• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS 4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo Solo Batik Carnival (SBC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS 4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo Solo Batik Carnival (SBC)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV ANALISIS

4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo

Kota Solo memiliki semboyan "BERSERI" yang merupakan akronim dari bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata Solo mengambil slogan pariwisata ″Solo, the Spirit of Java″ dengan tujuan citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan “Solo, The Spirit of Java“ bermakna semangat bersama dalam proses pengembangan ekonomi, dilandasi oleh jiwa yang menjunjung tinggi budaya, sejarah dan nilai-nilai luhur pendahulunya.

Oleh karena itu dalam upaya mengkomunikasikan city branding tersebut, pemerintah Kota Solo menyelenggarakankan berbagai kegiatan yang terfokus pada slogan “Solo, The Spirit Of Java”. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.1. Solo Batik Carnival (SBC)

Keterkaitan Solo Batik Carnival dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” terletak pada busana batik sebagai ide dasar dan semangat enterpreneur sebagai latar motif keterlibatan masayarakat di dalamnya. Kehadiran event karnaval ini diharapkan bisa mendekatkan masyarakat kota Solo kepada kearifan lokal kotanya dan menumbuhkan rasa cinta terhadap batik khususnya batik dari Solo, sebagaimana diungkapkan oleh Heru Mattaya salah seorang budayawan Kota Solo, yaitu bahwa:

”Solo Batik Carnival adalah suatu karnaval yang berbasis masyarakat dengan menggunakan batik, sebagai sumber ide dasar dan spirit kreativitas masyarakat, yang selaras dengan Kota Solo. Diharapkan karnaval ini akan lebih mendekatkan masyarakat Solo terhadap kearifan lokal kotanya dan mencintai pertumbuhan kotanya yang makin plural dan multikultural”.1

SBC adalah karnaval berbasis masyarakat yang dirancang untuk menjadi sebuah karnaval tingkat dunia. Awalnya, karnaval ini terinspirasi

(2)

dari Jember Fashion Carnaval (JFC), sebuah parade peragaan busana di jalanan. Karena itu tak heran jika konsep keduanya hampir sama. Hanya saja yang membedakan adalah dalam bahan utama pembuatan kostum. Sesuai dengan namanya Solo Batik Carnival, batik dijadikan sebagai sumber ide sekaligus materi utama penciptaan kostum karnaval yang fantastis.

SBC pertama kali diselenggarakan pada tanggal 12-13 April 2008 di kota Solo dengan mengusung tema wayang. SBC yang pertama ini merupakan acara akbar bagi masyarakat Solo ketika itu, yang diselenggarakan sore hari (pukul 14.00-17.00 wib) di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Start dimulai dari Purwosari sampai Balaikota dengan jarak tempuh 6,5 km.2

Sejak itu, setiap tahunnya, SBC mengusung tema yang berbeda mulai dari “Topeng”, “Sekar Jagad”, hingga “Keajaiban Legenda”.3

Tema-tema tersebut kemudian diterjemahkan melalui kostum rancangan peserta yang unik dan kreatif. Corak batik klasik dipadukan dengan batik kontemporer dan dihiasi dengan manik-manik serta mahkota menjadikan kostum makin semarak. Tak heran jika saat mengikuti Chingay Festival di Singapura, delegasi Solo Batik Carnival mendapat apresiasi meriah dari penonton. Saat ini SBC terus berbenah diri guna menjadi salah satu karnaval yang diperhitungkan di kancah internasional.

Penyelenggaraan SBC ini mendukung kebijakan pembangunan kota Solo, khususnya pembangunan bidang ekonomi, di mana dengan adanya event Solo Batik Carnival, kegiatan ekonomi semakin semarak, misalnya bisnis kuliner, perhotelan, biro perjalanan, wisata dan lain sebagainya. Sebagai contoh ketika dilakukannya event Solo Batik Carnival Tahun 2014 yaitu pada tanggal 22 Juni 2014, tingkat pengunjung wisatawan yang datang ke Solo sangat tinggi, di mana wisatawan selain menikmati acara SBC juga mengunjungi objek wisata lainnya seperti

2 Radar Jogja, 9 Mei 2008.

(3)

mengunjungi Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, berwisata kuliner, berbelanja batik di Pasar Klewer atau Kampung Batik Laweyan dan lain-lain.4

Event Solo Batik Carnival ini diselenggarakan oleh Solo Center Point Foundation (SCPF) yang didukung oleh Pemerintah Kota Surakarta. Event ini masih tetap berlangsung hingga sekarang dan menjadi kalender event tahunan bagi Kota Solo. Citra Solo sebagai salah satu tujuan wisata dan kota budaya di Indonesia salah satunya batik, diharapkan makin terpatri di benak para wisatawan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan Solo Batik Carnival, semua peserta, sebelum mengikuti karnaval, diwajibkan mengikuti workshop, merancang kostum selama berbulan-bulan. Kostum karnaval yang dirancang kemudian dipakai sendiri oleh para peserta dalam puncak acara SBC. Peserta yang mayoritas berangkat dari nol dalam dunia karnaval dan perancangan kostum akan bersama-sama belajar merancang kostum dan cara menggunakannya. Dan yang tidak kalah menarik mereka semua (peserta) membiayai sendiri rancangan kostumnya, pantia hanya memberikan fasilitas program workshop dan pelaksanaan karnaval. Sehingga diharapkan melalui event SBC ini akan lahir para perancang kostum-kostum karnaval.5 Sebagaimana dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo, tentang tujuan dari Solo Batik Carnival yaitu sebagai berikut:6

Tujuan diadakannya Solo Batik Carnival adalah menggali potensi masyarakat untuk menjadi kreator/desainer busana karnival dengan memanfaatkan Batik dan Pemakaian barang daur ulang sebagai bahan dasar serta potensi peserta sebagai Aktor di mana setiap peserta dituntut mampu memperagakan karya dari masing-masing peserta. Di samping itu juga mendorong partisipasi seniman Kota Solo dalam menggali inspirasi dan penuangan dalam Desain Busana Karnival.

Solo Batik Carnival telah berhasil membawa nama Kota Solo pada kancah nasional dan Internasional. Sebagai ikon wisata baru kota Solo,

4 Solopos, 14 Agustus 2014. 5 Solopos, 10 April 2013.

(4)

SBC telah beberapa kali ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata untuk mewakili Indonesia dalam ajang internasional seperti Chingay Festival di Singapura, Malaysia Association of Tour and Travel Agents (Matta) Fair, dan SBC tampil di Tournament of the Rose Pasadena, California, Amerika Serikat pada 1 Januari 2013. Selain penampilannya di negara-negara tersebut, Solo Batik Carnival juga mendapatkan undangan dari beberapa tempat/negara, seperti Afrika Selatan, Budapest (Hongaria), Berlin (Jerman), dan bahkan Kementerian Luar Negeri Indonesia juga akan membawa Solo Batik Carnival ke karnaval di Rio de Janiero, Brasil.7

Solo Batik Carnival merupakan salah satu bukti nyata tentang keberhasilan strategi komunikasi city branding yang mampu membawa nama Kota Solo ke kancah internasional. Solo Batik Carnival juga menegaskan brand Kota Solo sebagai Kota Batik.8 Strategi komunikasi City branding melalui Solo Batik Carnival merupakan penegasan perwujudan visi dan identitas suatu kota yaitu Solo Kota Batik. Tujuan agenda Solo Batik Carnival ini adalah:

a. Branding Kota Solo terhadap dunia Internasional b. Memperkenalkan batik di kalangan Internasional c. Menumbuhkan rasa bangga terhadap batik

Pada awal pelaksanaannya, SBC selalu dilakukan pada siang hari. Namun mulai tahun ke-4 SBC dilaksanakan pada malam hari. Alasannya agar kostum berbahan utama batik yang mewah dan megah serta sorotan lampu warna-warni menjadikan gelaran Solo Batik Carnival semakin istimewa. Tak heran jika ribuan penonton berdatangan dari berbagai tempat dan memadati jalan yang dijadikan sebagai lokasi parade. Tanggal pelaksanaan Solo Batik Carnival selalu berganti tiap tahunnya, namun mulai tahun 2009 Solo Batik Carnival selalu dilaksanakan pada bulan Juni (http://herkayanis.blogspot. com/2012/07/solo-batik-carnival.html, diakses tanggal 26 Oktober 2014).

7 Kompasiana, 9 Januari 2015.

(5)

Berikut merupakan dokumentasi kegiatan Solo Batik Carnival yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo dan Solo Center Point.

Gambar 4.1

Kostum Menyerupai Burung Yang Dibalut Dengan Ornamen Batik

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Kostum burung dalam pelaksanaan Solo Batik Carnival dipadukan dengan kain batik bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa kain batik dapat dimodifikasi dalam berbagai bentuk fashion.

Gambar 4.2.

Kostum Bunga-Bungaan Yang Dipadukan Dengan Kreasi Batik

(6)

Gambar 4.3

Peserta SBC mulai tampil di jalan Slamet Riyadi

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Dampak terhadap pariwisata dan perekonomian kota Solo sangat besar. Penyediaan paket tour wisata dari biro perjalanan, penginapan yang selalu penuh ketika SBC dihelat dan publikasi wisata kota Solo yang kian luas. Bahkan, pedagang kaki lima pun merasakan berkah dengan larisnya dagangan yang ia jajakan.

4.1.2. Kereta Kencana World Music Festival

Keterkaitan antara event Kereta Kencana World Music Festival (KWF) dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu bahwa Kota Solo merupakan sumber seni budaya, khususnya musik ethnic. Dalam pelaksanaan event Kereta Kencana World Music Festival (KWF) para musisi Kota Solo yang mengusung musik tradisional Kota Solo seperti keroncong, kerawitan dan lain sebagainya berusaha memperkenalkan kepada para musisi dunia. Sehingga dengan adanya event Kereta Kencana World Music Festival (KWF) dapat mendukung adanya program “Solo, The Spirit Of Java” yang berusaha memperkenalkan kota Solo melalui seni musik tradisional kepada dunia internasional.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta Kereta Kencana World Music Festival (KWF) yang menyatakan bahwa:9

(7)

“Dalam event Kereta Kencana World Music Festival (KWF) tersebut, para musisi local Kota Solo juga ikut memeriahkan dengan menampilkan seni musik tradisional Kota Solo, seperti keroncong dan kerawitan”.

Berawal mula dari Solo International Ethic Music, pertama kali diselenggarakan di kota Solo pada tahun 2007. Pencetus event Solo International Ethic Music tersebut adalah Dinas Pariwisata Kota Surakarta yang disetujui oleh Pemerintah Kota Surakarta dan menjadi agenda tahunan. Acara yang masuk dalam calender event pemerintah kota Surakarta ini rutin diadakan dua tahun sekali. Berbagai musisi dari Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan lokal Indonesia seperti Gilang Ramadhan, Syaharani, Banda Naira, Reza Artamevia, Viki Sianipar dan lain-lain telah tampil untuk memeriahkan SIEM Festival ini.

Namun sejak tahun 2012 Event Solo International Ethic Music berubah nama dengan nama Kereta Kencana World Music Festival. Seperti yang diungkapkan oleh Bambang Sutejo :

“Perubahan konsep dan nama acara itu tujuannya agar lebih fleksibel, baik dari sisi pemilihan tempat penyelenggaraan maupun jenis musik yang ditampilkan. Kami tidak ingin festival ini dibatasi oleh administrasi kewilayahan, dalam arti festival ini bisa diselenggarakan di manapun, tak hanya di Solo”.

Mengenai fleksibelitas dari sisi jenis musik, Bambang Sutejo mengakui kata ethnic juga sengaja dihilangkan sehingga diharapkan semua jenis music bisa ikut serta dalam festival itu. Dalam perkembangannya, acara KWF Festival yang sukses digelar dari tahun ke tahun ini bukan hanya ajang untuk menampilkan karya etnik masing-masing, tetapi juga merupakan forum kreatif untuk saling berbagi dan berkreasi antar musisi. Dari acara ini kita semua tahu bahwa alat musik etnik dan perkusi apabila dipadukan dengan irama yang tepat akan menghasilkan sebuah karya yang menakjubkan.

Berikut merupakan dokumentasi dalam kegiatan KWF/SIEM Festival yang diselenggarakan di Kota Solo.

(8)

Gambar 4.4.

Penampil Kereta Kencana World Music Festival dari lokal Indonesia

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.5.

Penampil dari Afrika dengan alat musik etnik negaranya

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Pemerintah Kota Surakarta sebagai mitra KWF mendorong dan memfasilitasi agar tetap hadir di tengah-tengah masyarakat secara berkelanjutan. Sebagai salah satu strategi Solo City Branding, Pemerintah Kota menaruh harapan kepada KWF. Beban tidak ringan bagi KWF, di satu pihak mengemban fungsi sebagai ajang capaian prestasi para musisi etnik dari berbagai latar belakang kultural, dan di lain pihak menjadi salah satu strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Solo dan sekitarnya.

Event Kereta Kencana World Music Festival merupakan salah satu bukti nyata tentang keberhasilan strategi komunikasi city branding yang mampu membawa nama Kota Solo ke kancah internasional. Event Kereta Kencana World Music Festival menegaskan brand Kota Solo sebagai seni

(9)

budaya. Strategi komunikasi City branding melalui Event Kereta Kencana World Music Festival merupakan penegasan perwujudan visi dan identitas suatu kota yaitu Solo Kota Seni Budaya.

Identitas kota Solo sebagai Kota Seni Budaya diperkuat dengan menonjolkan salah satu unsur kebudayaan, yaitu kesenian sebagai landasan untuk menjadikan Solo Kota Festival. Agar hal ini dapat terlaksana Pemkot Solo telah melaksanakan berbagai festival-festival seni budaya yang besar. Bahkan hampir disetiap eventnya Pemkot Solo selalu melibatkan dan mengundang delegasi asing untuk terlibat dan ikut ambil bagian. Hal ini dilakukan agar masyarakat internasional pun mengakui Solo sebagai Kota Festival dan hal ini dapat menguntungkan karena dapat menjadi salah satu nilai jual kota Solo dalam bidang pariwisata.

Melalui aneka kegiatan yang dilakukan dalam Event Kereta Kencana World Music Festival dapat meningkatkan minat masyarakat luas dan generasi muda untuk lebih mengenal kebudayaan. Salah satunya melalui kegiatan Event Kereta Kencana World Music Festival yang tidak hanya bertaraf nasional tetapi internasional sebagai upaya Pemkot Solo untuk melakukan city branding “Solo Kota Festival Seni Budaya”.

Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merk untuk sebuah kota, mempengaruhi bahkan membentuk kota itu sendiri, dan merk yang melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota. Setiap kota akan memiliki identitasnya seperti halnya sebuah mata uang dengan dua sisinya, bahwa pembangunan fisik sebuah kota tidak terlepas dari masyarakat dan budaya yang dimiliki. Membangun fisik (city) pada dasarnya adalah membangun roh dan jiwa masyarakatnya. Kota yang berhasil membangun identitas yang kuat tidak hanya dari segi fisik tetapi juga kehidupan sosial masyarakatnya.

Apabila Pemkot Solo menciptakan identitas “Solo Kota Festival Seni Budaya” dan “Solo Kota Budaya” maka hal ini dapat menjadi keuntungan besar. Seperti yang telah di tulis, keuntungan ini berupa masyarakat luas baik nasional maupun international mengenal kota Solo

(10)

sebagai kota tempat tujuan wisata budaya. Budaya yang disuguhkan di sini bukan saja hanya dengan kebudayaan kearifan lokal yaitu budaya jawa, akan tetapi juga kebudayaan secara global. Hal ini ditujukan dengan cita cita “Solo Kota Festival Seni Budaya” dengan arti kota Solo dijadikan pusat Festival Seni dan kebudayaan dunia. Serta “Solo Kota Budaya” yang menjadi local identity bagi masyarakat Solo, untuk menjaga kebudayaan asli leluhur sehingga tidak terdesak oleh budaya-budaya luar yang masuk melalui festival-festival seni budaya yang ditampilkan dengan mengundang banyak budayawan dan seniman nasional bahkan internasional.

Tempat dimana kota Solo dapat menjadi tempat berkumpulnya kebudayaan-kebudayaan yang dapat melebur secara harmonis dan dijaga bersama-sama demi lestarinya budaya-budaya di dunia. Hal ini tentunya harus tetap sesuai dengan nilai-nilai identitas kebudayaan lokal yaitu Budaya Jawa sebagai pusatnya. Di samping itu, kota juga dapat menjadi sebuah simbol kualitas yang dapat menyakinkan pengunjung, kualitas yang dapat merepresentasikan kepribadian pengunjungnya yang ditunjukkan melalui tampilan-tampilan yang disampaikan oleh merk sebuah kota.

4.1.3 Solo Eco Cultural City

Keterkaitan event Solo Eco Cultural City dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu sebuah konsep pengembangan kota dengan menggabungkan karakter budaya dan lingkungan serta nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara berkelanjutan. Sikap Menghargai Keindahan, Perilaku hidup sehat serta Tidak membuang sampah sembarangan sebagai latar motif keterlibatan masyarakat di dalamnya, sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota Solo, yaitu bahwa:10

(11)

”Salah satu bentuk konsep ke depan adalah membangun kota dalam kebun dengan sebanyak mungkin penghijauan di ruang-ruang kosong dan meminimalisasi kesan pada bangunan di Kota. Dengan demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city branding yang telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan seiring sejalan dengan harapan semua orang.”

Solo Eco Cultural City bermula dari gagasan Joko Widodo selaku Walikota Solo pada tahun 2010. Visi “Solo Eco Cultural City” yang dicanangkan sejak tahun 2010 menjadi nilai daya jual (brand image) dan daya tarik seluruh media massa dalam mengawasi perkembangan Kota Solo. “Solo Eco Cultural City” yaitu merupakan pembangunan kota yang menggabungkan nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara berkelanjutan.

Penataan kota Surakarta secara keseluruhan dengan konsep eco-cultural city, sebuah konsep pengembangan kota dengan menggabungkan karakter budaya dan lingkungan. Salah satu bentuk konsep ke depan adalah membangun “kota dalam kebun” dengan sebanyak mungkin penghijauan di ruang-ruang kosong dan meminimalisasi kesan panas dengan menutup belantara tembok/beton dengan pohon dan tanaman rindang.11 Sehingga dalam jangka panjang, konsep “kota dalam hutan” akan terwujud, sehingga akan tercipta sebuah lingkungan kota yang sejuk dan asri.

Revitalisasi taman kota terkait dalam upaya Pemerintah Kota untuk menjadikan Solo sebagai Kota Hijau (Green City) dan kota Bunga (Flower City) dimana kota ini akan tumbuh tanaman pelindung atau tanaman bunga yang indah, sementara di kampung-kampung diproyeksikan bertumbuhan tanaman buah.12 Jenis tanaman pelindung yang dikembangkan kali ini memiliki masa tumbuh sangat cepat dan belum banyak dikembangkan di daerah lain, yakni jenis eucalyptus. Penataan kawasan sabuk hijau dan

11 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 12 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.

(12)

upaya penghijauan kota memang menjadi titik tolak pengembangan kota hijau yang berbudaya. Artinya bahwa pengembangan konsep eco-cultural city merupakan salah satu strategi penggabungan konsep pengembangan antara budaya dan lingkungan sebagai ikon baru Kota Surakarta. Dengan demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city branding yang telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan seiring sejalan dengan harapan semua orang.

Selain pembuatan hutan kota, konsep Eco Budaya juga diwujudkan dengan pagar hijau baik di instansi pemerintah maupun swasta serta rumah warga.13 Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan bulan Juni lalu. Lalu juga dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Koperasi dan UKM, serta Kantor Pemadam Kebakaran. Pembangunan pagar hijau ini telah dimulai dari bulan Juni 2010.

Gambar 4.6.

Penataan Taman Kota di Depan Kantor DPRD

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

(13)

Gambar 4.7.

Penataan Taman Kota di Depan PDAM

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.8.

Penataan Taman Kota di Depan Kantor Pemadam Kebakaran

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Hutan kota didefinisikan oleh Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.03/MENHUT-V/2004 sebagai suatu hamparan lahan yang menjadi tempat tumbuhnya pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang (http://www.knpisolo. com/artikel/pohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14 November 2014). Gagasan kota di dalam kebun disebut lebih maju karena lokasi penanamannya dilakukan di manapun, tidak hanya memanfaatkan sedikitnya 10 persen dari total keseluruhan luas wilayah. Namun dilakukan di lokasi yang lebih luas. Lokasi yang diatur oleh menteri kehutanan tetap menjadi wilayah yang wajib dijadikan sebagai lokasi hijau. Namun pada

(14)

prinsipnya setiap jengkal tanah (termasuk pagar bangunan sekalipun) juga dimanfaatkan sebagai daerah hijau.

Di tahun pertama sejak pencanangannya, walikota meminta agar kawasan perkantoran menjadi pelopor untuk mengubah dari pagar tembok permanen ke pagar hidup. Ide pembuatan pagar dengan pohon hidup sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Bahkan sampai sekarang masih bisa ditemui di desa-desa. Pagar hidup memang menampilkan suasana yang lebih bersahabat, ramah dan terkesan asri. Namun pagar hidup baru awal dari penciptaan kesan hijau dari sebuah kota sebagai target awal implementasi kota di tengah kebun.

Gagasan Eco Cultural City pada dasarnya menyentuh dua isu besar yaitu isu pengembangan berperspektif ekologis untuk pertumbuhan kota dan pengembangan kota dengan perspektif kultural. Dalam periode pertama pemeritahan Jokowi-Rudy menitikberatkan penguatan tradisi. Terutama penguatan konsep “Solo Masa Lalu adalah Solo Masa Kini. Di periode kedua ini, Jokowi-Rudy nampaknya menggabungkan isu tradisi akan semakin dimantapkan dengan menambahi unsur ekologis (http://www.knpisolo.com/artikel/pohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14 November 2014).

Peraturan Menteri Kehutanan cukup tegas terkait pohon apa saja yang direkomendasikan untuk ditanam. Jenis tanaman yang direkomendasikan didominasi oleh tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Salah satu pohon yang direkomendasikan oleh peraturan menteri kehutanan adalah pohon-pohon langka dan menjadi pohon-pohon unggulan setempat.

Sejarah pertumbuhan Kota Solo cukup dekat dengan aneka tetumbuhan. Nama Solo sendiri yang berasal dari nama tokoh Solo yaitu Ki Gede Sala sesungguhnya juga merupakan nama pohon legendaris yaitu pohon sala (Couroupita guianensis). Pohon sala saat ini termasuk salah satu pohon langka. Pohon sala dikenal juga sebagai pohon body, pohon yang digunakan Siddhartha Gautama untuk bermeditasi. Keberadaannya di

(15)

Kota Solo hanya bisa ditemui di beberapa lokasi. Salah satunya bisa kita lihat di halaman Balaikota Solo.

Beberapa daerah di Kota Solo juga ditandai dengan penamaan sesuai nama pohon, seperti Warung Pelem, Pasar Nongko, Kleco, Miri, Salam, Sekar Pace dan beberapa lagi yang menunjukkan identitas Kota Solo juga dibentuk oleh berbagai macam tetumbuhan (http://www.knpisolo.com/artikel/pohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14 November 2014). Sekali merengkuh dua pulau terlampau. Ada baiknya jika penanaman pohon untuk menjadikan Solo di tengah kebun juga mengusung misi pelestarian pohon langka atau pelestarian plasma nutfah. Pohon yang dikategorikan pohon langka di antaranya Sawo Kecik (Manilkara kauki) yang sering merupakan alih-alih dari penyebutan sarwo becik, Buah Kepel (Stelechocarpus burahol) pohon kegemaran putri keraton, ketapang, kenari, asem, kantil dan lain sebagainya. Dengan demikian menanam pohon bukan hanya menjadikan segala sesuatunya lebih teduh, namun akan menjaga agar pohon khas yang menjadi identitas Kota Solo tidak hilang.

Mengembalikan keberadaan pohon pada tempat tumbuhnya hingga dikenal dengan penyebutan nama daerah, barangkali juga layak dilakukan untuk memperkuat pencitraan kota. Meskipun nampaknya cukup sulit juga untuk dilakukan karena tidak semua pohon-pohon tersebut sesuai dengan kriteria jenis pohon sebagai hutan kota. Selain itu, sejumlah sekolah dijadikan pilot project pembentukan pagar hijau dalam rangka mewujudkan program Walikota Solo, Joko Widodo, untuk menjadikan Kota Solo sebagai kota hijau. Sekolah-sekolah tersebut yakni SDN Cemara 2, SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 7, dan SMAN 7. Di SMAN 4 kini telah dimulai penanaman bambu kuning di depan pagar sekolah dan tanaman rambat di sepanjang pagar sekolah.

Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) tingkat SMA, Edy Pudiyanto juga mengatakan bahwa pihaknya telah menghimbau seluruh SMA di Solo untuk memulai penanaman pohon pada

(16)

pagar-pagar sekolah. Biaya pembuatan tanamannya juga tidak mahal, untuk SMAN 4 sendiri, butuh dana sekitar Rp 2 juta untuk membeli tanaman sekaligus pupuknya. Ada sekitar 125 batang bambu taman yang telah ditanam. Rencananya, pagar tidak akan dirobohkan. Banyak keuntungan dari adanya pagar hidup. Selain mendapatkan pengamanan berlapis, tembok tidak perlu dicat dan tidak ada corat-coret.14

Secara geografis letak kota Solo sangat strategis dan merupakan titik persimpangan jalur transportasi regional dan sekaligus sebagai daerah tujuan dan bangkitan pergerakan. Sebagai pusat WP VIII Kota Solo mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat pesat yang dapat dilihat dan pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota sentra pertumbuhan fisik kota. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi persentase pentumbuhan penduduk akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, yang ditandai dengan semakin tingginya pendapatan perkapita masyarakat. Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, tentunya dengan tuntutan bahwa fasilitas transportasi dengan segala pendukungnya haruslah terjangkau dan segala arah. Disamping itu pertumbuhan sektor transportasi yang tinggi akan rnerangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena diantara keduanya mempunyai hubungan kausal yang positif.

Kota Solo dibawah kepemimpinan Walikota Joko Widodo menapak maju untuk meningkatkan pamor dan mempercantik wajah kota. Berbagai kebijakan pembangunan wilayah kota diberbagai sektor terus digalakkan. Salah satunya yang paling nampak adalah penataan kota melalui pengadaan (pembangunan) taman kota sebagai sarana ruang publik (public space) bagi masyarakat. Adapun pembangunan public space tersebut diantaranya renovasi dan pembangunan Taman Monumen 45 Banjarsari, Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji

14 Hasil Wawancara dengan Bapak Edy Pudiyanto selaku Sekretaris Musyawarah Kerja

(17)

maupun taman-taman lain di wilayah Kota Solo.15 Hal ini merupakan bentuk pembenahan penataan kota untuk memberikan penambahan ruang sosial bagi masyarakat Kota Solo pasca keberhasilan penataan Pedagang Kaki Lima khususnya di kawasan Banjarsari.

Gambar 4.8.

Gambar Taman Monumen 45 Banjarsari

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.9.

Gambar Taman Balekambang

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.10.

Gambar Taman Air Tirtonadi

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

(18)

Gambar 4.11. Gambar Taman Sekartaji

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Pembangunan wilayah Kota tentunya harus mendasarkan kepada UU No.26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang Kota yang didalamnya mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan Tata Ruang Wilayah Kota. Demikian pula Kota Solo dalam pembangunan bebarapa ruang publik selama ini tentu wajib mengacu kepada regulasi tersebut. Salah satu acuan penting dalam regulasi penataan ruang tersebut mensyaratkan bahwa pembangunan kota haruslah mengikutsertakan peran masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan “pembangunan yang partisipatif”.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Partoyo selaku Penarik Becak di daerah Gilingan mengatakan bahwa:16

”Selama ada program pembangunan taman kota, setiap penarik becak juga harus mendukungnya mbak, misalnya kita tidak boleh ngetem sembarangan, terus becak yang kita miliki harus tertata rapi, sehingga sesuai dengan program pemerintah untuk mewujudkan kota Solo yang Berseri, yaitu bersih rapi indah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota Surakarta mengatakan bahwa:17

16 Hasil Wawancara dengan Bapak Partoyo selaku Penarik Becak di daerah Gilingan Solo,

tanggal 22 Maret 2015.

17 Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota

(19)

“Adanya program Solo Eco Culture memang perlu didukung oleh masyarakat secara menyeluruh, sebagai contoh di wilayah kami juga memiliki program penghijauan dan pembuatan taman di wilayah RW kami. Di tingkat kelurahan setiap tahun juga diadakan lomba kebersihan yang pesertanya adalah masing-masing RW di wilayah Kelurahan Kadipiro. Jadi semua masyarakat sangat mendukung sekali program pemerintah tentang Solo Eco Culture.”

4.1.4. SIPA (Solo International Performing Art)

Keterkaitan event Solo International Performing Arts (SIPA) dengan dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu event SIPA merupakan event yang menyajikan seni tari tradisonal di Kota Solo. Melalui pagelaran event SIPA ini maka pemerintah Kota Solo berusaha mempromosikan seni tari tradisional yang ada di Kota Solo kepada dunia internasional. Sehingga pelaksanaan event SIPA ini selaras dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java”, bahwa kota Solo merupakan kota budaya.

Penyelenggaraan SIPA sebagai sebuah event ini merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam kegiatan city branding. SIPA merupakan upaya penyatuan dari semangat antar seni pertunjukan. Sebuah event berskala internasional di Kota Solo yang akan menyatukan semangat masyarakat pendukung seni pertunjukan untuk mempromosikan Kota Solo sebagai Kota Budaya.

Penyelenggaraan event Solo International Performing Arts (SIPA) merupakan upaya Kota Solo untuk membangun branding Kota Solo dengan menggalakkan promosi wisata dalam konsep budaya yaitu dengan menyelenggarakan berbagai event-event budaya, salah satunya adalah event Solo International Performing Arts (SIPA). Sebagai panduan bagi masyarakat, Pemerintah Kota Solo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta telah menyusun kalender event untuk disosialisasikan kepada masyarakat.

Solo International Performing Arts (SIPA) pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 (http://pusatgrosirsolo.com/kabare-solo/kolaborasi-kesenian-lokal-dan-internasional-pada-event-sipa-solo/,

(20)

diakses tanggal 16 November 2014). Sebagai penggagas pertama dalam acara SIPA adalah komunitas seni di Solo. Gagasan ini berupa, diadakannya sebuah event tari bertaraf internasional di Solo, sekaligus untuk mengenalkan kepada masyarakat dunia bahwa Solo memiliki branding sebagai kota seni atau budaya. Ide-ide kreatif awal yang berasal dari masyarakat (komunitas) ini yang kemudian dijadikan landasan atau pemikiran awal untuk melakukan city branding kota Solo sebagai Kota Festival Seni Budaya. Ide ini kemudian ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota dengan cara ikut mendukung, mendanai, bahkan terlibat secara langsung dalam setiap festival.

SIPA atau Solo International Performing Arts adalah sebuah ajang pergelaran seni budaya berskala international dengan materi berupa seni pertunjukan. Sedangkan pertunjukan yang dimaksud wilayah genre seninya mulai dari seni tari, seni musik, hingga seni teater. Namun satu hal yang tidak akan pernah ditinggalkan adalah Spirit Solo sebagai ajang interaksi kultural yaitu konsep Solo Kota Budaya. Inilah yang akan selalu menjadi semangat dari proses pencarian bentuk yang ideal dari SIPA.

Akhirnya dari seluruh pemikiran itu akan bermuara pada satu tema besar. Solo akan menjadi kota yang “duwur adoh kuncarane”. Kota yang besar karena kehidupan tradisi masyarakatnya dan kebersamaannya sehingga kebesaran itu memiliki daya guna bahkan bagi masyarakat dari luar wilayah..

Solo adalah Kota Budaya, maka Solo pasti juga memiliki kekuatan kehidupan kesenian yang hidup dan tumbuh dengan baik di masyarakatnya. Tapi bagaimana kemudian kekuatan itu bisa menjadi energi bagi tumbuh dan berkembangnya kota Solo? Inilah di antaranya semangat dari Solo International Performing Art (SIPA). SIPA hadir dari sebuah pemikiran untuk menggali potensi seni pertunjukan sebagai bagian dari kehidupan budaya (http://pusatgrosirsolo.com/kabare-solo/kolaborasi-kesenian-lokal-dan-internasional-pada-event-sipa-solo/, diakses tanggal 16 November 2014). SIPA ada karena keinginan untuk terus mendewasakan

(21)

kehidupan kota dan SIPA lahir karena berangkat dari semangat masyarakat dan milik masyarakat Solo.

Solo International Performing Arts (SIPA) yang diselenggarakan di Pamedan Istana Mangkunegaran Solo pada tahun 2013 mengambil tema kesenian rakyat, dimana jenis kesenian ini memiliki keunikan yang layak untuk diangkat sekaligus sebagai tema pergelaran berskala international. Tak sekedar bicara persoalan estetika semata. Tetap juga berbicara tentang kehidupan alam dan masyarakat pendukungnya, lalu kearifan lokal pun sarat terkandung di dalamnya.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suparno selaku warga masyarakat di wilayah Kadipiro menyatakan bahwa:18

“Adanya event SIPA yang dilakukan oleh pemerintah Kota Solo menumbuhkan rasa kecintaan kepada masyarakat akan seni tradisional yang ada di Kota Solo, sebab adanya pagelaran SIPA yang diselenggarakan setiap tahun, dapat memperkenalkan budaya tradisional kepada generasi muda dan masyarakat secara luas.” Berdasarkan program tahunan mengenai SIPA yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Solo selaras dengan semangat warga masyarakat Kota Solo akan kecintaannya kepada kesenian tradisional.

Adapun kalender event-event budaya pada tahun 2014 yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Solo dalam rangka pelaksanaan city branding guna menjaga eksistensi dari slogan Solo the Spirit of Java adalah sebagai berikut:

1. Solo Carnival (16 Februari 2014) 2. Konser Gamelan Akbar (16 Februari 2014) 3. Festival Jenang Solo (16-17 Februari 2014) 4. Bengawan Solo Travel Mart (26-27 April 2014) 5. Solo Menari (29 April 2014) 6. Festival Film Solo (7-10 Mei 2014)

18 Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota

(22)

7. Mangkunegaran Performing Art (9-10 Mei 2014)

8. Java Expo (14-18 Mei 2014)

9. Vastenburg Festival (6-7 Juni 2014) 10. Keraton Art Festival (11-12 Juni 2014) 11. Indonesian Mask Festival (19-21 Juni 2014) 12. Solo Batik Carnival (22 Juni 2014) 13. Malam Penobatan Putra Putri Solo (30 Agustus 2014) 14. Solo Batik Fashion (5-7 September 2014) 15. Solo Keroncong Festival (12-13 September 2014) 16. Solo City Jazz (19-20 September 2014) 17. Solo International Performing Arts (26-28 September 2014) 18. Kirab Malam Satu Sura (24 Oktober 2014) 19. Rock In Solo (1-2 November 2014) 20. Bengawan Solo Gethek Festival (9 November 2014)

Dari berbagai event yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo sepanjang tahun 2014, berikut peneliti klasifikasikan jenis event berdasarkan kategori budaya Jawa dan budaya modern.

Tabel 4.1.

Klasifikasi Event Kota Solo Tahun 2014

No. Event Budaya Jawa Event Modern

1. Solo Carnival Bengawan Solo Travel Mart

2. Konser Gamelan Akbar Festival Film Solo 3. Festival Jenang Solo Vastenburg Festival

4. Solo Menari Indonesian Mask Festival

5. Mangkunegaran Performing Art Solo City Jazzw

6. Java Expo Rock In Solo

7. Keraton Art Festival 8. Solo Batik Carnival

9. Malam Penobatan Putra Putri Solo 10. Solo Batik Fashion

11. Solo Keroncong Festival

12. Solo International Performing Arts 13. Kirab Malam Satu Sura

(23)

Berdasarkan event-event yang diselenggarakan reguler oleh pemerintah Kota Solo diharapkan akan dapat mempromosikan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kota Solo, khususnya berkaitan dengan kekayaan budaya dan seni yang ada di Kota Solo.

Dari berbagai event budaya dan non budaya yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Solo tersebut selaras dengan kebijakan pemerintah Kota Solo dalam melakukan city branding. Di mana dalam pelaksanaan event tersebut pemerintah Kota Solo mengajak semua lapisan masyarakat yang ada di Kota Solo untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan berbagai event yang sudah direncanakan. Melalui event tersebut dapat menumbuhkan sikap mencintai kota Solo sebagai Kota Budaya, serta manfaat dari pelaksanaan event tersebut kegiatan ekonomi di Kota Solo dapat berkembang, seperti usaha kuliner, perhotelan, maupun pariwisata.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis sampaikan implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “Solo, The Spirit Of Java” melalui berbagai event dalam bentuk tabel sebagai berikut:

(24)

Tabel 4.2.

Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “Solo, The Spirit Of Java”

No. Nama Kegiatan Keterangan 1. Solo Batik Carnival (SBC)

a. Pendanaan Kegiatan Solo Batik Carnival

Anggaran pendanaan Solo Batik Carnival diperoleh dari bantuan APBD Kota Surakarta 40%, sedangkan 60% berasal dari sponsorship maupun dana yang diperoleh dari penjualan tiket menyaksikan di dalam stadion.

b. Penggagas

Pelaksanaan Solo Batik Carnival berawal dari keinginan mengembangkan potensi batik, munculah ide awal mengenai karnaval batik yang dicetuskan oleh salah seorang pengusaha dari kota Solo. Dengan menggaet Dynand Fariz (creator Jember Fashion Carnival) dalam pembuatan konsep awal karnaval, terlahirlah Solo Batik Carnival. Konsep awal tersebut kemudian didiskusikan dengan Walikota Solo selaku pemangku kepentingan tertinggi. Bak gayung bersambut, Ir. Jokowi-pun mempertemukan mereka dengan Kepala Dinas Pariwisata Tahun 2008. Kemudian dibentuklah kepanitiaan dan memulai perekrutan peserta dan volunteer. Dalam era awal terbentuknya SBC, kritikan dan kesangsian banyak muncul dari para pegiat seni, dikarenakan desain yang digunakan sebagai kostum karnaval dianggap menyimpang dari nilai nilai batik. Akan tetapi dengan maksud dan tujuan yang baik, bahwa gagasan awal karnaval ini adalah sebagai bentuk eksplorasi batik dengan berdasar pada nilai nilai luhur batik, maka Solo Batik Carnival pun dapat diterima oleh semua elemen masyarakat termasuk para penggiat kesenian di Surakarta.

c. Pelibatan Masyarakat

Dalam pelaksanaan Solo Batik Carnival semua orang dapat ikut serta dalam Solo Batik Carnival, karena Solo Batik Carnival ini tidak membeda-bedakan para pesertanya. Pada dasarnya karnaval ini adalah karnaval lintas etnik dapat di ikuti dari anak-anak sampai dewasa. Syarat utama untuk menjadi peserta Solo Batik Carnival adalah sehat jasmani dan rohani karena karnaval ini adalah runway yang berate berjalan jauh. Di sini para calon peserta diharapkan memiliki fisik yang kuat,sehat dan disiplin yang tinggi. Para calon peserta pun dituntut benar-benar serius dan memiliki jiwa seni dan kreativitas yang tinggi.

(25)

d. Model Perekrutan

Model perekrutan panitia Solo Batik Carnival ini merupakan gabungan antara tim Solo Batik Carnival tahun sebelumnya dan ditambah anggota baru dari Mataya Art and Heritage yang kemudian digabungkan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta dan Solo Center Point.

Mataya Art And Heritage merupakan salah satu Event Organizer di Kota Solo yang bergerak di bidang Event Budaya. Saat ini event Solo Batik Carnival ditangani oleh Yayasan Solo Batik Carnival. Yayasan Solo Batik Carnival merupakan sebuah lembaga berbadan hukum resmi yang didirikan awal tahun 2012. Diharapkan yayasan ini menjadi tempat bernaung para peserta Solo Batik Carnival. Keberadaan yayasan ini menjadi semacam manajemen untuk para anggota Solo Batik Carnival, mengingat banyaknya tawaran show dari luar kota Solo. Dengan begitu, peserta Solo Batik Carnival mempunyai standar minimal akomodasi dan manajemen yang profesional untuk show di luar kota Solo. Rencana jangka panjangnya, dari yayasan ini kemudian muncul lembaga lembaga pendidikan dalam bidang fashion, terutama batik.

2. Kereta

Kencana World Music Festival

a. Pendanaan Kereta Kencana World Music Festival

Pendanaan kegiatan Kereta Kencana World Music Festival berasal dari APBD Kota Solo, berkisar antara 20% dari total anggaran yang dibutuhkan, sedangkan 80% berasal dari sponsor.

b. Penggagas Kereta Kencana World Music Festival

Kereta Kencana World Music Festival diprakrasai oleh Dinas Pariwisata Kota Solo dan disetujui oleh Pemerintah Kota Solo sebagai event tahunan.

c. Pelibatan Masyarakat

Kereta Kencana World Music Festival melibatkan masyarakat secara luas untuk berpartisipasi dalam acara KWF, masyarakat yang akan berpartisipasi diharuskan mendaftarkan diri ke panitia penyelenggara.

d. Model Perekrutan

Perekrutan dalam acara Kereta Kencana World Music Festival adalah melalui seleksi yang diselenggarakan oleh panitia.

3. Eco Cultural

City

a. Pendanaan

Pendanaan Eco Cultural City didanai dari APBD Kota Surakarta serta swadaya masyarakat. b. Penggagas

Gagasan Eco Cultural City ini dicanangkan oleh Walikota Solo yaitu Jokowi. Eco Cultural City ini sebagai upaya yang layak dilakukan setiap kota untuk menghentikan pemanasan global yang

(26)

dampaknya juga dirasakan di Solo dengan perubahan iklim yang cukup ekstrem. Secara peringkat barangkali kota di dalam kebun lebih maju dibanding konsep hutan kota yang biasa dilakukan di kota-kota di Indonesia.

c. Pelibatan Masyarakat

Eco Cultural City ini melibatkan semua lapisan masyarakat yang ada di Kota Solo untuk membuat gerakan ruang terbuka hijau dengan membuat taman-taman di setiap wilayah RT dan RW.

d. Model Perekrutan

Perekrutan kegiatan Eco Cultural City yaitu dari tokoh masyarakat dengan melibatkan Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), serta unsur pemerintahan wilayah.

4. Solo

International Performing Art

a. Pendanaan

Pendanaan Solo International Performing Art didanai dari APBD Kota Surakarta 40%, sedangkan 60% dari sponsor.

b. Penggagas

Solo International Performing Art diprakrasai oleh Dinas Pariwisata Kota Solo dan disetujui oleh Pemerintah Kota Solo sebagai event tahunan.

c. Pelibatan Masyarakat

Solo International Performing Art ini melibatkan semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam acara SIPA, masyarakat yang akan berpartisipasi diharuskan mendaftarkan diri ke panitia penyelenggara.

d. Model Perekrutan

(27)

Dalam penelitian, Pemerintah Kota Solo tidak melakukan tahapan dalam proses city branding. Tahapan awal dalam city branding ini tidak sampai dilakukan dikarenakan pada dasarnya Pemkot Solo sendiri kurang memahami akan tahapan-tahapan dalam proses city branding yang secara teoritis, akan tetapi Pemkot hanya menyatakan pada interview yang penulis lakukan bahwa:19

“Peluang yang kami (Pemkot) lihat ketika ada beberapa komunitas di msyarakat yang memiliki ide atau gagasan untuk mengadakan event Festival Seni Budaya maka kami pun menyadari bahwa hal ini dapat dijadikan peluang untuk kota Solo dapat bersaing dengan kota- kota yang lain.”

Strategi yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam melakukan city branding, sebagai Kota Budaya adalah dengan memberdayakan segenap potensi budaya Surakarta, untuk ditampilkan sebagai sebuah identitas kota. Alasan Pemkot memilih slogan “Solo the Spirit of Java”? Karena daya saing yang kuat di Solo adalah nilai-nilai budaya yang masih dipegang teguh serta memiliki perputaran ekonomi yang besar di sektor pariwisatanya. Maka nilai jual tadi lah yang dipasarkan oleh Pemkot Solo. Setelah ide-ide dikumpulkan dan ditampung maka Pemerintah Kota Solo beserta pihak pelaksana mulai merancang bagaimana setiap event festival tersebut dapat terlaksana dengan baik dan dapat menjadikan kota Solo semakin dikenal sebagai Kota Festival Budaya oleh masyarakat luas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi city branding dengan slogan ‘Solo the Spirit of Java’ harus mampu memadukan secara selaras strategi komunikasi pemasaran citra kota Solo dengan strategi pengembangan SDM kota Solo yang bernafaskan budaya Jawa. Apabila keterpaduan yang selaras itu terjadi, maka dapat dipastikan implementasi city branding tersebut bisa berlanjut hingga terwujud hal yang diimpikan itu. Kegagalan memadukan secara selaras strategi komunikasi pemasaran citra kota Solo dengan strategi pengembangan SDM kota Solo yang bernafaskan budaya Jawa, dapat

19 Hasil Wawancara dengan Bapak Ipung selaku Staf Dinas Pariwisata Kota Solo, Tanggal

(28)

membuka peluang bagi pengelana kekuasaan atau calon penguasa kota yang berikut untuk menjegal implementasi city branding tersebut demi kepentingan politik pribadi/ kelompoknya.

4.2. Kebijakan Pembangunan SDM Kota Solo

Beberapa event dalam skala lokal, nasional dan internasional yang dapat mengakat nama Kota Surakarta sebagai ikon budaya, misalnya, Solo Batik Carnival (SBC), Kereta Kencana World Music Festival atau Kereta Kencana World Music Festival, Eco Cultural City, Solo International Performing Art dan lain sebagainya.

Menurut Suratmi dan Sigit Santosa, Jurnal Strategi Pemerintah Kota Surakarta Dalam Melakukan City Branding Sebagai Kota Budaya, Pemerintah kota Solo sendiri disini sebagai tindak lanjut dalam rangka melestarikan budaya lokal, pemerintah Kota Surakarta memberi penguatan pada tiap sanggar, kampung dan lain-lain dalam pelestarian nilai-nilai kearifan lokal. Penguatan potensi seni menjadi pelengkap yang mempertegas city branding sebagai kota budaya. Dukungan masyarakat dalam hal ini dapat berupa menyetujui dan melaksanakan kebijakan pemerintah seperti meningkatkan etos kerja, menjaga pelestarian taman kota, sikap menghargai keindahan, perilaku hidup sehat, tidak membuang sampah sembarangan.

Unsur sarana dan prasarana meliputi sumber daya manusia, peralatan dan sumber daya modal. Dalam hal ini sumber daya manusia untuk mendukung implementasi slogan Solo, The Spirit Of Java dibutuhkan sumber daya manusia yang handal, memiliki etos kerja yang tinggi serta memiliki pemimpin yang dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat.

Pemerintah Kota Solo dalam melakukan city branding melihat peluang yang mampu dikembangkan. Daya saing yang dimiliki dan ditonjolkan dalam proses ini adalah sisi budaya dan pariwisata yang dinilai memiliki nilai lebih baik di masyarakat Solo sendiri maupun masyarakat di luar Solo. Di level makro, kota Solo dilihat dapat menjadi kota wisata budaya dengan event-event kebudayaan besar yang sering dilakukan di Solo. Sedangkan di level mikro,

(29)

masyarakat Solo sendiri mampu lebih berdaya saing dalam mengembangkan dan meningkatkan ekonominya di segala aspek baik aspek pariwisata berupa hotel, kuliner, souvenir (batik), dll.Maka dapat dikatakan kota Solo merupakan salah satu kota paling produktif di Indonesia. Setiap kota harus memiliki identitas khusus yang membedakan kota satu dengan kota lainnya, oleh sebab itu Pemerintah Kota Surakarta perlu memiliki identitas khusus itu, yaitu sebagai Kota Budaya, yang diharapkan bisa menunjang kegiatan pariwisata. Solo memiliki cita-cita menjadi kota yang bertumpu pada seni budaya dan meningkatkan kegiatan kepariwisataan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat peneliti kemukakan bahwa event-event budaya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo selaras dengan semangat warga masyarakat Kota Solo yang mencintai budaya dan etos kerja. Namun untuk penerapan Slogan “Solo, The Spirit Of Java” kurang selaras dengan budaya yang ada di Kota Solo, sebab selama ini pemerintah Kota Solo kurang mensosialisasikan “Solo, The Spirit Of Java” kepada masyarakat, sehingga keberadaan slogan “Solo, The Spirit Of Java” kurang dikenal oleh masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the background of the study has been explained above, the scope of the study focuses on the categorization of slang language and translation strategies that

[r]

Hasil akhir penelitian adalah responden tertarik dengan produk kerajinan tangan botol plastik yang ditawarkan.. Hal ini ditunjukan dari jumlah responden yang tertarik sebesar

[r]

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh keluaran daya maksimum untuk laser CO 2 sealed-off pada arus listrik 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi laser yang dihasilkan sebanyak

Besarnya pengaruh terpaan berita pada program acara Warna TRANS7 episode fashion dan kesehatan pada periode April - Juni 2013 terhadap sikap mahasiswi FISIP UAJY sebesar

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa eWOM grup Komunitas Kamera Apa Saja (KOKAS) di Facebook

Data dokumentasi KBIH Raudhatul Qur’an, pada Tanggal 20 Februari 2017... mengenai pelaksanaan akad dan badal haji. KBIH Raudhatul Qur’an juga melayani kehendak ahli