• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI JASENG (BAHASA JAWA SERANG) SEBAGAI UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA DALAM PROGRAM SUDUT KELAS DI RADIO KAMPUS TIRTA FM RONNY YUDHI SEPTA PRIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI JASENG (BAHASA JAWA SERANG) SEBAGAI UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA DALAM PROGRAM SUDUT KELAS DI RADIO KAMPUS TIRTA FM RONNY YUDHI SEPTA PRIANA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI “JASENG” (BAHASA JAWA SERANG) SEBAGAI UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA DALAM PROGRAM SUDUT KELAS

DI RADIO KAMPUS TIRTA FM

RONNY YUDHI SEPTA PRIANA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(alamat) ronnyysp@gmail.com

ABSTRAK

Pemertahanan identitas kelompok dapat dilakukan melalui pemertahanan bahasa yang berlaku dalam kelompok masyarakat tersebut. Perkembangan tekhnologi dan informasi berdampak pula pada pergeseran budaya dan bahasa hal ini disebabkan oleh adanya interaksi yang dilakukan oleh setiap individu dengan individu lain yang berbeda latar belakang budaya dan bahasa. Bahasa merupakan media yang dapat merepresentasikan identitas baik individu maupun sosial. Identitas suatu kelompok masyarakat dapat diperlihatkan melalui jenis bahasa yang digunakan dan cara bicara setiap anggota kelompok masyarakat tersebut. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang melekat pada kelompok masyarakat penggunanya. Bahasa Jawa Serang (Jaseng) merupakan bahasa daerah yang berlaku dan digunakan oleh sebagian masyarakat Provinsi Banten khususnya yang berdomisili di Kota Serang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan bahasa dan menjaga eksisitensi bahasa yaitu melalui penggunaan bahasa Jaseng sebagai bahasa penghantar dan tema program pada Radio Komunitas. Yang menjadi kajian dalam tulisan ini adalah bagaimana media komunitas dimanfaatkan sebagai media pemertahanan bahasa melalui proses produksi, distribusi dan konsumsi program siaran. Data penelitian adalah bahasa yang digunakan dalam penghantar dan tema program siaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dimana peneliti mendeskripsikan hasil temuan. Hasil penelitian menujukkan bahwa media komunitas dapat menjadi alternatif dan solusi untuk pemertahanan bahasa dan budaya suatu kelompok masyarakat.

Kata Kunci : Radio Komunitas, Pemertahanan Bahasa, Bahasa Jawa Serang

PENDAHULUAN

Budaya merupakan hasil perkembangan sistem dan nilai yang berlaku pada masyarakat. Budaya hadir berdasarkan kesepakatan yang diperoleh melalui interaksi dan transaksi komunikasi yang dilakukan baik antar individu dengan individu lain dalam kelompok maupun dengan individu lain diluar kelompoknya. Pewarisan hasil budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan proses yang tidak mudah karena akan berbenturan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang turut mempengaruhi terkikisnya nilai budaya pada generasi sebelumnya. Namun budaya berkembang berdasarkan seluruh sistem dan nilai yang berkembang dimasyarakat yang berkembang bersamaan dengan berkembangnya kelompok manusia yang kemudian diwariskan dari generasi kegenerasi, maka dapat dikatakan pula bahwa budaya tak dapat

(2)

dipisahkan dari diri manusia itu sendiri sehingga banyak orang yang cenderung menganggap budaya diwariskan secara genetis. Salah satu hasil budaya yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia adalah Bahasa.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pesan, ide dan pernyataan sikap dalam berinteraksi antar manusia. Keragaman budaya menghasilkan keragaman bahasa pula yang dimiliki dan digunakan dalam berinteraksi dalam pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri. Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi penistrasi budaya dan perkembangan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru yang disepakati oleh setiap individu dalam lingkaran budaya tersebut.

Bahasa selain berfungsi sebagai repersentasi identitas individu dalam berintekasi Bahasa dapat pula menjadi alat pemersatu anggota-anggota masyarakat yang hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Bahasa memungkinkan integrasi yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997: 5). Dengan kata lain bahasa yang digunakan dapat merepresentasilkan identitas budaya penggunanya.

Bahasa memiliki pengaruh pada kendali sosial setiap individu baik secara pribadi maupun dalam kelompok atau bahkan ketika mereka berada dalam kelompok masyarakat lain. Identitas individu dan identitas sosial yang terikat dalam identitas budaya dapat kita lihat melalui penggunaan bahasa yang digunakan kelompok masyarakat atau setiap individu dalam kelompok masyarakat ketika mereka berinteraksi. Jenis bahasa yang digunakan, cara berbicara, setiap kata yang terucap dapat menunjukan identitas suatu masyarakat. Repersentasi identitas masyarakat pengguna suatu bahasa dengan sangat mudah teridentifikasi melalui bahasa yang digunakan contoh sederhananya individu atau masyarakat yang menggunakan bahasa sunda mereka secara langsung maupun tidak langsung diidentifikasi sebagai orang sunda atau orang Jawa Barat. Dengan demikian bahasa dapat digunakan pula sebagai pembentukan identitas kelompok masyarakat yang kemudian dijadikan representasi identitas bagi kelompok yang menggunakannya.

Perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi memungkinkan setiap kelompok masyarakat untuk berinteraksi secara terbuka dan memungkinkan pula adanya penitrasi budaya yang kemudian disinyalir dapat menghasilkan pergeseran budaya termasuk kepunahan bahasa ibu/ bahasa daerah. Maka harus ada upaya untuk mempertahankan penggunaan bahasa ibu sebagai langkah nyata mempertahankan budaya masyarakat. Karena jika dibiarkan bukan tidak mungkin bahasa ibu/ bahasa daerah akan menghilang bersamaan dengan pergeseran budaya yang dialami masyarakat.

Bahasa Jawa dialek Banten yang kemudian dikenal dengan Bahasa Jawa Serang (Jaseng) merupakan bahasa daerah yang digunakan oleh sebagian masyarakat Propinsi Banten dalam berinteraksi sehari – hari khususnya bagi mereka yang berdomisili diwilayah Kota Serang dan Kota Cilegon. Akan tetapi bukan berarti Jaseng benar-benar

(3)

digunakan sebagai bahasa pengantar saat berinteraksi oleh masyarakatnya karena bersamaan Jaseng terdapat bahasa daerah lain yang digunakan sebagian besar masyarakat Propinsi Banten yakni bahasa Sunda dialek Banten, Bahasa Sunda Priangan, Bahasa Jawa, dan Bahasa Betawi. Selain itu masyarakat Propinsi Banten khususnya generasi yang lebih muda lebih memiliki kencenderungan menggunakan Bahasa Indonesia dibanding bahasa daerah ketika berinteraksi baik dengan seusianya maupun dengan berbeda usia dalam kegiatan keseharian. Penyebab utamanya tidak lain adalah adanya ragam budaya pada masyarakat Propinsi Banten itu sendiri serta perkembangan tekhnologi komunikasi dan pergeseran budaya.

Kekhawatiran punahnya bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu menjadi modal besar bagi sebagian masyarakat yang masih menginginkan keberlangsungan bahasa yang mereka usung sebagai bahasa ibu. Penelitian ini mencoba memaparkan bagaimana upaya pemertahanan bahasa Jawa Serang melalui program media komunitas. Media Komunitas yang menjadi objek paparan dan penelitian berupa media audio yakni Radio Komunitas. Radio komunitas merupakan media auditif yang dibentuk dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan bagi komunitasnya. Tirta FM merupakan Radio Komunitas kampus Untirta yang memiliki beragam program yang disediakan untuk seluruh civitas akademika Untirta baik mahasiswa, dosen, karyawan maupun masyarakat yang berdomisili disekitar kampus Untirta. Sadar akan fungsi sebagai pemenuhan informasi khususnya bidang akademik maka Tirta FM memiliki program “Sudut Kelas” yang mengudara setiap rabu malam yang menghadirkan narasumber baik akademisi maupun praktisi. Peneliti tertarik dengan satu tema dalam program sudut kelas edisi 19 Oktober 2016 yang membahas tentang Upaya Pemertahanan Bahasa Daerah di Kota Serang. Yang menjadi daya tarik peneliti dalam program ini selain menghadirkan narasumber dihadirkan pula musisi yang melantunkan lagu daerah. Inilah yang menjadi daya tarik utama bagi peneliti yakni mengkaji bagaimana eksistensi bahasa daerah ditampilkan dalam suatu program acara sebagai upaya pemertahanan bahasa daerah itu sendiri.

TEORI

Bahasa

Bahasa setiap hari digunakan oleh manusia di seluruh dunia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi. Bahasa berperan penting secara langsung sebagi bentuk pernyataan dan pertukaran pemikiran ataupun pandangan mengenai orang lain. Penggunaan bahasa berperan untuk mengatur manusia sesuai dengan faktor-faktor usia, jenis kelamin dan bahkan sosial-ekonomi. Bahasa adalah sejumlah simbol atau tanda yang disetujui untuk digunakan oleh sekelompok orang untuk mengahasilkan suatu arti atau makna (Samovar,2010:268).

Bahasa merupakan medium untuk menyatakan kesadaran dalam suatu konteks sosial. Bahasa dapat dipelajari melalui dua dimensi, yaitu dimensi penggunaan dan dimensi struktur. Dimensi penggunaan menjadi kepedulia berbagai bidang studi, salah

(4)

satunya komunikasi. Dalam kajian penggunaan dimensi ini yaitu yang dimaksudkan dengan yang dituturkan oleh mereka. Bahasa merupakan cara khusus kata-kata diseleksi dan digabung menjadi ciri khas seseorang, satu kelompok atau masyarakat tertentu. Sedangkan dimensi struktur, bahasa diberi definisi dan tergantung pendekatan yang dilakukan. Didalam studi kebudayaan, bahasa ditempatkan sebagai unsur penting seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian, sistem peralatan hidup, dan lain sebagainya.

Pemertahanan Bahasa

Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya.

Terdapat tiga ciri sikap bahasa yang dirumuskan oleh Garvin dan Mathiot (1986) sebagai berikut.

1. Kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya, dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain;

2. Kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang indentitas dan kesatuan masyarakat;

3. Kesadaran adanya norma bahasa yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa.

Ketiga ciri tersebut merupakan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa. Sebaliknya, apabila ketiga ciri sikap bahasa itu sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau sekelompok orang anggota masyaraka tutur dan tiadanya gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya merupakan salah satu penanda bahwa kesetiaan bahasanya mulai melemah dan bisa berlanjut menjadi hilang sama sekali. Sikap negatif terhadap suatu bahasa bisa terjadi bila seseorang atau sekelompok orang tidak mempunyai lagi rasa bangga terhadap bahasanya sendiri dan mengalihkan rasa bangga itu kepada bahasa lain yang bukan miliknya. Banyak faktor yang bisa menyebabkan hilangnya rasa bangga terhadap bahasa sendiri, dan menumbuhkan pada bahasa lain, yaitu faktor politik, ras, etnis, dan gengsi.

Radio Komunitas

Komunitas berasal dari istilah community yang berarti semua orang yang hidup di suatu tempat, serta sekelompok orang dengan kepentingan atau ketertarikan yang sama. Lembaga penyiaran komunitas (LPK) adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersil, dengan daya pancar rendah, serba untuk melayani kepentingan komunitasnya (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,2009:19).

Sebagai radio yang hidup dari, oleh, dan untuk komunitas, radio komunitas mempunyai peluang untuk lebih bebas berekspresi dibandingkan dengan radio swasta. Radio komunitas merupakan media pemberdayaan masyarakat, yang bertujuan untuk pendidikan dan peningkatan kapasitas masyarakat. Oleh karena itu, kesempatan untuk dekat dengan pendengar pun sangat terbuka lebar. Secara teoritis, komunitas terbentuk

(5)

oleh dua hal: pertama lokalitas yang terbentuk pada batasan geografis tertentu. Kedua, identitas yang sama, atau minat/kepentingan/kepedulian terhadap hal yang sama (Rachmiatie, 2007: 72). Radio Komunitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Radio Komunitas Civitas Akademika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ( Tirta FM ). METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah dan menginterpretasikan sumber data yang diambil dari produksi, distribusi dan konsumsi program radio komunitas ( Tirta FM) Program yang menjadi objek peneltian adalah program “sudut kelas”. Sumber data penelitian ini merupakan seluruh proses baik dari produksi, distribusi dan konsumsi program Radio Komunitas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap penelitian tentang manfaat media dan menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tirta Fm yang mengudara pada frekuensi FM 107.9 MHz dengan jarak jangkauan 5 kilometer dengan wilayah jangkauan sekitar kampus Untirta diantaranya wilayah kelurahan CipocokJaya, kelurahan Banjar Agung, kelurahan Banjar Asri sebagian kelurahan Sumur Pecung, sebagian kelurahan Serang, sebagian kecamatan Walantaka, sebagian kecamatan Ciruas. Dengan target pendengar adalah civitas akademika Untirta dan masyarakat sekitar kampus Untirta. Mencoba untuk memberikan layanan informasi bagi pendengarnya. Layanan informasi dikemas melalui program-program yang dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan publiknya. Salah satu program unggulan dari Tirta FM adalah “Sudut Kelas” yang merupakan program dialog interaktif untuk memberikan pengetahuan kepada publik serta, informasi dan klarifikasi atas isu yang sedang berkembang baik di internal Untirta maupun di wilayah Banten. Pembahasan dalam penelitian mengungkapkan bagaimana program “Sudut Kelas” di Tirta FM menjadi media dalam upaya pemertahanan bahasa dan eksistensi bahasa daerah khususnya Bahasa Jawa dialek Banten atau kemudian dikenal sebagai Bahasa Jawa Serang (Jaseng).

Bahasa Jawa dialek Banten atau yang kemudian dikenal sebagai Bahasa Jawa Serang (Jaseng) tersebar dibeberapa wilayah Propinsi Banten. Diantara Kabupaten, Kota yang terdapat di Propinsi Banten, Kota Serang merupakan daerah yang didominasi oleh masyarakat yang menggunakan Bahasa Jawa Serang. Bahkan pemerintah daerah setempat menggunakan bahasa daerah ini sebagai bahasa penghantar dalam iklan layanan masyarakat di media luar ruang maupun di media cetak dan elektronik.

Jaseng digunakan masyarakat Kota Serang sebagai bahasa pengantar dalam tuturan saat berinteraksi diberbagai peristiwa tutur baik di ruang publik seperti Puskesmas, Pasar, Perkantoran dan tempat-tempat lainnya dimana terjadinya transaksi wicara berlangsung. Jika dipetakan dari 6 kecamatan yang terdapat di Kota Serang yakni Kec. Serang, Kec. Cipocokjaya, Kec. Walantaka, Kec. Curug. Kec. Taktakan, dan Kec. Kasemen, hanya dua kecamatan yang masyarakatnya multilingual yakni Kec. Serang dan Kec. Cipocokjaya hal ini disebabkan banyaknya masyarakat pendatang di dua kecamatan tersebut. Namun tidak

(6)

dipungkiri masyarakat pendatang di Kota Serang pun lambat laun menguasai bahasa Jaseng karena sering berinteraksi dengan masyarakat pribumi yang menggunakan bahasa Jaseng diberbagai peristiwa tutur. Oleh karenanya Jaseng kemudian digunakan sebagai representasi identitas masyarakat Kota Serang. Identitas yang dimunculkan oleh kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa Serang adalah Communal identity dan Social Identity dimana kelompok masyarakat tersebut memperlihatkan identitas berupa kepemilikan budaya pada kelompok masyarakatnya berupa bahasa yang digunakan sehingga masyarakat lain diluar kelompoknya dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat tersebut.

Upaya pemertahanan bahasa Jawa Serang dilakukan oleh kelompok masyarakat dan individu penggunanya untuk tetap menjaga eksistensi bahasa dan melestarikan budaya secara turun temurun. Upaya pertahanan bahasa tersebut mendapat dukungan dari pihak pemerintah Kota Serang Khususnya Dinas Pendidikan dengan menjadikan Bahasa Jawa dialek Banten (Jawa Serang) sebagai muatan lokal wajib yang digunakan oleh seluruh pelajar Sekolah Dasar Negeri yang berada di wilayah Kota Serang. Selain masuk kedalam kurikulum upaya lain dilakukan pula melalui lirik lagu daerah yang diperlombakan bau=ik tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah. Selain dalam lirik lagu bahasa Jawa Serang dipertahankan pula melalui dolanan anak-anak.

Tirta FM merupakan radio komunitas yang berada diwilayah Kota Serang dengan jarak siar 5 kilometer dan memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan khususnya masyarakat Kecamatan Cipocok jaya dan sebagian Kecamatan Walantaka yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa Serang (Jaseng) sebagai bahasa pengantar dalam berinteraksi dan berkounikasi baik dalam kelompoknya maupun dengan masyarakat lain yang sama menggunakan bahasa Jawa Serang (Jaseng). Tirta FM melihat potensi keragaman budaya yang ada dalam lingkup komunitas pendengar dapat dijadikan sebagai suatu objek kajian dalam program dialog interaktif. Menangkap potensi dan peluang tersebut kemudian Tirta FM merancang dan meramu penyampaian informasi tentang bagaimana upaya pemertahanan bahasa khususnya bahasa Jawa Serang (Jaseng) dengan menjadikannya tema dan pembahasan dalam program Talk Show “Sudut Kelas”. Berikut peneliti sampaiakan bagaimana upaya pemertahanan bahasa dan eksistensi bahasa dilakukan dalam program pada radio komunitas melalui proses produksi, distribusi dan konsumsi program siaran.

- Produksi Program

Program yang disiarkan oleh radio komunitas Tirta FM ini sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 32 tahun 2002 pasal 20 ayat 2(b) yaitu program lembaga penyiaran komunitas ditujukan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas masyarakat dan bangsa, Format siaran radio Tirta FM adalah multi contemperory (pendengar dari kalangan remaja, muda dan dewasa) yang format program acaranya dibedakan dalam 4 (empat) kategori format acara diataranya:

1. Program acara yang memiliki kontribusi terhadap pemahaman, pengetahuan bersifat pendidikan, budaya dan agama.

(7)

3. Program acara entertainment (hiburan) dan kesenian 4. Program acara yang memiliki Iklan Layanan masyarakat

Tirta FM merancang program yang sesuai dengan kebutuhan informasi dan hiburan komunitasnya. Komunitas pendengar Tirta FM adalah civitas akademika Untirta (Mahasiswa, Dosen dan Karyawan) serta masyarakat yang berada diwilayah siar yakni masyarakat di wilayah Kecamatan Cipocok jaya dan sebagaian Kecamatan Walantaka sebagai komunitasnya. “Sudut Kelas” merupakan program Talk Show yang berpola dialog interaktif dengan mengundang narasumber baik dari kalangan akademisi maupun praktisi yang membahas dan pengulas beragam hal yang disesuaikan dengan kebutuhan informasi komunitas Tirta FM itu sendiri. Hasil analisis memperlihatkan bahwa terdapat upaya pemertahanan bahasa dalam produksi program “Sudut Kelas” khususnya pada edisi 19 Oktober 2016. Upaya tersebut dapat dilihat melalui tema, narasumber, Iklan layanan Masyarakat serta lagu yang diperdengarkan.

Tema yang diusung program “Sudut Kelas” edisi 19 Oktober 2016 adalah “Upaya pemertahanan bahasa daerah di Kota Serang”. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa tema ini diambil untuk dapat memberikan informasi pada masyarakat luas khususnya komunitas pendengar Tirta FM tentang keragaman budaya dan bahasa yang terdapat di Kota Serang serta bagaimana upaya pemertahanan bahasa yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga eksistensi bahasa daerah tersebut. Narasumber yang dihadirkan dalam program “Sudut Kelas” edisi 19 Oktober 2016 adalah Diana Tustiantina, S.Pd., M.Hum. Dosen FKIP Untirta yang juga peneliti perkembangan kebahasaan pada Masyarakat Propinsi Banten. Narasumber berikutnya adalah Toton Gerintul yaitu musisi lokal yang menciptakan lagu-lagu dalam bahasa Jawa Serang.

Eksistensi bahasa Jawa Serang (Jaseng) diperlihatkan dalam proses produksi siaran program yang berlangsung selama 2 jam yang terbagi menjadi 4 segmen ini. Eksistensi bahasa diperlihatkan melalui opening, jeda rehat, dan closing program. Dalam opening eksistensi bahasa Jawa Serang diperlihatkan dengan lagu yang dibawakan oleh Toton Gerintul dengan judul lagu “Kulit Gerintul Iwake Sate Bandeng” lagu ini merupakan lagu ciptaan Toton yang menggunakan bahasa Jawa Serang yang isinya menceritakan tentang proses pembuatan sate bandeng dan sayur kulit melinji (sayur kulit gerintul). Pada jeda rehat kembali eksistensi bahasa Jawa Serang diperlihatkan melalui lagu yang dibawakan Toton Gerintul secara langsung yang berjudul “Surantal Surintil” lagu berbahasa Jawa Serang ini berisi pantun lokal yang dikemas dalam lagu. Pada closing program eksistensi bahasa Jawa Serang diperlihatkan melalui lagu “Matak Edan” dari Toton Gerintul yang menceritakan tentang keadaan pergaulan anak muda jaman sekarang dengan menggunakan bahasa Jawa Serang. Selain melalui lagu dalam pembahasan disampaikan pula oleh narasumber bahwa sebagian besar masyarakat Kota Serang menggunakan Bahasa Jawa Serang dan hanya masyarakat diperbatasan dengan Kabupaten Serang saja yang menggunakan Bahasa Sunda.

- Distribusi dan Konsumsi Program

Pendengar Tirta FM tersebar baik di wilayah sekitar kampus Untirta maupun masyarakat dalam jarak siar yang ada. Perancangan Program siaran yang dilakukan oleh Tirta FM berdasarkan kebutuhan informasi dan hiburan komunitasnya yakni mahasiswa,

(8)

dosen, karyawan dan masyarakat sekitar kampus serta masyarakat yang berada di jarak siar Tirta FM itu sendiri. Pemilihan tema dan narasumber berdasarkan pada sudut pandang budaya, kebutuhan informasi pendengar serta keadaan sosial masyarakat yang berada dalam lingkungan komunitas Tirta FM. Masyarakat umum diluar civitas akademika Unirta yang mendengarkan siaran Tirta FM adalah masyarakat yang berada diwilayah Kecamatan Cipocok Jaya dan sebagian Kecamatan Walantaka yang sebagian besar didominasi oleh masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa Serang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tema dan narasumber yang dihadirkan serta musik yang diperdengarkan telah sesuai dengan karakter dan budaya pendengar dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi pendengar.

Eksistensi bahasa Jawa Serang diperlihatkan dalam proses konsumsi program “Sudut Kelas” edisi 19 Oktober 2016 melalui respon dan umpan balik dari masyarakat dan komunitas pendengar hal ini diperkuat dengan adanya pertanyaan dan pernyataan pendengar yang tertarik dalam proses pemaparan narasumber. Eksistensi Bahasa Jawa Serang diperlihatkan pula dalam proses distribusi dan konsumsi program melalui pernyataan pendengar yang menyampaikan pernyataan dalam media sosial saat program berlangsung dengan pernyataannya “hidup Jaseng”, “wuih Matak edan”.

SIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya pemertahanan bahasa melalui eksistensi bahasa yang disampaikan melalui lagu dan bahasa yang digunakan saat program siaran radio berlangsung. Radio komunitas merupakan media yang dapat dijadikan sebagai media pemertahanan bahasa. Penggunaan bahasa dalam program siaran dapat menjadi pemikat dan membangkitkan minat masyarakat sebagai komunitasnya untuk berpartisipasi ketika program siaran berlangsung. Sikap responsif pendengar pada paparan dan tema saat peroses distribusi dan konsumsi program merupakan faktor pendukung keberlangsungan radio komunitas itu sendiri. Sehingga dengan adanya daya dukung dari masyarakat terhadap program yang berlangsung tanpa disadari hal tersebut merupakan upaya untuk mempertahankan budaya dan bahasa yang didalamnya. Melalui informasi berbasis komunitas dan penggunaan bahasa daerah sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat bahasa yang menjadi komunitasnya, Radio komunitas menjadi media yang memiliki peran sebagai media pemetahanan bahasa yang efektif karena bahasa yang digunakan mendapat posisi yang paling utama dalam proses berinteraksi stasiun radio dengan pendengarnya. Sehingga bahasa digunakan oleh kelompok masyarakat tetap dapat dipertahankan sebagai identitas masyarakat pengguna bahasa itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Garvin, P.L. Mathiot M. 1986. The Urbaization of Guarani Language. Problem in Language and Culture,

dalam Fishman, J.A. (Ed) Reading in Tes Sosiology of Language, Mounton. Paris– The Hague.

(9)

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa . Ende-Flores: Nusa Indah.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah. 2009. UUD RI Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. KPID Banten : Lembaga independen.

Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Prosesional. Yogyakarta : LKIS.

Mulyana, Deddy.2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses Menjadi Penyiar, Scrip Writer dan Reporter. Jakarta : Penebar Plus.

Rachmiati, Atie. 2007. Radio Komunitas Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Samovar, Larry A. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika Triartanto, A.Lua y. 2010. Broadcasting Radio Panduan Teori dan Praktek.

Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Wahyudi, J.B. 1997. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: PT Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilihat dari standar kompetensi membaca untuk siswa SMA kelas X semester II dengan kompetensi dasar (1) mengidentifikasi

1) Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan kepada mahasiswa UNSRAT, bahwa sebagian mahasiswa.. UNSRAT belum mengenal semua lokasi di UNSRAT yaitu 79,8% dan

Jumlah informan sebanyak 15 orang.Teknik analisa data melalui data reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan verifikasi data. Berdasarkan hasil

Neural Network terdiri dari sejumlah besar elemen pemrosesan informasi (neuron) yang saling terhubung dan bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan sebuah masalah

Bertolak dari masalah ini, seharusnya warga di Kelurahan Sewu dapat belajar untuk peduli terhadap kondisi kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya, serta

Cara untuk mendapatkan informasi perekaman citra berbeda untuk setiap sensor, yang akan dicontohkan berikut hanya untuk ASTER dan Landsat ETM+.. Untuk sensor-sensor

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengimplementasian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan efek dari pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini pada

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Puskesmas Ranotana Weru maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pada ibu postpatum