• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG DEBITUR GOLONGAN A, B, C DAN D PADA PERUM PEGADAIAN CABANG SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG DEBITUR GOLONGAN A, B, C DAN D PADA PERUM PEGADAIAN CABANG SAMARINDA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Roslina (Ros_chalina@yahoo.co.id

)

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Michael Hadjaat

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Maryam Nadir (nadirmaryam@yahoo.co.id)

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Abstrak

Roslina, 2012, Analisis Perputaran Piutang Debitur Golongan A, B, C, Dan D Pada Perum Pegadaian Cabang Samarinda, dibawah bimbingan Michael Hadjaat selaku pembimbing I dan Maryam Nadir selaku pembimbing II. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat perputaran piutang yang terjadi terhadap Debitur Golongan A, B, C dan D pada tahun 2009, 2010 dan 2011.

Penelitian ini mengambil data berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan Laporan Laba rugi dari tahun 2009, 2010 dan 2011. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran piutang (Account Receivable turnover) dan Jangka Waktu Penagihan (Number 0f Days Sales in Receivable). Hasil analisis dapat digambarkan bahwa perusahaan dalam menjalankan usahanya kurang efisien. Ini dapat dilihat dari perkembangan bahwa perputaran piutang dan jangka waktu penagihan cenderung menurun selama tahun 2009, 2010, dan 2011. Hal ini disebabkan kemampuan perusahaan dalam mengelola piutangnya kurang baik dan selalu mengalami penurunan dan kenaikan dari tahun ke tahun. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mampu meningkatkan keuntungan secara optimal dari tahun ke tahun, ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengelola piutang dan modal yang dimiliki kurang efesien.

Key Words : Accounts Receivable Turnover, The Debtor, Group A, B, C, and D Abstract

Roslina, 2012, the Debtor Accounts Receivable Turnover Analysis Group A, B, C, and D Company at Pegadaian, Perum in Samarinda, under the guidance of Michael Hadjaat as a supervisor I and Maryam Nadir as the supervisor II. The studies aimed to determine the level of turnover that occurs against Debtor Group A, B, C and D in 2009, 2010 and 2011.

This study took the data in the form of financial statements consisting of a balance sheet and Profit and loss from the 2009, 2010 and 2011. The method of analysis were used in this research is analysis tools turnover (Account Receivable turnover) and the Billing Period (Number 0f Days Sales in Receivable) . From result of analysis obtained picture that company in its not efficient. This can be seen from growth of analysis tools turnover and the billing period Given that turnover declined during 2009, 2010 and 2011. This is due to the company's ability to manage and always decrease and increase from year to year. From the result of the above analysis it can be concluded that the company was not able to increase profit optimally from year to year, its shows that companies in managing acounts receivable and capital owned less efficient.

(2)

I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pegadaian memberikan jumlah pinjaman tergantung dari nilai jaminan (barang-barang

berharga) yang di gadaikan. Semakin besar nilainya maka semakin besar pula pinjaman yang

dapat diperoleh nasabah demikian pula sebaliknya. Kepada nasabah yang memperoleh

pinjaman akan dikenakan biaya sewa modal (bunga pinjaman) dan administrasi per 15 hari

yang besarnya tergantung dari golongan nasabah. Golongan nasabah ditentukan oleh

pegadaian berdasarkan jumlah pinjaman dengan jangka waktu pengembalian kredit empat

bulan dari tanggal kredit. Adapun data rekapitulasi jumlah pinjaman Perum Pegadaian Cabang

Samarinda dari tahun 2009 sampai dengan 2011 adalah sebagai berikut:

Ket

Jumlah Pinjaman

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Gol. A

Rp.41.545.000

Rp.22.851.000

Rp.13.663.000

Gol. B

Rp.2.816.911.000

Rp.1.999.366.000

Rp.5.746.659.000

Gol. C

Rp.109.340.685.000

Rp.110.920.178.000

Rp.107.238.340.000

Gol. D

Rp.41.268.850.000

Rp.48.344.500.000

Rp.62.137.031.000

Jumlah

Rp.153.467.991.000

Rp.161.286.895.000

Rp.175.135.693.000

Sumber : Perum Pegadaian Cabang Samarinda (Data diolah dari hasil

penelitian

tahun 2012)

Berdasarkan hasil tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk melakukan analisis

terhadap laporan keuangan selama tiga periode yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011 dengan

melihat dari Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) perusahaan agar dapat

dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang akan datang.

B. Rumusan Masalah.

Bertitik tolak pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka

permasalahan utama dalam penelitian ini adalah:

“Seberapa besarkah tingkat perputaran piutang yang terjadi terhadap debitur golongan A,

B, C , dan D pada tahun 2009, 2010 dan 2011 pada Perum Pegadaian Cabang Samarinda ?.”

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan Penelitian :

“Untuk Menganalisis besarnya tingkat perputaran piutang yang terjadi terhadap debitur

golongan A, B, C, dan D pada tahun 2009, 2010, dan 2011 pada Perum Pegadaian Cabang

Samarinda.”

II. Tinjauan Teoristis

A.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dari uraian yang telah dikemukakan terdahulu maka berikut ini akan diberikan definisi

konsepsional mengenai piutang usaha dan likuiditas perusahaan.

Menurut simons (2005:36) mengemukakan bahwa:

“Piutang adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik berbentuk perkiraan uang,

barang maupun jasa, serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti transaksi dan

kewajiban pelanggan yang disepakati dan mereka mengharapkan pembayaran itu diselesaikan

dengan tanda terima yang sah.”

Astuti dan Purwanti (2002:43) mengemukakan bahwa piutang usaha adalah:

“Merupakan tagihan kepada pihak lain yang timbul karena penjualan barang atau jasa

secara kredit, jangka waktu piutang biasanya kurang dari satu tahun.” Untuk menganalisa

pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap pemenuhan kewajiban jangka pendek pada

Perum Pegadaian Cabang Samarinda hanya dibatas dengan menggunakan analisa aktiva

terutama dengan menghitung cash rationya atau tingkat perputaran piutang dan jangka waktu

penagihannya.

(3)

modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran.

Dalam keadaan normal dimana penjualan pada umumnya secara kredit, piutang mempunyai

tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada persediaan sebab perputaran persediaan, tetapi

piutang tidaklah sama dengan uang kas. Untuk menjadi uang kas, piutang memerlukan jangka

waktu yang lamanya tergantung dari kelancaran pengumpulannya dari para pelanggan. Setiap

perubahan volume penjualan secara kredit, maka dapat langsung mempengaruhi jumlah

investasi pada piutang. Makin besar jumlah pinjaman kredit, maka akan memperbesar dana

yang tertanam dalam bentuk piutang, dan sebaliknya dengan menurunnya jumlah penjualan

secara kredit maka akan menyebabkan jumlah dana yang tertanam dalam piutang semakin

kecil.

Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai arti yang penting bagi

perusahaan, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka modal yang tertanam

dalam piutang akan semakin kecil dan efisien. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat

perputaran piutang maka modal yang tertanam dalam piutang akan semakin besar atau tidak

efisien.

Begitu juga dengan pengumpulan piutang, apakah debitur selama ini melunasi sesuai

dengan batas yang telah ditentukan oleh perusahaan atau tidak.

B. Dasar Teoristis

1. Manajemen Keuangan

Pengertian Manajemen keuangan yang dikemukakan oleh beberapa ahli misalnya,

menurut Martono (2002:3) mengartikan manajemen keuangan sebagai berikut :

“Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengolah asset situasi dengan tujuan

perusahaan secara menyeluruh.”

Husnan (2004:4) mengemukakan bahwa manajemen keuangan adalah pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen dana lewat keputusan-keputusan investasi pembelanjaan dan

kebijaksanaan deviden nilai perusahaan.

2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan

Astuti (2004:29) mengemukakan bahwa tujuan utama dari manajemen keuangan

adalah memaksimalkan harga saham,dan bukan untuk memaksimalkan ukuran akuntansi

seperti laba bersih atau laba per lembar saham.

Sundjaja (2003:67) mengemukakan tujuan manajemen keuangan adalah:

“Selalu memaksimalkan laba. Untuk mencapai tujuan dari memaksimalkan laba,

manajer keuangan hanya mengambil tindakan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi

utama untuk keseluruhan laba perusahaan.”

Demikian halnya, menurut H. Sutrisno (2007:5) Fungsi Manajemen Keuangan pada

dasarnya terdiri dari :

1.

Keputusan Investasi

Keputusan Investasi adalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan

dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan mendatangkan keuntungan di

masa yang akan datang.

2.

Keputusan Pendanaan

Keputusan Pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada

keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan

menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan

guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan invesatasi serta kegiatan usahanya.

3.

Kebutuhan Deviden

Deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada

pemegang saham. Oleh karena itu deviden ini merupakan bagian dari penghasilan

yang diharapkan oleh pemegang saham.

(4)

3. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan menurut Munawir S. (2005:5) adalah “Dua daftar yang disusun

oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau

daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau laporan laba rugi.”

Menurut Kasmir (2008:7) Laporan Keuangan adalah “Laporan yang menunjukkan

kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi dan laporan perubahan modal.

1.

Neraca.

Astuti (2004:19) Neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu

waktu tertentu. Sisi kiri neraca menunjukkan kewajiban dan ekuitas atau klaim

terhadap aktiva tersebut.

Husnan (2004:20) mengemukakan bahwa Neraca adalah laporan keuangan

yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan

pada waktu tertentu.

Jumlah kekayaan disajikan pada sisi aktiva, sedangkan jumlah kewajiban dan

modal sendiri disajikan pada sisi pasiva. Karena jumlah aktiva haruslah sama dengan

jumlah pasiva.

Adapun bagian pokok dari neraca adalah :

a.

Aktiva

Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan. Bentuknya

dapat berupa harta kekayaan atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan yang

bersangkutan.

b.

Utang

Utang merupakan sumber modal yang berasal dari kreditur. Dalam jangka

panjang tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib

memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut.

c.

Modal sendiri.

Modal sendiri merupakan sumber modal yang berasal dari pemilik

perusahaan.

2.

Laporan Laba Rugi

Menurut Eugene dan Joel (2002:42) yang diterjemahkan oleh Dodo Suharto &

Herman Wibowo, laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan

dan beban perusahaan selama periode akuntansi, yang umurnya setiap kuartal atau satu

tahun.

Baridwan (2004:29) laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode

tertentu.

Dengan membandingkan neraca dan laporan laba rugi kita bisa melihat

bagaimana keadaan suatu perusahaan dan melakukan perhitungan terhadap perputaran

(Cash turnover), perputaran piutang (Receivable turnover), perputaran persediaan

(Inventory turnover), perputaran aktiva tetap (Fixed assets turnover), dan perputaran

total aktiva (Total assets turnover).

3.

Laporan Perubahan Modal

Menurut Baridwan (2004:38) laporan perubahan modal adalah laporan yang

menunjukkan sebab-sebab perubahan modal perusahaan. Didalam laporan ini

ditunjukkan laba tidak dibagi awal periode, ditambah dengan laba seperti yang

tercantum didalam laporan perhitungan laba rugi dan dikurangi dengan dividen yang

diumumkan selama periode yang bersangkutan.

(5)

laporan-laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada

awal periode menjadi jumlah tertentu pada akhir periode.

4. Aktiva (assets).

Pendapat pertama dikemukakan oleh S. Ridwan (2006:6), menurut beliau asset

merupakan harta atau hak atas harta yang dimiliki oleh badan usaha (perusahaan) atau atas

nama perusahaan mempunyai kepentingan.

Harahap (2002:690), yang mengatakan bahwa:

“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa

yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah

berlalu”.

Aktiva digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal

kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku,

membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu,

(untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dan sebagainya)

6. Analisis Rasio Keuangan.

Menurut Jumingan (2006:242) Analisis rasio keuangan merupakan analisis

dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara

individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam

neraca maupun laporan laba rugi.

7. Rasio Manajemen Aktiva.

Astuti (2004:32) mengatakan bahwa: “Rasio manajemen aktiva mengukur efektifitas

perusahaan dalam mengelola aktivanya, yaitu mengukur kemampuan seluruh aktivanya dalam

menghasilkan penjualan”.

Menurut Eugene dan Joel yang diterjemahkan oleh Dodo Suharto & Herman

Wibowo (2001:97), penjelasan mengenai rasio ini adalah:

“Rasio manajemen aktiva (asset management ratio) mengukur seberapa efektif

perusahaan mengelola aktivanya”. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka

biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Disisi lain, jika

aktiva terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang.

Rasio Manajemen Aktiva dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.

Tingkat perputaran kas (cash turnover)

Kas adalah aktiva yang paling likuid dan sangat bermanfaat untuk pembayaran

secara tunai.

b.

Tingkat Perputaran Piutang (Receivable Turnover).

Perputaran piutang merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang. Semaki

cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola

piutangnya (Sutrisno, 2007:220).

c.

Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover).

Perputaran persediaan (Inventory Turnover) menunjukkan berapa kali

persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama sau periode akuntansi.

d.

Tingkat Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover).

Tingkat perputaran aktiva tetap dalam perusahaan digunakan untuk mengetahui

sejauh mana penggunaan aktiva tetap yang efektif.

e.

Tingkat Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Tingkat perputaran total aktiva adalah suatu alat pengukur kemampuan

perusahaan dalam menggunakan total aktivanya untuk mendapatkan penjualan

sesuai target yang diharapkan atau ditetapkan sebelumnya.

Tingkat perputaran total aktiva ini dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan bersih

selama satu periode (tahun) dengan total aktiva. Semakin tinggi tingkat perputaran total aktiva

ini maka semakin baik karena menunjukkan efektifitas dalam penggunaan total aktivanya.

(6)

Sebaliknya semakin jarang atau semakin rendah tingkat perputaran total aktiva ini maka

semakin tidak baik juga karena menunjukkan kurangnya efektifitas dalam penggunaan total

aktivanya.

8. Piutang

1. Pengertian Piutang

Piutang merupakan aktiva yang tergolong sebagai modal kerja yang timbul akibat dari

penjualan secara kredit. Semakin longgar persyaratan kredit yang diberikan, akan semakin

besar pula jumlah penjualan. Sebaliknya, semakin ketat persyaratan yang diberlakukan, maka

kemungkinan pelanggan akan beralih kepada pesaing sehingga penjualan menjadi berkurang.

Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian tentang piutang yang dikemukakan oleh

beberapa ahli ekonomi, yaitu

Astuti dan Purwantini (2002:43) berpendapat bahwa:

“Piutang Dagang merupakan tagihan kepada pihak lain yang timbul karena penjualan

barang atau jasa secara kredit, jangka waktu piutang biasanya kurang dari satu tahun.”

Menurut Yusuf (2003:52) menjelaskan piutang dagang adalah:

”Jumlah uang yang harus dibayarkan si pembeli kepada perusahaan, piutang dagang

umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun.”

Sudah menjadi suatu kelaziman didalam dunia usaha bahwa untuk memperlancar

operasi dan perkembangan perusahaan dilakukan transaksi penjualan secara kredit sehingga

pemberian piutang adalah juga demi memenuhi keinginan para pelanggan.

Besar kecilnya piutang yang dimilki perusahaan dipengaruhi oleh kondisi

perekonomian pada umumnya, juga dipengaruhi oleh kebijakan perkreditan yang ditentukan

oleh perusahaan.

Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seorang

atau perusahaan akan memberikan kredit kepada pelangggannya dan berapa besar kredit yang

akan diberikan. Ada beberapa pertimbangan dalam pemberian kredit yang lebih dikenal

dengan istilah 5-K dalam kredit antara lain:

1.

Karakter.

Meniliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain.

2.

Kemampuan.

Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih pendapatan

yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang

dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk

membayar.

3.

Kapital.

Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan modal yang dimilki

calon debitur serta perbandingan hutang dan kapital.

4.

Kolateral.

Mengatur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.

5.

Kondisi.

Memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecendrungan (trend)

perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

Lima faktor diatas merupakan faktor untuk menilai resiko kredit tentang informasi

mengenai faktor-faktor yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dengan pelanggan,

ditambah sistem pengumpulan informasi yang dikembangkan oleh perusahaan.

Kebijakan penagihan piutang merupakan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada

saat jatuh tempo. Adapun teknik-teknik yang dilakukan dalam penagihan antara lain dengan

cara:

a.

Dikirm surat.

b.

Ditelepon.

c.

Didatangi.

(7)

2.

Pengertian Tingkat Perputaran Piutang.

Menurut Husnan (2004:90) mengemukakan bahwa:

“Tingkat perputaran piutang adalah merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam

keadaan berputar, periode terikatnya modal tersebut tergantung pada syarat pembayarannya,

makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya makin lama pula modal kerja yang

terikat dalam piutang tersebut.”

Menurut Dunia (2005:256) menjelaskan bahwa:

“Perputaran piutang adalah angka yang menunjukkan beberapa kali suatu perusahaan

melakukan penagihan piutang dalam suatu periode.”

3. Pengertian Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang

Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang

dapat dihitung dengan cara membagi saldo rata-rata piutang usaha dengan rata-rata penjualan

kredit perhari.

Menurut Dunia (2005:266) mengemukakan bahwa:

“Jangka waktu penagihan adalah menunjukkan berapa lama rata-rata perusahaan

memerlukan waktu untuk menagih piutang.”

Sundjaja dan Berlian (2003:291) menyatakan bahwa:

“Pengumpulan piutang adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengevaluasi

kebijakan kredit atau penagihan yang ditunjuk oleh proporsi dari piutang dagang yang ada

untuk periode waktu tertentu.” Hal ini dipakai sebagai sasaran untuk mengambil keputusan

apakah kebijaksanaan baru dan hal ini tergantung dari hasil penelitian yang diperoleh.

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan definisi konsepsional yang telah dikemukakan diatas maka penulis membuat

kerangka konsep sebagai berikut:

PERUM PEGADAIAN CABANG SAMARINDA

LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN LABA

RUGI

NERACA

ANALISIS RASIO

RECEIVABLE

TURNOVER

(Tingkat Perputaran

Piutang)

MANAJEMEN AKTIVA

RASIO

RECEIVABLE

TURNOVER

MENINGKAT

RASIO

RECEIVABLE

TURNOVER

MENURUN

(8)

D. Pengembangan Hipotesis.

Menurut Husnan (2004:90) mengemukakan bahwa:

“Tingkat perputaran piutang adalah merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam

keadaan berputar, periode terikatnya modal tersebut tergantung pada syarat pembayarannya,

makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya makin lama pula modal kerja yang

terikat dalam piutang tersebut.”

Pegadaian memberikan jumlah pinjaman tergantung dari nilai jaminan

(barang-barang berharga) yang digadaikan. Semakin besar nilainya maka semakin besar pula

pinjaman yang dapat diperoleh nasabah demikian pula sebaliknya. Tingkat perputaran piutang

pada Perum Pegadaian Cabang Samarinda ini cenderung mengalami peningkatan tiap

tahunnya karena meningkatnya jumlah nasabah serta jumlah pinjaman yang diberikan dan

standar taksiran logam yang diberikan perusahaan mengalami kenaikan sehingga menambah

pendapatan perusahaan untuk tiap tahunnya.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Diduga tingkat perputaran piutang Perum Pegadaian Cabang Samarinda

meningkat secara optimal pada tahun 2009, 2010 dan 2011.”

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

Penelitian ini memberikan suatu perumusan mengenai definisi operasional, yaitu suatu

indikator yang digunakan dalam meneliti masalah yang disajikan, maka penulis merasa perlu

memberikan batasan pada penelitian ini sehingga dapat diperoleh arah dan pengertian yang

jelas.

Laporan keuangan adalah hasil dari akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data

atau aktivitas Perum Pegadaian Cabang Samarinda. Untuk mengetahui Manajemen aktiva

pada Perum Pegadaian Cabang Samarinda, penulis menggunakan perumusan yang telah

ditentukan.

Manajemen aktiva atau rasio aktiva adalah kemampuan Perum Pegadaian Cabang

Samarinda untuk mengukur seberapa besar efektifitas dan efesiensi dalam mengelola

sumber-sumber dananya melalui perputaran piutang selama periode 2009,2010, dan 2011

yang diukur dengan:

1.

Perputaran piutang (Receivable turnover)

Yaitu mengukur kemampuan Perum Pegadaian Cabang Samarinda dalam pengelolaan

piutang.Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam

mengelola piutangnya.

2.

Jangka Waktu Penagihan (Number of Days Sales in Receivable)

Yaitu mengukur seberapa lama rata-rata kemampuan Perum Pegadaian Cabang

Samarinda memerlukan waktu untuk menagih piutangnya.

B. Jenis dan Sumber Data.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif, yaitu :

a.

Data kuantitatif yaitu berupa angka-angka yang diperoleh dari Perum Pegadaian

Cabang Samarinda seperti laporan keuangan Perum Pegadaian Cabang Samarinda.

b.

Data Kualitatif yaitu data-data berupa penjelasan atau pernyataan yang tidak

berbentuk angka seperti sejarah singkat Perum Pegadaian Cabang Samarinda.

Sumber data pada penelitian ini menggunakan data sekunder, seperti yang akan

dijelaskan sebagai berikut :

a.

Data primer

(9)

oleh peneliti perorangan maupun organisasi.

b.

Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian

seperti laporan keuangan Pegadaian Cabang Samarinda serta data lain yang

berkaitan dengan penelitian ini seperti sejarah singkat atau gambaran umum

perusahaan dan struktur organisasi perusahaan Pegadaian Cabang Samarinda.

C. Metode Pengumpulan Data.

Adapun teknik yang ditetapkan dalam pengumpulan data-data tersebut adalah:

1.

Penelitian Lapangan (field Work Research)

Dalam melakukan penelitian ini, penulis secara langsung menuju pada objek

yang diteliti, yakni meliputi:

a.

Wawancara.

Yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan cara melakukan

wawancara atau interview mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti kepada pimpinan perusahaan dan karyawan.

b.

Dokumentasi

Yaitu dalam melakukan penelitian ini penulis ditunjang juga dengan berbagai

dokumen penting yang diberikan oleh pihak perusahaan yaitu berupa laporan

keuangan perusahaan, laporan penjualan kredit, dan gambaran singkat perusahaan

umum pegadaian.

2.

Penelitian Perpustakaan. (Library Research).

Dalam melakukan penelitian ini diperlukan berbagai buku literatur pendukung

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

D. Alat Analisis

Dalam membahas permasalahan mengenai perputaran piutang usaha, maka penulis

menggunakan alat analisis berupa rumus-rumus yang diambil dari buku Manajemen

Keuangan Bisnis oleh Halim (2007:136) yang digunakan untuk mengetahui efisien tidaknya

investasi dalam piutang, maka perlu dilakukan penilaian.Ada dua metode untuk menilai

investasi pada piutang, yaitu sebagai berikut:

a.

Perputaran Piutang (Account Receivable turn over).

Adapun rumus yang digunakan dalam mencari tingkat perputaran piutang usaha

adalah sebagai berikut:

Tingkat Perputaran Piutang

= ∑ Uang Pinjaman (kredit)

Rata-rata piutang

Rata-rata piutang = Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang

2

b.

Jangka Waktu Penagihan (Number Of Days Sales in Receivable).

Dalam rumus ini menunjukkan seberapa lama rata-rata perusahaan memerlukan

waktu untuk menagih piutangnya. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang = Rata-rata Piutang X 360

∑Uang pinjaman (kredit)

Dalam menguji kebenaran perumusan permasalahan yang telah dikemukakan pada uraian

terdahulu, maka jangka waktu penagihan atau hari rata-rata pengumpulan piutang usaha

dibandingkan dengan tingkat perputaran debitur golongan A, B, C, dan D yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Rata-rata pengumpulan piutang atau jangka waktu pembayaran yang telah ditetapkan

perusahaan yaitu selama 4 bulan, maka cara pengumpulan piutang tersebut terbukti efektif,

tetapi apabila dari rata-rata pengumpulan piutang melebihi dari 4 bulan pembayaran yang

(10)

telah ditetapkan perusahaan berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya tidak efektif.

E. Pengujian Hipotesis.

Jika tingkat perputaran piutang yang terjadi terhadap debitur golongan A, B, C, dan D

pada tahun 2009, 2010, dan 2011 pada Perum Pegadaian Cabang Samarinda cenderung

meningkat, maka hipotesis diterima. Bila cenderung menurun maka hipotesis ditolak.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN.

A. Analisis

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis menganalisis posisi keuangan

Perum Pegadaian Cabang Samarinda adalah untuk mengadakan penelitian atas :

1.

Tingkat Perputaran Piutang

2.

Rata-rata Pengumpulan Piutang

Untuk mengadakan penilaian terhadap dua hal tersebut diatas adalah dengan cara

membandingkan angka rata-rata yang diambil dari laporan keuangan neraca Perum Pegadaian

Cabang Samarinda, sebagai berikut :

a)

Tingkat Perputaran Piutang

Tingkat perputaran piutang yaitu mengukur kemampuan Perum Pegadaian Cabang

Samarinda dalam pengelolaan piutang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Semakin

cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya.

1.

Tahun 2009

Rata-rata piutang = Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang

2

= 31.407.986.563 + 38.585.103.574

2

= Rp.34.996.545.068,-

Tingkat Perputaran Piutang = ∑ Uang Pinjaman (kredit)

Rata- rata Piutang

= 153.467.991.000

34.996.545.068

= 4.38 kali

Rata-rata piutang Gol . A = Saldo Awal Gol. A + Saldo Akhir Gol. A

2

= 16.822.000 + 6.273.000

2

= Rp.11.547.500

Tingkat Perputaran Piutang Gol. A = ∑ Uang Pinjaman (Kredit) Gol A

Rata-rata Piutang Gol A

= 41.545.000

11.547.500

= 3,60 kali

Rata-rata piutang Gol. B = Saldo Awal Gol. B + Saldo Akhir Gol. B

2

= 787.092.000 + 587.662.000

2

= Rp.687.377.000

Tingkat Perputaran Piutang Gol. B = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol B

Rata-rata piutang Gol. B

= 2.816.911.000

687.377.000

= 4,10 kali

(11)

Rata-rata piutang Gol. C = Saldo Awal Gol. C + Saldo Akhir Gol. C

2

= 21.338.955.000 + 26.965.715.000

2

= Rp.24.152.335.000,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. C = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol C

Rata-rata piutang Gol. C

= 109.340.685.000

24.152.335.000

= 4.53 kali

Rata-rata piutang Gol. D = Saldo Awal Gol. D + Saldo akhir Gol. D

2

= 6.321.100.000 + 8.795.050.000

2

= Rp.7.558.075.000,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. D = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol D

Rata-rata piutang Gol. D

= 41.268.850.000

7.558.075.000

= 5,46 kali

2.

Tahun 2010

Rata-rata Piutang = Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang

2

= 38.585.103.574 + 43.627.772.539

2

= Rp.41.106.438.056,-

Tingkat Perputaran Piutang = ∑ Uang Pinjaman (kredit)

Rata-rata piutang

= 161.286.895.000

41.106.438.056

= 3,92 kali

Rata-rata piutang Gol. A = Saldo Awal Gol. A + Saldo Akhir Gol.A

2

= 6.273.000 + 2.638.000

2

= Rp.4.455.500,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. A = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol A

Rata-rata Piutang Gol A

= 22.851.000

4.455.500

= 5,13 kali

Rata-rata Piutang Gol. B = Saldo Awal Gol. B + Saldo Akhir Gol. B

2

= 587.662.000 + 397.416.000

2

= Rp.492.539.000,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. B = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol. B

Rata-rata Piutang Gol. B

= 1.999.366.000

(12)

= 4,06 kali

Rata-rata Piutang Gol. C = Saldo Awal Gol. C + Saldo Akhir Gol. C

2

= 26.965.715.000 + 27.306.983.000

2

= Rp.27.136.349.000,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. C = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol.C

Rata-rata Piutang Gol. C

= 110.920.178.000

27.136.349.000

= 4,09 kali

Rata-rata Piutang Gol. D = Saldo Awal Gol. D + Saldo Akhir Gol. D

2

= 8.795.050.000 + 12.894.350.000

2

= Rp.10.844.700.000,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. D = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol. D

Rata-rata Piutang Gol. D

= 48.344.500.000

10.844.700.000

= 4,46 kali

3. Tahun 2011

Rata-rata Piutang = Saldo Awal Piutang +Saldo Akhir Piutang

2

= 43.627.772.529 + 53.404.672.543

2

= Rp. 48.538.722.536,-

Tingkat Perputaran Piutang = ∑ Uang Pinjaman (kredit)

Rata-rata Piutang

= 175.135.693.000

48.538.722.536

= 3,61 kali

Rata-rata Piutang Gol. A = Saldo Awal Gol. A + Saldo Akhir Gol. A

2

= 2.638.000 + 3.211.000

2

= Rp.2.924.500,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. A = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol. A

Rata-rata Piutang Gol. A

= 13.663.000

2.924.500

= 4,67 kali

Rata-rata Piutang Gol B = Saldo Awal Gol. B + Saldo Akhir Gol. B

2

= 397.416.000 + 1.645.660.000

2

= Rp.1.021.538.000,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol B = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol. B

Rata-rata Piutang Gol. B

(13)

= 5.746.659.000

1.021.538.000

= 5,62 kali

Rata-rata Piutang Gol. C = Saldo Awal Gol. C + Saldo Akhir Gol. C

2

= 27.306.983.000 + 28.075.888.000

2

= Rp.27.691.435.500,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. C = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol. C

Rata-rata Piutang Gol. C

= 107.238.340.000

27.691.435.500

= 3,87 Kali

Rata-rata Piutang Gol. D = Saldo Awal Gol. D + Saldo Akhir Gol. D

2

= 12.894.350.000 + 19.858.577.000

2

= Rp.16.376.463.500,-

Tingkat Perputaran Piutang Gol. D = ∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol. D

Rata-rata Piutang Gol. D

= 62.137.031.000

16.376.463.000

= 3,79 kali

b). Rata-rata Pengumpulan Piutang

Rata-rata pengumpulan piutang yaitu mengukur seberapa lama rata-rata kemampuan

Perum Pegadaian Cabang Samarinda memerlukan waktu untuk menagih piutangnya pada

tahun 2009, 2010, dan 2011.

1.

Tahun 2009

Rata-rata Pengumpulan Piutang = Rata-rata Piutang x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit)

= 35.670.608.252 x 360

53.467.991.000

= 83,67 atau 84 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol . A = Rata-rata Piutang Gol A x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol A

= 11.547.500x 360

41.545.000

= 100,06 atau 100 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. B = Rata-rata Piutang Gol B x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol B

= 687.377.000 x 360

2.816.911.000

= 87,84 atau 88 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. C = Rata-rata Piutang Gol C x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol C

= 24.152.335.000 x 360

109.340.685.000

= 79,52 atau 80 hari

(14)

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol D

= 7.558.075.000 x 360

41.268.850.000

= 65,93 atau 66 hari

2.

Tahun 2010

Rata-rata Pengumpulan Piutang = Rata-rata piutang x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit)

= 41.106.438.056 x 360

161.286.895.000

= 91,75 atau 92 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. A = Rata-rata Piutang Gol. A x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol A

= 4.455.500 x 360

22.851.000

= 70,19 atau 70 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. B = Rata-rata Piutang Gol. B x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol B

= 492.539.000 x 360

1.999.366.000

= 88,68 atau 89 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. C = Rata-rata Piutang Gol. C x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol C

= 27.136.349.000 x 360

110.920.178.000

= 88,07 atau 88 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. D = Rata-rata Piutang Gol. D x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol D

= 10.844.700.000 x 360

48.344.500.000

= 80,75 atau 81 hari

3. 2011

Rata-rata Pengumpulan Piutang = Rata-rata piutang x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit)

= 48.538.722.536 x 360

175.135.693.000

= 99,77 atau 100 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. A = Rata-rata Piutang Gol. A x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol A

= 2.924.500 x 360

13.663.000

= 77,05 atau 77 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol.B = Rata-rata Piutang Gol. B x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol B

= 1.021.538.000 x 360

5.746.659.000

= 63,99 atau 64 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. C = Rata-rata Piutang Gol. C x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol C

= 27.691.435.500 x 360

(15)

= 92,96 atau 93 hari

Rata-rata Pengumpulan Piutang Gol. D = Rata-rata Piutang Gol. D x 360

∑ Uang Pinjaman (kredit) Gol D

= 16.376.463.500 x 360

48.344.500.000

= 121,94 atau 122 hari

Dari Perhitungan diatas dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang dan rata-rata

pengumpulan piutang Perum Pegadaian Cabang Samarinda adalah sebagai berikut :

4.1.1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Perputaran Piutang Perum

Pegadaian Cabang samarinda

No

Uraian

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

1.

Piutang Usaha

Rp38.585.103.574

Rp43.627.772.539

Rp53.404.672.543

2.

Tingkat Perputaran

Piutang

4.38 kali

3,92 kali

3,61 kali

3.

Tingkat Perputaran

Piutang Gol. A

3,60 kali

5,13 kali

4,67 kali

4.

Tingkat Perputaran

Piutang Gol. B

4,10 kali

4,06 kali

5,62 kali

5.

Tingkat Perputaran

Piutang Gol. C

4.53 kali

4,09 kali

3,87 Kali

6.

Tingkat Perputaran

Piutang Gol. D

5,46 kali

4,46 kali

3,79 kali

7.

Rata-rata Pengumpulan

Piutang

84 hari

92 hari

100 hari

8.

Rata-rata Pengumpulan

Piutang Gol.A

100 hari

70 hari

77 hari

9.

Rata-rata Pengumpulan

Piutang Gol. B

88 hari

89 hari

64 hari

10. Rata-rata Pengumpulan

Piutang Gol. C

80 hari

88 hari

93 hari

11.

Rata-rata Pengumpulan

Piutang Gol. D

66 hari

81 hari

122 hari

Sumber : Perum Pegadaian Cabang Samarinda (Data diolah dari hasil

penelitian

tahun 2012)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat perputaran piutang usaha dan rata-rata

pengumpulan piutang usaha Perum Pegadaian Cabang Samarinda, kemudian diadakan

perbandingan antara tahun 2009, 2010, dan 2011, maka penulis akan melakukan pembahasan

sebagai berikut :

1.

Tingkat Perputaran Piutang.

Perhitungan Tingkat perputaran piutang usaha pada Perum Pegadaian Cabang

Samarinda yaitu tahun 2009 mencapai 4,38 kali dan tahun 2010 mencapai 3,92 kali dan

kembali mengalami penurunan di tahun 2011. Hal ini dikarenakan piutang usaha perusahaan

yang meningkat dari tahun ke tahunnya.

Perhitungan tingkat perputaran piutang untuk Debitur Gol. A pada tahun 2009

mencapai 3,60 kali dan pada tahun 2010 meningkat mencapai 5,13 kali, hal ini juga

dikarenakan adanya Sisa pinjaman penurunan pada piutang Debitur Gol. A perusahaan

sedangkan pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan 4,67 kali dikarenakan sisa uang

(16)

pinjaman debitur Gol. A mengalami peningkatan juga dikarenakan banyaknya nasabah yg

tidak memperpanjang pinjamannya ataupun nasabah yang meminta barang tersebut untuk

dilelang saja. Dan perhitungan untuk Debitur Gol. B pada tahun 2009 mencapai 4,10 kali dan

pada tahun 2010 mencapai 4,06 kali mengalami penurunan dikarenakan jumlah pendapatan

Debitur Gol. B mengalami penurunan juga sedangkan pada tahun 2011 mengalami

peningkatan sebanyak 5,62 kali dikarenakan pada tahun tersebut jumlah pinjaman atau

piutang Debitur Gol. B mengalami peningkatan. Untuk perhitungan Gol. C pada tahun 2009

mencapai 4,53 kali dan tahun 2010 mencapai 4,09 kali serta pada tahun 2011 kembali

mengalami penurunan sebesar 3,87 kali. Hal ini disebabkan adanya sisa jumlah pinjaman

Debitur Gol. C dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami kenaikan . Dan

perhitungan tingkat perputaran piutang Debitur Gol. D pada tahun 2009 mencapai 5,46 kali,

tahun 2010 4,46 kali dan mengalami penurunan lagi di tahun 2011 sebanyak 3,79 kali, hal

ini sama yang dialami oleh Debitur Gol. C yaitu disebabkan sisa jumlah pinjaman Debitur

Gol. D mengalami peningkatan tiap tahunnya.

2.

Rata-rata pengumpulan piutang.

Perhitungan rata-rata pengumpulan piutang pada perum pegadaian cabang

samarinda yaitu tahun 2009 mencapai 84 hari dan tahun 2010 mencapai 92 hari serta pada

tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 100 hari. Hal ini mengalami penurunan yang

cukup signifikan dikarenakan lama pengumpulan piutang dari tahun ke tahun semakin lama

nasabah menyelesaikan kewajibannya. Dan perhitungan rata-rata pengumpulan piutang usaha

untuk debitur gol. A tahun 2009 mencapai 100 hari dan tahun 2010 mencapai 70 hari,

mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 77 hari, hal ini dikarenakan lama

pengumpulan piutang mengalami kemajuan pada tahun 2010 disebabkan cepatnya nasabah

dalam menyelesaikan kewajibannya dan pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan.

Perhitungan rata-rata pengumpulan piutang usaha untuk debitur gol. B pada tahun 2009

mencapai 88 hari dan pada tahun 2010 mencapai 89 hari, kemudian pada tahun 2011 menurun

menjadi 64 hari, hal ini dikarenakan penurunan pengumpulan piutang pada tahun 2010 dan

kemudian mengalami kemajuan pada tahun 2010. Dan perhitungan rata-rata pengumpulan

piutang usaha debitur gol. C pada tahun 2009 mencapai 80 hari, tahun 2010 mencapai 88 hari

dan tahun 2011 mencapai 93 hari, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya semakin buruk. Perhitungan rata-rata

pengumpulan piutang usaha debitur gol. D pada tahun 2009 mencapai 66 hari, tahun 2010

mencapai 81 hari dan tahun 2011 mengalami peningkatan mencapai 122 hari, hal ini sama

yang dialami oleh debitur gol. C dan ini membuktikan lagi bahwa hari pengumpulan piutang

mengalami penurunan.

Berdasarkan penjelasan dari pembahasan hasil analisis terhadap Perum Pegadaian

Cabang Samarinda, maka hipotesis yang diajukan ditolak karena tingkat perputaran piutang

dan rata-rata pengumpulan piutang perusahaan dalam meningkatkan laba tidak efisien dan

selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun walaupun dilihat jelas pada neraca piutang usaha

meningkat dari tahun ke tahun, namun tidak diiringi dengan tingkat perputaran piutang dan

rata-rata pengumpulan piutang yang berubah- ubah pada tahun 2009 sampai dengan 2010

kadang mengalami peningkatan serta penurunan dalam setiap tahunnya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek

kurang baik dan hal ini bisa saja terjadi karena para debitur langsung melunasi kewajibannya

atau piutang tersebut tanpa memperpanjang kembali masa jatuh tempo piutang tersebut.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan dengan mempelajari data yang

diperoleh dari Perum Pegadaian Cabang Samarinda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

(17)

1.

Tingkat perputaran piutang Perum Pegadaian Cabang Samarinda mengalami kenaikan

dan penurunan dari tahun ketahunnya yaitu pada tahun 2009 mencapai 4,38 kali dan

tahun 2010 mencapai 3,92 kali dan kembali mengalami penurunan ditahun 2011.

tingkat perputaran piutang debitur Gol. A pada tahun 2009 mencapai 3,60 dan pada

tahun 2010 meningkat mencapai 5,13 kali dan pada tahun 2011 kembali mengalami

penurunan menjadi 4,67 kali, selanjutnya tingkat perputaran piutang debitur Gol. B

pada tahun 2009 mencapai 4,10 kali dan pada tahun 2010 mengalami penurunan

menjadi 4,06 kali sedangkan pada tahun 2011 menjadi 5,62 kali, dan tingkat

perputaran piutang debitur Gol. C pada tahun 2009 mencapai 4,53 kali dan tahun 2010

mencapai 4,09 kali serta pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 3,87 kali,

dan yang terakhir tingkat perputaran piutang debitur Gol. D pada tahun 2009 mencapai

5,46 dan tahun 2010 menjadi 4,46 kali kemudian mengalami penurunan pada tahun

2011 menjadi 3,79 kali. Dimana hal ini menunjukkan bahwa meskipun piutang

meningkat tiap tahunnya tidak diiringi dengan pendapatan perusahaan yang

mengalami turun naik pada tiap tahunnya. Lama rata-rata pengumpulan piutang pada

perum pegadaian Cabang Samarinda pada tahun 2009 adalah 84 hari menjadi 92 hari

pada tahun 2010 serta pada tahun 2011 kembali mengalami kenaikan menjadi 100 hari,

dan lama rata-rata pengumpulan piutang debitur Gol. A pada tahun 2009 yaitu 100 hari

menjadi 70hari pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mencapai 77 hari. Sedangkan

Debitur Gol. B lama rata-rata pengumpulan piutangnya pada tahun 2009 mencapai 88

hari dan tahun 2010 menjadi 89 hari, kemudian pada tahun 2011 mengalami

penurunan menjadi 64 hari. Dan rata-rata pengumpulan piutang Debitur Gol. C

mencapai 80 hari pada tahun 2009 menjadi 88 hari pada tahun 2010 dan meningkat

kembali pada tahun 2011 sebesar 93 hari. Dan terakhir rata-rata pengumpulan

piutang debitur Gol. D pada tahun 2009 yaitu 66 hari dan pada tahun 2010 menjadi 81

hari kemudian pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 122 hari. Hal ini

menunjukkan bahwa lamanya hari pengumpulan piutang debaitur yang semakin

meningkat tiap tahunnya , menandakan kemampuan perusahaan dalam mengelola

piutangnya kurang baik dan selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun.

2.

Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan terdahulu yang menduga tingkat

perputaran piutang Perum Pegadaian Cabang Samarinda meningkat secara optimal

pada tahun 2009, 2010 dan 2011 ditolak karena perusahaan tidak mampu

meningkatkan keuntungan secara optimal dari tahun ketahun yang disebabkan oleh

perputaran piutang yang mengalami penurunan dan kenaikan dari tahun 2009 sampai

dengan 2011.

B. Saran-saran.

Berdasarkan hasil analisis serta kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka

penulis dapat memberikan beberapa saran terhadap Perum Pegadaian Cabang Samarinda yang

diharapkan dapat berguna bagi manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dimasa

yang akan datang :

1.

Dalam menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang hendaknya aktivitas yang

dilakukan selama ini lebih ditingkatkan, karena bukan tidak mungkin jika piutang tidak

dapat dilunasi oleh pengguna jasa kredit akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2.

Untuk meningkatkan penerimaan piutang yang sudah jatuh tempo, maka kegiatan

penagihan harus ditingkatkan supaya Debitur lebih efektif dan efesiensi melunasi

piutang-piutangnya agar tercapainya kemajuan yang lebih baik lagi.

3.

Perusahaan lebih tegas dalam menentukan sikap bagi para debitur yang tidak mematuhi

aturan perusahaan dalam bertransaksi dan dalam membayar hutangnya.

Demikian saran yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat berguna bagi

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan maupun tujuan bersama.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Astuti, C. Wiganti Reno dan Purwantini, Cornelia, 2002, Akuntansi Keuangan, Cetakan

Pertama, Carisius-Yogyakarta.

A.Dunia, Firdaus, 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi Kedua, Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.

Brigham, F Eugene, dan Houston, F. Joel, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan,

Buku Satu, Erlangga, Jakarta.

Brigham, F. Eugene, dan Enrhardt, Michael C., 2008, Financial Management Theory and

Practice, 11th Edition, Natorp Boulevard Mason, USA.

Costa, Caror, Addison, C. Wesley, 2004, Accounting, Edisi Kesatu, Prenada, Jakarta.

Halim, Abdul, 2007, Manajemen Keuangan Bisnis,Ghalia Indonesia, Malang

Husnan, Suad, 2004, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

Panjang), edisi keempat, BpFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Cetakan

Ketiga, Bumi Aksara, Jakarta.

Hormgren, Charles T, 2006, Akuntansi, Edisi Keenam, Jilid Satu, Indeks Jakarta.

Jumingan, 2006, Analisis Laporan keuangan, Cetakan Pertama, Imi Aksara, Jakarta.

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Cetakan Kedua, PT Rajagrafindo

Persada, Jakarta.

Manullang, Marihot, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Kesatu, Andi,

Yogyakarta.

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.

Martono SU, D, Agus Harjito, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi pertama, Ekonisia,

Yogyakarta.

Munawir, S., 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas, Liberty,

Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2002, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi keempat, BPFE,

Yogyakarta.

Sundjaja, Ridwan S, 2003, Manajemen Keuangan I, Edisi Kelima, Literata Lintas Media,

Jakarta.

Sutrisno, 2007, Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, Aplikasi), Cetakan Kelima, Ekonisia,

Yogyakarta

S. Sundjaja, Ridwan,2006, Manajemen Keungan, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, BPFE

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Walsh, Ciaran, 2003, Key Management Ratios, 3rd Editon, is published by Arrangement with

person Education Limited, London.

Yusuf, Alharyono, 2003, Dasar-dasar Akuntansi, Edisi Keenam, Pembelanjaan Perusahaan,

Edisi Keempat, Cetakan Kelima, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

KONSTRUKSI LKS POLA 5M BERMUATAN NILAI SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI- NILAI ILMIAH BAGI PESERTA DIDIK SMA KELAS XI PADA SUBMATERI KOAGULASI KOLOID.. Universitas

 Dengan diberikan teks percakapan tentang hidup rukun, siswa dapat menunjukkan contoh perilaku di tempat bermain yang sesuai dengan sila pertama Pancasila dengan benar.. 

Lahan kota yang terbatas menimbulkan adanya kelangkaan yang pada akhirnya akan menentukan berapa kekuatan harga dari lahan yang akan ditempati, baik untuk

Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih tertarik pada sektor industri dasar dan kimia khususnya bidang usaha plastik dan kemasan, dimana kita tahu bahwa setiap

Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan Barang Jasa, telah melaksanakan tahapan Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen Pengadaan dengan metode tanya jawab secara elektronik

“Masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia sebagai satu kesatuan, menetap di daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, mempunyai kekayaan yang berwujud atau

Contrariamente alle versioni a telaio oscillante, il sistema di guida lame senza tolleranze previene qualsiasi pressione laterale sulle seghe con il risultato di avere la

Promosi penjualan adalah bagian penting dari strategi komonikasi pemasaran perusahaan , sejalan dengan periklanan , humas dan penjualan personal pada intinnya promosi penjualan