1 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PKn KELAS VII SMP IT AL-BAYINAH PEKANBARU
Ginta Desriana, Sri Erlinda, Gimin E-mail :ginta.desriana@ymail.com
Hp 082389870075
ABSTRACT
The research had been grounded bya decrease of student learning outcomes. It determined thesuccess orfailure ofthe end in teaching learning process. The formulation of the problemwas whether there has significanteffect of usingtipe ofarticulationlearning toward students’ learning outcome in civicseducation at the seventh year of junior high school of integratedIslamal-Bayyinah Pekanbaru. Tipe ofArticulationLearningis tipe of learning shaped in pairs of thebenchwhichone of the studentsdeliveredthe material receivedto thepartnerand presentin front ofthe class(Suyatno, 2009:70).
The Result of the research shows that the average pretest of class as treatment classthevalue was67.39and pretest of class as control classwas67.39. Afterthe treatment was applied theaverage posttest ofclass to be82.61and77.69forthe control class. Then evaluatedwith the results ofthe test statistictis obtained score 3.27. After compared with 5%=n1+n2dk. The value of is2.021. Thus, comparing between thestudents’ learning outcomesinthe experimental class in Civics education is higher than the control class. It was caused bythe application ofthe tipe of the learningdescribingthe meaning ofthe independence proclamation and the first constitution.
The hypothesis ofthe research wasthe "the effect of using tipe ofarticulation learning hassignificant impacton Civics’ learning outcomes at the seventh year of junior high school of integratedIslamal-Bayyinah Pekanbaruwith acceptableconfidencelevel of 95%.
Keywords: Tipe of ArticulationLearning, Civics’ Learning Outcomes
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakansalah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia khususnya pendidikan formal. Pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan generasi penerus dan pewaris cita- cita bangsa.Pembaharuan pendidikan diarahkan kepada peningkatan harkat dan martabat manusia, kualitas sumber daya manusia, dan perluasan serta peningkatan pemerataan memperoleh
2 pendidikan.Pada dasarnya konsep pendidikan di Indonesia mempunyai akar yang kokoh.Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mencermati tujuan tersebut, salah satu unsur yang penting dalam pendidikan adalah guru. Seorang guru yang professional dituntut agar dapat menyampaikan materi pelajaran yang baik, efektif, dan efisien sehingga siswa sebagai peserta didik mengerti dan memahami apa yang disampaikannya. Guru dituntut pula menguasai berbagai strategi pembelajaran agar suasana pembelajaran di kelas bergairah dan menyenangkan. Hal ini karena gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan..
Dalam proses belajar mengajar sangat dituntut keaktifan siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik, jadi dalam proses interaksi belajar mengajar guru tidak hanya tepaku pada satu model saja, tetapi harus menggunakan model yang lain dengan tujuan agar proses belajar mengajar tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik.
Berdasarkan kenyataan diatas maka terdapat beberapa masalah dalam hal hasilbelajar PKn yang ada di SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru anatara laian :
1. Dari 69 siswa masih ada yang belum mencapai ketuntasan kriteria mengajar (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75 (45 %), 2. Dari 69 siswa masih ada siswa yang malas mendengarkan
penjelasan guru pada saat belajar (30%)
3. Dari 69 siswa kurangnya usaha siswa untuk mengulang pelejaran yang telah diajarkan guru sehingga membuat siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru ( 30%)
4. Dari 69 siswa kurangnya keinginan siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang mereka pahami (40%).
Untuk mangatasi masalah tersebut, maka guru harus berusaha menerapkan model-model variatif tertentu untuk membangkitkan semangat belajar siswa supaya hasil belajarnya lebih baik lagi Oleh sebab itu guru menerapkan model pembelajaran artikulasi dalam proses belajar mengajar, yang mana model ini membutuhkan siswa dengan dengan jumlah yang banyak dalam menelaah materi yang tertera dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.
3 Menurut Suyatno (2003) Artikulasi adalah model pembelajaran yang berbentuk kelompok berpasangan, dimana bila salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
Model pembelajaran artikulasi memiliki keunggulan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep sulit, pendekatan ini berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan kemampuan dalam membantu teman.
Menurut Sardiman ( 2004:28 ) Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar sering dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswadisekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.(Kurikulum, 2006).
Dari latar belakang yang dipaparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:“ApakahAda Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Artikulasi Dengan Penggunaan Model Konvensional ( ceramah ) Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII di SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru?”.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan:untuk mengetahui pengaruhmodel pembelajaran modelArtikulasi terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VII SMP IT Al-Bayyinah 2 Pekanbaru.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru, Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Oktober sampai bulan November 2012.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru. yaitu sebanyak 3 kelas yang berjumlah 70 orang siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas (Eksperimen) dan (Kontrol).
Teknik Pengumpulan Data
4 a. Observasi b. Dokumentasi c. Tes d. Lembar Observasi (1. Lembaran
Observasi Aktivitas Guru, 2. Lembaran Observasi Aktivitas Siswa)
Teknik Analisa Data 1. Aktivitas Guru
Untuk mengetahui aktivitas guru, dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana : P = Angka Persentase(Sugiyono, 2009:43)
Dalam menentukan skor aktivitas guru digunakan kriteria sebagai berikut : Sangat Sempurna =5, Sempurna =4, Cukup Sempurna =3, Kurang Sempurna=2, Tidak Sempurna =1. Dengan kategori pengukuran persentase sebagai berikut : 81% - 100% = Sangat sempurna, 61% - 80% = Sempurna, 41% - 60% = Cukup Sempurna, 21% - 40% = Kurang Sempurna, 00% - 20 = Tidak Sempurna (Riduwan, 2010)
Untuk lebih jelasnya pengukuran aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Kategori aktivitas guru
Interval Persentase Ketegori
37-45 80,1%-100% Sangat sempurna 28-36 60,1%-80% Sempurna 19-27 40,1-60% Cukup sempurna 10-18 20,1%-40% Kurang sempurna 1-9 0 %-20% Tidak sempurna 2. Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas siswa dapat diketahui dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan : P = angka persentase F = frekuensi
N = banyak individu (Budiarto, 2002:25)
Untuk mengetahui analisis data dan untuk mengetahui aktifitas siswa maka digunakan kriteria sebagai berikut : Dilakukan = 1Tidak dilakukan = 0. Sehinggga apabila siswa melakukan seperti harapan pada semua komponen, maka skor maksimal adalah (7 x 27) =189 , dan skor minimal adalah (7 x 0) = 0.
Skor maksimum = 7 x 27 = 189 Skor minimum = 7 x 0 = 0
5
Interval : = = 47,25
Interval persentase : = = 25%
Adapun kategori aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2
Kategori Aktivitas Siswa
Interval Persentasi Kategori
115,8 –158,3 75% - 100% Sangat Tinggi
77,2 – 115,7 50% - 75% Tinggi
38,6 – 77,1 25% - 50% Rendah
0 – 38,5 0% - 25% Sangat Rendah
(Gimin, 2008) 3. Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dapat diketahui dari daftar hasil belajar siswa. Yang mana interval dan kategori keberhasilannya seperti yang ada pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Interval Dan Kategori Keberhasilan Siswa
Interval nilai Kategori
87– 100 Amat Baik
80– 86 Baik
76– 79 Cukup
<76 Kurang
Sumber: (Modifikasi Purwanto), 2007
A. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini laksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu Pertemuan pertama di laksanakan pada hari Rabupada tanggal 7November 2012 pada jam ke 5-6 dengan materi Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama, pada pertemuan kedua di laksanakan pada tanggal 14November 2012 pada jam ke 5-6 dengan materi Menganalisa hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945, dan pertemuan ketiga pada tanggal 21 November 2012 pada jam ke 5-6 dengan materi Menunjukkan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama pada kelas eksperiment. Sedangkan untuk kelas Kontrol, pertemuan pertama dilaksanakan pada hariSelasa tanggal 6 November 2012, pertemuan kedua pada hari selasa tanggal 13 November 2012 dan pertemuan ketiga pada hari Selasa20November 2012 pada jam ke 5-6 dengan materi yang sama.
6
A.1 Sebelum Perlakuan
Sebelum menerapkan strategi pembelajaran artikulasi peneliti melakukan pretes untuk mengetahui kemampuan siswa dengan memberikan soal sebanyak 20 soal terhadap kedua kelas. Adapun hasil pre:tes kedua kelas adalah sebagai berikut :
a. Hasil pre test kelas eksperimen ( )
Pada pretest dikelas eksperimen, peneliti memberikan pokok bahasan tentang Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama, dengan jumlah soal sebanyak 20 butir yang berbentuk objektif. Adapun hasil pretest dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Distribusi hasil belajar kelas eksperimen (kelas XI IPS 1) pada pretest
No Interval Skor Kategori F Frekuensi Relatif
1 2 3 4 90 – 100 70 – 89 50 – 69 0 – 49 Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 1 9 13 - 4,34% 39,13% 56,53% - Jumlah 23 100
b. Hasil pre test kelas kontrol ( )
Seperti halnya kelas eksperimen, kelas kontrol juga diberikan pretes atas materi Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama, dengan jumlah soal 20 butir yang berbentuk objektif. Adapun hasil pretes kelas kontrol adalah dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi hasil pre test kelas kontrol (XI IPS 1)
No Interval Skor Kategori F Frekuensi Relatif
1 2 3 4 90 – 100 70 – 89 50 – 69 0 – 49 Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik - 12 10 1 - 52,18% 43,48% 4,34% Jumlah 23 100 c. Penentuan homogenitas
Untuk menentukan apakah varians kedua kelas tersebut berdistribusi sama atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan perbandingan antara Ftabel dengan Fhitung, yang diperoleh dengan membandingkan nilai varians terbesar dan terkecil, dan hasil yang didapat adalah 1,15 sedangkan Ftabel yaitu 4,08.
Dari hasil pengolahan data lanjutan (lampiran 8) dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel, ini berarti kedua kelas tersebut yaitu kelas dan kelas adalah bersifat homogen dan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk kedua kelas ini. Hasil ini dapat dilihat juga dalam tabel 5 berikut ini :
7
Tabel 5
Tes homogenitas kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 1
Kelas Varians Fhitung Ftabel Keterangan Kesimpulan
131,52
113,33 1,15 4,08 Fhitung < Ftabel Homogen Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,15 < 4,08. Ini berarti kedua kelompok tersebut yaitu kelas dan kelas adalah bersifat homogen, seperti yang dikatakan oleh sugiono (275 : 2010) bahwa apabila Fhitung < Ftabel kedua varians tersebut adalah homogen.
Setelah hasil pretes diolah dari kedua kelompok tersebut dan mendapatkan hasil yang homogen, ini berarti penelitian dapat dilanjutkan dimana siswa kelas sebagai kelas eksperimen dan diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaranartikulasisedangkan siswa kelas dijadikan sebagai kelas kontrol dan diberikan perlakuan seperti proses belajar mengajar biasa dengan model pembelajaran konvensional.
A.2 Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode
Artikulasi.
Dalam kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen pada pertemuan pertama yang dilakukan pada hari rabu, yang dilakukan selama 3 kali pertemuan yakni pertemuan 1 pada tanggal 7 November 2012, pertemuan 2 pada tanggal 14 November 2012, dan pertemuan 3 pada tanggal 20 November 2012.
Sebelum peneliti melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen seperti yang terdapat pada lampiran 1a dan 2a, materi yang diajarkan adalah “Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama”. Penelitian ini dilakukan oleh observer guru mata pelajaran PKn kelas yaitu Ibu Ernilawati.
Artikulasi merupakan salah satu model pembelajaran dengan sintak penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangkku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
Adapun Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Artikulasi ini sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagaimana mestinya.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kepada kelompok yang lain.
8 5. Siswa diminta secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Guru membuat kesimpulan bersama siswa.
Selanjutnya peneliti membuat lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen sebanyak 3 kali pertemuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
1. Hasil observasi aktivitas guru
Hasil observasi aktivitas guru pada kelas eksperimen yang dilakukan selama 3 kali pertemuan yakni pertemuan 1 pada tanggal 7 November 2012, pertemuan 2 pada tanggal 14 November 2012, dan pertemuan 3 pada tanggal 20 November 2012 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6
Aktivitas guru dalam proses pembelajaran kelas eksperimen N
o
Aktivitas Guru yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Rata-rata (%)
Skor % Skor % Skor % Skor (%)
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3 60 4 80 5 100 4,0 80
2 Guru menyajikan materi sebagaimana mestinya
3 60 4 80 5 100 4,0 80
3 Guru membentuk kelompok berpasangan sebangku untuk mengetahui daya serap siswa
4 80 4 80 5 100 4,33 86,6 7
4 Guru menyuruh seorang dari seorang pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga pada kleompok lainnya.
4 80 4 80 4 80 4,0 80
9 secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
3
6 Guru menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa 4 80 4 80 4 80 4,0 80 7 Guru membuat kesimpulan bersama 3 60 4 80 5 100 4,0 80 Jumlah / % 24 68,5 7 28 80,0 0 32 91,4 2 27,9 9 80,0 0 Klasifikasi S S SS S
Dari tabel diatas terlihat bahwa dalam satu lembar observasi aktivitas guru yang menggunakan model pembelajaran artikulasidilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Persentase aktivitas guru selama melaksanakan model pembelajaranartikulasi adalah 68,57 % dengan kategori ”Sempurna”, 80% dengan Kategori ”Sempurna” dan 91,42% dengan kategori ”Sangat Sempurna”. Adapun rata-rata aktifitas guru kelas eksperimen selama melakukan model pembelajaran Reciprocal Teaching termasuk kategori ”Sempurna”.
2. Hasil observasi aktivitas siswa
Hasil observasi aktivitas siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini :
Tabel 7
Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
No Aktivitas Siswa yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Rata-Rata (%)
Skor % Skor % Skor % Skor %
1 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
23 100 23 100 21 91,30 22,33 97,1
2 Siswa memperhatikan penjelasn guru dalam membentuk kelompok berpasangan sebangku 20 86,95 23 100 22 95,65 21,66 94,2 3 Siswa membentuk kelompok berpasangan sebangku 20 86,95 23 100 22 95,65 21,66 69,53
10 4 Salah seorang siswa
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil. 9 39,13 23 100 22 95,65 17 78,26 5 Selanjutnya siswa secara bergiliran menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya 23 100 5 21,73 23 100 17 73,91 6 Kemudian siswa memperhatikan penjelasan guru 23 100 22 95,65 21 91,30 22 95,65
7 Siswa mendengar dan memperhatikan
kesimpulan dari guru
21 91,30 22 95,65 20 86,95 21 91,2 Jumlah / % 139 86,34 141 87,57 151 85,69 20,37 93,78 Klasifikasi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa kelas eksperimen selama melakukan model pembelajaran artikulasi termasuk kategori ” Sangat Tinggi, Sangat Tinggi dan Sangat Tinggi” pada pertemuan pertama dengan total skor 139 atau 86,34%,pertemuan kedua dengan total skor 141 atau 87,57%%, dan pertemuan ketiga dengan total skor 151 atau 85,69% dari keseluruhan aktivitas yang dilaksanakan. Adapun rata-rata aktifitas siswa kelas eksperimen selama melakukan model pembelajaran Reciprocal Teaching termasuk kategori”Sangat Tinggi”.
A.3 Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode
konvensional.
Dalam kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol proses belajar mengajar yang digunkan tidak menggunakan model pembelajaran Artikulasi dengan kata lain kelas kontrol hanya menggunakan model ceramah tidak sama dengan model pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen.
Pertemuan pertama dilakukan pada selasa tanggal 6 November 2012 pada jam ke 5-6 dengan materi “Mendeskripsikan makna proklamasi dan konstitusi pertama”. Sebelum mengajar peneliti menyiapkan Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelejaran (RPP) untuk kelas kontrol seperti yang terdapat pada lampiran 1b dan 2f.
11 Di lanjutkan pada pertemuan terakhir atau pertemuan ketiga untuk kelas kontrol dilakukan hari selasa tanggal 20 November 2012 pada jam 5-6 dengan materi “Menunjukkan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama”, sama dipertemuan sebelumnya peneliti menyiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yaitu Silabus, dan Rancangan Pelaknsanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas control yang terdapat dilampiran 1b dan 2h.
Setelah selesai menerapkan model pembelajaran artikulasi pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka peneliti melakukan post test untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn dengan menggunakan soal sebanyak 20 soal dalam bentuk pilihan ganda. Adapun hasil kelas postes kedua kelas adalah sebagai berikut :
1. Hasil post test kelas eksperimen
Pada postes kelas eksperimen, peneliti memberikan pokok bahasan tentang penjelasan Budaya Politik Indonesia dengan jumlah soal sebanyak 20 soal yang berbentuk objektif. Adapun distribusi hasil belajar kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8
Distribusi hasil belajar kelas eksperimen (kelas IPS 1)pada postes
No Interval Skor Kategori F Frekuensi Relatif
1 2 3 4 90 – 100 70 – 89 50 – 69 0 – 49 Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 8 15 - - 34,78% 65,22% - - Jumlah 23 100
2. Hasil post test kelas kontrol
Pada postes kelas kontrol, peneliti memberikan pokok bahasan tentang Budaya Politik Indonesia. Jumlah soal pada postes ini adalah sebanyak 20 soal yang berbentuk objektif. Adapun hasil postes kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini :
Tabel 9
Distribusi hasil belajar kelas kontrol (kelas XI IPS 2)pada post test
No Interval Skor Kategori F Frekuensi Relatif
1 2 3 4 90 – 100 70 – 89 50 – 69 0 – 49 Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 3 13 7 - 13,04%% 56,52% 30,43% - Jumlah 23 100 %
3. Penentuan uji homogenitas postes
Untuk menentukan apakah varians kedua kelompok berdistribusi sama atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan perbandingan antara uji
Ftabel-12 Fhitung yang diperoleh dengan cara membandingkan nilai varians besar dengan nilai varians kecil, dan hasilnya adalah 1,12 kemudian didapat Ftabel yaitu 4,08
Dari hasil pengolahan data lanjutan (lampiran 10) dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,12 < 4,08 ini berarti kedua kelas tersebut bersifat homogen. karena varians kelompok adalah homogen maka untuk menentukan ada tidaknya perbedaan menggunakan uji beda 2 sampel terpisah dengan varians sama. Adapun hasil uji homogenitas pada pos tes ini dapat dilihat dalam tabel 10 berikut ini :
Tabel 10
Uji HomogenitasPos Tes Kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 2
Kelas Varians Fhitung Ftabel Keterangan Kesimpulan
69,55 77,96
1,12 4,08 Fhitung < Ftabel Homogen
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,12 < 4,08 ini berarti kedua kelompok tersebut yaitu kelas dan kelas adalah bersifat homogen.
4. Menentukan uji beda terhitung distribusi student.
Hasil thitung sebesar 3,27 (lampiran11), kemudian dikonfirmasikan dengan ttabel dengan tingkat kepercayaan 5% (α) = dk= n1+n2−2 maka diperoleh nilai ttabel adalah 2,021. thitung > ttabel atau 3,27> 2,021. Artinya hasil belajar dari kedua kelas yang menggunakan model pembelajaran yang berbeda memiliki perbedaan hasil belajar siswa yang dipercaya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam menggunakan model pembelajaran, yakni pembelajaran dengan menggunakan model artikulasi dengan pembelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan model artikulasi. Apabila dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran artikulasi itu 82,61 sedangkan nilai rata-rata pada kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran artikulasi yaitu 74,35.
5. Pengujian Hipotesis
Tujuan diberikannya pos tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar PKN siswa kelas VII SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru. Hasil postes kedua kelas tersebut dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:
Tabel 11
Hasil Analisis Pos Tes
Kelas N X S2 Hasil
Kelas Eksperimen 23 82,61 69,55 Thitung 3,27 Kelas Kontrol 23 77,96 77,96 Ttabel 2,02
13 Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa perhitungan statistik uji t , nilai thitung = 3,27 kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel untuk dk =n1+n2−2 maka 27+27−2=52 dengan taraf signifikan (α)=5%, apabila dikonsultasikan dengan tabel t diperoleh thitung > ttabel atau 3,27 > 2,02, hal ini berarti hipotesis yang berbunyi ”dengan penggunaan model pembelajaran artikulasidapat meningkatkan hasil belajar PKN siswa kelas VII SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru” diterima. Artinya ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran artikulasidengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran artikulasisangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching mengalami peningkatan hasil belajar dari rata-rata 67,39 menjadi 82,61. Sedangkan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching nilai rata-ratanya dari 67,39 naik menjadi 77,96. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar kelas kontrol.
PENUTUP Kesimpulan
` Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaranartikulasi pada siswa kelas VII SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.Aktifitas guru dalam penggunaan model pembelajaran artikulasi yaitu pada pertemuan pertama adalah 68,57% dengan kategori ”Sempurna”, pada pertemuan kedua 80,00% dengan kategori ”Sempurna”, sampai ke pertemuan yang ketiga adalah 91,42% dengan kategori ”Sangat Sempurna”. Kemudian untuk mengetahui tingkat aktifitas guru yang kedua diperoleh sebesar 80,00% dengan kategori ”Sempurna”. Aktifitas belajar siswa kelas eksperimen terjadi peningkatan pada pertemuan pertama adalah 86,34% dengan kategori” Sangat Tinggi”, pada pertemuan kedua adalah 87,57%, pada pertemuan kedua 87,57%, sampai pertemuan yang ketiga adalah 85,69% dengan kategori ”Sangat Tinggi”. Kemudian untuk mengetahui peningkatan aktifitas siswa mulai pertemuan pertama, kedua dan ketiga, diperoleh sebesar 93,78% dengan kategori ”Sangat Sempurna”.
2.Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen terjadi peningkatan, yang sebelumnya pada hasil pre tes pertama adalah 67,39 dengan nilai varians kelas adalah 113,33. Dan hasil belajar post tes kelas eksperimen setelah pengolahan lanjutan adalah 82,61 dengan nilai varians kelas adalah 69,55.
14 3.Berdasarkan analisis uji t diketahui nilai kedua (kelas eksperimen dan kontrol) adalah thitung > ttabel atau 3,27 > 2,02 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis yang diajukan yaitu “terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranartikulasi dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada pelajaran PKN kelas VII SMP IT Al-Bayyinah Pekanbaru” dapat diterima.
Saran
Adapun saran penulis antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan keadaan siswa yang sifatnya dapat memotivasi dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran PKN,
2. Kepada para peneliti selanjutnya, kiranya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan perbandingan yang serupa dimasa datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2000. Penelitian Tindakan Kelas.PT. Bumi Aksara. Jakarta. Arnie Fajar. 2004. Portofolio Pembelajaran IPS. Remaja Rosda Karya. Bandung. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.Strategi Belajar Mengara,Reneka Cipta. Jakarta. Edison, Ahmad dkk. 2006. Jurnal PPKn dan Hukum. FKIP UR Pekanbaru: Labor
PPKn.
Hamalik, Oemar.2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. http:///www Depdiknas.co.id. 10 Oktober 2012.
Lie, Anita,2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta. Muhibbin syah. 2007. Psikologi Belajar. Rajawali Pers. Jakarta.
Nana, Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Riduwan. 2010. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabet. Jakarta. Roestiyah,Nk. Strategi Belajar Mengajar. Rieneka Cipta. Jakarta.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi Dan Motifasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.
Sumarsono. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Transito. Bandung.
Sugiyono. 2010. Metodologi Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
15 Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka. Jawa Timur.
Undang-UndangRepublik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.2003. Depdiknas, Jakarta