• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Semakin ketatnya kondisi persaingan yang ada menuntut setiap perusahaan untuk mampu bertahan hidup. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Masyarakat akan semakin selektif dan kritis dalam menerima segala informasi yang ada. Keadaan tersebut yang memaksa perusahaan untuk lebih tanggap terhadap perubahan pasar yang sangat cepat dan perusahaan baru dapat melaksanakan strategi pemasaran yang tepat.

Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang terutama dalam sektor industri kreatif, hal ini ditandai dengan berkembang pesatnya sektor indusrti kreatif ini. Data industri kreatif Indonesia 2010 menyebutkan kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 7,3 persen dengan pertumbuhan 6,03 persen. Angka ini sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi nasional 6,11 persen. Empat subsektor yang menjadi kontributor terbesar adalah fashion (40,8 persen), kerajinan (27,6 persen), periklanan (6,5 persen), dan desain (5,9 persen). Pada 2010, sumbangan terhadap ekspor barang dan jasa sebesar US$13 miliar, dengan sumbangan terbesar dari kriya atau kerajinan dan fashion. Dengan meningkatnya potensi ini, karena saat ini di Indonesia dikuasai oleh anak muda dengan umur 10-25 tahun, yang merupakan potensi amat baik untuk sektor industri kreatif. Yang dimana dari total eksport Indonesia, sebanyak 9,25 persennya adalah produk dari industri kreatif. Pada 2010, sebanyak 7,3 persen produk domestik bruto Indonesia adalah kontribusi dari bisnis kreatif dan menyerap 8,5 juta tenaga kerja. produk industri kreatif di Indonesia masih membuka pasar yang lebar bagi pertumbuhan ekonomi. Tercatat, pada 2002, total perdagangan industri kreatif dunia mencapai US$267 miliar dan meningkat hampir mencapai US$500 miliar saat ini. (http://bisnis.news.viva.co.id)

(2)

Tidak dapat dipungkiri bahwa Bandung menjadi kota tujuan wisata terpenting bagi wisatawan domestik maupun luar negri, terutama dalam hal fashionnya yang selalu berkembang. Hal ini dikarenakan Bandung merupakan kota dengan memiliki kreatifitas dan produktivitas yang tinggi dalam beberapa aktivitas bisnis terutama dalam industri kreatif. Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, Industri Kreatif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual (intellectual property) menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Berdasarkan hasil studi, Negara Inggris mengelompokkan Industri Kreatifnya kedalam 13 sektor (Advertising, Architecture, Art & Antiques Markets, Craft, Design, Designer Fashion, Film & Video, Interactive Leisure Software, Music, Performing Arts, Publishing; Software & Computer Services, Television and Radio). Mengadopsi pengklasifikasian tersebut dan didasari dengan beberapa pertimbangan, maka Indonesia mengelompokkan Industri Kreatifnya kedalam 14 kelompok industri (subsektor), yaitu 1) Arsitektur, 2) Desain, 3) fashion, 4) Film, Video, dan Fotografi, 5) Kerajinan, 6) Layanan Komputer dan Piranti Lunak, 7) Musik, 8) Pasar Barang Seni, 9) Penerbitan dan Percetakan, 10) Periklanan, 12) Permainan Interaktif, 13) Riset & Pengembangan, 14) Seni Pertunjukan, Televisi dan Radio.

(http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/363947-industri-kreatif-ri-belajar-dari-inggris) Di dalam industri kreatif, kreatifitas memegang peranan sentral sebagai sumber daya utama. Industri kreatif lebih banyak membutuhkan sumber daya kreatif yang berasal dari kreatifitas manusia dari pada sumber daya fisik. Namun demikian, sumber daya fisik tetap diperlukan terutama dalam peranannya sebagai media kreatif. Industri kreatif mengutamakan desain dalam penciptaan produk. Industri kreatif membutuhkan kreativitas individu sebagai input utama dalam proses penciptaan nilai. Pemahaman mengenai rantai penciptaan nilai dalam industri kreatif akan membantu pemegang kepentingan terkait untuk memahami posisi industri kreatif dalam rangkaian industri. Rantai nilai yang menjadi pokok

(3)

perhatian dalam menentukan strategi pengembangan memiliki urutan sebagai berikut:

1. Kreasi, terdiri dari: Edukasi, Inovasi, Ekspresi, Kepercayaan Diri, Pengalaman dan Proyek, Proteksi, Agen Talenta.

2. Produksi, terdiri dari: Teknologi, Jaringan Outsourcing Jasa, Skema Pembiayaan.

3. Distribusi, terdiri dari: Negosiasi Hak Distribusi, Internasionalisasi, Infrastruktur.

4. Komersialisasi, terdiri dari: Pemasaran, Penjualan, Layanan (Services), Promosi. (http://arifh.blogdetik.com/industri-kreatif/)

Industri kreatif yang menjadi salah satu daya tarik di kota Bandung adalah dalam hal perkembangan bisnis Distro (distribution store) atau Clothing Company. Seiring dengan meningkatnya perekonomian masyarakat, maka kesejahteraan dan daya beli pun meningkat, dengan ditandai makin banyaknya sektor industri pakaian yang bermunculan. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat diantara bisnis Distro (distribution store) pakaian tersebut. Distro berasal dari kata distribution store yang bisa artikan sebagai toko khusus mendistribusikan produk dari suatu komunitas. Sedangkan clothing company adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dibawah brand mereka sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa distro merupakan outlet atau toko sebagai jalur distribusi dari produk-produk clothing dari suatu komunitas. Dan hal ini akan mendorong masing-masing bisnis distro untuk berkompetisi dalam menguasai pasaran. Bisnis distro ini harus selalu optimis akan hasil barang dan jasa yang dihasilkannya, dan ini tergantung kepada upaya didalam menyakinkan pembeli. Perkembangan bisnis Clothing atau distro saat ini dinilai berhasil dan berkembang dengan pesat. Bahkan clothing atau distro sebagai industri kreatif khas Bandung sudah merambah pasar Internasional. Sejumlah negara, khususnya di kawasan ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand telah menjadi tujuan Ekspor. Karena itu, tidak heran jika clothing masih menjadi idola bagi industri kreatif di kota Bandung . (http://inilahjabar.com/)

(4)

Sektor industri kreatif menjadi sektor industri yang menjanjikan, dimana data yang diperoleh dari kick (Kreatif Independent Clothing Komuniti) yang merupakan forum bisnis clothing lokal dan distro. Yang merupakan project Director Independent Network Indonesia yang merupakan event organizer Kickfest selama lima tahun berturut-turut, Kickfest diikuti sekitar 140 brand clothing dan distro ditampilkan dalam 80 booth Untuk event tersebut. perkembangan industri fashion independen seperti clothing dan distro di Indonesia tumbuh pesat. Namun di samping ada yang tumbuh, tak sedikit pula yang tumbang. Akan tetapi jumlah yang tumbuh lebih banyak ketimbang yang tumbang. Bukan saja dari segi brand yang tumbuh meningkat dengan baik namum kulitas produk pun ikut meningkat. Dalam penyebaran produk pun ikut meningkat hal ini ditandai dengan titik produksi yang semakin meluas. Jika dahulu produk-produk distro hanya berada di kota-kota besar namun sekarang telah merambah sampai ke kabupaten. Sehingga adanya peningkatan dalam jumlah pelaku usaha. (http://m.tribunnews.com)

Semakin menjamurnya para pelaku usaha distro, khususnya di Bandung yang hal ini ditandai dengan adanya salah satu persaingan yang terlihat jelas antara distro-distro yang semakin ketat dalam industri kreatif tersebut dan menurut pengamatan penulis bahwa dalam menjalankan bisnis ini setiap para pelaku usaha harus memiliki keunggulan dalam hal penciptaan produk yang inovatif dan kreatif, serta memiliki sebuah toko yang menarik dan unik sehingga akan memunculkan suatu keinginan bagi konsumen untuk datang dan mempengaruhi keputusan pembelian pada produk tersebut. Di dalam bisnis distro segmen yang di bidik harus lah sesuai dengan produk yang dihasilkan sehingga akan membuat suatu keuntungan untuk para pelaku bisnis tersebut. Dalam membidik segmen pasar yang akan di pilih khusunya segmen wanita, para pelaku bisnis distro haruslah jeli melihat setiap perubahan yang akan terjadi di pasar dan mamahami setiap keinginan dan kebutuhan dari setiap konsumen. Distro yang membidik segmen wanita ini ada beberapa distro yang saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari konsumen, khusunya konsumen wanita.

(5)

Tabel 1.1

Tabel Distro Khusus Wanita di Bandung

No Nama Berdiri Alamat

1 Flashy Tahun 1997 jl. Dipatiukur no.1

2 Loubelle Tahun 2009 Jl. Dr Setiabudi no 56 3 Happy Go Lucky Tahun 2008 Jl. Ciliwung no 15

4 Gee Eight Tahun 2004 Jl. Progo no 3

5 Kuya Gaya Tahun 2008 Jl. Martadinata no 44 Sumber : data hasil survey

Dari tabel diatas merupakan data distro khusus wanita di kota Bandung yang memiliki segmen yang sama yaitu wanita dengan produk yang sejenis dan memungkinkan untuk munculnya para pelaku usaha baru yang akan memungkinkan timbulnya persaingan yang sangat ketat. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa distro Flashy merupakan pelopor distro yang bersegmentasi wanita pertama, terbukti distro Flashy berdiri lebih awal dari pada distro persaingnya, distro Flashy berdiri pada tahun 1997, disusul dengan distro Gee Eight pada tahun 2004, lalu disusul lagi dengan distro Happy Go Lucky dan Kuya Gaya yang berdiri pada tahun yang sama yaitu tahun 2008, dan yang terakhir adalah distro Loubelle yang berdiri pada tahun 2009.

Dengan adanya persaingan distro tersebut yang segmentasinya adalah wanita remaja ataupun wanita dewasa, hal ini tentu saja mengharuskan para pelaku usaha dalam memilih setiap strategi yang akan diambil untuk mendapatkan respon positif dari konsumen, distro yang harus memiliki keunikan dengan desain yang mewakili dari setiap keinginan konsumen. Disini setiap perusahaan distro berlomba-lomba untuk menciptkan suatu produk yang memiliki desain yang menarik dengan menggunakan kualiatas bahan yang baik dan yang sejenis tetapi dengan brand dan keunggulan yang berbeda dari perusahaan distro yang satu dan lainnya sehingga memiliki keunggulan yang menjadi bahan pertimbangan untuk konsumen berbelanja di distro tersebut.

(6)

Banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan dan harapan mengenai produk yang akan dibeli oleh para konsumen, yaitu dimana mereka akan membelinya, dengan berapa harga tersebut dibeli dan suasana bagaimana yang mereka harapkan. Suasana toko yang menyenangkan, menarik, nyaman dan mampu menciptkan store atmosphere yang secara positif dapat mempengaruhi prilaku konsumen sehingga menimbulkan minat mereka untuk mula-mula memasuki toko dan kemudian melihat-lihat ke dalam serta akhirnya melakukan pembelian. Sebaliknya dengan toko yang tidak teratur, penataan produknya yang kurang menarik dan tidak terawat serta pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau bahkan untuk selanjutnya konsumen akan merasa segan untuk kembali berbelanja di toko yang bersangkutan. Store atmosphere terdiri dari Interior, General Interior, Store Layout dan Interior Display (Berman dan Evan, 2010:509).

Sebagai salah satu pelopor industri clothing Indonesia, khususnya di kota Bandung, Distro Flashy merupakan salah satu distro yang ada di kota Bandung. Berbeda dengan kebanyakan distro lainya, Flashy yang berlokasi di Jl Diponegoro No 1, Bandung menawarkan produk berkualitas dengan desain yang sederhana serta unik dengan suasana yang ditawarkan untuk belanja adalah kenyamanan di toko ini dan minimal konsumen dapat berlama-lama berbelanja di dalam Flashy yang berpeluang untuk adanya pembelian. Setiap hari, Flashy selalu dipenuhi oleh pengunjung dan puncaknya pada akhir pekan, Hal ini dikarenakan suasana toko yang dimiliki oleh Flashy .

Flashy merupakan perusahaan pakaian independent yang berfokus pada produk-produk perempuan. Produk Flashy pada awalnya lebih terfokus pada produk tas saja, tetapi dengan perkembangan trend dan permintaan pasar, maka Flashy mengembangkan produk dan desain yang lebih bervariasi lagi seperti dalam pembuatan produk lainnya seperti dompet, case handphone, ikat pinggang, jaket, blazer, coat, t-shirt, shirt, ikat rambut, make up case dan case yang lebih kecil lagi seperti case untuk kartu dan kartu lisensi mobil. Dengan suasana toko

(7)

yang menarik, rapih dan mengedepankan kenyamanan bagi konsumen, hal ini akan membuat suatu value yang lebih terhadap penilaian konsumen mengenai toko Flashy yang membuat pembeda dengan toko lainnya.

Selain produk-produk Flashy memiliki desain yang sederhana, unik dan modis dengan jumlah produk di setiap desain yang sangat terbatas produksinya. Bahan yang digunakan pun yang sudah melalui pemilihan sehingga memiliki kualitas produk yang tinggi dan terdiri dari berbagai motif yang menarik. Penyebaran produk Flashy pun sudah menyabar diseluruh Indonesia dari mulai Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali sampai Sulawesi. Bahkan perusahaan Flashy sudah mulai mengembangkan bisnis ini hingga di luar negeri. (http://www.flashyshop.com)

Dengan segala keunikan dan keunggulan, maka distro Flashy perlu membuat suasana belanja yang berbeda dan unik . Hal ini dilakukan untuk menimbulkan kesan yang menarik bagi konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk memutuskan melakukan pembelian di toko Flashy . Dalam hal ini, store atmosphere sangat berpengaruh dalam pembentukan persepsi tersebut. Strategi tersebut perlu diterapkan guna menghadapi persaingan distro di Kota Bandung.

Store atmosphere tidak hanya dapat memberikan suasana lingkungan pembelian yang nyaman dan menyenangkan saja, tetapi juga membuat konsumen memutuskan pembelian di toko tersebut. Mengingat Store atmosphere merupakan salah satu faktor penting untuk mempengaruhi konsumen melakukan proses keputusan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA FLASHY BANDUNG”.

(8)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan dalam latar belakang yaitu mengenai hubungan store atmosphere dengan proses keputusan pembelian, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan pada Flashy. 2. Bagaimana pengenalan masalah konsumen pada Flashy.

3. Bagaimana pencarian informasi konsumen pada Flashy. 4. Bagaimana pengevaluasian alternatif konsumen pada Flashy. 5. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Flashy. 6. Bagaimana perilaku pasca pembelian konsumen pada Flashy.

7. Bagaimana besarnya pengaruh store atmosphere Flashy terhadap proses keputusan pembelian konsumen.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Persepsi konsumen mengenai store atmosphere Flashy. 2. Proses keputusan pembelian konsumen produk Flashy.

3. Seberapa besar pengaruh store atmosphere Flashy terhadap proses keputusan pembelian konsumen.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Flashy , diharapkan berguna untuk:

1. Bagi Penulis

Agar dapat lebih memahami ilmu manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh store atmosphere terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Untuk mengetahui implementasi dari teori yang didapat selama masa perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan tentang store atmosphere terhadap proses keputusan pembelian konsumen.

(9)

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat lebih memberi manfaat berupa masukan bagi perusahaan yaitu untuk membantu perusahaan guna menunjang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.

3. Bagi Kalangan Akademisi

Sebagai dokumentasi untuk melengkapi saran yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Dan juga dapat dijadikan perbandingan atau bahan masukann bagi penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menambah wawasan tentang differensiasi produk dan keputusan pembelian konsumen.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Usaha Retail dalam menjalankan kegiatannya memiliki bauran-bauran yang penting untuk diperhatikan. Dalam menghadapai persaingan bisnis distro, yang harus dilakukan perusahaan adalah memberikan sesuatu yang menarik konsumen agar mau mengunjungi toko, melakukan pembelian ulang. Salah satunya adalah dengan cara menampilkan store atmosphere yang kreatif yang merupakan perpaduan unsur-unsur tampilan di dalam maupun luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan konsumen akan datang dan tidak akan beralih pada pesaing.

Bauran tersebut adalah lokasi, produk, harga, periklanan dan promosi, suasana dalam gerai, dan pelayanan. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa store atmosphere merupakan salah satu dari bauran pemasaran yang penting untuk dikelola.

(10)

Dalam hal ini maka perusahaan perlu menciptakan store atmosphere yang baik, menurut Levy dan Weitz dalam bukunya “Retail Management” (2012:490) menerangkan bahwa :

“In addiction to these interactive technologies, retailers use lighting, colors, music, and scent to stimulate customers perceptual and emotional responses and ultimately affect their purchase behavior”.

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa store atmosphere merupakan kebiasaan dalam menggunakan teknologi yang interaktif, yang dimana peritel menggunakan pencahayaan, warna, dan aroma untuk merangsang respon, persepsi dan emosi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi dalam perilaku pembelian mereka. Strategi tersebut perlu diterapkan guna menghadapi persaingan.

Dalam upaya memuaskan kebutuhan pada suatu toko, konsumen tidak hanya merespon terhadap produk yang ditawarkan, tetapi juga memberikan responnya terhadap lingkungan tempat pembelian, seperti yang dikemukakan dalam “Manajemen Ritel”, Utami (2012:255) bahwa:

“Suasana toko (store atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti artistektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen.”

Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan oleh ritel, ritel berupaya mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat fashionable.

(11)

Menurut Berman dan Evan dalam bukunya “Retail Management (strategic approach)” (2010:509) membagi elemen-elemen store atmosphere ke dalam empat elemen, yaitu:

1. Bagian depan toko (Exterior)

Bagian depan toko merupakan keseluruhan physical exterior dari sebuah toko, didalamnya termasuk pintu masuk, jendela, teras, papan nama toko, dan konstruksi material lainnya. Terkadang konsumen menilai sebuah toko dari bagian exteriornya.

2. Bagian dalam toko (General Interior)

Perasaan dan emosi konsumen di dalam sebuah toko dipengaruhi oleh general interior dari toko tersebut, maka hendaknya dapat diciptakan kesan yang nyaman dan menyenangkan kesan ini dapat diciptakan, misalnya dengan gang-gang yang cukup lebar untuk menampung lalu lintas konsumen, penerangan yang baik, loteng yang cukup tinggi, dan pajangan yang berwarna-warni. Berpengaruh disini adalah cat lantai, peralatan, dan perabotan toko termasuk penerangan tangga berjalan dan lain-lain.

3. Tata letak (Store Layout)

Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko.

4. Papan pengumuman (Interior Display)

Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah: poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti hari raya dan tahun baru.

(12)

Gambar 1.1

Elemen-elemen Store atmosphere

Sumber: Berman and Evans dalam bukunya “Retail Manajemen” (2010:509)

Kepuasan store atmosphere yang dibuat oleh perusahaan dapat dijadikan salah satu kegiatan pemasaran produknya untuk mengkomunikasikan store atmosphere yang sesuai di mata konsumen, dilihat dari faktor-faktor store atmosphere (exterior, general interior, store layout, interior displays). Atmosphere yang dibuat oleh Flashy merupakan salah satu variabel yang berada diluar individu yang dapat berpengaruh dalam proses pembelian.

Adapun pengertian keputusan pembelian menurut Suharno (2010;96) :

“Keputusan pembelian adalah tahap dimana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pilihannya dan melakukan pembelian produk, serta mengkonsumsinya.”

Menurut Kotler & Keller (2009:184) bahwa tahapan proses pembelian suatu produk ada lima tahap yaitu :

1. Pengenalan Masalah

Tahap pertama proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan.

Exterior Store

layout

Store atmosphere created by the retailer

General interior

Interior displays

(13)

2. Pencarian Informasi

Tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumentergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif. 3. Pengevaluasian Alternatif

Tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif didalam serangkaian pilihan.

4. Keputusan Pembelian

Tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidak puasan mereka. Dan apabila ke lima tahap tersebut digambarkan akan berbentuk sebagai berikut :

Gambar 1.2

Proses Keputusan Pembelian

Sumber: Kotler & Keller, dalam bukunya “ Manajemen Pemasaran” (2009:184)

Proses diatas merupakan proses dari respon konsumen terhadap store atmosphere yang nantinya akan melakukan pengunjungan ke Flashy sebagai dampak dari penataan yang baik dalam store atmosphere yang dilakukan oleh distro Flashy. Beradasarkan kerangka pemikiran mengenai store atmosphere dan proses keputusan pembelian diatas, maka diajukan paradigma penelitian yang tertera pada gambar di bawah ini:

Pengenalan masalah Pencarian informasi Pengevaluasian alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian

(14)

Gambar 1.3 Paradigma Penelitian

Kreativitas dan ketepatan dalam penataan toko dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen. Apabila toko ditata dengan kreativitas yang baik, interior displays yang tepat, desain bangunan yang menarik, pemilihan warna dan pencahayaan yang pas, maka akan menciptakan suasana yang tidak hanya akan memberikan nilai tambah bagi produk yang dijual tetapi juga dapat menciptakan suasana pembelian yang menyenangkan, dan menarik perhatian sehingga akan mempengaruhi dalam melakukan keputusan pembelian.

Penjelasan diatas maka store atmosphere berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen seperti yang dilakukan oleh Gilbert, yang dikutip oleh Bob Foster (2008:61) menjelaskan bahwa :

“Atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.”

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis berikut: “Store Atmosphere Berpengaruh positif Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen”. Store Atmosphere (X) - Exterior - General Interior - Store Layout - Interior displays Proses Keputusan pembelian (Y) - Pengenalan masalah - Pencarian informasi - Evaluasi alternatif - Keputusan membeli - Perilaku sesudah membeli

(15)

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2011:54) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Disamping itu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dengan turun langsung untuk meninjau dan mewneliti ke perusahaan yang diteliti oleh penulis serta melakukan :

a. Observasi

Yaitu pengamatan langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian dengan jalan mengamati objek penelitian tersebut guna kelengkapan data dan memperoleh gambaran mengenai perusahaan sehingga diharapkan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

b. Wawancara

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga dapat diperoleh keterangan dan data-data yang diperlukan.

c. Kuesioner

Data diperoleh dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan/ peryataan yang cukup terperinci dan lengkap tetang obyek yang diteliti pada responden.

(16)

2. Penelitian pustaka (library research)

Dalam mengumpulkan data ini penelitian memperoleh data melalui litelatur yang sesuai dengan pokok-pokok masalah untuk mendapatkan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di Flashy yang beralamatkan di jl. Dipatiukur no.1 Bandung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

Gambar

Gambar 1.3  Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan dan analisis diatas menggunakan analisis laporan keuangan, dapat diketahui kinerja keuangan pada perusahaan Farmasi dengan menggunakan rasio

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lingkungan I yang tinggal di bantaran Sungai Babura sama sekali tidak memahami manajemen

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Surniati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor yang berhubungan dengan keteraturan

maka keunggulan dari suatu pengisi dapat melengkapi kelemahan pengisi lainnya [4]. Bahan resin tidak selalu digunakan peralatan rumah tangga namun resin dapat

Sehubungan dengan adanya dua variabel yang memperkuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja Aparat Pemerintah Daerah, yaitu budget goal commitment, kiranya

kehilangan sumber radioaktif tertutup yang menurut Hong et al berkontribusi terhadap masukan radionuklida di Samudra Pasifik, lokasi kehilangan

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa