• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta Teknologi Perusahaan Panel PV di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peta Teknologi Perusahaan Panel PV di Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Peta Teknologi Perusahaan Panel PV di Indonesia

1st Nurul Atikah

Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, Indonesia nurulatikah@mail.ugm.ac.id

2nd Alva Edy Tontowi

Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, Indonesia alvaedytontowi@ugm.ac.id

Abstrak—Teknologi dapat mendukung pelaksanaan manajemen energi dan signifikan dalam manajemen operasi suatu organisasi. Komponen teknologi dalam perusahaan merupakan fokus utama penelitian ini yang bertujuan untuk interpretasi dari perolehan nilai koefisien kontribusi komponen teknologi dalam mengklasifikasikan tingkat kesiapan teknologi perusahaan. Potensi energi baru terbarukan nasional yang besar yaitu energi surya, namun target kapasitas terpasang yang dijadikan dasar penentuan pembangunan yang terkandung teknologi pembangkit listrik energi tersebut kurang sesuai harapan, oleh karenanya dilakukan analisis menggunakan model Teknometrik. Perhitungan Technology Contribution Coefficient (TCC) perusahaan panel photovoltaic (PV) sekitar 0,7-0,8 berarti tingkat kesiapan teknologi sangat baik. Pemetaan teknologi perusahaan panel PV yang mendukung pengoperasian photovoltaic system berdasarkan nilai kontribusi komponen teknologi. Nilai kontribusi yang cenderung rendah yaitu komponen technoware (0,4 dan 0,6) sehingga perlu peninjauan, perbaikan dan mengikuti perkembangan tren teknologi yang terintegrasi dalam persaingan bisnis dalam pengembangan kandungan teknologi.

Kata Kunci—energi baru terbarukan, komponen teknologi, strategi industri

I. PENDAHULUAN

Pengelolaan energi yang meliputi ketersediaan, pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara merata, berkesinambungan, dan ideal. Pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal perlu tindakan teknis secara terstruktur [1]. Manajemen energi berkaitan dengan manajemen produksi dan fungsi yang berhubungan dengan bisnis lainnya. Manajemen energi diatur dalam standar internasional yang menyediakan dasar untuk perbaikan berkesinambungan sistem yang bertujuan membentuk komunikasi yang terbuka antar lintas divisi dalam pengelolaan energi, memandu perusahaan melakukan evaluasi dan implementasi teknologi baru dalam efisiensi energi [2]. Struktur standar berdasarkan pada elemen sistem manajemen organisasi standarisasi internasional pada umumnya, seperti manajemen sumber daya, sistem operasi, dan semua proses yang ditujukan untuk realisasi produk [3].

Manajemen energi dalam perusahaan memiliki beberapa fungsi operasional, yaitu manajemen fasilitas, perencanaan dan pengendalian produksi dan pemeliharaan. Menurut International Facility Management Association, manajemen fasilitas memberikan arah kepada berbagai pihak untuk menjamin keadaan yang dibangun dengan mengintegrasikan

manusia, tempat, proses, dan teknologi. Industri memiliki banyak fasilitas yang mengkonsumsi banyak energi [2]. Identifikasi yang berhubungan dengan pencapaian energi terlebih dahulu, kemudian dianalisis kandungan teknologi.

Gambar 1. Kapasitas terpasang pembangkitan energi baru terbarukan nasional tahun 2018

Gambar 1 menunjukkan kondisi energi nasional pada tahun 2018 dengan pencapaian kapasitas terpasang pembangkit energi baru terbarukan, yang berasal dari 94,6% panas bumi terhadap realisasi 1948,5 MW dari target 2058,5 MW, 98,8% bioenergi terhadap realisasi 1858,5 MW dari target 1881 MW, 18,47% air terhadap realisasi 30,86 MW dari target 167 MW, 55,5% angin terhadap realisasi 75 MW dari target 135 MW dan 2,93% surya terhadap realisasi 1,5 MW dari target 51,11 MW [4].

Kapasitas terpasang pembangkit energi baru terbarukan dijadikan dasar penentuan pembangunan yang terkandung teknologi pada infrastruktur energi. Saat ini, energi surya telah menarik perhatian dunia dan menunjukkan peran penting dalam menyediakan energi bersih dan berkelanjutan [5]. Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang besar untuk mencapai target bauran energi primer tersebut, khususnya energi surya sebesar 207,8 GW [6]. Namun, target kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru dan terbarukan kurang sesuai harapan, terutama energi surya. Ketersediaan teknologi yang belum memadai, mundurnya commercial operation date beberapa pembangkit dan pemanfaatan teknologi pada setiap proses operasi yang belum ideal merupakan kendala yang menyebabkan target kapasitas terpasang pembangkit tidak sesuai yang diharapkan.

Penelitian dilakukan karena belum ditemukan pemetaan nilai kontribusi komponen teknologi pada perusahaan panel PV

(2)

dengan menggunakan model teknometrik, maka penelitian nilai kontribusi komponen teknologi pada perusahaan panel PV perlu dilakukan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengklasifikasi nilai koefisien kontribusi komponen teknologi yang menggambarkan tingkatan teknologi perusahaan panel PV. Obyek penelitian pada perusahaan yang merespon dan mendukung dalam instalasi solar panel. Subyek penelitian pada komponen (1) technoware meliputi peralatan, mesin dan fasilitas, (2) humanware mencakup pekerja yang terlibat dalam penggunaan technoware, (3) infoware mencakup ketersediaan informasi prosedur, (4) orgaware yang berada pada level perusahaan, (5) cysnetware mencakup teknologi komunikasi berbasis internet, (6) manageware merupakan kapabilitas manajerial, keahlian kepemimpinan dan (7) partnerware merupakan pemanfaatan sumber daya dan kemampuan solidaritas antara kolaborator usaha. Kombinasi analisis yang digunakan yaitu model teknometrik dengan metode pairwise comparison yang juga berdasarkan tingkat kepentingan sehingga kriteria penentuan pengembangan komponen teknologi dapat diketahui.

Kontribusi komponen teknologi akan membangkitkan kapabilitas teknologi dan dapat memajukan daya saing industri [7]. Ketersediaan dan pemanfaatan teknologi yang memadai menjadi solusi pada permasalahan pengoperasian [8]. Kerangka kerja integratif berfungsi dalam knowledge management dengan melibatkan pengukuran komponen teknologi [9] menurut United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) yaitu technoware, humanware, infoware dan orgaware pada organisasi atau perusahaan [10].

Penelitian terkait model teknometrik untuk mendapatkan nilai intensitas kontribusi komponen teknologi dengan langsung melakukan pairwise comparison matrix pada alternatif komponen teknologi [11]. Selain itu, alat analisis model teknometrik dapat menggunakan metode elektre [12]. Evaluasi kinerja teknologi terhadap komponen technoware, humanware, infoware dan orgaware juga dapat dikaji antara dua UKM [13]. Marlyana dkk mengkaji kerangka kerja untuk keberhasilan dan daya saing klaster industri galangan kapal yang berkelanjutan terhadap inovasi yang harus terus dikembangkan dalam kesiapan teknologi [14].

Pendekatan teknologi pada aspek technoware (fasilitas), humanware (kemahiran dan talenta), infoware (perincian dan regulasi), orgaware (peredaran dan mekanisme), dan cysnetware (zona yang terintegrasi), komponen teknologi tersebut disingkat dengan istilah THIOC [15]. THIOC adalah kombinasi sinergis untuk setiap interaksi secara dinamis dalam menyelesaikan pekerjaan pada negara, perusahaan/organisasi [16]. Manajemen suatu organisasi membutuhkan struktur technoware, humanware, infoware, orgaware dan cysnetware untuk memperbaiki kesenjangan digital melalui penggunaan internet [17]. Komponen teknologi lain digabungkan dengan kerangka THIO. Komponen teknologi lain disebut menjadi manageware (M) dan partnerware (P), sehingga menjadi

THIOMP pada perusahaan [18]. Manageware mendeskripsikan kapabilitas pelaksana dan keahlian kepemimpinan serta didukung oleh top management. Partnerware diartikan menjadi suatu sumber daya dan kemampuan solidaritas antara kolaborator usaha [19]. Marlyana dkk mengembangkan pengukuran kuantitatif teknologi terhadap suatu industri. Konsep THIO dikembangkan menjadi THIOCMP [20].

Pengembangan tingkat kesiapan bagi komponen teknologi oleh Marlyana dkk terhadap model teknometrik yang melibatkan komponen cysnetware, manageware dan partnerware sebagai alat ukur bagi kesiapan teknologi klaster industri [21]. Fasilitas turut diidentifikasi terhadap penggunaan sumber daya alam untuk mencapai profitabilitas lebih besar [22]. Marlyana dkk mengemukakan bahwa kombinasi kuantitatif tingkat kesiapan dapat memperluas potensi perkembangan tingkat kesiapan manufaktur dengan melibatkan system readiness level plus [23].

Penelitian yang dilakukan terhadap penilaian komponen teknologi ini berbeda dari berbagai industri dan belum terdapat yang membahas kontribusi komponen THIO yang diperluas dengan komponen C, M, dan P pada perusahaan panel PV. Selain itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengembangan komponen teknologi secara komprehensif.

Penelitian berfokus pada lima perusahaan yang merespon saat ini dan mendukung material dalam instalasi solar panel yaitu PT. SI, PT. WKIE, PT. JCC, PT. PMA dan PT. KS. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2020. Perusahaan tersebut terhubung dalam jaringan menggunakan media konferensi yang tersedia dalam internet. Penggalian informasi dilakukan melalui wawancara daring dan diskusi daring. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti yang diperoleh melalui wawancara daring. Data sekunder diperoleh dari dokumen internal perusahaan dan literatur lain seperti jurnal, laporan hasil penelitian, kebijakan pemerintah yang terkait dengan teknologi perusahaan panel PV.

Model teknometrik memiliki prosedur untuk pengukuran komponen teknologi berikut:

1) Penentuan tingkat kecanggihan (sophistication degree) 2) Perhitungan tingkat kemutakhiran (state of the art) 3) Perhitungan kontribusi komponen teknologi 4) Perhitungan technology contribution coefficient. A. Kriteria penentuan tingkat kecanggihan

Penentuan kriteria tingkat kecanggihan teknologi mengacu pada kriteria umum [20] seperti dijelaskan berikut:

• Tingkat rendah setiap komponen dinilai dengan 1, 2 atau 3.

• Tingkat menengah setiap komponen dinilai dengan 3, 4, atau 5.

II. TINJAUAN LITERATUR

(3)

• Tingkat tinggi setiap komponen dinilai dengan 5, 6, atau 7.

• Tingkat puncak setiap komponen dinilai dengan 7, 8, atau 9.

B. Kriteria perhitungan tingkat kemutakhiran (state of the art)

Marlyana dkk menyatakan bahwa penentuan tingkat kemutakhiran komponen teknologi diberikan skor 0 untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk spesifikasi terbaik. Tingkat kemutakhiran (state of the art) komponen teknologi dapat dihitung dengan rumusan berikut [24].

• Technoware 𝑆𝑇 = 1

10[∑ 𝑡𝑘 𝑘/𝑘𝑡]; 𝑘 = 1,2,3, … 𝑘𝑖 (1) dengan:

ST = state of the art dari komponen technoware tk = nilai state of the art dari komponen technoware kt = jumlah kriteria komponen technoware

i = item yang diukur; i = 1, 2, 3, ...., n • Humanware

𝑆𝐻 = 1

10[∑ ℎ𝑙 𝑙/𝑙ℎ]; 𝑙 = 1,2,3, … 𝑙𝑖 (2) dengan:

SH = state of the art dari komponen humanware hl = nilai state of the art dari komponen humanware lh = jumlah kriteria komponen humanware

• Infoware 𝑆𝐼 = 1

10[∑ 𝑓𝑚 𝑚/𝑚𝑓]; 𝑚 = 1,2,3, … 𝑚𝑖 (3) dengan:

𝑆𝐼 = state of the art dari komponen infoware fm = nilai state of the art dari komponen infoware mf = jumlah kriteria komponen infoware

• Orgaware 𝑆𝑂 = 1

10[∑ 𝑂𝑛 𝑛/𝑛𝑜]; 𝑛 = 1,2,3, … 𝑛𝑖 (4) dengan:

𝑆𝑂 = state of the art dari komponen orgaware 𝑂𝑛 = nilai state of the art dari komponen orgaware no = jumlah kriteria komponen orgaware

• Cysnetware 𝑆𝐶 = 1

10[∑ 𝑐𝑞 𝑞/𝑞𝑐]; 𝑞 = 1,2,3, … 𝑞𝑖 (5) dengan:

𝑆𝐶 = state of the art dari komponen cynestware cq = nilai state of the art dari komponen cynestware qc = jumlah kriteria komponen cynestware

• Manageware

𝑆𝑀 = 1

10[∑ 𝑚𝑟 𝑟/𝑟𝑚]; 𝑟 = 1,2,3, … 𝑟𝑖 (6) dengan:

SM = state of the art dari komponen manageware mr = nilai state of the art dari komponen manageware

rm = jumlah kriteria komponen manageware • Partnerware

𝑆𝑃 = 1

10[∑ 𝑝𝑠 𝑠/𝑠𝑝]; 𝑠 = 1,2,3, … 𝑠𝑖 (7) dengan:

SP = state of the art dari komponen partnerware Ps = nilai state of the art dari komponen partnerware sp = jumlah kriteria komponen partnerware

C. Perhitungan kontribusi komponen teknologi

Marlyana dkk menyatakan bahwa perhitungan nilai kontribusi setiap komponen teknologi dilakukan menggunakan nilai batas atas dan bawah tingkat kecanggihan dan hasil perhitungan state of the art. Kontribusi komponen teknologi diformulasikan dalam persamaan berikut [24].

• Technoware 𝑇 =1

9[𝐿𝑇 + 𝑆𝑇 (𝑈𝑇 − 𝐿𝑇 )] (8) dengan:

T = kontribusi komponen technoware

UT = nilai batas atas (upper) dari komponen technoware LT = batas bawah (lower) dari komponen technoware ST = state of the art dari komponen technoware • Humanware

𝐻 =1

9[𝐿𝐻 + 𝑆𝐻 (𝑈𝐻 − 𝐿𝐻 )] (9) dengan:

H = kontribusi komponen humanware

UH = nilai batas atas (upper) dari komponen humanware LH = batas bawah (lower) dari komponen humanware SH = state of the art dari komponen humanware • Infoware

𝐼 =1

9[𝐿𝐼 + 𝑆𝐼 (𝑈𝐼 − 𝐿𝐼 )] (10) dengan:

𝐼 = kontribusi komponen infoware

𝑈𝐼 = nilai batas atas (upper) dari komponen infoware 𝐿𝐼 = batas bawah (lower) dari komponen infoware 𝑆𝐼 = state of the art dari komponen infoware • Orgaware

𝑂 =1

9[𝐿𝑂 + 𝑆𝑂 (𝑈𝑂 − 𝐿𝑂 )] (11) dengan:

𝑂 = kontribusi komponen orgaware

𝑈𝑂 = nilai batas atas (upper) dari komponen orgaware 𝐿𝑂 = batas bawah (lower) dari komponen orgaware 𝑆𝑂 = state of the art dari komponen orgaware • Cysnetware

𝐶 =1

9[𝐿𝐶 + 𝑆𝐶 (𝑈𝐶 − 𝐿𝐶 )] (12) dengan:

(4)

𝑈𝐶 = nilai batas atas (upper) dari komponen cynestware 𝐿𝐶 = batas bawah (lower) dari komponen cynestware 𝑆𝐶 = state of the art dari komponen cynestware • Manageware

𝑀 =1

9[𝐿𝑀 + 𝑆𝑀 (𝑈𝑀 − 𝐿𝑀 )] (13) dengan:

𝑀 = kontribusi komponen manageware

UM = nilai batas atas (upper) dari komponen manageware LM = batas bawah (lower) dari komponen manageware 𝑆𝑀 = state of the art dari komponen manageware • Partnerware

𝑃 =1

9[𝐿𝑃 + 𝑆𝑃 (𝑈𝑃 − 𝐿𝑃 )] (14)

dengan:

𝑃 = kontribusi komponen partnerware

UP = nilai batas atas (upper) dari komponen partnerware LP = batas bawah (lower) dari komponen partnerware SP = state of the art dari komponen partnerware D. Perhitungan Technology Contribution Coefficient (TCC)

Marlyana dkk menyatakan bahwa nilai TCC dapat dihitung dengan persamaan [24]:

TCC= Tβt ×Hβh ×Iβi ×Oβo× 𝐶𝛽𝑐× 𝑀𝛽𝑚× 𝑃𝛽𝑝 (15) dengan:

β = bobot tingkat kepentingan relatif atau intensitas kontribusi komponen teknologi; (∑=1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kecanggihan Komponen Teknologi

Perusahaan panel PV yang diwakilkan untuk pembahasan tingkat kecanggihan adalah PT. PMA. Berdasarkan Tabel I dan II, komponen technoware (4 dan 7) menjelaskan pengoperasian sarana prasarana, peralatan mesin dikendalikan manusia. Humanware (4 dan 7) menjelaskan usaha fisik rendah hingga menengah. Infoware (4 dan 6) memungkinkan dokumen perusahaan terkait prosedur dimanfaatkan oleh humanware. Orgaware (4 dan 8) menjelaskan manajemen dalam mengelola komponen teknologi sudah professional. Komponen cysnetware (5 dan 8) menjelaskan sistem informasi telah disinkronisasi oleh perusahaan panel PV untuk proses bisnis internal. Manageware (4,75 dan 8) mendeskripsikan kemampuan pimpinan dalam mengelola perusahaan cukup tanggap dan terkadang terjadi kesalahan. Partnerware (4,75 dan 8) mendeskripsikan pengalaman aliansi memberikan komitmen dan kepercayaan yang diberikan cukup kuat.

TABELI. NILAI BATAS BAWAH KOMPONEN TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN PANEL PV

Komponen Teknologi

Batas Tingkat Kecanggihan

Nilai batas bawah

PT. SI PT. WKIE PT. JCC PT. PMA PT. KS Technoware 7 3 5 4 2 Humanware 7 4 5 4 2 Infoware 7 4 3 4 4 Orgaware 5 5 5 4 4 Cysnetware 5 4 6 5 3 Manageware 6,25 5,25 6,25 4,75 3,75 Partnerware 6 6 5,5 5 4

TABELII. NILAI BATAS ATAS KOMPONEN TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN PANEL PV

Komponen Teknologi

Batas Tingkat Kecanggihan

Nilai batas atas

PT. SI PT. WKIE PT. JCC PT. PMA PT. KS Technoware 8 7 7 7 7 Humanware 9 8 7 7 7 Infoware 9 8 8 6 7 Orgaware 7 9 7 8 7 Cysnetware 7 8 8 8 8 Manageware 8 8,75 8 8 7,75 Partnerware 8 9 8,25 8 8

B. Nilai Tingkat Kemutakhiran (State of the Art) Komponen Teknologi

Perhitungan nilai tingkat kemutakhiran pada komponen teknologi perusahaan panel PV yang diwakilkan untuk pembahasan adalah PT. PMA. Berdasarkan Tabel III menunjukkan bahwa tertinggi berada pada komponen humanware 0,9 dan komponen infoware 0,2 berada pada tingkat kompleksitas terendah dikarenakan informasi yang berkenaan fasilitas yang belum cukup komprehensif.

TABELIII. PENENTUAN DAN PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KEMUTAKHIRAN KOMPONEN TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN PANEL PV

Nilai State of the Art Komponen

Teknologi PT. SI PT. WKIE PT. JCC PT. PMA PT. KS

Technoware 0,80 0,79 0,85 0,1 0,81 Humanware 0,88 0,769 0,84 0,9 0,88 Infoware 0,6 0,76 0,9 0,2 0,9 Orgaware 0,85 0,8 0,92 0,7 1 Cysnetware 0,9 0,5 0,91 0,55 0,7 Manageware 0,58 0,75 0,5 0,58 0,6 Partnerware 0,51 0,6 0,6 0,6 0,5

C. Nilai Kontribusi Komponen Teknologi

Kontribusi komponen teknologi tererendah yaitu komponen orgaware (0,74) pada PT. SI, komponen technoware (0,68) pada PT. WKIE, komponen humanware (0,743) pada PT. JCC, komponen technoware (0,4) pada PT. PMA, dan pada komponen technoware (0,67) PT. KS.

(5)

TABELIV. HASIL PERHITUNGAN NILAI KONTRIBUSI KOMPONEN TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN PANEL PV

Nilai Kontribusi Komponen

Teknologi PT. SI PT. WKIE PT. JCC PT. PMA PT. KS

Technoware 0,86 0,68 0,744 0,4 0,67 Humanware 0,97 0,786 0,743 0,75 0,713 Infoware 0,91 0,782 0,83 0,5 0,74 Orgaware 0,74 0,9 0,76 0,761 0,77 Cysnetware 0,75 0,69 0,87 0,7388 0,7361 Manageware 0,80 0,87 0,807 0,7384 0,712 Partnerware 0,78 0,86 0,802 0,769 0,69

Gambar 2 memetakan teknologi perusahaan panel PV di Indonesia berdasarkan nilai kontribusi T, H, I, O, C, M dan P. Pemetaan tersebut menunjukkan bahwa komponen teknologi yang memiliki nilai kontribusi terendah harus menjadi perhatian untuk ditingkatkan oleh perusahaan panel PV, komponen teknologi yang memiliki nilai tertinggi merupakan komponen teknologi yang harus menjadi perhatian manajemen untuk dikembangkan [25].

Gambar 2. Pemetaan teknologi perusahaan panel PV di Indonesia

Berdasarkan Gambar 2, kontribusi teknologi komponen technoware pada perusahaan panel PV adalah 0,4-0,8, kontribusi humanware memiliki nilai 0,7-0,9, kontribusi infoware memiliki nilai 0,5-0,9, kontribusi orgaware memiliki nilai 0,7-0,9, kontribusi cysnetware memiliki nilai 0,6-0,8, kontribusi manageware memiliki nilai 0,7-0,8 dan kontribusi partnerware memiliki nilai 0,6-0,8.

D. Perhitungan TCC

Koefisien kontribusi teknologi atau Technology Contribution Coefficient (TCC) perusahaan diklasifikasi dalam penilaian TCC pada tabel berikut.

TABELV. KLASIFIKASI KESIAPAN TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN

Nilai TCC Klasifikasi Kesiapan Teknologi

0 < TCC ≤ 0,1 0,1 < TCC ≤ 0,3 0,3 < TCC ≤ 0,5 0,5 < TCC ≤ 0,7 0,7 < TCC ≤ 0,9 0,9 < TCC ≤ 1 Sangat rendah Rendah Cukup Baik Sangat baik Kecanggihan modern

Berdasarkan klasifikasi yang tertera pada Tabel V bahwa nilai 0,7 < TCC ≤ 0,9 diklasifikasikan bahwa tingkat kesiapan teknologi perusahaan mencapai “sangat baik”. Perusahaan masih perlu membangkitkan nilai TCC ke nilai best practice yaitu 1[24]. Nilai koefisien kontribusi teknologi perusahaan dipengaruhi nilai kontribusi teknologi pada masing-masing komponen teknologi [26]. Perusahaan perlu melakukan peninjauan terhadap batas bawah kecanggihan teknologi dan nilai kemutakhiran untuk meningkatkan nilai kontribusi komponen teknologi.

TABELVI. HASIL PERHITUNGAN TECHNOLOGY CONTRIBUTION COEFFICIENT PADA PERUSAHAAN PANEL PV

Nilai TCC

PT. SI PT. WKIE PT. JCC PT. PMA PT. KS

0,807 0,819 0,771 0,709 0,712 Berdasarkan Tabel VI, nilai koefisien kontribusi teknologi perusahaan panel PV yang terendah adalah PT. PMA. Secara umum, industri panel PV dikategorikan menjadi manufaktur silicon wafers, importer peralatan industri sel surya, industri perakitan material yang mendukung dalam instalasi sel surya [27]. Panel PV digabungkan dengan perangkat keras listrik lainnya menghasilkan listrik disebut photovoltaic system [28]. Photovoltaic system terdiri dari solar panel dan balance of system (inverter, charger controller, battery module, kabel, dan structure (mounting)) [29].

Hasil penelitian ini menggambarkan kondisi teknologi perusahaan panel PV dengan kesiapan teknologi yang sangat baik dalam pengoperasian photovoltaic system. Adopsi teknologi oleh perusahaan bisa menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan, maka akan semakin tinggi tingkat adopsi teknologi [30]. Sisi positif yang didapatkan secara keseluruhan dari pemetaan teknologi perusahaan tersebut adalah kemampuan tingkat kesiapan teknologi perusahaan panel PV mencapai “sangat baik”. Namun, sisi negatifnya adalah masih belum terdapat pemerataan kontribusi setiap komponen teknologi. Ketersediaan teknologi seperti visibilitas real-time akan membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Hasil penelitian dapat dijadikan arahan kebijakan dalam pengembangan komponen teknologi bagi industri khususnya manajemen perusahaan panel PV.

V. KESIMPULAN

Pemetaan teknologi perusahaan panel PV yang mendukung pengoperasian photovoltaic system, berdasarkan nilai kontribusi terendah yaitu komponen orgaware (0,74) pada PT. SI, komponen technoware (0,68) pada PT. WKIE, komponen

(6)

humanware (0,743) pada PT. JCC, komponen technoware (0,4) pada PT. PMA, dan pada komponen technoware (0,67) PT. KS. Perusahaan panel PV sebaiknya melakukan peninjauan terhadap faktor yang mempengaruhi nilai kontribusi komponen teknologi, melakukan perbaikan, mengikuti perkembangan tren teknologi yang terintegrasi, melakukan best practice untuk merumuskan strategi. Nilai TCC sekitar 0,7-0,8 adalah klasifikasi sangat baik. Komponen teknologi yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah humanware (0,97) pada PT. SI, orgaware (0,93) pada PT. WKIE, cysnetware (0,87) pada PT. JCC, partnerware (0,769) pada PT. PMA, dan pada orgaware (0,77) PT. KS. Komponen tersebut nilai tertinggi diantara komponen lainnya.

Perusahaan panel PV disarankan membangkitkan nilai TCC ke tingkat yang lebih tinggi untuk dapat bersaing dengan industri sejenis. Adopsi teknologi yang memadai akan mampu memberikan dampak positif terhadap pembangkitan kinerja operasi perusahaan panel PV. Peluang pengembangan bisnis berdasarkan kebijakan pemerintah saat ini terkait proyek strategis nasional yaitu pabrikan panel PV dengan beragam kebutuhan dan output yang memenuhi tingkat kandungan dalam negeri dijadikan arahan kebijakan dalam pengembangan komponen teknologi pada perusahaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dipersiapkan atas dukungan Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada dan Penyandang Dana Kegiatan Riset. Terima kasih juga atas model T, H, I, O, C, M dan P secara kuantitatif dari hasil riset yang telah dicetuskan Bapak Alva Edy Tontowi, Ibu Novi Marlyana dan Bapak Hari Agung Yuniarto.

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Buminitiya, “Manajemen Energi,” 2015. [Online]. Available: https://sribangun.co.id/manajemen-energi/. [Accessed: 14-July-2020]. [2] M. Riadi, “Standar Strategi, dan Implementasi Manajemen Energi,” 2019.

[Online]. Available: https://www.kajianpustaka.com/2019/09/standar-strategi-dan-implementasi-manajemen-energi.html. [Accessed: 14-July-2020]. [3] Indonesia Environment & Energy Center, “ISO 50001 Sistem Manajemen

Energi,” 2016. [Online]. Available: https://environment-indonesia.com/articles/iso-50001-sistem-manajemen-energi/. [Accessed: 14-July-2020].

[4] Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, “Laporan Kinerja Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi Tahun 2018,”, in press, 2018, pp.60-61. [5] M. R. Maghami, “Power loss due to soiling on solar panel: A review,” in

Elsevier: Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 59, 2016, pp. 1307-1316.

[6] S. Abdurrahman, M. Pertiwi, and Walujanto, “Indonesia Energy Outlook,” in Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional, 2019, pp. 5-6.

[7] D. Rawat, R. K. Mittal, and V. S. Aggarwal, “Cluster Development Approach in India: an Antidote for Micro, Small, and Medium Enterprises,” in Indian Journal of Commerce & Management Studies, vol. 8(2), 2016, pp. 19-29. [8] H. Dhika and A. Fitriansyah, “Perancangan Sistem Informasi Jasa Pengiriman

Barang Berbasis Web,” in Jurnal SIMETRIS, vol. 7(1), 2016, pp. 51-58. [9] R. Indriartiningtias, N. Anshori, and R. A. Kusuma, “Assessment Technology

di Departemen Workshop pada PT. Tripandu Jaya dengan Metode Teknometrik,” unpublished.

[10] UNESCAP, “Tokyo Plan on Technology for Development in Asia and Pacific, 4th ed.,” Banglore: Asian and Pacific Centre for Transfer of Technology, 1988.

[11] I. Harris, Y. Wang, and H. Wang, “ICT in Multimodal Transport and Technological Trends: Unleashing Potential for the Future,” in International Journal of Production Economics, vol. 159, 2016, pp. 88-103.

[12] N. Virliantarto, B. Maruf, and I. K. Suastika, “Pengukuran Kesiapan Teknologi untuk Pembangunan Kapal Kontainer 100 teus dengan Sistem Modular di PT PAL Indonesia,” in WAVE: Jurnal Ilmiah Teknologi Maritim, vol. 11(1), 2017, pp. 31-38.

[13] R. Indriartiningtias, R. Amijaya, and W. Nugroho, “Pernilaian Teknologi 2 Industri Pembuat Skop Dengan Metode Teknometrik,” in Jurnal Metris, vol. 15, 2014, pp. 89-96.

[14] N. Marlyana, A. E. Tontowi, and H. A. Yuniarto, “Characteristic and Factors of Competitive Maritime Industry Clusters in Indonesia,” IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2017.

[15] S. C. Huang and J. L. Cox, “Establishing a Social Entrepreneurial System to Bridge the Digital Divide for the Poor: a Case Study for Taiwan,” in Universal Access in the Information Society, vol. 15(2), 2016, pp. 219-236. [16] A. E. Gudanowska, “Technology Mapping - Proposal of a Method of

Technology Analysis in Foresight Studies,” in Business: Theory and Practice, 2016, pp. 243-250.

[17] A. H. Pradana and U. Ciptomulyono, “Analisis Kandungan Teknologi Sentra Industri Kerajinan Kuningan dengan Pendekatan Teknometrik untuk Penyusunan Prioritas Pembinaan Teknologi di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto,” unpublished.

[18] I. Kilubi, “Elsevier: Strategic Technology Partnering: a Framework Extension,” in Journal of High Technology Management Research, vol. 26(1), 2015, pp. 27-37.

[19] I. Kilubi and H. D. Haasis, “26 Years of Strategic Technology Partnering: Investigating Trends, Patterns and Future Prospects in Research Through Frequency Analysis,” in International Journal of Innovation and Technology Management, vol. 13(2), 2016.

[20] N. Marlyana, A. E. Tontowi, and H. A. Yuniarto, “From THIO to THIOCMP: The Development of Technology Assessment Concept Using Technometric,” in South East Asian Technical University Consortium Sysmposium, 2018. [21] N. Marlyana, A. E. Tontowi, and H. A. Yuniarto, “Integration of

Cyber-Technology and Partnership Components in Cyber-Technology Measurement Tool for Competitiveness Improvement of SME: a Theoretical Framework,” in International Conference on Small and Medium Enterprise Empowerment, 2018.

[22] M. Turjaman, A. Hidayat, N. Marlyana, A. E. Tontowi, and H. A. Yuniarto, “An Economic Evaluation of Onshore and Floating Liquefied Natural Gas Receiving Terminals: the Case Study of Indonesia,”.

[23] N. Marlyana, A. E. Tontowi, and H. A. Yuniarto, “A Quantitative Analysis of System Readiness Level Plus (SRL+): Development of Readiness Level Measurement,” in IJCAET&ISAMPE, 2017.

[24] N. Marlyana, A. E. Tontowi, and H. A. Yuniarto, “Pengembangan Alat Ukur Kesiapan Teknologi Klaster Industri (Studi Kasus: Klaster Industri Galangan Kapal),” unpublished.

[25] E. R. Yanthi, A. Basith, and J. M. Munandar, “Analisis Kontribusi Komponen Teknologi pada Perusahaan Jasa Kereta Api Barang dengan Pendekatan Model Teknometrik,” in Jurnal Manajemen Teknologi, vol. 17(3), 2018, pp. 197–215.

[26] T. Pujianto, R. Alna, and S. Hasbullah, “Penilaian Kontribusi Komponen Teknologi dalam Aktivitas Produksi di PT Z Menggunakan Metode Teknometrik,” in Jurnal Teknologi dan Manajemen, vol. 6(3), 2017, pp. 133-144.

[27] Janaloka, “Sejarah perkembangan PLTS di Indonesia”, 2017. [Online]. Available: https://janaloka.com/sejarah-perkembangan-plts-di-indonesia/. [Accessed: 3- August -2020].

[28] J. M. Donev, “Energy Education-Photovoltaic System,” 2020. [Online]. Available:

https://energyeducation.ca/encyclopedia/Photovoltaic_system#cite_note-foster-3. [Accessed: 3-August-2020].

[29] B. M. Sopha, T. Sari, and A. Y. Putra, “Pemetaan Supply Chain Photovoltaic di Indonesia,” in Final Report CDSR Project, 2018, pp. 10.

[30] Y. A. Dewi and Rahmawati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Budidaya Kakao di Nusa Tenggara Barat,” in Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, vol. 22(2), 2019, pp. 185-200.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis potensi, efektivitas dan efisiensi penerimaan PAD pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten

105 Hasil prediksi jumlah kasus gizi buruk tahun 2019 – 2023 berdasarkan wilayah kabupaten/kota menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki peningkatan kasus

Pemerintah Kota Yogyakarta sangat efektif dalam pencapaian PAD yaitu terealisasi sebesar 111,02% dari anggaran yang telah ditetapkan, dan mengalami peningkatan

Hasil penelitian yang telah di- lakukan ada beberapa hal yang perlu diketahui bahwa dalam penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing, untuk melihat kemampuan

(3) Pembebanan pada Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus dianalisis dengan memeriksa respon struktur terhadap beban tetap, beban sementara atau

perubahan habitat atau hilangnya habitat dan fragmentasi (baik secara alamiah maupun karena kegiatan manusia) dapat mempengaruhi komposisi dan kelimpahan burung. Akan tetapi,

Oleh karena itu kita melihat para filosof Islam semuanya, baik yang belum maupun yang sudah ibnu sina, mencurahkan semua tenaga dan usaha untuk memadukan

Το σενάριο που έχει επικρατήσει για τη συμπατρική δημιουργία ειδών είναι εκείνο σύμφωνα με το οποίο ο νέος πληθυσμός δεν εγκαθίσταται