• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PADA BANGUNAN KANTOR PERBANKAN DI KOTA BANJARMASIN. Ir. H. Hudan Rahmani, MT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PADA BANGUNAN KANTOR PERBANKAN DI KOTA BANJARMASIN. Ir. H. Hudan Rahmani, MT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PADA BANGUNAN KANTOR PERBANKAN DI KOTA BANJARMASIN

Ir. H. Hudan Rahmani, MT

DPK (dipekerjakan) di Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRAK

Bangunan kantor perbankan yang ada di kota Banjarmasin memiliki tempat parkir tersendiri (off street parking), seperti : Bank BNI 1946, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank BCA, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank Ekonomi, Bank PANIN, Bank LIPPO dan lain-lain yang banyak dikunjungi oleh masyarakat Banjarmasin, karena keperluan-keperluan transaksi perbankan. Sebenarnya bangunan kantor perbankan tersebut di atas sudah menyediakan tempat parkir tersendiri, namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat setiap tahunnya akan mengakibatkan lahan parkir yang tersedia semakin sempit pula.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan kebutuhan parkir kendaraan bermotor roda empat dan roda dua pada bangunan kantor perbankan (off street parking) yang ada di kota Banjarmasin. Dalam hal ini kebutuhan parkir tersebut diperhitungkan berdasarkan akumulasi maksimum kendaraan roda empat dan roda dua yang parkir terhadap luas bangunan kantor perbankan, jumlah karyawan dan metoda yang digunakan adalah dengan Analisa Regresi Multi Linear dan Analisis Regresi Linear (sederhana).

Akumulasi kendaraan parkir pada gedung perkantoran bank mencapai maximum terjadi pada siang hari dengan durasi antara 15 menit sampai dengan 30 menit. Untuk parkir mobil, akumulasi maximum terjadi antara jam 09.30 – 11.45 wita, sedangkan akumulasi maximum parkir sepeda motor terjadi antara jam 09.30 – 11.30 wita. Sedangkan durasi atau lamanya kendaraan parkir pada gedung perkantoran bank didominasi oleh parkir jangka pendek, dengan durasi sebagaian besar kurang atau sama dengan 15 menit. Dari hasil analisis statistik model regresi terbaik dipilih berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) terbesar dan memenuhi

syarat pengujian statistik. Untuk model kebutuhan parkir mobil variabel yang sangat berpengaruh adalah luas lantai efektif, dengan persamaan Y = 12,7712 + 0,0128 LLE, dengan nilai R2 = 0.963. Sedangkan untuk model kebutuhan parkir sepeda motor variabel yang sangat berpengaruh juga luas lantai efektif, dengan persamaan Y = 0,6169 LLE 0,6190 dengan nilai R2 = 0,973. Standar kebutuhan parkir, untuk parkir mobil adalah minimum satu petak parkir per 63 m2 luas lantai total dan maximum satu petak parkir per 46 m2 luas

lantai efektif. Sedangkan standar kebutuhan parkir untuk sepeda motor sebagai berikut : minimum satu petak parkir per 38 m2 luas lantai total dan maximum satu petak parkir per 28 m2 luas lantai efektif.

Kata kunci : kebutuhan parkir, akumulasi parkir, durasi parkir dan linear.

(2)

I.I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Banjarmasin dengan jumlah penduduk 641.224 Jiwa (BPS, 2002) merupakan kota terbesar di Kalimantan. Sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan transportasi. Salah satu permasalahan yang dijumpai dalam transportasi perkotaan adalah masalah perparkiran. Kota-kota besar dan kota-kota yang sedang berkembang selalu menghadapi permasalahan perparkiran khususnya untuk kendaraan bermotor.

Parkir merupakan salah satu komponen suatu sistem transportasi yang perlu dipertimbangkan dalam setiap kebijakan. Selama bepergian kendaraan tidak lepas untuk melakukan kegiatan parkir baik kegiatan bekerja, berdagang, belanja, sekolah, rekreasi dan kegiatan lain (Louis J Pignataro (1973, hal 258). Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dibadan jalan (on street parking) dan di luar badan (off street parking).

Hampir sebagian gedung perkantoran Bank dihadapkan dengan masalah penyediaan ruang parkir. Salah satu diantaranya adalah kesulitan untuk menyediakan fasilitas parkir yang sesuai dengan tingkat permintaan yang sebenarnya. Kajian-kajian tentang analisa kebutuhan parkir gedung perkantoran bank sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalahnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Karakteristik parkir kendaraan bermotor

pada gedung perkantoran bank.

2) Model matematik kebutuhan parkir pada gedung perkantoran bank.

3) Besarnya standar parkir gedung perkantoran bank di Banjarmasin.

1.3 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan khususnya Pemda Kodya Banjarmasin dalam menentukan standar kebutuhan parkir pada gedung perkantoran pada masa mendatang.

1.4 Batasan Penelitian

Adalah gedung perkantoran perbankan yang mempunyai tempat parkir sendiri letaknya strategis dan mempunyai luas lantai minimum 500 M2.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi Masalah Parkir

Bangkitan parkir tidak dapat tertampung dan tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia, sehingga meluap ke badan jalan. Luapan parkir di badan jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas. (Dephub. 1999)

2.2 Jenis Parkir

1) Parkir di badan jalan yang mengambil tempat di sepanjang badan jalan.

2) Parkir di luar badan jalan yang menempati pelataran parkir tertentu.

2.3 Macam Parkir Diluar Badan

1) Taman Parkir yang dibuat di daerah terbuka berfungsi sebagai penghijauan.

2) Bangunan Parkir, yaitu tempat parkir khusus didalam bangunan.

3) Parkir pada gedung parkir, yaitu bangunan tempat parkir bertingkat.

(3)

1) Kendaraan bermotor, yaitu jenis sepeda motor, mobil.

2) Kendaraan tidak bermotor, yaitu sejenis sepeda, becak dan gerobak.

2.5 Konsep Dasar Penanganan Masalah Parkir a. Kajian terhadap besar permintaan parkir, b. Kajian terhadap besar penyediaan fasilitas

parkir.

2.5.1 Permintaan dan Penyediaan Fasilitas Parkir

a. Kajian terhadap besar permintaan parkir Besaran permintaan parkir pada suatu kawasan ruas jalan sangat dipengaruhi oleh pola tata guna lahan di kawasan yang bersangkutan, adanya persyaratan penyediaan fasilitas parkir pada pusat kegiatan dapat sebagai persyaratan dalam pembuatan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).

b. Kajian terhadap besar penyediaan fasilitas parkir

Penyediaan fasilitas parkir kendaraan di perkotaan pada prinsipnya dapat dilakukan di badan jalan dan di luar badan jalan dengan persyaratan yang tertentu.

Khusus penyediaan parkir di luar badan jalan dapat berupa :

a. Pelataran/taman parkir, b. Gedung parkir.

2.5.2 Karakteristik Parkir

a. Merupakan jumlah kendaraan yang diparkir di suatu tempat pada waktu tertentu. Untuk menghitung akumulasi parkir digunakan persamaan :

Akumulasi = Ei – Ex

Dimana, Ei = Entry (kendaraan yang masuk lokasi) dan Ex = Extry (kendaraan yang keluar lokasi)

b. Merupakan lamanya suatu kendaraan berada di tempat parkir dalam menit atau jam. Durasi parkir dihitung dengan persamaan :

Durasi = Extime – Entime

c. Turnover Parkir (tingkat pergantian parkir) yaitu suatu konstanta yang menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan membagi volume kendaraan yang parkir pada periode tertentu dengan jumlah ruang parkir yang tersedia.

d. Indeks Parkir adalah perbandingan antara akumulasi parkir maksimum dengan jumlah ruang parkir yang tersedia.

e. Kapasitas Dinamis Parkir yaitu perbandingan antara jumlah ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan lama operasi dibagi dengan durasi parkir rata-rata.

2.5.3 Metode-metode Dalam Menentukan Jumlah Ruang Parkir

1. Metode yang berdasarkan pada kepemilikan kendaraan. Seperti pada tabel 2.1

2. Metode berdasarkan ratio luas lantai bangunan

Tabel 2.1 Prosentase kendaraan parkir pada daerah pusat di kota-kota Amerika dalam hubungannya dengan jumlah kendaraan yang terdaftar di kota-kota tersebut.

(4)

Tahun Jumlah kendaraan per 1000 penduduk Interval penduduk (juta) Jumlah kendaraan

Jumlah maksimum kendaraan parkir pada pusat wilayah

Jumlah Prosentase 1950 380 0,005 – 0,01 3000 480 16,3 1950 380 0,01 – 0,025 6800 1180 17,1 1950 330 0,025 – 0,05 11900 1950 16,5 1950 320 0,05 – 0,1 25600 4450 17,6 1950 320 0,1 – 0,25 52000 5700 10,7 1948 260 0,25 – 0,5 95000 9140 9,6 1947 240 0,5 – 1 132000 12000 9,6 1954 300 > 1 390000 23400 6

Metode ini secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 2.2 sampai dengan Tabel 2.4 :

Tabel 2.2 Kriteria kebutuhan parkir untuk perkantoran

Mode

Rentang data yang

berlaku

Parkir yang harus tersedia Minimum Maksimum Model pnp Sepeda motor LAT > 5000 m2 LAE > 4000 m2 PPK > Rp 1,4 juta LAT > 5000 m2 LAE > 4000 m2 PPK > Rp 1,4 juta 1 % LAT 2 % LAT 5 % LAT

Sumber : Hasil Studi Ditjendat dan (UGM), 1995 Dikutip dari : Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang tertib

Keterangan : LAT = Lulus Areal Total LAE = Lulus Areal Efektif PPk = Pendapatan Perparkiran Harga Berlaku

Tabel 2.3 Kebutuhan Tempat Parkir (Dinas Tata Kota DKI, 1996)

Perkantoran Satu petak parkir per 75

m2 luas lantai bangunan

Bangunan Rumah Tinggal Flat Apartemen

Satu petak parkir per 75 l m2 luas lantai, satuan

petak parkir dengan

standar ukuran parkir

untuk mobil Hotel Berbintang 4 &

5

Satu petak parkir per 100 m2 luas lantai bangunan

Hotel Berbintang 2 & 3

Satu petak perkir per 140 m2 luas lantai bangunan

Bangunan Toko/Perdagangan

Satu petak parkir per 50 m2 luas lantai bangunan

Bangunan Restoran/Club Hiburan

Satu petak parkir per 20 m2 luas lantai bangunan

3. Metode yang menitik beratkan pada kapasitas jalan yang berkaitan dengan pusat wilayah selama periode sibuk.

Jumlah ruang parkir (P) yang dinyatakan sebagai berikut :

Jumlah ruang parkir (P) yang dinyatakan sebagai berikut :

P = 2 CK/100 (2.1)

Dimana : C = Kapasitas dari jalan yang menuju ke pusat wilayah

K = Prosentase dari kapasitas yang digunakan oleh kendaraan menerus.

4.

Metode mencari selisih terbesar antara kedatangan dan keluaran kendaraan

Akumulasi maksimum dapat dilihat contoh pada gambar 2.1

(5)

2.6 Peramalan Model Dalam Menentukan Kebutuhan Parkir

Peramalan dengan metode analisa regresi (Walpole, 1995) dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1). Analisa regresi linier sederhana. 2). Analisa regresi linier berganda. 3). Analisa regresi non linier.

2.6.1 Analisa Regresi Linier Sederhana

Memberikan suatu persamaan linier dengan bentuk sebagai berikut :

Y = a + bx ... (2.2) Dimana : a = konstanta

b = koefisien regresi

Konstanta a dan koefisien regresi b dapat dihitung dari persamaan normal sederhana :

Σy = n. a + b. X... (2.3) Σxy = a. Σx + b. x ... (2.4) Dimana : n = banyaknya sampel.

Selanjutnya disederhanakan sehingga diperoleh harga a dan b sebagai berikut :

b =

 

  

2 2

.

.

.

x

x

n

y

x

y

x

n

...(2.5) a =

n

x

b

y

...(2.6) Cara diatas disebut metode kwadrat terkecil (least square method).

2.6.2 Analisa Regresi Linier Berganda

Bentuk umum persamaan hasil analisa berganda adalah :

Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b1 x3 + ...bi xi ...(2.7)

Dimana konstanta a dan koefisien regresi berganda dapat bi diperoleh dengan menggunakan metode

kuadrat terkecil dengan beberapa persamaan sebagai berikut : Σy = n. a + b1.Σx1 + b2.Σx2 + b3.Σx3 ... bi.Σxi Σyx1 = aΣx1 + b1.Σx12 + b2. Σx1. Σx2 + b2. Σx1.x3 - ...bi. Σx1. xi Σyx2 = aΣx2 + b1.Σx1. x2 + b2. Σx22 – b3. Σx2.x3 - ...bi. Σx2. x2 Σyx3 = aΣx3 + b1.Σx1. x3 + b2. Σx2. x2 + b3. Σx32 - ...bi. Σx3. xi Σyx4 = aΣxi + b1.Σx1. xi + b2. Σx2. xi + b3. Σx3. xi - ...bi. Σxi2 ...(2.8)

Dengan sejumlah i + 1 persamaan dengan sejumlah i + 1 bilangan yang tidak diketahui maka konstanta a dan koefisien regresi bi dapat dihitung.

2.6.3 Analisa Regresi Non Linier

Disamping peramalan dengan analisa regresi linier dipakai juga metode regresi non linier (Walpole, 1995) :

a. Metode Logarithmic.

Persamaannya sebagai berikut : Y = a + b. Ln. X ...(2.9)

b. Metode Inverse/Kebalikan. Y = a + b/x ...(2.10) c. Metode Power/Pangkat.

Persamaannya sebagai berikut : Y = a xh

... ...(2.11) atau Ln (y) = Ln. a + b. Ln. x ...(2.12) d. Metode Exponensial. Y = a eh.x ...(2.13) atau Ln (y) = Ln. a + b. X ...(2.14)

(6)

2.6.4 Analisa Korelasi

- Yang besarnya antara 0 – 1 ( 0<r2< 1)

Koefisien korelasi determinasi yang besarnya antara 0 sampai 1 (0 < r2 < 1) adalah cara utama

yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel. Koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : r2 =

 

 

 

2 2 2 2

.

y

y

x

x

n

y

x

xy

n

(2.15) - Koefisien Korelasi (r)

Koefisien korelasi (r) dihitung rumus sebagai berikut : r =

 

 

 

2 2 2 2

.

n

y

y

x

x

n

y

x

xy

n

(2.16) 2.6.5 Test Signifikan

Test signifikan ini untuk mengetahui apakah benar secara statistik (statistical valid) bahwa hubungan yang ada antara variabel independen(koefisien regresi) dan persamaan itu sendiri y = a + bx. Untuk pengetesan ini, perlu dilakukan dua macam test (Walpole, 1995) :

a. t-test

Rumus matematis standar error sebagai berikut :

Se =

2

2

n

y

y

(2.17)

Menentukan nilai hitung (t-test) dengan formulasi berikut : ttest = b

S

b

(2.18)

Dimana Sb adalah standar error koefisien regresi yang ditentukan dengan formulasi berikut : Sb =

 

 

x

x

n

S

e

/

2 2 (2.19) b. F-test

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan distribusi F dengan membandingkan antara nilai F dengan nilai F-test (F Ratio) dari hasil perhitungan nilai ditentukan sebagai berikut :

Model Dan Standar Kebutuhan Parkir Terdahulu dan Statistiknya

Tabel 2.4 Model-model terdahulu dan Statistik

No Tata Guna Tanah (Land Use) Persamaan R2 Jumlah Studi

1 General Office Building Ln (P) = 0.93 Ln (X) + 1.253 X = Luas Gedung

P = Ruang Parkir Puncak Terhuni

0,870 207

2 General Office Building Ln (P) = 0.80 Ln (X) – 8.0 X = Jumlah Pegawai

P = Ruang Parkir Puncak Terhuni

0.985 22

3 Government Office Building P = 0.79 (X) – 5.0 X = Jumlah Pegawai

P = Ruang Parkir Puncak Terhuni

0.427 3 F =

 

/

...

1

/

2 2

k

n

Y

Y

k

Y

Y

i i (2.20) atau F =

...

...

/

1

)

1

/(

2 2

k

n

r

k

r

(2.21) Dimana : r2 = koefisien determinasi

(k – 1) = derajat kebebasan k = jumlah variabel bebas

(7)

4 Office Park P = 2.58 (X) – 14.03 X = Luas Gedung

P = Ruang Parkir Puncak Terhuni

0.906 24

5 Office Park P = [ (1.14 / X) + 0.00050 ]-1

X = Luas Gedung

P = Ruang Parkir Puncak Terhuni

0.903 10

Sumber : Parking Generation, Institute Of Transportation Engineers

Menurut Pandey (1998), model kebutuhan parkir gedung perkantoran untuk kota Bandung adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5 Model kebutuhan parkir mobil

No Parameter Persamaan Regresi R 2 1 Luas lantai total Y = 0,0177 . x10.9756 0,5787 2 Luas lantai terpakai Y = 21,8219 . x20.0002 0,7811 3 Pegawai total Y = 1,5790 . x30.7196 0,7944 4 Pegawai hadir Y = 1,5162 . x40.7447 0,7755 5 Pengunjung Y = 1.0872 . x50.6757 0,5732 6 Pegawai total dan pengunjung Y = –1,1137 + 0,1318 x3 + 0,5385 x5 0,7731 7 Pegawai hadir dan pengunjung Y = 1,7863 + 0,1592 x4 + 1,7863 x5 0,7459 Sumber : Pandey, 1998 Keterangan :

Y = Akumulasi parkir x3 = Jumlah

pegawai total

x1 = Luas lantai total x4 = Jumlah

pegawai hadir

x2 = Luas lantai terpakai x5 = Jumlah

pengunjung

Tabel 2.6 Model kebutuhan parkir untuk sepeda motor No Parameter Persamaan Regresi R 2 1 Luas lantai terpakai Y = 28,4470 . e0,0001.x 2 0,4268 2 Pegawai hadir Y = 8,1085 . x30,3471 0,4369 Sumber : Pandey, 1998

Tabel 2.7 Standar kebutuhan parkir mobil No Parameter 1 tempat parkir 1 Luas lantai total 70,44 m2

2 Luas lantai terpakai 59,09 m2

3 Pegawai total 3,7 orang 4 Pegawai hadir 3,1 orang

5 Pengunjung 9,9 orang

6 Pegawai total dan pengunjung

23,2 orang

7 Pegawai hadir dan pengunjung

7,1 orang

Sumber : Pandey, 1998

Tabel 2.8 Standar kebutuhan parkir untuk sepeda motor

No Parameter 1 tempat parkir 1 Luas lantai terpakai 115,91 m2

2 Jumlah pegawai hadir 7,3 orang Sumber : Pandey, 1998

(8)

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Akumulasi Parkir, seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Gedung Perkantoran Bank dan Data Akumulasi Maximum serta Jumlah Pengunjung

Sebagai contoh pada gambar 4.1. menunjukkan akumulasi parkir mobil pada Bank BPD Kalsel serta gambar 4.2. menunjukkan akumulasi parkir sepeda motor pada Bank BPD Kalsel.

Gambar 4.1. Grafik Akumulasi Parkir Mobil Pada Gedung Bank BPD Kalsel

(9)

Gambar 4.2. Grafik Akumulasi Parkir Sepeda Motor Pada Gedung Bank BPD Kalsel

4.2.2. Durasi Parkir

Tabel 4.4 merupakan salah satu contoh hasil perhitungan hubungan durasi dengan jumlah kendaraan pada gedung Bank BPD Kalsel.

Sedangkan histograf, durasi parkir ditunjukkan pada gambar 4.3.

Tabel 4.4. Durasi Parkir Mobil Gedung Bank BPD Kalsel

5. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Parkir 5.1.1 Akumulasi Parkir 5.1.2 Durasi Parkir

Gambar 5.1 dan 5.2 memperlihatkan durasi parkir

Dari gambar 5.1 dapat diketahui prosentase komulatif kendaraan mobil yang parkir berdasarkan durasinya, yaitu :

 37,70 % parkir mobil, mempunyai durasi kurang atau sama dengan 15 menit.

 55 % parkir mobil, mempunyai durasi kurang atau sama dengan 27 menit.

Sedangkan untuk parkir sepeda motor, berdasarkan gambar 5.2 diperoleh :

 39,40 % parkir sepeda motor, mempunyai durasi kurang atau sama dengan 15 menit.

 55 % parkir sepeda motor, mempunyai durasi kurang atau sama dengan 30 menit.

Sedangkan persentase kendaraan parkir berdasarkan durasinya dapat dilihat pada gambar 5.3 dan 5.4.

Gambar di atas menunjukkan bahwa parkir mobil dan sepeda motor pada gedung perbankan termasuk parkir jangka pendek.

5.2 Model Kebutuhan Parkir

5.2.1 Variabel Bebas dan Tak Bebas

Variabel bebas yaitu LLT, LLE jumlah karyawan dan jumlah pengunjung Variabel tak bebas untuk mobil dan sepeda motor adalah akumulasi tertinggi

(10)

Tabel 5.3 Nilai Korelasi (r) Antar Variabel Untuk Permodelan Parkir Sepeda Motor

Variabel Y1 X1 X2 X3 X42

X1 0.979

-X2 0.979 0.981

-X3 0.930 0.901 0.952

-X42 0.791 0.708 0.753 0.770

-Tabel 5.2 Nilai Korelasi (r) Antar Variabel Untuk Permodelan Parkir Model

Variabel Y1 X1 X2 X3 X41

X1 0.972

-X2 0.981 0.981

-X3 0.924 0.901 0.953

-X41 0.744 0.756 0.783 0.808

-a. Jumlah karyawan dengan Akumulasi Parkir Mobil b. Jumlah pengunjung dengan Akumulasi Parkir Mobil

No Model Persamaan R2 R2 Adj p-Value Persamaan R2 R2 Adj p-Value

1 Linier y = -5.8665+ 0.5351 KAR 0.855 0.834 0.000 Y = 12.5707 + 0.0244 PM 0.554 0.49 0.022 2 Logarithmi c y = -156.23+ 44.9287Ln KAR 0.776 0.744 0.000 Y = -137.92 + 25.9885 Ln PM 0.604 0.547 0.014 3 Inverse y = 81.6212 – 3040.3 / KAR 0.649 0.599 0.009 Y = 63.4114 – 18311 / PM 0.557 0.493 0.021 4 Power y = 0.2186 LLT0.1.1607 0.745 0.709 0.004 Y = 0.1932 PM0.7592 0.742 0.705 0.000 5 Exponential y = 17.8374 e0.0128 KAR 0.709 0.668 0.022 Y = 16.6092 e0.0007 PM 0.581 0.521 0.017

Tabel 5.4 Hasil Analisis Regresi Hubungan Antara LLT dan LLE dengan Akumulasi Parkir Mobil

a. Jumlah karyawan dengan Akumulasi Parkir Mobil

b. Jumlah pengunjung dengan Akumulasi Parkir Mobil

No. Model Persamaan R2 R2 Adj p-Value Persamaan R2 R2 Adj p-Value

1 Linier y = 12.6501 + 0.0093 LLT 0.946 0.938 0.000 Y = 12.7712 + 0.0128 LLE 0.963 0.957 0.000 2 Logarithmic y = -131.78 + 22.3736Ln LLT 0.829 0.804 0.000 Y = -145.68 + 25.1696 Ln LLE 0.884 0.868 0.000 3 Inverse y = 58.2153 – 28169 / LLT 0.616 0.561 0.012 Y = 62.1916 – 26999 / LLE 0.677 0.63 0.006 4 Power y = 0.2869 LLT0.06252 0.932 0.922 0.000 Y = 0.2258 LLE0.6830 0.938 0.929 0.000 5 Exponential y = 17.8374 e0.0002 LLT 0.807 0.779 0.000 Y = 18.1282 e0.0003 LLE 0.787 0.757 0.000 5.2.2 Matrik Korelasi

Untuk penyempurnaan analisis model, ukuran tidak baik dan baik berasal dari (-1<+1)

5.3 Model Kebutuhan Parkir Sepeda Motor

5.3.1 Hubungan Antara LLT Dengan Akumulasi Parkir Mobil Terlihat pada tabel 5.4.a.

5.3.2 Hubungan Antara LLE Dengan Akumulasi Parkir Terlihat pada tabel 5.4.b.

5.3.3 Hubungan Antara Jumlah Karyawan Dengan Akumulasi Parkir Mobil terlihat pada tabel 5.5.a.

5.3.4 Hubungan Antara Jumlah Pengunjung Dengan Akumulasi Parkir Mobil terlihat pada tabel 5.5.b.

(11)

Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Hubungan LLT dan LLE dengan Akumulasi Parkir Sepeda Motor

5.6. Standar kebutuhan parkir mobil dan sepeda motor, terlihat pada tabel 5.14 dan 5.15

Tabel 5.9 Standar Kebutuhan Parkir Mobil Tabel 5.10 Standar Kebutuhan Parkir Sepeda Motor

No. Parameter 1 Petak Parkir No. Parameter 1 Petak Parkir

1. 2.

Luas Lantai Total Luas Lantai Efektif

63 m2

46 m2

1. 2.

Luas Lantai Total Luas Lantai Efektif

38 m2

28 m2

6.

Tabel 5.7 Hasil Analisis Regresi Hubungan Antara Jumlah Karyawan dan Jumlah Pengunjung dengan Akumulasi Parkir Sepeda Motor

a. Jumlah Karyawan dengan Akumulasi Parkir Sepeda Motor b. Jumlah Pengunjung dengan Akumulasi Parkir Sepeda Motor

No. Model Persamaan R2 R2 Adj p-Value Persamaan R2 R2 Adj p-Value

1 Linier Y = -2.5818 + 0.8041 KAR 0.866 0.846 0.000 Y = 17.1418 + 0.0493 PS 0.625 0.572 0.011 2 Logarithmic Y = -234.66 + 68.9275 Ln KAR 0.819 0.793 0.000 Y = -244.54 + 45.9626 Ln PS 0.686 0.641 0.006 3 Inverse Y = 131.35 – 4743.3 / KAR 0.709 0.668 0.004 Y = 104.809 – 28638 / PS 0.607 0.551 0.013 4 Power Y = 0.5589 KAR0.5601 0.798 0.769 0.000 Y = 0.2694 (PS)0.7979 0.839 0.816 0.000

5 Exponential Y = 21.5625 e0.0002 KAR 0.752 0.717 0.000 Y = 26.1975 e0.0008 PS 0.702 0.659 0.005

a. LLT dengan Akumulasi Parkir Sepeda Motor b. LLE dengan Akumulasi Parkir Sepeda Motor

No. Model Persamaan R2 R2 Adj p-Value Persamaan R2 R2 Adj p-Value

1 Linier Y = 25.2253 + 0.0140 LLT 0.959 0.953 0.000 Y = 25.7582 + 0.0191 LLE 0.959 0.953 0.000 2 Logarithmic Y = 196.05 + 34.1776 Ln LLT 0.868 0.849 0.000 Y = -217.55 + 38.4872 Ln LLE 0.928 0.917 0.000 3 Inverse Y = 94.2194 – 43064 / LLT 0.646 0.956 0.009 Y = 100.622 – 41647 / LLE 0.722 0.683 0.004 4 Power Y = 0.8052 LLT0.5601 0.945 0.937 0.000 Y = 0.6169 LLE0.6190 0.973 0.97 0.000 5 Exponential Y = 32.323 e0.0002 LLT 0.839 0.816 0.000 Y = 32.7977 e0.0003 LLE 0.819 0.794 0.000

5.5 Model Kebutuhan Parkir yang Terjadi

5.5.1 Model regresi kebutuhan parkir mobil, terlihat pada tabel 5.8.a 5.5.2 Model regresi kebutuhan sepeda motor, terlihat pada tabel 5.8.b

Tabel 5.8 Model Regresi Kebutuhan Parkir Mobil dan Sepeda Motor pada Bangunan Bank

a. Model kebutuhan parkir mobil b. Model kebutuhan parkir sepeda motor

No. Variabel

Bebas Persamaan R

2 R2 Adj p-Value Persamaan R2 R2 Adj p-Value

1 Luas Lantai Total Y = 12.6501 + 0.0093 LLT 0.946 0.938 0.000 Y2 = 25.2253 + 0.0140 LLT 0.959 0.953 0.011 2 Luas Lantai Efektif Y1 = 12.7712 + 0.0128 LLE 0.963 0.957 0.000 Y2 = 0.6169 LLE0.6190 0.973 0.970 0.006 3 Jumlah Karyawan Y1 = -5.8665 + 0.5351 KAR 0.855 0.834 0.001 Y2 = -2.5818 + 0.8041 KAR 0.866 0.846 0.013 4 Jumlah Pengunjung Y1 = 0.1932 (Pm)0.7592 0.742 0.705 0.002 Y2 = 0.0932 (PS)0.7979 0.839 0.816 0.000

(12)

7. KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Akumulasi kendaraan parkir pada gedung perkantoran bank mencapai maximum terjadi pada siang hari dengan durasi antara 15 menit sampai dengan 30 menit. Untuk parkir mobil, akumulasi maximum terjadi antara jam 09.30 – 11.45 WITA, sedangkan akumulasi maximum parkir sepeda motor terjadi antara jam 09.30 – 11.30 WITA. Sedangkan durasi atau lamanya kendaraan parkir pada gedung perkantoran bank didominasu oleh parkir jangka pendek, dengan durasi sebagian besar kurang atau sama dengan 15 menit.

2. Dari hasil analisis statistik, model regresi terbaik dipilih berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) terbesar dan memenuhi

syarat pengujian statistik. Untuk model kebutuhan luas lantai efektif, dengan persamaan Y = 12,7712 + 0,0128 LLE, dengan nilai R2 = 0.963. Sedangkan untuk model kebutuhan parkir sepeda motor variabel yang sangat berpengaruh juga luas lantai efektif, dengan persamaan Y = 0,6169 LLE0,6190 dengan nilai R2 = 0,973.

3. Standar kebutuhan parkir, untuk parkir mobil adalah :

 Minimum satu petak parkir mobil / 63 m2

luas lantai total dan minimum satu petak parkir sepeda motor / 38 m2 luas lantai

total.

 Maximum satu petak parkir mobil / 46 m2

luas lantai efektif dan maximum satu petak parkir sepeda motor / 28 m2 luas lantai

efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Dephub. (1998) Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. Dinas Tata Kota DKI Jakarta. (1996) Pengelolaan

Tertib Perparkiran Ditinjau dari Aspek Tata Ruang Perkotaan, Jakarta.

Malkamah, S. (1994) Dampak Suatu Pusat Kegiatan Terhadap Lalu Lintas, Jurnal Media Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogjakarta, Tahun XVI Edisi April 1994, Nomor 1, Yogjakarta.

O’ Flaherty, C.A. (1974) Highway and Traffic Volume I, 2nd Edition, Institute for

Transport Studies, Leeds.

Oppenlander. J.C. (1978) Manual of Traffic Engineering Studies, Fourth Edition. Paul C. Box.

Pandey, S.V. (1998) Karaketeristik Kebutuhan Parkir Gedung Perkantoran di Bandung. Tesis Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung. ITE (1987), Parking Generation, Institute of

Transportation Engineering, Washington DC.

Pignataro Louis. (1973) Traffic Engineering Theory and Practice, Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey.

Sugiono. (1999) Statistika Untuk Penelitian, Edisi ke 2, Alfabeta, Bandung.

(13)
(14)

Gambar

Tabel 2.2    Kriteria  kebutuhan  parkir  untuk  perkantoran
Tabel 2.4  Model-model terdahulu dan Statistik
Tabel  2.6  Model  kebutuhan  parkir  untuk  sepeda motor   No Parameter Persamaan  Regresi R 2 1 Luas  lantai  terpakai Y  =  28,4470
Gambar 4.1. Grafik Akumulasi Parkir Mobil Pada  Gedung Bank BPD Kalsel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai float total tertentu (tidak sama dengan nol), maka pelaksanaan kegiatan tersebut dalam jalur yang bersangkutan dapat ditunda

Saat pengujian CBR dengan jumlah 10 nilai CBR gradasi lebih rendah dikarenakan gradasi Fuller D : 3/4” belum mencapai kepadatan yang maksimum sehingga masih terdapat

Ketidakpahaman kepala bagian mengenai manajemen sumber daya informasi serta tidak dapat melakukan kegiatan manajemen sumber daya informasi secara maksimal

Usaha pembinaan yang dilakukan oleh PPLP Tenis Meja Jawa Tengah adalah baik, karena telah mencakup hal- hal pembinaan yang meliputi permasalah, pembibitan dan pemanduan

Diharapkan dengan adanya buku fotografi dokumenter perjalanan wisata backpacker di Lumajang ini dapat membuat target audience menjadi tertarik untuk mencoba cara

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

Hurlock (1980) mengatakan bahwa masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara

= 0,066 dengan kesimpulan, bahwa tidak terdapat pengaruh antara status pemberian ASI terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Puskesmas