• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEREMPUAN BERSTATUS MENIKAH UNTUK BEKERJA (STUDI KASUS DI KOTA PADANG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEREMPUAN BERSTATUS MENIKAH UNTUK BEKERJA (STUDI KASUS DI KOTA PADANG)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PEREMPUAN BERSTATUS MENIKAH UNTUK BEKERJA (STUDI

KASUS DI KOTA PADANG).

M.Havist

1

, Kasman Karimi

1

, Firdaus Sy

2

1Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

2Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Email : Havist.m@gmail.com, kasman_karimi@yahoo.com, firdaus@bunghatta.ac.id

Abstract

The principal function of a woman is as wife and homemaker, childbirth and child rearing. While the man is the main breadwinner in the family, so that the participation of women in the labor force is strongly influenced factors of social, economic, andcultural. A woman who has been married have to consider a lot of things to go or not in the labor market. Thus, the factors that influence the married women to work would be more complex than men. There are several factors that may influence the married women to work, including education level, income level of the husband, and the number of dependents.

Analysis of the data used for this study using multiple linear regression analysis method. Hypothesis testing using partial test (t test), simultaneous test (F test) and test the coefficient of determination (R2). Classical Assumption Test by Test Multicollinearity, Heteroskidastity, and normality. The data used in this study is a data Number of Dependents Family (X1), education level (X2), Revenue husband (X3), Wage (X4) and the status of Married Women's Hours of Work in the city of Padang

The results showed that a variable number of family dependents (X1), education level (X2), and the wage rate (X4) has apositive influence and not significant to women are married Hours in the desert city, while the husband income (X3) has the effect that significant negative and against married women working hours in the desert city.

Keywords: Hours of Work, Family Total dependents, level of education, income Husband, and Wage.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di wilayah Kota Padang khususnya kecamatan koto tangah dan kuranji, fenomena perempuan bekerja bukan merupakan suatu hal yang baru. Fenomena perempuan bekerja sudah menjadi budaya. Budaya yang cenderung suka bekerja

menyebabkan waktu luang menjadi barang

inferior dan waktu kerja menjadi barang lux. Biasanya para perempuan ini memiliki

pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan mengelola kebun, membuka warung di rumah, mengkreditkan pakaian dan lain-lain. Besarnya tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan di Kota Padang dapat dilihat

(2)

dari jumlah tenaga kerja perempuan yang bekerja. Angkatan kerja di kota Padang berjumlah sebanyak 2.173,30 orang yang terdiri dari sebanyak 10.766,5 orang angkatan kerja Laki-laki dan sebanyak 10.966,5 orang angkatan kerja perempuan. Jika kita lihat dari data tersebut terlihat bahwa angkatan kerja perempuan lebih berpotensi di dalam meningkatkan pemasukan keluarga.

Jenis pekerjaan yang yang dimasuki pun terdiri dari sektor formal dan sektor informal. Sektor formal adalah sektor dimana seseorang itu bekerja pada orang lain atau instansi/ kantor/ majikan dengan menerima gaji sebagai balas jasa. Sedangkan sektor informal adalah sektor dimana seseorang itu bekerja sendiri atau seseorang yang bekerja tanpa adanya ikatan dengan instansi/ kantor/ perusahaan atau majikan. (Elfindri dan Nasri 2004)

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang didapat adalah “faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja „‟(studi kasus di kota padang)”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan suami terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap keputusan

perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Landasan Teori Ketenagakerjaan

Menurut Todaro (2003) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk bukan merupakan suatu masalah, justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan populasi yang lebih besar merupakan pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa, yang kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi. Hal tersebut akan menciptakan skala ekonomis

(economic of scale) produksi yang

menguntungkan semua pihak, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dan dalam jumlah yang memadai. Sehingga, akan merangsang tingkat output atau produksi aggregate yang lebih tinggi.

Secara garis besar, penduduk di Indonesia dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Hal tersebut secara rinci akan dijelaskan seperti dibawah ini :

Penduduk

Sumber utama dalam penawaran tenaga kerja adalah penduduk, namun tidak semua penduduk menawarkan tenaga kerjanya dalam pasar tenaga kerja, dengan pertimbangan utama kelayakan bekerja menurut umurnya. Penduduk yang layak bekerja ditinjau dari umur disebut penduduk usia kerja, dan mereka yang pantas disebut sebagai tenaga kerja.adalah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan sumber daya manusia (Sonny Sumarsono, 2003).

Tenaga Kerja

Menurut UU No.13 tentang ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

(3)

barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan masyarakat. Menurut Evi Susanti Tasri (2010) tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang berumur 15 tahun keatas yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat..

Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tenaga kerja atau manpower terdiri angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Besarnya penyediaan tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang berusia kerja (15 tahun keatas) namun kegiatan utama selama seminngu yang lalu adalah seseorang yang sedang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya( Evi Susanti Tasri, 2010).

Teori Penawaran Tenaga Kerja

Dalam perekonomian, adanya permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang wujud hanya dapat dipenuhi apabila para penjual/perusahaan dapat menyediakaan barang-barang yang diperlukan tersebut (Sadono Sukirno, 2005). Tingkah laku penjual dalam menyediakan atau menawarkan barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat di pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dianggap paling penting dalam menentukan penawaran barang tersebut adalah harga. Oleh karena itu, teori penawaran menumpukan perhatiannya kepada hubungan diantara tingkat harga dengan jumlah barang yang ditawarkan (Sadono Sukirno, 2005).

Hukum penawaran pada dasarnya menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual. Hukum penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih jelas, dapat dilihat dalam Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Kurva Penawaran P P1 P2 Q1 Q2

Sumber :Sadono Sukirno, 2005

Pada umumnya, kurva penawaran bergerak menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan, yaitu makin tinggi harga, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Dalam proses produksinya, perusahaan menggunakan berbagai jenis input atau faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam. Perubahan yang terjadi di pasar barang akan ditanggapi oleh perusahaan dengan meningkatkan produksinya. Peningkatan produksi tersebut akan menyebabkan kenaikan pada faktor-faktor produksi yang digunakan. Perusahaan akan memilih faktor produksi yang lebih menguntungkan dengan membandingkan biaya modal dan biaya tenaga kerja yang terjadi di pasar modal dan pasar tenaga kerja (Nicholson(2002) dalam Fitria Majid (2012).

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

(4)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. Semakin besar TPAK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama, semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja, sehingga semakin kecil jumlah angkatan kerja dan semakin kecil TPAK (Evi Susanti Tasri, 2010). Rumus yang digunakan untuk mencari TPAK adalah ....……… …………(2.1)

Keterlibatan Perempuan dalam Kegiatan Ekonomi

Upaya peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan telah tersirat dalam lima falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis- Garis Besar Haluan Negara (Endang Lestari Hastuti). Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia yang pada dasarnya tidak membuat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai status, hak dan kewajiban, serta kesempatan yang sama dalam keluarga maupun masyarakat. Namun, hingga sekarang ini masih banyak perempuan yang termarginalkan karena kurangnya informasi dan kesadaran mereka sebagai warga negara. Selain itu, adanya pandangan yang telah melekat bahwa kodrat perempuan adalah sebagai pengurus rumah tangga menjadikan perempuan yang ingin bekerja diluar rumah dianggap telah menyalahi kodratnya. Endang Lestari Hastuti (2004), menjelaskan prospek perempuan dan pengembangan citra peran perempuan dalam abad XXI berbentuk menjadi beberapa peran , yaitu

a. Peran tradisi, yang menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi. hidupnya 100 persen untuk keluarga. pembagian kerja yang jelas, perempuan di rumah, laki-laki di luar rumah.

b. Peran transisi, mempolakan peran tradisi lebih utama dari yang lain. pembagian tugas menuruti aspirasi gender, gender tetap eksis mempertahankan keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap menjadi tanggung jawab perempuan.

c. Dwiperan, memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, peran domestik-publik sama penting. Dukungan moral suami pemicu ketegaran atau keresahan.

d. Peran egalitarian, yaitu menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan diluar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian laki-laki sangat hakiki untuk menghindari konflik kepentingan.

e. Peran kontemporer, adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam kesendirian. Meskipun jumlahnya belum banyak, tetapi benturan demi benturan dari dominasi pria yang belum terlalu peduli pada kepentingan perempuan akan meningkatkan populasinya.

Hambatan Sosial Budaya yang

Mempengaruhi Peran Perempuan

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan yang telah berstatus menikah untuk bekerja. Secara umum, terdapat beberapa hambatan baik berupa social maupun budaya bagi perempuan untuk masuk dalam pasat tenaga kerja. Hambatan tersebut antara lain, (dalam Fitria Majid, 2012) :

a. Status Sosial

Status gender perempuan terutama berkaitan dengan tingkat pendidikan, kesehatan, dan posisi dalam proses pengambilan keputusan umumnya

(5)

memberikan dampak tertentu terhadap produktivitas mereka. b. Hambatan Memperoleh Pekerjaan

Pada umumnya, pekerjaan perempuan dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga. dan sering dinilai berkarakter rendah, bersifat marginal, dan mudah disingkirkan. Selain itu, perempuan juga menghadapi hambatan mobilitas relatif, dimana perempuan seringkali enggan bekerja jauh secara fisik, karena mereka diharapkan selalu berada dekat dengan anak-anaknya. c. Status Pekerjaan

Perempuan sering memperoleh posisi yang lebih rendah dari rekannya laki-laki, begitupula dengan imbalan yang berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama. Dari segi tekhnologi, perempuan juga seringkali mengalami lebih banyak dampak negatif daripada dampak positifnya.

d. Beban Ganda

Perempuan memiliki beban ganda yang lebih banyak daripada laki-laki, dimana masalah mempersatukan keluarga dengan pekerjaan perempuan yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan secara tradisional ingin selalu berada dekat dnegan anak-anaknya. Akibatnya, perempuan bekerja dengan mempunyai tuntutan peran simultan dari pekerjaan dan keluarga. sedangkan laki-laki hanya mempunyai tuntutan peran sekuental.

Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa hambatan perempuan untuk masuk dalam dunia kerja sebagian besar disebabkan oleh peran domestiknya dalam mengurus rumah tangga dan anak. Adanya pandangan yang telah melekat bahwa perempuan seharusnya mengurus rumah tangga, dan memiliki posisi di bawah laki-laki.

Faktor-Faktor Yang

Mempengaaruhi Keputusan Perempuan Berstatus Menikah Untuk Bekerja

1. Jam Kerja

Lamanya orang yang bekerja dalam setiap minggunya akan mempengaruhi besarnya penyediaan tenaga kerja. Besarnya jam kerja yang dicurahkan masing-masing angkatan kerja berbeda-beda, adanya bekerja penuh adapula yang bekerja paruh waktu. Jam kerja memiliki peranan yang penting bagi perempuan yang telah berstatus menikah untuk masuk dalam pasar tenaga kerja maupun tidak. Dimana adanya peran domestik untuk mengurus rumah tangga, anak dan keluarga akan memberikan tanggung jawab kepada perempuan sebelum memutuskan untuk masuk dalam pasar tenaga kerja. Ketika perempuan menikah memiliki banyak jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan suami masih rendah, maka perempuan menikah bersedia bekerja walaupun dengan jam kerja yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk membantu perekonomian dan kebutuhan keluarga.

2. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin besar probabilita perempuan yang bekerja. Pajaman Simanjuntak (1998) menjelaskan semakin tinggi pendidikan maka akan menjadikan waktu yang dimiliki menjadi mahal, dan keinginan untuk bekerja semakin tinggi, terutama bagi perempuan yang memiliki pendidikan tinggi, mereka akan memilih untuk bekerja daripada hanya tinggal dirumah untuk mengurus anak dan rumah tangga. Hal ini juga didukung oleh Sonny Sumarsono (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk

(6)

bekerja, terutama bagi perempuan, dengan semakin tinggi pendidikan, kecenderungan untuk bekerja akan semakin besar.

3. Tingkat Pendapatan Suami

Tingkat pendapatan suami memiliki peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja. Sonny Sumarsono (2003) menjelaskan bahwa keluarga dengan penghasilan besar, relatif terhadap biaya hidup cenderung memperkecil jumlah anggota keluarga untuk bekerja, sedangkan keluarga yang biaya hidupnya relatif sangat besar pada penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota untuk masuk dalam dunia kerja. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Pajaman Simanjuntak (1998) yang menyatakan bahwa bagaimana suatu keluarga mengatur siapa yang bekerja, bersekolah atau tetap mengurus rumah tengga berdasarkan pada tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan. Artinya, ketika tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka akan semakin banyak anggota keluarga yang akan dimasukkan dalam pasar tenaga kerja.

4.Tingkat Produktivitas Kerja

Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan kesleuruhan sumber daya (masukan) yang digunakan dalam satuan waktu. Produktivitas akan mempengaruhi motivasi dari tiap-tiap individu. Produktivitas sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki , dimana seseorang yang memiliki keterampilan dan tingkat pendidikan tinggi maka produktivitasnya juga tinggi,dan hal ini akan mempengaruhi kesediaannya untuk

masuk dalam pasar tenaga kerja (Pajaman Simanjuntak, 1998). Bagi perempuan yang memiliki keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi, produktivitas kerjanya juga tinggi, sehingga akan memutuskan untuk bekerja daripada hanya diam dirumah. Hal ini juga dikarenakan adanya motivasi dalam diri perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam pasar tenaga kerja.

5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Pajaman Simanjuntak (1998) yang menjelaskan bahwa bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bersekolah, bekerja, dan mengurus rumah tangga bergantung pada jumlah tanggungan keluarga yang bersangkutan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi pula probabilita perempuan yang telah menikah untuk bekerja. Hal ini didukung oleh Novita Eliana dan Rita Ratina (2007) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi curahan waktu tenaga kerja perempuan untuk bekerja. Sa‟ir Tumanggor dan Sulaiman Effendi (2000) juga menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki pengaruh bahwa semakin banyak jumlah tanggungan, semakin besar partisipasi perempuan untuk bekerja.

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :

1. Adanya pengaruh positif dan tidak signifikan antara jumlah tanggungan keluarga terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

2. Adanya pengaruh positif dan tidak signifikan antara tingkat pendidikan terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

(7)

3. Adanya pengaruh negatif dan signifikan antara tingkat pendapatan suami terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

4. Adanya pengaruh positif dan tidak signifikan antara tingkat upah terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja.

METODELOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Padang didasari karna, di wilayah Kota padang khususnya di Kecamatan Koto tangah dan Kecamatan Kuranji terdapat kelurahan yang memiliki jumlah perempuan berstatus menikah paling banyak yaitu, berada Kelurahan Parupuak Tabing sebesar 4.952 orang (13,17 persen), Kelurahan Lubuk Buaya sebesar 4.981 orang (13,10 persen), Kelurahan Pasar Ambacang sebesar 3.803 orang (13,00 persen), dan Kelurahan Kuranji sebesar 6.860 orang (23,45 persen). Lokasi ini dipilih karna Kecamatan Koto tangah dan Kecamatan Kuranji memiliki jumlah penduduk perempuan berstatus menikah yang bekerja paling banyak di wilayah Kota Padang. Selain itu pengambilan wilayah penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive ) dengan pertimbangan Kelurahan tersebut memiliki jumlah proporsi tenaga kerja perempuan yang cukup besar.

Variabel Penelitian dan Definisi

Operasional

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri. Menurut Suliyanto (2011), variabel dalam penelitian kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu variable bebas (independent

variable) dan variable terikat (dependent variable). Variabel bebas merupakan

variable yang terjadi mendahului variabel terikatnya dan keberadaan variabel ini akan menjelaskan terjadinya topik penelitian. Sedangkan variabel terikat

adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini, keputusan seorang perempuan yang berstatus menikah untuk bekerja (curahan waktu jam kerja) sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya terdiri dari tingkat pendidikan, jumlah pendapatan suami, jumlah tanggungan keluarga.

Definisi operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Keputusan Perempuan Berstatus Menikah untuk Bekerja (Curahan jam Kerja) (Y)

Curahan jam kerja adalah lamanya perempuan berstatus menikah bekerja selama seminggu.

2. Jumlah tanggungan keluarga (X1)

Yaitu banyaknya anggota keluarga yang ditanggung oleh responden. Diukur dalam satuan orang.

3. Tingkat Pendidikan (X2)

Yaitu jenjang pendidikan terakhir yang berhasil ditempuh atau diselesaikan oleh responden pada pendidikan formal. Variabel ini diukur dalam satuan tahun, yaitu banyaknya tahun sukses yang telah ditempuh hingga mencapai pendidikan akhir. 4. Tingkat pendapatan suami (X3)

Yaitu banyaknya pendapatan yang diterima oleh suami responden per bulan, baik pendapatan dari pekerjaan utama maupun pendapatan dari pekerjaan sampingan. Jumlah pendapatan suami diukur dalam satuan rupiah.

5. Upah(X4)

Yaitu banyaknya pendapatan yang diterima oleh suami responden per bulan, baik pendapatan dari pekerjaan utama maupun pendapatan dari pekerjaan sampingan. Jumlah pendapatan suami diukur dalam satuan rupiah.

Populasi dan Sampel

Suliyanto (2011) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan anggota kejadian atau objek-objek yang sudah ditetapkan. Nugraha Setiawan (2007)

(8)

Menyatakan bahwa sampel adalah bagian kecil yang ditarik dari populasi. Penelitian ini mengambil kasus Kota Padang Propinsi Sumatera Barat. Responden yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu perempuan yang telah berstatus menikah, karena adanya peran ganda untuk menjalankan peran domestik dan peran transisi sebagai tenaga kerja. Dalam pengambilan sampel ini digunakan metode

multistage sampling, yaitu pengambilan

sampel yang dilakukan secara bertahap. Dari ruang lingkup Kota Padang, akan dipilih dua Kecamatan yang memiliki jumlah perempuan yang telah menikah paling besar di Kota Padang. Kemudian, dari masing-masing Kecamatan akan dipilih dua Kelurahan yang memiliki jumlah perempuan yang telah menikah paling besar. Jumlah perempuan berstatus menikah yang terdapat di Kota Padang dirinci menurut Kecamatan.

Berdasarkan data dari BPS Kota Padang tahun 2013 jumlah perempuan yang telah berstatus menikah paling besar terdapat di Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji dengan jumlah perempuan yang telah berstatus menikah adalah 37809 orang (18,81%) dan 29257 orang (14,56%). Dari kedua kecamatan tersebut, akan dipilih dua Kelurahan yang memiliki jumlah perempuan yang telah menikah paling besar. Jumlah perempuan yang telah berstatus menikah pada masing-masing Kelurahan, yang terdapat di Kedua Kecamatan tersebut.

Dari Kecamatan Koto Tangah, jumlah perempuan yang telah berstatus menikah paling besar terdapat pada Kelurahan Lubuk Buaya dengan jumlah 4981 orang (13,17%) dan Parupuak Tabing dengan jumlah 4952 orang (13,10%). Sedangkan untuk Kecamatan Kuranji, Kelurahan yang memiliki jumlah perempuan yang telah menikah paling besar terdapat pada Kelurahan Kuranji sebesar 6860 orang (23,45%)

dan Kelurahan Pasar Ambacang sebesar 3803 orang (13,00%).

Dari data tersebut kemudian ditentukan jumlah sampel yang akan digunakan, dengan menggunakan perhitungan rumus Slovin sebagai berikut :

Dimana n adalah besarnya sampel yang akan ditentukan, N merupakan jumlah populasi, dan e adalah nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan. Dalam penelitian ini, digunakan nilai kritis sebesar 10%, karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, tetapi dengan nilai kritis sebesar 10%, jumlah sampel yang diperoleh sudah cukup mewakili keadaan dari populasi tersebut.

( )( )

dibulatkan saja menjadi 100 responden Dari perhitungan Slovin di atas, dapat diketahui jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian ini sebesar 100 orang. Selanjutnya akan diterapkan proporsional sampling, yaitu pengambilan subjek atau sampel pada setiap wilayah dengan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek atau sampel dalam masing-masing wilayah (Arikunto, 2002). Perhitungan tersebut secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 3.1 :

Tabel 1. Proporsi Responden Penelitian

No Kelurahan Jumlah (Orang) Proporsi Perhitungan Proporsi Jumlah Sampel 1 Parupuak Tabing 4952 24,04 24,04%x100 24 2 lubuk buaya 4981 24,18 24,18%x100 24 3 Pasar ambacang 3803 18,46 18,46%x100 19 4 Kuranji 6860 33,31 33,31%x100 33 Jumlah 20596 100 100

Sumber :Data Primer Diolah

Dari Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel untuk empat kelurahan tersebut adalah sebesar 100 orang, yang

(9)

masing- masing Kelurahan memiliki pengambilan sampel yang berbeda. Banyaknya sampel yang terdapat di Kelurahan Parupuak Tabing adalah sebesar 24 orang, 24orang untuk Kelurahan Lubuk Buaya, dan 19 orang untuk Kelurahan Pasar Ambacang dan 33 0rang Kelurahan Kuranji.

Metode Analisis dan Prosedur

Pengujian

Metode yang digunakan untuk menerangkan kerangka dasar perhitunagan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja di Kota Padang didasarkan pada regresi linear berganda. Untuk menyederhanakan perhitungan dengan metode ekonometrika, maka variabel terikatnya adalah keputusan perempuan status menikah di Kota Padang(curahan waktu jam kerja (Y) dan variabel bebasnya adalah, jumlah tanggungan keluarga (X1),

tingkat pendidikan (X2), tingkat

pendapatan suami (X3), dan tingkat upah

(X4).

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh, jumlah tangungan keluarga dan tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan upah sebagai variabel Independen yang mempengaruhi perempuan berstatus menikah sebagai variabel dependen dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut: Y = f(X1, X2,X3,X4) ...(1)

Dengan metode statistik

ekonometrika, selanjutnya fungsi diatas secara linear dapat dibentuk kepersamaan regresi, sehingga fungsi diatas dapat dituliskan persamaanya sebagai berikut: (Suliyanto,2011)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 dimana:

Y = perempuan berstatus menikah (curahan jam kerja)

X1 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)

X2 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

X3 = Tingkat Pendapatan Suami (Rupiah) X4 = Upah (Rupiah)

Pengujian Statistik Pengujian F (F-test)

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka diuji dengan F-test (Suliyanto, 2011)

( ) ( ) ( ) Dimana:

F-test = Nilai F yang dihitung R2 = Koofisien Determinasi k = Jumlah Variabel

n = Jumlah tahun Pengamatan

Uji F menujukan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji

adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: H0: bi = b2 =

b3 =0

Artinya apakah semua variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak semua parameter

secara simultan sama dengan nol, atau: Ha:

paling tidak terdapat salah satu dari bi ≠ 0

Artinya semua variabel bebas secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

1. Fhitung < Ftabel hipotesis nol (H0)

diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak ada

pengaruh yang sugnifikan antara variabel bebas dengan variabel berikat

2. Fhitung > Ftabel hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima, artinya ada pengaruh yang sugnifikan antara variabel bebas dengan variabel berikat.

Uji t (t-test)

Uji koefisien regresi (t statistik) melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel dependen. Pengujian untuk melihat keberartian dari masing-masing variabel bebas tehadap variabel terikat secara terpisah, dengan rumus statistik sebagai berikut (Suliyanto, 2011).

(10)

Dimana: ti = nilai t yang dihitung

bj = koefisien regresi

Sbj = kesalahan baku koefisien

regresi

Uji t merupakan seberapa jauh pengaruh satu variabel terikat, hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah

suatu parameter (bi) sama dengan nol,

atau: H0 : bi = 0Artinya, apakah suatu

variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhdap variabel terikat. Hipotesis alternatif (Ha), merupakan

variabel tidak sama nol, atau: Ha : b1 ≠

0Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

Dengan ketentuan

1. thitung < ttabel hipotesis nol (H0)

diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat

2. thitung > ttabel hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas

Suliyanto (2011) menyatakan, multikolinearitas mempunyai pengertian bahwa ada hubungan linear yang “sempurna” atau pasti diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koofisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel indipenden. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas

maka model regresi tersebut mengandung masalah multikolinearitas.

Untuk mengetahui adanya masalah multikolinearitas pada peneltian ini digunakan dengan menggunakan nilai TOL (tolerance) dan VIF (variance

inflation Factor). Salah satu cara untuk

menguji gejala multikolinearitas dalam model regresi adalah melihat nilai tolerance dan variance inflation factor dari masing-masing variabel terikat. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residual. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas. Oleh karena itu persamaan yang digunakan untuk menguji Glejser adalah sebagai berikut ( Suliyanto, 2011). | | Dimana : | | = Nilai residual mutlak Xi = Variabel bebas

Jika signifikan maka terdapat pengaruh variabel bebas terhadap nilai residual mutlak sehingga dinyatakan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya |e|. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > ), maka

(11)

dapat dipastikan model tidak mengandung heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung kecil dari t tabel.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data, dalam penelitian ini akan menggunakan metode signifikasi Skewness dan Kurtosis (Suliyanto, 2011)

Uji normalitas dapat dilakukan pada koefisien keruncingan (Kurtosis) dan koefisien kemiringan (Skewness). Untuk melakukan standarisasi nilai skewness dan nilai kurtosis digunakan rumus sebagai berikut : Zskew √ Zkurt √ Dimana : S = Nilai Skewness N = Jumlah Kasus K = Nilai Kurtosis

Jika Zskew dan Zkurt nilai kritis maka residual terstandarisasi berdistribusi normal, sedangkan jika menggunakan tingkat toleransi 0,01 atau 1 persen nilai kritisnya 2,58 persen, tingkat toleransi 0,05 atau 5 persen maka nilai kritisnya 1,96 dan tingkat toleansinya 0,10 atau 10 persen maka nilai kritisnya 1,65.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kecamatan Koto Tangah

Kelurahan Parupuak tabing berada di kecamatan Koto Tangah terletak 10 km dari pusat kota padang dengan luas daerah mencapai 9,14 Km2. Sedangkan daerah kelurahan lubuk buaya juga berada di Kecamatan koto tangah dengan jarak 15 km dari pusat Kota Padang dengan luas daerah mencapai 3,67 Km2. Kecamatan Koto Tangah memiliki luas daerah sebesar

232,25Km2 dengan jumlah kelurahan mencapai 13 kelurahan dengan curah hujan mencapai 384,88 mm/bulan. Teremperur daerah mencapai 22,00 C-31,71C, sedangkan tinggi daerah mencapai 0-1600 M dpl dengan: ( Profil Kecamatan Koto Tangah tahun 2013).

a) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecematan Padang Utara dan Kecematan Nanggalo.

b) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman.

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kecematan Pauh.

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Secara adminitrasi Kecamatan Koto Tangah terbagi dalam 13 Kelurahan. Masing-masing dusun dibagi lagi dalam beberapa RW dan RT. Penduduk Kecamatan Koto Tangah berjumlah 168.194 orang dengan jumlah rumah tangga mencapai 37.809 rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki adalah 83.872 orang dan jumlah penduduk perempuan adalah 84.322 orang. Dari 2228 orang penduduk laki-laki tersebut.

Kecamatan Kuranji

Kecamatan Kuranji berada dalam jarak 5 Km dari pusat kota Padang. Wilayah daratan Kecamatan Kuranji ketinggiannya bervariasi, yaitu antara 8 m sampai 1.000 m di atas permungkaan laut, dengan curah hujan mencapai 384,88 mm/bulan. ( Profil Kecamatan Koto Tangah tahun 2013).

a) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur.

b) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah.

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Timur.

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Nanggalo dan Padang Utara.

Keadaan wilayah pada kecamatan ini sekitar 35,85 % dari total wilayah kecamatan adalah areal persawahan,

(12)

12,63% adalah hutan baik hutan rakyat maupun hutan negara dan sisanya telah dimanfaatkan masyarakat seperti perumahan dan yang lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Data

Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran II), maka dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja (jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah) dapat dilihat pada Persamaan regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut : Y = 5,102 + 0,039X1+ 0,002X2 – 0,243 X3+ 0,110X4 t-hitung = (0,625) (0,02) (-3,406) (1,290) t-tabel = 2,110 F-hitung = 3,066 F-tabel = 2,96 R2 = 0,114 D-W = 2,107 α = 5% Pembahasan

Beberapa pengujian telah dilakukan sebelumya ternyata menunjukan bahwa model regresi yang digunakan sudah baik, terbebas dari penyakit asumsi klasik.

Interprestasi ekonomi dari persamaan yang diperoleh adalah Nilai konstanta sebesar 5,102 menunjukan bahwa jika variabel-variabel jumlah tanggungan,tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah dianggap konstan/tetap. Curahan jam kerja perempuan berstatus menikah harus tersedia sebanyak 5,102 jam untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. jika kontribusi variabel jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkta upah konstan/tetap terhadap curahan jam kerja perempuan berstatus menikah, maka perempuan berstatus menikah harus menyediakan waktu kerjanya sebanyak

5,102 jam untuk memenuhi kebutuhan keluargannya.

1. Koefisien dari jumlah tanggungan keluarga adalah 0,039 dan nilai tersebut positif, maka peningkatan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Artinya setiap kenaikan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 Orang, maka jumlah jam kerja perempuan berstatus menikah akan meningkat sebesar 0,039 jam.

2. Koefisien dari tingkat pendidikan adalah 0,002 dan nilai tersebut adalah positif , maka tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Jika tingkat pendidikan naik sebesar 1 tahun, maka jumlah jam kerja perempuan berstatus menikah akan bertambah sebesar 0,002

3. Koefisien dari pendapatan suami adalah –0,243 dan nilai tersebut negatif maka peningkatan pendapatan suami berpengaruh negatif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Jika pendapatan suami meningkat sebesar Rp.1,00, maka jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang akan menurun sebesar 0,243 jam.

4. Hasil koefisien tingkat upah sebesar

0,110 dan nilai tersebut positif maka

peningkatan tingkat upah berpengaruh positif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Jika tingkat upah meningkat sebesar Rp.1,00, maka jumlah jam kerja meningkat sebesar

0,110 jam.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas/ independen terhadap naik turunya

(13)

variabel bebas/dependen yang dilihat melalui R square. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja di kota padang disebabkan beberapa faktor antara lain jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah dapat dilihat melalui koefisien determinasi.

Dari perhitungan Nilai R square adalah 0,114. Variansi naik turunya jumlah jam kerja perempuan berstatus menikah dapat dijelaskan oleh jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah Sebesar 11,40 persen sedangkan 88,60 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

Uji Parsial (Uji t-test)

Pada uji statistik secara parsial dengan nilai kritis (critis Value) pada df =(n-k-1), dimana n = jumlah sempel/ jumlah tahun penelitian dan k = Jumlah variabel. Untuk menguji koefisien regresi parsial secara individual dari masingmasing variabel bebas akan di uji sebagai berikut :

1. Pengaruh Jumlah Tanggungan

Keluarga (X1) Terhadap Jam

Kerja Perempuan Bestatus

Menikah Di Kota Padang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk jumlah tanggungan sebesar 0,039 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 96 diperoleh 1.661. Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka H0 diterima, Ha

ditolak yang berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang pada tingkat kepercayaan 95%.

Hal ini dikarenakan Jumlah tanggungan keluarga dapat menjadi salah satu alasan tenaga kerja perempuan memutuskan untuk bekerja atau tetap berada dirumah menjalankan peran domestiknya. Novita Eliana dan Rita Ratina (2007) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga ,

maka semakin tinggi curahan waktu tenaga kerja perempuan untuk bekerja. Begitu pula, Payaman J Simanjutak (1998) menyatakan bahwa bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bersekolah, bekerja dan mengurus rumah tangga, yang bergantung pada jumlah anggota keluarga.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan(X2)

Terhadap Jam Kerja Perempuan

Berstatus Menikah Di Kota

Padang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk tingkat pendidikan sebesar 0,023 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%), df = 96 diperoleh 1,611. Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka Ho diterima Ha

ditolak yang berarti bahwa tingkat pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang.

Hal ini dikarenakan faktor pendorong utama perempuan berstatus menikah adalah untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga ditambah beban biaya hidup yang selalu meningkat dari tahun-ketahun, disamping itu jumlah tanggungan yang harus di pikul suami yang menyebabkan perempuan berstatus menikah untuk bekerja. Ditambah biaya pendidikan anak-anak mereka sehingga lebih memotivasi perempuan berstatus menikahuntuk bekerja

3. Pengaruh Pendapatan Suami (X3)

Terhadap Jam Kerja Perempuan

Berstatus Menikah Di Kota

Padang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk pendapatan suami sebesar -3,406 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 96 diperoleh -1,611. Terlihat t- tabel lebih kecil dari t-hitung, maka H0 ditolak, Ha

diterima yang berarti bahwa pendapatan suami berpengaruh signifikan terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang tahun 2014.

(14)

4. Pengaruh Tingkat Upah (X4)

Terhadap Terhadap Jam Kerja Perempuan Berstatus Menikah Di Kota Padang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk tingkat upah sebesar 1,290 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 96 diperoleh -1,611. Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka H0 diterima, Ha

ditolak yang berarti bahwa tingkat upah berpengaruh tidak signifikan terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang tahun 2014.

Hal ini dikarenakan yang memotivasi perempuan berstatus menikah bukan hanya dari segi gaji melainkan kelyarga seperti tanggungan keluarga, dan keinginan untuk membantu meringankan beban suami sehingga bisa membantu biaya perekonomian keluarga,biaya pendidikan anak-anak dan beban biaya hidup yang lain seperti kontrakan, air pam, dan biaya listrik yang semakin tahun semakin mahal. Ditambah kebutuhan pokok sehari hari yang jika menghandalkan pendapatan suami yang tidak cukup untuk biaya hidup sehari hari.

Uji Signifikan Parameter Simultan (Uji F-test)

Uji F-test ini digunakan untuk mengetahui apakah varabel independen/bebas secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen/terikat. Uji F- hitung/statistik secara serempak ditunjukan oleh perbandingan Fhitung dengan tabel. F-tabel (F α k-1(n-k), dengan derajat

kepercayaan sebesar 95%. Adalah F0,05,(4)(17) = 2,469. Sedangkan F-hitung

sebesar 3,066. karena F-hitung lebih besar dari F-tabel (3,066>2,469). Ini berarti bahwa jumlah tanggungan kelurga, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhapat jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang tahun 2014.

Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas

Suliyanto (2011) menyatakan, multikolinearitas mempunyai pengertian bahwa ada hubungan linear yang “sempurna” atau pasti diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koofisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel indipenden. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut mengandung masalah multikolinearitas.

Untuk mengetahui adanya masalah multikolinearitas pada peneltian ini digunakan dengan menggunakan nilai TOL (tolerance) dan VIF (variance

inflation Factor). Salah satu cara untuk

menguji gejala multikolinearitas dalam model regresi adalah melihat nilai tolerance dan variance inflation factor dari masing-masing variabel terikat. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinearitas. Tabel 2 Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) Jumlah Tanggungan ,922 1,085 Tingkat Pendidikan ,711 1,407 Pendapatan Suami ,657 1,521 Tingkat Upah ,603 1,659

Sumber : diolah dengan SPSS 15,0 Dari perhitungan menggunakan program SPSS versi 15.0 dapat kita ketahui bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut:

1) Variabel jumlah tanggungan keluarga VIF sebesar 0,922 dan Tolerance sebesar 1,085.

2) Variabel tingkat pendidikan VIF sebesar 0,711 dan Tolerance 1,407

(15)

3) Variabel pendapatan suami VIF sebesar 0,657 dan Tolerance 1,521. 4) Variabel tingkat upah VIF sebesar

0,603 dan Tolerance 1,659.

Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilaiVIF dan tolerance, dan dari hasil analisis diatas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen (jumlah tanggungan kelurga, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residual. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas. Oleh karena itu persamaan yang digunakan untuk menguji Glejser adalah sebagai berikut ( Suliyanto, 2011). | | Dimana : | | = Nilai residual mutlak Xi = Variabel bebas

Jika signifikan maka terdapat pengaruh variabel bebas terhadap nilai residual mutlak sehingga dinyatakan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut

residualnya |e|. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > ), maka dapat dipastikan model tidak mengandung heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung kecil dari t tabel.

Tabel 3 Uji Glester(Heteroskedastisitas)

Standardized Coefficients t Sig. Beta (Constant) ,000 1,000 jumlahtanggungan ,000 ,000 1,000 tingkatpendidikan ,000 ,000 1,000 pendapatnsuami ,000 ,000 1,000 tingkatupah ,000 ,000 1,000

Sumber : data diolah dengan SPSS 15,0 Dari hasil pengunjian glester nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > ), maka dapat dipastikan model tidak mengandung heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data, dalam penelitian ini akan menggunakan metode signifikasi Skewness dan Kurtosis (Suliyanto, 2011)

Uji normalitas dapat dilakukan pada koefisien keruncingan (Kurtosis) dan koefisien kemiringan (Skewness). Untuk melakukan standarisasi nilai skewness dan nilai kurtosis digunakan rumus sebagai berikut : Zskew Zkurt √ Dimana : S = Nilai Skewness N = Jumlah Kasus K = Nilai Kurtosis

Jika Zskew dan Zkurt nilai kritis maka residual terstandarisasi berdistribusi normal, sedangkan jika menggunakan tingkat toleransi 0,01 atau 1 persen nilai

(16)

kritisnya 2,58 persen, tingkat toleransi 0,05 atau 5 persen maka nilai kritisnya 1,96 dan tingkat toleansinya 0,10 atau 10 persen maka nilai kritisnya 1,65.

Zskew √ √ Zkurt √ =2,10

Dari hasil perhitunfan Zskew dan Zkurt ≤ nilai kritis maka residual terstandarisasi berdistribusi normal, sedangkan jika menggunakan tingkat toleransi 0,05 atau 5 persen nilai kritisnya 2,58 persen, maka data berdistribusi normal.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penemuan empiris yang diperkuat oleh hasil perhitungan statistik, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Koefisien dari jumlah tanggungan keluarga adalah 0,039 dan nilai tersebut positif, maka peningkatan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Artinya setiap kenaikan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 Orang, maka jumlah jam kerja perempuan berstatus menikah akan meningkat sebesar 0,039 jam.

2. Koefisien dari tingkat pendidikan adalah 0,002 dan nilai tersebut adalah positif , maka tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Jika tingkat pendidikan naik sebesar 1 tahun, maka jumlah jam kerja perempuan berstatus menikah akan bertambah sebesar 0,002.

3. Koefisien dari pendapatan suami adalah –0,243 dan nilai tersebut negatif maka peningkatan pendapatan suami berpengaruh

negatif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Jika pendapatan suami meningkat sebesar Rp.1,00, maka jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang akan menurun sebesar 0,243 jam.

4. Hasil koefisien tingkat upah sebesar

0,110 dan nilai tersebut positif maka

peningkatan tingkat upah berpengaruh positif terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang. Jika tingkat upah meningkat sebesar Rp.1,00, maka jumlah jam kerja meningkat sebesar

0,110 jam.

5. Secara umum atau F-hitung lebih besar dari F-tabel (3,066>2,469). Ini berarti bahwa jumlah tanggungan kelurga, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhapat jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang tahun 2014.

6. Dari perhitungan Nilai R square adalah 0,114. Variansi naik turunya jumlah jam kerja perempuan berstatus menikah dapat dijelaskan oleh jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan suami, dan tingkat upah Sebesar 11,40 persen sedangkan 88,60 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

7. Secara parsial Pengaruh jumlah tanggungan sebesar 0,039, tingkat pendidikan sebesar 0,023, dan tingkat upah sebesar 1,290 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,611, berarti tidak berpengaruh signifikan terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang tahun 2014. Sedangkan untuk pendapatan suami sebesar -3,406 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 96 diperoleh -1,611. Terlihat t- tabel lebih kecil dari t-hitung, yang berarti bahwa pendapatan suami berpengaruh

(17)

signifikan terhadap jam kerja perempuan berstatus menikah di kota padang tahun 2014.

Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu: 1. Tenaga kerja perempuan perlu

meningkatkan pendidikannya sebab dengan tingginya tingkat pendidikan maka jenis pekerjaan yang akan diperoleh juga akan menjadi lebih baik tidak hanya di sektor informal namun mampu mencapai sektor formal agar harapan akan pendapatan yang lebih baik bisa diperoleh.

2. Berdasarkan saran diatas pemerintah hendaknya memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kerja perempuan agar memiliki keterampilan sehingga lebih siap untuk masuk dalam pasar kerja. 3. Pemerintah hendaknya membantu

tenaga kerja perempuan di kota padang menggali potensi yang ada di kota padang dan membangun jiwa kewirausahaan. Dengan menggali potensi yang ada di desa diharapan tenaga kerja perempuan mampu melihat adanya sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan sesuatu yang bernilai ekonomis sehingga bisa menghasilkan. Untuk itu juga diperlukan jiwa kewirausahaan agar potensi yang ada tersebut tidak menjadi percuma.

DAFTAR PUSTAKA

anonymous. 2010-2013. Padang dalam

Angka 2010-2013. Badan Pusat Statistik. Padang.

Eliana, Novita dan Rita Ratina.,2007.”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja Wanita Pada PT Agricinal Kelurahan Bentuas Kecamatan

Palaran Kota Samarinda”.Jurnal

Ekonomi Pertanian Vol.4 No.2.

HAL 11-18

Fadah, Isti dan Istatuk Budi Yuswanto., 2004. “Karakteristik Demografi dan Sosial ekonomi Buruh Wanita serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus pada Upah Buruh Tembakau di Kabupaten Jember”. Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan Vol.6 No.2. HAL

137-148

Firia, Majid., 2012.”faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja (studi kasus : Kota Semarang). Fakultas ekonomika dan bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Hastuti, Endang Lestari., “Hambatan

Sosial Budaya Dalam

Pengarusutamaan Gender di

Indonesia”, diakses tanggal 6 Maret

2014.

Mardiana, Dina. Anna Fatchiya. dan Yatri Indah Kusumastuti.2005. “Profil Wanita Pengolah Ikan di Desa Blanakan Kecamatan Subang, Jawa Barat” .Jurnal Ekonomi Perikanan Vol VI. Hal 37-56

Rahamah, Noor dan Abu Bakar., 2009.”Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Segregasi Pekerjaan Mengikut Gender di Malaysia”.Jurnal of Society and

Space 5 issue. Hal 45-54.

Setiawan, Nugraha., 2007. “Penentuan

Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin Dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep Dan Aplikasinya”.

Penerbit Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. Simanjuntak, Panjaman J., 1998.

Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit Lembaga penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Suhaeti, Rita Nur dan Edi Basuno.”Integrasi Gender Dalam

(18)

www.antara.com diakses 28 Maret 2014.

Suliyanto., 2011. “Ekonometrika Terapan:

Teori dan Aplikasi dengan SPSS,”

penerbit ANDY Yogyakarta

Sumarsono, Sonny., 2003, Ekonomi

Sumber Daya Manusia dan

Ketenagakerjaan. Penerbit Graha

Ilmu. Yogyakarta.

---., 2005.Teori Kebijakan

Publik Ekonomi Sumber Daya

Manusia.Penerbit Graha ilmu :

Yogyakarta.

Susanti Tasri, Evi,. 2010. Perekonomian

Indonesia Sebuah Konsep, Data Dan Kebijakan. Penerbit Bung Hatta

University Perss. Padang.

Todaro, Michael P and Smith, Stephen C., 2003. Pembangunan Ekonomi di

Dunia Ketiga. Penerbit PT.

Erlangga. Jakarta.

Tumanggor, Sa‟ir dan Sulaiman Effendi. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Kota Medan”. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial

d/h Madani Vol.10 no.1 Februari 2009.

Referensi

Dokumen terkait

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu

Tetapi saya mau mengatakan -- sebenarnya saya enggan untuk menggatakannya, tetapi saya mau jujur - bahwa ada orang-orang yang sangat saya hormati, para pengajar Firman, para

Dalam hal ini mungkin kita perlu berkaca terhadap negeri mata hari terbit (jepang). Kemajuan teknologi yang dicapai begitu dahsyat, namun tidak membuat

Dari tabel 4 terlihat koefisien nilai sig 0.008, dengan tingkat alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.05, maka hipotesis kedua diterima yaitu kompensasi

Dalam tanah masam banyak unsur P baik yang telah berada di dalam tanah, maupun yang diberikan ke tanah sebagai pupuk terikat oleh unsur-unsur Al dan Fe sehinga tidak

Jika melihat dari kajian beberapa penelitian pengembangan media pembelajaran mobile learning diatas pengembanganaplikasiandroidsebagaimedia pembelajaran

Fungsi peran serta masyarakat menurut Koesnadi Hardjasoemantri (Rianto, 2005:37) dalalm pengelolaan lingkungan hidup mempunyai jangkauan luas. Peran serta masyarakat

Rekayasa domain adalah aktivitas mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menyimpan pengalaman dalam membangun sistem-sistem atau bagian-bagian dari sistem-sistem pada domain