menghasilkan tepung sebanyak 150 kg. Pengolahan batang gewang ini mirip dengan proses pengolahan tepung sagu di Maluku dan Papua. Batang gewang dicincang pada bagian tengah untuk kemudian ditumbuk, lalu direndam untuk diperas guna mendapatkan tepung sari gewang. Tepung gewang dapat diolah menjadi bahan kue dan sohun (Mboeik. 1997). Gewang ditemukan menyebar luas mulai dari India melewati Asia Tenggara, Filipina dan Indonesia hingga ke Australia utara (Heyne. 1987)

Alternatif pangan pokok dari hutan hujan tropika

a. Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah

Kawasan hutan dataran rendah merupakan kawasan yang memiliki resiko tinggi dari perambahan dan perusakan hutan. Akses yang relatif mudah mengakibatkan eksploitasi tumbuhan di kawasan hutan dataran rendah berlangsung secara terus menerus. Di kawasan ini tercatat 6 spesies tumbuhan penghasil karbohidrat seperti tersebut pada Tabel 1. Spesies tersebut dapat ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi (Purwanto et al (2005); Yuzammi & Hidayat (2006); Hidayat & Munawaroh (2009); Hidayat & Astuti (2009).

(15)

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

435 Tabel 1 Spesies tumbuhan hutan hujan tropika dataran rendah sebagai alternatif pangan pokok

Nama Spesies Kandungan nutrisi Bagian tumbuhan Cara pengolahan

Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)

Nicolson (suweg)

Karbohidrat terdiri 27% pati dan 44% manan

Umbi Umbi dicuci dengan air garam. Dibuat tepung sebagai bahan dasar pembuatan aneka kue.

Canna edulis Ker.

(ganyong)

95% karbohidrat, 1 % protein, 0. 1% lemak

Umbi Umbi dicuci bersih, dapat dimakan atau dibuat tepung sebagai bahan pembuatan kue.

Dioscorea esculenta L.

(gembili)

26-38% karbohidrat, 1.3-2 % protein, 0.1-0.3 % lemak

Umbi Ubi dikupas, dicuci dengan air mengalir sampai bersih, kemudian direbus , setelah mendidih air rebusan dibuang, dicuci lagi kemudian direbus lagi dengan air baru. Setelah pencucian ubi dijemur.

Dioscorea hispida

Dennst. (gadung)

18 % karbohidrat, 1.8% protein, 1.6% lemak

Umbi Irisan gadung yang ditambah abu direndam dalam air

beberapa hari dan diganti airnya, dicuci dengan air yang mengalir.

Dioscorea alata L. (uwi) 28% karbohidrat, 1-2.8% protein, 0.1-0.3% lemak

Umbi Proses pengolahan sama dengan gembili. Dapat dibuat kripik atau dijadikan tepung sebagai bahan makanan lainnya.

Coix lacryma jobi L.

(jali)

77 % karbohidrat, 9-23% protein, 0.5-6% lemak

Biji Biji dikuliti, dimakan seperti beras atau dicampur beras, dibuat bubur dan kue.

b. Hutan Hujan Tropika Dataran Tinggi

Sebagai daerah pegunungan Indonesia memiliki keanekaragaman pangan tinggi berasal dari dataran tinggi. Salah satu contoh adalah kawasan pegunungan di Papua. Di Papua, mulai dari umbi-umbian, serealia, buah-buahan, dan tanaman obat tersedia cukup bagi masyarakat setempat sehingga seharusnya dapat terhindar dari kekurangan gizi atau kelaparan. Namun, sosialisasi pemanfaatan sumber pangan alternatif tersebut belum dilakukan secara bijak dan berkelanjutan. Selain itu, masyarakat mulai bergantung pada sumber pangan beras karena selain enak juga mudah diperoleh. Dengan demikian diperlukan percepatan adopsi teknologi pemanfaatan sumber pangan lokal yang diharapkan dapat menjadi salah satu penyangga ketahanan pangan di daerah. Selain di Papua di beberapa kawasan pegunungan di Jawa dan Sulawesi juga menyimpan kekayaan sumberdaya pangan lokal. Setidaknya tercatat 3 spesies tumbuhan penghasil karbohidrat yaitu Arenga pinnata Merr. (aren), Xanthosoma violaceum Schott. (kimpul) dan Macadamia hildebrandii Steenis (macadamia). Sagu aren diperoleh dengan cara memisahkan bagian empulur batangnya, kemudian dilakukan pemarutan dan ekstraksi pati dengan airnya sehingga diperoleh endapan patinya. Menurut Alam (2009) kandungan

nutrisinya tak jauh berbeda dengan tepung terigu yaitu sekitar 50-70% karbohidrat, protein 2-7 %, dan lemak kurang dari 1 %. Kimpul menghasilkan umbi yang aman dikukus atau direbus atau dibuat kripik, per 100g umbi mengandung energi 145 kalori, 34.2 % karbohidrat, 1.2 % protein, dan 0.4 % lemak. Tumbuhan makadamia banyak terdapat di Jawa dan Sulawesi. Setelah dipanen dan dipecah tempurungnya, biji makadamia yang mengandung karbohidrat digoreng kemudian dikemas dan dipasarkan. Selain dipasarkan berupa kacang biasa, makadamia juga merupakan pengisi cokelat bulat, dengan biji makadamia utuh di dalamnya. Dalam 1 ons kacang terdapat kalori, lemak, lemak jenuh, dan sejumlah protein (Yuzammi & Hidayat (2006); Hidayat dan Munawaroh (2009)).

Beberapa spesies yang telah dibahas di atas sudah mulai dibudidayakan seperti ubi, gadung, maupun talas, sementara beberapa spesies masih banyak dimanfaatkan secara liar. Contoh spesies liar yang masih banyak tumbuh di hutan adalah sagu (Metroxylon sago) dan aren (Arenga pinnata). Kedua spesies ini menyebar hampir di seluruh kawasan Indonesia dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan pokok pengganti beras. Selain itu hampir semua bagian tumbuhan dari kedua

(16)

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

436 spesies ini dapat dimanfaatkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Areal sagu di Indonesia merupakan areal sagu terbesar di dunia, yaitu sekitar 1,128 juta ha atau 5.3% dari 2,201 juta ha areal sagu dunia, namun pemanfaatan sagu di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan Malaysia dan Thailand yang masing – masing hanya memiliki areal sagu seluas 1.5% dan 0.2% (Christine. 2003). Sementara itu sagu aren dapat mensubtitusi penggunaan terigu hingga 40 persen. Bahkan dalam pembuatan mihun, tepung aren dapat menggantikan terigu hingga 100 persen (Alam. 2009). Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling, air nira untuk bahan pembuatan gula merah/cuka dan pati/tepung dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan.

Selain Metroxylon sago dan Arenga pinnata, Bruguiera gymnorrhiza atau lindur sangat berpotensi dikembangkan sebagai alternatif pangan pokok. Pemanfaatan mangrove sebagai bahan pangan selama ini masih bersifat insidentil atau dalam keadaan darurat jika terjadi krisis pangan. Buah lindur yang diolah menjadi tepung, kandungan gizinya terutama karbohidrat sangat dominan sehingga bisa dieksplorasi menjadi sumber pangan baru berbasis sumber daya lokal. Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, masyarakat bisa membudidayakan mangrove jenis lindur ini di sepanjang garis pantai.

Sosialisasi ilmu pengetahuan baik dalam hal teknik budidaya maupun teknik pengolahan bahan baku menjadi bahan siap konsumsi merupakan hal penting untuk segera dilakukan. Hal ini setidaknya akan memberi motivasi kuat bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan lahan maupun tumbuhan yang ada di sekitarnya yang berpotensi pangan pokok sebagai salah satu mata pencaharian utama mereka. Teknologi kuliner diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk tidak tergantung beras sebagai makanan pokoknya. Hal terpenting adalah Pemerintah seharusnya mengembangkan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.

KESIMPULAN

Terdapat banyak sumber pangan yang berasal dari tumbuhan liar di kawasan hutan

Indonesia. Setidaknya tercatat 22 spesies merupakan tumbuhan penghasil karbohidrat sehingga dapat menjadi alternatif pengganti pangan pokok. Selain kandungan nutrisinya yang tidak berbeda jauh dengan beras, spesies tersebut merupakan spesies lokal yang sebenarnya telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Alternatif pangan pokok pengganti beras ini juga tersebar di berbagai kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat, sehingga tidak menyulitkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian perlu segera melakukan rediversifikasi pangan pokok dengan meningkatkan teknologi kuliner kepada masyarakat dan bertumpu pada sumberdaya dan budaya lokal. Hal ini dapat menunjang kesejahteraan rakyat sekaligus mendukung pemanfaatan sumberdaya hayati secara berkelanjutan.

REFERENSI

Agustina Y.S., Arobaya dan F. Pattiselanno. 2010. Hutan bakau dan kelompok etnis di Papua. fokerlsmpapua.net/.../98-hutan-bakau-dan-kelompok-etnis-di-papua

Alam N. 2009. Mampu ciptakan cokelat batangan

dan tepung pati aren.

http://arenindonesia.wordpress.com/produk -aren/tepung-aren/

Ariani M, HPS Rachman, GS Hardono, TB Purwantini. 2008. Analisis wilayah rawan pangan dan gizi kronis serta alternatif penanggulangannya. Pengembangan Inovasi Pertanian 1 (1), 2008: 66-73 Astuti, I.P., S.Hidayat, and G.Wigthman. 2001.

The traditional use of mangrove in East Sumba, Indonesia. The Beagle Vol.17 Dec 2001. The Museum and Art Galleries of The Northern Territory.

Cahyana, L dan TM Parlan. 2004. Potret buram hutan Indonesia. Institut Studi Arus Informasi (ISAI).

Chafid, A dan Kusumawardhani. 2010. Modifikasi tepung sagu menjadi maltodekstrin menggunakan enzim α-amylase. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Christine, J. 2003. Potensi tanaman sagu dan pemanfaatannya untuk ketahanan pangan nasional. Universitas Riau, Pekanbaru. Djarwaningsih, T. dan A.P. Keim. 2009.

Jenis-jenis tumbuhan berpotensi ekonomi di pulau Karimunjawa, Jawa Tengah. Dalam Y Purwanto dan E.B. Waluyo (ed) Prosiding Seminar Nasional Etnobotani IV. Keanekaragamn Hayati, Budaya dan Ilmu

(17)

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

437 Pengetahuan. Pusat Penelitian Biologi,

LIPI. Bogor.

Flach, M. and F. Rumawas (ed). 1996. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) No. 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. Blackhuys, Leiden.

Fortuna, J. 2005. Ditemukan buah bakau sebagai

makanan pokok.

http://www.Tempointeraktif.com.

Hariyadi, P., B. Krisnawati dan F.G. Winarno. 2003. Penganekaragaman pangan, prakarsa swasta dan pemda. Forum Kerja Penganekaragaman Pangan. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia,

jilid 1. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hidayat, S dan E. Munawaroh. 2009.

Keanekaragaman jenis tumbuhan liar dan potensinya di kawasan hutan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Dalam Y Purwanto dan E.B. Waluyo (ed) Prosiding seminar nasional etnobotani IV. keanekaragamn hayati, budaya dan ilmu pengetahuan. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Bogor.

Hidayat, S. dan I.P. Astuti.2009. Potensi hutan lindung Gunung Kelud sebagai plasma nutfah tumbuhan liar berprospek ekonomi . Proceedings of 6th basic science national seminar, Department of Physics, Faculty of Sciences Brawijaya University. Malang. Hidayat, S., IP Astuti, E. Munawaroh dan G.

Wightman. 2001. Tumbuhan berguna di kawasan hutan Luku Melolo, Sumba Timur, Indonesia. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI - Parks and Wildlife Comission of The Northern Territory, ACIAR.

Isyulukhi, A. 2011. Bahan makanan dan zat

makanan.

http://blog.uin- malang.ac.id/atuks/2011/01/07/bahan-makanan-dan-zat-makanan/

Mboeik, C. 1997. Membuat bahan baku pangan dari pohon tidak produktif. http://flobamora.tripod.com

Purwanto, Y., E.B.Waluyo dan J.J. Afriastini. 2005. Keanekaragaman jenis hasil hutan bukan kayu di plot permanen Sungai Tapah Jambi. Journal of tropical ethnobiology Vol II. No.1. The Ethnobiological Society of Indonesia.

Sadana. D. 2007. Buah aibon di Biak Timur mengandung karbohidrat tinggi. Situs Resmi Pemda Biak Num for news_.htm. Septiadi, A. 2010. Mangrove Pun Menghasilkan

Pangan Bergizi.

www.kesehatan.kompasiana.com/../mangro ve-pun-menghasilkan-pangan-bergizi

Suyono A.G. 2002. Peta pangan dan program penganekaragaman pangan 1939-2002 (63 tahun). Forum Kerja Penganekaragaman Pangan.

Wahyudin, I. 2008. Analisis perbandingan kandungan karbohidrat, protein, zat besi dan sifat organoleptik pada beras organik dan beras non organik. Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wardah. 2009. Hotong (Setaria italica (L.) Beauv.) sebagai bahan pangan tradisional sumber karbohidrat di Buru Utara, Maluku. Dalam Y Purwanto dan E.B. Waluyo (ed) Prosiding seminar nasional etnobotani IV. Keanekaragamn hayati, budaya dan ilmu pengetahuan. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Bogor.

Widjanarko. 2008. Siwalan dan kandungan NIRA nya.

http://simonbwidjanarko.wordpress.com Yuzammi dan Hidayat, S. 2006. Flora Sulawesi:

unik, langka, dan endemik. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI.

Yuzammi, Sugiarti dan Katherina. 2005. Studi biodiversitas potensi energi dan mineral di kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop untuk pemanfatan berkelanjutan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Forestry Research.The World Agroforestry Center. Indonesia.

Gambar

Tabel 1 Spesies tumbuhan hutan hujan tropika dataran rendah sebagai alternatif pangan pokok  Nama Spesies  Kandungan nutrisi  Bagian tumbuhan  Cara pengolahan  Amorphophallus

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu, subyek akan diberi stimulus 2, yaitu diminta untuk menuliskan keburukan-keburukan pasangan (sifat-sifat atau karakter negatif), dan dilanjutkan lagi pada

Metode analisis data merupakan suatu cara untuk mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

Untuk penambahan kapasitas aliran udara yang lebih besar, gerakan kantung gas semakin cepat sehingga turbulensi semakin besar di daerah dinding pipa pada bagian atas pipa uji, dan

perempuan sedikit lebih tinggi dari pada rata-rata skor keterampilan proses sains mahasiswa laki-laki, tetapi berdasarkan uji U Mann Whitney tidak ada perbedaan

Untuk mengkaji apakah ada perbedaan peningkatan penguasaan teori belajar mengajar (PTBM) awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah yang menempuh mata kuliah

The Development of Teaching and Learning Science Models at Primary School and Primary School Teacher Education... Final Report URGE

Substansi kajian mata kuliah ini mencakup: hakikat penelitian, metode ilmiah, permasalahan penelitian, variabel penelitian, jenis-jenis penelitian pendidikan,

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa hampir semua pilihan materi dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun tes kemampuan yang diharapkan (tujuan) pada mata kuliah SBM Fisika,