• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2009

Perspektif : sebagai Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta

Tujuan melakukan analisis Laporan Keuangan bagi pemerintah daerah adalah sebagai alat untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan APBD tahun berikutnya.

Pada dasarnya penilaian kinerja sektor publik, yang diantaranya dilakukan dengan analisis laporan keuangan, dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu:

a) Untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah

b) Untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik

c) Untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan (Mardiasmo, 2004).

Langkah-langkah dalam melakukan analisis Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami gambaran umum dan karakteristik Pemerintah Kota

Yogyakarta yang akan dianalisa.

2. Menentukan dari perspektif mana (untuk kepentingan siapa) melakukan analisis laporan keuangan

3. Menentukan tujuan analisis laporan keuangan.

Tujuan melakukan analisis laporan keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu untuk penilaian kinerja keuangan pemerintah.

4. Menyiapkan sumber data sekunder berupa laporan keuangan pemerintah kota Yogyakarta. Analisa menggunakan data Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2009.

(2)

6. Melakukan penyesuaian (adjust) atas Laporan Keuangan yang ada supaya sesuai dan lebih tepat ketika dilakukan analisis rasio.

7. Melakukan analisis rasio dan menginterpretasikannya.

8. Membuat kesimpulan mengenai kinerja entitas secara keseluruhan

Analisis Laporan Keuangan untuk menilai kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta adalah:

1. Analisis Varians

Aspek utama Analisis Varians adalah

 Apakah selisih realisasi dengan anggaran menyenangkan (Favorable) atau tidak menyenangkan (Unfavorable)

 Apakah jumlah selisih signifikan

 Berapa besar selisih yang bisa ditoleransi  Mencari penyebab terjadinya selisih

 Apakah selisih anggaran disebabkan oleh efisiensi ataukah lemahnya perencanaan anggaran

Analisis Varian dilakukan dengan membandingkan Anggaran tahun 2009 dan realisasinya beserta realisasi tahun 2008, sehingga didapat selisih antara anggaran dan realisasi beserta pembandingnya satu tahun sebelumnya.

Analisis Varians dilakukan dengan membandingkan data di Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2009 dengan Laporan Arus Kas beserta Catatan Atas Laporan Keuangan.

PENDAPATAN

 Pendapatan Asli Daerah (PAD)  Pendapatan Transfer

(3)

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

 Pendapatan Pajak Daerah

Pendapatan dari Pajak daerah dengan anggaran sebesar Rp66.969.000.000,00 dan dapat terealisasi

sebesar Rp71.852.539.011,00 atau 107,29%. Jumlah selisih tidak signifikan yaitu sebesar

Rp4.883.539.011,02 atau naik sebesar 7,29% dari target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan

bahwa terdapat selisih positif dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih

tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008 sebesar

Rp62.452.770.490,00. Dengan membandingkan antara target 2009 beserta realisasinya dengan

Realisasi 2008 perencanaan pendapatan pajak daerah sudah berjalan dengan baik ,terukur dan

realistis, karena adanya peningkatan target dari realisasi tahun sebelumnya dan target tersebut dapat

tercapai.

 Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan dari Retribusi daerah dengan anggaran sebesar Rp22.158.537.725,00 dan dapat terealisasi

sebesar Rp23.497.748.962,00 atau 106,04%. Jumlah selisih tidak signifikan yaitu sebesar

Rp1.339.211.237,00 atau naik sebesar 6,04% dari target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan

bahwa terdapat selisih positif dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih

tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008 sebesar

Rp34.940.602.210. Dengan membandingkan antara target 2007 beserta realisasinya dengan Realisasi

2008 perencanaan pendapatan retribusi daerah sudah berjalan dengan baik ,terukur dan realistis,

karena adanya peningkatan target dari realisasi tahun sebelumnya dan target tersebut dapat tercapai.

 Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dengan anggaran sebesar

Rp10.159.369.381,00 dan dapat terealisasi sebesar Rp10.218.454.601,27 atau 100,58%. Jumlah

selisih tidak signifikan yaitu sebesar Rp59.085.220,27 atau mengalami kenaikan sebesar 0,58% dari

target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat selisih positif dari perbandingan

antara Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang favorable

(4)

antara target 2009 beserta realisasinya dengan Realisasi 2008 perencanaan pendapatan tersebut sudah

berjalan dengan baik ,terukur dan realistis, karena adanya peningkatan target dari realisasi tahun

sebelumnya walaupun target tersebut tidak dapat tercapai.

 Lain-lain PAD yang sah

Pendapatan dari lain-lain PAD yang sah dengan anggaran sebesar Rp46.159.369.381,00 dan dapat

terealisasi sebesar Rp55.905.095.635,68 atau 121,11%. Jumlah selisih cukup signifikan yaitu sebesar

Rp9.745.726.254,68 atau mengalami kenaikan sebesar 21,11% dari target yang dianggarkan, hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat selisih positif dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi,

sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008

sebesar Rp26.583.374.960,27. Dengan membandingkan antara target 2009 beserta realisasinya

dengan Realisasi 2008 perencanaan pendapatan tersebut telah berjalan dengan baik ,terukur dan

realistis, karena adanya peningkatan target dari realisasi tahun sebelumnya, sehingga target tersebut

dapat tercapai.

Pendapatan Transfer

 Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan

Pendapatan dari Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan dengan anggaran sebesar

Rp522.128.489.869,00 dan dapat terealisasi sebesar Rp517.366.876.957,00 atau 99,09%. Jumlah

selisih tidak signifikan yaitu sebesar Rp4.761.612.912,00 atau turun sebesar 0,94% dari target yang

dianggarkan, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat selisih negatif dari perbandingan antara

Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang unfavorable (tidak

(5)

antara target 2009 beserta realisasinya dengan Realisasi 2008 perencanaan pendapatan transfer

pemerintah pusat sudah berjalan dengan baik ,terukur dan realistis, karena adanya peningkatan target

dari realisasi tahun sebelumnya walau target tersebut tidak dapat tercapai.

 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya

Pendapatan dari Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya dengan anggaran sebesar Rp929.264.600 dan

dapat terealisasi sebesar Rp10.831.673.400 atau 1165,62%. Jumlah selisih sangat signifikan yaitu

sebesar Rp9.902.408.800 atau mengalami kenaikan sebesar 1065,62% dari target yang dianggarkan,

hal ini mengindikasikan bahwa terdapat selisih positif yang sangat besar dari perbandingan antara

Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang very favorable (sangat

menyenangkan). Realisasi tahun 2008 sebesar Rp5.140.227.999,27. Dengan membandingkan antara

target 2009 beserta realisasinya dengan Realisasi 2008 perencanaan pendapatan tersebut belum

berjalan dengan baik, karena tidak memperhatikan pendapatan transfer tahun sebelumnya, belum

terukur dan menargetkannya terlalu rendah sehingga target tersebut sangat mudah untuk dicapai.

 Transfer Pemerintah Provinsi

Pendapatan dari Transfer Pemerintah Provinsi dengan anggaran sebesar Rp46.059.402.500 dan dapat

terealisasi sebesar Rp46.059.402.800 atau 100,00%. Jumlah selisih tidak signifikan (sangat kecil)

yaitu sebesar Rp300 atau naik sebesar 0,00% dari target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan

bahwa hampir tidak terdapat selisih dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi, walau sangat

kecil selisih tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008 adalah

sebesar Rp43.333.111.500. Dengan membandingkan antara target 2009 beserta realisasinya dengan

Realisasi 2008 perencanaan pendapatan transfer pemerintah propinsi sudah berjalan dengan baik

,terukur dan realistis, karena adanya peningkatan target dari realisasi tahun sebelumnya dan target

(6)

Lain-lain Pendapatan yang sah

 Hibah

Pendapatan dari Hibah dari pihak ketiga dengan anggaran sebesar Rp144.825.000 dan terealisasi

sebesar Rp144.825.000 atau 100%. Jumlah selisih tidak ada yaitu sebesar Rp0 dari target yang

dianggarkan, hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat selisih dari perbandingan antara Anggaran

dan Realisasi, sehingga anggaran tersebut bersifat favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008

Rp20.332.060.000

 Dana Darurat

Pendapatan dari Dana Darurat untuk tahun 2009 tidak ada, tetapi Realisasi tahun 2008 Rp962.407.471

 Pendapatan Lainnya

Pendapatan dari pendapatan lainnya dengan anggaran sebesar Rp14.112.400.000 dan terealisasi

sebesar Rp14.112.400.000 atau 100%. Jumlah selisih tidak ada yaitu sebesar Rp0 dari target yang

dianggarkan, hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat selisih dari perbandingan antara Anggaran

dan Realisasi, sehingga anggaran tersebut bersifat favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008

Rp13.312.400.000

BELANJA

Belanja Operasi Belanja Modal

(7)

Belanja Operasi

Belanja Operasi dianggarkan sebesar Rp753.429.913.544,00 dan dapat terealisasi sebesar

Rp695.351.653.000,86 atau 92,29%. Jumlah selisih cukup signifikan yaitu sebesar

Rp58.078.260.543,14 atau mengalami penurunan sebesar 7,71% dari target yang dianggarkan, hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat selisih negatif dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi,

sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008

sebesar Rp591.219.774.234,78. Selisih disebabkan oleh efisiensi penggunaan anggaran karena semua

kegiatan dapat terlaksana.

Belanja Modal

Belanja Modal dianggarkan sebesar Rp94.586.338.685,00 dan dapat terealisasi sebesar

Rp86.735.745.635,80 atau 91,70%. Jumlah selisih cukup signifikan yaitu sebesar

Rp7.850.593.049,20 atau mengalami penurunan sebesar 8,30% dari target yang dianggarkan, hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat selisih negatif dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi,

sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008

sebesar Rp107.286.061.886. Selisih disebabkan oleh efisiensi dan slak pada anggaran, penggunaan

anggaran terbilang efektif karena semua kegiatan dapat terlaksana. Tetapi belanja modal tahun tahun

(8)

Belanja Tak Terduga

Belanja Tak Terduga dianggarkan sebesar Rp12.958.513.622,00 dan dapat terealisasi sebesar

Rp1.764.294.123,00 atau 13,61%. Jumlah selisih sangat signifikan yaitu sebesar Rp11.194.219.499,00

atau mengalami penurunan sebesar 86,39% dari target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan

bahwa terdapat selisih negatif dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih

tersebut merupakan selisih yang favorable (menyenangkan). Tetapi penganggaran pada Belanja Tak

Terduga tersebut belum dilaksanakan dengan baik karena selisih tersebut terlalu besar yang

disebabkan slack pada anggaran. Realisasi tahun 2008 sebesar Rp60.828.000

PEMBIAYAAN

(9)

Penerimaan Pembiayaan Daerah

Dianggarkan sebesar Rp143.847.315.073,00 dan dapat terealisasi sebesar Rp143.752.738.194,54 atau

99,93%. Jumlah selisih tidak signifikan yaitu sebesar Rp94.576.878,46 atau mengalami penurunan

sebesar 0,07% dari target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat selisih negatif

dari perbandingan antara Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang

favorable (menyenangkan). Realisasi Tahun 2008 sebesar Rp134.894.008.134,80.

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Dianggarkan sebesar Rp11.693.329.297,00 dan dapat terealisasi sebesar Rp11.693.328.451,86 atau

100,00%. Jumlah selisih tidak signifikan yaitu sebesar Rp845,14 atau mengalami penurunan sebesar

0,00% dari target yang dianggarkan, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat selisih negatif dari

perbandingan antara Anggaran dan Realisasi, sehingga selisih tersebut merupakan selisih yang

favorable (menyenangkan). Realisasi tahun 2008 sebesar Rp12.982.962.288,20.

2. Analisis Rasio Keuangan dan Analisis Trend Pertumbuhan 2008-2009 a. Analisis Likuiditas

- Rasio Kas = 33,52 (2008 = 40,15)

(kemampuan kas dan setara kas untuk membayar kewajiban lancar)

- Rasio Cepat = 37,21 (2008 = 42,36)

(kemampuan kas, setara kas dan piutang untuk membayar kewajiban lancar) Hal ini berarti keadaan likuiditas entitas adalah sangat likuid, bahwa entitas sangat mampu untuk membayar kewajibannya yang harus segera dapat dipenuhi dengan aset lancar yang likuid. Hanya dari saldo kas saja, entitas mampu membayar kewajiban lancarnya sebanyak 33 kali dari total kewajiban lancar. Namun dibandingkan dengan tahun 2008, keadaan likuiditas entitas mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan jumlah kas dan setara kas sebesar 32% dari tahun 2008.

- Rasio kelancaran pembiayaan operasional dari PAD

= Belanja Operasional / PAD = 430,63% (2008 = 446,43%)

(10)

perhitungan di atas, dapat terlihat bahwa Belanja Daerah sangat besar sekali di atas PAD, yang berarti PAD sangat tidak mampu untuk membiayai belanja operasional daerah. Namun dibandingkan dengan tahun 2008, menunjukkan kemampuan PAD mengalami peningkatan yang tidak signifikan dalam membiayai belanja operasional daerah.

- Kemampuan kas membayar Gaji Pegawai

Rata-rata kebutuhan kas untuk membayar Belanja Pegawai adalah sebesar Rp38,432 Miliar (2008 sebesar Rp35,680 Miliar).

Kemampuan kas untuk membayar belanja pegawai = 2,59 bulan (2008 sebesar 4,08 bulan).

Hal tersebut menunjukkan kemampuan kas untuk dapat membayar rata-rata kebutuhan belanja pegawai apabila pendapatan belum diterima adalah selama 2,59 bulan ke depan, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 yang mampu membiayai kebutuhan gaji pegawai sampai dengan 4 bulan.

b. Rasio Aktivitas

- Rasio Belanja Operasional = 88,71% (2008 = 84,63%)

- Rasio Belanja Modal = 11,07% (2008 = 15,36%)

Hal ini berarti sebesar 88,71% belanja daerah digunakan untuk belanja operasional pemerintah daerah, sedangkan 11,07% digunakan untuk belanja modal. Belanja operasional yang lebih besar dari belanja modal menggambarkan pemda kurang optimal memanfaatkan dana APBD untuk pelayanan kepada masyarakat.

Pada tahun 2008 rasio Belanja Modal sebesar 15,36 % dimana sudah tergolong kecil, namun rasio Belanja Modal tersebut mengalami penurunan lagi sebesar 4% menjadi 11,07% di tahun 2009, yang menunjukkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat sangat kecil dan menurun lagi di tahun 2009.

- Rasio Belanja per fungsi / unit organisasi

5 unit organisasi dengan proporsi belanja terbesar adalah:

(11)

Belanja Pendidikan = 31,81%

Belanja Kesehatan = 10,15 %

Belanja PU = 5,17%

Belanja Lingkungan Hidup = 3,53%

- Rasio Belanja Modal

Urutan persentase belanja modal dari yang terbesar adalah: Belanja Gedung & Bangunan 46,43%

Belanja jalan, irigasi, & jaringan 28,32% Belanja Peralatan dan Mesin 18,90%

Belanja Tanah 2,84%

Belanja Aset Tetap Lainnya 2,28%

Belanja Aset Lainnya 1,23%

c. Analisa Efektivitas dan Efisiensi

- Rasio Efektivitas PAD = 111,02%

Pemda dikatakan mampu menjalankan tugasnya bila rasio yang dicapai minimal sebesar 100%. Semakin tinggi rasio efektivitas berarti kemampuan daerah semakin baik. Mengacu pada Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996, sebagai berikut :

Kriteria Efektivitas % Efektivitas

Sangat efektif  100

Efektif  90 – 100

Cukup Efektif  80 – 90

Kurang Efektif  60 – 80

Tidak Efektif < 60

Sumber : Kepmendagri No. 690.900.327 /1996

(12)

- Rasio efisiensi belanja daerah

Rasio efisiensi Belanja Daerah = Belanja Daerah / Total Pendapatan = 104,52% (2008 = 96,99%) Rasio Surplus/Defisit = Defisit Belanja / Total Pendapatan

= -4,52% (2008 = 3,01%)

Kriteria efisiensi kinerja keuangan adalah mengacu pada Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996, sebagai berikut:

Dari rasio efisiensi di atas, terlihat bahwa pengeluaran untuk belanja daerah lebih besar dibandingkan penerimaan pendapatan yaitu sebesar 104,52% sehingga terjadi defisit sebesar -4,52% dibandingkan pendapatan yang diterima. Mengacu pada kepmendagri di atas, maka dapat dikatakan Pemkot Yogyakarta tidak efisien dalam membelanjakan pendapatannya.

Dibandingkan tahun 2008 dimana tingkat efisiensi belanja daerah termasuk dalam kategori kurang efisien, maka di tahun 2009 pemkot Yogya semakin tidak efisien lagi dalam membelanjakan pendapatannya, yang ditambah lagi hampir sebagai besar belanja tersebut (88,71%) bukan merupakan belanja untuk pelayanan kepada masyarakat, namun hanya merupakan belanja operasional pemda saja.

d. Analisa Derajat Desentralisasi

- Derajat desentralisasi = 21,53% (2008 = 18,39%)

- Rasio Kemandirian daerah = 27,87% (2008 = 23,64%)

- Rasio Ketergantungan = 76,57% (2008 = 76,81%)

(13)

Rendah Sekali 0% - 25%

Rendah 25%-50%

Sedang 50%-75%

Tinggi 75%-100%

Sumber : Kepmendagri No. 690.900.327 /1996

Maka dapat dikatakan bahwa Kota Yogyakarta merupakan daerah dengan tingkat kemandirian yang rendah. Hal tersebut dapat terlihat juga pada derajat desentralisasi daerah dimana proporsi PAD sebesar 21,53% dibandingkan total penerimaan daerah, yang artinya PAD daerah sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan dari dana perimbangan pemerintah pusat dan transfer pemerintah provinsi.

Namun jika dibandingkan dengan tahun 2008, maka tingkat kemandirian daerah mengalami peningkatan dan tingkat ketergantungan daerah mengalami penurunan, walaupun peningkatan rasio kemandirian (4%) dan penurunan rasio ketergantungan (0,24%) tersebut tidak signifikan.

Rendahnya kemandirian daerah berarti memperbesar ketergantungan daerah terhadap pusat, dimana daerah tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pelayanan masyarakat dengan sumber-sumber daya daerah sendiri dan perlu menggantungkannya dari transfer pusat dan provinsi, yang terlihat dari rasio ketergantungan atau proporsi pendapatan transfer sebesar 76,57% dari total penerimaan daerah.

e. Analisis Dana Perimbangan

- Kontribusi Dana Perimbangan dibandingkan total Penerimaan = 68,98% (2008 = 70,08%)

Kontribusi dana perimbangan bagi total penerimaan daerah sangat besar yaitu sebesar 68,98%, dimana kontribusi PAD hanya sebesar 21,53%.

- Rasio DBH Pajak = 12,84% (2008 = 12,10%)

(14)

Rasio Dana Bagi Hasil Pajak tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang berarti peningkatan penerimaan pajak pusat. Sedangkan Dana Bagi Hasil dari sumber daya alam mengalami penurunan di tahun 2009.

f. Analisis Kontribusi BUMD

Derajat Kontribusi BUMD = 6,33% (2008 = 6,38%)

Derajat kontribusi BUMD menunjukkan kontribusi pendapatan yang diterima dari BUMD sebesar 6,33% dibandingkan total PAD, mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2008 sebesar 6,38%. Pendapatan BUMD yang terbesar diterima dari Bank Pembangunan Daerah yaitu sebesar Rp6,7 Miliar.

KESIMPULAN KINERJA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

Untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, antara lain dilakukan dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap Laporan Keuangan. Hasil analisis rasio keuangan selanjutnya dipergunakan sebagai tolok ukur dalam menilai (Abdul Halim, 2007):

1. Kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan 2. Efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan pendapatan daerah

3. Sejauh mana aktivitas Pemda dalam membelanjakan pendapatan daerahnya

4. Kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah

5. Pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan yang telah dilakukan di atas, dan mengacu pada hasil analisis rasio keuangan sebagai tolok ukur dalam penilaian kinerja pemda (menurut Halim, 2007), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(15)

2. Pemerintah Kota Yogyakarta sangat efektif dalam pencapaian PAD yaitu terealisasi sebesar 111,02% dari anggaran yang telah ditetapkan, dan mengalami peningkatan sebesar 21,94% dibandingkan realisasi tahun 2008. Namun dalam penggunaan dananya, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak efisien dalam membelanjakan pendapatannya, terlihat dari jumlah belanja daerah sebesar 104,52% lebih besar dibandingkan penerimaan pendapatan

3. Aktivitas Pemda dalam membelanjakan pendapatan daerahnya kurang baik, karena lebih mengutamakan belanja operasional (88,71%) dari pada belanja modal (11,07%). Pemda kurang optimal memanfaatkan dana APBD untuk pelayanan kepada masyarakat.

4. Kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah. Kontribusi terbesar pendapatan diperoleh dari Dana Perimbangan Pemerintah Pusat khususnya Dana Alokasi Umum (80% dari total Dana Perimbangan). Sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah, kontribusi terbesar adalah dari penerimaan Pajak Daerah (44,5% dari total PAD), khususnya Pajak Hotel (sebesar 42,85% dari total penerimaan pajak)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penilaian hasil prakualifikasi dokumen, m a k a dengan ini mengundang kepada penyedia yang masuk dalam daftar pendek (short list) untuk paket kegiatan ini

Data yang ditampilkan pada aplikasi adalah sebatas pada informasi dari sentra batik dan rute lokasi tempat sentra batik yang ada di Yogyakarta.. Informasi yang

[r]

Selain itu saksi pajak dapat juga mendorong kepatuhan Pajak karena dengan adanya sanksi yang diberikan atas sesuatu yang tidak dijalankan dalam hal perpajakan maka

Dari pembahasan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan dribble bola basket menggunakan modifikasi bola size 5 dapat meningkatkan kemampuan siswa yang

cara perawat menahan pasien pada bagian pinggangnya 8 6 Meminta pasien untuk menahan pegangan tangan (kruk) 8 7 Mengajarkan pasien untuk posisi tripot ( kruk ditempatkan sekitar 15.

Motif tema dimainkan oleh Drum set dengan mengambil pola ritme dari tema melodi komposisi, harmoni background pada Viola, Cello, Contra bass dan Bass elektrik dengan pergerakan

?engada*n Secara Eiektronik ( wwwJpre. Jadural Pelaksanaan Pengadaan:. D apat dllltiat pada website