• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREATIVITAS ANAK DAN CLAY TANAH LIAT. FKIP Universitas mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KREATIVITAS ANAK DAN CLAY TANAH LIAT. FKIP Universitas mataram"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JPI

n

(Jurnal

Pendidik Indonesia

)

Volume 01, Nomor 01, April 2018: 01 – 08

1

KREATIVITAS ANAK DAN CLAY TANAH LIAT

Dwi Istati Rahayu

1

dan Mulianah Khaironi

2 1,2

FKIP Universitas mataram

e-mail:

dwiistati.23@gmail.com

Abstract

This study aims to develop the creativity of children aged 5-6 years in PAUD Pade Angen Tenges-Enges through the use of clay media. The type of research is qualitative study involving 12 children 5 -6 years old as the subject of research. Data analysis used in this research is descriptive qualitative with data col lecting technique in the form of interview, observation, and documentation. The results of the first stage of development showed that the average of creativity development of children aged 5 -6 years in PAUD Pade Angen Tenges-Enges is 61.80% with the percentage of mastery learning by the teacher is 55% and increased in second stage development to 64.72% with the percentage of mastery learning by the teacher is 90% . This shows that the use of clay media can develop the creativity of children aged 5 -6 years in PAUD Pade Angen Tenges-Enges..

Keywords: clay, creativity, children age 5 until 6 years. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di PAUD Pade Angen Tenges-Enges melalui penggunaan media tanah liat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan yang melibatkan 12 orang peserta didik usia 5-6 tahun sebagai subyek penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian pada pengembangan tahap pertama menunjukkan rata-rata perkembangan kreativitas anak usia 5-6 tahun di PAUD Pade Angen Tenges-Enges adalah 61.80% dengan persentase ketuntasan pembelajaran 55% dan mengalami peningkatan pada pengembangan tahap kedua menjadi 64.72% dengan persentase ketuntasan pembelajaran 90%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media tanah liat dapat mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di PAUD Pade Angen Tenges-Enges

Kata kunci: tanah liat, kreativitas, anak usia 5-6 tahun.

PENDAHULUAN

Kreativitas merupakan salah satu aspek penting yang harus dikembangkan pada anak sejak dini karena kreativitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Bila potensi kreatif anak tidak dikembangkan sejak dini akan berpengaruh di kehidupan masa depan anak, dimana anak akan mudah putus asa serta suka meniru hasil karya orang lain. Sedangkan jika potensi kreatif dikembangkan sejak dini akan menciptakan atau membentuk generasi-generasi yang tangguh dan dapat menciptakan produk-produk kreatif dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi anak pra sekolah yang selalu berusaha menciptakan sesuatu sesuai dengan fantasinya.

Diakui atau tidak, memang pada dasarnya manusia mempunyai potensi kreatif. Hanya saja dalam perjalanan hidupnya ada yang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi kreatifnya, ada pula yang kehilangan potensi kreatifnya karena tidak mendapatkan kesempatan ataupun tidak

(2)

2 menemukan lingkungan yang memfasilitasi berkembangnya potensi kreatif. Kenyataan di atas terjadi juga di PAUD Pade Angen Tenges-Enges, dimana peserta didik usia 5-6 tahun di PAUD tersebut masih kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi kreatifnya sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan hilangnya potensi kreatif pada diri anak. Padahal jika melihat keadaan di sekitar PAUD tersebut terdapat banyak bahan dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas anak, satu diantaranya adalah tanah liat. Tanah liat dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengembangkan kreativitas pada anak usia 5-6 tahun.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Stimulasi terhadap seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini pertumbuhan otak berlangsung sangat pesat (eksplosif). Perkembangan pada tahun-tahun pertama sangat penting menentukan kualitas anak di masa depan. Oleh karena itu pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak agar masa peka ini tidak terlewatkan.

Kreativitas adalah kebutuhan manusia. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial yang dimiliki oleh setiap orang, yang dapat diidentifikasi dan dipupuk. James J. Gallagher (dalam Rachmawati dan Euis, 2010: 13) mengatakan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya melekat pada dirinya.

Munandar menyatakan Konsep kreativitas dengan pendekatan empat, yaitu: 1) Definisi pribadi dimana kreativitas dari aspek pribadi muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi dengan lingkungannya., 2) Definisi proses yaitu proses bersibuk diri secara kreatif, 3) Definisi produk. Yang merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan lingkungannya, 4) Definisi press (dorongan atau motivasi). Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat dengan mengembangkan 4 aspek, yaitu pribadi, proses, produk, dan press.

Tanah liat merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas pada anak. Murniati (2011) menyatakan bahwa tanah liat terdapat di mana-mana, seperti pada bekas sawah yang sudah tidak produktif, kebun yang tidak terurus atau bahkan di dataran tinggi atau bukit-bukit kecil yang kurang bermanfaat. Bahan tanah liat yang paling aman dan cukup bagus serta tidak merusak lingkungan adalah tanah endapan yang ada di pinggir-pinggir atau ceruk-ceruk sungai yang disebut tanah illuvial. Tanah liat sangat mudah dibentuk. Dari tanah liat kita dapat menciptakan berbagai bentuk prakarya yang bernilai kreatif. Untuk anak usia 5-6 tahun, dengan tanah liat mereka dapat menciptakan berbagai bentuk sesuai dengan imajinasi mereka, seperti membuat orang-orangan, membuat bentuk binatang, alat-alat dapur, atau bentuk-bentuk lain sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Teknik

(3)

3

membentuk dengan tanah liat sangat beraneka ragam. Dalam Budiyanto, dkk (2008) disebutkan teknik-teknik yang dapat digunakan membentuk tanah liat, yaitu:

1. Teknik bebas

Depdikbud (dalam Lestari, 2010) diungkapkan teknik bebas merupakan teknik pembentukan dengan menggunakan berbagai cara secara acak atau silih berganti. Teknik bebas tidak terikat kepada satu cara pengerjaan saja, melainkan meliputi cara pengerjaan umum seperti menekan, memijit, menoreh, menyobek, menempel, menusuk, mengukir, dll. Bentuk akhir yang dihasilkan teknik bebas bisa berupa patung atau wadah. Teknik bebas dapat dikerjakan dengan pemanfaatan teknik pembentukan yang lain seperti pilin, dan pijit. Salah satu tujuannya adalah untuk membuat model keramik.

2. Teknik pijit (Pinching)

Istilah pinch bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti cubitan atau pijatan, karena tangan kita menekan “sesuatu”. Teknik ini merupakan keteknikan bagi pemula dalam membentuk sebuah benda keramik.

3. Teknik pilin (Coiling)

Teknik ini merupakan gabungan dari pilinan tanah yang ditumpuk satu persatu di antara pilinan yang lain sehingga menjadi sebuah/bentuk keramik. Bentuk pilinan tersebut berfungsi sebagai dinding benda dan dekorasi. Proses pembentukan benda dengan teknik ini membutuhkan kesabaran, ketelitian, keterampilan tangan serta kepekaan tangan terhadap tanah liat yang digunakan.

4. Teknik lempeng

Teknik lempeng digunakan untuk membuat bentuk-bentuk utamanya bentuk yang memiliki sudut, seperti kotak, persegi panjang, segi tiga, dan lain sebagainya.

5. Teknik putar

Pembentukan dengan alat putar merupakan proses pembuatan benda keramik menggunakan tangan yang dikenal dengan istilah throwing, yaitu proses pembuatan benda keramik dengan cara membentuk bola tanah liat plastis dengan jalan menekan dengan tangan pada saat tanah liat berputar di atas kepala putaran. Pembentukan dengan teknik putar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: teknik putar centering, teknik putar tatap, teknik putar pilin.

6. Teknik cetak

Teknik pembentukan benda keramik dengan teknik cetak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: teknik cetak tekan, teknik cetak tuang, teknik cetak jigger-jolley.

Tanah liat merupakan salah satu bentuk media berupa bahan yang sudah tersedia di alam, memiliki sifat plastis atau liat sehingga mudah untuk dibentuk. Bermain tanah liat adalah kegiatan membentuk tanah liat menjadi bentuk apapun dengan menggunakan teknik bebas, teknik pijit, teknik pelintir (pilin), dan teknik lempeng.

(4)

4 Penggunaan media tanah liat untuk mengembangkan kreativitas pada anak dapat ditemukan proses menemukan ide (gagasan), menciptakan (membuat karya), dan mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain. Dengan tanah liat anak dapat diberikan kebebasan untuk membuat bentuk sesuai dengan apa yang dikhayalkan sehingga anak dapat menciptakan hasil karya sendiri dan menghasilkan produk yang nyata. Di samping itu kegiatan bermain tanah liat juga membutuhkan pribadi yang mempunyai sikap ulet, mandiri, rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, bertanggung jawab, minat terhadap seni, dan penuh energi (semangat)..

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di PAUD Pade Angen Tenges-Enges melalui penggunaan media tanah liat. Adapun yang dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun, yaitu sebanyak 12 orang. Faktor yang diteliti berkaitan dengan faktor anak, yaitu peneliti meneliti tentang perkembangan kreativitas anak usia 5-6 tahun yang meliputi aspek pribadi, proses, produk, dan press, dan faktor guru yaitu dalam pembelajaran yang menggunakan media tanah liat dengan teknik bebas, teknik pijit, teknik pelintir (pilin), dan teknik lempeng untuk mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun. Prosedur penelitian terdiri dua siklus. Tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif, dimana hasil data yang diperoleh dari rumus, pengamatan, dan dokumentasi dipaparkan dalam bentuk kalimat. Hasil penelitian tentang kreativitas anak dan aktivitas guru yang diperoleh melalui observasi, dihitung dengan menggunakan rumus: P=X/SMI×100 (dalam Nurkancana dan Sunartana, 1990)..

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada setiap siklus penelitian penggunaan media tanah liat untuk mengembangkan kreativitas anak. Peneliti melakukan proses pembelajaran mulai dari pijakan lingkungan main yaitu peneliti menyiapkan alat, bahan, dan tempat yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan yang mencerminkan rencana pembelajaran dengan mempertimbangkan densitas dan intensitas main untuk mengembangkan kreativitas anak.

Pijakan sebelum main berisi kegiatan bercerita tentang objek yang dihubungkan dengan tema saat itu, menyampaikan tentang kegiatan main yang akan dilakukan, memperkenalkan alat dan bahan main yang akan dipergunakan selama kegiatan, membuat aturan main, melakukan demonstrasi tentang teknik/cara membentuk dengan tanah liat menggunakan teknik bebas, pijit, pelintir/pilin, dan lempeng, serta membagikan alat dan bahan main kepada semua peserta didik yang akan diamati.

Pada pijakan saat main peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan membuat bentuk dengan tanah liat menggunakan teknik bebas, pijit, pelintir/pilin, dan

(5)

5

lempeng, sambil memberikan stimulasi, mengamati, serta mencatat perkembangan kreativitas peserta didik dari aspek pribadi, proses, produk, dan press.

Pada pijakan setelah main peneliti melakukan kegiatan bercakap-cakap guna mengingatkan anak pada kegiatan main yang sudah dilakukan, kemudian peneliti menutup kegiatan dengan bernyanyi dan berdoa pulang. Adapun persentase aktivitas guru dalam pembelajaran pada tahap pengembangan pertama dalah 55% dan meningkat menjadi 90% pada tahap pengembangan kedua. Hal itu dikarenakan guru (peneliti) telah memperbaiki semua kesalahan yang ada pada pengembangan tahap kedua.

Pada siklus pertama pelaksanaan pembelajaran mencapai persentase 55%. Refleksi dilakukan bersama peneliti dan guru. Hal-hal yang masih lemah diperbaiki. Dan yang sudah baik tetap dipertahankan. Hal yang diperbaiki antara lain adalah menyiapkan alat dan bahan, menata lingkungan main, memperbaiki dan menguatkan pijakan sebelum main. Penguatan pijakan sebelum main menjadi penting dalam pengembangan kreativitas, karena untuk mengembangkan kreativitas dibutuhkan wawasan yang luas.

Perencanaan pelaksanaan siklus dua memperhatikan hasil refleksi siklus pertama. Perencanaan itu dieksekusi dalam tindakan berupa pelaksanaan pembelajaran. Selama pelaksanaan dilakukan observasi untuk memperoleh data. Data pelaksanaan pembelajaran menunjukkan telah memenuhi kriteria, dengan angka 90%.

Perkembangan kreativitas yang ditunjukkan oleh anak pada siklus pertama dan kedua menunjukkan hasil sebagai berikut:

1. Pada siklus pertama ada 9 orang peserta didik yang mendapatkan perkembangan kreativitasnya berada pada 60.83% hingga 69.16%. Sedangkan 3 orang peserta didik pada siklus pertama ini perkembangan kreativitasnya berada pada persentase 51.66% hingga 57.50%.

2. Pada siklus kedua perkembangan kreativitas anak mengalami peningkatan, yaitu 1 orang peserta didik mencapai perkembangan kreativitas hingga 70%, 9 orang peserta didik mendapatkan perkembangan kreativitasnya berada pada persentase 60.83% hingga 67.50%, dan 2 orang peserta didik mendapatkan persentase perkembangan kreativitasnya pada 59.16% dan 59.17%.

3. Adapun rata-rata perkembangan kreativitas anak pada pengembangan tahap pertama adalah 61.80% dan meningkat pada pengembangan tahap kedua menjadi 64.72%

4. Pada pengembangan tahap pertama ada 7 deskriptor kreativitas yang persentase ketercapaiannya di bawah 50%, namun pada pengembangan tahap kedua 2 dari 7 deskriptor tersebut mengalami peningkatan hingga 50%.

Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat ditemukenali (diidentifikasi) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat dengan mengembangkan 4P, yaitu pribadi, proses, produk, dan press. Pribadi berhubungan dengan

(6)

6 kemampuan anak dalam berimajinasi, kelancaran, kelenturan, keaslian, dan elaborasi. Pada pengembangan pertama kemampuan imajinasi, kelenturan, dan elaborasi anak masih dibawah 50%. 50%. Pada pengembangan kedua daya khayal anak mengalami peningkatan dengan persentase di atas atas 50%. Adapun kelenturan dan elaborasi masih di bawah 50%, meskipun demikian dari pengembangan pertama ke pengembangan kedua kelenturan dan elaborasi anak mengalami peningkatan, yaitu kelenturan pada pengembangan pertama 39.58% menjadi 45.83% pada pengembangan kedua. Sedangkan elaborasi pada pengembangan pertama 41.66% menjadi 43.75% pada pengembangan kedua. Sikap/motivasi berhubungan dengan ulet, mandiri, rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, bertanggung jawab, minat terhadap seni, dan penuh energi/semangat. Persentase ketercapaian setiap deskriptor sikap/motivasi baik pada pengembangan tahap pertama dan kedua masing-masing di atas 50%. Proses berhubungan dengan kemampuan anak dalam menemukan ide/gagasan, menciptakan/membuat karya, dan mengkomunikasikan hasil. Pada pengembangan tahap pertama 5 deskriptor aspek proses hanya 1 deskriptor yang persentasenya di atas 50% yaitu kemampuan anak menemukan ide/gagasan. Sedangkan pada pengembangan kedua deskriptor kemampuan anak membuat bentuk-bentuk pada aspek proses mengalami peningkatan menjadi 50% yang semula hanya 45.83% pada pengembangan pertama.

Produk/hasil berhubungan dengan hasil karya sendiri dan produk nyata. Semua subjek penelitian dapat menunjukkan suatu produk sebagai hasil proses pembelajaran. Bentuk nya sangat beragam, sesuai dengan imajinasi anak.

Dalam penelitian penggunaan media tanah liat ini diketahui bahwa selain mengembangkan kreativitas, kegiatan bermain tanah liat juga dapat mengembangkan kemampuan lain yang ada pada anak usia 5-6 tahun. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi:

1. Motorik halus anak

Melalui aktivitas membentuk tanah liat dengan teknik bebas, teknik pijit, teknik pilin/pelintir, dan teknik lempeng akan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak.

2. Kemampuan kognitif terkait dengan kemampuan anak dalam berimajinasi, kelancaran, kelenturan, keaslian, dan elaborasi.

3. Kemampuan berbahasa yaitu berhubungan dengan kemampuan berbicara yang terlihat pada saat anak mengemukakan ide, dan mengkomunikasikan hasil karyanya.

4. Kemampuan sosial emosional seperti memupuk kemandirian, meningkatkan rasa percaya diri, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tanah liat dapat mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di PAUD Pade Angen Tenges-Enges. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan (Freeman dan Munandar, 2001) Tanah liat merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas.

(7)

7

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa penggunaan media tanah liat dapat mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di PAUD Pade Angen Tenges-Enges, dengan rincian: 1. Pada pengembangan tahap pertama diperoleh rata-rata perkembangan kreativitas anak yaitu

61.80% dengan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran 55%.

2. Pada pengembangan tahap kedua rata-rata perkembangan kreativitas anak mengalami peningkatan sebesar 2.92% sehingga diperoleh rata-rata perkembangan krativitas anak pada pengembangan tahap kedua yaitu 64.72% dengan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran 90%.

Saran

Adapun hal-hal yang disarankan adalah:

1. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru dapat memanfaatkan tanah liat sebagai media pengganti plastisin/playdough untuk mengembangkan kreativitas anak.

2. Dalam mengembangkan kreativitas anak, penyiapan alat dan bahan serta proses membuka wawasan/imajinasi anak merupakan bagian yang penting. Kemudian memberi kesempatan yang luas pada anak atau kebebebasan untuk berkarya dalam proses penyelesaian juga perlu mendapat perhatian, sehingga kreativitas anak dari aspek pribadi, proses, produk, dan press dapat berkembang dengan baik.

3. Kepada peneliti selanjutnya dapat menggunakan media tanah liat untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan lain yang ada pada anak usia dini, seperti motorik halus, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Wahyu Gatot, dkk. 2008. Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Jumaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Grasindo.

Lestari, Ni Wayan Ethi. 2010. Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Kegiatan

Membentuk Tanah Liat Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Seruni Cakranegara Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Mataram: PG PAUD FKIP Universitas Mataram.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Murniati, Endyah. 2011. Keterampilan Membentuk Tanah Liat. Surabaya: SIC.

(8)

8 Rachmawati, Yeni, Euis Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman

Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perbandingan antara gerakan wanita di Tanah Melayu dan Indonesia, didapati bahawa aspek cetusan dan perkembangan menunjukkan persamaan, sifat organisasi yang serupa

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Semakin banyak aplikasi ketenagakerjaan yang muncul pada platform Android. Sebagai

Pada hari ini, rabu tanggal delapan bulan april tahun dua ribu lima belas, Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, sesuai

Otot berperan dalam menjaga suhu tubuh secara keseluruhan, karena sistem otot dapat merespon jika tubuh mengalami penurunan dan peningkatan suhu tubuh, misalnya

Kagome Stuff adalah toko yang menjual berbagai produk produk seperti boneka, tas dan lain - lain Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan aplikasi web

Partus lama pada umumnya disebabkan oleh kelainan dari tiga aspek seperti kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, serta kelainan jalan lahir dan dapat

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Produksi dan reproduksi teks karya sastra puisi merupakan praktek pemaknaan yang dilakukan kalangan mahasiswa di Kota Surabaya sebagai suatu kesenangan yang beroperasi