Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
ANCAMAN DEGRADASI
KAWASAN TANDON AIR DAN ASPEK PENGELOLAANNYA*)
Oleh: Tarsoen Waryono **)
Abstrak
Niat kesungguhan pemerintah untuk menyelamatkan, mengamankan dan melestarikan kawasan tandon air di wilayah JABODETABEK yang kini dinilai cukup memprihatinkan, tampaknya merupakan tindakan yang tepat dilakukan. Melalui pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan yang didukung oleh partisipasi stakeholder dan profesional dalam manajemen pengelolaannya, akan mampu menjamin pulih kembalinya peranan fungsi kawasan tandon air.
Pendahuluan
Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan baik manusia maupun kehidupan lainnya. Potensi sumberdaya air di dunia tetap jumlahnya dan terdapat dalam berbagai bentuk atau wujud yang tidak terlepas dari daur hidrologisnya. Potensi air laut merupakan jumlah terbesar yaitu 97,7% dan sisanya berupa air tawar. Namun demikian 77% air tawar di dunia dalam wujud lapisan es dan 22% dalam bentuk air tanah, sedangkan sisanya berupa air permukaan dan air yang berada di atmosfir. Sumberdaya air permukaan berada dalam berbagai bentuk tampungan air seperti sungai, waduk, danau dan/atau situ. Berdasarkan potensinya menunjukkan nilai yang relatif kecil yaitu kurang dari 0,003%. Istilah waduk, danau dan/atau situ dalam makalah tidak dirinci dan untuk selanjutnya disebut kawasan tandon air.
Air dan tanah, merupakan unsur dari sistem geo-eko-hidrologis, sedangkan manusia dengan segala aktivitasnya merupakan unsur dari sistem sosial. Akibat yang ditimbulkan dari hubungan antara sistem tata air baik di atas tanah (air permukaan) dan di dalam tanah (air tanah) dalam suatu wilayah dengan sistem sosialnya, menyebabkan segala bentuk material dari hasil aktivitas manusia, akan terbawa oleh aliran air permukaan, pada akhirnya terakumulasi dan tertampungan pada badan air (sungai) dan kawasan tandon (waduk, danau/situ). Dalam pada itu, kualitas air yang terdapat pada kawasan tandon air dan badan sungai, dapat memberikan informasi mengenai aktivitas manusia yang ada di sekitarnya.
Kawasan tandon air di wilayah JABODETABEK yang diharapkan berfungsi sebagai sarana pengisian air tanah dan pengendali banjir di wilayah Jakarta, sebagian besar kondisinya sangat memprihatikan.
*). Lokakarya Aliran Permukaan Pengendalian Banjir Sejak dari Sumbernya, Bogor 24-25 Pebuari 2005. **). Pengelola Hutan Kota dan Kawasan Tandon Air Universitas Indonesia
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 Inventarisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pengairan Departeman Pekerjaan Umum pada tahun 1988 tercatat lebih dari 2000 ha, dan pada tahun 1994 tercatat kurang dari 1.500 ha. Berkurangnya kawasan tandon air tersebut, lebih cenderung disebabkan oleh alih fungsi penggunaan tanah.
Atas dasar itulah, niat kesungguah Pemerintah yang diprakarsai oleh Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Departemen Pekerjaan Umum dengan berbagai pertimbangan, bertekat untuk mengamankan, menyelamatkan, dan memulihkan aset negara dengan tujuan untuk mengoptimalkan peranan fungsi kawasan tandon air.
Fenomena Alam Proses Terbentuknya Kawasan Tandon Air di Wilayah Jabodetabek
Proses pembentukan struktur geologi wilayah Jakarta dan sekitarnya dapat ditelusuri mulai dari daerah Bogor bagian Barat dan Utara (Cibinong, Klapanunggal). Formasi daerah tersebut, terdiri dari batu pasir halus sampai kasar, konglomerat dan batu lempung berusia
Miosen Awal. Fakta fisik lain yang masih dapat dikenali, tersingkap di Selatan Tenggara
Parung Panjang bagian Barat Laut Kabupaten Bogor.
Pada kala Miosen Tengah terjadi proses Pesesaran geser, terjadi di Timur Laut (Bogor Utara) dengan dua garis sesar yaitu: (a) membentang mulai dari Citerep, Cibubur dan berakhir di Jatinegara, dan (b) paparan yang menjulang kearah Utara mencakup wilayah Cibinong, Parung hingga Pasar Minggu.
Pada kala Miosen akhir (Pleitosin Awal), wilayah-wilayah tersebut terangkat kembali, saat terjadi aktivitas Gunung Api di bagian Selatan (Bogor Tengah) yaitu baik G. Gede, G. Pangrango maupun G. Salak yang menghasilkan batuan gunung api muda. Endapan-endapan vulkanik tersebut terdistribusi secara alami dan menutup punggungan dan lembah hamparan muka bumi mulai dari Citerep, Cibinong, parung, Depok, hingga Pasar Minggu dan Ulujami. Distribusi endapan alluvial pada daerah-daerah cekungan (lembah) pada akhirnya terbentuklah kawasan tandon air alami, dan secara berangsur-angsur terpapar mulai dari Bogor Bagian Barat hingga DKI Jakarta.
Kawasan tandon air yang terbentuk di wilayah JABODETABEK, merupakan salah satu bentuk perairan air tawar yang sistem alirannya masih dipengaruhi oleh aliran air permukaan (air hujan) dan air tanah. Ditinjau dari bentang alamnya merupakan morfologi terdepresi dalam bentuk cekungan yang terisi air dengan material kedap air, atau berada pada posisi lebih rendah dari permukaan air tanah, sehingga air yang masuk pada cekungan tersebut, tertampung sebagai kawasan tandon air.
Karakteristik Penyebaran Kawasan Tandon Air dan Ancamannya
Hamparan kawasan tandon air berdasarkan proses pesesarannya dibedakan menjadi tiga bagian hamparan, yaitu (a) hamparan bagian Barat menyusur dari daerah Bogor Barat,
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 Parung dan berakhir di daerah Ciputat (Situ Gantung), (b) hamparan bagian Timur mulai dari Cibubur (Rawa Dongkal), Klapadua, dan berakhir di Senayan, sedangkan (c) hamparan
bagian Tengah mulai dari Cibinong, komplek (baru) Pemda Bogor, Citayam-Depok, Pasar
Minggu, dan Ulujami.
Karakteristik kawasan tandon secara alamiah pada hamparan Bagian Barat dan Timur, dicirikan oleh pengaruh tata air tanah dangkal hingga terbatas dengan mata-mata air tanah. Oleh sebab itu limpasan air hujan merupakan sumber utamanya, sehingga pada saat musim kemarau kadang-kala terjadi kekeringan. Berbeda halnya dengan kawasan tandon air di bagian Tengah, cenderung dipengaruhi oleh tata air peralihan antara air permukaan dan air tanah dalam, hingga tidaklah mengherankan apabila pada musim kemarau masih tersedia air, bahkan melimpah karena bersumber dari mata air tanah dalam. Atas dasar itulah wilayah-wilayah yang dicirikan oleh kondisi kawasan tandon air yang dipengaruhi oleh sumber air tanah dalam, sangatlah wajar ditetapkan sebagai wilayah atau kawasan resapan air tanah.
Secara umum ancaman terhadap keberadaan dan kelestarian kawasan tandon air di wilayah JABODETABEK, dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: (a) Konversi atau alih fungsi status, akibat semakin lajunya pertumbuhan penduduk yang cenderung memacu kebutuhan ruang dan lahan untuk kepentingan pemukiman, (b) Pendangkalan, akibat akumulasi endapan lumpur ditambah dengan limbah domestik (sampah organik) yang bersumber dari rumah tangga, dan (c) Pencemaran limbah, baik yang bersumber dari home industri maupun limbah-limbah rumah tangga yang terbawa oleh limpasan aliran air. Sebagai akibat yang ditimbulkan, berpengaruh terhadap hidupanliar biota perairan, dan proses eutrofikasi (penyuburan), hingga semakin melimpahnya gulma air eceng gondok (Eichornia
crassipes) yang cenderung mempercepat pendangkalan, dan kekeringan karena tingginya
penguapan.
Manajemen Pengelolaan Kawasan Tandon Air Secara Terpadu Berkelanjutan
Kondisi fisik wilayah kawasan tandon air berdasarkan proses terbentuknya, pada hakekatnya merupakan kunci dasar pendekatan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen pengelolaanya. Pertimbangan tersebut, mengingat bahwa potensi daya dukung lingkungan kawasan tandon air seperti jenis tanah (batuan asal), besaran curah hujan, dan kondisi penutupan lahannya (vegetasi), berpengaruh terhadap sifat fisik-kimia tanah yang erat kaitannya dengan ancaman yang cukup potensial terhadap kelestarian dan keberadaan kawasan tandon air.
Mencermati atas proses terbentuknya kawasan tandon air, pendekatan konsepsi pengelolaannya, seyogyanya didasarkan atas kaidah konservasi tanah dan air. Pemaduserasian antara pemanfaatan situ secara optimal dengan upaya-upaya (olahdaya) pelestarian terhadap daya dukung lingkunganya, merupakan alternatif yang dinilai paling ideal. Membangun kawasan hijau sebagai penyangga kawasan tandon air dalam bentuk hutan kota, dipaduserasikan dengan pengembangan sarana rekreasi wisata air, tampaknya menjadi strategis sebagai upaya restorasi peranan fungsi kawasan tandon air air di wilayah JABODETABEK yang lebih dari 90% kondisinya sangat memprihatin-kan. Untuk itu, harapan
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 munculnya arahan kebijakan sebagai kaidah dan rambu-rambu untuk tujuan penyelamatan, pelestarian dan pemanfaatan secara optimal terhadap kawasan tandon air, akan mendudukan posisi strategis bagi pengelola sumberdaya air permukaan baik pada tingkat Pemerintahan Pusat maupun Pemerintahan Daerah.
Dalam pada itu, Rentrada (Rencana Strategi Pembangunan Daerah) masing-masing wilayah di lingkungan JABODETABEK, dalam kaitannya dengan pengelolaan kawasan tandonair secara terpadu dan berkelanjutan, paling tidak akan memuat hal-hal sebagai berikut: (a) pembangunan sumberdaya alam perairan dan lingkungannya, diarahkan untuk mewujudkan keserasian antara aktivitas sistem sosial dan ekosistem yang mendukungnya, sehingga tujuan optimalnya peranan fungsi kawasan tandon air dapat diwujudkan, (b) peman-faatan sumberdaya air yang memiliki nilai ekonomis dan fungsi sosial, dapat diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, melalui berbagai penggunaan yang jelas, sehingga mampu menjamin kelestarian fungsi kawasan tandon air, (c) melalui kaidah dan rambu-rambu pengelolaan kawasan tandon air yang ramah terhadap lingkungan, akan memacu kearifan dan kesadaran masyarakat terhadap makna pentingnya pengelolaan kawasan tandon air.
Agar tujuan dan sasaran kebijakan pengelolaan dan pengembangan ekosistem kawasan tandon air secara terpadu dan berkelanjutan dapat diimplementasikan secara rasional, pendekatan utama yang harus dilakukan adalah merehabilitasi kondisi fisik kawasan tandon air dan pemulihan kawasan penyangganya.
Aspek Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Tandon Air
Pengelolaan dan pengembangan ekosistem perairan, diawali dengan penyusunan rencana tapak, yang merupakan dalam bentuk desain detail engineringnya. Dalam penyusunannya, dirumuskan sebagai gambaran alokasi dan penempatan (tata letak), pengisian ruang tapak pengembangan ekosistem perairan secara terpadu yang mencakup beberapa unsur perpaduan antar lokasi, kondisi fisik wilayah dan lingkungan di sekitarnya, yang erat kaitannya dengan aspek pemanfaatannya.
Didasari atas kriteria dasar pengelolaan dan pengembangan kawasan tandon air secara terpadu berkelanjutan, seperti uraian di atas dengan memperhatikan aspek daya dukung fisik wilayahnya, untuk itu dalam perencanaanya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(a). Aspek kelembagaan, kawasan tandon air di wilayah JABODETABEK secara ekologis, hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan kawasan tandon air yang mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengelolaan-nya perlu direncanakan secara terpadu berbasis kemitraan dengan stakeholder (pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat);
(b). Aspek Teknis, dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan tandon air, secara teknis harus melibatkan beberapa disiplin keilmuan, karena dalam pelestarianya mencakup
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 upaya konservasi sumberdaya air, tanah dan ekosistemnya, yang erat kaitannya dengan kondisi fisik wilayah pada masing-masing kawasan tandon air.
(c). Aspek IPTEK, pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan tandon air, karena erat kaitannya dengan upaya pemanfaatan secara optimal baik untuk kepentingan rekreasi dan wisata air, budidaya perikanan, serta pemanfaatan untuk kepentingan pengairan (irigasi).
(d). Aspek sumber PAD, pengelolaan sumberdaya perairan secara terpadu berkelajutan, melalui manajemen pengelolaan yang rasional, selain mampu dan menjamin atas peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, juga merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang seiring dan sejalan dengan tingkat profesional manajemen pengelolaannya.
Memperhatikan 4 aspek di atas, dapat disarikan bahwa keberhasilan pengelolaan kawasan tadon air secara terpadu berkelanjutan, sebagai sumber pendapatan asli daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, berdasarkan peranan fungsinya (pengatur tata air, iklim mikro, habitat flora dan fauna, wahana rekreasi, dan penopang budidaya perikanan dan pertanian), sangat ditentukan oleh partisipatif para stakeholder dan tingkat profesionalisme penangannya.
Uraian Penutup
Mencermati potensi dan peranan fungsi kawasan tandon air dalam kaitannya dengan pengelolaan aliran air permukaan sebagai pengendali banjir sejak dari sumbernya, tampaknya kini telah tiba saatnya bahwa implementasi pemulihan dan pengembangan kawasan tandon air di wilayah JABODETABEK perlu diwujudkan, sebagai wujud nyata niat kesungguhan Pemerintah dalam menyelamatkan, mengamankan, dan mengioptimalkan peranan fungsinya.
Daftar Acuan
Adiwilaga, M. 1998. Strategi Pengelolaan Situ-situ: Studi Kasus Program Pengelolaan Situ Cikaret, Cibinong, Kabupaten Bogor. Workshop Pengelolaan Situ-situ di Wilayah DKI Jakarta. Kerjasama Bapedalda dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Arif, B. 1998. Peranan Sektor Pengairan dalam pengelolaan situ-situ di wilayah Jabatabek. Workshop Pengelolaan Situ-situ di Wilayah DKI Jakarta. Kerjasama Bapedalda dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Gunawan, E. 1988. Kebijaksanaan Pengelolaan Situ-situ di Wilayah Jabotabek. Workshop Pengelolaan Situ-situ di Wilayah DKI Jakarta. Kerjasama Bapedalda dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Lesmana, H. 1998. Peranan Situ-situ Buatan di Kawasan Industri MM 2100. Workshop Pengelolaan Situ-situ di Wilayah DKI Jakarta. Kerjasama Bapedalda dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 Waryono, Tarsoen. 2001. Antisipasi Krisis Air Tanah pada Pertengahan Abad XXI. Paparan Akademis dalam
rangka Peringatan Hari Air Sedunia Kota Depok, Oktober 2001.
_______________,. 2002. Rencana Pengembangan Situ-Situ di Wilayah Jabodetabek Berbasis Kemitraan. Seminar dalam memperingati hari air sedunia Kota Depok.
_______________,. 2002. Fenomena Dan Pencedalian Bencana Banjir di DKI Jakarta Temu Karya Wartawan. Pusat Studi Biodiversity Dan Konservasi Universitas Indonesia.
_______________,.2002. Pemberdayaan Teknologi Sumur Resapan di Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan. Penelitian Pemberdayaan Teknologi Tepat Guna dibiayai oleh BPLHD Wilayah Jakarta Selatan tahun Anggaran 2002.
_______________,. 2002. Konsepsi Restorasi Ekologi Kawasan Penyangga Sempadan Sungai. Seminar Nasional Evaluasi Pasca dan Rancang Tindak Penanggulangan Banjir Wilayah Perkotaan. Kedutaan Belanda (Kuningan Jakarta), Juni 2002, Kerjasama Dept. Kimpraswil, Masyarakat Air Indonesia, dan Kedutaan Belanda
_______________,. 2002. Aspek Pengelolaan Wilayah Resapan Berbasis Ramah Lingkungan. Warta Pembangunan Kota Depok. Edisi-1 tahun 2002.
_______________,. 2002. Bentuk Struktur dan Lingkungan bio-fisik sungai. Seminar dan Kongres Geografi Nasional. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Oktober 2002.
Waryono, Tarsoen. 2002. Konsepsi pengelolaan DAS berbasis manajemen bioregional. Paparan akademik dalam diskusi manajemen pengelolaan air Kota depok, April 2002.
_______________,. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Squatter Situ Rawa Besar Kota Depok. Paparan Akademis dalam rangka pemberdayaan peranan fungsi situ-situ. Pemda Kota Depok, Oktober 2002.
_______________,. 2003. Peranan Kawasan Resapan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air. Diskusi profesi perairan, Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Fakultas Teknik Kampus UI Depok,
_______________,. 2002. Fungsi Jasa Hidrologis Vegetasi Riparian. Seminar Dalam rangka peringatan hari jadi air sedunia tahun 2003. Dept. Kimpraswil Jakarta, April 2003.