BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan pendekatan Recreation Opportunity Spectrum (ROS) memberikan arah dalam mencari lokasi untuk peluang rekreasi di kawasan Taman National Kepulauan Seribu (TNKS) sehingga diperoleh peluang rekreasi dengan ragam pengalaman berbeda bagi setiap pengunjung.
Hasil penelitian diantaranya adalah pemetaan penutupan lahan dan perairan laut, pemetaan aktifitas rekreasi baik yang didasarkan pada penilaian biofisik, penilaian wisatawan maupun penilaian ekonomi wisata juga pemetaan zonasi dalam kerangka ROS serta pemetaan potensi wisata bahari.
4.1. Pemetaan Penutupan Lahan dan Perairan Laut
Hasil transformasi Lyzenga dari Spot-5 akuisi 13 September 2004 dalam mengidentifikasi ekosistem darat dan perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu disajikan pada Gambar 6. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa jenis tutupan dasar perairan terdiri dari obyek pasir, lamun, terumbu karang dan pulau dengan perhitungan transformasi Lyzenga untuk ekstraksi subtrat dasar perairan pada Lampiran 1. Selanjutnya hasil transformasi Lyzenga dikombinasikan dengan klasifikasi terbimbing dan pengamatan di lapangan sebagai dasar mendeliniasi peta penutupan lahan.
Pasir
Pasir dalam hasil analisa ini adalah pasir yang terdapat dalam perairan laut dangkal menuju tubir. Pada Gambar 6 pasir disajikan dengan warna merah. Berdasarkan hasil survei lapang pasir ini adakalanya mengandung patahan karang (rubble), pecahan karang mati, lumpur dan alga. Komposisi tersebut menyebabkan perbedaan material dasar perairan di setiap bagian pulau Taman Nasional Kepulauan Seribu yang dapat dibedakan menjadi perairan dengan dasar material pasir, pasir berkarang dan pasir berkarang sedikit lumpur. Perairan dengan material dasar pasir dapat ditemukan di Pulau Karya, Pulau Kotok, sebagian Pulau Semak Daun dan Karang Congkak di sebelah selatan, timur dan barat. Perairan dengan material dasar pasir berkarang dapat ditemukan di Pulau
Pramuka sebelah selatan, barat dan utara, Pulau Panggang sebelah selatan, Pulau Semak Daun dan Karang Congkak di sebelah barat. Pasir dengan material dasar perairan pasir berkarang sedikit lumpur ditemukan di sebelah timur Pulau Pramuka dan sebelah timur Pulau Panggang. Pada daerah berpasir ini banyak ditemukan ikan-ikan dengan jenis yang beragam.
Terumbu karang
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 6 terumbu karang ditampilkan dengan warna hijau yang berada di sekitar tubir, goba dan perairan dalam. Terumbu karang terdiri atas beberapa objek yang tidak dapat dikenali secara detil dalam analisis citra karena keterbatasan resolusi citra yang digunakan sehingga untuk mengenali komunitas objek tersebut dilakukan survei lapang. Berdasarkan hasil survei lapang terumbu karang ini terdiri atas karang keras (hardcoral), karang mati (dead coral dan dead coral alga), subtrat lain (pasir, patahan karang, dan air), other benthic yang terdiri atas komunitas alga, other fauna (softcoral, sponge, anemon, bintang laut, kerang kipas, lili laut, kima, bulu babi).
Ekosistem terumbu karang bersimbiosis dengan ikan sehingga diantara komunitas karang tersebut terdapat ikan dengan jenis yang beragam. Jenis ikan yang hidup baik di daerah terumbu karang maupun yang berada di daerah berpasir adalah jenis ikan konsumsi dan ikan hias. Dalam Biotrop (2008) ditemukan 69 spesies atau 38 genera ikan yang berasal dari 15 famili. Secara umum kekayaan spesies di kedalaman 3 m lebih tinggi dibandingkan di 10 m.
Terumbu karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan karang yang hidup disepanjang tubir atau menyatu dengan daratan pantai mengelilingi pulau membentuk suatu paparan terumbu (reef flat). Penilaian terhadap persentase terumbu karang berdasarkan data primer ataupun data sekunder yang masing-masing dilakukan pada dua kedalaman untuk satu lokasi menunjukkan kondisi buruk, sedang, dan baik. Kondisi baik lebih banyak ditemukan pada kedalaman 3m dibandingkan pada kedalaman 7m atau 10m (Biotrop, 2008) secara lebih detil disajikan pada Lampiran 4.
Lamun
Secara umum padang lamun sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6 diwakili dengan warna kuning ditemukan hampir di semua bagian wilayah penelitian hidup atau tumbuh di perairan dangkal sebelum mencapai tubir. Secara biofisik ekosistem lamun di TNKS merupakan habitat, tempat mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang, teripang, cumi-cumi serta biota laut lainnya. Sering dijumpai beberapa jenis cumi-cumi yang meletakkan telur-telurnya di daun-daun lamun sampai menentas. Padang lamun yang lebat dan sehat sangat berperan dalam kejernihan suatu perairan, dimana daun-daun lamun akan menangkap partikel sedimen dan menstabilkan substrat dasar, sehingga bila padang lamunnya bagus maka terumbu karangnya juga akan bagus. Sebagai tumbuhan tingkat tinggi satu-satunya di lautan, lamun menjadi penghasil oksigen (O2) yang sangat penting bagi kehidupan berbagai biota laut. Secara tidak langsung, keberadaan padang lamun di dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu mendukung produksi perikanan masyarakat (TNKS 2007).
Jenis lamun yang paling banyak di Pulau Panggang adalah Syringodium isoetifolium sebesar 22.30%. Jenis lain yang hidup dilokasi ini adalah Enhalus acoroides (14.06%), Chymodocea rotundata (12.71%), Halodule uninervis (11.65%) dan Thalasia hemprichii (10.75%). Pada daerah ini terdapat 1005 ekor ikan, yang terdiri dari 21.29% Geres macrosoa (ikan kapas-kapas) berukuran 8.5cm, 24.87% Siganus canaliculatus (ikan baronang) dan 9.95% Siganus margitiferis, 7.16% Parupunes barberius, 36./% adalah 29 jenis ikan lain (Susilo 2008). Sementara di Pulau Pramuka dan beberapa pulau lainnya ditemukan jenis Thalasia hemprichii sebesar 25.27%. Jenis lain yang hidup dilokasi ini adalah Enhalus acoroides (13.18%), Chymodocea rotundata (9.72%), Halodule uninervis (6%). Pada daerah ini terdapat 1005 ekor ikan, yang terdiri dari 21.29% Geres macrosoa (ikan kapas-kapas) berukuran 8.5cm, 24.87% Siganus canaliculatus
(ikan baronang) dan 9.95% Siganus margitiferis, 7.16% Parupunes barberius, 36./% adalah 29 jenis ikan lain (TNKS 2007).
Pulau dan Gosong
Objek pulau terdiri atas vegetasi hutan pulau, infrastruktur, pasir darat pantai. Pasir pada bentang darat pantai di Taman Nasional Kepulauan Seribu dideliniasi dengan memanfaatkan band 423 pada citra. Berdasarkan hasil survei di lapangan pasir pada bentang darat terdiri atas tipe pasir putih dan tipe pasir berkarang. Tipe pasir putih ditemukan di Pulau Karya, Pulau Kotok, Pulau Semak Daun dan Pulau Karang Congkak. Sementara tipe pasir berkarang dapat ditemukan di Pulau Pramuka.
Sementara gosong adalah dataran pasir yang terangkat seperti daratan namun tidak bervegetasi. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan penutupan lahan pulau yang terdiri atas pemukiman, penginapan dan vegetasi (Pulau Pramuka, Panggang, Karya dan Kotok), vegetasi tanpa pemukiman (Semak Daun dan Karang Congkak) dan penutupan budidaya tanpa vegetasi pada Gosong Pramuka.
4.2. Pemetaan Rekreasi Berdasarkan Faktor Biofisik
Rekreasi yang dapat dikembangkan dengan konsep wisata bahari dapat dikelompokkan menjadi wisata pantai dan wisata bahari. Wisata bahari adalah wisata yang obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape) (Sunarto 2000 dalam Yulianda 2007). Secara terpisah dapat dijelaskan wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi berenang, olah raga, menikmati pemandangan dan iklim. Sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka diketahui ekosistem utama pembentuk sistem biofisik kawasan kepulauan seribu adalah hutan pantai dan pasir yang merupakan bentang darat pantai, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang yang merupakan bentang laut. Setiap objek yang terdapat baik dibentang darat maupun bentang laut memiliki nilai yang memberikan kesempatan aktivitas wisata sehingga pengunjung mendapatkan pengalaman yang berbeda dari setiap bentang alam yang ada.
Rekreasi wisata bahari yang dianalisis dalam penelitian ini adalah rekreasi wisata pantai, snorkling, diving dan memancing yang dinilai berdasarkan nilai biofisik, penilaian pengunjung dan nilai ekonomi wisata.
4.2.1. Wisata Pantai
Wisata pantai di Taman Nasional Kepulauan Seribu dapat dilakukan di sepanjang pantai mulai dari pasir pada bentang darat pantai sampai bentang perairan pantai laut dangkal sebelum tubir. Aktifitas yang dapat dilakukan pada wisata ini adalah aktivitas berjemur, bersantai atau bermain di pasir sambil melihat keindahan alam di sekitarnya, aktivitas berenang di pinggir pantai sampai diperairan laut dangkal, bermain kano di perairan laut dangkal sambil menikmati alam sekitar.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan wisata pantai berdasarkan skoring parameter kesesuaian wisata dan pengamatan di lapangan (Lampiran 7)
didapat lokasi-lokasi yang memungkinkan untuk dilakukannya wisata pantai diantaranya :
a. Lokasi berpasir pada peta kesesuaian ditunjukkan dengan daerah warna kuning. Pada daerah ini dapat dilakukan aktivitas berjemur, bersantai dan bermain di pasir.
b. Lokasi pantai sampai bentang laut perarian dangkal ditunjukkan dengan warna biru tua untuk kelas sangat sesuai (S1), warna biru muda pastel untuk kelas cukup sesuai (S2), warna merah muda untuk kelas sesuai bersyarat (S3) dan warna merah tua untuk kelas tidak sesuai (N). Pada daerah sangat sesuai (S1) dapat dilakukan wisata berenang atau bersentuhan langsung dengan air. Pada daerah cukup sesuai (S2) dapat dilakukan aktifitas wisata yang bersentuhan langsung dengan air namun terdapat salah satu atau beberapa faktor pembatas seperti arus, biota berbahaya atau material dasar perairan. Pada daerah sesuai bersyarat (S3) memiliki banyak faktor pembatas, dapat dilakukan wisata yang bersentuhan langsung dengan air namun dengan perlakukan khusus seperti dibutuhkannya alat pengaman seperti coral boot atau pin, jaket pelampung, masker, dan lain sebagainya.
Hasil analisis rekreasi wisata pantai menunjukkan kelas sangat sesuai (S1) untuk Pulau Karang Congkak, Pulau Kotok, Pulau Karya dan di bagian selatan dan timur Pulau Semak Daun. Kelas cukup sesuai (S2) di bagian barat dan utara Pulau Semak Daun dan seluruh bagian Gosong Karang Lebar. Kelas sesuai bersyarat (S3) di Pulau Pramuka dan kelas tidak sesuai (N) di Pulau Panggang serta Gosong Pramuka. Berikut disajikan uraian kesesuaian untuk wisata pantai menurut pulau.
Wisata Pantai Pulau Pramuka
Bentang darat pantai berupa daerah berpasir dengan tipe pasir putih berkarang dapat dijumpai di sebelah selatan, timur dan utara. Aktifitas wisata pada ketiga lokasi ini adalah bersantai atau berjalan-jalan di pinggir pantai sambil menikmati alam. Kesan sunyi cukup terasa di sepanjang pantai terutama di bagian utara, timur dan selatan. Dengan tipe pasir putih berkarang aktifitas berjemur dan bermain pasir tidak disarankan dilakukan di daerah ini. Di pulau ini terdapat
penangkaran penyu sisik dan kupu-kupu yang dikelola oleh pihak Taman Nasional sebagai objek penelitian dan wisata.
Bentang perairan pantai laut dangkal di lokasi ini memiliki kelas kesesuaian sesuai bersyarat (S3) karena adanya faktor pembatas berupa material atau substrat dasar perairan berupa pasir berkarang dengan sedikit lumpur. Biota berbahaya seperti bulu babi di sebelah selatan, barat dan utara, biota berbahaya seperti ikan lepu, ikan pari dan bulu babi di pantai sebelah timur. Tutupan lahan berupa hutan mangrove di sebelah timur, belukar tinggi di sebelah utara, tiga dermaga atau pelabuhan (dermaga kabupaten, dermaga umum, dermaga tangkapan ikan) di sebelah barat dan pemukiman serta belukar tinggi di sebelah selatan. Kecepatan arus cukup tinggi yakni 30 cm/det disebelah timur dan utara sementara sebelah barat dan utara kecepatan arus 15 cm/det.
Aktifitas wisata yang dapat dilakukan di sebelah barat, timur, utara dan selatan adalah kanoing, banana boat atau jetski. Aktivitas berenang sangat tidak disarankan meskipun masih ada beberapa wisatawan yang melakukan aktifitas tersebut khususnya di lokasi sebelah barat dekat dermaga atau pelabuhan.
Wisata Pantai Pulau Panggang
Pulau ini adalah pulau pemukiman yang sangat padat sehingga hampir tidak ada ruang yang tersisa untuk wisata pantai. Tumpukan sampah di pantai sebelah selatan, keberdaan pelabuhan di sebelah utara dan penggunaan aktifitas budidaya berupa keramba di sebelah timur dan barat adalah faktor pembatas sehingga tidak ditemukan kelas kesesuaian lahan wisata pantai di pulau ini.
Aktifitas wisata yang dapat dinikmati di pulau ini adalah wisata melihat kehidupan masyarakat nelayan seperti nelayan bubu, nelayan jaring mora ami dan nelayan ikan hias.
Wisata Pantai Pulau Karya
Bentang darat pantai di Pulau Karya memiliki tipe pasir putih yang cukup bersih sehingga memungkinkan dilakukannya wisata berjemur, bersantai dan bermain pasir khususnya di sebelah timur, utara dan barat, sementara sebelah
selatan terdapat darmaga yang tidak terlalu ramai karena hanya merupakan dermaga penjemputan saja.
Bentang perairan laut dangkal di pulau Karya memiliki kelas sangat sesuai (S1) di lokasi sebelah timur sebagian utara dan barat. Kelas cukup sesuai (S2) di sebagian lokasi sebelah utara ke arah barat dengan faktor pembatas tutupan lahan perairan berupa tanaman bakau yang masih kecil dan material dasar perairan di lokasi ini adalah pasir sedikit berlumpur. Dari lokasi timur wisatawan dapat menikmati pemandangan aktivitas lalu lintas pelayaran di perairan Pramuka menuju pulau-pulau di sekitarnya dan aktivitas budidaya di Gosong Pramuka. Sementara di sebelah utara dan barat kesan sunyi lebih terasa dengan pemandangan pulau-pulau kecil dari kejauhan dan jika beruntung perairan ini merupakan lintasan lumba-lumba.
Wisata Pantai Pulau Semak Daun
Pulau ini merupakan pulau kecil yang terbentuk karena perkembangan gosong pasir. Tanah belum terbentuk sama sekali sehingga semua bentang darat di pulau ini adalah pasir putih. Semua aktifitas dipasir pantai seperti berjemur, bersantai dan bermain pasir atau bola pantai dapat dilakukan. Berjalan mengelilingi pulau dengan santai hanya butuh waktu 30 menit. Kesan sunyi dan sedikit terpencil dapat dirasakan. Berkemah, membuat api unggun dan membakar ikan hasil memancing adalah alternatif lain yang dapat dilakukan.
Bentang perairan pantai laut dangkal di pulau ini memiliki jenis material dasar pasir di sebelah selatan dan timur, sehingga memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) sementara di sebelah barat dan utara jenis materialnya adalah pasir berkarang sehingga memiliki kelas kesesuaian cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas selain material dasar adalah biota berbahaya dan arus.
Wisata Pantai Pulau Kotok
Vegetasi penutup yang paling dominan adalah pandan dan kelapa. Pantai di sebelah selatan mempunyai topografi landai, sedangkan pantai yang menghadap ke utara bertopografi agak curam. Jika dilihat dari materialnya, pantai
yang menghadap ke selatan memiliki pasir lebih halus dari pada yang menghadap ke utara.
Bentang perairan laut dangkal di pulau Kotok memiliki kelas sangat sesuai (S1) di lokasi sebelah timur sebagian utara dan barat. Secara spasial, potensi wisata pantai di Kelurahan Pulau Panggang dapat dilihat pada Gambar 7.
4.2.2. Wisata Terumbu Karang
Pemetaan kesesuaian wisata diving dan wisata snorkling dibangun menggunakan parameter yang sama, kecuali parameter lebar hamparan karang adalah parameter tambahan untuk wisata snorkling. Analisis kesesuaian wisata diving dan snorkling dilakukan pada semua stasiun pengamatan yang berjumlah 28 stasiun (Gambar 8) dengan persentase tutupan komunitas terumbu karang pada masing-masing stasiun yang dijelaskan pada Lampiran 4.
Penilaian terhadap ekosistem komunitas terumbu karang yang merupakan salah satu unsur parameter utama ditekankan pada unsur-unsur bentuk pertumbuhan (lifeform) yang memberi nilai keindahan saja dalam hal ini adalah karang keras, karang lunak, other faunas (kima, anemon, bintang laut). Bentuk pertumbuhan lain yang dianggap tidak memberi nilai keindahan seperti patahan karang, pasir, karang mati, alga dan lain-lain yang sejenis tidak dimasukkan dalam nilai persentase tutupan komunitas terumbu karang.
Fauna lain seperti bulu babi adakalanya dipandang sebagai fauna yang membuat wisatawan awam panik ketika melakukan aktifitas wisata. Bagi wisatawan yang sudah berpengalaman, bulu babi bukan biota berbahaya yang harus ditakuti karena tidak akan mencederai wisatawan selama mereka berhati-hati agar tidak tertusuk duri bulu babi. Bahkan beberapa wisatawan senang mengambil bulu babi untuk dimakan telurnya karena dinyakini memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.
Jumlah jenis kelimpahan ikan karang di sebagian pulau lokasi penelitian cukup rendah berkisar antara 17 - < 30 jenis. Kondisi ini menyebabkan skor kesesuaian untuk kelimpahan jenis ikan menjadi rendah.
Hasil analisis menunjukkan enam lokasi sangat sesuai (S1) di 4 (empat) pulau (Pramuka, Panggang, Kotok dan Karang Congkak) pada kedalaman 1-4m untuk wisata snorkling (Gambar 9) dengan spot yang kecil dan sembilan lokasi sangat sesuai (S1) di lima pulau (Pramuka, Panggang, Semak Daun, Karang Congkak dan Kotok) pada kedalaman 4-10m untuk wisata diving (Gambar 10). Secara detil hasil perhitungan nilai indeks kesesuaian wisata dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk wisata diving dan Lampiran 6 untuk wisata snorkling.
Wisata Terumbu Karang Pulau Pramuka
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesesuaian wisata didapat tiga kelas kesesuaian di Pulau Pramuka untuk wisata snorkling yang terdiri dari kelas sangat sesuai yang terdapat di sebelah selatan Pulau Pramuka dengan luas 2.207 ha. Kelas cukup sesuai terdapat di lima lokasi yaitu sebelah barat ke arah selatan dengan luas 2.641 ha, sebelah selatan dengan luas 4.023 ha, sebelah timur ke arah selatan dengan luas 2.789 ha, sebelah utara ke arah barat dengan luas 1.76 ha dan sebelah utara dengan luas 0.291 ha. Kelas sesuai bersyarat (S3) terdapat di tiga lokasi yaitu sebelah timur dengan luas 3.902 ha, sebagian di sebelah barat ke arah utara dengan luas 1.175 ha dan sebelah utara dengan luas 1.798 ha. Sementara untuk jenis wisata selam didapat dua kelas kesesuaian yakni sangat sesuai (S1) disebelah selatan dan cukup sesuai dilokasi lainnya.
Kelas kesesuaian dengan kriteria sangat sesuai (S1) untuk wisata snorkling di lokasi selatan terletak pada kedalaman 1-3m dengan tutupan komunitas karang sebanyak 59% yang terdiri atas 50% hardcoral dengan variasi jenis yang cukup merata walaupun dalam jumlah yang tidak besar untuk jenis lifeform Acropora branching, Coral branching, Acropora tabulate, Coral foliose, Coral massive, Coral mushroom, Softcoral, Sponge dan Other fauna seperti Anemon, Lili laut dan hewan avertebrata lainnya. Terumbu di lokasi ini terbentuk atas 13 lifeform menunjukkan keragaman komunitas karang yang cukup tinggi dan membuat skor kesesuaian di lokasi ini memiliki kelas sangat sesuai (S1) disamping skor lain yang memiliki bobot tinggi adalah kecerahan. Dari hasil pengamatan di lapangan pada lokasi ini terdapat 25 jenis ikan dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan lokasi lain di Pulau Pramuka. Wisata diving di lokasi Pramuka selatan menjadi lokasi dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2) karena adanya faktor pembatas berupa kedalaman.
Dari sisi jarak lokasi ini tidak terlalu jauh dari Pulau Pramuka namun cukup sunyi karena bukan termasuk jalur pelayaran dan sedikit aktivitas masyarakat, sehingga ketika pengunjung berada di lokasi ini kesan sunyi cukup terasa. Untuk mencapai lokasi ini dapat digunakan kano atau perahu kecil dari arah timur atau barat pulau dan dapat juga dengan menggunakan kapal dengan jalur memutar dari arah dermaga.
Kelas kesesuaian cukup sesuai (S2) di 5 (lima) lokasi untuk wisata snorkling memiliki faktor pembatas kedalaman, persentase komunitas karang dan arus. Di sebelah selatan faktor pembatas utama adalah kedalaman. Lokasi cukup sesuai (S2) di sebelah selatan terdapat pada kedalaman 4-15 m, sementara jumlah komunitas karang berkisar antara 59% - 41.02% dan jumlah lifeform cukup tinggi antara 13-14 jenis. Pada wisata selam lokasi ini menjadi kelas sangat sesuai (S1).
Pada kedalaman 1-5m di sebelah barat mempunyai persentase komunitas karang yang cukup rendah sebanyak 27% dengan jumlah lifeform 10, di sebelah utara ke arah barat (barat laut) 22% jumlah lifeform 11 dan disebelah timur 27% dengan jumlah lifeform 11. Cukup tingginya jumlah lifeform pada lokasi ini menunjukkan adanya keragaman bentuk pertumbuhan karang yang tinggi hanya saja jumlah persentase masing-masing jenis sangat sedikit sehingga tidak bisa mencapai kondisi S1.
Faktor kedalaman masih menjadi pembatas utama pada kedalaman 6-10 m sementara jumlah komunitas karang pada lokasi sebelah barat (36%), barat laut (26.82%) dan timur (59.62%) pada kedalaman ini cenderung lebih tinggi dari kedalaman 1-5m. Khusus pada lokasi sebelah timur kesesuaian dengan kriteria cukup sesuai (S2) hanya sampai pada kedalaman 6 m.
Kelas kesesuaian sesuai bersyarat (S3) terdapat pada lokasi sebelah timur pada kedalaman 6-15m. Pada lokasi ini tutupan komunitas karang cukup baik yakni 59.62% dengan lifeform 12 jenis hanya saja kecepatan arus yang cukup tinggi yakni 30 cm/det membuat lokasi ini tidak bisa mencapai kelas S2. Faktor arus dan kedalaman juga menjadi pembatas di sebelah utara selain jumlah komunitas karang yang cukup rendah yakni 28.26%. Sementara untuk sebelah barat faktor pembatas utama adalah kedalaman dan jumlah komunitas karang 26.82%. Pada wisata selam lokasi ini menjadi kelas cukup sesuai (S2).
Dari seluruh lokasi diatas yang dapat dijadikan sebagai prioritas lokasi snorkling dan selam adalah seluruh bagian di sebelah selatan, sebagian di sebelah barat dan sebagian di sebelah barat laut dari pulau.
Wisata Terumbu Karang Pulau Panggang
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk wisata didapat tiga kelas kesesuaian untuk wisata snorkling di pulau panggang yang terdiri dari kelas sangat sesuai (S1) yang terdapat di sebelah selatan pulau panggang dengan luas 1.012 ha. Kelas cukup sesuai (S2) terdapat di lokasi sebelah selatan dengan luas 34.107 ha dan sebelah barat dengan luas 8.169 ha. Kelas sesuai bersyarat (S3) terdapat di lokasi sebelah barat 13.519 ha.
Kelas kesesuaian dengan kriteria sangat sesuai untuk snorkling dan diving dilokasi selatan terletak pada kedalaman 1-3m dengan tutupan komunitas karang sebanyak 88.90% yang terdiri atas 83% hardcoral dengan jenis Acropora branching, Coral foliose, Coral massive dan Coral branching yang cukup mendominasi, 6% Softcoral dan beberapa fauna lain seperti Kima dan Lili laut. Pada lokasi ini terumbu terbentuk atas 13 lifeform sehingga terlihat keragaman komunitas karang yang cukup tinggi. Seperti di Pulau Pramuka bagian selatan di lokasi ini ada 26 jenis ikan yang ukuran yang cukup bervariasi.
Lokasi cukup sesuai (S2) untuk wisata snorkling di sebelah selatan terdapat pada kedalaman 4-10m. Faktor pembatas pada lokasi ini adalah kedalaman dan lifeform. Pada kedalaman 4-5m kondisi ekosistem terumbu karang sama dengan kedalaman 1-3m sementara pada kedalaman 6-10m jumlah komunitas karang 81.04% dan jumlah lifeform 10 jenis. Presentase Acropora branching dan Coral foliose di lokasi ini masih mendominasi seperti di kedalaman 1-5m dengan beberapa jenis karang keras lain masih ada walaupun sedikit (1-4%). Wisata selam lokasi ini menjadi kelas sangat sesuai (S1).
Lokasi cukup sesuai (S2) untuk wisata snorkling dan diving di sebelah barat terdapat pada kedalaman 2-6m dengan faktor pembatas utama adalah jumlah jenis lifeform. Jumlah komunitas karang dilokasi ini sebanyak 68.59% sementara jumlah lifeform 10 jenis. Lokasi ini didominasi oleh Acropora brancing 38.80%, Coral foliose 7.6%, Acropora tabulate 6.67% yang tidak tidak terlalu banyak dijumpai di lokasi lain dapat dilihat di lokasi ini dan masih ada jenis bentuk lain sebanyak 1-4%.
Baik lokasi di sebelah selatan maupun di sebelah barat memiliki jarak yang agak jauh dari pulau dan bukan termasuk jalur pelayaran sehingga ketika
pengunjung berada di lokasi ini kesan sunyi cukup terasa walau masih terlihat adanya pemukiman di kejauhan. Untuk mencapai lokasi ini hanya dapat digunakan kapal.
Lokasi sesuai bersyarat (S3) untuk wisata snorkling di sebelah barat terdapat pada kedalaman 7-15m dengan jumlah komunitas karang 21% dan jumlah lifeform 7. Namun pada wisata diving lokasi ini menjadi kelas cukup sesuai (S2).
Lokasi lain di Pulau Panggang yaitu sebelah utara dan timur selain memiliki jumlah komunitas karang yang kurang baik juga pada lokasi tersebut merupakan jalur pelayaran yang cukup padat dan ramai sehingga tidak mungkin dilakukan aktifitas rekreasi di lokasi tersebut.
Wisata Terumbu Karang Perairan Dekat Panggang
Di luar Pulau Panggang atau terpisah dari Pulau Panggang terdapat tiga terumbu yang memiliki jumlah komunitas karang yang cukup tinggi yaitu 97.94% pada kedalaman 1-5m dan 92.96% pada kedalaman 6-15m. Pada kedalaman 1-3m didapat kelas sangat sesuai (S1) untuk wisata snorkling dan kelas cukup sesuai (S2) untuk wisata diving. Pada kedalaman 4-15m didapat kelas cukup sesuai (S2) untuk wisata snorkling dengan faktor pembatas kedalaman dan sangat sesuai (S1) untuk wisata diving.
Secara keseluruhan lokasi ini didominasi oleh Softcoral 74% pada kedalaman 1-5m dan 46.24% pada kedalaman 6-15m sehingga lokasi ini cukup unik dan berbeda dari lokasi lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan menunjukkan lokasi ini sebagai tempat yang sangat disukai karena menurut mereka melakukan snorkling dan diving di lokasi ini seperti melewati hamparan karpet yang sangat lembut.
Wisata Terumbu Karang Pulau Karya
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan di Pulau Karya hanya ditemukan satu kelas kesesuaian cukup sesuai (S2) disebelah barat dan di sebelah timur untuk wisata snorkling dan diving.
Pada kedalaman 2-5m dengan jumlah komunitas karang sebesar 74% yang didominasi oleh jenis karang keras dengan jumlah 70% terutama bentuk Coral Masive sebesar 39.54%. Pada kedalaman 6-15m kelas cukup sesuai baik di barat maupun di timur dibentuk oleh jumlah komunitas karang sebesar 58.64% yang terdiri atas karang keras 44.76% dengan dominasi Coral masive 22.14%, karang lunak 7.7%, fauna lain seperti anemon, lili laut dan kima sebesar 3.02%.
Jumlah jenis lifeform dan jenis ikan yang cukup rendah yakni 11 jenis lifeform dan 17 jenis ikan membuat skor di lokasi ini tidak bisa mencapai kelas sangat sesuai (S1).
Wisata Terumbu Karang Pulau Kotok
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian untuk Pulau Kotok di dapat 3 (tiga) kelas untuk wisata snorkling dan dua kelas untuk wisata diving.
Lokasi sebelah selatan pada kedalaman 3-4m memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) untuk wisata snorkling dengan luas 0.5 ha. Jumlah komunitas karang pada lokasi ini adalah 79.72% yang didominasi oleh Coral massive 26.94%, Coral branching 12.68%, Acropora tabulate 5.88%, Coral foliose antara 3-5%. Pada kedalaman 5-15m pada lokasi ini memiliki kelas cukup sesuai untuk wisata snorkling (3.806 ha) dengan pembatas utama adalah kedalaman. Jumlah komunitas karang 86.40% dengan dominasi Coral massive 41.04%, Acropora branching, Acropora tabulate selain itu ditemukan juga Lili Laut 7%, Anemon 3.30%, Kima 0.24% dan Bintang laut 1.2% . Sebaliknya untuk wisata diving pada lokasi ini memiliki kelas sangat sesuai (S1) pada kedalaman 3-10m dan selanjutnya pada kedalaman 10-15m memiliki kelas yang sama cukup sesuai (S2).
Kelas kesesuaian cukup sesuai untuk wisata snorkling dan diving lainnya (S2) pada lokasi dengan luas 17.688 ha yang terdiri dari 0.335 ha di sebelah utara dengan jumlah komunitas karang 25.54% pada kedalaman 3-5 m. di sebelah barat 8.88 ha dengan jumlah komunitas karang 54.28% pada kedalaman 1-15m. Disebelah timur 4.667 ha dengan jumlah komunitas karang 26.63% pada kedalaman 1-5m dan 36.83% pada kedalaman 6-15m.
Kelas kesesuaian sesuai bersyarat untuk wisata snorkling (S3) adalah lokasi sebelah utara seluas 3.423 ha dengan pembatas utama persentase tutupan
karang yang sangat rendah 21.66% pada kedalaman 6-15m. Sementara untuk wisata diving lokasi ini memiliki kelas cukup sesuai (S2).
Wisata Terumbu Karang Pulau Semakdaun dan Gosong Karanglebar
Berdasarkan hasil analisa kesesuaian lahan di Pulau Semak Daun dan Gosong Karanglebar tidak ditemukan kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) untuk wisata snorkling ini disebabkan oleh adanya faktor pembatas lifeform dan kedalaman terumbu karang. Pada wisata diving didapatkan dua kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2).
Kelas kesuaian cukup sesuai (S2) untuk wisata snorkling ditemukan di lokasi sebelah barat 13.155 ha dan selatan 24.264 ha untuk Pulau Semak Daun. Sementara untuk wisata diving di sebelah barat tergolong sangat sesuai (S1) dan disebelah selatan menjadi kelas kesesuaian cukup sesuai (S2).
Pada Gosong Karanglebar kelas cukup sesuai (S2) untuk wisata snorkling ditemukan di lokasi sebelah barat (ST29) seluas 9.983 ha, di sebelah utara (ST31) 1.624 ha, di sebelah timur (ST07) 16.469, di sebelah selatan (ST 32) 8.303 ha dan di sebelah barat daya (ST33) 17.421 ha. Untuk wisata diving lokasi di sebelah barat pada kedalaman 5-15m dan sebagian di sebelah utara pada kedalaman 3-15m serta di sebelah selatan pada kedalaman 6-15 tergolong sangat sesuai (S1) sementara di sebelah timur pada kedalaman 3-15m dan sebagian di sebelah selatan pada kedalaman 3-15m tergolong cukup sesuai (S2).
Lokasi di sebelah barat (ST01) dari Pulau Semak Daun pada kedalaman 1-5m mempunyai jumlah komunitas karang 53.67%. Pemandangan yang mendominasi pada lokasi ini adalah Coral massive sebanyak 20.20% sementara jenis pertumbuhan karang lain dari 11 jenis lifeform yang ada berkisar antara 1-5%. Pada kedalaman 6-15m pemandangan yang dapat dinikmati tidak jauh berbeda yakni tutupan komunitas karang sebanyak 57.8% dengan Coral massive 24.77% dari 44.24% karang keras yang ada.
Lokasi di sebelah selatan (ST 30) dari Pulau Semak Daun pada kedalaman 1-5m mempunyai tutupan karang yang cukup rendah yakni 36% dengan dominasi Coral massive sebanyak 20.80% dan bentuk pertumbuhan sebanyak 8 jenis lifeform. Pada kedalaman 6-10m jumlah tutupan lebih rendah yakni 28.2% dan
tidak lagi didominasi oleh Coral massive tapi lebih merata untuk Coral massive, Coral foliose dan Softcoral berkisar 7-8% dan lain-lain 1-2% .
Lokasi di sebelah utara dari Gosong Karanglebar (ST29) pada kedalaman 1-5m mempunyai tutupan karang cukup tinggi yakni 80.24% hanya saja jenis bentuk pertumbuhan sangat rendah yakni 4 jenis dengan dominasi jenis lifeform acropora branching 36.43%, coral foliose 39.97%, coral branching 1% dan coral massive 3%. Karena rendahnya jumlah lifeform sehingga mengurangi keindahan lokasi dan menyebabkan lokasi ini tergolong kelas sangat sesuai (S1) walaupun tutupan karangnya cukup tinggi. Meskipun demikian menurut wisatawan lokasi ini cukup unik karena seperti berada diantara dahan (Acropora branching) dengan dedaunan (Coral foliose) yang sangat rimbun.
Lokasi di sebelah tenggara (ST07) dari Gosong Karanglebar pada kedalaman 1-5 mempunyai tutupan komunitas karang sangat rendah yakni 16.41% dan pada kedalaman 6-15m mulai meningkat 38.44%. Mestinya lokasi ini menjadi lokasi sesuai bersyarat (S3) namun karena kecerahan memiliki bobot 5 dan memiliki lifeform 9 jenis sehingga mempunyai kelas sama dengan tutupan komunitas karang di sebelah utara Gosong Karang Lebar (80.24%) yakni cukup sesuai (S2).
Lokasi di sebelah selatan (ST32) dari Gosong Karang Lebar pada kedalaman 1-5m mempunyai tutupan komunitas karang 43.4% dengan 9 jenis lifeform. Pada kedalaman 6-15m dengan 10 jenis lifeform yang terdiri dari Acropora branching 19.03%, Coral foliose 14.57%, Softcoral 11.43%, Coral massive 7.47%, Sponge 7.17%, Coral millepora 3.33% dan lain-lain antara 1-3%. Oleh karena itu lokasi ini tergolong kelas sangat sesuai (S1) untuk wisata diving.
Lokasi di sebelah barat daya (ST33) dari Gosong Karang Lebar mempunyai tutupan komunitas karang 40.25% dengan dominasi jenis Coral massive dan Acropora branching pada kedalaman 1-5m dan 45.23% dengan dominasi Acropora branching, Coral foliose, Softcoral dan Coral massive pada kedalaman 6-15m.
Lokasi di sebelah timur (ST31) Gosong Karanglebar tergolong kelas sesuai bersyarat (S3) untuk wisata snorkling dan kelas cukup sesuai (S2) untuk wisata diving dengan faktor pembatas tutupan komunitas karang yang sangat
rendah 25.9% pada kedalaman 1-5m dan 11.3% pada kedalaman 6-15m kedua kedalaman ini dibentuk oleh 7 jenis lifeform.
Wisata Terumbu Karang Pulau Karang Congkak
Lokasi sangat sesuai (S1) untuk wisata snorkling terletak di sebelah selatan ke arah barat dengan luas 2.538 ha pada kedalaman 1-4m dan sebelah utara dengan luas 1.055 ha pada kedalaman 1-5m. Pada kedalaman 6-15m di kedua lokasi ini tergolong kelas cukup sesuai (S2). Sementara untuk wisata diving, kedua lokasi ini tergolong sangat sesuai (S1) pada kedalaman 3-15m di sebelah utara dan selatan ke arah barat.
Lokasi di sebelah selatan ke arah barat pada kedalaman 1-5m mempunyai jumlah komunitas karang 80.48% dengan sebaran cukup merata untuk beberapa jenis karang keras. Pada kedalaman 6-15m tutupan komunitas karang lebih rendah yakni 62.43% dengan keragaman cukup tinggi yakni 11 lifeform. Karang keras yang dominan pada kedalaman ini adalah Coral foliose (14.97%) dan Coral massive (17.63%) sementara yang lain tidak terlalu banyak (3-4%).
Lokasi di sebelah utara pada kedalaman 1-5m mempunyai jumlah komunitas karang 78.33%. Pada lokasi ini didominasi oleh Acropora branching 43.10% dari 56.73% karang keras yang ada dan keindahan lokasi ini dilengkapi dengan keberadaan Softcoral sebanyak 20,1%. Pada kedalaman 6-15m dilokasi ini memiliki tutupan komunitas karang 55.2% yang didominasi oleh bentuk Acropora branching, Coral foliose dan Coral massive dari 9 bentuk lifeform yang ada.
Lokasi cukup sesuai untuk wisata snorkling dan diving (S2) terletak di sebelah barat 21.275 ha pada kedalaman 1-15m, di sebelah timur 10.079 ha pada kedalaman 1-15m, di sebelah utara 10.516 ha pada kedalaman 6-15, dan di sebelah barat daya 3.821 ha pada kedalaman 5-15m dan di sebelah tenggara 7.377 ha pada kedalaman 1-15m.
Lokasi di sebelah barat pada kedalaman 1-5m mempunyai faktor pembatas pada jumlah lifeform yakni 7 jenis walaupun memiliki jumlah komunitas karang yang cukup baik yakni 70.8% dengan dominasi Acropora branching 34.23%, Coral submassive 29.33% dan Coral massive 4.17% dan bentuk lain kurang dari
2%. Sebaliknya pada kedalaman 6-15m yang menjadi faktor pembatas adalah jumlah komunitas karang yang cukup rendah yakni 33.5% dengan jenis lifeform 8.
Lokasi di sebelah timur pada kedalaman 1-5m mempunyai faktor pembatas pada jumlah komunitas karang 52.9% dengan lifeform 8 untuk wisata snorkling sementara untuk wisata diving lokasi ini memiliki kelas sangat sesuai (S1) pada kedalaman 4-5m karena faktor kecerahan perairan. Pada kedalaman 6-15m yang menjadi faktor pembatas adalah kedalaman, sementara jumlah tutupan karang tidak jauh berbeda yakni 51.8 dan lifeform 12 jenis.
Lokasi di sebelah tenggara Karang Lebar pada kedalaman 1-5m dan 6-15m memiliki kondisi tutupan komunitas karang yang rendah yakni 47-31.2% sehingga tergolong kelas cukup sesuai (S2) baik untuk wisata snorkling maupun untuk wisata diving.
4.2.3. Wisata Memancing
Wisata memancing merupakan wisata dengan tujuan kesenangan dalam mendapatkan ikan dari hasil memancing dan pengalaman ketika menarik kail hasil tangkapan sampai melihat jenis dan ukuran ikan yang didapat. Dalam menentukan lokasi memancing sebagaimana digambarkan di peta (Gambar 11) difokuskan pada lokasi yang memungkinkan bagi wisatawan untuk bisa dengan mudah mendapatkan ikan dalam hal ini adalah daerah keramba dan daerah yang di bawahnya ada terumbu buatan (artificial reef).
Tidak direkomendasikannya area memancing di sekitar daerah terumbu karang disebabkan jumlah kelimpahan ikan karang yang saat ini semakin berkurang dan menghindari terjadinya konflik pemanfaatan dengan wisata snorkling atau diving di sekitar terumbu karang.
Wisata Memancing di Lokasi Terumbu Buatan
Pada peta (Gambar 11) lokasi terumbu buatan ditunjukkan oleh titik berwarna merah dengan garis baffer 100m. Terumbu buatan terletak di kedalaman 20-25m pada lokasi terumbu karang yang telah mengalami degradasi sebagai tempat tinggal sementara atau menetap, tempat mencari makan, memijah dan
daerah asuhan dan perlindungan bagi hewan laut dalam hal ini adalah ikan dan biota-biota laut lainnya.
Penempatan terumbu buatan pada umumnya tidak berada di jalur lalu lintas laut dan minimal berjarak 1 mil laut dari kawasan pemanfaatan (wisata, pemukiman, budidaya ikan maupun terumbu buatan lainnya) sehingga kesan sunyi dan terpencil dapat dirasakan oleh wisatawan.
Pada lokasi terumbu buatan sedikitnya ada 59 jenis spesies ikan. Dari 59 spesies tersebut, 25 spesies tergolong kelompok ikan target yang merupakan target penangkapan para nelayan yang dijadikan sumber mata pencaharian dan konsumsi manusia seperti Caesionidae (ikan ekor kuning), Lutjanidae (ikan kakap dan jenaha), Lethrinidae (ikan lencam) dan Haemulidae (ikan kumpele), 5 spesies termasuk kelompok ikan indikator seperti Chaetodon octofasciatus, Chelmon muelleri, Chelmon rostrastus, Heniochus intermedius, Parachaetodon ocellatus, dan sisanya 29 spesies merupakan kelompok ikan mayor utama yang menjadi target tangkapan nelayan ikan hias seperti Pomacentridae (ikan betok laut), Ephippidae (ikan gebel), dan lain-lain (Sudin Perikanan 2007).
Dari hasil wawancara dengan nelayan jaring muroami dikatakan bahwa masih banyak lagi terumbu karang buatan dalam bentuk rumpon yang dibuat oleh Nelayan Muroami di sekitar perairan Semak Daun, Karang Congkak, dan pulau-pulau yang lebih jauh lagi (tidak ada data koordinat di peta). Setiap nelayan setidaknya memiliki minimal 5 rumpon sebagai daerah tangkapan mereka. Keberadaan rumpon-rumpon tersebut hanya diketahui oleh nelayan sehingga wisatawan dapat menghubungi mereka sebagai pemandu sekaligus dapat meminjam kapal mereka.
Wisata Memancing di Lokasi Budidaya
Lokasi budidaya ikan pada peta di tunjukkan dengan titik berwarna ungu (Gambar 11) yang tersebar di Pulau Panggang, Gosong Pramuka, Semak Daun dan Karang Congkak. Lokasi ini berada di sekitar daerah goba (perairan dalam di tengah gosong atau pulau) yang cukup terlindung dari angin dan gelombang besar. Berada di lokasi budidaya di Pulau Panggang dan Gosong Pramuka yang dekat
dengan pemukiman dan pelayaran akan sangat berbeda dengan memancing di lokasi Semak Daun dan Karang Congkak yang lebih sunyi dan terpencil.
Budidaya perikanan yang dikembangkan di lokasi ini adalah ikan kerapu tikus, ikan kerapu sunu, ikan kerapu macan, ikan baronang, dan lain-lain. Saat ini lokasi budidaya perikanan belum dimanfaatkan untuk kepentingan wisata memancing namun dari hasil wawancara dengan nelayan budidaya mereka menginginkan adanya pemanfaatan aktifitas wisata pada lokasi budidaya mereka terutama memancing dengan terlebih dahulu menyediakan fasilitas area memancing di sekitar keramba sekaligus tempat pembakaran ikan bagi wisatawan yang ingin langsung menikmati hasil pancing.
4.3. Pemetaan Wisata Berdasarkan Penilaian Wisatawan
Berdasarkan hasil survei jumlah wisatawan di Kepulauan Seribu lebih didominasi oleh wisatawan nusantara (winus) 78% yang berasal dari Jabodetabek sementara wisatawan mancanegara (wiman) 22% (Gambar 12).
Wisatawan nusantara terdiri atas 78% wisatawan yang berasal dari Jakarta, 8% dari Bekasi, 7% dari Depok dan 5% dari Bogor disajikan pada Gambar 13. Sementara wisatawan mancanegara terdiri atas 24% dari Malaysia, 29% dari USA, 23% dari Korea, 12% dari Australia, dan 6% masing-masing dari Cina dan Italia disajikan pada Gambar 14 .
Gambar 13. Sebaran Asal Responden Wisatawan Gambar 12. Sebaran responden domestik dan mancanegara
Wisatawan lebih senang datang secara berkelompok baik dengan teman (64%), dengan rombongan tour wisata (28%), dengan pasangan atau keluarga (4%) dan kunjungan sendiri hanya 4% disajikan pada Gambar 15. Kunjungan wisatawan lebih pada tujuan untuk bersenang-senang (90%), pendidikan/pelatihan (6%) dan tujuan bisnis (4%).
Berdasarkan hasil survei, wisatawan yang datang ke pulau melakukan beberapa aktifitas rekreasi di beberapa lokasi atau pulau yang berbeda dalam satu atau beberapa kali perjalanan. Aktifitas rekreasi antar pulau yang biasa dilakukan adalah snorkling dan diving yang dapat dilakukan di Pulau Pramuka, Gosong Pramuka, Panggang, Semak Daun, Karang Congkak dan Kotok. Rekreasi
Gambar 14. Sebaran Asal Responden Wisatawan Mancanegara
memancing dapat dilakukan di Perairan Pulau Gosong Pramuka, Panggang, Semak Daun, dan Karang Congkak. Rekreasi jalan-jalan di Pulau Pramuka, Panggang dan Gosong Pramuka sambil berbelanja membeli produk khas pulau. Rekreasi jalan-jalan menikmati pemandangan dapat dilakukan di Pulau Pramuka, Semak Daun, Karang Congkak dan Kotok.
Dalam penelitian ini wisatawan diminta untuk menilai obyek rekreasi khususnya penilaian terhadap pulau dan pemandangan darat pantai, penilaian terhadap terumbu karang dan lokasi terumbu karang serta penilaian terhadap kondisi perairan pantai. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada keindahan/kealamian, aksesibilitas dan kenyamanan. Berikut adalah hasil penilaian wisatawan terhadap obyek rekreasi pulau dan pemandangan darat pantai, terumbu karang dan perairan pantai.
4.3.1. Penilaian Wisatawan Terhadap Pulau dan Pemandangan Darat Pantai Kategori penilaian keindahan pemandangan pulau dan daratan pantai dilokasi penelitian diperoleh kelas bagus di semua bagian Pulau Semak Daun diikuti berikutnya oleh Pulau Kotok bagian tengah, timur, utara dan selatan dengan alasan kealamian, kebersihan, topografi dan aksesibilitas yang baik. Kelas cukup bagus di bagian barat Pulau Kotok dengan faktor pembatas pasir yang agak berlumpur. Berikutnya masih dalam kelas cukup bagus di Pulau Pramuka bagian tengah dengan faktor pembatas adanya pemukiman dan seluruh bagian Pulau Karang Congkak dengan faktor pembatas aksesibilitas yang lebih sulit dari pulau Semak Daun. Kelas kurang bagus disemua bagian Pulau Karya dengan faktor pembatas peruntukan wilayah bagi perkantoran dan pemakaman. Berikutnya kelas kurang bagus juga terdapat di bagian timur Pulau Pramuka. Kelas tidak bagus didapat di bagian barat Pulau Pramuka dengan faktor pembatas keberadaan dermaga dan kurangnya penataan. Berikutnya kelas keempat juga terdapat di semua bagian di Pulau Panggang dan Gosong Pramuka dengan faktor pembatas kebersihan dan kenyamanan.
4.3.2. Penilaian Wisatawan Terhadap Terumbu Karang
Penilaian terhadap terumbu karang dan lokasi rekreasi terumbu karang menunjukkan empat kelas dengan kisaran nilai yang sama dengan penilaian keindahan pemandangan pulau. Kelas bagus diperoleh di Pulau Panggang bagian selatan, Pulau Semak Daun bagian utara, Pulau Karang Congkak bagian selatan. Kelas cukup bagus diperoleh di semua bagian Pulau Kotok, Pulau Gosong Pramuka, di sebagian besar Pulau Semak Daun, Karang Congkak dan di bagian timur serta selatan Pulau Pramuka dengan faktor pembatas jumlah jenis karang yang kurang bervariasi. Kelas kurang bagus diperoleh di bagian utara Pulau Pramuka, bagian utara Pulau Semak Daun, bagian barat Pulau Panggang dan seluruh bagian Pulau Karya dengan faktor pembatas persentase tutupan karang. Kelas tidak bagus diperoleh di bagian barat Pulau Pramuka, bagian timur dan utara Pulau Panggang dengan faktor pembatas lalu lintas pelayaran yang ramai dan rendahnya persentase tutupan karang. Berikutnya kelas tidak bagus juga ditemukan di daerah Goba di Karang Congkak dan Semak Daun dengan faktor pembatas kedalaman, aksesibilitas, jenis karang dan biota berbahaya.
4.3.3. Penilaian Wisatawan Terhadap Perairan Pantai
Penilaian terhadap perairan pantai untuk aktifitas wisata pantai menunjukkan kelas bagus di perairan Pulau Semak Daun dengan alasan kejernihan perairan, materi dasar perairan berupa pasir putih yang halus dan kurangnya gangguan pelayaran. Kelas cukup bagus di perairan Pulau Kotok, Pulau Karang Congkak dan Pulau Karya dengan alasan kebersihan. Kelas kurang bagus di peroleh perairan Pulau Pramuka dengan alasan adanya sedikit pengaruh pencemaran dermaga dan pemukiman dibagian barat, arus di bagian timur yang cukup keras dan materi dasar perairan yang cukup kasar. Kelas tidak bagus diperoleh diperairan Pulau Panggang dengan alasan tidak ada lokasi perairan yang bersih dan adanya aktifitas dermaga yang ramai. Kelas tidak bagus berikutnya di perairan Gosong Pramuka dengan alasan kebersihan dan pencemaran dari aktifitas industri.
Dari penilaian pengunjung diatas diperoleh beberapa kelas penilaian rekreasi sebagaimana digambarkan secara spasial pada Gambar 16.
4.4. Pemetaan Wisata Berdasarkan Nilai Ekonomi
Secara umum nilai ekonomi dari sumberdaya alam didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai biofisiks dari ekosistem bisa di ”terjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa.
Nilai keinginan membayar dalam hal ini adalah surplus konsumen dipengaruhi oleh tingkat kunjungan dan biaya perjalanan dalam sebuah fungsi permintaan.
4.4.1. Tingkat Kunjungan
Tingkat kunjungan wisatawan ke lokasi wisata menunjukkan tingkat kesukaan terhadap objek wisata yang dikunjungi. Selain faktor tingkat kesukaan, juga menggambarkan tingkat kepuasan yang diperoleh atas kunjungan sebelumnya. Artinya semakin banyak frekuensi wisatawan berkunjung ke lokasi wisata, maka kondisi tersebut dapat menggambarkan kesukaan dan kepuasannya terhadap lokasi wisata tersebut. Jumlah kunjungan wisata ke lokasi wisata dipengaruhi banyak faktor, antara lain biaya yang dikeluarkan wisatawan (travel cost), tingkat pendapatan wisatawan, daya tarik objek wisata, kemudahan akses dari domisili wisatawan, dan faktor keamanan serta kenyamanan
Tingkat kepuasan pengunjung juga ditunjukkan oleh lama wisatawan berada di lokasi. Wisatawan yang berkunjung ke pulau biasanya akan menghabiskan waktu berlibur lebih dari 1 hari atau 24 jam sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 17. Hari kunjungan dimulai pada hari jumat kemudian hari sabtu dan minggu.
.
Tingkat kunjungan wisatawan sebagaimana disajikan pada Gambar 18 diatas menunjukkan kunjungan wisatawan berulang sebanyak 34% dimana laju kunjungan tertinggi adalah responden yang baru pertama kali berkunjung (66%), responden dengan kunjungan kedua 8%, kunjungan ketiga 5% dan kunjungan lebih dari 4 kali sebanyak 21%. Rendahnya tingkat kunjungan ini bisa jadi disebabkan oleh jarak lokasi yang cukup jauh dan tidak tersedianya sarana transportasi yang memadai. Namun rendahnya tingkat kunjungan bukan berarti menunjukkan ketidakpuasan pengunjung. Lebih jauh dengan melihat sumber informasi bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau pada Gambar 19 adalah teman sebanyak 83%, sisanya dari brosur taman nasional 1%, perusahaan 1%, televisi 1%, tour operator dan internet masing-masing 7%, hal ini menunjukan wisatawan sebelumnya dapat berfungsi sebagai media promosi yang memberikan rekomendasi untuk wisatawan yang lain. Rekomendasi tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur kepuasan pengunjung.
Gambar 19. Sumber Informasi Wisatawan
4.4.2. Biaya Perjalanan
Komponen biaya perjalanan merupakan kumulatif biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk sampai ke dan kembali dari lokasi wisata. Biaya perjalanan tersebut terdiri atas biaya transportasi (pulang pergi), biaya akomodasi (penginapan) selama berada dilokasi, biaya konsumsi, biaya penyewaan alat, biaya transportasi lokal (antar pulau) dan biaya lain-lain. Adakalanya responden tidak dapat atau tidak mau merinci pengeluaran mereka secara detil maka akan dimasukkan secara total dalam biaya lain-lain seperti uang rokok, dan lain-lain.
Komponen biaya transportasi (biaya ke dermaga dan biaya kapal) dipengaruhi oleh jarak domisili responden dengan lokasi wisata dan sarana transportasi yang digunakan. Untuk mencapai lokasi wisata TNKS terdapat dua alternatif sarana transportasi. Transportasi termurah untuk mencapai lokasi dengan menggunakan kapal ojek melalui pelabuhan muara angke dengan harga tiket Rp. 30.000,- per-orang. Bagi wisatawan yang menginginkan sarana transportasi lebih cepat dan nyaman dapat menggunakan kapal boat sepa melalui pelabuhan marina ancol dengan harga tiket Rp.180.000,- per-orang. Biaya transportasi dalam hal ini dipengaruhi atau sudah dikalikan dengan jumlah rombogan dan termasuk biaya pulang-pergi.
Besarnya biaya akomodasi, peminjaman alat dan transportasi antar pulau untuk aktifitas rekreasi (snorkling, diving dan memancing) dipengaruhi oleh jumlah rombongan, semakin banyak jumlah rombongan semakin kecil biaya yang dikeluarkan. Selain jumlah rombongan besarnya biaya akomodasi dipengaruhi oleh jenis kamar atau tempat menginap. Di TNKS wisatawan dapat menginap di penginapan atau losmen/ Vila dengan harga Rp. 200.000 – Rp.600.000 per-kamar, bagi wisatawan yang mengiginkan biaya penginapan murah dapat menyewa atau tinggal dirumah penduduk dengan biaya Rp.50.000 – Rp. 200.000 per-kamar.
Berdasarkan hasil wawancara dari 50 responden diperoleh data bahwa dari total biaya perjalanan biaya untuk wisatawan ke pulau pramuka biaya penginapan merupakan alokasi tertinggi yang harus dikeluarkan oleh wisatawan untuk berkunjung ke TNKS, yaitu sebesar Rp.8.750.000 atau sekitar 22,99 % dari biaya perjalanan total atau rata-rata Rp.175.000 per-orang. Selanjutnya biaya kapal sebesar Rp.7.870.000 atau 20,68% dengan rata-rata Rp.157.400 per-orang, biaya
makan sebesar Rp.7.445.000 atau 19,56% dengan rata-rata Rp.148.900 per-orang, biaya ke dermaga sebesar Rp.4.882.000 atau 12,83% dengan rata-rata Rp.148.900 per-orang, biaya transportasi lokal sebesar Rp.3.263.000 atau 8,57% dengan rata-rata Rp.65.260 per-orang, biaya sewa alat sebesar Rp.2.945.000 atau 7,74% dengan rata-rata Rp.58.900 per-orang dan biaya lain-lain sebesar Rp.2.900.000 atau 7,62% dengan rata-rata Rp.58.000 per-orang. Biaya lain-lain disini termasuk diantaranya pembelian rokok, oleh-oleh, dan lain-lain (Gambar 20).
Gambar 20. Biaya Perjalanan Wisata Pulau Pemukiman
Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh wisatawan pulau resort terdiri dari biaya ke dermaga dan biaya paket (Gambar 21). Berdasarkan hasil wawancara dengan 27 responden wisatawan di pulau resort didapatkan biaya perjalanan untuk biaya paket sebesar Rp.45.150.000 atau 92,17% dari total seluruh biaya perjalanan yang ada dengan rata-rata Rp.1.672.222 dan biaya ke dermaga sebesar Rp.3.835.000 atau 7,83% dengan rata-rata Rp.142.037.
4.4.3. Fungsi Permintaan dan Surplus Konsumen Wisata
Secara statistik hubungan antara jumlah kunjungan yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan, jumlah rombongan, pendapatan, lama kunjungan, umur dan pendidikan digambarkan dalam fungsi permintaan.
Fungsi permintaan dalam penelitian ini dibangun menggunakan persamaan regresi linier dan regresi semilog (Lampiran 8). Fungsi dengan R2 tertinggi diantara kedua persamaan tersebut yang selanjutnya akan digunakan dalam menghitung surplus konsumen.
Besarnya nilai surplus konsumen menunjukkan besarnya keinginan membayar (willigness to pay) dari wisatawan terhadap daerah wisata dan secara tidak langsung menunjukkan minat wisatawan dalam mengakses kawasan tersebut. Nilai surplus konsumen yang dihitung pada penelitian ini adalah nilai surplus konsumen untuk objek wisata pulau, terumbu karang dan memancing.
Nilai surplus konsumen untuk objek wisata pulau diperoleh dari nilai kunjungan wisatawan yang dipengaruhi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengakses pulau tersebut. Berdasarkan Tabel 16 didapat nilai surplus konsumen untuk Pulau dengan nilai tertinggi pada kisaran Rp.6,775,000,001-Rp.9,000,000,000 terdapat di Pulau Pramuka dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp. 1,585,513.035 untuk tingkat kunjungan 1.77 perindividu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000001 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp. 9,513,078,212.38. Nilai tertinggi juga dimiliki oleh Pulau Kotok dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp. 3,474,831.686 untuk tingkat kunjungan 1.82 per individu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -4.73915E-07 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp. 9,208,303,969.
Nilai surplus konsumen peringkat kedua dengan kisaran nilai Rp.4,550,000,001- Rp.6,775,000,000 yang termasuk dalam kategori tinggi tidak didapati di wilayah penelitian. Berikutnya peringkat ketiga dengan kisaran nilai Rp.2,325,000,001-Rp.4,550,000,000 yang termasuk dalam kategori sedang terdapat pada Pulau Karang Congkak dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.4,569,750,908.27 untuk tingkat kunjungan 1.25 per individu dengan
koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000002 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp.4,569,750,908.27.
Selanjutnya yang termasuk dalam kategori sedang juga terdapat pada Pulau Semak Daun dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.604,963.18 untuk tingkat kunjungan 1.45 per individu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000002 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp.3,629,779,088.80. Masih pada kategori sedang terdapat di Pulau Gosong Pramuka dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.537,376.20 untuk tingkat kunjungan 2.25 per individu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000004 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp.3,627,145,010.14.
Nilai surplus konsumen peringkat ketiga dengan kisaran nilai Rp.100.000.001-Rp.2.325.000.000 termasuk dalam kategori rendah terdapat pada Pulau Panggang dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.392,889.63 untuk tingkat kunjungan 1.42 per individu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -3.694E-06 yang menghasilkan surplus konsumen per tahun sebesar Rp.2,357,337,777.79.
Nilai surplus konsumen peringkat keempat dengan kisaran nilai Rp.1- Rp.100.000.000 terdapat di Pulau Karya dimana sebenarnya pulau ini tidak memiliki nilai surplus konsumen karena tidak ada data kunjungan wisatawan di daerah tersebut.
Pulau Pramuka memiliki nilai surplus konsumen tertinggi karena Pulau ini menjadi pusat tujuan utama wisatawan sebelum melakukan rekreasi di pulau lain. Nilai surplus konsumen di Pulau Pramuka dipengaruhi oleh biaya transportasi pulang-pergi, biaya penginapan, biaya makan, dan lain-lain. Nilai tertinggi selanjutnya didapat di Pulau Kotok karena pulau ini merupakan pulau resort yang memiliki biaya perjalanan cukup tinggi. Sementara untuk Pulau Gosong Pramuka dan Pulau Panggang surplus konsumen diwilayah ini sebagai dampak dari wisata belanja produk hasil pulau dan wisata jalan-jalan melihat aktifitas kehidupan pulau. Biaya yang mempengaruhi adalah biaya transportasi kapal menuju pulau
dan biaya belanja yang dilakukan di Pulau tersebut. Secara lengkap hasil nilai surplus konsumen untuk setiap pulau dan objek rekreasi disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Nilai Surplus Konsumen Wisatawan Kepulauan Seribu
Pulau Objek R2 Metode
1 Vt Konsumen Surplus/Individu Konsumen Surplus/Tahun
Pramuka Pulau 37.91% Linier -9.84028E-07 -1.766459103 Rp.1,585,513.035 Rp.9,513,078,212.38 Terumbu 64.87% Linier -6.02811E-05 -1.663949374 Rp.22,965.14912 Rp.137,790,894.72
Gosong Pulau 63.32% Linier -4.18684E-06 -2.249910467 Rp.604,524.1684 Rp.3,627,145,010.14 Pramuka Terumbu 96.37% Semilog -1.12104E-05 -2.023695882 Rp.180,520.1589 Rp.1,083,120,953.33 Mancing 87.67% Semilog -2.5396E-05 -1.487737826 Rp.58,581.52085 Rp.351,489,125.12 Panggang Pulau 71.08% Semilog -3.61267E-06 -1.41937992 Rp.392,889.6296 Rp.2,357,337,777.79 Terumbu 45.98% Linier -4.10957E-06 -1.634954202 Rp.325,225.8992 Rp.1,951,355,395.03 Mancing 98.34% Linier -5.06795E-05 -1.666704852 Rp.27,406.60907 Rp.164,439,654.39 SemakDaun Pulau 40.14% Semilog -2.38966E-06 -1.445657667 Rp.604,963.1815 Rp.3,629,779,088.80 Terumbu 44.52% Semilog -5.45344E-06 -1.470040036 Rp.269,562.1768 Rp.1,617,373,060.67 Mancing 82.21% Semilog -1.65736E-05 -1.92935726 Rp.116,411.6145 Rp.698,469,686.84
Karang Pulau 29.85% Semilog -1.6399E-06 -1.248991329 Rp.761,625.1514 Rp.4,569,750,908.27 Congkak Terumbu 96.62% Linier -8.22027E-06 -2.291427104 Rp.319,371.4012 Rp.1,916,228,407.16 Mancing 97.26% Linier -2.63074E-05 -1.208532074 Rp.27,759.29777 Rp.166,555,786.61
Kotok Pulau 50.76% Linier -4.74E-07 -1.814814815 Rp.3,474,831.686 Rp.9,208,303,968.56 Terumbu 96.62% Linier -8.22027E-06 -2.291427104 Rp.319,371.4012 Rp.1,916,228,407.16
Pulau Semak Daun dan Pulau Karang Congkak surplus konsumen di wilayah ini sebagai dampak dari kunjungan wisatawan ke pulau tersebut setelah atau sebelum melakukan aktifitas rekreasi snorkling, diving atau memancing untuk singgah dan menikmati alam sekitar pulau. Biaya untuk mengakses pulau ini adalah biaya dari semua jenis rekreasi yang dilakukan disekitar pulau tersebut.
Nilai surplus konsumen untuk terumbu adalah nilai surplus yang didapat oleh wisatawan sebagai dampak aktifitas rekreasi snorkling dan diving di pulau tersebut. Biaya perjalanan yang mempengaruhi nilai surplus konsumen adalah biaya sewa alat, biaya konsumsi dan biaya sewa kapal. Didapatkan nilai tertinggi untuk wisata terumbu karang pada kisaran Rp.1,525,000,001.00-Rp.200,000,000.00 termasuk dalam kategori sangat tinggi terdapat di Pulau Karang Congkak dan Kotok dengan nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp.761,625.15 untuk tingkat kunjungan 1.25 dengan koefisien biaya perjalanan -0.000002 yang menghasilkan surplus konsumen per tahun sebesar Rp.4,569,750,908.27.
Nilai surplus konsumen peringkat kedua dengan kisaran nilai Rp.10,000,001-Rp.1,525,000,000 termasuk dalam kategori tinggi terdapat pada Pulau Gosong Pramuka dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.180,520.16 untuk tingkat kunjungan 2.02 per individu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.00001 yang menghasilkan surplus konsumen per tahun sebesar Rp.1,083,120,953.33. Nilai surplus konsumen peringkat ketiga dengan kisaran nilai Rp.575,000,001-Rp.1,050,000,000 termasuk dalam kategori sedang tidak didapati diwilayah penelitian. Berikutnya adalah nilai surplus konsumen peringkat keempat dengan kisaran Rp.10,000,001-Rp.575,000,000 termasuk dalam kategori rendah terdapat pada Pulau Pramuka dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.22,965.15 untuk tingkat kunjungan 1.67 per individu dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000060 yang menghasilkan surplus konsumen per tahun sebesar Rp.137,790,894.72.
Nilai surplus konsumen peringkat kelima dengan kisaran nilai Rp.1-Rp.100,000,001 termasuk kategori sangat rendah terdapat pada Pulau Karya dimana sebenarnya di pulau ini tidak didapati data kunjungan wisatawan.
Sementara untuk surplus konsumen wisata memancing berturut-turut untuk nilai tertinggi sampai terendah pada Pulau Semak Daun, Gosong Pramuka, KarangCongkak dan Panggang. Biaya perjalanan yang berpengaruh pada wisata memancing adalah biaya transportasi sewa kapal dan konsumsi. Nilai surplus konsumen tertinggi dengan kisaran nilai Rp.550,000,001-Rp.700,000,000 termasuk kategori sangat tinggi terdapat pada Pulau Semak Daun dengan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.319,371.40 untuk tingkat kunjungan 2.29 per individu pada koefisien biaya perjalanan -0.00001 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp.1,916,228,407.16. Nilai surplus konsumen kedua dengan kisaran nilai Rp.400,000,001-Rp.550,000,000 termasuk kategori tinggi tidak ditemui dilokasi penelitian. Berikutnya nilai surplus konsumen individu peringkat ketiga dengan kisaran nilai Rp.250,000,001-Rp.400,000,000 dengan kategori sedang terdapat di Pulau Gosong dengan nilai surplus konsumen indvidu sebesar Rp.58,581.52 untuk tingkat kunjungan 1.48 dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000025 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp.351,489,125.12. nilai surplus konsumen individu peringkat keempat dengan kisaran nilai Rp.100,000,000-Rp.250,000,001 dengan kategori rendah terdapat di Pulau Panggang dan Karang Congkak. Didapatkan nilai surplus konsumen indvidu Pulau Panggang sebesar Rp.27,406.61 untuk tingkat kunjungan 1.67 dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.00005 yang menghasilkan surplus konsumen pertahun sebesar Rp.164,439,654.39. Selanjutnya untuk pulau Karang Congkak didapatkan nilai surplus konsumen individu sebesar Rp.27,759.30 untuk tingkat kunjungan 1.2 dengan koefisien biaya perjalanan sebesar -0.000026 yang menghasilkan nilai surplus konsumen pertahun sebesar Rp.166,555,786.61. Secara spasial nilai surplus konsumen untuk kawasan wilayah penelitian ditunjukkan pada Gambar 22.
4.5. Pemetaan Kelas Spektrum Peluang Zona Wisata
Spektrum Peluang Rekreasi (Recreation Opportunity Spectrum) sebagai satu kesatuan pendekatan analisis memberikan arahan dalam mencari lokasi yang berpeluang memberikan peluang rekreasi dalam suatu area sehingga didapat spektrum rekreasi dengan ragam pengalaman berbeda bagi setiap pengunjung.
Tujuan wisatawan dalam rekreasi adalah mendapatkan pengalaman. Untuk merancang pengelolaan wisata, menjadi tugas pengelola untuk dapat mengidentifikasikan supply berbagai pengalaman yang ada di dalam kawasannya (Badi’ah, 2004). Pengalaman pengunjung dapat terdiri dari berbagai aspek, namun menurut Kohl (2003) dalam Badi’ah (2004), aspek terpenting dari pengalaman pengunjung adalah perasaan kealamian (keterpencilan). Kondisi perasaan tersebut dapat dipetakan oleh sebuah spektrum pada tempat yang bernuansa perkotaan (dekat dengan peradaban manusia/tidak alami) sampai dengan yang paling jauh dari perjumpaan dengan manusia (sangat alami).
Pendekatan Recreation Opportunity Spectrum membagi bentang alam berdasarkan faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menyediakan pengalaman yang berbeda. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi lingkungan fisik baik secara kualitas dan kuantitas, faktor kondisi sosial dari sisi bagaimana bentang alam tersebut digunakan dan kondisi manajerial adalah penilaian terhadap penataan yang mendukung penggunaan bentang alam (Manning, 1999 dalam Ankre et al, 2006). Selanjutnya total faktor-faktor tersebut menciptakan sebuah spektrum. Spektrum berisi kelas yang berbeda yang terdiri atas zona primitive, semi-primitive, rural natural, rural developed, sub urban dan urban (Aukerman, et al, 2004). Deskripsi mengenai masing-masing kelas spektrum disarikan dari Aukerman (2004) dan disesuaikan dengan kondisi wilayah Kepulauan Seribu sebagaimana diuraikan pada Tabel 14.
Dalam penelitian ini penilaian kelas spektrum wilayah diperoleh dengan menjumlahkan hasil skoring untuk parameter fisik, sosial dan managerial dengan nilai 1 untuk sangat tinggi, 2 untuk tinggi, 3 untuk sedang, 4 untuk cukup, 5 untuk kurang dan 6 untuk sangat kurang. Hasil skoring disesuaikan dengan interval skor nilai dalam pendekatan yang digunakan oleh Aukerman, et al (2004).
Tabel 14. Deskripsi Zona Peluang Rekreasi (ROS) Taman Nasional Kepulauan Seribu
Urban Semi Urban Rural Developed Rural Natural Semi Primitive Primitive Lingkungan bernuansa perkotaan/metropolitan Lingkungan yang bernuansa perkotaan Lingkungan bernuansa pedesaan Lingkungan bernuansa pedesaan Lingkungan bernuansa hutan tropis atol pulau
Lingkungan bernuansa hutan tropis atol dan hutan mangrove pulau
Tingkat pembangunan sangat tinggi
(dermaga, jalan raya, rumah sakit, sekolah, pasar, pertokoan, industry, perkantoran, perumahan dan lain-lain)
Tingkat
pembangunan tinggi atau tersedia
(dermaga, jalan raya, rumah sakit, sekolah, pasar, pertokoan, industri, perkantoran, perumahan dan lain- lain)
Tingkat
pembangunan biasa saja (dermaga, jalan raya, rumah sakit, sekolah, pasar, pertokoan, industry, perkantoran, perumahan dan lain-lain) Tingkat pembangunan rendah (dermaga, jalan raya, rumah sakit, sekolah, pasar, pertokoan, industry, perkantoran, perumahan dan lain-lain) Tingkat pembangunan sangat rendah hampir tidak ada (dermaga, jalan raya) Tingkat pembangunan tidak ada Modifikasi alam sangat tinggi bahkan sangat tidak alami
Modifikasi alam tinggi atau sudah tidak alami lagi.
Terdapat beberapa
modifikasi alam Modifikasi alam sangat rendah dan jika ada masih terkesan alami
Modifikasi alam sangat rendah dan hampir tidak ada
Tidak ada modifikasi alam Aksesibilitas sangat mudah dengan transportasi yang sangat tersedia Aksesibilitas mudah dengan transportasi yang tersedia Aksesibilitas mudah dengan transportasi
yang cukup tersedia
Aksesibilitas terkadang sulit karena jarak yang cukup jauh dari perkotaan dengan transportasi yang
Aksesibilitas sulit karena disamping jarak yang cukup jauh dari perkotaan juga medan yang cukup sulit dengan
Aksesibilitas sangat sulit karena disamping jarak
yang cukup jauh dari perkotaan
Urban Semi Urban Rural Developed Rural Natural Semi Primitive Primitive
terbatas transportasi yang
sangat terbatas
juga medan yang sangat sulit dengan
transportasi yang sangat terbatas Pemanfaatan untuk
rekreasi sangat tinggi dengan falilitas yang sangat tersedia
Pemanfaatan untuk rekreasi sangat tinggi dengan falilitas yang tersedia
Pemanfaatan untuk rekreasi cukup tinggi dengan falilitas yang cukup tersedia Pemanfaatan untuk rekreasi cukup tinggi dengan falilitas yang cukup tersedia Pemanfaatan untuk rekreasi rendah dengan falilitas yang kurang Pemanfaatan untuk rekreasi sangat rendah dengan falilitas yang sangat kurang Tingkat kehadiran dan
pemusatan pengunjung sangat tinggi Tingkat kehadiran dan pemusatan pengunjung tinggi Tingkat kehadiran dan pemusatan pengunjung tinggi Tingkat kehadiran pengunjung tinggi namun bukan tempat pemusatan pengunjung. Pengunjung hanya sesekali datang dan jarang terjadi pertemuan antar pengunjung
Pengunjung sangat sedikit atau dan hampir tidak terjadi pertemuan antar pengunjung Tingkat kesunyian dan
keterpencilan sangat rendah Tingkat kesunyian dan keterpencilan sangat rendah Tingkat kesunyian dan keterpencilan rendah Tingkat kesunyian dan keterpencilan cukup Tingkat kesunyian dan keterpencilan tinggi Tingkat kesunyian dan keterpencilan sangat tinggi
4.5.1. Parameter Fisik
Penilaian secara fisik (Gambar 23) diukur melalui parameter tingkat pembangunan, kedekatan dengan komunitas, modifikasi sumberdaya alam, kenyamanan suasana alam yang mendominasi, adanya pemukiman, kualitas air dan aksesibilitas. Spektrum dengan kisaran nilai 39.37-44.70 menghasilkan kelas Urban diperoleh untuk Pulau Pramuka yang menunjukkan pulau ini memiliki ketersediaan sarana fisik baik dari segi kuantitas maupun kulitas dibanding pulau lain. Spektrum dengan kisaran nilai 33.03-39.36 menghasilkan kelas Semi Urban diperoleh untuk Pulau Panggang yang memiliki ketersediaan faktor fisik tinggi namun kualitas yang lebih rendah dari Pulau Pramuka dikarenakan pulau ini merupakan pulau pemukiman pertama di Kelurahan Pulau Panggang dengan kesan padat dan kumuh. Berikutnya kelas Semi Urban juga terdapat di Pulau Karya yang memiliki ketersediaan fisik cukup tinggi secara kuantitas dan kualitas. Spektrum dengan kisaran nilai 29.02-33.02 menghasilkan kelas Rural Developed diperoleh untuk Pulau Gosong Pramuka karena pulau ini merupakan gosong yang direklamasi sebagai daerah industri dan keramba. Berikutnya kelas Rural Developed juga terdapat di Pulau Kotok karena pulau ini merupakan pulau resort yang masih cukup alami dengan sedikit modifikasi dan jarak yang cukup jauh dari pemukiman. Spektrum dengan kisaran nilai 23.68-29.01 menghasilkan kelas Rural Natural untuk Pulau Semak Daun karena faktor fisik yang tersedia hanya berupa dermaga kecil dan satu bangunan rumah sementara suasana alam yang mendominasi masih alami. Spektrum dengan kisaran nilai 18.34-23.67 menghasilkan kelas Semi Primitive untuk Pulau Karang Congkak karena ketersediaan faktor fisik yang sangat rendah baik dari tidak adanya dermaga dan bangunan, jarak yang jauh dari pemukiman, aksesibilitas yang sulit dan suasana alam belum termodifikasi. Spektrum dengan kisaran nilai 13-18.33 yang menghasilkan kelas Primitive tidak ditemukan dilokasi penelitian.
4.5.2. Parameter Sosial
Penilaian secara sosial diukur dari tingkat kehadiran pengunjung, tingkat pemusatan pengunjung, tingkat kesunyian dan keterpencilan, tingkat penggunaan non rekreasi, jumlah pertemuan perahu/kapal perhari, tingkat kunjungan berulang kali dan tingkat keluhan pengunjung.
Spektrum dengan kisaran nilai 39.37-44.70 menghasilkan kelas Urban tidak ditemukan dilokasi penelitian. Spektrum dengan kisaran nilai 33.03-39.36 menghasilkan kelas Semi Urban terdapat di Pulau Pramuka karena tingginya faktor sosial dipulau ini kecuali faktor kesunyian dan keterpencilan. Hal ini bisa dipahami dikarenakan Pulau Pramuka selain sebagai pusat berkumpulnya wisatawan sebelum ke pulau lain (pintu masuk dan keluar, pusat penginapan dan penyewaan alat) juga menjadi pusat pemerintahan administratif wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu serta pusat kegiatan TNKS di Kelurahan Pulau Panggang.
Spektrum dengan kisaran nilai 29.02-33.02 menghasilkan kelas Rural Developed terdapat di Pulau Panggang, Pulau Karya, Gosong Pramuka dan Pulau Semak Daun. Untuk Pulau Panggang, Karya dan Gosong Pramuka faktor pembatas untuk kelas ini adalah tingkat kunjungan wisatawan, tingkat pemusatan pengunjung dan tingginya tingkat keluhan pengunjung terhadap isu pencemaran. Hal ini dapat di pahami karena keberadaan Pulau Panggang sebagai pulau pemukiman pertama di Kelurahan Pulau Panggang yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat tinggi sehingga tidak mungkin dibangun sarana penginapan di Pulau ini, pembuangan limbah rumah tangga menuju perairan laut, kurangnya lahan bagi masyarakat sebagai tempat pembuangan dan pengolahan sampah. Bagi wisatawan yang akan melakukan rekreasi bawah laut tidak perlu berkunjung ke pulau ini karena bisa langsung ke lokasi tujuan di perairan laut. Kunjungan ke pulau ini lebih pada melihat kehidupan masyarakat pulau yang pada umumnya adalah nelayan ikan hias, bubu dan jaring.
Sementara Pulau Karya memiliki fungsi pulau sebagai lokasi perkantoran, asrama pegawai yang jarang dihuni dan lokasi pemakaman di bagian barat sehingga jarang ada wisatawan yang datang walaupun kondisi alam di pulau ini memungkinkan sebagai objek wisata.