• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Etika Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pt. Lafarge Cement Indonesia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Etika Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pt. Lafarge Cement Indonesia Medan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

PENGARUH ETIKA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN

KERJA KARYAWAN PT. LAFARGE CEMENT

INDONESIA MEDAN

Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Etika

Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Lafarge Cement

Indonesia. Salah satu sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Saya berharap Bapak / Ibu / Saudara meluangkan waktu untuk mengisi

kuesioner dibawah ini dengan sebenarnya. Identitas dari responden dalam

penelitian tidak akan dipublikasikan dan digunakan hanya untuk kepentingan

penelitian ini. Terima Kasih.

A. Deskriptif Responden

1. Nama : ...

2. Umur :

Pria

Wanita

3. Tingkat Pendidikan Terakhir :

SLTA

Diploma

S1

S2

4. Jabatan : ...

5. Lama Bekerja : ...

6. Pelatihan yang pernah diikut tentang etika organisasi :

No. Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

(2)

B. Etika Organisasi

No Item Pernyataan STS TS KS S SS

Dorongan manajer untuk berperilaku etis (X1) 1 Manajer telah memiliki standar etika

2 Manajer telah menunjukkan berlakunya kedisiplinan diantara mereka sendiri

3 Manajemen telah memberikan contoh perilaku etis dalam akitivitas keseharian ditempat kerja 4 Manajemen tidak mentolerir tindakan

pelanggaran etika yang dilakukan oleh karyawan

No Item Pernyataan STS TS KS S SS

Iklim etika organisasi (X2) 1 Karyawan telah mengikuti peraturan yang

dibuat oleh perusahaan secara konsisten.

2 Komunikasi tetap terjalin diantara sesama karyawan walaupun terdapat perbedaan pendapat di dalam pekerjaan

3 Perusahaan telah menetepkan peraturan sesuai dengan kode etik

4 Kode etik yang berlaku dijalankan secara konsisten

5 Prosedur pekerjaan telah dibuat secara tegas.

No Item Pernyataan STS TS KS S SS

(3)

C. Kepuasan Kerja Karyawan

No Item Pernyataan STS TS KS S SS

Kepuasan Kerja Karyawan (Y) 1 Gaji yang saya terima sesuai dengan beban

kerja saya

2 Lingkungan kerja saya sekarang sesuai dengan yang saya harapkan

3 Jabatan karir yang saya duduki sekarang sesuai dengan prestasi kerja saya

4 Dukungan dari manajer sesuai dengan harapan saya

(4)

26 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 3 27 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 4 5 4 5 5 4 28 1 1 2 3 2 3 4 2 3 4 5 3 4 3 4 3 29 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 30 2 1 2 3 3 3 4 3 4 5 4 3 4 5 4 4

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(5)

Item-Total Statistics

Lampiran 4 Data Mentah Kuesioner Penelitian

Dorongan Manajer untuk Berperilaku Etis (X1)

(6)
(7)
(8)
(9)

5 5 5 4 5 24

Hubungan Kesuksesan Karir Dengan Perilaku Etis (X3)

(10)
(11)
(12)
(13)

4 3 3 3 13

Lampiran 5 Deskriptif Responden Variabel Penelitian

Dorongan Manajer untuk Berperilaku Etis (X1)

(14)
(15)

VAR00003

Hubungan Kesuksesan Karir Dengan Perilaku Etis (X3)

(16)
(17)

Regression Standardized Residual

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(18)

b. Uji Multikolinieritas

Coeffi ci entsa

8.927 .684 13.055 .000

.028 .032 .088 .881 .381 .873 1.146

.103 .033 .356 3.175 .002 .693 1.442

.174 .059 .321 2.933 .005 .726 1.377

(Constant)

Dependent Variable: Kepuasan Kerja Kary awan a.

a Dependent Variable: Absut

Regression Standardized Predicted Value

(19)

Variabl es Entered/Removedb

Dependent Variable: Kepuasan Kerja Kary awan b.

Predictors: (Constant), Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku etis , Dorongan manajer untuk berperilaku etis , Iklim etika organisasi

a.

ANOVAb

22.612 3 7.537 14.978 .000a

35.226 70 .503

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Const ant), Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku etis , Dorongan manajer untuk berperilaku etis , Iklim etika organisasi

a.

(20)

Coeffi ci entsa

8.927 .684 13.055 .000

.028 .032 .088 .881 .381

.103 .033 .356 3.175 .002

.174 .059 .321 2.933 .005

(Constant)

Dorongan manajer untuk berperilaku etis Iklim etika organisasi Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku etis Model

1

B St d. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta St andardized Coef f icients

t Sig.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga,2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alfabeta, Jakarta.

Ernawan, R Erni, 2007. Etika Bisnis. Cetakan Pertama, Alfabeta., Bandung.

Ghozali,Imam,2006. Aplikasi Analisis Multvariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro, Semarang.

Handoko, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hyan dan Elfred, 2001. The Link Between Organizational Ethic and Job

Satisfaction. Jurnal Bisnis Hal 309-324.

Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.

Malayu,2000. Manajemen Sumber Daya Manusia., Bumi Aksara, Jakarta.

Manulang M, 2001. Manajemen Personalia, Edisi ketiga, Gajah Mada, University Press, Yogyakarta.

Martoyo, Muhammad, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga., Jakarta.

Robbins, Stephen P, 2001. Perilaku Organisasi. Edisi Kesembilan, Jilid 2, Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sukiman, 2002. Analisis pengaruh Etika Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

Pada PT. Erela, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Simorangkir O.P, 2003. Etika Bisnis, Jabatan, dan Perbankan. Cetakan Pertama, Asdi Mahastya, Jakarta

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam, .Alfabeta., Bandung

Tampubolon, Manahan P, 2004. Perilaku Keorganisasian ( Organisazation

Behavior), Cetakan perama, Ghalia Indonesia, Jakarta

Umar, Huesin, 2008. Metode Riset Perilaku Organisasi, Gramedia Pustaka

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksplanatori. Penelitian eksplanatori adalah

penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi

variabel lainnya . Dalam hal ini untuk menjelaskan pengaruh tingkat etika

organisasi terhadap kepuasaan kerja karyawan. Penelitian jenis ini biasa

dilakukan dengan menggunakan atau memanfaatkan skala yang kecil tetapi

dengan kajian yang mendalam, sehingga kajian yang sempit dan mendalam

tersebut bisa menjadi model atau percontohan yang lebih luas.

Sifat penelitian ini adalah survei. Penelitian yang diadakan untuk

memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan-ketarangan secara faktual dari suatu kelompok Dalam penelitian ini pengambilan

sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen

pengumpulan data yang pokok.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan pada PT. Lafarge Cement Indonesia

yang berlamat di JL. Imam Bonjol No. 42A Medan. Waktu penelitian akan

dilakukan dari bulan Februari 2012 - April 2012.

3.3 Batasan Operasional

(23)

a. Variabel bebas (X) adalah etika organisasi yang terdiri dari dorongan

manajer berperilaku etis (X1), iklim etika (X2), dan hubungan perilaku etis

dan kesuksesan karir (X3).

b. Variabel terikat (Y) adalah kepuasan kerja karyawan

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah :

a. Dorongan Manajer untuk Berperilaku Etis (X1)

Kemampuan manajer untuk menunjukkan perilaku etis di kantor dalam

menjalankan atifitasnya sebagai pimpinan.

b. Iklim Etika Organisasi (X2)

Iklim etika organisasi merupakan pegangan bagi karyawannya ketika

menghadapi dilema etis, dan.merupakan pedoman untuk menyelesaikan

permasalahan - permasalahan etis yang timbul.

c. Hubungan Perilaku Etis dan Kesuksesan Karir (X3)

Kode moral dalam suatu bisnis merupakan langkah pertama menuju

sukses, para manajer yakin bahwa berperilaku etis merupakan sukses

keberhasilan.

d. Kepuasan Kerja (Y)

Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan, selisih

antara banyaknya ganjaran yang diterima karyawan dan banyaknya yang

(24)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Definisi Indikator Skala

Pengukuran

(25)

Sumber : Hyan (2001), Sukiman (2001), dan Robbins (2001).

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan

skala Likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang ataupun sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,

2008:86). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian maka peneliti

memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan

skala 1 sampai 5 dilihat pada Tabel 3.2 :

(26)

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

No. Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber:Sugiyono(2008:86)

3.6 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Lafarge Cement

Indonesia yang sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 berjumlah 74

orang karyawan.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2008:73). Teknik penarikan sampel penelitian ini dengan

menggunakan sampling jenuh (sensus). Sampling jenuh (sensus) merupakan

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sampel sebagai

sampel (Sugiyono, 2008:116). Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif

sedikit dan cenderung heterogen.

3.7 Jenis Data

(27)

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dart responden

yaitu karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia dengan cara menyebarkan

kuesioner dan melakukan wawancara (interview).

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder ini diperoleh dari bagian HRD PT.Lafarge

Cement Indonesia yang meliputi data absensi karyawan, data gambaran

umum perusahaan Selain itu data sekunder juga diperoleh dari buku dan

situs internet.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data didalam penelitian ini adalah

a. Wawancara

Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data primer pendukung yaitu

data intern perusahaan yang meliputi data kepegawaian, kebijakan

perusahaan, dan gambaran umum perusahaan. Data ini diperoleh dari

bagian HRD PT.Lafarge Cement Indonesia

b. Kuesioner

Pembuatan kuesioner berdasarkan pada berbagai karakteristik yang

mempengaruhi variabel-variabel yang akan diukur. Kuesioner dapat

diserahkan secara langsung kepada responden dalam amplop dan

dikembalikan baik secara langsung kepada peneliti . Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan

(28)

c. Studi Dokumentasi

Penelaahan data dengan jalan mengumpulkan informasi-informasi melalui,

dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang berupa laporan-laporan maupun

catatan yang ada di perusahaan yang sesuai dengan permasalahan..

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang

seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur

melakukan tugasnya mencapai sasaran. Menurut Jogiyanto dalam Kuncoro

(2009:120) pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan

nyata dan benar. Bila koefisien korelasi masing-masing pertanyaan sama

dengan nilai r tabel atau lebih besar dari nilai rtabel maka butir instrumen

dinyatakan valid (nilai r tabel dengan responden 30 orang sebagai tolak ukur

dalam butir pernyataan valid dipakai cronbach’s alpha 0,8 maka dapat

dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) (Kuncoro, 2003:254).

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi

15.00, dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika r hitung positif dan rhitung≥ rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2) Jika r hitung negatif dan rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan

tidak valid.

Uji validitas penelitian ini dilakukan pada 30 orang karyawan PT. Semen

Padang, Tbk yang beralamat Jl. Iskandar Muda No.391 Medan.

(29)

Reliabilitas menujukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya.

Dikatakan konsistensi jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama

diperoleh hasil yang berbeda-beda. Menurut Kuncoro (2009:254) nilai

cronbach alpha > 0,8 dapat dikatakan reliabel. Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 15.00. Butir pertanyaan yang sudah

dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria

sebagai berikut:

1) Jika ralphapositif atau ≥ dari rtabel maka pertanyaan reliabel.

2) Jika ralpha negatif atau < dari rtabel maka pertanyaan tidak reliabel.

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini adalah:

a. Metode Analisis Deskriptif

Merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga

memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, penyusunan dan

menganalisis data sehingga dapat diketahui gambaran umum perusahaan

yang sedang diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum

data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut :

1). Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Seperti diketahui

(30)

distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

pendekatan Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dengan menggunakan

tingkat signifikansi 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2 -tailed)

di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi

normal (Ghozali,2006:110).

2). Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut.

Artinya, jika varians variabel independent adalah konstan (sama)

untuk setiap nilai tertentu variabel independen disebut

homoskedastisitas. Sedangkan, heteroskedastisitas diuji dengan

menggunakan uji glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel

independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika

probabilitas signifikan di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05) dapat

disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas

(Ghozali,2006:105).

3). Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006:91). Multikolinieritas berarti adanya

hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau

semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk

(31)

dengan melihat toleransi variabel dan Variante Inflation Factor (VIF)

dengan membandingkan sebagai berikut :

a. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

b. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikoliniearitas

c. Analisis Regresi Linier Berganda

Peneliti menggunakan analisis regresi linier besrganda untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan

bantuan program software SPSS (Statistic Product and Service Solution)

versi 15.00 agar hasil yang diperoleh lebih terarah

Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut

Dimana :

Y = Kepuasan Kerja Karyawan

a = Konstanta.

b1, b2,b3 = Koefisien Regresi Linier Berganda.

X1 = Dorongan Manajer untuk Berperilaku Etis

X2 = Iklim Etika Organisasi

X3 = Hubungan Kesuskesan Karir dan Berperilaku Etis

e = Variabel Penganggu (standard error)

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai

uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak),

sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam

daerah dimana Ho diterima.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(32)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

simultan (serempak) terhadap variabel terikat

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

a) H0 : b1=b2=b3 = 0, (Variabel bebas tidak berpengaruh secara

serempak terhadap variabel terikat).

b) Ha : b1=b2=b3≠ 0, (Variabel bebas berpengaruh secara serempak

terhadap terhadap perilaku terikat).

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. H0 tidak ditolak jika Fhitung < Ftabelpada α = 5%

2. H0 ditolak jika Fhitung≥ Ftabelpada α = 5%

2) Uji secara Parsial /Individual (Uji-t).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara parsial (individual)

menerangkan variasi variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

a) H0 : bi = 0, (Variabel bebas tidak berpengaruh secara parsial

terhadap perilaku terikat).

b) Ha : bi ≠ 0, (Variabel bebas berpengaruh secara parsial

terhadap variabel terikat)

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. H0 tidak ditolak jika – thitung < ttabelpada α = 5%

(33)

3). Pengujian Goodness of Fit (R2)

c. Koefisien Goodness of Fit atau koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel bebas yaitu

dorongan manajer berperilaku etis (X1), iklim etika (X2), dan hubungan

perilaku etis dan kesuksesan karir (X3).dalam menerangkan variasi

variabel terikat yaitu kepuasan kerja karyawan Koefisien determinasi

(R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana

semakin tinggi R2 (mendekati 1) berarti variabel-variabel bebas

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel terikat dan apabila R2=0 menunjukkan

variabel bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan

PT.. Lafarge Cement Indonesia (PT.LCI) adalah pabrik semen didirikan

pada tahun 1980 dan diresmikan pada tahun 1983, yang sahamnya dimilki oleh

LAFARGE GROUP sebuah perusahaan multinasional yang juga salah satu

produsen terbesar di dunia berpusat di Perancis.

Lafarge didirikan pada tahun 1833. saat ini telah tumbuh menjadi produsen utama

dunia untuk produk bahan – bahan bangunan yaitu : semen, batu pecah dan beton

cor, gypsum, dan produk-produk khusus lainnya. Lafarge beroperasi di 70 negara

di seluruh dunia. Dalam produksi semen, total kapasitas di seluruhh dunia

175 juta ton

Produk yang dipasarkan PT. Lafarge Cement Indonesia saat ini adalah

Ordinary Portland Cement (OPC) type 1 dan portland Composite Cement (PCC) .

Ordinary Portland Cement (OPC) Type 1 dapat digunakan untuk berbagai

pekerjaan bangunan umum, sedangkan Portland Composite Cement DENGAN

MEREK DAGANG Semen Andalas Multifungsi memiliki keunggulan tertentu

serta memberi kemudahan dalam pekerjaan.

Untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang dipasarkan,

dalam setiap proses produksi dilakukan inspeksi dan kontrolmutu yang ketat

(35)

secara berkala oleh tenaga ahli dari pusat teknis Lafarge, dan laboratoturium

semen di ndonesia yang terakreditasi.

Saat ini produk PT. LCI didukung oleh5 unit pengantongan semen yang

berlokasi di Lhoknga, Belawan, Dumai, Lhokseumawe dan Batam. PT. Lafarge

Cwement Indonesia memiliki 1 pabrik dan 5 terminal pengantongan semen yang

terletak dibeberapa daerah :

A. Pabrik Lhoknga

Lokasi pabrik dan kantor pusat PT. Semen Andalas Indonesia terletak di

Lhoknga, 17 km, Jalan Banda Aceh – Meulaboh, Kabupaten Aceh Bear.

1. Lokasi penambangan bahan baku yang terletak do sekitar pabrik

2. Unit pabrk semen terdiri dari :

- Stone crusher untuk silstone atau shale dan limestone

- Satu unit tanur putar (kiln) dan Cooler

- Dua unit mesin penggiling semen

3. pelabuhan khusus dengan panjang dermaga 200 meter dan dapat

disanadarioleh kapal sampai yang berukuran 10.0000 ton terletak ±

300 meterdari pabrik serta mempunyai fasilitas muat semen curah

600 ton per jam. Pelabuhan ini juga untuk membongkar bahan

seperti gypsum dan batubara.

B. Unit Pengantongan Semen Lhok Nga

Beroperasi sejak Agustus 1983, dilengkapi dengan sarana dan fasilitas :

4. Lima buahsilo dengan kapasitas 25.000 ton

(36)

C. Unit Pengantongan Semen Belawan

Beroperasi sejak agustus 1983, dilengkapi dengan sarana dan fasilitas :

1.Delapan buah silo dengan kapasitas 20.000 ton

2. Mesin packer dengan kapasitas maksimum 2,1 juta ton per tahun

3. Sarana bongkar semen curah dari kapal dengan kapasitas 600 ton per jam.

4. Dermaga khusus semen yang dapat disandari kapal berukuran sampai

dengan 9.000 ton

D. Unit Pengantongan Semen Batam

Beroperasi sejak Maret 1990, dilengkapi dengan sarana dan fasilitas :

6. dua buah silo dengan kapasistas 10.000 ton

7. mesin packer dengan kapasitas maksimum 580 ribu ton per tahun

8. sarana bongkar semen curah dari kapal dengan kapasitas 300 ton

per jam

9. Demaga khusus semen yang dapat disandari kapal maksimum

berukuran 5.000 ton

E. Unit Pengantongan Semen Lhokseumawe

Berperasi sejak Desember 1993, dlengkapi dengan saranadan fasilitas :

10. lima buah silo dengan kapasitas 3.500 ton

11. mesin packer dengan kapasitas maksimum 450 ribu ton per tahun

12. sarana bongkar semen curah dari kapal dengan kapasitas 150 ton

per jam

F. Unit Pengantongan Semen Dumai

(37)

13. dua buah silo dengan kapasitas 6.000 ton

14. mesin packer dengan kapasitas maksimum 700 ribu ton per tahun

15. sarana bongkar semen curah dari kapal dengan kapasitas 150 ton

per jam

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

Tekad kuat seluruh karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia untuk

mewujudkan visi perusahaan : LCI is world classs company and our cement

brands including Semen Andalas area the preferred brand of our customers by

2015”, Sedangkan misi perusahaan : “ Make the best out of Lafarge’s good

practices worldwide, Semen Andalas brand and our collective cement experience

to build a strong business a strong business in Indonesia with sustainable

diffrention, performance culture and innovation spirit”.

4.1.2 Jenis Produk dan Mutu

Jenis produk yang ditawarkan kepada konsumen terdiri dari

1. Semen Portland (OPC) Type I

Semen portland Tipe I adalah semen dengan kekuatan tekan tinggi yang

digunakan dalam berbagai pekerjaan bangunan yang tidak memerlukan

persyaratan khusu, seperti struktur bangunan bertingkat dan perkantoran,

strktur jalan dan jembatan beton, landasan pacu lapangan terbang, serta

beton pratekan.

2. Semen Portland Komposit (PCC)

Semen Portland Komposit adalah semen yang dimiliki keunggulan

(38)

kemudahan dalam pengerjaan, panas hidrasi yang dihasilkan lebih rendah

sehingga permukaan beton terhindar dari retak – retak , plesteran dan acian

lebih halus dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi. Semen ini dapat

digunakan untuk pekerjaan seperti pada semen OPC type I yaitu pembangunan

perumahan dan perkantoran bertingkat, jalan dan jembatan beton, drainasi,

pembuatan genteng, batako, paving blok serta sangat sesuai untuk pekerjaan

pasang bata, plesteran, dan acian.

Mutu adalah komitmen yang kami jaga untuk meningkatkan kepercayaan

konsumen terhadap produk kami. Dalam upaya menjaga serta selalu

meningkatkan kulaitas produk yan kami pasarkan, selain telah melalui

serangkaian proses kontrol mutu yang ketat di pabrik, produk Semen Andalas

juga telah memenui Standar Internasional EN 197- 1 : 2000 dan standar

Nasional Indonesia (SNI 2049-2004 untuk semen Portland dan SNI

15-7064-2004 untuik Semen Portland Komposit) sesuai dengan persyaratan yang

berlaku di Indonesia.

4.1.3 Keselamatan kerja dan Tanggung Jawab Sosial

Sebagai bagian dari Group Lafarge, PT.Semen Andalas Indonesia

memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja (safety & health), yang bertujuan agar setiap orang pulang ke rumah

dengan kondisi selamat dan sehatt dalam setiap aspek kegiatan danpekerjaan.

Motto ” Saya perduli terhadap keselamatan kami” menjadi budaya kerja yang

diterapkan diseluruh fasilitas produksi dan kegiatan usaha dengan tujuan

(39)

tamu yang berkunjung. Menjadi yan terdepan dalam keamanan dan

kselamatan maerupakan salah satu perwijudan tujuan perusahaan kami.

Lafarge memilki komitmen yang sangatkuat untuk mengambil peran

penting dalam membangun masyarakat di sekelilingnya . bukan hanya untuk

mengatasi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang muncul saat ini, tapi

melakukan progam-program pengembangan masyarakat dengan tujuan jangka

panjang dan berkesinambungan. KEGIATAN Community Development bagi

masayarakat di sekitar perusahaan bersandar pada empat pilar :

- Pengembangan Pendidikan menuju masyarakat yang

berpengetahuan dan berpendidikan tinggi

- Pengembangan Kseshatan Masayarakat menuju masyarakat

berbudaya sehat

- Pengembangan Ekonomi Masyarakat yang berkesiambungan

melalui pemberdayaan dan pengembangan untuk menjadikan

masyarakat mandiri.

- Menajalin da membina hubungan yang baik dengan komunitas

lingkungan

4.1.4 Struktur Organisai dan Uraian Kerja

Struktur organisai adalah suatu susunan dan hubungan anatar tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan

dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.

Strktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan

(40)

hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang

baik harus menjelaskan hubungan wewewnang siapa melapor

kepada siapa.

Bentuk struktur organisasi PT. Lafarge Cement Indonesia adalah

organisasi garis seperti terlihat pada Gambar 5.1 Struktur Organisasi

Garis adalah suatu bentukorganisasi yang didalamnya merupakan garis

wewenang yang saling berhubungan langsung secara vertikal anatara

atasan dan bawahan, sehingga tiap-tiap pekerjaan bwahan dalam

organisasi hanya mengenal sat atasan saja,. Dengan demikian

ketegasan dalam pemerintah dan disiplin lebih terjamin

Direktur uatama adalah jabatan yang ditunjuk dan memberi laporan

kepada Dean Direksi / Board of Director (BOD). Deskripsi tugas dan

tanggung jawab yang diemban seorang direktur utama terdiri dari :

a. Memimpinseluruh dewan atau komite eksekutif

b. menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi (biasanya bekerjasama

dengan MD atau CEO)

c. Memimpin rapat umum, dalam hal : untuk memastikan pelaksanaan tata

tertib ; keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara

tepat ; menyesuaikan alokasi waktu per item masalah ; menenetukan

urutan agenda ; mengarahkan diskusi ke arah konsumen ; menjelaskan dan

menyimpulkan tindakan dan kebijakan

d. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan

(41)

e. Memainkan bagian teremuka dalam menentukan komposisis dari board

dan sub-komite, sehingga tercapainya keselarasan dan efektifitas.

f. Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan oleh BOD atau pada

situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan dalam meeting –

meeting BOD

g. Menjalanakan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai dengan

(42)
(43)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur data yang didapat setelah

penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan

(kuesioner).

a. Jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

b. Jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

Tabel 4.1

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan valid,

karena nilai corrected item total correlaction seluruh pernyataan bernilai

lebih besar atau sama dengan nilai rtabel 0,361 dan dapat dipergunakan

(44)

Pengujian penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.00

dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r alpha positif atau lebih besar dari rtabel maka dinyatakan reliabel.

b. Jika r alpha positif atau lebih kecil dari rtabel maka dinyatkaan tidak

reliabel.

Tabel 4.2

Reliabi lity Statisti cs

.902 16

Cronbach's

Alpha N of Items

Sumber : Data Primer (2011)

Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai cronbach

alpha bernilai diatas 0,902 hal ini menunjukkan bahwa kuesioner

penelitian ini reliabel sehingga dapat diteruskan untuk melakukan

penelitian.

4.2.2 Analisis Deskriptif Responden

Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3

Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden %

Laki-Laki 48 65

Perempuan 26 35

Jumlah 74 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa yang berjenis kelamin

laki-laki sebesar 48 orang responden atau 65%, dan yang berjenis

(45)

Karakteristik Berdasarkan Umur

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat karakterisitik responden berdasarkan umur

sebagian besar berusia 21-29 tahun. Ini berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan,

baik kedewasaan teknis, dalam arti keterampilan melaksanakan tugas, maupun

kedewasaan psokologis, dalam arti mampu menunjukkan sifat-sifat kematangan

intelektual dan psikologis. Faktor usia yang menunjukkan tingkat produktivitas

karyawan tersebut, dimana semakin tinggi usia seseorang, maka kinerjanya

semakin berkurang sehingga tingkat usia dipandang perlu sebagai parameter

(46)

Tingkat pendidikan menunjukkan kemampuan masing – masing individu karyawan dalam

menjalankan tugas dalam suatu pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan

semakin mudah menerima instruksi kerja yang diberikan, sehingga tingkat pendidikan

dipandang perlu untuk diamati dalam penelitian ini. Dari Tabel terlihat bahwa sebagian

besar responden memiliki pendidikan maksimum SI , yaitu sebesar 58%

Karakteristik Berdasarkan Lama Bekerja Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja (Tahun)

Jumlah Responden %

1 Tahun - 5 Tahun 25 33

5 Tahun – 10 tahun 39 53

> 10 tahun 10 14

Jumlah 74 100

Sumber : Data Primer

Setiap perusahaan menginginkan karyawannya untuk terus bekerja pada

perusahaan tersebut selama masa produktifnya, karena semakin lama masa kerja

karyawan tersebut, maka akan dipandang semakin loyal pada perusahaan dan

berpengalaman serta mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaaan. Oleh

karena itu, perlu diketahui masa kerja responden sehubungan dengan penelitian

ini. Dari Tabel dapat diketahui bahwa secara umum responden memilki masa

kerja yang panjang terlihat dari banyaknya karyawan yang memiliki masa kerja 5

(47)

4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Tabel 4.7

Distribusi Pendapat Dorongan Manajer Untuk Berperilaku Etis (X1)

Item

a. Pertanyaan pertama, yaitu manajer telah memiliki standar etika, sangat

tidak setuju sebesar 4 orang responden, tidak setuju tidak ada, kurang

setuju sebesar 20 orang responden, setuju sebesar 42 orang responden,

sangat setuju sebesar 8 orang responden.

b. Pertanyaan kedua, yaitu manajer telah menunjukkan berlakunya kedisiplinan

diantara mereka sendiri, sangat tidak setuju sebesar 4 orang responden, tidak

setuju tidak ada, kurang setuju sebesar 25 orang responden, setuju sebesar

45 orang responden, sangat setuju tidak ada responden.

c. Pertanyaan ketiga, yaitu manajemen telah memberikan contoh perilaku

etis dalam akitivitas keseharian ditempat kerja, sangat tidak setuju sebesar

4 orang responden, tidak setuju tidak ada, kurang setuju sebesar 35 orang

responden, setuju sebesar 35 orang responden, sangat setuju tidak ada

responden.

d. Pertanyaa keempat, yaitu manajemen tidak mentolerir tindakan

pelanggaran etika yang dilakukan oleh karyawan, sangat tidak setuju

(48)

42orang responden, setuju sebesar 28 orang responden, sangat setuju tidak

ada responden.

Tabel 4.8

Distribusi Pendapat Iklim Etika Organisasi (X2)

Item

a. Pertanyaan pertama, yaitu karyawan telah mengikuti peraturan yang dibuat

oleh perusahaan secara konsisten, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak

ada, kurang setuju sebesar 15 orang responden, setuju sebesar 23 orang

responden, sangat setuju 36 orang responden.

b. Pertanyaan kedua, yaitu komunikasi tetap terjalin diantara sesama

karyawan walaupun terdapat perbedaan pendapat di dalam pekerjaan,

sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, kurang setuju sebesar 15

orang responden, setuju sebesar 23 orang responden, sangat setuju 36

orang responden.

c. Pertanyaan ketiga, yaitu perusahaan telah menetepkan peraturan sesuai

dengan kode etik, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, kurang

setuju sebesar 21 orang responden, setuju sebesar 17 orang responden,

sangat setuju 36 orang responden.

d. Pertanyaan keempat, yaitu kode etik yang berlaku dijalankan secara

(49)

sebesar 15 orang responden, setuju sebesar 58 orang responden, sangat

setuju 1 orang responden.

e. Pertanyaan kelima, yaitu prosedur pekerjaan telah dibuat secara tegas,

sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, kurang setuju sebesar 12

orang responden, setuju sebesar 54 orang responden, sangat setuju 8 orang

responden.

Tabel 4.9

Distribusi Pendapat Hubungan Kesuksesan Karir Dengan Perilaku Etis (X3)

Item

a. Pertanyaan pertama, yaitu saya yakin etika dalam berperilaku akan

menunjang kinerja saya, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada,

kurang setuju sebesar 21 orang responden, setuju sebesar 45 orang

responden, sangat setuju 8 orang responden.

b. Pertanyaan kedua, yaitu saya yakin akan adanya hubungan antara perilaku etis

dan kesuksesan karir yang akan saya dapatkan, sangat tidak setuju dan tidak

setuju tidak ada, kurang setuju sebesar 21 orang responden, setuju sebesar

37 orang responden, sangat setuju 16 orang responden.

c. Pertanyaan ketiga, yaitu saya yakin bahwa karyawan yang sukses adalah

karyawan yang berperilaku etis, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak

ada, kurang setuju sebesar 21 orang responden, setuju sebesar 52 orang

(50)

Tabel 4.10

Distribusi Pendapat Kepuasan Kerja Karyawan (Y) Item

a. Pertanyaan pertama, yaitu gaji yang saya terima sesuai dengan beban kerja

saya, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, kurang setuju sebesar

14 orang responden, setuju sebesar 60 orang responden, sangat setuju tidak

ada responden.

b. Pertanyaan kedua, yaitu lingkungan kerja saya sekarang sesuai dengan

yang saya harapkan, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, kurang

setuju sebesar 42 orang responden, setuju sebesar 32 orang responden,

sangat setuju tidak ada responden.

c. Pertanyaan ketiga, yaitu jabatan karir yang saya duduki sekarang sesuai

dengan prestasi kerja saya, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada,

kurang setuju sebesar 68 orang responden, setuju sebesar 6 orang

responden, sangat setuju tidak ada responden.

d. Pertanyaan keempat, yaitu dukungan dari manajer sesuai dengan harapan

saya, saya, sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada, kurang setuju

sebesar 68 orang responden, setuju sebesar 6 orang responden, sangat

(51)

4.2.4 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan regresi linier berganda, ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi yakni (1) Uji Normalitas, (2) Uji Heteroskedastisitas,

dan (3) Uji Multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis

grafik yaitu pada Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.

Apakah titik menyebar di sekitra garis diagonal maka data telah

berdistribusi normal. Normal P-P Plot of Regression Standarizied

Residual

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kepuasan Kerja Karyawan

Gambar 4.1 :Pegujian Normalitas. Sumber : Data Primer (2011).

Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar mengikuti data di

sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. Selain

(52)

kolmogorov-sumirnov pada tingkat signifikan 5% (0,05). Hasil uji

kolmogrov-Sumirnov dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.11

signifikansi 0,05 atau 5 %. Atau Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan grafik dan analisis

statistik berupa Uji Glejser. Melalui analisis grafik, suatu model regresi

dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar secara

acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar di

(53)

Tabel 4.12

a Dependent Variable: Absut

Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa tidak terdapat satupun variabel

indenpenden yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas variabel bebas di atas

signifikansi 5%. Jadi dapat di nyatakan bahwa model regresi tidak

mengarah adanya heteroskedastisitas. Berikut ini scater plot adalah

(54)

c. Uji Multikolinieritas

Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan

VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel indenpenden manakah yang dijelaskna oleh variabel dependen

lainnya. Tolerance adalah mengukur variabalitas variabel independent

yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independent lainnya. Nilai

yang dipakai untuk Tolerance > 0,1 dan VIF < 5, maka tidak terjadi

.028 .032 .088 .881 .381 .873 1.146

.103 .033 .356 3.175 .002 .693 1.442

.174 .059 .321 2.933 .005 .726 1.377

(Constant)

Dependent Variable: Kepuasan Kerja Kary awan a.

Sumber : Data Primer (2011).

Pada Tabel 4.13 memperlihatkan semua nilai variabel independent

memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 5. Hal ini berarti tidak terjadi

multikolinieritas.

4.2.5 Analisis Regresi Linier Berganda a).Uji Serempak/Uji- F

Uji-F (uji serempak) dilakukan untuk melihat secara bersama-sama

(serempak) pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas

yaitu X1, X2, X3, berupa dorongan manajer untuk berperilaku etis, iklim

etika organisasi, hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan karir

(55)

Indonesia Medan. Berikut ini hasil uji secara serempak (Uji-F)

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14 Uji Serempak (Uji-F)

ANOVAb

22.612 3 7.537 14.978 .000a

35.226 70 .503

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Const ant), Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku etis , Dorongan manajer untuk berperilaku etis , Iklim etika organisasi

a.

Dependent Variable: Kepuasan Kerja Kary awan b.

Pada Tabel 4.13, memperlihatkan bahwa nilai Fhitung adalah 14,978

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada tingkat

signifikan 95% (α = 0,05) sebesar 1,591. Menunjukkan bahwa etika

organisasi yang terdiri dari dorongan manajer untuk berperilaku etis,

iklim etika organisasi, hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan

karir berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia Medan.

b). Uji Parsial /Uji- t

Uji-t (uji parsial) dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh

secara positif dan signifikan dari variabel bebas (independent) yaitu X1,

X2, X3 berupa dorongan manajer untuk berperilaku etis, iklim etika

organisasi, hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan karir terhadap

terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia

(56)

Tabel 4.15

Dependent Variable: Kepuasan Kerja Kary awan a.

a. Hasil uji t menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 8,927 + 0,028 X1 + 0,103 X2 + 0,174 X3 + e

b. Dorongan Manajer Untuk Berperilaku Etis (X1)

Dorongan manajer untuk berperilaku etis pada hasil thitung sebesar

0,881 dengan nilai ttabel sebesar 2,007, yakni thitung < ttabel (0,881 <

2,007) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dorongan manajer

untuk berperilaku etis tidak berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge Cement

Indonesia Medan.

c. Iklim Etika Organisasi (X2)

Iklim etika organisasi dengan nilai thitung sebesar 3,175 dengan nilai

ttabel sebesar 2,007 maka nilai thitung > ttabel (3,1759 > 2,007) sehingga

dapat disimpulkan bahwa iklim etika organisasi berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge

Cement Indonesia Medan.

(57)

Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku etis dengan nilai thitung

sebesar 2,933 dan nilai ttabel sebesar 2,007 maka nilai thitung > ttabel

(2,933 > 2,007) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan

kesuksesan karir dengan perilaku etis berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge Cement

Indonesia Medan.

4.3 Pembahasan

a. Dorongan Manajer Untuk Berperilaku Etis Terhadap Kepuasan Kerja

karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia Medan.

Dorongan manajer untuk berperilaku etis pada hasil thitung sebesar 0,881

dengan nilai ttabel sebesar 2,007, yakni thitung < ttabel (0,881 < 2,007)

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dorongan manajer untuk

berperilaku etis tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia Medan.

Walaupun variabel ini mempunyai nilai yang kecil namumn tetap

memberikan pengaruh terhadap kepuasaan kerja. Hal ini dapat

disebabakan karena variabel yang lainnya yaitu iklim etika dan hubungan

perilaku etis dan kesuksesan karir memberikan pengaruh yang benar-benar

nyata sehingga menutupi kelemahan daripada variabel dorongan manajer

untuk berperilaku etis.

b. Iklim Etika Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja karyawan PT. Lafarge

(58)

Iklim etika organisasi dengan nilai thitung sebesar 3,175 dengan nilai ttabel

sebesar 2,007 maka nilai thitung > ttabel (3,1759 > 2,007) sehingga dapat

disimpulkan bahwa iklim etika organisasi berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge Cement

Indonesia Medan.

Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dalam bekerja, mengingingkan

agar perusahaan memperhatikan kebutuhan mereka dan menjalankan

peraturan yang telah berlaku diperusahaan dengan baik.

c. Hubungan Kesuksesan Karir Dengan Perilaku Etis Kepuasan Kerja

karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia Medan.

Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku etis dengan nilai thitung sebesar

2,933 dan nilai ttabel sebesar 2,007 maka nilai thitung > ttabel (2,933 > 2,007)

sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan kesuksesan karir dengan

perilaku etis berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia Medan.

Hal ini menunjukkan bahwa karyawan memiliki pandangan bahwa untuk

mencapai sukses dalam karir, maka para manajer maupun karyawannya

sendiri harus terlebih dahulu memiliki perilaku yang etis dan menjalankan

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah:

1. Dorongan manajer untuk berperilaku etis tidak berpengaruh secara positif

dan tidak signifikan terhadap terhadap kepuasan kerja karyawan Iklim

etika organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja karyawan. Hubungan kesuksesan karir dengan perilaku

etis berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

karyawan PT. Lafarge Cemen Indonesia Medan.

2. Secara serempak etika organisasi yang terdiri dari dorongan manajer untuk

berperilaku etis, iklim etika organisasi, hubungan antara perilaku etis dan

kesuksesan karir berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja karyawan PT. Lafarge Cement Indonesia Medan.

3. Secara parsial bahwa iklim etika organisasi, dan hubungan antara perilaku

etis dan kesuksesan karir merupakan yang dominan pada PT. Lafarge

Cement Indonesia Medan.

5.2 Saran

Saran penelitian ini adalah:

1. Iklim etika organisasi, dan hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan

karir perusahaan hendaknya lebih memperhatikan keinginan dan

kebutuhan karyawan agar kepuasan kerja dapat tercapai secara maksimal.

Etika juga mempunyai mempunyai konsekwensi terhadap konsumen,

(60)

menghadapi dilemma etis (ethical dilemmas) yaitu suatu situasi dimana

karyawan dituntut untuk mendefinisikan tingkah laku yang benar atau

salah, seharusnya ini menjadi perhatian khusus bagi perusahaan.

2. Hendaknya lebih mempedalam variabel penelitiannya, seperti dengan

menambah variabel intervening didalam penelitian selanjutnya, yakni

motivasi kerja.

(61)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Etika Organisasi 2.1.1 Pengertian Etika

Etika adalah ilmu tertentu dimana obyeknya yaitu

kesusilaan atau etos. Etos ialah sifat dasar atau karakter yang merupakan

kebiasaaan dan watak bangsa atau ras. Koentjoroningrat mengemukakan

pandangannya bahwa etos merupakan watak khas yang tampak dari luar

dan terlihat oleh orang lain. Etos berasal dari kata Yunani, ethos, artinya

ciri, sifat, atau kebiasaan, adat istiadat atau juga kecenderungan moral,

pandangan hidup yang dimiliki seseorang, suatu kelompok orang atau

bangsa.

Menurut Ernawan (2007:2) etika merupakan cabang dari filsafat

mencari buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan

manusia yang manakah yang baik. Etika berhubungan dengan seluruh ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan masyarakat seperti,

antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan ilmu hukum.

Menurut Simorangkir (2003:3) etika merupakan suatu usaha yang

sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral

individu dan sosial sehingga dapat menetapkan antara untuk mengendalikan

perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dijadikan sasaran

(62)

2.1.2 Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket 2.1.2.1 Persamaan Etika dan Etiket

Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa

Perancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama

manusia. Sementara itu etika berasal dari bahasa latin berarti falsafah moral dan

merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut pandang budaya, susila, dan

agama. Namun berbeda ada persamaan antara keduanya (Ernawan, 2007:6) yakni:

a) Keduanya, menyangkut objek yang sama yaitu perilaku manusia.

b) Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, artinya

member norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan

apa yang harus menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak

boleh dilakukan.

2.1.2.2 Perbedaan Etika dan Etiket

Menurut Ernawan (2007:7) perbedaan etika dan etiket adalah:

a) Etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan harus dilakukan

manusia. Diantaranya beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan

cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu

kalangan tertentu.

b) Etiket tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika

(63)

c) Etiket hanya berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu. Bila

tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.

2.1.3 Pengertian Etika Organisasi

Menurut Dalimunthe (2005:305) Etika organisasi adalah suatu perilaku

manusia dalam suatu organisasi yang lebih kepada penentuan mengenai benar

dan salah.

Masalah etika dihadapi pertanyaan yang fundamental seperti keadilan,

kebenaran, dan tanggung jawab sosial. Perhatian terhadap standar etika yang

digunakan para manajer dan tenaga kerja telah meningkat, khususnya pada

organisasi bisnis. Kode etik untuk para manajer diantaranya adalah :

a) Selalu menjaga profesionalisme dan perilaku pribadi dengan standar

yang tinggi.

b) Selalu mencoba untuk mengembangkan di dalam bidang manajemen

c) Meyakinkan perusahaan bahwa untuk memperlakukan semua tenaga kerja

dengan adil adalah hal yang penting.

d) Selalu berusaha untuk membuat perusahaan mendapatkan keuntungan secara

moneter dan dukungan dari sumber daya manusia.

2.1.4 Hubungan Etika Organisasi Dengan Kepuasan Kerja

Menurut Hyan dan Elfred (2001:317) “etika organisasi memiliki tiga tolok

(64)

hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan karir yang memiliki pengaruh

dengan kepuasan kerja”

2.1.4.1 Dorongan Manajer Untuk Berperilaku Etis

Dalam organisasi dimana kewenangan sah merupakan prinsip lingkungan

kerja yang diakui, pegawai diharapkan mau melaksanakan perintah manajemen

puncak, meskipun perintah tersebut berlawanan dengan kebenaran pendirian

mereka. Konsisten dengan teori disonansi kognitif, konflik atau disonansi seperti

ini dapat menjadi sumber stress yang akan mengurangi kepuasan kerja. Dari

sudut pandang teori keadilan, manajemen yang mendukung perilaku etis

dipandang sebagai manajemen yang adil terhadap pegawai.Ceteris paribus, hal

ini Akan menghasilkan tingkat kepuasan kerja pegawai yang iebih tinggi

(Hyan,2001:47) .

Karyawan akan dapat dipengaruhi oleh kekuatan yang ada disekeliling

mereka, seperti teman sekerja, sistem gaji, pengawasan yang dilakukan, norma

kelompok, dan kebijakan perusahaan. Konsekuensinya adalah manajer yang

dalam hal ini adalah pihak manajemen, dapat mempengaruhi perilaku

karyawannya melalui orientasi program-program yang diadakan untuk karyawan

seperti pelatihan, kode etik karyawan, dan sistem disiplin diantara mereka

sendiri.Tujuannya adalah untuk meyakinkan karyawan, bahwa mereka bukan

sekedar pajangan, melainkan sangat bernilai bagi perusahaan. Selain itu juga

penting bagi manajemen puncak untuk memberikan contoh dalam berperilaku

etis serta menyampaikan dengan jelas dalam kebijakan yang dibuat perusahaan

(65)

kode etik yang berlaku sesuai dengan norma organisasi dan dilakukan oleh setiap

karyawan, maka akan sangat efektif. Kegagalan dalam merespon terhadap

perilaku tidak etis akan menyebabkan sebagian karyawan kehilangan

keyakinannya terhadap etika yang berlaku di perusahaan, yang akibatnya akan

mengancam seluruh sistem sosial yang ada yang sebelumnya mendukung

perilaku etis di perusahaan. Untuk itu manajemen harus dapat mempertahankan

dan mendukung perilaku etis yang telah ada di antara karyawannya. lndikator yang

dapat menunjukkan dorongan manajer untuk berperilaku etis adalah seperti yang

telah disebutkan diatas yaitu manajemen harus menjadi contoh dalam berperilaku

etis, manajemen tidak diberi toleransi sedikitpun bila berperilaku yang tidak

sesuai dengan kode etik mereka, dan manajemen harus menunjukkan berlakunya

kedisiplinan diantara mereka sendiri.

Kode etis yang tertulis, dapat berupa perilaku moral yang tinggi dari

manajemen senior, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja

yang mengevaluasi cara maupun basil, pengakuan yang tampak dan promosi

untuk individu memperlihatkan perilaku moral yang tinggi, dan hukuman yang

tampak untuk mereka yang bertindak tak etis merupakan contoh dari lingkungan

organisasional yang kemungkinan besar memupuk pengambilan keputusan yang

sangat etis.

Dengan demikian jelaslah hubungan dorongan manajer untuk berperilaku

etis dengan kepuasan kerja yaitu bahwa manajemen yang dapat mendukung

perilaku etis akan dipandang sebagai manajemen yang bersikap adil terhadap

(66)

2.1.4.2 Iklim Etika Organisasi

Usaha perusahaan dalam menjaga karyawannya agar betah bekerja pada

perusahaan mereka adalah dengan memberikan gaji yang baik, penghargaan yang

baik,sikap yang baik, suasana kerja yang baik, perlakuan yang adil dan fair

kepada semua karyawan atas dasar-dasar yang rasional dan objektif, perlakuan

yang manusiawi, jaminan terhadap hak-hak karyawan. dan sebagainya

Menurut Robbins (2001:144), “para manajer secara konsisten melaporkan

bahwa tindakan atasan mereka merupakan faktor paling panting yang

mempengaruhi perilaku etis dan tak etis dalam organisasi. Dengan diketahuinya

fakta ini, nilai-nilai dari mereka yang berada dalam manajemen menengah dan

atas hendaknya mempunyai kaitan yang berarti pada seluruh iklim etika di dalam

suatu organisasi”

Menurut Victor dan Cullen dalam Sukiman (2002:89) Iklim etika

organisasi merupakan pegangan bagi karyawannya ketika mereka

menghadapi dilema etis, dan.merupakan pedoman untuk menyelesaikan

permasalahan - permasalahan etis yang timbul.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur iklim etika dalam

organisasi menurut Hyan (2001:318) ”ada tiga yaitu egoisme, artinya perusahaan

hanya mementingkan kepentingan perusahaan itu sendiri, benevolent artinya

(67)

yang menyangkut kepatuhan manajemen dan karyawan terhadap peraturan

peraturan yang berlaku ”

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa iklim-etika organisasi

berhubungan erat dengan nilai etika pegawai itu sendiri. Bila tidak ada konflik

antara nilai etika pegawai dengan iklim etika organisasi yang ada, maka tingkat

kepuasan kerja juga akan meningkat, demikian pula sebaliknya.

2.1.1.3 Hubungan Antara Perilaku Etis Dan Kesuksesan Karir

Perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang

terkait dengan bisnisnya terutama karyawannya, akan berhasil dan bertahan dalam

kegiatan bisnisnya. sebuah kode moral yang dalam suatu bisnis merupakan

langkah pertama menuju sukses. Mereka yakin bahwa manajer yang berperilaku

etis adalah manajer yang akan berhasil dalam karirnya”.

Menurut Blanchard dan Norman dalam Sukiman (2002:92) bahwa

sebuah kode moral dalam suatu bisnis merupakan langkah pertama menuju

sukses, para manajer yakin bahwa berperilaku etis merupakan sukses

keberhasilan.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh hubungan antara

perilaku etis dan kesuksesan karir terhadap kepuasan kerja adalah dari keyakinan

karyawan bahwa manajer yang sukses adalah manajer yang berperilaku etis dan

keyakinan mereka akan adanya hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan

karir yang akan mereka dapatkan. Kesimpulannya adalah bahwa etika berperilaku

(68)

menunjang kesuksesan karirnya sehingga pegawai akan mengalami kepuasan

kerja yang tinggi.

2.2Kepuasan Kerja

2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Davis menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan

menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan

pekerjaannya maupun kondisi dirinya (Mangkunegara, 2001:34).

Sementara Handoko (2005:75) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah

keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana

para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut Robbins (2001:17),

“kepuasan kerja adalah suatu variabel bergantung yang didelinisikan sebagai suatu

sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran

yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya

mereka terima “.

Tiffin dalam As’ad (2001:104) mengemukakan bahwa kepuasaan kerja

berhubungan erat dengan sikap karyawan terhadap pekerjaanya sendiri, situasi

kerja, kerjasama pimpinan dengan sesama karyawan. Martoyo (2004:35)

menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana

terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari

(69)

diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa karyawan ini, baik

berupa “finansial” maupun yang “non finansial”.

Anoraga (2001:49) menegaskan bahwa kepuasan kerja adalah kepuasan

yang berhubungan dengan sikap karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi

kerja, hubungan antara atasan dengan bawahan dan hubungan sesama karyawan

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2001:17), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja adalah :

a. Kerja yang secara mental menantang.

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi

mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan

mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik

mengenai betapa baik mereka bekerja.

b. Ganjaran yang pantas.

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan

pengharapan mereka, Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada

tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan

komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan.

c. Kondisi kerja yang mendukung.

Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan

pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang balk.

(70)

sekitar yang tidak berbahaya atau merepotkan: Temperatur, cahaya,

keributan, dan faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrim.

d. Rekan sekerja yang mendukung.

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang

berwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung

menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat.Perilaku atasan juga

merupakan determinan utama dari kepuasan

2.3Penelitian Terdahulu

Sukiman (2002) melakukan penelitian dengan judul: ”Analisis pengaruh

Etika Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pada PT. Erela, Semarang”. Metode

analisis yang dipergunakan dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa etika organisasi berpengarh positif dan signifikan terhadap

kepuasaan kerja karyawan. Hal ini diperoleh dari nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,620 atau 62,0%. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh variabel

independen secara simultan (bersama-sama.) terhadap variabel dependen

kepuasaan kerja adalah sebesar 62,0%, sedangkan sisanya sebesar 38,0%

dijelaskan oleh pengaruh variabel iainnya

Ratna Wardaningsih (2006) melakukan penelitian tentang ” Pengaruh

persepsi pada etika organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan (studi pada

karyawan perusahaan tekstil kusumatex Yogyakarta. Variabel dalam penelitian ini

(71)

perilaku etika (X1), iklim etika (X2) assosiasi perilaku etika dengan kesuksesan

karir (X3) serta variabel terikat (Y) yaitu kepuasan kerja karyawan.. Pengumpulan

data dilakukan dengan kuesioner dengan menggunakan metode proportional

random sampling. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan kuantitatif.

Analisis kuantitatif yang digunakan yaitu analisis regresi berganda menggunakan

variabel dummy, uji F, uji t dan uji R2. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi

berganda dengan koefisien detereminasi (R2) sebesar 54,4% yang berarti bahwa

persepsi tentang dukungan manajemen puncak pada perilaku etika, iklim etika,

dan assosiasi perilaku etika dengan kesuksesan karir berpengaruh terhadap

kepuasan kerja karyawan sedangkan 45,6% dipengaruhi variabel lain di luar

penelitian ini.

2.4Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar

variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsika (sugiyono,

2008:89).

Kepuasan kerja adalah suatu variabel bergantung yang didelinisikan

sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya

ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini

seharusnya mereka terima.

Etika organisasi adalah suatu perilaku manusia dalam suatu organisasi

yang lebih kepada penentuan mengenai benar dan salah ( Dalimunthe 2005 :305)

Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli , menunjukkan bahwa etika

(72)

ukuran untuk etika di dalam organisasi, Menurut Hyan dan Elfred (2001:317)

“etika bisnis memiliki tiga tolok ukur yaitu dorongan manajer untuk berperilaku

etis, iklim etika organisasi, dan hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan karir

yang menurut penelitian mereka memiliki pengaruh yang signifikan dengan

kepuasan kerja”

Hal ini menandakan bahwa etika organisasi dapat menjadi salah satu

sarana dimana pemimpin perusahaan dapat menciptakan sikap atau perilaku kerja

yang baik atau menguntungkan Dalam kaitannya dengan kemajuan organisasi

atau perusahaan atau penelitian tentang etika organisasi sangat penting dilakukan .

Berdasarkan latar belakang dan telaah pustaka diatas sebagai acuan, maka

kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sumber: Hyan dan Elfred (2001)

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Kepuasan Kerja Karyawan

(Y) ETIKA ORGANISASI

Dorongan Manajer untuk Berperilaku Etis

(X 1)

Iklim Etika Organisasi (X2)

Hubungan Antara Perilaku Etis dan Kesuksesan Karir

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrument Skala Likert
Gambar 6.1 Struktur Organisasi PT. Lafarge Cement Indonesia                                                       Sumber : PT
Tabel 4.7 Distribusi Pendapat Dorongan Manajer Untuk Berperilaku Etis (X
+7

Referensi

Dokumen terkait

Havizh Ihsan Ashshiddiq (0906539), “Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan ” (Studi Persepsi Pada Karyawan PT. Jasa Marga Cabang Purbaleunyi

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel stres kerja, beban kerja dan iklim organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Kata Kunci :

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh hubungan antara perilaku etis dan kesuksesan karir terhadap kepuasan kerja adalah dari keyakinan karyawan bahwa manajer yang

Perilaku Keorganisasian ( Organisazation Behavior), Cetakan perama, Ghalia Indonesia, Jakarta. Umar,

Misalkan pegawai berusaha untuk berperilaku etis, disonansi akan timbul bila pegawai- pegawai tersebut kurang mendapat dorongan dari manajer untuk berperilaku etis, karena iklim

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Pengaruh Pengembangan Karir dan iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada

manajer untuk berperilaku etis, iklim etika organisasi, dan hubungan perilaku etis dan kesuksesan karier terhadap kepuasan kerja guru pada yayasan smk putra anda binjai

Hasil penelitian menunjukan bahwa etika kerja dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan, dan kepuasan kerja sebagai moderasi mampu memoderasi etika kerja dan budaya