• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. BAB 2 (Gambaran Umum Kota Rantauprapat).doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. BAB 2 (Gambaran Umum Kota Rantauprapat).doc"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

II

G

AMBARAN UMUM

2.1. Wilayah Perencanaan Study

K

abupaten Labuhanbatu setelah mengalami pemekaran kini memiliki jumlah desa sebanyak 75 desa 23 kelurahan dan 9 kecamatan dengan luas wilayah sebelum pemekaran 9.223,18 km² (922,31 ha) dan kini setelah pemekaran memiliki luas 2.562,01 km² (25.201ha) dengan batas wilayah :

 Sebelah Utara : Kabupaten Labuhanbatu Utara & Selat Malak  Sebelah Timur : Kabupaten Labuhanbatu Selatan & Provinsi Riau  Sebelah Selatan : Kabupaten Labuhanbatu Selatan

 Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Selatan

Dengan ibukota dari masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut : TABEL II.1. JARAK IBUKOTA KECAMATAN KE IBUKOTA KABUPATEN

No KECAMATAN KECAMATANIBUKOTA WILAYAHLUAS (KM)

JARAK DARI IBUKOTA KABUPATEN (KM)

1 RANTAU UTARA RANTAUPRAPAT 112,47 0

2 RANTAU SELATAN BAKARAN BATU 64,32 0

3 BILAH BARAT JANJI 202,98 6

4 BILAH HULU AEK NABARA 293,23 19

5 BILAH HILIR NEGERI LAMA 430,03 56

6 PANGKATAN PANGKATAN 355,47 30

7 PANAI HULU TJ. SARANGELANG 276,32 91

8 PANAI HILIR SEI BEROMBANG 342,03 101

(2)

Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha. Secara administrasi batas-batas Kota Rantauprapat adalah :

Sebelah Utara : Merbau, Aekkotabatu Sebelah Timur : Tolantolan

Sebelah Selatan : Kampung Rakyat Sebelah Barat : Hotagaroga, G. Sihab Habu

Secara geografis wilayah studi merupakan daerah yang banyak memiliki cekungan atau daerah perangkap air yang merupakan daerah rawan terjadi genangan air. Untuk dibagian barat berada segaris dengan bukit barisan dengan ketinggian di bagian utara ± 405 meter dpl ( Kelurahan Binaraga, Kelurahan Cendana dan Kelurahan Lobusona), yang merupakan lereng dari kawsan bukit barisan yang terdapat aliran Sungai Sei Bilah. Sungai yang melalui Kota Rantauprapat adalah Sungai Bilah dengan debit air rata-rata ± 97-195 m/det (sumber; situs BAPPEDA Labuhanbatu), dengan anak sungai yang berada dikawasan studi adalah sungai Aek Tapa, dengan debit air ± 4 m/dt dan beberapa saluran sekunder dari kota Rantauprapat yang masuk ke sungai Aek Tapa kemudian masuk ke sungai Sei Bilah yang bermuara Berujung di Selat Malaka.

(3)
(4)

2.2. Kondisi Fisik Kota Rantauprapat 2.2.1. Geologi

Untuk kondisi geologi kota Rantauprapat berdasarkan Peta Geologi Lembar Pematang Siantar Sumatera kondisi geologi terdiri dari; Batuan Sedimen dan Metasedimen yaitu :

 Qh : Aluvial Muda (pasir, kerikil, rawa bakau, fluviatil, asallaut dan lakustin), jenis batuan ini tersebar di Kecamatan Panai Hilir hingga Kecamatan Pangkatan.  Tup : Formasi Petani (sepih abu-abu kehijauan dengan batu lanau

dan batulumpur, kadang-kadang dengan struktur bioturbasi) jenis ini terdapat Kecamatan Bilah Hilir dan Kecamatan Bilah Hulu.

 Tms : Formasi Sihapas (konglomerat breksi, batupasir, dan serpih

tipis- tipis).

 Tmsk : Anggota Kanan (batupasir berlapis, kadang-kadang glaukonitan dan batulanau)

a. Batu Gunungapi yaitu

 Qvt : Tufa Toba (batuan polimik bersusun riolit-dasit, aliran tufa Kristal, gelas, debu dengan sedikit tufa eksposif pada bagian atas.

 Mpih : Granit hatapang (granit biotit dan muskovit, pegmatif, greisen dan urat kuarsa, mineralisasi timah dan tungsten) Sebaran batuan / goelogi yang ada di Kabupaten Labuhanbatu bervariasi dibagian utara atau bagian pantai terdapat alluvial, regosol dan organosol. Jenis batuan ini berada pada persis di pinggiran laut dan sungai. Setelah itu diikuti oleh padsolik merah kekuningan sebagian yang paling besar dan berada di bagian tengah Kabupaten Labuhanbatu. Dan pada wilayah selatan didominasi oleh batuan padsolik kuning.

(5)

Kondisi topografi dan kelerengan kota Rantauprapat sebenarnya sangat menguntungkan, hal ini bisa dilihat dari kondisi contour yang memeiliki kemiringan cukup baik untuk menyalurkan air mulai dari saluran kolektor hingga ke saluran primer. Untuk lebih lengkapnya pembagian kondisi topografi kota Rantauprapat berdasarkan morfologinya dapat dibagi atas beberapa bagian; antara lain

Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang dengan kisaran kemiringan lereng 0%-5%. Lebih rinci satuan ini dibagi atas dua subsatuan yaitu subsatuan morfologi dataran berkisar antara 0%-2%, dan subsatuan >2%-5%.

Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun kasar. Secara lebih rinci satuan morfologi perbukitan dibagi atas tiga subsatuan yakni : subsatuan morfologi perbukitan landai denga kemiringan lereng antara 5%-15%; subsatuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng antara 15%-40%; subsatuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40%.

Satuan morfologi tubuh gunung berapi merupakan subsatuan perbbukitan sedang hingga terjal, namun membentuk kerucut tubuh gunung berapi. Berdasarkan kondisi eksisting topografi, morfologi dan kelerengan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu berada pada ketinggian 0-2.151 m diatas permukaan laut dan dengan morfologi datar pada bagian pantai serta berbukit hingga pegunungan di bagian selatan.

Sedangkan untuk kondisi topografi dan kemiringan Kota Rantauprapat dapat dikelompokan dalam 2 (dua) klasifikasi yaitu :

 Tingkat kemiringan 0 – 15 %, pada kawasan atau lahan seluruh wilayah Kota Rantauprapat yang berada pada ketinggian antara +43 hingga +50 m di atas permukaan laut (dpl).

(6)

 Tingkat kemiringan 15 – 40 %, berada pada kawasan sebelah barat dan selatan yaitu di Kelurahan Cendana, Binaraga terletak pada ketinggian antara +25 sampai +405 m dpl.

(7)

2.2.3. Kondisi Hidrologi

Secara garis besar pembagian area hidrologi ada 3 bagaian, yaitu : 1. Daerah Aliran Sungai

Secara umum, Kota Rantauprapat memiliki banyak sungai umumnya sungai kecil. Sungai besar yang melintasi wilayah studi hanya sungai Bilah dengan lebar antara 16 m - 250 m, dengan sungai kecil sebagai anak sungai/cabang. Muara dari kedua sungai utama tersebut adalah Selat Malaka.

2. Sungai dan Rawa

Dengan kondisi hidrologi yang demikian Kota Rantauprapat memiliki daerah cukup banyak area genangan. Yang tergenang secara periodik seluas ± 151,208 ha atau 59,03% dan daerah yang tergenang terus menerus atau rawa seluas ± 5,210 ha atau 2,03%. 3. Debit

Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di area studi yaitu Sungai Bilah dan dengan lebar antara 16 m – 250 m, maka dapat diperkirakan debit sungai tersebut yaitu 97 – 195 m/det.

Untuk kondisi hidrologi kota Rantauprapat sendiri, dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi Kota Rantauprapat yang berada pada kawasan Bukit Barisan. Sebagian dari wilayah studi berada pada bagian kaki dari daerah bukit barisan sehingga hujan yang jatuh pada DPS Sei Bilah yang menuju Kota Rantauprapat cenderung memberikan limpasan yang cukup besar akibat perubahan tutupan lahan yang terjadi. Tutupan lahan di Kota Rantauprapat sebagian besar merupakan tutupan campuran antara non vegetasi alami dan vegetasi alami. Hal ini banyak dipengaruhi oleh

(8)

pembukaan lahan sawit. Data penggunaan lahan di Rantau Utara pada tahun 2011 menunjukan bahwa :

 Tanah Sawah : 2,28 %

 Tanah Kering : 34,76 %

 Bangunan/pekarangan : 40,16 %

 Lainnya (termasuk lahan sawit) : 22,80 %

Untuk penggunaan lahan di Rantau Selatan pada tahun 2011 adalah :

 Tanah Sawah : 5,81 %

 Tanah Kering : 61,08 %

 Bangunan/pekarangan : 30,30 %

 Lainnya (termasuk lahan sawit) : 2,81 %

Total luas lahan bukan vegetasi dua kecamatan adalah 70,46 % dengan kecamatan Rantau Utara dengan persentase yang terbesar. Tutupan lahan vegetasi ini meliputi lahan untuk sawah, lahan kering, bangunan/pekarangan dan peruntukan lahan lainnya.

Berkaitan dengan kondisi hidrologi kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan khususnya kota Rantauprapat yang spesifik tersebut maka system drainase Kota Rantauprapat harus mempergunakan system drainase berwawasan lingkungan dengan mempertahankan waktu tinggal air hujan selama mungkin berada di darat. System drainase konvensional dengan mempersingkat waktu tinggal air hujan berada di darat akan mengancam kelestarian air tanah Kota Rantauprapat nantinya. Berkurangnya air tanah di Kota Rantauprapat akan menyebabkan berkurangnya volume air tanah dan dapat menyebabkan bencana kekeringan di Kota Rantauprapat pada waktu yang akan datang khususnya jika tidak dibatasinya penebangan hutan atau alih fungsi lahan vegetasi alami dengan vegetasi buatan seperti penanaman pohon sawit.

(9)
(10)

2.2.4. Iklim Dan Curah Hujan

Keadaan iklim Kabupaten Labuhanbatu tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim daerah sekitarnya seperti Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Data jumlah curah hujan rata-rata tahun 2007 yaitu sebesar rata-rata hari hujan di Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 12,75 hari perbulan dengan rata-rata curah hujan 329 mm, musim hujan biasanya terjadi pada bulan Oktober – Pebruari dan musim kemarau terjadi pada bulan Maret – September. Suhu udara di Kota Rantauprapat berkisar antara 18° - 32°C, suhu minimum berkisar antara 18° - 26°C dan suhu maksimum berkisar antara 27° - 33°C.

2.3. Sosial

Kebijaksanaan pembangunan dibidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat kompleks, selain berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Bahkan keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat di evaluasi dan dijadikan sebagai indikator tahun-tahun selanjutnya.

Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja, namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan segi mental meliputi kondisi mental penduduknya.

Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup usaha/pemerataan dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Kota Rantauprapat telah mengupayakan berbagai

(11)

usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan, agama dan kehidupan sosial lainnya.

2.3.1. Fasilitas Pendidikan

Data fasilitas pendidikan yang diperoleh tidak mencantumkan jumlah dan penyebaran fasilitas pendidikan tingkat perguruan tinggi dan akademi, sehingga data yang ditampilkan berikut ini terbatas pada data tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Rantau Utara pada tahun 2011 adalah SD, SLTP, dan SLTA. Jenis fasilitas pendidikan SD yang terdapat di Kecamatan Rantau Utara sebanyak 26 unit, SLTP sebanyak 4 unit dan SLTA sebanyak 6 unit. Untuk lebih jelas mengenai banyaknya fasilitas yang terdapat di Kecamatan Rantau Utara dapat dilihat pada

Tabel II.3 dan kecamatan Rantau Selatan terdapat SD, SLTP dan SLTA

dapat dilihat pada Tabel II.4

TABEL II.2

BANYAKNYA FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN RANTAU UTARA DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2012

No Kelurahan Jenis Fasilitas

SD SLTP SLTA 1 Sirandorung 2 0 0 2 Padang Bulan 3 0 0 3 Kartini 5 1 1 4 Rantau Prapat 0 0 0 5 Cendana 2 1 0 6 Binaraga 2 1 0 7 Siringgo-ringgo 4 0 2 8 Aek Paing 0 0 0 9 Padang Matinggi 4 1 3 10 Pulo Padang 4 0 0 Jumlah 26 4 6

(12)

Sedangkan untuk kecamatan Rantau Selatan dengan Fasilitas Pendidikan sebagai berikut :

TABEL II.3

BANYAKNYA FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN RANTAU SELATAN DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2012

No Kelurahan Jenis Fasilitas

SD SLTP SLTA 1 Lobusona 0 0 0 2 Sidorejo 1 0 0 3 Sigambal 3 0 0 4 Danobale 2 0 0 5 Perdamean 3 1 1 6 Ujung Bandar 4 0 0 7 Bakaran Batu 3 0 0 8 Urung Kompas 4 0 0 9 Sioldengan 2 1 1 Jumlah 22 2 2

Sumber : Kecamatan Rantau Selatan Dalam Angka Tahun 2011

2.3.2. Fasilitas Kesehatan

Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah, dengan upaya tersebut di harapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Rantau Utara dibagi menjadi 5 (lima) jenis fasilitas kesehatan yaitu, rumah sakit, puskesmas, pustu, BPU/BKIA dan posyandu. Terdapat 2 unit Rumah Sakit di Kecamatan Rantau Utara, 2 unit Puskesmas, 4 unit Puskesmas Pembantu (Pustu), 1 unit BPU/BKIA dan 91 unit Posyandu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.5. sedangkan untuk di Kecamatan Rantu Selatan terdapat 1 unit Rumah Sakit di Kecamatan Rantau Selatan, 1 unit Puskesmas, 4 unit Puskesmas Pembantu (Pustu), 3 unit BPU/BKIA dan 46 unit Posyandu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.6

(13)

TABEL II.4

BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN DI KECAMATAN RANTAU UTARA DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2011

No Kelurahan

Jenis Fasilitas Kesehatan

RS Puskesmas Pustu BPU/BKIA Posyandu

1 Sirandorung - - 1 - 9 2 Padang Bulan - 1 1 - 10 3 Kartini 1 - - - 8 4 Rantau Prapat - - - - 11 5 Cendana - - 1 - 8 6 Binaraga 1 - - - 9 7 Siringgo-ringgo - 1 - - 8 8 Aek Paing - - - 1 6 9 MatinggiPadang - - - - 11 10 Pulo Padang - - 1 - 11 Jumlah 2 2 4 1 91

Sumber : Kecamatan Rantau Utara Dalam Angka Tahun 2011

Sedangkan untuk kecamatan Rantau Selatan dengan Fasilitas Kesehatan sebagai berikut :

TABEL II.5

BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN DI KECAMATAN RANTAU SELATAN DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2011

No Kelurahan

Jenis Fasilitas Kesehatan

RS Puskesmas Pustu BPU/BKIA Posyandu

1 Lobusona - - - - 2 2 Sidorejo - - - 1 4 3 Sigambal - - - - 5 4 Danobale - - 1 - 4 5 Perdamean - 1 - - 7 6 Ujung Bandar - - 1 - 3 7 Bakaran Batu - - 1 1 9 8 Urung Kompas - - 1 - 7 9 Sioldengan 1 - - 1 5 Jumlah 1 1 4 3 46

(14)

2.3.3. Fasilitas Peribadatan

Mayoritas penduduk di Kecamatan Rantau Utara adalah pemeluk agama Islam jadi rumah ibadah yang paling banyak terdapat di kecamatan ini adalah Mesjid sebanyak 62 unit, Musholla sebanyak 27 unit. Kecamatan Rantau Utara juga memiliki Gereja sebanyak 30 unit dan Vihara sebanyak 4 unit. Sedangkan untuk kecamatan Rantau Selatan dengan jumlah mesjid sebanyak 42, musholla sebanyak 18 unit, gereja 5 unit. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel II.7 dan tabel II.8 dibawah ini :

TABEL II.6

BANYAKNYA FASILITAS PERIBADATAN DI KECAMATAN RANTAU UTARA DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2011

No Kelurahan Jenis Fasilitas Kesehatan

Mesjid Musholla Gereja Vihara

1 Sirandorung 8 3 - 1 2 Padang Bulan 6 5 - -3 Kartini 1 5 2 -4 Rantau Prapat 5 4 - -5 Cendana 2 - 2 2 6 Binaraga 2 1 4 -7 Siringgo-ringgo 5 1 19 1 8 Aek Paing 5 2 - -9 MatinggiPadang 9 4 1 -10 Pulo Padang 19 2 2 -Jumlah 62 27 30 4

Sumber : Kecamatan Rantau Utara Dalam Angka Tahun 2011

Sedangkan untuk kecamatan Rantau Selatan dengan Fasilitas Peribadatan sebagai berikut :

TABEL II.7

BANYAKNYA FASILITAS PERIBADATAN DI KECAMATAN RANTAU SELATAN DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2011

No Kelurahan Jenis Fasilitas Kesehatan

Mesjid Musholla Gereja Vihara

1 Lobusona 1 1 -

-2 Sidorejo 5 3 -

(15)

-4 Danobale 4 1 - -5 Perdamean 6 2 2 -6 Ujung Bandar 5 1 2 -7 Bakaran Batu 6 3 1 -8 Urung Kompas 6 - - -9 Sioldengan 4 4 - -Jumlah 42 19 5

Sumber : Kecamatan Rantau Selatan Dalam Angka Tahun 2011

2.3.4. Fasilitas Permukiman/Perumahan

Rumah berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia karangan Peter Salim (1992:850), rumah adalah “suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal pada umunya”. Sehingga dapat disimpulkan pengertian perumahan adalah : Kumpulan dari beberapa rumah, yang biasanya juga disebut sebagai permukiman yang digunakan sebagai tempat tinggal yang didalamnya juga terdapat sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai tempat rekreasi, hiburan, ibadah dan interaksi.

Berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu;

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang,

(16)

5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

6. Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu Permukiman yang utuh, dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari. (C. Djemabut Blaang, Perumahan dan Permukiman, 1986: 28), 7. Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan

prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.

8. Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab pembangunan perumahan harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang menyeluruh, yaitu tidak hanya meliputi pembangunan fisik rumah saja, melainkan juga dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan yang mempunyai permasalahan majemuk dan multidimensional.

Menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:29) pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Sedangkan permukiman menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:37), adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata

settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim.

permukiman memiliki 2 arti yang berbeda yaitu:

(17)

2. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.

Elemen permukiman

Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan sdi sekitarnya. Permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen yaitu (Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:39) :

1. Alam.

2. Manusia; di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku utama kehidupan, disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan lainnya. Sebagai makhluk yang paling sempurna, dalam kehidupannya manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan lain-lain), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional dan kebutuhan akan nilai-nilai moral.

3. Masyarakat; masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang mendiami suatu wilayah permukiman adalah:

a. Kepadatan dan komposisi penduduk b. Kelompok sosial

c. Adat dan kebudayaan d. Pengembangan ekonomi e. Pendidikan

f. Kesehatan

g. Hukum dan administrasi

4. Bangunan atau rumah. Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia. Pada prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional kehidupan manusia bisa dikategorikan sesuai

(18)

a. Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain).

b. Fasilitas rekreasi atau hiburan c. Pusat perbelanjaan

d. Industri

e. Pusat transportasi

5. Networks; Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan, tingkat pemenuhannya bersifat relatif, dimana antara wilayah permukimansatu dengan yang lainnya tidak sama. Sistem buatan yang yang keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain:

a. Sistem jaringan air bersih b. Sistem jaringan listrik c. Sistem transportasi d. Sistem komunikasi e. Drainase dan air kotor f. Tata letak fisik

Tipe dan Jenis Rumah

Kriteria rumah berdasarkan konstruksinya dibedakan menjadi : Tabel II.8

Kriteria Rumah Berdasar Konstruksi

Kriteria Permanen Semi Permanen Non Permanen

Pondasi Ada Ada Tidak

Dinding Batu-bata/ batako Setengah tembok &

setengah kayu/ bambu Bambu/ kayu

Atap Genteng Genteng Genteng/ selain

genteng Lantai Plester/ keramik Plester/ keramik Tanah

Jika dilihat berdasarkan ukuranya, standar perbandingan jumlah rumah besar, rumah sedang dan rumah kecil yaitu 1:3:6

(19)

 Luas kapling rumah besar : 120 m² – 600 m² (tipe 70)

 Luas kapling rumah sedang : 70 m² – 100 m² (tipe 45-54)

 Luas kapling rumah kecil : 21 m² – 54 m² (tipe 21-36)

Untuk menentukan luas minimum rata-rata dari perpetakan tanah harus mempertimbangkan faktor-faktor kehidupan manusianya, faktor alamnya dan pengaturan bangunan setempat.

Kondisi Fisik Bangunan

Berdasarkan kondisi fisik bangunannya, rumah di Kelurahan Bandulan dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Rumah permanen, memiliki ciri dinding bangunannya dari tembok, berlantai semen atau keramik, dan atapnya berbahan genteng. 2. Rumah semi-permanen, memiliki ciri dindingnya setengah tembok

dan setengah bambu, atapnya terbuat dari genteng maupun seng atau asbes, banyak dijumpai pada gang-gang kecil.

3. Rumah non-permanen, ciri rumahnya berdinding kayu, bambu atau gedek, dan tidak berlantai (lantai tanah), atap rumahnya dari seng maupun asbes.

Gbr.II.1 Contoh rumah permanen

(20)

Menurut UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Hak atas tanah dapat dimiliki oleh orang baik individu, kelompok maupun badan hukum. Hak-hak tersebut dapat dipergunakan untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan. Adapun macam-macam hak atas tanah antara lain:

 hak milik

Hak milik adalah hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain.

 hak guna-usaha

Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, hak ini terjadi karena ketetapan pemerintah dimana memiliki jangka waktu tertentu.

 hak guna-bangunan

Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu.

 hak pakai

hak pakai adalah hak untuk menggunakan atau menggunakan hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain.

 hak sewa

hak sewa adalah hak untuk menggunakan atau menggunakan hasil dari tanah orang lain yang telah disewa.

Persyaratan Perumahan dan Permukiman

Suatu perumahan dan pemukiman memiliki suatu persyaratan dasar sebelum didirikan, diantaranya :

a.

Persyaratan Dasar Perumahan

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

(21)

1. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabuapten Labuhanbatu atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: a) Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa

lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;

b) Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;

c) Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia);

d) Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/ kali dan sebagainya;

e) Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;

f) Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan; dan

g) Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.

(22)

h) Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang dimaksud.

b.

Persyaratan Dasar Permukiman

Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:

1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.

2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.

3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.

4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.

5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.

6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu.

(23)

8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

2.4. Perekonomian

Luas panen padi sawah di Kecamatan Rantau Utara pada tahun 2011 yaitu sebesar 112 Ha dengan produksi sebesar 510 ton. Tanaman palawija yang terbesar adalah ubi kayu, dengan luas panen 2,0 Ha dan produksi sebesar 30 ton. Dan untuk wilayah Kecamatan Rantau Selatan untuk luas panen padi sawah tahun 2012 sebesar 124 Ha dengan produksi sebesar 592 ton dan tanaman palawija yang terbesar adalah ubi kayu dengan luas 6 Ha dengan produksi sebesar 79 ton.

Tanaman perkebunan rakyat untuk kecamatan Rantau Utara yang terbesar adalah kelapa sawit dengan luas panen 1.852 Ha dan dengan produksinya sebesar 21.556 ton, sedangkan karet 3.000 Ha dengan produksi sebesar 2.871 ton, kakao 2 Ha dengan produksi sebesar 0,50 ton. Adapun penghasil kelapa sawit terbesar adalah Kelurahan Pulo Padang. Sedangkan untuk kecamatan Rantau Selatan yang terbesar adalah kelapa sawit dengan luas panen 1.058 Ha dan dengan produksinya sebesar 18.438 ton, sedangkan karet 976 Ha dengan produksi sebesar 6.504 ton, kakao 1 Ha dengan produksi sebesar 0,53 ton dan kopi 1 Ha dengan produksi 0,92 ton.

2.5. Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan

Panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Labuhanbatu khususnya Kecamatan Rantau Utara sepanjang 964,44 Km dengan rincian jenis permukaan jalan yaitu aspal, diperkeras, tanah dan setapak.

Pada tahun 2007 panjang jalan yang telah diaspal di Kecamatan Rantau Utara yaitu sepanjang 882 Km, jalan yang diperkeras sepanjang 44,1 km, jalan tanah sepanjang 29,52 km dan jalan setapak sepanjang 8,82 km. Untuk lebih jelasnya mengenai panjang jalan di Kecamatan Rantau Utara dapat dilihat pada Tabel II.3.

TABEL II.10

PANJANG JALAN DIRINCI MENURUT JENIS

(24)

PADANGSIDEMPUAN Pintupadang Sipagimbar Garoga Sarullah Batangtoru Lumut Parmonangan Doloksanggul Onanganjang Onanhasang TARUTUNG Adiankoting Sipoholo Lintongnihuta Siborong-borong BALIGE Pangaribuan Sipahutar Laguboti Gunungtua Sipiongot Aek Godang Hutaimbaru Pangaribuan Tandosan Simangambat Bts. Taput/Tolang PELABUHAN LAUT PELABUHAN UDARA KETERANGAN LINTAS TENGAH JALAN KOLEKTOR PRIMER 1 LINTAS BARAT

DANAU SUNGAI

JALAN KOLEKTOR PRIMER 3 JALAN NON STATUS LINTAS TIMUR

Sipirok SIBOLGA

No Kelurahan

Jenis Perkerasan Jalan (km)

Aspal Diperkeras Tanah Setapak

1 Sirandorung 126 6,3 2,52 1,26 2 Padang Bulan 119 5,95 2,38 1,19 3 Kartini 14 0,7 0,28 0,14 4 Rantau Prapat 10 0,5 0,2 0,1 5 Cendana 93 4,65 1,86 0,93 6 Binaraga 102 5,1 2,04 1,02 7 Siringgo-ringgo 184 9,2 3,86 1,84 8 Aek Paing 156 7,8 3,12 1,56 9 Padang Matinggi 65 3,25 1,3 0,65 10 Pulo Padang 13 0,65 11,96 0,13 Jumlah 882 44,1 29,52 8,82

Sumber : Kecamatan Rantau Utara Dalam Angka Tahun 2008

Sedangkan untuk kota Rantauprapat bagian kecamatan Kecamatan Rantau Selatan yaitu ;

TABEL II.11

PANJANG JALAN DIRINCI MENURUT JENIS

DI KECAMATAN RANTAU SELATAN DIRINCI PER KELURAHAN TAHUN 2011

No Kelurahan

Jenis Perkerasan Jalan (km)

Aspal Diperkeras Tanah Setapak

1 Lobusona 21 8 4 5 2 Sidorejo 10 5 4 3 3 Sigambal 19 4 4 2 4 Danobale 12 3 5 4 5 Perdamean 8 3 2 3 6 Ujung Bandar 10 2 2 2 7 Bakaran Batu 16 5 2 2 8 Urung Kompas 12 3 4 5 9 Sioldengan 10 2 - 3 Jumlah 118 35 29 29

Sumber : Kecamatan Rantau Selatan Dalam Angka Tahun 2011

Jaringan jalan utama yaitu jalan Ahmad yani dan Jalan Bypass sangat menjadi dominan dalam pemakaian arus transportasi di kota Rantauprapat.

(25)

Sumber : SK Menteri Dalam Negeri, Tahun 2000

Gbr. 2.1 Peta jaringan jalan Lintas Timur, Tengah, dan Barat - Sumatera Utara 2.6. Tata Guna lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. II.12 Penggunaan Lahan Menurut Jenis Tahun 2009

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha)

RASIO TERHADAP TOTAL (%) 1 Bangunan perumahan, Perkantoran, Industri, Pendidikan, Jalan, dll. 14.614 5,71 2 Pertanian 25.569 9,98 - Persawahan 24.780 96,91

- Pertanian Lahan Kering 789 3,18

(26)

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) RASIO TERHADAP TOTAL (%) - Karet 37.061 28,58 - Lainnya 3.843 2,96 4 Hutan 45.427 17,74 5 Campuran 6.740 2,63 6 Sungai 9.934 3,88 7 Lainnya 24.187 9,44 Jumlah 256.138 100,00

Sumber : BPS Tahun 2010, Dinas Kehutanan & Perkebunan, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Labuhanbatu.

Dari tabel diatas, terlihat penggunanan lahan di Kabupaten Labuhanbatu sebagian besar untuk lahan perkebunan, yaitu seluas 129.667 Ha (50,62%) yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit seluas 88.763 Ha (68,45%), perkebunan karet seluas 37.061 Ha (28,58%) dan perkebunan lainnya seluas 3.843 Ha (2,96%).

2.7. Wilayah Rawan Bencana

Bencana alam adalah segala jenis bencana yang sumber, perilaku dan faktor penyebab/pengaruhnya berasal dari alam yaitu banjir, tanah longsor, gempa bumi, erupsi gunung berapi, kekeringan, angin ribut dan tsunami. Berdasarkan potensi gerak tanah, ternyata gerak tanah di Kabupaten Labuhanbatu secara umum 3 (tiga) tahun terakhir relaitf rendah kecuali untuk Kecamatan Bilah Barat dan Rantau Utara. Hal ini menunjukkan bahwa potensi bencana longsor di Kabupaten Labuhanbatu sangat kecil.

Berdasarkan karakteristik fisik wilayah Kabupaten Labuhanbatu, potensi bencana alam yang banyak terjadi adalah banjir. Bencana banjir dapat dikategorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dipicu oleh beberapa penyebab, antara lain :

- Fenomena alam, seperti tingginya curah hujan, iklim dan kondisi geomorfologi wilayah;

- Aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan

(27)

Berikut ini disajikan genangan air yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan hasil survey primer Badan Kesbanglinmaspol tiap kecamatan tahun 2009.

Tabel II.13. Desa/Kelurahan yang Rawan terjadi Bencana Alam Banjir Di Kabupaten Labuhanbatu 2009.

N

O KECAMATAN DESA/KELURAHAN KET

1 Bilah Hulu - Desa Perbaungan - Desa P. Batu - Desa Emplasten

- Desa Pematang Seleng 2 Pangkatan - Desa Tanjung Harapan

- Desa KP. Padang - Desa Pangkatan - Desa Sennah

3 Bilah Barat - Desa Tanjung Medan - Desa Tebing Lingga Hara - Desa Tebing Lingga Hara Baru

4 Bilah Hilir - Desa Perkebunan Sennah Daerah Rawa - Kp. Bilah

- Perkebunan Bilah - Desa Negeri Lama - Desa Negeri Baru

- Desa Perkebunan Negeri Lama - Desa Sei Tampang

- Desa Sidomulyo 5 Panai Hulu - Desa Jawi-Jawi

- Desa Tanjung Sarang Elang - Desa Cinta Makmur

- Desa Ajamu

- Desa Teluk Sentosa - Desa Meranti

6 Panai Tengah - Pinggiran Sei Barumum - Desa Pasar Tiga

- Desa Telaga Suka - Desa Sei Nahodaris - Desa Sei Rakyat 7 Panai Hilir - Semua Desa

8 Rantau Selatan - Kel. Sioldengan- Kel. Urung Kompas Musiman 9 Rantau Utara Desa - Kel. Padang Bulan (Lk. Balai

dan Gg. Musolla)

Musiman - Kel. Bina Raga (Lk. Sei Tawar) Musiman

(28)

NO KECAMATAN POTENSI GERAKAN TANAH

OKT 2007 DES 2008 MEI 2009

1 Bilah Hulu Rendah Menengah Menengah 2 Pangkatan Rendah Menengah Rendah

3 Bilah Barat Menengah – Tinggi Menengah Menengah - Tinggi 4 Bilah Hilir Rendah Menengah Rendah

5 Panai Hulu Rendah Rendah Rendah 6 Panai Tengah Rendah Menengah Rendah 7 Panai Hilir Rendah Rendah Rendah 8 Rantau Selatan Rendah Menengah Menengah

9 Rantau Utara Menengah Menengah – Tinggi Menengah - Tinggi

Sumber : Homepage : http:/www.vsi.esdm.go.id – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi –

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Keterangan :

Rendah : daerah aman

Menengah : daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasn dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Tinggi : daerah yang mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada zona ini dapat terjadi Gerakan Tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Gambar

TABEL II.2
TABEL II.3
TABEL II.4
TABEL II.6
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal maupun multi dosis, konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi dari diazepam sendiri. N-Desmetildiazepam dengan

[r]

Dari hasil pengamatan (observasi) yang penulis lakukan pada Bidang Pelayanan dan Informasi di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Pasal 90 Pemeliharaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman dan PSU Pasal 93 Perbaikan umah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian,

Pola komunikasi dalam interaksi kyai dan santri penghafal Al-Qur’an dalam meningkatkan jumlah hafalan adalah pola komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang