• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini media massa memiliki peran yang sangat besar dalam mencukupi kebutuhan manusia yang semakin haus akan informasi. Individu membutuhkan beragam jenis informasi dari segala macam bidang, dan selalu berusaha mendapatkannya di mana saja dan kapanpun. Menurut Dennis McQuail, “Saat ini masyarakat kita tengah memasuki era masyarakat informasi. Salah satu ciri yang menonjol adalah penggunaan media massa sebagai hal yang utama. Di saat yang sama, media massa bisa membawa perubahan dalam banyak hal. Artinya, dalam era saat ini masyarakat tidak bisa lepas dari peran media massa.” (Nurudin, 2011:35). Didukung dengan semakin melesatnya perkembangan teknologi, hal tersebut kini tidak mustahil lagi untuk diwujudkan. Berbagai variasi data maupun informasi yang ingin diketahui bahkan dari segala penjuru dunia dapat dengan mudah diakses. Hal ini sejalan dengan perkembangan media massa ke arah yang semakin moderen selepas ditemukan dan bertumbuhnya Internet. Ditinjau dari ciri, fungsi, dan elemennya, Internet bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk media massa yang baru dalan komunikasi massa (Nurudin, 2011:5).

Seiring dengan majunya pertumbuhan di bidang Internet, membawa pula kemudahan masuknya budaya-budaya asing, yang ironisnya sedikit banyak mulai mengikis kecintaan pada budaya asli. Budaya asli dipandang sebagai sesuatu yang tidak keren untuk dinikmati, kalah pamor dengan kehadiran budaya-budaya asing yang mainstream. Penurunan ini terjadi mayoritas di golongan kaum muda, di mana mereka yang sangat melek teknologi lebih mudah dalam mengakses dan kemudian mengikuti arus trend di dunia. Lunturnya rasa cinta terhadap produk kebudayaan sendiri, dikhawatirkan lambat-laun akan melenyapkan eksistensi budaya lokal yang menjadi cerminan identitas suatu bangsa. Apalagi situasi ini terjadi di kalangan kaum muda yang notabene menjadi penerus tradisi dan warisan dari leluhur.

(2)

Tren media komunikasi massa, di Indonesia khususnya, di era ini seakan menyediakan wadah untuk “melupakan” budaya milik sendiri yang harus dijaga. “Media massa telah mampu membentuk seperti apa masyarakat. Ia diciptakan manusia, tetapi akhirnya media membentuk masyarakat itu sendiri.” (Nurudin, 2011:36). Televisi, sebagai salah satu alternatif pilihan media massa yang banyak digemari karena menyampaikan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan indera penglihat dan pendengar, mempunyai fungsi salah satunya sebagai transimisi budaya. Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi yang paling luas tetapi paling sedikit dibicarakan, dan mulai sering dilupakan oleh media massa mainstream. Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa (2011:75) menyebutkan media massa merupakan alat utama di dalam transmisi budaya, di mana media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

Di sisi lain, perkembangan yang semakin pesat, terutama di bidang Internet ini, membuat adanya inovasi baru di bidang penyiaran. Sebagian besar media kini memiliki kanal di Internet sehingga memungkinkan untuk diakses oleh lebih banyak orang. Di media cetak, kini bisa diakses secara digital, di media elektronik pun demikian. Kini mulai dikenal istilah streaming radio dan televisi. Hampir seluruh industri pertelevisian di Indonesia menyediakan website yang memiliki layanan menonton via live streaming. Menurut buku Mastering Internet Video: A Guide to Streaming an On-Demand Video karya Damien Stolarz (2005:146), streaming didefinisikan sebagai proses mengirim media, baik audio maupun video, di saat yang sama dengan diputarnya media tersebut. Karena daya jangkau Internet yang sangat luas, secara otomatis jangkauan siar suatu program menjadi semakin meluas pula, ibaratnya tidak terhalang perbedaan jarak dan waktu. Terlebih lagi, Internet adalah suatu media baru yang merupakan media dengan pertumbuhan tercepat sampai saat ini sehingga bisa menjadi suatu media yang sangat potensial dan ideal bila dapat dimanfaatkan secara efektif.

(3)

Tahun Perkiraan Internet Hosts di Seluruh Dunia Rata-Rata Pertumbuhan per Tahun(%) 1991 376.000 1992 727.000 96.4 1993 1.313.000 80.6 1994 2.217.000 68.8 1995 4.852.000 188.5 1996 9.472.000 95.2 1997 16.416.000 73.3 1998 29.670.000 80.7 1999 43.230.000 45.7 2000 72.398.092 67.5 2001 109.574.429 51.3 2002 147.344.723 34.4 2003 171.638.297 16.5 2004 233.101.481 35.8 2005 317.646.084 36.2 2006 394.991.609 24.3

1.1 Tabel Pertumbuhan Internet di Seluruh Dunia (dikutip dari New Media : an Itroduction;2008;8)

Dengan hadirnya media komunikasi massa baru yang berbasis Internet ini, kita bisa memproduksi program yang dapat anda tampilkan baik secara live ataupun taping, sama seperti di televisi tanpa harus memiliki stasiun televisi. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa yang memanfaatkannya antara lain mivo.tv. Sedangkan You-tube, sebagai sebuah website yang menyediakan layanan berbagi video, kini juga menyediakan layanan menonton

(4)

secara live streaming untuk program-program khusus dari beberapa account terdaftar yang terlah memiliki minimal 200 subscriber (Helmi Budiprasetio, 2014).

Fenomena live streaming ini kini mulai dipandang sebagai terobosan yang potensial sebagai media yang efektif untuk mempertahankan eksistensi dan menjaga kelestarian budaya. Terlebih, kemajuan ini tidak hanya memungkinkan siapa saja bisa mengaksesnya tetapi juga memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk memproduksinya (Damien Stolarz, 2005:147). Namun, yang memprihatinkan, di Indonesia kemajuan teknologi dan media komunikasi ini belum banyak dimanfaatkan dengan maksimal untuk memajukan kebudayaan dalam negeri, malah semakin mematahkan dominasi dan eksistensi budaya asli Indonesia. Salah satu kebudayaan asli Indonesia yang memuat banyak nilai positif yang sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia tetapi mulai banyak dilupakan adalah wayang. Dalam hal ini secara spesifik wayang kulit, yang keberadaannya mulai tergerus dengan modernitas dan pekatnya arus masuk kebudayaan asing. Hal ini seolah dibuktikan dengan sedikitnya, hanya sekian persen, dari stasiun televisi yang tertarik untuk menayangkan gelaran pertunjukkan wayang kulit. Wayang sendiri, termasuk segala jenis wayang yang ada di Indonesia seperti wayang kulit Jawa, wayang Bali, wayang Golek, pada tanggal 7 November 2013 yang lalu telah diangkat oleh UNESSCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Ini menandakan bahwa sepatutnya kita setidaknya menjaga keberadaan wayang agar tidak hilang sama sekali. Selain karena hal tersebut, wayang mengandung nilai-nilai penting yang sesuai dengan keadaan berbangsa di tanah air khususnya. Disebutkan dalam buku Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban (2010:10), para pakar dari berbagai disiplin ilmu tidak bosan-bosannya membahas seni pewayangan dari waktu ke waktu, karena wayang merupakan wahana yang dapat memberikan sumbangsih bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam seni pewayangan telah terbukti dapat dipergunakan untuk memasyarakatkan berbagai pedoman hidup, bermacam acuan norma, maupun beraneka program pemerintah di semua sektor pembangunan.

(5)

Kini bisa dihitung dengan jari berapa banyak media komunikasi massa mainstream, secara spesifik stasiun televisi, yang menayangkan gelaran pertunjukan wayang kulit. Sebelumnya, di era awal berdirinya Indosiar pada tahun 1995, Indosiar banyak menyiarkan program yang menekankan pada kebudayaan Indonesia, salah satunya setiap malam minggu Indosiar selalu menyiarkan pertunjukkan wayang kulit. Pada tahun 2000-an, Indosiar juga secara rutin menayangkan sinetron dengan mengangkat cerita-cerita pewayangan yang dipersembahkan oleh rumah produksi PT. Gentabuana Pitaloka dan ditayangkan tiap selasa malam. Di akhir tahun 90-an hingga awal 2000-an, RCTI menghadirkan gelaran wayang orang dengan kemasan teatrikal yang dibalut dengan humor tetapi tidak beranjak jauh dari cerita asli atau pakem pertunjukkan wayang orang melalui sebuah program berjudul “Ketoprak Humor”.

Pada masa kini, di antara sekian banyak televisi swasta nasional yang semakin bertumbuh, sepertinya tidak ada yang tertarik untuk mengangkat pertunjukkan wayang, secara khusus Wayang Kulit, yang mulai mendunia. Stasiun televisi lokal seperti J-TV milik propinsi Jawa Timur masih menayangkan gelaran ini dalam bentuk wayang orang. Tema wayang orang tampaknya menjadi primadona dengan kehadiran “Opera Van Java” di Trans 7. Hingga pada tahun 2013, Kompas TV hadir dengan program dokumenter nya yang berjudul “World Of Wayang” yang mencoba membangkitkan kembali eksistensi wayang di tengah masyarakat Indonesia, khususnya bagi para generasi mudanya, dengan kemasan yang berbeda dan lebih modern menyesuaikan dengan karakter masyarakat kini dengan format program dokumenter.

Namun nampaknya tetap sulit mencari stasiun televisi yang mau bersusah payah menayangkan gelaran pertunjukan wayang kulit. Maka itu kehadiran website “wayangshow” di tengah tandusnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya warisan dunia milik Indonesia ini bak angin segar. “wayangshow” merupakan sebuah website yang menyediakan layanan menonton secara live streaming gelaran pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk yang diadakan di Indonesia dan beralamat di www.wayangshow.com. Keberadaan website tersebut terasa kontras sekali dengan kondisi di dunia

(6)

pertelevisian Indonesia yang seakan “lupa” atau mungkin tidak berani mempertotonkan suatu pertunjukkan yang berbasiskan budaya, khususnya wayang kulit, karena berbagai macam faktor misalnya rating dan sponsor. Hal tersebut yang cepat atau lambat akan menghasilkan efek panjang rendahnya kesadaran untuk mencintai produk budaya asli sehingga mungkin tidak akan mengejutkan bila suatu saat nanti justru orang asing akan lebih bisa mengembangkan wayang kulit karena generasi penerusnya sendiri malas untuk mengeksplorasinya.

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses produksi live streaming “wayangshow” dari pra hingga pasca produksi dalam mendokumentasikan gelaran pertunjukkan wayang kulit sehingga dapat disaksikan oleh seluruh dunia secara live melalui media yang berbasiskan Internet serta bagaimana strategi yang digunakan agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan efektif untuk menjaga eksistensi dan perkembangan wayang kulit di Indonesia.

1.2 Fokus Penelitian

Untuk membatasi pembahasan penelitian agar tidak melebar, maka penelitian akan difokuskan pada ruang lingkup yaitu :

1.2.1 Mengetahui proses produksi program live streaming di website “wayangshow” dibandingkan dengan konsep proses produksi program siaran langsung di televisi. Adapun tahapan yang akan diteliti adalah : • Tahap Pra Produksi

• Rehearsal • Tahap Produksi • Tahap Pasca produksi

1.2.2 Pengertian Wayang, secara khusus Wayang Kulit Purwa, hingga berbagai macam jenis dan perkembangannya serta pakem pagelaran Wayang.

(7)

1.2.3 Media komunikasi massa yang berbasiskan Internet, dalam hal ini website “wayangshow”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Mengapa memilih internet atau live streaming sebagai media untuk mencapai tujuan atau mempertahankan eksistensi wayang?

1.3.2 Bagaimana proses produksi program live streaming di website “wayangshow”?

1.3.3 Apakah proses produksi program live streaming sama dengan proses produksi program siaran langsung di televisi?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Untuk mengetahui alasan pemilihan internet atau live streaming sebagai media untuk mencapai tujuan atau mempertahankan eksistensi wayang.

1.4.2 Untuk mengetahui proses produksi program live streaming di website “wayangshow”.

1.4.3 Untuk mengetahui apakah proses produksi program live streaming sama dengan proses produksi program siaran langsung di televisi.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

1. Secara akademis, diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Komunikasi, terutama kajian-kajian penelitian yang berhubungan dengan proses produksi penyiaran televisi, khususnya yang terkait dengan program siaran berbasis Internet dan atau live streaming, dengan menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif.

(8)

2. Bagi Universitas, penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan perbandingan ilmu yang diberikan di kelas dengan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Juga sebagai bahan evaluasi di bidang akademik.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti khususnya tentang masalah yang diteliti. Menjadi acuan untuk menyusun penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi Media Massa Penyiaran.

2. Bagi Pembaca atau Peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat membantu memperluas dan memperkaya pengetahuan pembaca atau peneliti lain, dan bisa dijadikan referensi untuk membuat penelitian atau karya ilmiah di bidang yang sama.

3. Bagi Pihak “wayangshow” , penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak ”wayangshow” sebagai acuan sumber data untuk melihat proses produksi program, sebagai kritik dan saran, masukan, dan juga bahan evaluasi bagi program live streaming di “wayangshow”.

1.5.3 Masyarakat/Umum

Bagi Masyarakat Umum, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai pengetahuan tentang proses produksi suatu program acara yang berbasis Internet secara live.

1.6 Sistematika Penulisan

Berikut ini adalah sistematika penulisan penelitian : 1. BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang, Fokus Penelitian, Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

(9)

2. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian untuk dihubungkan dengan data hasil penelitian. Terdiri dari State of The Art, Landasan Konseptual, dan Kerangka Pikir.

3. BAB 3 METODOLOGI

Berisi metode yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisa data, serta mendapatkan jawaban hasil penelitian. Termasuk didalamnya adalah Pendekatan Penelitian, Tipe/Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Keabsahan Data

4. BAB 4 HASIL PENELITIAN

Berisi objek penelitian berupa data-data konkrit tentang “wayangshow”. Selain itu juga berisi penjelasan tentang gambaran umum informan, berisi hasil penelitian uraian pembahasan proses produksi (pra produksi, produksi, dan pasca produksi), tujuan penentuan media penyebaran informasi dan pemilihan tema “wayangshow”. Dihubungkan dengan teori dan dilengkapi dengan analisis peneliti dalam bagian diskusi. 5. BAB 5 PENUTUP

Berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran atau masukan bagi peneliti lain dan bagi “wayangshow”.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun