• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Cerdas Tarigan, Terima Ginting, Budi Hari, Sugeng Purnomo Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ABSTRAK

DISTRIBUSI 90Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA. Distribusi 90Sr di dalam tanah permukaan di daerah calon lokasi PLTN Semenanjung Muria telah diselidiki. Sampling tanah permukaan diambil pada 4 lokasi, dilakukan pada tiap kedalaman 5 cm, yaitu dari kedalaman 0 – 25 cm. Konsentrasi 90Sr

yang terdapat dalam tanah dianalisis dengan metode leaching dan pencacahan dilakukan dengan alat cacah LSC. Konsentrasi 90Sr di kawasan Semenanjung Muria bila dibandingkan dengan yang terdapat di PPTN BATAN Serpong relatif sama, sedangkan dengan di Antartika dan di Jepang sebagai negara industri nuklir, menunjukan nilai yang relatif lebih kecil. Hal ini memberikan informasi bahwa konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di kawasan Semenanjung Muria umumnya berasal dari fallout.

ABSTRACT

DISTRIBUTION OF 90Sr IN SURFACE SOIL AT THE CANDIDATE AREA OF THE

NUCLEAR POWER PLANT SITE SEMENANJUNG MURIA. The investigation of 90Sr

concentration in surface soil at the the candidate area of the nuclear plant site Semenanjung Muria was carried out. The soil sample was taken out from 4 locations, sampling was done every 5 cm until 25 cm depth from the surface. The 90Sr was analysed with leaching method and counted by using LSC. The 90Sr concentration was found in Semenanjung Muria site at was compared to the concentration of 90Sr in PPTN BATAN the result was similar relatively and if compare with Antartica and Japan area, the results showed that the concentrations in Semenanjung Muria were lower significantly. This informations indicated that the 90Sr concentration in Semenanjung Muria site dominantly coming from fallout.

LATAR BELAKANG

Pada tahun 1950 s/d 1960 banyak dilakukan percobaan peledakan bom nuklir di atmosfir baik di kutub Selatan maupun di Utara yaitu sebanyak 423 kali oleh negara-negara maju seperti USA, USSR, UK, Prancis, China dan sejak tahun 1970 secara internasional kegiatan ini telah dilarang. Hasil peledakan nuklir di atmosfer berupa hasil belah dari uranium atau plutonium. Berbagai jenis radionuklida yang ditimbulkan dari peledakan tersebut menyebar secara mengglobal di atmosfer selanjutnya akan terdeposisi di permukaan bumi dan dikenal sebagai jatuhan debu radioaktif (fallout).

Radionuklida 90Sr merupakan salah satu dari ratusan radionuklida yang

dihasilkan dari hasil belah, mempunyai waktu paro cukup panjang (T1/2= 29 tahun) dan

radiotoksisitasnya tinggi. Total 90Sr yang menyebar di atmosfer yang berasal dari

peledakan nuklir di atmosfer dari tahun 1950 s/d 1960 mencapai 600 PBq (1 PBq= 1x1015 Bq) [1].

Percobaan peledakan nuklir di atmosfer menyebabkan penyebaran zat radioaktif hingga ke lapisan stratosphere dan tinggal untuk beberapa lama di lapisan

(2)

ini. Waktu tinggal rata-rata zat radioaktif di lapisan stratosphere telah diestimasi, hasil penelitian yang diperoleh menunjukan waktu tinggal antara setahun hingga beberapa tahun, tergantung pada altitude dan latitude peledakan nuklir tersebut dilakukan. Pada saat ini, diprakirakan sebagian besar residu 90Sr hasil peledakan nuklir di atmosfer

telah turun & kemudian terdeposisi dan tinggal di permukaan bumi [2].

Dalam makalah ini disampaikan hasil penelitian distribusi konsentrasi 90Sr di

dalam tanah permukaan di kawasan calon lokasi PLTN Semenanjung Muria. Konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria ini juga akan

dibandingkan dengan konsentrasi 90Sr yang terdapat di PPTN BATAN Serpong,

daerah Antartika dan daerah Jepang yang diprakirakan hanya berasal dari jatuhan debu radioaktif (fall-out) dan data ini juga digunakan sebagai baseline data untuk menunjang program pembangunan PLTN dimasa yang akan datang .

Posisi lokasi sampling ditetapkan dengan menggunakan alat Global Positioning

Satelite (GPS). Sampling tanah permukaan dilakukan pada 4 daerah mata angin

(Utara, Selatan, Timur dan Barat) dan sebagai kontrol diambil 1 lokasi sampel tanah.

TATA KERJA Alat dan Bahan Alat

Alat sampling : cangkul, gunting rumput, frame kayu berukuran 50x50 cm, sekop, pisau plastik, penggaris, sarung tangan, spidol, kantong plastik, GPS, alat gelas, furnace, alat cacah yang digunakan adalah Liquid Scintilation Analyzer 1600TR Packard

Canberra.

Bahan

Asam nitrat (HNO3 berasap 6 N), asam klorida (HCl pekat), asam oksalat (H2C2O4 8

%), asam asetat (CH3COOH 6 M), ammonium asetat (CH3COONH4 6 M), ammonium

karbonat ((NH4)2CO3) padat, ammonium oksalat ((NH4)2C2O4H2O), natrium karbonat

(Na2CO3 padat), amoniak (NH4OH, NH4OH 6 N), natrium kromat (Na2CrO4 1,5 M),

hidrogen peroksida (H2O2 30 %), metanol, indikator metil merah 1 %, pengemban Sr

(10 mg/ml), pengemban Y (10 mg/ml) dan picoflour (coctail). Metode

Sampling tanah

Sampel tanah diambil pada radius 1 s/d 2 km dari calon lokasi tapak PLTN dengan luas 50x50 cm. Sampling dilakukan dengan menggunakan frame yang terbuat dari kayu berukuran 50x50 cm yang diletakan diatas permukaan tanah. Lahan yang

(3)

dicangkul sampai kedalaman 25 cm dan kemudian dipotong tiap kedalaman 5 cm dengan menggunakan pisau dari bahan plastik. Sampel dimasukan kedalam kantong plastik ukuran 5 kg yang sudah diberi label. Tiap lokasi terdapat 5 sampel tanah, kedalaman 0 - 5 cm, 5 - 10 cm, 10 - 15 cm, 15 - 20 cm dan 20 - 25 cm [3].

Persiapan sampel

Sampel tanah dibersihkan dari akar dan kerikil, selanjutnya dikering udara kan selama 3 x 24 jam di udara terbuka. Sampel tanah selanjutnya diambil secara acak sebanyak 2 kg, dihaluskan dan diayak dengan saringan ukuran 25 mesh. Sampel tanah sebanyak 500 g selanjutnya dimasukan ke dalam cawan porselen dan dikeringkan dalam oven 105°C selama 12 jam. Selanjutnya tanah yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 250 g dan dimasukan ke dalam gelas piala 500 ml, sampel siap dianalisis [4]

Analisis 90Sr

Analisis 90Sr dalam tanah dilakukan melalui proses leaching dengan menggunakan larutan HCl. Radionuklida 90Sr yang terdapat dalam filtrat dimurnikan dari berbagai

macam pengganggu melalui beberapa kali pengendapan dengan menggunakan HNO3

berasap. Kandungan 90Sr ditentukan melalui pencacahan anak luruhnya 90Y yang

memancarkan sinar-β dengan alat cacah LSC [5].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi pengambilan sampel tanah permukaan di daerah Lemah Abang Semenanjung Muria dilakukan pada radius 1 km (lokasi 1 s/d 3) dan pada radius 2 km dari calon tapak sebagai kontrol (lokasi-4) ditunjukkan pada Gambar 1.

(4)

Berdasarkan pengukuran GPS koordinat lokasi-1 adalah (LS 06º 26’ 2,9”; BT 110º 47’43,3”, lokasi-2 (LS 06º 26’ 10,8”; BT 118º 47’37,5”; lokasi-3 (LS 06º 26’ 12,7” ; BT 110º 47’ 24,6”); dan lokasi-4 (LS 06º 26’ 28,8”; BT 110º47’44,3”).

Hasil analisis konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di kawasan

Semenanjung Muria ditampilkan dalam Tabel 1. Konsentrasi 90Sr di kawasan

Semenanjung Muria (lokasi 1-4) berkisar antara dbd sampai 0,33 Bq/kg dengan rerata 0,14 ± 0,03 Bq/kg. Dalam Tabel 1 terlihat bahwa konsentrasi 90Sr di lokasi 1,2,3 dan 4

relatif sama tidak menunjukkan perbedaan konsentrasi yang nyata. Hal ini memberikan informasi bahwa daerah sampling mempunyai komposisi tanah dan topografi serta pola permukaan tanah tidak jauh berbeda. Pada kedalaman 15 s/d 20 cm umumnya terlihat cacahan di bawah deteksi (dbd) kemungkinan besar disebabkan karena migrasi

90Sr ke lapisan tanah yang lebih dalam mengalami kesukaran dan memerlukan waktu

yang lama, sehingga konsentrasinya di bawah batas deteksi.

Tabel 1. Distribusi konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria LOKASI 1 2 3 4 KEDALAMAN (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) 0-5 0,29 0,33 0,25 dbd 5-10 0,31 0,30 0,32 0,28 10-15 0,23 0,22 dbd 0,26 15-20 dbd dbd dbd dbd 20-25 dbd dbd dbd dbd Rentang dbd-0,31 dbd-0,33 dbd-0,32 dbd-0,26 Rerata 0,16 0,17 0,11 0,10

Keterangan : - batas deteksi pencacahan = 0,17 Bq/kg, - dbd = dibawah batas deteksi.

Konsentrasi 90Sr di daerah di PPTN BATAN Serpong dapat dilihat pada Tabel 2. Bila dilihat nilai konsentrasi rerata 90Sr di 4 kawasan Semenanjung Muria

dibandingkan dengan di daerah PPTN BATAN Serpong menunjukan angka yang tidak terlalu jauh berbeda. Hal ini memberikan informasi bahwa konsentrasi 90Sr di kawasan

Semenanjung Muria dengan yang di daerah di PPTN BATAN Serpong adalah sama, yang berarti tidak adanya kontribusi peningkatan konsentrasi radionuklida 90Sr pada

lingkungan karena adanya kegiatan nuklir di PPTN BATAN Serpong [6].

(5)

Tabel 2. Konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di PPTN Serpong (lokasi 1 s.d 4) dan di daerah Lepas Kawasan (lokasi 5)

LOKASI 1 2 3 4 5 KEDALAMAN (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) 0-5 0.30 0.28 0.28 dbd dbd 5-10 dbd dbd 0.25 0.26 0.25 10-15 dbd dbd dbd dbd dbd 15-20 dbd dbd dbd dbd dbd 20-25 dbd dbd dbd dbd dbd

Keterangan : - batas deteksi pencacahan = 0,20 Bq/kg - dbd = dibawah batas deteksi

Konsentrasi 90Sr di tanah permukaan di Antartika telah banyak diselidiki dan

diprakirakan hanya berasal dari jatuhan debu (fallout) radioaktif yang berasal dari peledakan bom nuklir di atmosfer disajikan dalam Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di Antartika yang dilaporkan oleh Hashimoto

dan kawan-kawan sangat beragam, dengan rentang ttd. sampai 3,70 Bq/kg. Konsentrasi 90Sr di kawasan Semenanjung Muria dengan rentang ttd. sampai 0,33

Bq/kg, bila dibandingkan dengan 90Sr yang terdapat di Antartika, terlihat berada dalam

kisaran rentang yang lebih sempit dan jauh lebih rendah. Hal ini diperkirakan karena menyangkut transport zat radioaktif di stratosfir dan proses deposisi yang terjadi ke permukaan bumi dengan lokasi yang jauh dari percobaan senjata nuklir.

Tabel 3. Konsentrasi 90Sr di tanah permukaan di Antartika [7] Sampel Waktu sampling 90Sr (Bq/kg)

1 1984 0,34 ± 0,08 2 1984 0,10 ± 0,06 3 1984 0,18 ± 0,06 4 1984 ttd 5 1984 ttd 6 1984 0,20 ± 0,07 7 1984 0,06 ± 0,05 8 1984 0,70 ± 0,10 9 1985 0,18 ± 0,05 10 1985 3,70 ± 0,10 11 1985 0,56 ± 0,07

(6)

Tabel 4. menyajikan konsentrasi 90Sr di negara Jepang sebagai negara industri

nuklir dalam laporan National Institute of Radiological Science [8]. Seperti telah diketahui bahwa jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepang saat ini terdapat 52 unit yang telah beroperasi dan 3 unit masih dalam pembangunan. Pusat Listrik Tenaga Nuklir saat ini mensuplai kebutuhan energi listrik sebesar ± 34,65 % dari seluruh kebutuhan listrik negaranya. PLTN di Jepang umumnya dibangun dipinggir pantai, di sekitar pulau Honshu terdapat lebih dari 12 site PLTN. Dalam Tabel 4 ditunjukkan bahwa konsentrasi 90Sr di negara Jepang berkisar antara 0,12 sampai

26,0 Bq/kg dengan rerata 7,50 ± 0,12 Bq/kg. Konsentrasi 90Sr di negara Jepang relatif

tinggi untuk setiap lokasi. Mungkin hal ini terjadi karena PLTN yang dibangun di Jepang umumnya berada di pinggir pantai dan telah mengitari Negara Jepang itu sendiri dan selain itu kontribusi adanya pengolahan daur bahan bakar Plutonium di Jepang.

Tabel 4. Konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di Jepang waktu sampling 1993 Lokasi Sampling 90Sr ( Bq/kg) Aomori 1,30 ± 0,09 Yamagata 2,90 ± 0,13 Tochigi 26,0 ± 0,40 Gunma 1,30 ± 0,09 Saitama 2,0 ± 0,11 Niigata 0,83 ± 0,07 Nagano 4,20 ± 0,26 Gifu 0,72 ± 0,07 Mie 1,0 ± 0,09 Fukuoka 0,59 ± 0,11 Kyoto 0,71 ± 0,13 Osaka 1,20 ± 0,09 Nara 0,98 ± 0,13 Tottori 0,12 ± 0,09 Okayama 0,27 ± 0,09 Tokushima 0,72 ± 0,12 Kagawa 2,50 ± 0,19 Ehime 1,0 ± 0.08 Saga 0,57 ± 0,06 Nagasaki 1,70 ± 0,16 Kumamoto 6,90 ± 0,20 Miyazaki 0,92 ± 0,13 Okinawa 1,50 ± 0,10

Konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di kawasan Semenanjung Muria bila

dibandingkan dengan konsentrasi radionuklida yang sama di negara Jepang, terlihat bahwa konsentrasi di Semenanjung Muria relatif sangat kecil. Hal ini memberikan

(7)

informasi bahwa konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria

umumnya berasal dari fallout saja. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 90Sr dalam

tanah permukaan di Semenanjung Muria, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dan bila dibandingkan dengan konsentrasi radionuklida yang sama di daerah PPTN BATAN Serpong, sedangkan dengan di daerah Antartika menununjukan konsentrasi jauh lebih rendah. Bila dibandingkan untuk radionuklida yang sama di negara Jepang sebagai Negara industri nuklir, terlihat konsentrasi 90Sr dalam tanah permukaan di

kawasan Semenanjung Muria sangat rendah. Hal ini memberikan informasi bahawa

90Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria umumnya berasal dari fallout.

DAFTAR PUSTAKA

1. BENNET B. G., “Exposure from Worldwide Release of Radionuclides”, Proceedings of A Symposium on Environmental Impact of Radioactive Release, Vienna, (1995). 2. UNITED NATIONS., Sources and Effects of Ionizing Radiations, United Nations

Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, Report to the General Assembly, United Nations, New York, (1993).

3. IAEA., Measurement of Radionuclides in Food and the Environment, Technical Reports Series No.295 , IAEA, Vienna (1989).

4. TARIGAN C., “Konsentrasi Sr-90 dalam air sumur penduduk di Lepas Kawasan PPTN Serpong”, Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan VI, BATAN (1998).

5. BATAN., Prosedur Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan, Jakarta, (1998). 6. ERWANSYAH L., dkk., “Distribusi 90Sr dalam tanah permukaan di kawasan PPTN

Serpong”, (2004 )

7. HASHIMOTO T., “Survey of Artificial Radionuclides in the Antartic”, Geo Science Vol. No.2, (1998).

Gambar

Tabel 1. Distribusi konsentrasi  90 Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung  Muria    LOKASI  1  2 3  4  KEDALAMAN   (Bq/kg)  (Bq/kg)  (Bq/kg)  (Bq/kg)  0-5   0,29  0,33  0,25  dbd  5-10   0,31  0,30  0,32  0,28  10-15   0,23  0,22  dbd  0,26  15-20   dbd
Tabel 3. Konsentrasi  90 Sr di tanah permukaan di Antartika  [7]
Tabel 4. menyajikan konsentrasi  90 Sr di negara Jepang sebagai negara industri  nuklir dalam laporan National Institute of Radiological Science  [8]

Referensi

Dokumen terkait

 Bimbingan teknis langsung kepada pemilik/pengguna UTTP tentang penggunaan UTTP yang benar dan sanksi apabila menggunakan UTTP yang tidak bertanda tera sah..

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa pengambilan filler dari gerabah di lapangan, pengujian agregat, pengujian aspal,

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian asosiatif, penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

Naskah Beauty and the Beast sutradara melakukan bedah naskah untuk menganalisis naskah dan menentukan bagian struktur dan tekstur untuk mengubahnya menjadi bentuk script

Disajikan teks hikayat, melalui pembelajaran discovery learning, peserta didik mampu menyajikan kembali isi hikayat yang telah dibaca/didengar dengan bahasa sendiri

Pemberian progestin secara siklik dapat menggantikan pemberian pil kontrasepsi kombinasi apabila terdapat kontra-indikasi (misalkan : hipersensitivitas, kelainan

Selain itu juga informasi yang diberikan di brosur tentang program studi memiliki beberapa kekurangan yang mahasiswa tidak tahu, maka dengan sistem informasi ini juga

Sesuai dengan tabel 3.1, rXY hitung berada di antara range nilai r 0,600 sampai dengan 0,800 dengan kriteria interpretasi adalah cukup erat, sehingga