• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka harapan hidup meningkat dari 70,2 tahun pada 1965, menjadi 77,8 tahun pada 2010. Sementara di Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman, angka harapan hidup mencapai 72 tahun untuk pria, dan 76 tahun untuk wanita (Dinkes Sleman, 2011). Naiknya angka harapan hidup ini disebabkan peningkatan status sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, dan pengetahuan masyarakat (Azizah, 2011; Eliopoulos, 2010).

Seiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan ini akan mempengaruhi seluruh sistem tubuh, termasuk sistem imun, yang mengakibatkan penurunan respon imun. Dengan menurunnya sistem imun, maka lansia akan mudah terserang penyakit, terutama penyakit infeksi. Penurunan fungsi organ tubuh lainnya, bersamaan dengan adanya penyakit kronis seperti diabetes, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi. Seringkali, infeksi ringan pada usia tua, akan lebih cepat meluas (Fatmah, 2006).

Munculnya penyakit infeksi yang mudah meluas pada usia tua dapat menurunkan derajat kualitas hidup lansia. Selain mempengaruhi kualitas hidup, seringnya sakit pada lansia juga akan mempengaruhi kesehatan psikologis. Dari segi finansial, lansia akan membutuhkan biaya perawatan kesehatan yang lebih besar ketika sakit (Azizah, 2011).

Seharusnya, dalam usia tua, lansia memiliki keadaan tubuh yang tetap sehat, yang dikenal dengan healthy aging. Dengan keadaan sehat tanpa proses

(2)

patologis dalam tubuhnya, lansia akan memiliki kualitas hidup yang baik, dan menekan biaya perawatan kesehatan (Darmojo dan Martno, 2004; Eliopoulos, 2010).

Untuk mendapatkan kesehatan yang baik dalam usia lanjut, ada banyak cara yang dapat dilakukan. Mengoptimalkan sistem imun dapat membawa dampak yang baik untuk tubuh. Ketika respon imunitas tubuh baik, maka tubuh akan memiliki kekebalan dari serangan patogen. Peningkatan respon imunitas ini dapat dilakukan dengan mengasup makanan yang mengandung zat yang dapat meningkatkan sistem imun, atau dikenal dengan imunonutrisi. Peningkatan imunitas juga dapat dilakukan dengan menjaga status gizi tetap ideal (Heyland dkk, 2001; Joseph dkk, 2008).

Nutrisi yang dapat meningkatkan sistem imun dapat berupa asam amino, asam lemak rantai panjang, nukleotida, serta antioksidan dari vitamin dan mineral. Antioksidan dari vitamin dan mineral antara lain berasal dari vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan zink. Vitamin dan mineral tersebut dapat ditemukan pada bahan makanan sehari-hari. Ketika seseorang mengasup sumber vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, maka sistem imun tubuhnya juga akan bekerja secara optimal (Calder, 2007; Junaidi, 2010).

Fungsi vitamin dan mineral untuk sistem imun antara lain membantu diferensiasi sel epitel sebagai barier imunitas pertama seperti yang dilakukan vitamin A. Selain itu, vitamin C dapat meningkatkan aktivitas sel limfosit, vitamin E dan selenium berperan sebagai antioksidan yang menghalangi kerusakan sel makrofag, sel dendrit, limfosit, dan sel NK. Sedangkan zink akan meningkatkan respon imun. Sejauh ini, penelitian mengeni efek pemberian imunonutrisi pada pasien dengan kondisi respon imunitas yan rendah, terbukti dapat mempercepat

(3)

masa penyembuhan. Maka, diperkirakan manusia yang sehat pun akan memiliki respon imun yang optimal jika mengkonsumsi imunonutrisi dalam jumlah yang cukup (Bastian dan Weiman, 2002; Graat dkk, 2002; Holford, 2005; Ericson dkk, 2000).

Status gizi juga mempengaruhi imunitas. Kejadian infeksi sering terjadi pada seseorang yang mengalami malnutrisi. Dalam keadaan malnutrisi, tubuh tidak akan membentuk pertahanan imunitas yang baik. Sedangkan infeksi sendiri sering menurunkan nafsu makan sehingga membawa pada status gizi yang lebih buruk. Dalam keadaan obesitas, terutama pada lansia akan terjadi penurunan fungsi dari limfosit, aktivitas sel NK, dan mitogenesis limfosit, sehingga dapat menurunkan imunitas (Moriguchi dkk, 1998; Supariasa, 2001).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan asupan imunonutrisi dari vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan zink, serta status gizi terhadap kejadian penyakit infeksi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan asupan imunonutrisi dan status gizi dengan kejadian penyakit infeksi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

(4)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk melihat adanya atau tidaknya perbedaan asupan imunonutrisi dan status gizi dengan kejadian penyakit infeksi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melihat gambaran asupan gizi dan asupan imunonutrisi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

b. Untuk melihat gambaran status gizi lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

c. Untuk melihat gambaran kesehatan lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

d. Untuk melihat perbedaan persen limfosit antara lansia sehat dan sakit di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta pengalaman penelitian mengenai imunonutrisi, status gizi, dan imunitas pada lansia.

2. Bagi Subjek Penelitian

Menambah pengetahuan serta berbagi pengalaman mengenai peranan imunonutrisi dan status gizi bagi imunitas lansia.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah literatur mengenai kecukupan asupan imunonuntrisi (vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan zink) pada lansia.

(5)

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Lee dan Wan (2000) yang berjudul Vitamin E Supplementation Improves Cell-Mediated Immunity and Oxidative Stress of Asian Men and Women. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dimana 13 wanita dan 13 pria sehat berusia antara 25-35 tahun diberi suplementasi vitamin E sebesar 400 IU per hari selama 28 hari. Pada hari pertama, sebelum diberi kapsul vitamin E, responden dipuasakan semalam dan sampel darah responden diambil untuk melihat proliferasi limfosit dan marker stres oksidatif. Setelah 28 hari intervensi, responden kembali diambil sampel darahnya. Hasil penelitian menunjukkan, setelah mengkonsumsi vitamin E 400 IU selama 28 hari, proliferasi limfosit menjadi lebih baik dan marker stres oksidatif menurun. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti vitamin dengan sistem imun. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak dalam racangan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian intervensi, sementara penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian obervasional. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan bukan hanya meneliti vitamin E, namun juga vitamin A, vitamin C, selenium, dan zink, serta status gizi yang akan dihubungkan dengan kejadian penyakit infeksi pada lansia.

2. Prasad dkk, tahun 2007 melakukan penelitian berjudul Zinc Supplementation Decreases Incidence of Infections in the Elderly: Effect of Zinc on Generation of Cytokines and Oxidative Stress. Penelitian ini merupakan penelitian randomized controlled trial secara double blind. Subjek penelitian adalah 50 lansia sehat, yang dibagi secara acak ke dalam kelompok intervensi dan

(6)

placebo. Kelompok intervensi akan mendapatkan suplementasi 15 mg zink elemental dalam 1 kapsul zink glukonate setiap hari selama 12 bulan. Selama 12 bulan tersebut, akan dicatat kejadian sakit dan infeksi dari responden, serta akan dilakukan pengukuran serum zink dan marker stres oksidatif dari kelompok intervensi dan placebo baik sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian ini adalah, pada kelompok intervensi ditemukan bahwa kadar serum zink meningkat secara signifikan, dan terdapat menurunan marker stres oksidatif secara signifikan. Kejadian infeksi juga lebih rendah secara signifikan pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok placebo.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama melihat hubungan zink dengan kejadian infeksi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan ada pada rancangan penelitian, dimana penelitian ini merupakan penelitian intervensi. Perbedaan lain adalah varibel yang diteliti, dimana penelitian ini hanya menggunakan zink, namun penelitian yang akan dilakukan menggunakan juga meneliti vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium dan status gizi.

3. Kanthi Permaningtyas Tritisari pada tahun 2011 melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Asupan Immunonutrient dan Status Gizi dengan Angka Limfosit pada Lansia di Banteng Baru, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang melihat hubungan antara asupan imunonutrisi dari protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan zink, serta status gizi dengan angka limfosit lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi, asupan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E memiliki hubungan dengan angka limfosit lansia.

(7)

Kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengukur hubungan vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan zink dengan imunitas. Perbedaan penelitian ini adalah perbedaan variabel terikat, dimana penelitian ini mengukur angka limfosit, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengukur kejadian infeksi.

4. Penelitian Reid dkk (2002) dengan judul The Acute Phase Protein Response to Infection in Edematous and Nonedematous Protein Energy Malnutrition. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dimana peneliti akan melihat plasma protein C-reaktif, α1-acid glicoprotein, α1-antitripsin,

haptogobulin dan fibrinogen pada 14 bayi dibawah satu tahun yang mengalami kurang energi protein dengan edema, dan 9 bayi dibawah satu tahun yang mengalami kurang energi protein tanpa edema. Subjek merupakan bayi di bawah satu tahun yang masuk ke rumah sakit karena malnutrisi dan infeksi. Penelitian ini ingin melihat perbedaan marker infeksi pada keadaan malnutrisi dengan dan tanpa edema. Pengambilan sampel darah akan dilakukan tiga kali, yaitu pada saat infeksi (± hari kedua setelah masuk rumah sakit), pada saat sudah tidak infeksi namun masih malnutrisi (± hari kedelapan setelah masuk rumah sakit), dan saat penyembuhan (± 54 hari setelah masuk rumah sakit).

Hasil penelitian penunjukkan bahwa pada kejadian kurang energi protein, baik dengan atau tanpa edema, terjadi peningkatan marker inflamasi pada saat infeksi. Penurunan marker inflamasi pada periode setelah infeksi dan masa penyembuhan lebih signifikan pada responden dengan edema. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti hubungan status gizi dengan infeksi. Perbedaan penelian ini dengan

(8)

penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel penelitian, dimana penelitian ini hanya melihat kasus malnutrisi, dan penelitian yang akan dilakukan melihat status gizi kurang, normal dan lebih. Penelitian ini mengambil sampel dari kasus yang telah mengalami infeksi, sementara penelitian yang akan dilakukan akan mengambil sampel dari populasi yang belum diketahui memiliki penyakit infeksi atau tidak.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan yaitu lingkungan kerja,

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan antara dukungan keluarga dalam penatalaksaan

Dengan mengacu pada latar belakang masalah serta keadaan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang apakah ada hubungan waktu tunggu periksa dan pemberian informasi

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses produksi live streaming “wayangshow” dari pra hingga pasca produksi dalam mendokumentasikan

Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang dakwah lintas budaya yang ada dalam film tersebut dengan judul “REPRESENTASI

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi hukum dalam membentuk kedisiplinan

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh iklim organisasi dan leader-member exchange (LMX) terhadap kepuasan kerja pada

Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan regulasi emosi remaja akhir anak tunggal dan bukan anak tunggal di fakultas ekonomi universitas medan area yang